PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH PELAKSANAAN BABY SPA PADA BAYI USIA 3-6 BULAN DI KLINIK “A” UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Putri Lintang Kencono*)Eko Susilo**) Ida Sofiyanti**) STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN *)Mahasiswa D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo **)Staff Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Latar Belakang : Kualitas tidur merupakan mutu atau fisiologis tertentu selama bayi tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu bayi bangun dengan jumlah tidur yang tepat. Namun sekitar 25 % gangguan tidur terjadi pada bayi sehingga menggangu kualitas tidur bayi. Atas dasar kekhawatiran, para orangtua makin peduli terhadap terhadap perawatan yang dapat menstimulasi pemenuhan kebutuhan tidur bayi, salah satunya adalah spa bayi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa dengan kualitas tidur pada bayi usia 3-6 bulan di klinik “A” Ungaran kabupaten Semarang Metode : Rancangan penelitian ini adalah pra eksperimen design dengan menggunakan one group pre test-post test design, dengan jumlah sempel 17 orang diambil dengan metode purposive sampling. Kualitas tidur diukur dengan menggunakan kuisioner Brief Screening Questionnaire For Infart Slepp Problems (BSQI) Dan Pelaksanaan Baby spa menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP). Dengan berenang dan pijat merupakan variabel independent dan variabel dependentnya. Kualitas tidur bayi usia bayi 3-6 bulan.Analisis data menggunakan Program Statistic Package for the social science (SPSS). Analisis bivariat menggunakan uji statistic Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil : Untuk perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa di Kabupaten Ungaran pada kelompok intervensi diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar -2.593 Dengan nilai signifikasi (p=value) sebesar 0.010 dimana nilai probabilitas 0.010 Kurang dari nilai α <0,05, Simpulan : Terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa pada bayi usia 3-6 bulan Ungaran di Kabupaten Semarang. Kata Kunci : Kualitas tidur, baby spa. Kepustakaan : 21 (2004-2015) Ngudi Waluyo School of Health DIV Midwivery Studi Program Final Assignment, August 2016 Putri Lintang Kencono 030215A100 “THE DIFFERENCE ON SLEEP QUALITY BEFORE AND AFTER THE IMPLEMENTATION OF BABY SPA AT CLINIC “A” UNGARAN SEMARANG REGENCY”. (xv+ 126 pages + 7 tables + 14 appendies) ABSTRACT Background: Sleeping quality is a quality or certain physiological condition that babies get during their sleeping time, which recovers body’s processes which occurs when the baby wakes up in the right number of time. Sleeping has a very great role in the development of babies. But around 25% of sleeping disturbance occurs on babies so it disturbs the sleeping quality of the babies. Based on the anxiety on sleeping disturbance, parents are getting care more on treatments which can Objective: The purpose of this study is to know difference on sleep quality before and after the implementation of baby spa at clinic “a” ungaran semarang regency. Methods: The study of design was a pre-experimental with one group pretestposttest group design, the sampels in this study were 17 infants aged 3-6 months at clinic “A” Ungaran Semarang. The data sampling used sampling technique. Quality of sleep was measured by using the Brief Screening Questionnaire For infant sleep Problems (BSQI), the Implementation of Baby and spa used Standard Operating Procedure (SOP). With swim and massage as the independent variable and the sleeping quality of baby age 3-6 month as the dependent variable. Data analysis used statistic Package Program for the social sciences (SPSS). The bivariate analysis used Wilcoxon Signed Ranks Test. Results : the difference on infant sleep quality before and after the implementation of baby spa at clinic “A” Ungaran Regency, in the intervention group show that Z Value -2593 with significance value (p = value) 0.010 and the probability value 0,010 is less than α value <0.05, Conclusion: There is difference on sleep quality before and after the implementation of baby spa at clinic “A” ungaran semarang regency. Keywords : Quality of sleep, baby spa. Bibliography : 21 (2004-2015) PENDAHULUAN Masa bayi masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anaksehingga perlu mendaparkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat. Tidur nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat tidur pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Selain itu pada saaat tidur tubuh bayi memproduksi hormone pertumbu han, tiga kali lebih banyak pada saat bayi tidur dibandingkan ketika bayi terbangun (Muslihatun, 2010). Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena pada saat inilah terjadi repair neuron brain dan kurang lebih 75 % hormone pertumbuhan diproduksi . Bayi yang baru lahir biasanya tidurnya lebih lama, sekitar 17-18 jam/hari dalam minggu pertama sejak kelahiran, dan 15 jam per hari pada bulan petama sejak kelahiran. Seorang bayi yang baru lahir sampai kira-kira usia 3 bulan, akan menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam (Brazelton, 2005). Solus Per Aqua (SPA) merupakan salah satu fisioterapi pada bayi dan dapat merangsang gerakan motorik bayi. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian sebelumnya bahwa Menurut Kurnianingrum (2014), tentang frekuensi kunjungan Baby spa kaitanya dengan berat badan bayi bahwa ada hubungan sikap ibu dan frekuensi kunjungan spa bayi dengan kenaikan berat badan bayi di Puskesmas Gantiwarno Klaten. Tempat baby spa di Ungaran ada 2 dan salah satu nya klinik “A” baby spa ini merupakan salah satu tempat baby spa yang ada diungaran kabupaten semarang, dengan semakin meningkatkan keadaan hidup sehat saat ini, masyakarat semakin peduli akan pentingnya perawatan tubuh secara menyuluruh, seperti perawatan kulit wajah, kulit tubuh, rambut dan kuku, tidak terkecuali pada bayi dan anak, maka dari itu minat untuk mengunjungi baby spa akan lebih meningkat. Berdasarkan wawancara kepada pemilik klinik baby spa “A” bahwa orang tua yang membawa anaknya mendapat keluhan bahwa tidur bayi kurang saat tidur pada malam hari maupun siang hari sehingga orang tua membawa anaknya untuk melakukan baby spa dan biasanya pasiennya mengatakan bahwa bayi nya setelah melakukan baby spa tidurnya nyenyak, dan menjadi tidak rewel. Data kunjungan 3 bulan terakhir kunjungan pasien pijat dan spa bayi di Klinik Amor Baby Spa Ungaran data diperoleh pada bulan januarimaret 2016 pengunjung baby spa sebanyak 101 bayi. Sementara 5 bayi yang datang ke klinik “A” untuk melakukan Baby spa 3 (60%) orangtua bayi diantaranya dapat merasakan manfaat baby spa, sedangkan 2 (40%) orangtua bayi belum merasakan perubahan-perubahan yang signifikan saat melakukan baby spa salah satunya masih terdapat gangguan tidur pada bayinya. Selain itu berdasarkan survey pendahuluan terhadap orangtua bayi yang tidak melakukan spa dari 3 (60%) orangtua bayi mengatakan bahwa bayinya terdapat gangguan tidur pada siang maupun pada malam hari. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “perbedaan sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa dengan kualitas tidur pada bayi usia 3-6 bulan di klinik “A” Ungaran kabupaten Semarang”. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimen design dengan menggunakan one group pre test-post test design, yaitu penelitian sesaat dengan pemberian pre test dahulu sebelum diberikan perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservsi kemabali. Perbadaan antara pre test dan post test dari treatment atau eksperimen. Penelitian dilakukan di Klinik “A” dilaksanakan selama 9 hari tanggal tanggal 25 juni-3 Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang berumur 3-6 bulan sebanyak 50 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang berumur 3-6 bulan yang pertama kali melakukan baby spa sebanyak 17 responden yang memilih dengan menggunakan criteria insklusi dan ekslusi. kriteria Insklusi adalah Bayi yang saat melakukan baby spa dalam keadaan tidak sakit, bayi yang melakukan baby spa pertama kali. Kriteria ekslusi dalam penelitian i ni yaitu bayi yang mengalami cacat fisik dan mental. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Usia No Usia Juml Presenta (Bulan) ah se (%) 1 3 bulan 4 23,5 2 4 bulan 4 23,5 3 5 bulan 5 29,5 4 6 bulan 4 23,5 Total 17 100 Tabel 4.1 menunjukan bahwa umur responden berusia 3 bulan 4 reponden (23,5%) , berusia 4 bulan 4 responden (23,5%), berusia 5 bulan 5 responden (29,5%), berusia 6 bulan 4 responden (23.5%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan jenis kelamin N Jenis Jumla Presenta o Kelamin h se (%) 1 Laki-laki 9 52,9 2 Perempu 8 47,1 an Total 17 100 Tabel 4.2 menunjukan bahwa jenis kelamin responden Laki-laki 9 responden (52,9%), dan perempuan 8 respoden (47,1%). 