Putri Lintang Kencono*)Eko Susilo**) Ida Sofiyanti**) STIKES

advertisement
PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH
PELAKSANAAN BABY SPA PADA BAYI USIA 3-6 BULAN
DI KLINIK “A” UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Putri Lintang Kencono*)Eko Susilo**) Ida Sofiyanti**)
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
*)Mahasiswa D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
**)Staff Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Latar Belakang : Kualitas tidur merupakan mutu atau fisiologis tertentu selama
bayi tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu bayi
bangun dengan jumlah tidur yang tepat. Namun sekitar 25 % gangguan tidur
terjadi pada bayi sehingga menggangu kualitas tidur bayi. Atas dasar
kekhawatiran, para orangtua makin peduli terhadap terhadap perawatan yang
dapat menstimulasi pemenuhan kebutuhan tidur bayi, salah satunya adalah spa
bayi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan
sesudah pelaksanaan baby spa dengan kualitas tidur pada bayi usia 3-6 bulan di
klinik “A” Ungaran kabupaten Semarang
Metode : Rancangan penelitian ini adalah pra eksperimen design dengan
menggunakan one group pre test-post test design, dengan jumlah sempel 17 orang
diambil dengan metode purposive sampling. Kualitas tidur diukur dengan
menggunakan kuisioner Brief
Screening Questionnaire For Infart Slepp
Problems (BSQI) Dan Pelaksanaan Baby spa menggunakan Standar Operasional
Prosedur (SOP). Dengan berenang dan pijat merupakan variabel independent dan
variabel dependentnya. Kualitas tidur bayi usia bayi 3-6 bulan.Analisis data
menggunakan Program Statistic Package for the social science (SPSS). Analisis
bivariat menggunakan uji statistic Wilcoxon Signed Ranks Test.
Hasil : Untuk perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah pelaksanaan
baby spa di Kabupaten Ungaran pada kelompok intervensi diperoleh bahwa
besarnya nilai Z sebesar -2.593 Dengan nilai signifikasi (p=value) sebesar 0.010
dimana nilai probabilitas 0.010 Kurang dari nilai α <0,05,
Simpulan : Terdapat perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah pelaksanaan
baby spa pada bayi usia 3-6 bulan Ungaran di Kabupaten Semarang.
Kata Kunci : Kualitas tidur, baby spa.
Kepustakaan : 21 (2004-2015)
Ngudi Waluyo School of Health
DIV Midwivery Studi Program
Final Assignment, August 2016
Putri Lintang Kencono
030215A100
“THE DIFFERENCE ON SLEEP QUALITY BEFORE AND AFTER THE
IMPLEMENTATION OF BABY SPA AT CLINIC “A” UNGARAN
SEMARANG REGENCY”.
(xv+ 126 pages + 7 tables + 14 appendies)
ABSTRACT
Background: Sleeping quality is a quality or certain physiological condition that
babies get during their sleeping time, which recovers body’s processes which
occurs when the baby wakes up in the right number of time. Sleeping has a very
great role in the development of babies. But around 25% of sleeping disturbance
occurs on babies so it disturbs the sleeping quality of the babies. Based on the
anxiety on sleeping disturbance, parents are getting care more on treatments
which can
Objective: The purpose of this study is to know difference on sleep quality before
and after the implementation of baby spa at clinic “a” ungaran semarang regency.
Methods: The study of design was a pre-experimental with one group pretestposttest group design, the sampels in this study were 17 infants aged 3-6 months
at clinic “A” Ungaran Semarang. The data sampling used sampling technique.
Quality of sleep was measured by using the Brief Screening Questionnaire For
infant sleep Problems (BSQI), the Implementation of Baby and spa used Standard
Operating Procedure (SOP). With swim and massage as the independent variable
and the sleeping quality of baby age 3-6 month as the dependent variable. Data
analysis used statistic Package Program for the social sciences (SPSS). The
bivariate analysis used Wilcoxon Signed Ranks Test.
Results :
the difference on infant sleep quality before and after the
implementation of baby spa at clinic “A” Ungaran Regency, in the intervention
group show that Z
Value -2593 with significance value (p = value) 0.010 and the probability value
0,010 is less than α value <0.05,
Conclusion: There is difference on sleep quality before and after the
implementation of baby spa at clinic “A” ungaran semarang regency.
