1 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS TAYANGAN IKLAN TELEVISI YANG MENYESATKAN Putri Mahadewi, SH. MH. Abstrak Iklan sebagai media informasi juga dapat menimbulkan permasalahan. Semata untuk mendapatkan keuntungan sehingga muatan dalam informasinya kerap kali tidak jelas, tidak sesuai dengan janji promosi dan berkesan menyesatkan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum konsumen atas tayangan iklan televisi yang menyesatkan. Temuan dalam penelitian ini adalah Perlindungan hukum bagi konsumen atas iklan di televisi yang menyesatkan ada 2 macam yaitu (1) Perlindungan hukum konsumen yang bersifat preventif yang mana dapat dilakukan dengan melalui legislasi/regulasi yakni dengan cara memberikan aturan hukum yang akan menjamin bahwa konsumen dapat menerima perlindungan hukum dan melalui pengawasan konsumen baik dari pemerintah, masyarakat, maupun oleh lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat serta (2) Perlindungan hukum Konsumen yang bersifat represif, yakni perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen ketika terjadi sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen akibat adanya gugatan dari konsumen yang merasa dirugikan. Dua cara yang dapat dilalui yakni melalui badan peradilan dengan mengajukan gugatan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen atau melalui non peradilan yaitu melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Kata Kunci : Perlindungan hukum, Konsumen, Iklan Televisi Abstract Advertising as a medium of information can also cause problems. Solely to benefit so that the charge in the information often unclear, inconsistent with the promise of promotion and misleading impression. The purpose of this research is to determine the legal protection of consumers over misleading television commercials. The findings in this study is the legal protection for consumers over misleading ads on television that there are two kinds: (1) protection of consumer law preventative which can be done through legislation / regulation that is by providing the rule of law which will ensure that consumers can receive and legal protection through better consumer control of the government, the public, as well as by non-governmental consumer protection agency, and (2) Consumer Protection repressive laws, the legal protection given to consumers in the event of a dispute between businesses and consumers as a result of lawsuits from consumers who feel aggrieved. Two ways that can be passed through the judiciary to file a lawsuit to the judiciary in the domicile of the consumer or through nonjudicial namely through the Consumer Dispute Settlement Board (BPSK). Keywords: legal protection, Consumer, Advertising Television 3 A. Latar Belakang produk pun mulai bervariasi, bahkan di Iklan di identikan sebagai media antaranya melahirkan promosi dan pengenalan bagi produk yang pengetahuan akan networking study, di produksi masyarakat. Tahun atau di Undang-Undang 1999 tentang jual ke Nomor 8 Perlindungan yang sendiri seperti ilmu social sebuah cabang ilmu mempelajari dengan cabang teknik menggunakan pemasaran jaringan sosial. Konsumen, dalam Ketentuan Umum Pasal Media yang digunakan pun beragam, dari 1 ayat (6) menyebutkan :“Promosi adalah penggunaan kegiatan pengenalan atau penyebarluasan hingga elektronik informasi suatu barang dan/atau jasa untuk Namun, berbagai teknik periklanan yang menarik minat beli konsumen terhadap baru dikenal dalam kehidupan masyarakat barang dan/atau jasa yang akan dan sedang ini tidak hanya memberikan akibat positif diperdagangkan”. bagi kehidupan manusia. Dahulu, ragam cara yang dilakukan seorang pelaku maupun usaha distributor) (baik saat produsen melakukan TV, media cetak, brosur melalui social media. Iklan sebagai media informasi juga dapat menimbulkan permasalahan. Semata untuk mendapatkan keuntungan yang penawaran akan suatu produk (baik barang sebesar-besarnya maupun usaha (korporasi) memberikan informasi jasa) Kesederhanaan sangat ini lahir sederhana. jarang pelaku dari struktur atau promosi secara berlebihan (puffery) dan mengesankan keunggulan produknya masyarakat yang memang masih sederhana. Kini, ketika semua kesederhanaan tidak tersebut terlalu hebat. Sehingga muatan dalam telah informasinya kerap kali tidak jelas, tidak kehidupan sesuai dengan janji promosi dan berkesan dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, menyesatkan. Hal tersebut terkait dengan bermetamorfosis menjadi para pelaku usaha pun bereaksi dengan menyesuaikan