UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS MULYADI NPM. 0906577362 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA DEPOK Juli 2011 Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS TESIS diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains MULYADI NPM. 0906577362 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA DEPOK 2011 i Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : MULYADI NPM : 0906577362 Tanda Tangan : Tanggal : 13 Juli 2011 ii Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh : Nama : NPM : Program Studi : Judul Tesis : Mulyadi 0906577362 Magister Matematika Perbandingan Sistem Persamaan Linier dalam Aljabar Klasik dan Aljabar Max-Plus. Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar magister sains pada program studi magister matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Dr. Hengki Tasman, M.Si Pembimbing II : Prof. Dr. Djati Kerami Penguji : Prof. Dr. Belawati H Widjaja Penguji : Dr.rer.nat. Hendri Murfi, M.Kom Ditetapkan di : Depok Tanggal : 13 Juli 2011 iii Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Rabb Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Sains Jurusan Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Saya sadar bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam penulisan tesis ini maupun selama penulis kuliah. Ucapan terima kasih terhatur kepada: 1. Bapak Dr. Hengki Tasman, M.Si, selaku dosen pembimbing tesis yang teramat banyak memberikan nasihat, bantuan, masukan dan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini; 2. Bapak Prof. Dr. Djati Kerami, selaku dosen pembimbing dan Ketua Program Studi Magister Matematika yang sekaligus dosen pembimbing akademik dan Bapak Dr. rer. nat Hendri Murfi, M.Kom selaku sekretaris Program Studi Magister Matematika yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi; 3. Bapak Dr. Yudi Satria, M.T, selaku ketua Departemen Matematika FMIPA UI dan Ibu Rahmi Rusin S.Si, M.Sc.Tech, selaku Sekretaris Departemen Matematika FMIPA UI; 4. Seluruh staf pengajar di Program Magister Matematika FMIPA UI, atas arahan, bimbingan, dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama perkuliahan; 5. Pemerintah Propinsi Jambi melalui Dinas Pendidikan Propinsi yang telah memberikan kesempatan dan dukungan melalui program beasiswa. 6. Ibunda tercinta (Waliyem dan Yamcik A.Ma.Pd) yang telah memberikan dukungan moral, materiil, serta doa yang tidak pernah berhenti; 7. Istriku tercinta Renny Marina dan anakku tersayang Annida Syahidah Maharani, Farwah Atikah Parameswari, atas segala dukungan, kesabaran, semangat, dan doa; iv Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 8. Keluarga besar saya (mas Sudadi, Mbak Mulyani, Dik Wahadi, Dik Eni Ernawaty) yang telah memberikan dukungan moral, materiil, serta doa yang tidak pernah berhenti; 9. Saudara iparku tercinta (Sih Parmini, Saudi, Arika Febriyani, Awal Rulizal, Rakhmat Juniadi, Lidia Atrika). 10. Mas Lismanto, Dhek Pahrin, Dhek Henang, Mbak Desi, Mas Susila, Mas Haryono, Akang Salim, Mbak Iik, Ibu Sri Samsiyah dan semua teman-teman S2 UI dari Jambi angkatan pertama yang telah berjuang bersama. 11. Kepada semua teman-teman yang telah memberi semangat terutama temanteman megister angkatan 2009 di Matematika UI. 12. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan tesis ini, yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih. Akhir kata, saya berharap kepada Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis 2011 v Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini ; Nama : Mulyadi NPM : 0906577362 Program Studi : Magister Matematika Departemen : Matematika Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis Karya : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia, hak bebas biaya royalti noneksklusif (Non-exclusive royalti-free right) atas karya ilmiah saya berjudul : “ Perbandingan Sistem Persamaan linier dalam Aljabar Klasik dan Aljabar Maxplus” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas biaya royalti non eksklusif ini Universitas Indonesia berhak untuk menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 13 Juli 2011 Yang menyatakan (Mulyadi) vi Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 ABSTRAK Nama Program Studi Judul Tesis : : : Mulyadi Magister Matematika Perbandingan Sistem Persamaan linier dalam Aljabar Klasik dan Aljabar Max-plus. Aljabar Max-plus mempunyai karakteristik yang berbeda dengan aljabar klasik. Dalam tesis ini dikaji struktur Aljabar Max-plus dan perbedaan sistem persamaan linier dalam Aljabar Max-plus dan aljabar klasik. Kata kunci : Aljabar Max-Plus, Sistem Persamaan Linier. vii Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 ABSTRACT Name Study Program Title : : : Mulyadi Magister of Mathematics Comparison of linear equation systems in classical algebra and Max-Plus Algebra. Max-Plus algebra has characteristics that are different from clasisical algebra. In this thesis, algebraic structure of Max-plus algebra studied. Differences of linear equation systems in Max-plus algebra and classical algebra are explored. Key words: Max-plus algebra, , linear equation system. viii Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. KATA PENGANTAR .......................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ............................................ ABSTRAK ............................................................................................................ DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... BAB 1 i ii iii iv vi vii ix xi xii PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Permasalahan................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5 Metode Penelitian............................................................................ 1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................... 1 1 2 2 2 2 2 BAB 2 ALJABAR MAX-PLUS ........................................................................ 2.1 Definisi aljabar Max-plus ................................................................ 2.2 Matriks dalam aljabar Max-Plus .................................................. 2.3 Teori Graf dan aljabar Max-Plus................................................... 4 4 11 17 BAB 3 BEBERAPA PERBANDINGAN DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS ........................................................................ 22 3.1 Fungsi Linier ................................................................................... 22 3.1.1 Fungsi linier dalam aljabar klasik ...................................... 22 3.1.2 Fungsi linier dalam aljabar Max-plus ................................ 22 3.2 Fungsi Afin ..................................................................................... 24 3.2.1 Fungsi afin aljabar klasik ................................................... 25 3.2.2 Fungsi afin aljabar Max-plus ............................................. 