Keywords
: Quality of sleep, baby spa.
Bibliography : 21 (2004-2015)
PENDAHULUAN
Masa bayi masa emas
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
anaksehingga
perlu mendaparkan perhatian
khusus. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang
bayi adalah tidur dan istirahat.
Tidur nyenyak sangat penting
bagi pertumbuhan bayi, karena
saat tidur pertumbuhan otak bayi
mencapai puncaknya. Selain itu
pada saaat tidur tubuh bayi
memproduksi hormone pertumbu
han, tiga kali lebih banyak pada
saat bayi tidur dibandingkan
ketika
bayi
terbangun
(Muslihatun, 2010).
Tidur merupakan prioritas
utama bagi bayi, karena pada saat
inilah terjadi repair neuron brain
dan kurang lebih 75 %
hormone pertumbuhan diproduksi
. Bayi yang baru lahir biasanya
tidurnya lebih lama, sekitar 17-18
jam/hari dalam minggu pertama
sejak kelahiran, dan 15 jam per
hari pada bulan petama sejak
kelahiran. Seorang bayi yang baru
lahir sampai kira-kira usia 3
bulan, akan menghabiskan waktu
tidurnya sekitar 15-17 jam,
dengan pembagian waktu 8 jam
untuk tidur siang dan 9 jam untuk
tidur malam (Brazelton, 2005).
Solus Per Aqua (SPA) merupakan
salah satu fisioterapi pada bayi
dan dapat merangsang gerakan
motorik bayi.
Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian sebelumnya
bahwa Menurut Kurnianingrum
(2014),
tentang
frekuensi
kunjungan Baby spa kaitanya
dengan berat badan bayi bahwa
ada hubungan sikap ibu dan
frekuensi kunjungan spa bayi
dengan kenaikan berat badan bayi
di Puskesmas Gantiwarno Klaten.
Tempat baby spa di
Ungaran ada 2 dan salah satu
nya klinik “A” baby spa ini
merupakan salah satu tempat
baby spa yang ada diungaran
kabupaten semarang, dengan
semakin meningkatkan keadaan
hidup sehat saat ini, masyakarat
semakin peduli akan pentingnya
perawatan
tubuh
secara
menyuluruh, seperti perawatan
kulit wajah, kulit tubuh, rambut
dan kuku, tidak terkecuali pada
bayi dan anak, maka dari itu
minat untuk mengunjungi baby
spa akan lebih meningkat.
Berdasarkan wawancara
kepada pemilik klinik baby spa
“A” bahwa orang tua yang
membawa anaknya mendapat
keluhan bahwa tidur bayi kurang
saat tidur pada malam hari
maupun siang hari sehingga
orang tua membawa anaknya
untuk melakukan baby spa dan
biasanya pasiennya mengatakan
bahwa
bayi
nya
setelah
melakukan baby spa tidurnya
nyenyak, dan menjadi tidak
rewel.
Data kunjungan 3 bulan
terakhir kunjungan pasien pijat
dan spa bayi di Klinik Amor
Baby
Spa
Ungaran
data
diperoleh pada bulan januarimaret 2016 pengunjung baby
spa
sebanyak
101
bayi.
Sementara 5 bayi yang datang ke
klinik “A” untuk melakukan
Baby spa 3 (60%) orangtua bayi
diantaranya dapat merasakan
manfaat baby spa, sedangkan 2
(40%) orangtua bayi belum
merasakan perubahan-perubahan
yang signifikan saat melakukan
baby spa salah satunya masih
terdapat gangguan tidur pada
bayinya.
Selain itu berdasarkan
survey pendahuluan terhadap
orangtua bayi yang tidak
melakukan spa dari 3 (60%)
orangtua
bayi
mengatakan
bahwa
bayinya
terdapat
gangguan tidur pada siang
maupun pada malam hari.
Berdasarkan
latar
belakang diatas peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan
judul “perbedaan sebelum dan
sesudah pelaksanaan baby spa
dengan kualitas tidur pada bayi
usia 3-6 bulan di klinik “A”
Ungaran kabupaten Semarang”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah pra eksperimen design
dengan menggunakan one group
pre test-post test design, yaitu
penelitian
sesaat
dengan
pemberian pre test dahulu
sebelum diberikan perlakuan
kemudian setelah diberikan
perlakuan
sampel
tersebut
diobservsi kemabali. Perbadaan
antara pre test dan post test dari
treatment atau eksperimen.