pemasaran teknik yang penawaran digunakannya. dan No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Para Konsumen yang dimana mengatur tentang pelaku usaha kini harus saling berlombalomba dalam bersaing mendapatkan atensi konsumen untuk memilih pasal 9, 10, 12, 13, 20 Undang-Undang produknya. Teknik-teknik beriklan dan memasarkan Larangan dalam Bagi Pelaku Undang-Undang Usaha. Selain Perlindungan Konsumen hal ini juga terkait dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 4 tentang Penyiaran Bab V Pasal 48 tentang Pedoman Prilaku Penyiaran. bertentangan dengan Etika Indonesia angka 1.2.2 iklan Bentuk iklan-iklan yang isinya Selanjutnya mengelabui dan tidak bertanggung jawab, Pawiwara harus sedini mungkin dapat dicegah dan tentang Bahasa dikontrol. Meskipun Undang-Undang dan angka 4.13.1-4.13.3 tentang Perlindungan Konsumen telah penggunaan data riset. Agar terhindar dari memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal tersebut di atas, hukum seharusnya hal-hal yang dilarang untuk dimuat dalam memberikan sebuah iklan, namun pada kenyataannya, perlidungan kepada konsumen. Kewajiban pelaku usaha seperti tidaklah mudah memberikan bahwa sebuah iklan justifikasi tertentu telah pada ketentuan Pasal 7 huruf b UU No.8 memberikan informasi yang menyesatkan Tahun bagi masyarakat konsumen. Oleh karena 1999 Konsumen tentang adalah : Perlindungan “Memberikan itu, penting untuk diketahui apa yang informasi yang benar, jelas dan jujur menjadi tolak ukur agar sebuah iklan dapat mengenai kondisi dan jaminan barang dinilai menyesatkan atau tidak, siapa yang dan/atau jasa serta memberi penjelasan harus bertanggung jawab dan bagaimana penggunaan, mengontrol muatan-muatan disuguhkan oleh perbaikan dan pemeliharaan”. Kemudian dan Tata Cara menurut Tata Krama Periklanan memuat: 1) Iklan harus jujur, bertanggung dan tidak produsen atau pelaku usaha. bertentangan dengan B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas hukum yang berlaku. 2) Iklan tidak boleh perumusan menyinggung perasaan dan merendahkan “Bagaimanakah martabat negara, konsumen hukum, perusahaan, yang Indonesia, memuat asas-asas umum periklanan harus jawab, iklan agama, adat budaya, dan golongan. 3) Iklan harus latar maka dapat masalahnya atas belakang perlindungan ditarik yaitu : hukum tayangan iklan televisi yang menyesatkan ?” dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.1 C. Batasan Masalah 1 Taufik H.Simatupang, Aspek Hukum Periklanan dalam Perspektif Perlindungan Konsumen PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2004, Hlm. 31. Untuk memperjelas serta memberi arah yang tepat dalam pembahasan ini 5 dan berdasarkan identifikasi masalah di program kegiatan untuk mempersiapkan atas, berita maka penulis membatasi tersebut dan menyebarluaskan permasalahan pada perlindungan hukum kepada pasar. konsumen Perlindungan Konsumen atas tayangan iklan televisi yang menyesatkan. Istilah perlindungan konsumen sudah sangat sering terdengar di dalam D. Tujuan Penelitian masyarakat Indonesia, Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumen atas perlindungan hukum tayangan iklan televisi yang menyesatkan. ruang konsumen Manfaat penelitian ini adalah untuk sulit hukum perlindungan dibatasi hanya dengan menampungnya dalam satu jenis undangundang E. Manfaat Penelitian lingkup sedangkan untuk seperti Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen. Hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan menambah wawasan dan wacana ilmu berbagai bidang dan cabang hukum lain, pengetahuan, karena pada tiap perlindungan khususnya hukum dibidang konsumen atas tayangan iklan televisi yang menyesatkan. bidang dan cabang hukum itu senantiasa terdapat pihak yang berpredikat ”konsumen”3 Diharapkan F. Tinjauan Pustaka tentang Perlindungan Konsumen sebagai Periklanan benteng Periklanan nonindividu, Undang-Undang adalah dengan komunikasi sejumlah biaya, untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan konsumen. Hukum melalui berbagai media yang dilakukan perlindungan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta perlindungan konsumen merupakan bagian individu-individu.2 dari hukum konsumen yang lebih luas. Az. Istilah periklanan berbeda dengan iklan, karena iklan adalah beritanya itu sendiri, sedangkan periklanan adalah prosesnya, yaitu suatu 2 Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo W. 