1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekomian Indonesia sekarang ini telah memasuki era globalisasi, salah satu
wujudnya adalah dengan mulai berlakunya perjanjian CAFTA (China-Asean Free Trade
Area) pada 2010 (metrotvnews.com, 2010). Dengan demikian berarti semakin banyak
investor asing maupun dalam negeri yang berminat untuk berinvestasi di Indonesia.
Bahkan, pada 2011 Indonesia masuk dalam urutan ke sembilan negara paling menarik
bagi investor di dunia oleh The United Nations Conference on Trade and Development
(metrotvnews.com, 2011). Meningkatnya jumlah investor akan membuat semakin
banyak pula perusahaan yang berdiri di Indonesia, sehingga menyebabkan banyak
tersedia lowongan kerja bagi para pencari kerja.
Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang, menuntut
perusahaan yang bergerak di sektor jasa, manufaktur ataupun yang lainnya untuk dapat
mempertahankan sumber daya yang mereka miliki secara maksimal terutama sumber
daya manusia yang menjadi modal utama bagi berlangsungnya suatu organisasi yang
baik sehingga dapat bersaing di pasar dan keluar sebagai pemenang dalam persaingan
tersebut.
Dunia kerja memiliki dinamika dan fenomenanya sendiri, salah satunya adalah
perputaran karyawan. Semakin ketat persaingan antara perusahaan dewasa ini menuntut
perusahaan harus mampu mempertahankan karyawan mereka agar dapat berkompetisi
dengan perusahaan lain. Usaha dalam mempertahankan karyawan dewasa ini dimulai
dengan memperhatikan tenaga kerja atau karyawan yang berada dalam perusahaan
tersebut. Karyawan merupakan makhluk sosial dimana mereka menjadi perencana,
pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan
perusahaan.
Sumber daya manusia (karyawan) pada perusahaan merupakan sumber daya
yang harus dievaluasi dan diperhatikan pemberdayaannya, karena sumber daya manusia
merupakan faktor kunci keberhasilan dan penentu masa depan perusahaan. Melalui
pengelolaan sumber daya manusia
yang baik diharapkan akan
mendukung
perkembangan perusahaan menjadi lebih pesat, namun sebaliknya jika sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya akan
menghasilkan karyawan yang kurang bermutu sehingga perusahaan tidak dapat
berkembang dengan baik pula.
1
Perilaku setiap individu pada dasarnya berdasarkan orientasi pada tujuan yang
ingin dicapai. Dengan kata lain, perilaku individu pada umumnya didorong oleh
keinginan untuk merealisasikan tujuan atau yang lebih dikenal dengan motivasi.
Motivasi merupakan keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
bertindak. Orang biasanya bertindak karena satu alasan yaitu untuk mencapai
tujuan.(Mathis dan Jackson, 2006). Motivasi yang tepat mendorong karyawan dalam
melaksanakan tugas nya untuk menghasilkan sesuatu. Dan juga mendorong keberhasilan
dalam mencapai tujuan, target – target didalam perusahaan serta mencakup kepentingan
pribadi karyawan itu sendiri.
Motivasi karyawan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang rangsangannya berasal
dari dalam diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk
rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu
aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri (Ardana,2008).
Motivasi intrinsik menyebabkan seseorang sadar akan tanggung jawab
dan pekerjaanya yang lebih baik daripada motivasi ektrinsik. Hal itu disebabkan karena
motivasi intrinsik murni berasal dari dalam diri seseorang. Sehingga karyawan yang
memiliki motivasi intrinsik tinggi pada pekerjaannya memiliki kualitas kerja yang lebih
baik dari motivasi ekstrinsik. Seseorang yang memiliki kesadaran bekerja untuk
memenuhi dan melangsungkan hidupnya akan berbeda dengan seseorang yang bekerja
karena dipaksa oleh orang lain. Hasil bekerja karena kesadaran menciptakan kualitas
performa kerja yang baik, karena sadar bahwa dengan bekerja baik, ia akan dapat
memenuhi hidupnya. Sedangkan seseorang yang bekerja dengan orang lain, akan
menghasilkan performa yang tidak stabil karena ia bekerja untuk orang lain, bukan bagi
dirinya. Dimana suatu saat ketika ia tidak tahan dengan tekanan, ia akan pergi
meninggalkan pekerjaanya karena prioritasnya tidak penting bagi dirinya sendiri dan hal
ini sangat mempengaruhi perputaran karyawan di dalam suatu perusahaan.