Penelitian dilakukan di Klinik
“A” dilaksanakan selama 9 hari
tanggal tanggal 25 juni-3 Juli
2016.
Populasi dalam penelitian
ini adalah
semua bayi yang
berumur 3-6 bulan sebanyak 50
responden. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive
sampling.
Sampel
dalam
penelitian ini adalah bayi yang
berumur 3-6 bulan yang pertama
kali
melakukan
baby
spa
sebanyak 17 responden yang
memilih dengan menggunakan
criteria
insklusi
dan ekslusi.
kriteria Insklusi adalah Bayi yang
saat melakukan baby spa dalam
keadaan tidak sakit, bayi yang
melakukan baby spa pertama kali.
Kriteria ekslusi dalam penelitian i
ni yaitu bayi yang mengalami
cacat fisik dan mental.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No
Usia
Juml Presenta
(Bulan)
ah
se (%)
1
3 bulan
4
23,5
2
4 bulan
4
23,5
3
5 bulan
5
29,5
4
6 bulan
4
23,5
Total
17
100
Tabel 4.1 menunjukan bahwa
umur responden berusia 3 bulan 4
reponden (23,5%) , berusia 4 bulan
4 responden (23,5%), berusia 5 bulan
5 responden (29,5%), berusia 6 bulan
4 responden (23.5%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Jumlah Responden Berdasarkan jenis
kelamin
N
Jenis
Jumla Presenta
o Kelamin
h
se (%)
1 Laki-laki
9
52,9
2 Perempu
8
47,1
an
Total
17
100
Tabel 4.2 menunjukan bahwa
jenis kelamin responden Laki-laki 9
responden (52,9%), dan perempuan 8
respoden (47,1%).
2. Kualitas Tidur.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Kualitas
Tidur Sebelum Pelaksanaan Baby
Spa
Sebelum Pelaksanaan Baby Spa
Kualitas
Jumlah
Presentase
Tidur
(%)
Baik
5
29,4
Buruk
12
70,6
Total
100
Tabel 4.3
menunjukan
bahwa dari 17 responden kelompok
intervensi, kualitas tidur bayi
sebelum pelaksanaan baby spa bayi
dengan kualitas tidur baik terdapat 5
responden (29,4%), sedangkan bayi
yang memiliki kualitas tidur buruk
sebelum pelaksanaan baby spa
terdapat 12 responden (70,6%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Kualitas
Tidur Setelah Pelaksanaan Baby Spa
Pelaksanaan Baby Spa
Setelah Pelaksanaan Baby Spa
Kualitas
Jumlah
Presentase
Tidur
(%)
Baik
13
76,5
Buruk
4
23,5
Total
17
100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan
bahwa dari 17 responden kelompok
intervensi, kualitas tidur bayi Setelah
pelaksanaan baby spa bayi dengan
kualitas tidur baik terdapat 13
responden (76,5%), sedangkan yang
kualitas tidur
buruk setelah
pelaksanaan baby spa terdapat 4
responden (23,5%).
B. Perbedaan Kualitas Tidur
Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan
Baby Spa Pada Bayi Usia 3-6 Bulan.
Tabel.4.5 Test statistics perbedaan
kualitas tidur sebelum dan sesudah
pelaksanaan
baby
spa
pada
kelompok intervensi adalah sebagai
berikut
Varia Juml Me
Z
P
bel
ah
an
(Val
ue)
Kualit
17
5.00
0.010
as
2.5
Tidur
93
Bayi
Sebelu
m Dan
Kualit
17
3.00
0.010
as
2.5
Tidur
93
Sesud
ah
Baby
Spa
Tabel 4.5 Dapat diketahui
bahwa berdasarkan analisis uji
statistik Wilcoxon Signed Ranks Test
untuk perbedaan kualitas tidur bayi
sebelum dan sesudah pelaksanaan
baby spa di Kabupaten Ungaran pada
kelompok
intervensi
diperoleh
bahwa besarnya nilai Z sebesar 2.593 Dengan nilai signifikasi
(p=value) sebesar 0.010 dimana nilai
probabilitas 0.010 Kurang dari nilai
α <0,05, maka dengan ini hipotesis
pada penelitian ini diterima, bahwa
terdapat perbedaan kualitas tidur
sebelum dan sesudah pelaksanaan
baby spa pada bayi usia 3-6 bulan
Ungaran di Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Kualitas
Tidur
Sebelum
Pelaksanaan Baby Spa
Berdasarkan
tabel
4.2
menunjukan
bahwa
jenis
kelamin responden Laki-laki 9
responden
(52,9%),
dan
perempuan
8
respoden
(47,1%). Dalam aktivitas fisik
nya pada bayi usia 6-12 bulan
dalam pemberian terapi pijat
bayi juga berhubungan dengan
jenis kelamin, dalam penelitian
ini didapatkan data 32 (61,5%)
responden perempuan dan 20
(38,4%) responden laki-laki.