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga. Yogyakarta : Liberty. Nasution secara definisi mengatakan : ”Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen 3 Sidharta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo 6 yang memuat asas-asas/ kaidah-kaidah penting dalam membangun dan bersifat mengatur dan juga memandang mengembangkan citra positif bagi suatu sifat melindungi kepentingan konsumen4 perusahaan dan produk yang di hasilkan, ii) membentuk opini publik yang positif G. Hasil dan Pembahasan terhadap Iklan di identikan sebagai media perusahaan tersebut, iii) mengembangkan kepercayaan masyarakat promosi dan pengenalan bagi produk terhadap produk yang akan di produksi atau di jual ke perusahaan yang masyarakat. menjalin komunikasi secara efektif dan Tahunn Undang-Undang Nomor 8 1999 Konsumen, tentang dalam Perlindungan Ketentuan konsumsi dan memproduksinya, iv) efisien dengan masyarakat luas, sehingga Umum dapat membentuk pemahaman yang sama Pasal 1 ayat (6) menyebutkan : “Promosi antara terhadap suatu produk barang dan adalah jasa yang ditawarkan kepada masyarakat kegiatan penyebarluasan pengenalan informasi atau suatu barang luas. dan/atau jasa untuk menarik minat beli Kriteria iklan yang menyesatkan konsumen terhadap barang dan/atau jasa di yang akan dan sedang diperdagangkan”. perspektif hukum positif di Indonesia Di bentuk dalam menentukan iklan, terlebih bentukdahulu televisi antara apabila lain mengelabui yaitu: mengenai kualitas, iklan, elektronik kegunaan, harga, dan garansi iklan (televisi, radio, media elektronik majalah,brosur, media internet,dsb) (surat reklame, non kabar, dsb). Iklan i) konsumen membedakan iklan menjadi 2 (dua macam yaitu merujuk barang pada Iklan yang (misleading) kuantitas, tarif, dan/atau bahan jaminan jasa dan dimana pelaku usaha tidak bisa bertanggungjawab dan memenuhi janji-janji sebagaimana melalui media televisi merupakan media dinyatakan dalam iklan yang di tayangkan favorit dan kerap kali menjadi pilihan di televisi. ii) utama pelaku mengambil periklanan usaha. peranan i) Iklan Iklan televisi Mendeskripsikan/memberikan penting dalam informasi secara keliru, salah, maupun berperan tidak tepat (deceptive) mengenai barang televisi dan/atau jasa. iii) Memberikan gambaran 4 Nasution A.Z., 1995. Konsumen dan Hukum. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan secara tidak lengkap (ommision) 7 mengenai informasi barang dan/atau jasa. barang dan/atau jasa yang tersedia dalam iv) Hal lain yang dilarang dan melanggar masyarakat, baik bagi kepentingan diri ketentuan adalah hukum oleh memberikan berlebihan sifat, (puffery) kegunaan, pelaku usaha sendiri, informasi yang makhluk mengenai kualitas kemampuan barang keluarga, hidup orang lain lain maupun dan tidak untuk diperdagangkan”. Dalam Undang-Undang tahun barang dan/atau jasa yang menyesatkan Konsumen Pasal 1 angka (1) menyatakan konsumen. Pada dasarnya standar kriteria bahwa periklanan di Indonesia sedikit banyaknya segala telah disesuaikan dengan standar kriteria kepastian yang perlindungan misalnya di dengan telah di negara-negara Amerika Serikat, mempergunakan maju, yaitu unsur- satu pelindungan upaya kepada hak undang adalah dalam mengenai Undang-Undang Perlindungan konsumen adalah menjamin adanya untuk memberi konsumen. Salah yang dijamin oleh undang- mendapatkan 10 yang hukum unsur fakta material sebagaimana tertuang Pasal tentang 8 dan/atau jasa dan membuat perbandingan berlaku 1999 No. hak konsumen informasi produk yang benar barang/jasa pelaku Perlindungan Konsumen serta konsumen usaha. rasional dalam melaksanakan kewajiban dan melanggar Pasal 17 Ayat (1) huruf a dan b UUPK. larangan tersebut, maka konsumen yang Tetapi keberadaan fakta material dan merasa konsumen rasional tersebut belum cukup pertanggungjawaban. Pasal 20 Undang- jelas diatur dalam ketentuan perlindungan Undang konsumen di Indonesia sehingga pada Perlindungan prakteknya belum secara tegas dijadikan bahwa sebagai bertanggung sebagaimana dasar terdapat penentuan iklan menyesatkan. Pengertian “konsumen” yang No.8Tahun No. 8 dapat “Pelaku atas segala tentang menetapkan usaha jawab tidak meminta Tahun 1999 Konsumen dan usaha periklanan iklan yang akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut”. Di dalam hukum pidana tentang tentang pemberian keterangan yang tidak benar bahwa dan menyesatkan melalui media iklan, “Konsumen adalah setiap orang pemakai memang tidak secara tegas disebutkan. Perlindungan 1999 pelaku dirugikan diproduksi termuat dalam Pasal 1angka (2) UndangUndang Apabila untuk Konsumen, 8 Tetapi apabila ditinjau buku kedua KUHP bertanggungjawab, Bab Perlindungan XXV (dua puluh lima), termuat Undang-Undang Konsumen secara nyata berbagai ketentuan mengenai kejahatan melalui Pasal 60 UU No. 8 Tahun 1999 perbuatan curang atau yang lebih dikenal tentang dengan istilah penipuan, yang terdiri dari memberikan dua puluh pasal. Dalam dua puluh pasal administratif tersebut terbukti melanggar ketentuan larangan iklan tersebut. “Adapun sanksi secara terperinci disebutkan yang dianggap perbuatan-perbuatan Perlindungan konsekuensi bagi administratif tersebut terhadap banyaknya persaingan curang, sanksi pihak-pihak sebagai penipuan, antara lain penipuan asuransi, Konsumen, sebesar yang adalah sebanyakRp 200.000.000,- penipuan dalam jual beli, sampai kepada Dalam melakukan kerjasamanya, ketiga penipuan di bidang kepengacaraan. pihak Setelah itu selain dapat dikenakan yang periklanan berkepentingan pada umumnya melakukan sanksi pidana pokok sebagaimana diatur suatu dalam Pasal 62 UU No. 8 Tahun 1999 karena tentang Perlindungan Konsumen, pelaku pertanggungjawaban yang ditanggung dan usaha sesuai ketentuan Pasal 63 UU No. 8 di samping itu perjanjian/kontrak juga Tahun dapat 1999 tentang Perlindungan perjanjian/kontrak dalam ini secara tertulis, menyangkut digunakan beban sebagai bukti dalam Konsumen dapat pula diancam dengan suatu peradilan apabila ada konsumen hukuman tambahan, berupa: yang menggugat atas suatu iklan yang 1. Perampasan barang tertentu; merugikan.”5 2. Pengumuman keputusan hakim; Pertanggung jawaban 3. Pembayaran ganti rugi; diberlakukan 4. Perintah penghentian kegiatan tertentu periklanan apabila dalam pembuatan atau yang menyebabkan timbulnya penarikan para pelaku produksi, penerbitan atau penyebaran isi kerugian konsumen; 5. Kewajiban terhadap dapat materi suatu iklan melanggar Tata krama barang dari dan peredaran; Tata menyebabkan Cara Periklanan timbulnya sehingga kerugian pada 6. Pencabutan izin usaha. Terlepas penentuan dari subyek kompleksitas yang harus 5 Indonesia, Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No. 42 Tahun 1999 TLN No. 3821Pasal 63 9 konsumen. Pertanggung tanggung renteng jawaban dapat diberlakukan terhadap para pelaku usaha periklanan menyesatkan sebenarnya dari informasi dari keadaan yang nyata suatu barang dan/atau jasa. apabila dalam pembuatan atau produksi, penerbitan atau penyebaran, isi materi H. Penutup suatu iklan melanggar Tata Krama dan Tata Cara Periklanan, menyebabkan timbulnya Perlindungan konsumen atas iklan di televisi yang kerugian pada menyesatkan ada 2 macam yaitu (1) Perlindungan Krama bagi sehingga konsumen. Tata hukum dan Tata Cara bersifat hukum preventif konsumen yang mana yang dapat Periklanan Indonesia yang disempurnakan dilakukan dengan pada bab V sub 4 tentang bobot pel legislasi/regulasi yakni anggaranmenyebutkan bahwa : memberikan aturan hukum yang akan 1. Bobot pelanggaran tata krama dan tata menjamin bahwa cara periklanan Indonesia ditentukan menerima perlindungan secara dengan melalui pengawasan konsumen baik dari masing- pemerintah, klausul melihatbobot, dan peran dari masing pihak yang terlibat. 2. Bobot, peran keterlibatan melalui dengan konsumen dapat hukum masyarakat, cara maupun dan oleh lembaga perlindungan konsumen swadaya atau masing-masing besarnya masyarakat serta (2) Perlindungan hukum pihak Konsumen yang bersifat represif, yakni didasarkan pada peringkat pemrakarsa perlindungan atau “otak” pelanggaran, pelaksana kepada konsumen ketika terjadi sengketa pelanggaran pembantu antara pelaku usaha dengan konsumen dan pelanggaran. Jadi hukum yang diberikan akibat adanya gugatan dari konsumen pada dasarnya komponen yang merasa dirugikan. Dua cara yang pelaku usaha periklanan dapat dituntut ke dapat pengadilan dimintai peradilan dengan mengajukan gugatan ke perbuatannya badan peradilan di tempat kedudukan untuk pertanggungjawaban apabila ternyata merugikan memberikan atas iklan dilalui yang dibuat konsumen konsumen dengan alasan yaitu suatu informasi yang atau melalui yakni melalui melalui non Badan Sengketa Konsumen (BPSK). badan peradilan Penyelesaian 2 . DAFTAR PUSTAKA Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo W. 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga. Yogyakarta : Liberty. Nasution A.Z., 1995. Konsumen dan Hukum. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Sidharta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo Taufik H.Simatupang. 2004. Aspek Hukum Periklanan dalam Perspektif Perlindungan Konsumen. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No. 42 Tahun 1999 TLN No. 3821Pasal 63