25 3.3 Persamaan Afin ............................................................................... 27 3.3.1 Persamaan linier (afin) aljabar klasik ................................ 27 3.3.2 Pertidaksamaan linier (afin) aljabar klasik ........................ 28 3.3.3 Persamaan afin aljabar Max-Plus ................................... 29 3.4 Sistem Persamaan Linier ................................................................ 37 3.4.1 Sistem Persamaan Linier aljabar klasik ............................. 37 3.4.2 Sistem Persamaan Linier aljabar Max-Plus bentuk = .................................................... 38 3.4.3 Sistem Persamaan Linier aljabar Max-Plus bentuk ................................................................... 41 3.4.4 Sistem Persamaan Linier aljabar Max-Plus bentuk ........................................................................ 45 ix Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 BAB 4 PENUTUP.............................................................................................. 4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 4.2 Saran .................................................................................................. 50 50 50 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51 x Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 DAFTAR TABEL Tabel 1 Pengoperasian pada aljabar Max-plus .................................................... 8 Tabel 2 Pengoperasian pangkat pada aljabar Max -plus ...................................... 9 Tabel 3 Pengoperasian pangkat pada aljabar Max -plus .................................... 11 Tabel 4 Perbandingan fungsi linier pada aljabar klasik dan aljabar Max-plus . 24 Tabel 5 Perbandingan fungsi afin pada aljabar klasik dan aljabar Max-plus ... 26 Tabel 6 Perbandingan persamaan linier pada aljabar klasik dan persamaan afin aljabar Max-plus .................................................................................. 36 Tabel 7 Perbandingan persamaan linier pada aljabar klasik dan aljabar Max-plus 48 xi Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Graf Gambar 2 Grafik fungsi linier Gambar 3 Grafik fungsi linier Gambar 4 .......................................................................... 19 ..................................... 23 ................................................ 24 Grafik fungsi linier ...................................... 24 Gambar 5 Grafik fungsi linier ............................................ 24 Gambar 6 Grafik fungsi linier .................................... 24 Gambar 7 Grafik fungsi afin ...................................................... 25 Gambar 8 Grafik fungsi afin ............................................... 25 Gambar 9 Grafik fungsi linier ...................................... 26 Gambar 10 Grafik fungsi linier ............................................... 26 Gambar 11 Grafik fungsi linier Gambar 12 Grafik fungsi afin Gambar 13 Grafik fungsi linier Gambar 14 Grafik fungsi afin Gambar 15 Grafik pertidaksamaan Gambar 16 dan ........ 26 ............................. 26 ........................................ 26 .............................. 26 .............................................. 29 Teorema 3.3.3.2 (a.1) Persamaan ................ 30 Gambar 17 Teorema 3.3.3.2 (a.2) Persamaan ................ 30 Gambar 18 Teorema 3.3.3.2 (b.1) Persamaan ............... 30 Gambar 19 Teorema 3.3.3.2 (b.2) Persamaan ................ 30 Gambar 20 Teorema3.3.3.2 (c) Persamaan ................ 30 Gambar 21 Teorema 3.3.3.2 (d) Persamaan .................. 30 Gambar 22 Teorema 3.3.3.2 (e) Persamaan ................ 31 Gambar 23 Grafik SPL ................................. 38 Gambar 24 Graf ..................................................................... 42 Gambar 25 Grafik SPL ........................ 48 Gambar 26 Grafik SPL ....................................... 48 xii Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang mendasari semua disiplin ilmu yang ada, baik disiplin ilmu sosial, ilmu esakta, sains dan teknologi, sehingga menempatkan matematika sebagai mother of sciences. Salah satu cabang matematika adalah aljabar. Aljabar memegang peranan sangat penting dalam perkembangan disiplin ilmu – ilmu lain. Perkembangan aljabar sangat berkaitan erat dengan cabang – cabang ilmu matematika yang lain seperti Geometri, Teori Bilangan, Statistik, Ilmu Komputer, Logika, Ilmu Analisis bahkan Matematika Terapan dan lain- lain[6]. Aljabar Max-plus merupakan salah satu topik dalam ruang lingkup aljabar. Aljabar Max-plus didefinisikan sebagai himpunan semua bilangan real, yang dilengkapi Operasi adalah himpunan dengan dua operasi biner yaitu menyatakan operasi maksimum, dan dinotasikan , dengan . adalah operasi jumlahan. Himpunan yang dilengkapi dua operasi biner ( . Aljabar Max-plus yang dinotasikan dinotasikan merupakan salah satu struktur aljabar yang semilapangan komutatif idempoten [2, 5, 6, 10]. Elemen identitas pada operasi penjumlahan (elemen nol) dan elemen identitas pada operasi perkalian (elemen satu) berturut-turut adalah , dan . Operasi didefini- sikan sebagai berikut [2, 3, 5, 6, 10]: Bentuk lain dari aljabar Max-plus adalah aljabar Min-plus, dengan minimum dan identitas jumlahannya adalah menyatakan Operasi dasar pada aljabar Max-plus adalah maksimum dan penjumlahan, yang dalam operasi aljabar linier klasik (konvensional) adalah penjumlahan dan perkalian. Beberapa sifat dan konsep dalam aljabar linier, akan berlaku dalam aljabar Max-plus [2, 5, 6]. 1 Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 Universitas Indonesia 2 1.2 Permasalahan Aljabar Max-plus merupakan salah satu topik dalam ruang lingkup aljabar. Untuk itu struktur aljabar Max-plus perlu dipelajari secara mendalam. 1.2.1 Masalah umum Bagaimana konsep dasar aljabar Max-plus ? 1.2.2 Masalah khusus Bagaimana perbedaan sistem persamaan linier dalam aljabar klasik dan aljabar Max-plus ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dalam tesis ini bertujuan untuk: 1.3.1 Menjelaskan konsep dasar aljabar Max-plus. 1.3.2 Menjelaskan perbedaan sistem persamaan linier dalam aljabar klasik dan aljabar Max-plus. 1.4 Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan yang relatif baru dalam bidang teori sistem linier. 1.5 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan mempelajari karya ilmiah yang disajikan dalam bentuk buku, disertasi ataupun paper yang relevan dengan topik penelitian. Kemudian hasilnya dijabarkan dan disusun kembali secara rinci menjadi suatu karya tulis. 