Anak perempuan memiliki
kelenturan fisiknya 5% - 10 %
lebih baik dari pada anak laki laki pada penelitian yang
dilakukan Ratna (2013)yang
berjudul “Hubungan frekuensi
pijat bayi dengan kualitas tidur
bayi usia 6-12 bulan di Asri
Medical Center Yogyakarta
Tahun 2013” didapatkan pada
anak
berjenis
kelamin
perempuan
mengalami
penurunan
perkembangan
suspect sebanyak dua kali
dibandingkan anak berjenis
kelamin laki - laki. Hal ini
menunjukkan pijat bayi lebih
berpengaruh
terhadap
peningkatan
perkembangan
pada jenis kelamin laki - laki
dibandingkan
perempuan
dalam melakuan aktivitas
fisiknya. Sehingga kebutuhan
pijat
bayi
pada
anak
perempuan
lebih
banyak
dibandingkan anak laki-laki.
Berdasarkan tabel 4.3
menunjukan bahwa dari 17
responden kelompok perlakuan
kualitas tidur bayi sebelum
pelaksanaan baby spa bayi
dengan kualitas tidur baik
terdapat 5 responden dengan
presentase (29,4%), sedangkan
bayi yang memiliki kualitas
tidur
buruk
sebelum
pelaksanaan baby spa terdapat
12
responden
dengan
presentase (70,6%).
Dari hasil penelitian
didapatkan dari 17 responden
ada 6 responden dengan
presentase (35,2%) dengan
posisi tidur miring posisi ini
merupakan posisi yang tidak
baik untuk posisi tidur bayi. Ini
sejalan dengan teori Richindo
(2010) bahwa posisi miring
yang terus-menerus pada salah
satu sisi dapat mengakibatkan
tulang-tulang iga di bagian ini
menjadi lebih datar akibat
menahan tekanan yang terusmenerus. Tulang punggungnya
kemudian terdorong ke sisi
lainnya dan menjadi bengkok.
Keadaan ini dalam istilah
kedokteran skoliase bayi, sikap
ini juga menyebabkan sisi
pantat menjadi lebih datar dan
lipatannya
menjadi
lebih
dalam.
Berdasarkan tabel 4.3
menunjukan bahwa dari 17
responden kelompok intervensi
, kualitas tidur bayi sebelum
pelaksanaan baby spa bayi
dengan kualitas tidur baik
terdapat 5 responden dengan
presentase (29,4%), sedangkan
bayi yang memiliki kualitas
tidur buruk sebelum pelaksana
an baby spa terdapat 12
responden dengan presentase
(70,6%).
Dari hasil penelitian
didapatkan dari 17 responden
ada 11 responden dengan
presentase
(64,7%)
yang
mengalami kualitas tidur buruk
dengan jumlah tidur siang < 8
jam, sedangkan dari hasil
penelitian didapatkan dari 17
responden ada 12 responden
dengan presentase (70,6%)
jumlah tidur malam < 9 jam,
dan hasil penelitian didapatkan
dari 17 responden ada 10
responden dengan presentase
(58,8%) mengalami rata-rata
terbangun 3 kali dan selama
tidur bayi terlihat rewel,
menangis dan sulit untuk tidur
kembali. Ini sejalan dengan
teori Wahyuni (2008) bahwa
kualitas tidur bayi dikatakan
mengalami gangguan tidur jika
pada malam hari tidurnya < 9
jam, terbangun 3 kali atau lebih
dan selama tidur bayi terlihat
selalu rewel menangis dan sulit
untuk tidur kembali.