Selain itu, otonomi kerja (job autonomy) telah dikaitkan dengan motivasi dan job
performance yang baik dari seorang pegawai. Xie dan Johns (1995) telah membuktikan
jika otonomi sudah dimiliki maka kebutuhan akan tugas dan job performance akan
semakin tinggi juga. Menurut Au dan Cheung (2004), (dikutip oleh Pearson, et al.,
2009) otonomi juga dapat mengurangi tekanan saat bekerja dan meningkatkan inisiatif
dan kepercayaan diri saat bekerja. Hal itu dipertegas oleh penelitian oleh Tai dan Liu
(2007) yang menyatakan bahwa otonomi memiliki pengaruh positif bagi pegawai yang
memiliki emosional yang tinggi disaat mengalami tekanan dan ketegangan. Perusahaan
2
sebaiknya memberikan keleluasan bekerja bagi pegawai yang memilki emosional tinggi
agar dapat bekerja lebih baik. Dengan adanya otonomi mereka akan lebih bijaksana
dalam bekerja tanpa ketegangan dan tekanan. Morgeson et al., (2005) membuktikan
adanya hubungan yang kompleks antara otonomi dan job performance. Otonomi
mencerminkan tingkat
kebijaksanaan, kebebasan, dan independensi seseorang
merencanakan pekerjaan dan membuat keputusan dalam pelaksanaan tugas. Teori ini
sebagai landasan percobaan untuk memahami peran seseorang dalam pekerjaan melalui
keahlian dan cara mereka melaksanakan tugas.
Newstrom (2007) mengatakan bahwa komitmen organisasional dapat juga
dikatakan sebagai loyalitas karyawan, yang merupakan sebuah derajat di mana seorang
karyawan mengidentifikasikan diri terhadap organisasi dan ingin untuk melanjutkan
berpartisipasi secara aktif dalam organisasi tersebut. Hal ini juga dapat untuk mengukur
keinginan karyawan untuk tetap bertahan di masa yang akan datang, dan kecenderungan
positif yang muncul dari karyawan adalah catatan kehadiran yang baik, ketaatan pada
kebijakan organisasi, dan menurunnya tingkat perputaran karyawan.
Salah satu perspektif pendekatan pada komitmen organisasional adalah
berdasarkan pada ikatan afektif karyawan terhadap organisasinya dimana sudut pandang
komitmen organisasional ini terkarakteristikan pada sebuah kepercayaan yang kuat dan
penerimaan atas tujuan dan nilai yang dimiliki organisasi oleh karyawan; keinginan
untuk menggunakan usaha yang lebih dengan mengatasnamakan organisasi; dan
keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi. Komitmen afektif ini
juga dapat dikatakan sebagai penentu yang penting atas dedikasi dan loyalitas seorang
karyawan. Kecenderungan seorang karyawan yang memiliki komitmen afektif yang
tinggi, dapat menunjukkan rasa memiliki atas perusahaan, meningkatnya keterlibatan
dalam aktivitas organisasi, keinginan untuk mencapai tujuan organisasi, dan keinginan
untuk dapat tetap bertahan dalam organisasi.
Salah satu upaya untuk mencapai target yang diinginkan perusahaan dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas adalah dengan menimalisasi tingkat perputaran
karyawan
(employee’s
turnover)
dengan
memperhatikan
segala
factor
yang
menyebabkan keinginan karyawan untuk berpindah (turnover intention). Keinginan
karyawan untuk berpindah harus disikapi sebagai sebuah keadaan dimana karyawan
mulai mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang diharapkan
serta sebagai suatu perilaku manusia yang penting dalam kehidupan berorganisasi dari
sudut pandang individu maupun sosial, mengingat bahwa tingkat keinginan seorang
karyawan untuk berpindah akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
3
perusahaan serta individu yang bersangkutan. Dengan tingginya tingkat turnover pada
perusahaan maka akan semakin banyak menimbulkan potensi biaya, baik itu biaya
pelatihan yang sudah diinvestasikan kepada karyawan, tingkat kinerja yang harus
dikorbankan serta biaya rekrutmen dan pelatihan kembali.
Menyadari pentingnya karyawan sebagai faktor pendukung keberhasilan
perusahaan, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil objek PD Pasar Jaya. Alasan
dipilihnya PD Pasar Jaya sebagai objek penelitian disebabkan karena PD Pasar Jaya
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan pasar dimana PD Pasar Jaya
mengelola seluruh pasar tradisional yang ada di DKI Jakarta dan mengoperasionalkan
banyak karyawan sebagai roda penggerak perusahaan.
PD Pasar Jaya merupakan salah satu BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang
didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.
Ib.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966. Kemudian pengesahan oleh Menteri
Dalam Negeri lewat Keputusan No. Ekbang 8/8/13-305 tanggal 23 Desember 1967.
Maksud pendirian PD Pasar Jaya adalah dalam rangka peningkatan efisiensi umum di
bidang pengelolaan pasaran di lingkungan Jawatan Perekonomian Rakyat DKI Jakarta
sehingga merupakan unit usaha yang mandiri dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat, juga merupakan sumber penghasilan riil bagi daerah.
PD Pasar Jaya sendiri sampai saat ini mengelola 153 pasar tradisional yang tersebar di
seluruh wilayah provinsi DKI Jakarta.
PD Pasar Jaya dalam mengelola sumber daya manusianya dewasa ini juga tidak
terlepas dari masalah perputaran karyawan. Masalah perputaran karyawan tersebut dapat
dilihat dari meningkatnya ketidakpuasan karyawan, sehingga hal tersebut menurunkan
motivasi intrinsik yang berkaitan dengan otonomi kerja dan komitmen afektif yang baik
dari seorang karyawan.