1.6 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I : Mengemukakan latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: Membahas konsep-konsep dasar tentang aljabar Max-plus, matriks dan graf Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 3 Bab III: Membahas fungsi linier dan fungsi afin, persamaan linier dan persamaan afin, sistem persamaan linier dalam aljabar Max-plus, dan beberapa perbandingan aljabar linier dan aljabar Max-plus. Bab IV: Kesimpulan dari pembahasan dan saran. Daftar Pustaka Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 BAB II ALJABAR MAX-PLUS Pada bab ini dibahas beberapa konsep dasar operasi dalam aljabar Max-plus. Pembahasan meliputi sifat–sifat aljabar Max-plus [2, 5, 10], matriks dan operasinya dalam aljabar Max-plus [3, 5, 10, 11], teori graf dalam aljabar Max-plus [2, 5, 6, 11,12]. 2.1. Definisi Aljabar Max-Plus Pada aljabar Max-plus, sifat- sifatnya dapat diketahui dari beberapa definisi dan sifat dalam aljabar klasik pada umumnya [2, 5,10]. Beberapa definisi yang berkaitan adalah sebagai berikut. Definisi 2.1.1 Misalkan adalah himpunan tak kosong. Operasi biner pada adalah suatu fungsi Definisi 2.1.2 Sistem matematika adalah suatu himpunan tak kosong yang dilengkapi oleh satu atau lebih operasi biner. Definisi 2.1.3 Himpunan bersama dua operasi biner pada dikatakan semila- pangan jika: A. Sistem matematika ( , ) memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. Bersifat asosiatif; , . b. Bersifat komutatif; , c. Terdapat elemen identias 0 (nol) di B. Sistem matematika ( , sehingga , , ) suatu grup, jika memenuhi; a. Bersifat asosiatif; , . b. Terdapat elemen identitas 1(satuan) , yang bersifat; . 4 Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 Universitas Indonesia 5 c. Menpunyai invers, C. D. terdapat yang bersifat: Bersifat distributif kanan ; , . , . Bersifat distributif kiri ; Definsi 2. 1.4 Himpunan pada yang dilengkapi dua operasi biner dikatakan semi- lapangan yang komutatif dan idempoten jika: A. Sistem matematika B. Bersifat komutatif terhadap operasi , yaitu C. Bersifat idempoten terhadap operasi merupakan semilapangan; , , , yaitu Teorema 2.1.5 Unsur nol (0) pada semilapangan yang idempoten memenuhi , . Bukti: Berdasarkan sifat idempoten, kita mempunyai: , kedua ruas ditambahkan Dengan demikian, berlaku 0 , dengan Definisi 2.1.3 B (c) , maka = Terbukti bahwa = = = = . . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 6 Definisi 2.1.6 Diberikan himpunan bilangan real sama dengan dua operasi biner sembarang bilangan ber- (dibaca o kali). Jika diberikan (dibaca o plus) dan dan y, maka gan tersebut, dan dinotasikan sebagai adalah nilai maksimum dari salah satu bilan- adalah penjumlahan dari kedua bilangan tersebut. Dengan de- mikian sistem matematika yang mempunyai operasi yang dimaknakan dendan gan nilai maksimum dan penjumlahan disebut aljabar Max-plus dinotasikan didefinisikan: , , . untuk setiap Dari Definisi 2.1.6 operasi biner pada mum dari dua bilangan. Hal ini berakibat didefinisikan sebagai nilai maksijika dan hanya jika . Teorema 2. 1.7 merupakan semilapangan yang komutatif dan idempoten. Bukti: I. merupakan semilapangan. 1. Sistem matematika ( memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. Bersifat asosiatif; operasi bersifat asosiatif di b. Bersifat komutatif; = operasi bersifat komutatif di c. Terdapat unsur nol di , . ; , Jadi adalah unsur nol di terhadap operasi . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 7 2. Sistem matematika ( membentuk suatu grup. a. Bersifat asosiatif; , operasi bersifat asosiatif di b. Terdapat unsur satuan yang bersifat; adalah unsur satuan di c. Untuk setiap terhadap operasi terdapat yang bersifat: Jadi 3. Operasi terhadap operasi bersifat distributif kanan terhadap . . , . operasi 4. Operasi bersifat distributif kanan terhadap operasi bersifat distributif kiri terhadap di . . , . operasi bersifat distributif kiri terhadap operasi Jadi berdasarkan 1 sampai 4 II. Selanjutnya di . merupakan suatu semilapangan. semilapangan dikatakan komutatif dan idempoten, jika; 1. Terhadap operasi bersifat komutatif; , terhadap operasi 2. Terhadap operasi bersifat komutatif di . bersifat idempotent; , operasi bersifat idempoten di Jadi berdasarkan (I) dan (II) adalah semilapangan yang komutatif dan idem- poten. Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 8 Operasi biner pada yang merupakan operasi maksimum pada aljabar klasik, tidak mempunyai invers (balikan). Dengan demikian pada pat yang bersifat jika atau operasi , karena . Jadi jelaslah bahwa tidak terdajika dan hanya tidak mempunyai invers terhadap dalam aljabar Max-plus. Diberikan operasi biner (dibaca o bagi) pada yang didefinisikan sebagai operasi pengurangan dalam aljabar klasik. Sesuai kaidah pengoperasian, pada aljabar Max-plus operasi biner dan dilakukan operasi lebih dulu daripada operasi biner . Contoh 2.1.9 Tabel 1. Pengoperasian dalam aljabar Max- plus Operasi pada aljabar Operasi pada aljabar klasik Hasil 5 7 8 18 11 9 7+ ( 6–4 2 = = 6 14 Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 9 Definisi 2.1.10 Diberikan kat dengan dari elemen x adalah himpunan bilangan asli, dan x . Pang- dalam aljabar Max-plus dinotasikan dengan dide- finisikan sebagai berikut: = , (operasi perkalian dalam n n bilangan real biasa). Jika diperluas pangkat aljabar Max-plus secara umum diperoleh sebagai berikut: a. Jika b. Jika c. Jika d. Jika maka , maka , maka dan . ( untuk , maka . = = Contoh 2.1.11 Tabel 2. Pengoperasian pangkat pada aljabar Max-plus Operasi pada aljabar Operasi pada aljabar klasik Hasil Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 10 Operasi pada aljabar Operasi pada aljabar klasik Hasil = 12 = = 20 = Beberapa sifat dalam operasi bilangan pangkat pada aljabar Max-plus adalah sebagai berikut. Lemma 2.1.12 Untuk setiap dan x, y berlaku: 1. 2. 3. 4. Bukti: 1. n m n m + = . 2. = m m = n = = n 3. 4. m m Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 11 m m Dalam urutan pengoperasian pangkat pada aljabar Max-plus operasi biner lakukan terlebih dahulu daripada operasi biner di- . Contoh: 2.1.13 Tabel 3. Pengoperasian pangkat pada aljabar Max-plus Operasi pada aljabar Nilai Operasi pada aljabar klasik 32 2.2 MATRIKS DALAM ALJABAR MAX- PLUS Pada subbab ini dibahas pengantar tentang matriks dalam aljabar Max-plus. Sebagai bahan rujukan dalam materi ini dapat ditemukan dalam [2,3, 5,10]. Pada subbab 2.1 telah dijelaskan bahwa aljabar Max-plus adalah semilapangan yang idempoten, selanjutnya diperkenalkan struktur baru yang disebut moduloid. Definisi 2.2.1 Diberikan semilapangan yang idempoten operasi punan dengan elemen identitas 0 (nol) pada dan elemen identitas 1(satu) pada operasi . Moduloid atas adalah him- yang dilengkapi dengan: 1. Operasi biner dan elemen identitas 0; 2. Operasi biner Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 12 dan memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. Bersifat asosiatif; , b. Bersifat komutatif; , c. , d. , e. , f. , g. , setiap setiap setiap Definisi 2.2.2 Suatu himpunan matriks berordo dengan pada aljabar Max-plus . Secara lengkap ditulis matriks dalam dinotasikan sebagai untuk menyatakan kolom ke- menyatakan baris ke- dengan dan dengan Matriks dituliskan sebagai berikut: . Teorema 2.2.3 Diberikan yang dilengkapi operasi biner , dengan biner Maka dari pada , . adalah merupakan moduloid atas pada . , setiap = dan operasi . . Bukti: adalah merupakan moduloid atas jika : a. Bersifat komutatif ; b. Bersifat asosiatif; , Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 13 , c. dan ; , d. dan ; e. dan ; ; f. . g. Jadi berdasarkan aksioma dalam Definisi 2.2.1 merupakan moduloid atas . Definisi 2.2.4 Moduloid dengan penambahan satu operasi biner yang dinotasikan dengan disebut aljabar idempoten, jika memenuhi aksioma – aksioma berikut: a. Bersifat asosiatif; b. Terdapat elemen identitas (satu) di yang bersifat = = , c. Bersifat distributif kiri; d. Bersifat distributif kanan; Teorema 2.2.5 Moduloid yang ditambah satu operasi biner pada = = yaitu: , adalah aljabar idempoten. Bukti: a. Bersifat asosiatif; = = = , ; b. Terdapat unsur satuan ( = 0) yang merupakan matriks berukuran dengan elemen – elemen diagonal utama sama dengan lain sama dengan Matriks bersifat = , dan elemen-elemen yang = , . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 14 Matriks disebut matriks identitas. Dibuktikan = = , sebagai berikut: = Dengan , untuk untuk dan . sehingga dituliskan menjadi; Untuk , Dan demikian seterusnya, hingga sampai , sehingga diperoleh: . = , untuk . Dengan untuk dan sehingga dituliskan menjadi : Untuk , Dan demikian seterusnya, hingga sampai , sehingga diperoleh: . Dengan demikian dari dan terbukti bahwa = = , c. Bersifat distributif kiri; Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 15 , . d. Bersifat distributif kanan; , . Dengan demikian dari (a), (b), (c) dan (d) terbukti bahwa adalah aljabar idempoten. Definisi 2.2.6 1. Diberikan , maka transpose dari matriks dinotasikan dengan , didefinisikan sebagai: 2. Diberikan , dengan , untuk setiap . Matriks disebut pangkat dari matriks nol Max-plus. 3. Diberikan dan diberikan matriks dinotasikan dengan = didefinisikan sebagai: . n Untuk , adalah sebuah matriks identitas. Lebih lanjut dapat di- perjelas untuk pangkat pada matriks sebagai berikut [4, 9, 10, 12]: Untuk unsur = pada matriks adalah: = . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 16 pada matriks Untuk unsur adalah: = = = . Dari ilustrasi di atas, maka secara umum unsur pangkat matriks dalam al- jabar Max-plus dapat disimpulkan sebagai berikut: = = . = Selanjutnya jika diberikan dan diberikan sebarang skalar adalah pangkat, maka unsur matriks , didefinisikan sebagai berikut: = =( + n = , untuk dan Jadi untuk sebarang = Jika diberikan sebarang , maka berlaku: , untuk , maka . Contoh 2.2.7 1. Diberikan matriks , dan Tentukan: a. . b. 5 . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 17 c. . d. . e. . 2.3 TEORI GRAF DAN ALJABAR MAX-PLUS Secara khusus teori graf mempunyai peranan penting dalam masalah sistem persamaan linier. Sebagai bahan rujukan terdapat pada [2,5,6,11,12] Definisi 2.3.1 Sebuah graf berarah adalah pasangan V dan E, dinotasikan sebagai dengan V adalah himpunan simpul – simpul dan busur. Sebuah busur tertentu nya dari dengan adalah himpunan busur – adalah busur berarah yang arah- . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 18 Definisi 2.3.2 Diberikan matriks , graf terhubung dari matriks dengan simpul adalah graf . Graf berarah dan busur dikatakan berbobot, jika untuk setiap busur dengan bilangan real Bilangan real dipasangkan disebut bobot busur yang dinotasikan . Contoh 2.3.3 Diberikan matriks , maka graf mempunyai simpul dengan bobot masing – masing busur adalah : dan busur 1, -2, 4, dan 3. Definisi 2.3.4 Diberikan suatu graf berarah lam graf berarah , . Sebuah lintasan (path) adalah barisan berhingga dari busur sedemikian hingga setiap ( . Suatu lintasan yang panjangnya , da) dengan adalah busur dari graf berarah yang mempunyai panjang Himpunan lintasan dari = dari dinotasikan dengan dinotasikan dengan . . Contoh 2.3.5 Diberikan graf seperti berikut: 1 2 3 Gambar 1. Graf Dari Gambar 1 barisan busur (3, 2),(2, 2), (2, 1), (1, 1), (1,2) merupakan suatu lintasan dalam graf yang dapat direpresentasikan dengan 3 2 2 dengan panjang 5, karena tersusun atas 5 busur, yang dinotasikan dengan Lintasan 1 2 3 1 2, . 2 mempunyai panjang 4, karena terdiri atas 4 busur dan ditulis . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 19 Definisi 2.3.6 Sebuah simpul dapat dicapai dari simpul . Sebuah graf berarah diartikan ada sebuah lintasan dari terhubung kuat jika setiap simpul dapat dicapai dari setiap simpul yang lain. Definisi 2.3.7 Diberikan graf berarah . Sebuah sirkuit adalah suatu lintasan tertu- tup atau dengan kata lain simpul awal dan simpul akhir sama, sedemikian hingga . Selanjutnya sebuah sirkuit yang terdiri atas satu busur disebut sebuah loop. Sebuah sirkuit elementer adalah sirkuit yang simpul-simpulnya muncul tidak lebih dari sekali, kecuali simpul awal yang muncul tepat dua kali. Panjang lintasan terpendek yang dilalui dari simpul ke adalah jarak. Lintasan dan sirkuit dari mempunyai bo- bot, bobotnya adalah ditentukan dari elemen-elemen matriks . Contoh 2.3.8 Pada graf berarah dalam contoh 2.3.5 lintasan 1 2 dan 1 2 merupakan suatu sirkuit elementer dengan panjang 3 dan panjang 2. Lintasan 1 dan 1 merupakan suatu loop, karena hanya ada satu busur. Lintasan 1 2 dan 3 2 2 merupakan sirkuit dengan panjang 5. Definisi 2.3.9 Diberikan suatu graf berarah berbobot Bobot suatu lintasan dari simpul ke dengan dengan panjang . Bobot rata-rata lintasan . dinotasikan dengan (perhitungannya dalam aljabar klasik). Contoh 2.3.10 Graf pada contoh 2.3.3 mempunyai lintasan =1 2 , dengan dan . Bobot rata-rata lintasan adalah = = . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 20 Berikut ini adalah interpretasi dalam teori graf untuk pangkat , graf terhubung dari adalah graf maka elemen ke- dalam = = Karena max max 1 i1, i 2 ,..., i k 1 n max dengan adalah : 1 i1, i 2 ,..., i k 1 n 1 i1, i 2 ,..., i k 1 n Jika pada matriks ( Ai, i k 1 ... Ai 2 , i1 Ai1, j ) ( Ai1, j Ai 2 , i1 ... Ai, i k 1) , untuk setiap ( Ai1, j Ai 2 , i1 ... Ai, i k 1) merupakan bobot lintasan dengan panjang dari simpul ( sebagai simpul awal) ke simpul (sebagai simpul akhir) dalam graf . Dengan demikian dalam graf merupakan bobot maksimum semua lintasan dengan panjang dari simpul tidak ada lintasan dengan panjang ke simpul . Jika dalam graf dari simpul ke simpul maka bobot maksimum didefinisikan dengan Contoh 2.3.11 Diberikan matriks dengan panjang diberikan , bobot maksimum semua lintasan dalam yang ditentukan dari elemen-elemen di . Misalkan berikut: = , = , Diperhatikan bahwa = = , maka bobot maksimum semua lintasan di dengan panjang 2 yang berawal dari simpul 1 dan berakhir di simpul 3 adalah Lintasan tersebut adalah 1 2 = = . dan bobot lintasan adalah . Dimana lintasan dengan panjang 2 yang berawal dari simpul 2 dan berakhir di simpul 3 hanya ada satu lintasan. bobot maksimum semua lintasan di = 4 artinya adalah dengan panjang 2 yang berawal dari simpul 2 dan berakhir di simpul 3 adalah 4. Lintasan tersebut adalah 2 2 = = = 6 yaitu bobot . Demikian halnya dengan maksimum semua lintasan di dengan panjang 3 yang berawal dari simpul 2 dan berakhir di simpul 1 adalah 6. Lintasan di dengan panjang 3 ada 4 yaitu Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 21 (1). , (2). , (3). , (4). . Berdasarkan ke- 4 lintasan di atas, diperoleh bobot maksimum dari lintasan = . Demikian juga untuk maksimum sirkuit dalam adalah 1. Untuk = 1 yaitu bobot dengan panjang 3 yang berawal dan berakhir di simpul 3 = 7 artinya bobot maksimum dari lintasan dalam dengan panjang 4 yang berawal dari simpul 3 dan berakhir di simpul 1 adalah 7. Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 BAB III BEBERAPA PERBANDINGAN DALAM ALJABAR KLASIK DAN ALJABAR MAX-PLUS Pada bab ini dibahas beberapa konsep yang meliputi fungsi linier, fungsi afin, sistem persamaan linier dalam aljabar klasik dan aljabar Max-plus. 3.1 FUNGSI LINIER Pada subbab ini dibahas tentang fungsi linier pada aljabar klasik dan aljabar maxplus [2, 5, 6, 10]. 3.1.1 Fungsi linier dalam aljabar klasik Definisi 3.1.1.1 Fungsi dikatakan fungsi linier, jika memenuhi; Untuk sebarang berlaku : (1) Untuk sebarang dan skalar berlaku : (2) Contoh 3.1.1.2 Tunjukan dengan , untuk setiap adalah fungsi linier Penyelesaian: Ambil sebarang , maka : (3) dan untuk sebarang dan skalar berlaku: (4) Dari (3) dan (4) terbukti bahwa 3.1.2 adalah fungsi linier. Fungsi linier dalam aljabar Max-plus Definsi 3.1.2.1 Fungsi dikatakan fungsi linier dalam aljabar Max –plus, jika meme- nuhi: Untuk setiap , berlaku . 22 Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 23 Dengan memisalkan didapat . Akibatnya diperoleh kemiringan fungsi linier (garis) tersebut = 1. Jadi kemiringan semua fungsi linier dalam aljabar Max-plus bentuk di atas adalah selalu 1. Fungsi linier , mempunyai titik potong terhadap sumbu diperoleh dengan mensubtitusikan titik ke dalam fungsi yang , sebagai berikut : = = = (kedua ruas ditambah dengan (-a)) = Jadi titik potong fungsi lanjutnya untuk terhadap sumbu menentukan titik , terhadap sumbu potong fungsi adalah titik linier aljabar . SeMax-plus yang diperoleh dengan mensubtitusikan titik ke dalam fungsi , sebagai berikut: . Jadi titik potong fungsi terhadap sumbu Grafik fungsi linier adalah titik . , aljabar Max-plus sebagai berikut: y Rmax y=f(x)= a × x a -a 0 Rmax x Gambar 2. Grafik fungsi linier Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 24 Contoh 3.1.2.2 Tabel 4. Perbandingan fungsi linier aljabar klasik dan aljabar Max-plus No 1. Operasi pada aljabar klasik a. Operasi pada aljabar Max-plus a. y y Rmax y=f(x) = x y=f(x)= 1 × x x 0 1 Rmax x -1 0 Gambar 4. Grafik fungsi linier Gambar 3. Grafik fungsi linier 2. b. b. y y Rmax y=f(x) = 2x y=f(x)= 2 × x 2 y=f(x) = x x 0 1 -2 Gambar 5. Grafik fungsi linier -1 0 y=f(x)= 1 × x Rmax x Gambar 6. Grafik fungsi linier Diperhatikan grafik fungsi linier Tabel 4 di atas, diketahui bahwa grafik fungsi linier aljabar klasik diperoleh dengan merotasikan fungsi linier Pada fungsi linier aljabar Max-plus dengan menggeser sejajar dengan sejauh sebesar diperoleh satuan. 3.2 Fungsi Afin Pada subbab ini dibahas tentang fungsi afin dalam aljabar klasik dan aljabar Maxplus [2, 5, 6, 10]. Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 25 3.2.1 Fungsi afin aljabar klasik Definisi 3.2.1.1 Fungsi dikatakan fungsi afin dalam aljabar klasik, jika untuk setiap dan ada berlaku . Langkah – langkah untuk menggambar grafik fungsi afin klasik sebagai berikut : 1. Menggambarkan grafik fungsi linier untuk 2. Mengeser fungsi linier sebesar ; satuan searah sumbu Contoh 3.2.1.2 Tentukan grafik fungsi afin Selesaian: y y y=f(x) = 2x +3 3 y=f(x) = 2x y=f(x) = 2x 3 -3/2 x 0 Gambar 7. Grafik fungsi afin x 0 Gambar 8. Grafik fungsi afin 3.2.2 Fungsi afin aljabar Max-plus Definisi 3.2.2.1 dikatakan fungsi afin dalam aljabar Max –plus, jika meme- Fungsi nuhi: Untuk setiap , dan ada , berlaku Dalam aljabar klasik nilai afin, pada titik dituliskan . = . Langkah – langkah untuk menggambar grafik fungsi afin aljabar Max-plus sebagai berikut : 1. Menggambarkan grafik fungsi linier untuk 2. Menggambarkan grafik fungsi linier Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 26 3. Menggabungkan langkah 1 dan langkah 2, kemudian dipilih nilai maksimum dari kedua fungsi, untuk setiap Untuk memperjelas, . diberikan = gambar fungsi afin aljabar Max-plus sesuai urutan langkah langkah di atas, sebagai berikut: Rmax y y=f(x)= a a -a y = f(x)=b × x Rmax x 0 Rmax x 0 Gambar 10. Fungsi linier Gambar 9. Fungsi linier y Rmax y Rmax Rmax y y=f(x)= a × x y=f(x)= (a × x) + b y = f(x) =b Y = f(x)= b a a -a Rmax x 0 -a Rmax x 0 Gambar 12. Fungsi afin Gambar 11. Fungsi linier dan Contoh 3.2.2.2 Tabel 5. Perbandingan fungsi afin pada aljabar klasik dan aljabar Max-plus No Operasi pada aljabar klasik Operasi pada aljabar Max-plus 1. Tentukan grafik fungsi afin Tentukan grafik fungsi afin Selesaian: Selesaian: y 3 y=f(x)= (1 × x) + 3 y=f(x) = x 3 x -3 0 1 -1 Gambar 13. Grafik Rmax y y=f(x) = x+3 0 Rmax x Gambar 14. Grafik Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 27 Diperhatikan dalam fungsi afin Tabel 5 di atas, diketahui bahwa grafik fungsi linier aljabar klasik diperoleh dengan menggeser fungsi linier sumbu sejauh satuan searah Pada fungsi afin aljabar Max-plus diperoleh dengan menggabungkan fungsi linier dan sehingga diperoleh dan dipilih dari gabungan keduanya yang maksimum. 3.3 Persamaan Afin Pada subbab ini dibahas tentang persamaan afin dalam aljabar klasik dan aljabar Max-plus [2, 5, 6, 10]. 3.3.1. Persamaan linier (Afin) pada aljabar klasik Dari bentuk fungsi afin , dengan maka pembuat nol fungsi afin tersebut adalah konstanta dan akibatnya . adalah merupakan bentuk umum persamaan linier Sedemikian hingga, dengan satu peubah. Langkah-langkah dalam menyelesaikan persamaan linier satu peubah sebagai berikut: 1. Kedua ruas persamaan ditambah atau dikurangi dengan bilangan sebesar 2. Kedua ruas persamaan dikalikan dengan bilangan sebesar bilangan sebesar atau dibagi dengan Contoh 3.3.1.1 Tentukan nilai yang memenuhi persamaan linier Penyelesaian: ( kedua ruas ditambah dengan -6) ( kedua ruas dikalikan ) . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 28 3.3.2. Pertidaksamaan linier (Afin) pada aljabar klasik Dari bentuk fungsi afin , dengan maka pembuat tak nol persamaan fungsi afin adalah konstanta dan , akibatnya . Sedemikian hingga pertidaksamaan tersebut yang mungkin adalah menggunakan salah tanda relasi “ Misalkan sedemikian hingga akibatnya , merupakan salah satu bentuk pertidaksamaan linier dengan satu peubah. Langkah-langkah dalam menyelesaikan pertidaksamaan linier satu peubah sebagai berikut: 1. Kedua ruas pertidaksamaan ditambah atau dikurangi dengan bilangan sebesar 2. Kedua ruas pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan sebesar atau dibagi dengan bilangan sebesar 3. Jika kedua ruas pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan sebesar atau dibagi dengan bilangan sebesar – , maka tanda pertidaksamaan harus dibalik. Contoh 3.3.2.1 Tentukan nilai yang memenuhi pertidakasamaan linier Penyelesaian: ( kedua ruas ditambah dengan -6) ( kedua ruas dikalikan ) . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 29 Dalam gambar grafik fungsi linier diperoleh : y 6 -2 y = f(x) = 3x + 6 x 0 Gambar 15. Grafik pertidaksamaan 3.3.3. Persamaan afin aljabar Max-plus Definisi 3.3.3.1 Bentuk umum persamaan afin aljabar Max-plus adalah : , untuk setiap terhadap operasi biner (1) tidak mempunyai invers, sehingga (1) ti- dak dapat dinyatakan menjadi bentuk . Maka untuk menyelesaikan per- samaan afin aljabar Max-plus kita perlukan teorema berikut. Teorema 3.3.3.2 [2, 6] Secara umum selesaian persamaan afin aljabar Max-plus (1) adalah sebagai berikut: a. Jika maka (1) mem- punyai selesaian unik yaitu: b. Jika dan , dan . atau tidak terpenuhi, maka persamaan (1) tidak mempunyai selesaian. c. Jika dan , maka persamaan (1) mempunyai selesaian dan selesaian tidak unik. d. Jika dan , maka persamaan (1) mempunyai selesaian dan selesaian tidak unik. e. Jika semua dan , maka persamaan (1) mempunyai selesaian untuk . Bukti: Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 30 1. Pembuktian selesaian persamaan afin secara geometris: y Rmax y b b’ b’ b a a’ a’ Rmax x a Rmax x Gambar 16. Teorema 3.3.3.2 (a.1) Gambar 17. Teorema 3.3.3.2 (a.2) Persamaan afin Persamaan afin y Rmax y b b’ b’ b a’ a a Rmax x a’ Rmax x Gambar 18. Teorema 3.3.3.2 (b.1) Gambar 19. Teorema 3.3.3.2 (b.2) Persamaan afin Persamaan afin Rmax y Rmax y b b’ a=a’ b=b’ Rmax x a’ a Rmax x Gambar 20. Teorema 3.3.3.2 (c) Gambar 21. Teorema 3.3.3.2 (d) Persamaan afin Persamaan afin Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 31 Rmax y b=b’ a=a’ Rmax x Gambar 22. Teorema 3.3.3.2 (e) Persamaan afin 2. Pembuktian selesaian dari persamaan afin: a. Jika , maka selesaian persamaan (1) adalah unik yaitu Untuk memperolehnya akan kita tinjau 2 kasus yaitu: a.1.Kasus pertama persamaan : Untuk menyelesaikan persamaan , terdapat dua subkasus selesaian yaitu: a.1.1. Selesaian untuk persamaan punyai selesaian karena a.1.2. Selesaian untuk persamaaan selesaian . Subkasus ini tidak mem. Subkasus ini mempunyai (2) a.2. Kasus kedua persamaan Untuk menyelesaian persamaan , terdapat dua subkasus yaitu: a.2.1. Selesaian untuk persamaaan selesaian a.2.2. Selesaian untuk persamaaan Subkasus ini mempunyai (3) Subkasus ini tidak mempunyai selesaian karena Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 32 Selanjutnya, diperhatikan persamaan (2) dan (3). Jika persamaan (2) kita substitusikan ke dalam persamaan (1) maka diperoleh : Ruas kiri : Diperhatikan persamaan (1) ruas kiri yaitu; yaitu ; dan persamaan (2) . Jika (2) disubstitusi ke dalam (1) akan diperoleh : = = . Ruas kanan : Diperhatikan persamaan (1) ruas kanan yaitu; yaitu; dan bentuk (2) . Jika (2) disubstitusi ke dalam (1) akan diperoleh : = = bahwa dalam (1) diketahui = Dimana maka hasil ruas kiri akan memberikan selesaian yang sama dengan ruas kanan yaitu: . Dengan kata lain tapi, karena Akan te, maka selesaiannya selalu sama dengan belum tentu , hal ini dikarenakan tidak ada syarat yang menjamin bahwa nilai . Jadi persamaan (2) yaitu; bukan merupakan selesaian dari persamaan (1) yaitu; . Selanjutnya, jika persamaan (3) kita substitusikan ke dalam persamaan (1) yaitu , maka diperoleh: Ruas kiri : Diperhatikan persamaaan (1) ruas kiri yaitu; yaitu; dan persamaan (3) . Jika (3) disubstitusi ke dalam (1) ruas kiri diperoleh : = = = = . Ruas kanan : Diperhatikan persamaan (1) ruas kanan yaitu; yaitu; dan persamaan (3) . Jika (3) disubstitusi ke dalam (1) ruas kiri diperoleh : = karena dalam (1) diketahui bahwa = = , . Maka hasil ruas kiri dan ruas kanan memberikan selesaian yang sama yaitu: Jadi . Dengan kata lain = , me- Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 33 rupakan selesaian dari persamaan (1) yaitu: dan dengan . Sedangkan untuk pembuktian dengan yaitu; dan akan memberikan pada persamaan (1) selesaian unik yaitu ; ) dengan langkah – langkah yang sama dengan syarat = dan di atas. b. Jika , dan tidak terpenuhi, maka persamaan (1) tidak mempunyai selesaian. c. Jika dan , maka persamaan (1) mempunyai selesaian dan selesaian tidak unik. Dalam memperoleh selesian (1) kita tinjau 2 kasus yaitu : c.1. Kasus pertama persamaan Untuk menyelesaikan atau : persamaan , dengan syarat , terdapat dua subkasus selesaian yaitu: c.1.1. Selesaian untuk persamaan atau dengan , dengan syarat . Karena subkasus pertama mempunyai selesaian yang merupakan irisan dari , untuk setiap dengan yaitu daerah yang dibatasi oleh . c.1.2. Selesaian untuk persamaaan pada subkasus kedua mem- punyai selesaian dengan . Selanjutnya, bila persamaan (4) yaitu; samaan (1) yaitu; (4) disubstitusikan ke dalam per- akan diperoleh: Ruas kiri: Diperhatikan persamaan (1) ruas kiri yaitu; yaitu; dan persamaan (4) . Jika (4) disubstitusi ke dalam (1) maka diperoleh : = = Ruas kanan : Diperhatikan persamaan (1) ruas kanan yaitu; yaitu; dan persamaan (4) . Jika (4) disubstitusi ke dalam (1), maka diperoleh : Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 34 = = (1) diketahui bahwa = , karena dalam . Maka diperoleh selesaian ruas kiri dan ruas kanan tidak sama. Sedemikian sehingga (1), dengan dalam kasus ini adalah dan atau mempunyai . c.2. Kasus kedua persamaan Untuk menyelesaikan persamaan atau , dengan syarat ditinjau dua subkasus yaitu: c.2.1. Subkasus pertama adalah selesaian untuk persamaaan syarat atau dengan , maka selesaian dari persamaan sub- kasus pertama adalah irisan antara dengan yaitu c.2.2. Subkasus kedua adalah selesaian untuk persamaaan karena . diketahui bahwa , maka subkasus kedua menjadi penyataan yang tidak benar. Berdasarkan kedua subkasus di atas, selesaian persamaan (1) dengan syarat dan adalah irisan atau dari dan yaitu . Sedangkan untuk pembuktian dengan dan pada persamaan (1) akan memberikan selesaian unik yaitu , dengan langkah – langkah yang sama dengan syarat dan . d. Jika , maka selesaian persamaan (1) adalah . Untuk memperoleh selesaian persamaan (1) yaitu; ditinjau dalam dua kasus: d.1. Kasus pertama persamaan ; Untuk menyelesaikan persamaan atau , dengan syarat , terdapat dua subkasus penyelesian yaitu: d.1.1. Selesaian untuk persamaan atau dengan , dengan syarat . Karena subkasus pertama ti- dak mempunyai selesaian. Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 35 d.1.2. Selesaian untuk persamaaan atau dengan syarat pada subkasus kedua adalah irisan antara yaitu dengan . Dengan demikian pada kasus pertama mempunyai selesaian . d.2. Kasus kedua persamaan . Untuk menyelesaian persamaan atau , dengan syarat , ditinjau dalam dua subkasus yaitu: d.2.1. Subkasus pertama, selesaian untuk maka d.2.2. Subkasus kedua, selesaian untuk Diketahui bahwa dengan syarat dengan untuk setiap . disubtitusikan ke dalam persamaan Selanjutnya, bila persamaan (1) yaitu: . , maka subkasus kedua selesian persamaan tersebut adalah irisan antara adalah (5) maka diperoleh: Ruas kiri : Diperhatikan persamaan (1) ruas kiri yaitu; yaitu; dan persamaan (5) Jika (5) disubstitusi ke dalam (1) diperoleh: = = . Ruas kanan : Diperhatikan persamaan (1) ruas kanan yaitu; yaitu; dan persamaan (5) Jika (5) disubstitusi ke dalam (1) diperoleh : = dikarenakan = , hal ini untuk setiap Dengan demikian diperoleh selesaian ruas kiri dan ruas kanan tidak sama. Karena dan lah maka selesaian persamaan (1) dalam kasus kedua ada- atau Sedangkan untuk . dan pada persamaan (1) mempunyai selesaian , dengan langkah – langkah yang sama dengan syarat dan . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 36 Contoh 3.3.3.3 Tentukan nilai x yang memenuhi persamaan: a. Persamaan afin aljabar Max-plus di atas memenuhi Teorema 3.3.3.2 bagian , maka selesaiannya adalah . b. Persamaan afin aljabar Max-plus di atas memenuhi Teorema 3.3.3.2 bagian , maka selesaiannya adalah . Contoh 3.3.3.4 Tabel 6. Perbandingan persamaan linier pada aljabar klasik dan persamaan afin aljabar Max-plus No Operasi pada aljabar klasik Operasi pada aljabar Max-plus 1. Tentukan nilai yang memenuhi Tentukan nilai x yang memenuhi perpersamaaa linier berikut: samaan: a. Penyelesaian: a. Penyelesaian: Persamaan afin aljabar Max-plus di atas memenuhi teorema 3.3.3.2 bagian , maka . Nilai dari persamaan adalah 2. Jadi nilai yang memenuhi persamaan adalah . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 37 b. Penyelesaian: b. Penyelesaian: Persamaan afin aljabar Max-plus diatas memenuhi teorema 3.3.3.2 bagian , maka Jadi selesaiannya adalah Nilai dari persamaan adalah . 3.4 . Sistem Persamaan Linier Pada subbab ini dibahas tentang sistem persamaan linier dalam aljabar klasik [1] dan aljabar Max-plus [2, 5, 6, 10, 12]. 3.4.1 Sistem Persamaan Linier [SPL] Aljabar Klasik Sistem persamaan linier dalam aljabar klasik dua peubah (variabel) secara umum dituliskan sebagai berikut: Kedua sistem persamaan linier di atas dapat diilustrasikan dalam grafik kartesius yang berbentuk garis; sebut . Selesaian sistem persamaan linier ada tiga, yang berpadanan dengan titik – titik potong 1. Jika garis . berpotongan di satu titik maka sistem persamaan linier mempunyai selesaian tunggal. 2. Jika garis berhimpit dibanyak titik maka sistem peramaan linier mempunyai selesaian banyak. 3. Jika garis saling sejajar maka sistem persamaan linier tidak mempunyai selesaian. Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 38 Contoh 3.4.1.1 Tentukan nilai yang memenuhi SPL berikut: a. Penyelesaian: Dengan mensubtitusikan (2) ke dalam (1) diperoleh Pada grafik kartesius kedua garis berpotongan pada titik y 3x + 2y = 9 9/2 4 3 x+y=4 1 x 3 4 Gambar 23. Grafik SPL dan 3.4.2 Sistem Persamaan Linier aljabar Max-plus Bentuk = Sistem persamaan linier aljabar Max-plus secara umum berbentuk = . Di samping bentuk umum, ada dua bentuk khusus sistem persamaan linier aljabar Max-plus yang dibahas yaitu maan linier aljabar Max-plus berukuran dan dan = . Sistem persa- , dengan adalah sebuah matriks berukuran dan adalah matriks . Dalam mencari selesaiannya sistem persamaan linier aljabar Max-plus bentuk umum diubah ke dalam bentuk kanonik. Definisi 3.4.2.1 Sistem persamaan linier aljabar Max-plus bentuk kanonik jika 1. Jika = dikatakan ber- memenuhi: maka dan jika maka . Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 39 2. Jika maka dan jika maka Bentuk umum sistem persamaan linier aljabar Max- plus = untuk menentukan selesaiannya diubah ke dalam bentuk kanonik dengan cara mengubah: Jika Jika maka dan jika maka maka dan jika maka Selanjutnya, sistem persamaan linier aljabar Max- plus = yang telah diubah kedalam bentuk kanonik dapat diselesaikan dengan cara seperti menyelesaikan sistem persamaan linier dalam aljabar klasik. Selesaian dalam sistem persamaan linier aljabar Max- plus = mempunyai tiga kemungkinan: 1. Tidak terdapat selesaian. 2. Mempunyai selesaian yang tunggal. 3. Mempunyai selesaian yang banyak. Akan tetapi sistem persamaan linier aljabar Max- plus = , belum dapat ditentukan jenis selesaianya. Contoh 3.4.2.2 Selesaikan sistem persamaan linier aljabar Max- plus berikut : = (1) Sistem persamaan di atas diubah menjadi bentuk kanonik yaitu: Dengan demikian diperoleh dua persamaan afin yaitu: a). 3 b). 1 Dengan mensubtitusikan persamaan afin (a) ke dalam persamaan afin (b) diperoleh persamaan afin yang baru yaitu: 3= 1. Berdasarkan Teorema Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 40 3.3.3.2 (b), persamaan afin 3= 1 tidak menpunyai selesaian, karena tidak memenuhi salah satu dari persamaan afin yang mempunyai selesaian. Dengan demikian sistem persamaan (1) tidak mempunyai selesaian. Contoh 3.4.2.3 Selesaikan sistem persamaan linier aljabar Max- plus berikut; = (2) Sistem persamaan di atas diubah menjadi bentuk kanonik yaitu: Dengan demikian diperoleh dua persamaan afin yaitu: a). b). 3 Dengan mensubtitusikan persamaan afin (b) ke dalam persamaan afin (a) diperoleh persamaan afin yang baru yaitu: 3= (a) maka selesaian persamaan afin 3= yaitu: . Berdasarkan Teorema 3.3.3.2 adalah = -2. Selanjutnya hasil selesaian dari disubtitusikan ke (b) diperoleh . Sedemikian sehingga selesaian sistem persa- maan linier aljabar Max-plus (2) adalah . Contoh 3.4.2.4 Tentukan selesaian dari sistem persamaan linier aljabar Max- plus berikut adalah = (3) Sistem persamaan linier di atas diubah menjadi bentuk kanonik yaitu: Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 41 Dengan demikian diperoleh dua persamaan afin yaitu: a). 4 b). Dengan mensubtitusikan persamaan afin (a) ke dalam persamaan afin (b) diperoleh persamaan afin yang baru yaitu: = (c) maka selesaian persamaan afin = yaitu: 4. Berdasarkan Teorema 3.3.3.2 4 adalah . Selanjutnya hasil selesaian dari tusikan ke (b) diperoleh disubti- . Sedemikan sehingga selesaian sistem persamaan linier aljabar Max-plus (3) adalah . 3.4.3 Sistem Persamaan Linier aljabar Max-plus Bentuk Untuk mencari selesaian sistem persamaan linier aljabar Max-plus bentuk . Pandang bahwa adalah matriks persegi yang berukuran adalah matriks kolom yang berukuran dan . Selesaian di atas erat kaitanya dengan ben- tuk graf dari suatu matriks. Bentuk graf dimaksud adalah graf preseden yang didefinisikan sebagai berikut: Definisi 3.4.3.1. Diberikan . Graf preseden matriks dengan adalah graf berarah berbobot dan . Contoh 3.4.3.2 Diberikan bot , graf preseden dari matriks dengan adalah graf berarah berbo- dan Bila disajikan dalam gambar adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 42 3 1 1 2 -4 2 1 1 3 2 Gambar 24. Graf Teorema 3.4.3.3 [2, 5, 12] Diberikan . Jika hanya ada sirkuit dengan bobot nonpositif di , maka selesaian untuk sistem persamaan linier Aljabar Max-plus bentuk adalah , dengan Lebih lanjut jika semua sirkuit . berbobot negatif, maka selesaian sistem persa- maan linier aljabar Max-plus bentuk adalah tunggal. Bukti: Eksistensi dari a. Keberadaan dari . 