2. Kualitas
Tidur
Sesudah
Pelaksanaan Baby Spa.
Pada tabel 4.4 Untuk
distribusi
frekuensi
dan
presentasi
responden
pada
kelompok intervensi sesudah
dilakukan pelaksanaan baby spa
terdapat 13 responden dengan
presentase (76,5%) memiliki
kualitas tidur baik, 4 responden
mengalami kualitas tidur buruk
dengan presentase (23,5%).
Dari
hasil
penelitian
didapatkan dari 17 responden
ada 14 responden dengan
presentase (82,3%) yang sudah
mengetahui
posisi
tidur
terlentang, ini merupakan posisi
tidur yang baik. Penelitian ini
Sejalan dengan teori Ratih
(2010) bahwa tidur terlentang
merupakan sikap posisi tidur
yang dapat membantu pola
perkembangan. Posisi ini juga
dapat mengurangi rasa terkejut,
yang sering kali merupakan
bagian normal dari siklus tidur
ringan, yang menggangu tidur
mereka, selain itu cara ini dapat
membantu orang tua dalam
mencegah SIDS (Sudden Infant
Death
Sydrome-Sindrom)
kematian bayi mendadak.
Pada tabel 4.4 Untuk
distribusi
frekuensi
dan
presentasi
responden
pada
kelompok intervensi sesudah
dilakukan pelaksanaan baby spa
terdapat 13 responden dengan
presentase (76,5%) memiliki
kualitas tidur baik, 4 responden
mengalami kualitas tidur buruk
dengan presentase (23,5%).
Dari
hasil
penelitian
didapatkan dari 17 responden
ada 16 responden dengan
presentase
(94%),
yang
mempunyai kebiasaan minum
susu sebelum tidur. Oleh karena
itu bayi yang sebelum tidur
diberikan minum susu, tidurnya
akan lebih nyenyak dan lebih
lama dibandingkan yang tidak
minum susu sebelum tidur.
Ini sejalan dengan teori
(Muslihatun, 2010) kebiasaan
minum susu sebelum tidur juga
akan berpengaruh terhadap
kualitas tidur bayi. Susu
mengandung alfa protein yang
dapat
meingkatkan
kadar
tryptophan. Tritophan
merupakan
precursor
dari
hormone
melatonin
dan
serotonin yang bertugas sebagai
penghubung
antar
syaraf
(neurotransmitter) serta
pengatur kebiasaan (neurobehav
ioral) yang berpengaruh pada
pola kesadaran, persepsi dan
rasa sakit juga akan berpengaruh
terhadap pola tidur. Dan teori
menurut Suryono (2011) bahwa
bayi yang sulit tidur atau sering
terbangun dari tidurnya karena
merasa belum kenyang. Karena
itu, penuhi kebutuhan makan
dan minum bayi sebelum tidur.
Pada tabel 4.4 Untuk
distribusi
frekuensi
dan
presentasi
responden
pada
kelompok intervensi sesudah
dilakukan pelaksanaan baby spa
terdapat 13 responden dengan
presentase (76,5%) memiliki
kualitas tidur baik, 4 responden
mengalami kualitas tidur buruk
dengan presentase (23,5%).
Dari
hasil
penelitian
didapatkan dari 17 responden
ada 5 responden dengan
presentase
(29,4%)
yang
mengalami peningkatan jumlah
kualitas tidur siang baik yaitu >
8 jam, sedangkan dari hasil
penelitian didapatkan dari 17
responden ada 8 reponden
dengan presentasi (47%) jumlah
kualitas tidur malam > 9 jam. Ini
sejalan dengan teori Brazelton
(2005), bahwa waktu yang
dibutuhkan bayi selama tidur
menghabiskan waktu sekitar 1517 jam, dengan pembagian
waktu 8 jam untuk tidur siang
dan 9 jam untuk tidur malam.
Bayi dikatakan memiliki kualitas
tidur yang baik apabila lama
tidurnya
biasanya
hampir
seimbang antara siang dan
malam.
Pada tabel 4.4 Untuk
distribusi
frekuensi
dan
presentasi
responden
pada
kelompok intervensi sesudah
dilakukan pelaksanaan baby spa
terdapat 13 responden dengan
presentase (76,5%) memiliki
kualitas tidur baik, 4 responden
mengalami kualitas tidur buruk
dengan presentase (23,5%).