2. Kualitas Tidur. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Sebelum Pelaksanaan Baby Spa Sebelum Pelaksanaan Baby Spa Kualitas Jumlah Presentase Tidur (%) Baik 5 29,4 Buruk 12 70,6 Total 100 Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 17 responden kelompok intervensi, kualitas tidur bayi sebelum pelaksanaan baby spa bayi dengan kualitas tidur baik terdapat 5 responden (29,4%), sedangkan bayi yang memiliki kualitas tidur buruk sebelum pelaksanaan baby spa terdapat 12 responden (70,6%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur Setelah Pelaksanaan Baby Spa Pelaksanaan Baby Spa Setelah Pelaksanaan Baby Spa Kualitas Jumlah Presentase Tidur (%) Baik 13 76,5 Buruk 4 23,5 Total 17 100 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 17 responden kelompok intervensi, kualitas tidur bayi Setelah pelaksanaan baby spa bayi dengan kualitas tidur baik terdapat 13 responden (76,5%), sedangkan yang kualitas tidur buruk setelah pelaksanaan baby spa terdapat 4 responden (23,5%). B. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Baby Spa Pada Bayi Usia 3-6 Bulan. Tabel.4.5 Test statistics perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa pada kelompok intervensi adalah sebagai berikut Varia Juml Me Z P bel ah an (Val ue) Kualit 17 5.00 0.010 as 2.5 Tidur 93 Bayi Sebelu m Dan Kualit 17 3.00 0.010 as 2.5 Tidur 93 Sesud ah Baby Spa Tabel 4.5 Dapat diketahui bahwa berdasarkan analisis uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test untuk perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa di Kabupaten Ungaran pada kelompok intervensi diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar 2.593 Dengan nilai signifikasi (p=value) sebesar 0.010 dimana nilai probabilitas 0.010 Kurang dari nilai α <0,05, maka dengan ini hipotesis pada penelitian ini diterima, bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa pada bayi usia 3-6 bulan Ungaran di Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Kualitas Tidur Sebelum Pelaksanaan Baby Spa Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa jenis kelamin responden Laki-laki 9 responden (52,9%), dan perempuan 8 respoden (47,1%). Dalam aktivitas fisik nya pada bayi usia 6-12 bulan dalam pemberian terapi pijat bayi juga berhubungan dengan jenis kelamin, dalam penelitian ini didapatkan data 32 (61,5%) responden perempuan dan 20 (38,4%) responden laki-laki. Anak perempuan memiliki kelenturan fisiknya 5% - 10 % lebih baik dari pada anak laki laki pada penelitian yang dilakukan Ratna (2013)yang berjudul “Hubungan frekuensi pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 6-12 bulan di Asri Medical Center Yogyakarta Tahun 2013” didapatkan pada anak berjenis kelamin perempuan mengalami penurunan perkembangan suspect sebanyak dua kali dibandingkan anak berjenis kelamin laki - laki. Hal ini menunjukkan pijat bayi lebih berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan pada jenis kelamin laki - laki dibandingkan perempuan dalam melakuan aktivitas fisiknya. Sehingga kebutuhan pijat bayi pada anak perempuan lebih banyak dibandingkan anak laki-laki. Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 17 responden kelompok perlakuan kualitas tidur bayi sebelum pelaksanaan baby spa bayi dengan kualitas tidur baik terdapat 5 responden dengan presentase (29,4%), sedangkan bayi yang memiliki kualitas tidur buruk sebelum pelaksanaan baby spa terdapat 12 responden dengan presentase (70,6%). Dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 6 responden dengan presentase (35,2%) dengan posisi tidur miring posisi ini merupakan posisi yang tidak baik untuk posisi tidur bayi. Ini sejalan dengan teori Richindo (2010) bahwa posisi miring yang terus-menerus pada salah satu sisi dapat mengakibatkan tulang-tulang iga di bagian ini menjadi lebih datar akibat menahan tekanan yang terusmenerus. Tulang punggungnya kemudian terdorong ke sisi lainnya dan menjadi bengkok. Keadaan ini dalam istilah kedokteran skoliase bayi, sikap ini juga menyebabkan sisi pantat menjadi lebih datar dan lipatannya menjadi lebih dalam. Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 17 responden kelompok intervensi , kualitas tidur bayi sebelum pelaksanaan baby spa bayi dengan kualitas tidur baik terdapat 5 responden dengan presentase (29,4%), sedangkan bayi yang memiliki kualitas tidur buruk sebelum pelaksana an baby spa terdapat 12 responden dengan presentase (70,6%). Dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 11 responden dengan presentase (64,7%) yang mengalami kualitas tidur buruk dengan jumlah tidur siang < 8 jam, sedangkan dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 12 responden dengan presentase (70,6%) jumlah tidur malam < 9 jam, dan hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 10 responden dengan presentase (58,8%) mengalami rata-rata terbangun 3 kali dan selama tidur bayi terlihat rewel, menangis dan sulit untuk tidur kembali. Ini sejalan dengan teori Wahyuni (2008) bahwa kualitas tidur bayi dikatakan mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya < 9 jam, terbangun 3 kali atau lebih dan selama tidur bayi terlihat selalu rewel menangis dan sulit untuk tidur kembali. 2. Kualitas Tidur Sesudah Pelaksanaan Baby Spa. Pada tabel 4.4 Untuk distribusi frekuensi dan presentasi responden pada kelompok intervensi sesudah dilakukan pelaksanaan baby spa terdapat 13 responden dengan presentase (76,5%) memiliki kualitas tidur baik, 4 responden mengalami kualitas tidur buruk dengan presentase (23,5%). Dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 14 responden dengan presentase (82,3%) yang sudah mengetahui posisi tidur terlentang, ini merupakan posisi tidur yang baik. Penelitian ini Sejalan dengan teori Ratih (2010) bahwa tidur terlentang merupakan sikap posisi tidur yang dapat membantu pola perkembangan. Posisi ini juga dapat mengurangi rasa terkejut, yang sering kali merupakan bagian normal dari siklus tidur ringan, yang menggangu tidur mereka, selain itu cara ini dapat membantu orang tua dalam mencegah SIDS (Sudden Infant Death Sydrome-Sindrom) kematian bayi mendadak. Pada tabel 4.4 Untuk distribusi frekuensi dan presentasi responden pada kelompok intervensi sesudah dilakukan pelaksanaan baby spa terdapat 13 responden dengan presentase (76,5%) memiliki kualitas tidur baik, 4 responden mengalami kualitas tidur buruk dengan presentase (23,5%). Dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 16 responden dengan presentase (94%), yang mempunyai kebiasaan minum susu sebelum tidur. Oleh karena itu bayi yang sebelum tidur diberikan minum susu, tidurnya akan lebih nyenyak dan lebih lama dibandingkan yang tidak minum susu sebelum tidur. Ini sejalan dengan teori (Muslihatun, 2010) kebiasaan minum susu sebelum tidur juga akan berpengaruh terhadap kualitas tidur bayi. Susu mengandung alfa protein yang dapat meingkatkan kadar tryptophan. Tritophan merupakan precursor dari hormone melatonin dan serotonin yang bertugas sebagai penghubung antar syaraf (neurotransmitter) serta pengatur kebiasaan (neurobehav ioral) yang berpengaruh pada pola kesadaran, persepsi dan rasa sakit juga akan berpengaruh terhadap pola tidur. Dan teori menurut Suryono (2011) bahwa bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena merasa belum kenyang. Karena itu, penuhi kebutuhan makan dan minum bayi sebelum tidur. Pada tabel 4.4 Untuk distribusi frekuensi dan presentasi responden pada kelompok intervensi sesudah dilakukan pelaksanaan baby spa terdapat 13 responden dengan presentase (76,5%) memiliki kualitas tidur baik, 4 responden mengalami kualitas tidur buruk dengan presentase (23,5%). Dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 5 responden dengan presentase (29,4%) yang mengalami peningkatan jumlah kualitas tidur siang baik yaitu > 8 jam, sedangkan dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 8 reponden dengan presentasi (47%) jumlah kualitas tidur malam > 9 jam. Ini sejalan dengan teori Brazelton (2005), bahwa waktu yang dibutuhkan bayi selama tidur menghabiskan waktu sekitar 1517 jam, dengan pembagian waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam. Bayi dikatakan memiliki kualitas tidur yang baik apabila lama tidurnya biasanya hampir seimbang antara siang dan malam. Pada tabel 4.4 Untuk distribusi frekuensi dan presentasi responden pada kelompok intervensi sesudah dilakukan pelaksanaan baby spa terdapat 13 responden dengan presentase (76,5%) memiliki kualitas tidur baik, 4 responden mengalami kualitas tidur buruk dengan presentase (23,5%). Dari hasil penelitian didapatkan dari 17 responden ada 15 responden dengan presentasi (88,2%) mengalami pengurangan. rata-rata terbangun < 3 kali pada malam hari. Ini sejalan dengan teori Brazelton (2005) bahwa rata-rata terbangun pada malam hari karena bayi terlihat rewel dan gelisah yaitu minimal 2 kali. C. Analisis Bivariat 1. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Baby Spa pada bayi usia 3-6 bulan di Klinik “A” Ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar -2.593 dengan nilai signifikan (p=value) sebesar 0.010 dimana nilai probabilitas 0.010 Kurang dari nilai α 0.05, hasil uji statsitik ini menunjukka n terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah melaksanakan baby spa. Hasil penelitian yang sudah dilakukan di Klinik “A” yaitu bahwa ada perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan pelaksanaan baby spa, dimana bayi sebelum melakukan baby spa cenderung memiliki kualitas tidur buruk, dan bayi sesudah melakukan baby spa cenderung memiliki kualitas tidur baik. Dari penelitian ini, sebelum melakukan pelaksanaan baby spa terdapat 5 responden (29,4%) dari 17 responden yang mempunyai kualitas tidur baik, namun setelah melakukan pelaksanaan baby spa yang mengalami kualitas tidur baik terdapat 13 responden dengan presentase (76,5%) yang mengalami kualitas tidur baik karena peningkatan yang mempengaruhi istirahat 15-17 jam dalam 24 jam. Dengan pembagian waktu tidur malam > 9 jam dan 8 jam untuk tidur siang hari. Ini sejalan dengan teori Brazelton (2005), bahwa waktu yang dibutuhkan bayi selama tidur menghabiskan waktu sekitar 15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam. Bayi dikatakan memiliki kualitas tidur yang baik apabila lama tidurnya biasanya hampir seimbang antara siang dan malam. Didukung oleh penelitian sebelumnya Martini, 2014 bahwa kuantitas tidur bayi sesudah dilakukan pemijatan lebh tinggi 913,77 jam.hari) dari pada sebelum pemijatan (12,42 jam/hari) dengan rerata peningkatan sebesar 1,29 jam/hari. Hasil uji statistik diperoleh terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dengan nilai (p=000). Dari hasil penelitian 17 responden ada 13 responden dengan presentase (76,5%) orang tua dapat merasakan manfaat baby spa yaitu rangkaian berendam atau berenang dan pijat manfaatnya antara lain menambah kualitas tidur selain itu, pijatan pada bayi sangat bermanfaat untuk relaksasi. Hal Ini sejalan dengan teori Septiari (2012) pijatan menghasilkan perubahan yang fisiologis yang menguntungkan dan dapat diukur secara ilmiah, antara lain melalui pengukuran kadar corticol ludah, kadar cortisol plasma secara radioimm unoassay, kadar hormon stress (catecholamine) air seni, dan pemeriksaan EEG (electro encephalogram atau gambaran gelombang otak). Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh bahwa besarnya nilai Z sebesar 2.593 dengan nilai signifikan (p=value) sebesar 0.010 dimana nilai probabilitas 0.010 Kurang dari nilai α 0.05, hasil uji statsitik ini menunjukkan terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah melaksanakan baby spa. Ada satu responden pada saat dilakukan pre test (sebelum dilakukan pelaksanaan baby spa) kualitas tidur responden dalam kategori baik akan tetapi setelah dilakukan post test kualitas tidur sesudah pelaksanaan baby spa dalam kategori buruk, hal ini dikarenakan berdasarkan hasil wawancara kepada ibu responden bahwa bayi tersebut anak pertama ibu berusia 6 bulan rewel pada malam hari sejak 2 hari belakangan dikarenakan di rumah ibu “D” ramai sanak saudara, sehingga istirahtanya terganggu dan tidak nyaman dan bayi mengalami keletihan fisik. Bayi yang mengalami keletihan fisik akan sulit tidur dan akan mudah rewel jika akan tidur serta dalam tidurnya bayi tidak bisa nyenyak dan mudah terbangun. Tidur yang tidak adekuat dan kualitasbtidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologis. Hal ini didukung teori Bainbrigde (2007), kualitas tidur bayi yang rendah ini dapat dikarenakan keletihan akibat aktivitas fisik yang dilakukan bayi selama 24 jam. Menurut perry dan potter (2005), dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, koordinasi neomuskular buruk, proses penyembuhan lambat dan daya tahan tubuh menurun, sedangkan dampak psikologinya meliputi emosi lebih stabil, cemas, tidak konsentrasi, kemampuan kognitif dan menggabungkan pengalaman lebih rendah. Selain itu menurut Suryono (2011) ada 2 faktor yang terdiri dari faktor internal dan faktor ekternal. Faktor eksternal diantaranya faktor lingkungan. Dimana lingkungan yang ramai dan tidak konduksif akan mempengaruhi kualitas tidur bayi tersebut. Pada penelitian