Saat ini PD Pasar Jaya memiliki jumlah karyawan sebanyak 1200 orang pada
tahun 2013 dan pada PD Pasar Jaya kantor pusat pramuka memiliki jumlah karyawan
yang lebih banyak dari kantor cabang lain yakni sebanyak 120 orang. PD Pasar Jaya
kantor pusat pramuka bertugas secara operasional humas membina hubungan harmonis
antara perusahaan dengan publik (masyarakat).
Berdasarkan hasil survei kepuasan karyawan dengan menggunakan 96 orang
sebagai sampel dapat diketahui tingkat ketidakpuasan karyawan sebesar 44% dan tingkat
turnover intention sebesar 39%. Hal ini merupakan masalah serius bagi perusahaan
dimana hampir setengah dari karyawan perusahaan merasa tidak puas dan hal tersebut
dapat berdampak kepada psikologis yang dialami karyawan yaitu adanya keinginan
4
untuk pindah dari perusahaan atau turnover intention. Semakin besar tingkat
ketidakpuasan karyawan maka akan semakin besar pula tingkat turnover intention
karyawan.
Berikut data hasil survei kepuasan dan turnover intention karyawan PD Pasar
Jaya Kantor Pusat Pramuka
Tabel 1.1 Kepuasan Karyawan
Prosentase
Puas
Tidak Puas
54 Orang
42 Orang
Kepuasan 56%
44%
Karyawan
Tabel 1.2 Turnover Intention Karyawan
Puas tapi Ingin Tidak
Puas
dan Jumlah Turnover
Keluar
Ingin Keluar
Intention
11 Orang
27 Orang
38 Orang
28%
39%
Prosentase Turnover 11%
Intention
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa karyawan, ketidakpuasan
karyawan disebabkan karena karyawan tidak diberi kebebasan secara individu dalam
melakukan pekerjaannya serta tidak diberi kesempatan untuk mengatur pekerjaannya
sendiri. Selain itu, tiap karyawan hanya bekerja sesuai dengan tugasnya tanpa kerjasama
antar bidang atau divisi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya ketegangan dan tekanan
pada karyawan sehingga karyawan mengalami penurunan motivasi intrinsik dan
penurunan komitmen afektif yang mempengaruhi kepuasan kerja mereka dan berdampak
kepada turnover intention.
Tingkat turnover intention yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi
perusahaan, dapat menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian terhadap kondisi
tenaga kerja dan peningkatan biaya-biaya sumber daya manusia seperti biaya perekrutan
dan seleksi serta biaya pelatihan karyawan. Turnover yang tinggi juga mengakibatkan
perusahaan tidak efektif karena dapat kehilangan karyawan yang berpengalaman dan
menghambat proses produksi dari suatu perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis
ingin membahas lebih lanjut dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
5
Motivasi Intrinsik dan Otonomi Kerja Terhadap Turnover Intention
dengan
Komitmen Afektif Sebagai Variabel Mediasi di PD Pasar Jaya (Kantor Pusat
Pramuka, Jakarta)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah yang dapat diangkat adalah :
1. Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik dan otonomi kerja terhadap komitmen
afektif karyawan pada PD. Pasar Jaya secara parsial maupun simultan?
2. Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik dan otonomi kerja terhadap komitmen
afektif karyawan serta dampaknya pada turnover intention karyawan pada PD.
Pasar Jaya secara parsial maupun simultan?
1.3 Ruang Lingkup
Dalam melakukan penelitian, penulis membatasia ruang lingkup penelitian
dikarenakan keterbatasan waktu penelitian. Penulis meneliti karyawan sebanyak 120
orang sebagai responden di PD Pasar Jaya yang bertempat di Pasar Pramuka Lantai IV,
Jl. Pramuka Raya, Jakarta. Variabel yang di teliti antara lain motivasi intrinsik, otonomi
kerja, komitmen afektif dan turnover intention.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah yang telah penulis buat adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah variabel motivasi intrinsik dan otonomi kerja dapat
berpengaruh signifikan terhadap komitmen afektif karyawan secara parsial
maupun simultan.
2. Untuk mengetahui apakah variabel motivasi intrinsik, otonomi kerja dan
komitmen afektif dapat berpengaruh signifikan terhadap turnover intention
karyawan PD Pasar Jaya secara parsial maupun simultan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan bagi pihak manajemen perusahaan, yaitu dalam pengambilan keputusan
6
serta memberikan solusi terbaik bagi perusahaan, terutama sebagai acuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan menentukan arah kebijakan menuju
kondisi yang lebih baik demi tercapainya tujuan perusahaan.
2. Bagi Universitas Bina Nusantara
Untuk menambah referensi kajian literatur bidang studi manajemen dan bagi
pihak-pihak yang memerlukan informasi dan dapat menjadi bahan acuan bagi
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi
masalah, menganalisis, dan menemukan solusi bagi permasalahan tersebut, serta
berguna untuk menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan dan diharapkan
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh khususnya di bidang manajemen.
7
Download