Dari
hasil
penelitian
didapatkan dari 17 responden
ada 15 responden dengan
presentasi (88,2%) mengalami
pengurangan. rata-rata terbangun
< 3 kali pada malam hari. Ini
sejalan dengan teori Brazelton
(2005)
bahwa
rata-rata
terbangun pada malam hari
karena bayi terlihat rewel dan
gelisah yaitu minimal 2 kali.
C. Analisis Bivariat
1. Perbedaan Kualitas Tidur
Sebelum
dan
Sesudah
Pelaksanaan Baby Spa pada bayi
usia 3-6 bulan di Klinik “A”
Ungaran Kabupaten Semarang.
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji
statistic dengan menggunakan
uji Wilcoxon Signed Rank Test
diperoleh bahwa besarnya nilai
Z sebesar -2.593 dengan nilai
signifikan (p=value) sebesar
0.010 dimana nilai probabilitas
0.010 Kurang dari nilai α 0.05,
hasil uji statsitik ini menunjukka
n terdapat perbedaan kualitas
tidur sebelum dan sesudah
melaksanakan baby spa.
Hasil penelitian yang
sudah dilakukan di Klinik “A”
yaitu bahwa ada perbedaan
kualitas tidur sebelum dan
sesudah melakukan pelaksanaan
baby spa, dimana bayi sebelum
melakukan baby spa cenderung
memiliki kualitas tidur buruk,
dan bayi sesudah melakukan
baby spa cenderung memiliki
kualitas tidur baik.
Dari
penelitian
ini,
sebelum melakukan pelaksanaan
baby spa terdapat 5 responden
(29,4%) dari 17 responden yang
mempunyai kualitas tidur baik,
namun
setelah
melakukan
pelaksanaan baby spa yang
mengalami kualitas tidur baik
terdapat 13 responden dengan
presentase
(76,5%)
yang
mengalami kualitas tidur baik
karena
peningkatan yang
mempengaruhi istirahat 15-17
jam dalam 24 jam. Dengan
pembagian waktu tidur malam >
9 jam dan 8 jam untuk tidur
siang hari.
Ini sejalan dengan teori
Brazelton (2005), bahwa waktu
yang dibutuhkan bayi selama
tidur
menghabiskan
waktu
sekitar 15-17 jam, dengan
pembagian waktu 8 jam untuk
tidur siang dan 9 jam untuk tidur
malam. Bayi dikatakan memiliki
kualitas tidur yang baik apabila
lama tidurnya biasanya hampir
seimbang antara siang dan
malam.
Didukung oleh penelitian
sebelumnya
Martini,
2014
bahwa kuantitas tidur bayi
sesudah dilakukan pemijatan
lebh tinggi 913,77 jam.hari) dari
pada sebelum pemijatan (12,42
jam/hari)
dengan
rerata
peningkatan
sebesar
1,29
jam/hari. Hasil uji statistik
diperoleh terdapat pengaruh pijat
bayi terhadap kuantitas tidur
bayi usia 3-6 bulan dengan nilai
(p=000).
Dari hasil penelitian 17
responden ada 13 responden
dengan presentase (76,5%)
orang tua dapat merasakan
manfaat
baby
spa
yaitu
rangkaian
berendam
atau
berenang dan pijat manfaatnya
antara lain menambah kualitas
tidur selain itu, pijatan pada bayi
sangat
bermanfaat
untuk
relaksasi. Hal Ini sejalan dengan
teori Septiari (2012) pijatan
menghasilkan perubahan yang
fisiologis yang menguntungkan
dan dapat diukur secara ilmiah,
antara lain melalui pengukuran
kadar corticol ludah, kadar
cortisol plasma secara radioimm
unoassay, kadar hormon stress
(catecholamine) air seni, dan
pemeriksaan
EEG
(electro
encephalogram atau gambaran
gelombang otak).
Berdasarkan tabel 4.6
hasil uji statistic dengan
menggunakan uji Wilcoxon
Signed Rank Test diperoleh
bahwa besarnya nilai Z sebesar 2.593 dengan nilai signifikan
(p=value) sebesar 0.010 dimana
nilai probabilitas 0.010 Kurang
dari nilai α 0.05, hasil uji
statsitik
ini
menunjukkan
terdapat perbedaan kualitas tidur
sebelum
dan
sesudah
melaksanakan baby spa.