ini faktor lingkungan tidak dikendalikan secara ketat, sehingga menimbulkan pengaruh pula terhadap kualitas tidurnya.karena pada saat dilakukan pre tes jumlah terbangun pada malam hari yang dialami responden yaitu 2 x terbangun, namun pada saat dilakukan post test jumlah terbangun pada malam hari yaitu > 3 kali, sehingga ini menyebabkan kualitas tidur responden buruk. Pelaksanaan Baby spa ini dilakukan 2 x dalam 1 minggu dengan jarak post test setelah perlakuan ke 2. Ini didukung oleh penelitian sebelumnya Suwanti (2013) yang berjudul “Hubungan Frekuensi kunjungan solus per aqua (SPA) bayi kaitanya dengan kenaikan berat badan bayi “. bahwa ada hubungan frekuensi kunjungan SPA dengan berat badan bayi di Puskesmas Gantiwarno Klaten dengan nilai p value = 0,001 (p<0,05). SIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pelaksaaan baby spa di Klinik “A” Ungaran Kabupate n Semarang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian sebelum pelaksanaan baby spa yaitu 5 responden yang mengalami kualitas tidur baik dengan presentase (29,4%), sedangkan 12 responden dengan presentase (70,6%) mengalami kualitas tidur buruk. 2. Berdasarkan hasil penelitian sesudah pelaksanaan baby spa yaitu 13 reponden dengan presentase (76,5%) mengalami kualitas tidur baik, sedangkan 4 responden dengan presentase (23,5%) yang mengalami kualitas tidur buruk. 3. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah di Klinik “A” baby spa Ungaran Kabupaten Semarang yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan adanya perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah melakukan baby spa pada bayi usia 3-6 bulan dengan nilai (p=value) sebesar -2.539 dimana nilai probabilitas 0.010 Kurang dari nilai α <0,05, maka dengan ini hipotesis pada penelitian ini diterima, bahwa terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pelaksanaan baby spa pada bayi usia 3-6 bulan Ungaran di Kabupaten Semarang. DAFTAR PUSTAKA Hidayat A. Aziz Alimul, dkk 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto. Prof.Dr. Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik Jakarta : PT. Rineka Pustaka Brazelton, B.T, 2005. Menidurkan anak . Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Sadeh, Avi, 2004. A Brief Sreening Questionnaire For Infant Slepp Problems Validation and Fidings for an Internet Sample. Muslihatun N. wafi,2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmoadjo S, 2012. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Edisi ke-1. Rineka Cipta. Potter, P.A. Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep.Proses, Dan Praktik. Edisi 4 Volume I.Jakarta : Buku Kedokteran. EGC. Rachmat M, 2011. Buku Ajar Biostatistik : Aplikasi Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. Richindo. Pelatihan Mom dan Baby Spa Treatment. Yogyakarta : Jogya Learning Center. Riksani, Ria.2012.Cara Mudah dan Aman Pijat Bayi.Dunia Sehat.Jakarta Timur. Saryono,dkk. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).Yogyakarta : Nuha Medika. Septiari Bea B. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.Yogyakarta : Nuha Medika Abdurrahman, siti M, 2015. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Hudhairani, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Poliklinik Kesehatan Desa Purworejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Semarang : STIKES Karya Husada Semarang. Minarti, dkk. 2012. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Martini, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi Usia 3-6 bulan Di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Suwanti, dkk. 2013. Frekuensi Kunjungan Solus Per Aqua (SPA) Bayi Dengan Kenaikan Berat Badan Bayi. Surakarta : Kementrian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan. Frani A, 2015. Hubungan Frekuensi Baby Spa Dengan Berat Badan Pada Bayi Usia 7-12 Bulan Di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa. Ungaran : Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Ratna.2013. Hubungan frekuensi pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 6-12 bulan di Asri Medical Center Yogyakarta. Yogyaarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta. Yahya Dr. Nadjibah, 2011. Spa Bayi dan Anak. Solo : PT. Tiga Serangkai Mandiri. Siswanto, Y. 2011. Modul Mata Kuliah Biostatistik. Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Sentuhan Cinta Johnsons baby. Sentuhan Bermanfaat Bagi Kesehatan Bayi.