Ada satu responden pada
saat
dilakukan
pre
test
(sebelum dilakukan pelaksanaan
baby spa)
kualitas
tidur
responden dalam kategori baik
akan tetapi setelah dilakukan
post test kualitas tidur sesudah
pelaksanaan baby spa dalam
kategori
buruk,
hal
ini
dikarenakan berdasarkan hasil
wawancara
kepada
ibu
responden bahwa bayi tersebut
anak pertama ibu berusia 6 bulan
rewel pada malam hari sejak 2
hari belakangan dikarenakan di
rumah ibu “D” ramai sanak
saudara, sehingga istirahtanya
terganggu dan tidak nyaman dan
bayi mengalami keletihan fisik.
Bayi yang mengalami keletihan
fisik akan sulit tidur dan akan
mudah rewel jika akan tidur
serta dalam tidurnya bayi tidak
bisa nyenyak dan mudah
terbangun. Tidur yang tidak
adekuat dan kualitasbtidur yang
buruk dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan
fisiologi dan psikologis. Hal ini
didukung
teori
Bainbrigde
(2007), kualitas tidur bayi yang
rendah ini dapat dikarenakan
keletihan akibat aktivitas fisik
yang dilakukan bayi selama 24
jam.
Menurut perry dan potter
(2005),
dampak
fisiologi
meliputi penurunan aktivitas
sehari-hari, rasa capai, lemah,
koordinasi neomuskular buruk,
proses penyembuhan lambat dan
daya tahan tubuh menurun,
sedangkan dampak psikologinya
meliputi emosi lebih stabil,
cemas,
tidak
konsentrasi,
kemampuan
kognitif
dan
menggabungkan
pengalaman
lebih rendah.
Selain
itu
menurut
Suryono (2011) ada 2 faktor
yang terdiri dari faktor internal
dan faktor ekternal. Faktor
eksternal diantaranya faktor
lingkungan. Dimana lingkungan
yang ramai dan tidak konduksif
akan mempengaruhi kualitas
tidur bayi tersebut. Pada
penelitian ini faktor lingkungan
tidak dikendalikan secara ketat,
sehingga menimbulkan
pengaruh pula terhadap kualitas
tidurnya.karena
pada
saat
dilakukan pre tes jumlah
terbangun pada malam hari yang
dialami responden yaitu 2 x
terbangun, namun pada saat
dilakukan post test jumlah
terbangun pada malam hari yaitu
> 3 kali, sehingga ini
menyebabkan kualitas tidur
responden buruk.
Pelaksanaan Baby spa ini
dilakukan 2 x dalam 1 minggu
dengan jarak post test setelah
perlakuan ke 2. Ini didukung
oleh penelitian sebelumnya
Suwanti (2013) yang berjudul
“Hubungan Frekuensi
kunjungan solus per aqua (SPA)
bayi kaitanya dengan kenaikan
berat badan bayi “. bahwa ada
hubungan frekuensi kunjungan
SPA dengan berat badan bayi di
Puskesmas Gantiwarno Klaten
dengan nilai p value = 0,001
(p<0,05).
SIMPULAN
Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan
kualitas tidur sebelum dan
sesudah pelaksaaan baby spa di
Klinik “A” Ungaran Kabupate
n Semarang. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian
sebelum pelaksanaan baby spa
yaitu 5 responden yang
mengalami kualitas tidur baik
dengan presentase (29,4%),
sedangkan
12
responden
dengan presentase (70,6%)
mengalami
kualitas
tidur
buruk.
2. Berdasarkan hasil penelitian
sesudah pelaksanaan baby spa
yaitu 13 reponden dengan
presentase (76,5%) mengalami
kualitas tidur baik, sedangkan
4 responden dengan presentase
(23,5%)
yang
mengalami
kualitas tidur buruk.
3. Berdasarkan hasil penelitian
dan
pembahasan
tentang
perbedaan kualitas tidur bayi
sebelum dan sesudah di Klinik
“A” baby spa
Ungaran
Kabupaten Semarang yang
telah dilakukan oleh peneliti,
maka peneliti menyimpulkan
adanya perbedaan kualitas
tidur bayi sebelum dan sesudah
melakukan baby spa pada bayi
usia 3-6 bulan dengan nilai
(p=value)
sebesar
-2.539
dimana nilai probabilitas 0.010
Kurang dari nilai α <0,05,
maka dengan ini hipotesis pada
penelitian ini diterima, bahwa
terdapat
perbedaan kualitas
tidur sebelum dan sesudah
pelaksanaan baby spa pada
bayi usia 3-6 bulan Ungaran di
Kabupaten Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A. Aziz Alimul, dkk 2015.
Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Arikunto. Prof.Dr. Suharsimi, 2010.
Prosedur Penelitian. Suatu
Pendekatan Praktik Jakarta :
PT. Rineka Pustaka
Brazelton, B.T, 2005. Menidurkan
anak . Jakarta : PT Bhuana
Ilmu Populer
Sadeh, Avi, 2004. A Brief Sreening
Questionnaire For Infant
Slepp Problems Validation
and Fidings for an Internet
Sample.
Muslihatun N. wafi,2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta : Fitramaya.
Notoatmoadjo S, 2012. Metodologi
Penelitian kesehatan. Jakarta:
Edisi ke-1. Rineka Cipta.
Potter, P.A. Perry, A.G. (2005).
Buku
Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep.Proses,
Dan Praktik. Edisi 4 Volume
I.Jakarta : Buku Kedokteran.
EGC.
Rachmat M, 2011. Buku Ajar
Biostatistik : Aplikasi Pada
Penelitian Kesehatan. Jakarta
: EGC.
Richindo. Pelatihan Mom dan Baby
Spa Treatment. Yogyakarta :
Jogya Learning Center.
Riksani, Ria.2012.Cara Mudah dan
Aman
Pijat
Bayi.Dunia
Sehat.Jakarta Timur.
Saryono,dkk.
2011.
Kebutuhan
Dasar
Manusia
(KDM).Yogyakarta : Nuha
Medika.
Septiari Bea B. 2012. Mencetak
Balita Cerdas dan Pola Asuh
Orang Tua.Yogyakarta :
Nuha Medika
Abdurrahman,
siti
M,
2015.
Pengaruh Pijat Bayi Terhadap
Kualitas Tidur Bayi Di Desa
Tabumela
Kecamatan
Tilango
Kabupaten
Gorontalo.
Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo.
Hudhairani, dkk. 2014. Pengaruh
Pijat Bayi Terhadap Kualitas
Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di
Poliklinik Kesehatan Desa
Purworejo
Kecamatan
Bonang Kabupaten Demak.
Semarang : STIKES Karya
Husada Semarang.
Minarti, dkk. 2012. Pengaruh Pijat
Bayi Terhadap Kualitas Tidur
Bayi Usia 3-6 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Timur. Program
Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
Universitas Udayana.
Martini, dkk. 2014. Pengaruh Pijat
Bayi Terhadap Kuantitas
Tidur Bayi Usia 3-6 bulan Di
Desa Munungrejo Kecamatan
Ngimbang
Kabupaten
Lamongan.
Suwanti, dkk. 2013. Frekuensi
Kunjungan Solus Per Aqua
(SPA) Bayi Dengan Kenaikan
Berat Badan Bayi. Surakarta :
Kementrian
Kesehatan
Politeknik
Kesehatan
Surakarta Jurusan Kebidanan.
Frani A, 2015. Hubungan Frekuensi
Baby Spa Dengan Berat
Badan Pada Bayi Usia 7-12
Bulan Di Klinik Baby Spa
Ananda Ambarawa. Ungaran
: Program Studi Diploma IV
Kebidanan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran.
Ratna.2013. Hubungan frekuensi
pijat bayi dengan kualitas
tidur bayi usia 6-12 bulan di
Asri
Medical
Center
Yogyakarta. Yogyaarta :
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Aisyiyah
Yogyakarta.
Yahya Dr. Nadjibah, 2011. Spa Bayi
dan Anak. Solo : PT. Tiga
Serangkai Mandiri.
Siswanto, Y. 2011. Modul Mata
Kuliah Biostatistik. Program
Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES
Ngudi
Waluyo
Ungaran.
Sentuhan Cinta Johnsons baby.
Sentuhan Bermanfaat Bagi
Kesehatan Bayi.
Download