1. Elemen- elemen dengan panjang adalah merupakan bobot maksimum dari semua lintasan yang menghubungkan simpul ke simpul . 2. , maka adalah bobot mak- simum dari semua lintasan yang mungkin, yang menghubungkan simpul ke simpul . 3. ada jika dan hanya jika tidak ada komponen yang terhubung secara kuat di yang mempunyai sirkuit dengan bobot positif. Bukti: () Andaikan ada komponen yang terhubung kuat di yang mempunyai sir- kuit dengan bobot positif. Misalkan: Sirkuit mempunyai mempunyai bobot minimal bot . mempunyai bobot minimal ada, karena komponen bobot artinya mempunyai minimal boAkibatnya makin besar ketika tidak Hal ini kontra- Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 43 diksi dengan ada. Jadi pengandaian salah, haruslah tidak ada komponen yang terhubung kuat di () Andaikan yang mempunyai sirkuit dengan bobot positif. tak ada. Maka tidak mempunyai lintasan yang berbo- bot maksimum. Maka bobot lintasan dari simpul ke simpul semakin besar dengan semakin panjangnya lintasan. Sedemikan hingga, karena bobot lintasan semakin besar maka bobot sirkuit atau juga semakin besar. Jadi ada sirkuit dengan bobot positif, maka kontradiksi. Sehingga pengadaian salah, ada. Berdasarkan Teorema 3.4.3.3, maka syarat perlu dan sya- haruslah rat cukup, keberadaan terpenuhi. Selanjutnya akan ditunjukan bahwa adalah selesaian dari . = = = = = = = b. Ketunggalan selesaian dari Untuk Menunjukan ketunggalan selesaian dari persamaan salkan adalah selesaian Subtitusikan Mikedalam yaitu: = (bila dilakukan subtitusi nilai secara terus menerus, akan diperoleh); = ( (b.1) Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 44 Elemen- elemen Untuk adalah bobot maksimum dari lintasan dengan panjang . cukup besar, setiap lintasan mengandung satu atau lebih sirkuit elementer se- bagai sublintasan. Jika rena sirkuit di banyaknya sirkuit elemeter yang terjadi menuju mempunyai bobot negatif, maka elemen-elemen Kauntuk , yaitu: Jadi, untuk ( persamaan (b.1) menjadi = =( dengan demikian : = = ) = = (terbukti) Contoh 3.4.3.4 Tentukan penyelesain dari sistem persamaan linier aljabar max-plus Penyelesaian: ) . Jadi selesaian adalah Teorema 3.4.3.5 [2, 10, 12] Diberikan tif, maka . Jika semua sirkuit dalam mempunyai bobot nonposi- . Bukti: Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 45 Karena matriks berdimensi maka banyak simpul dari graf . Sehingga semua lintasan dengan panjang lah panjang semua sirkuit kurang dari dari . Sehingga untuk setiap tersusun dari adalah sirkuit dengan jum- dan ada suatu lintasan dengan panjang kurang dan untuk setiap terdapat sehingga: = + dengan , dan Karena semua sirkuit mempunyai bobot nonpositif, maka untuk setiap dan untuk setiap , berlaku dengan Akibatnya . , . , . Dengan demikian 3.4.4 Sistem Persamaan Linier Aljabar Max-plus Bentuk Sistem persamaan linier aljabar Max-plus , tidak selalu mempunyai selesaian. Sehingga untuk menentukan selesaian dapat diperlemah dengan mendefinisikan beberapa konsep subselesaiannya. Definisi 3.4.4.1 Diberikan dan merupakan himpunan yang didefinisikan sama seperti pada bersama operasi , serta didefinisikan . Definisi 3.4.4.2 Subselesaian sistem persamaan linier aljabar Max-plus . Subselesaian selalu ada, yaitu memenuhi adalah , jika = 1, 2, 3,…n. Teorema 3.4.4.3 Subselesaian terbesar dari sistem persamaan linier aljabar Max-plus dengan adalah matriks triks di adalah dan adalah matriks , dengan elemen- elemen ma- . Bila dalam aljabar klasik dapat ditulis menjadi untuk setiap = 1, 2, …, n. Bukti : Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 46 Pandang bahwa: dan } dan } dan , } dan } ), dan ), } dan } Jadi subselesaian terbesar dari sistem persamaan linier aljabar Max-plus adalah setiap vektor , yang komponen- komponennya memenuhi . Jika vektor didefinisikan dengan . Maka akan diperoleh: { ), ), dan dan } } dan Jadi vektor } tersebut merupakan subselesaian sistem persamaan linier Karena Maka lam menentukan subselesaian akibatnya . Da- , mula – mula dilakukan dengan menghitung , yang ditunjukkan sebagai berikut: Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 47 Contoh 3.4.4.4 Tentukan selesaian sistem persamaan linier aljabar Max-plus berikut dengan terlebih dulu menentukan subselesaian terbesarnya. = Mula-mula dihitung : = . Dengan demikian subselesaian terbesar dari sistem persamaan linier terse- but adalah . Untuk melihat kesahihan selesaian tersebut, disubtitusikan = pada yaitu: = Akan memberikan hasil . Maka merupakan selesaian dari sistem persamaan linier Aljabar Max-plus di atas. Contoh 3.4.4.5 Tentukan selesaian sistem persamaan linier aljabar Max-plus berikut dengan terlebih dulu menentukan subselesaian terbesarnya. = Mula-mula di hitung : = = subselesaian terbesar dari sistem persamaan linier tersebut adalah kesahihan selesaian tersebut, disubtitusikan pada . Dengan demikian . Untuk melihat = yaitu: Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 48 Akan memberikan hasil = . Maka bukan merupakan selesaian dari sistem persamaan linier aljabar Max-plus di atas tetapi merupakan subselesaian. Contoh 3.4.4.6 Tabel 7. Perbandingan sistem persamaan linier pada aljabar klasik dan aljabar Max-plus No Operasi pada aljabar klasik 1. Tentukan nilai Operasi pada Aljabar Max-plus yang memenuhi Tentukan nilai sistem persamaaa linier berikut: yang memenuhi sistem persamaan linier berikut: = (1) Penyelesaian: Dengan mensubtitusikan (1) ke (2) diperoleh 0 = 0. Maka SPL tersebut mempunyai selesaian banyak , hal ini karena kartesius . kedua Dalam garis Penyelesaian: SPL di atas diubah menjadi bentuk kanonik yaitu: = grafik mempunyai kemiringan yang sama dan berhimpit Dengan demikian diperoleh dua persadisemua titik sebagai berikut: maan afin yaitu: y = a). = b). 2x + 4y =10 3 1 Dengan mensubtitusikan persamaan afin 6x +12y =30 x (a) kedalam persamaan afin (b) diperoleh persamaan afin yang baru yaitu: 3= Teorema 3.3.3.2 persamaan afin Gambar 25. Grafik SPL dan 2. Tentukan nilai 1. Berdasarkan 3= yang memenuhi sistem persamaan linier berikut: 1 tidak mempunyai se- lesaian, karena diperoleh persamaa afin dengan dan dan Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 49 dan yang tidak memenuhi salah satu dari persamaan afin yang mempunyai selesaian. Sehingga sistem persa- Penyelesaian: Bentuk sistem persamaan linier di atas tidak mempunyai maan (1) tidak mempunyai selesaian. selesaian, karena . Dalam grafik kartesius kedua garis tersebut mempunyai kemiringan yang sama dan saling sejajar sebagai berikut: y 6 4 x +y = 6 x+y =4 0 4 6 x Gambar 26. Grafik SPL dan Diperhatikan dari Tabel 7, penyelesaian sistem persamaan linier pada aljabar klasik dua variabel diperoleh dengan menentukan titik potong kedua garis dari persamaan pada grafik kartesius . Akan tetepi hal ini akan lebih sulit dilakukan untuk yang lebih dari dua variabel, sehingga untuk yang lebih dari dua varibel dapat dilakukan dengan eleminasi atau subtitusi. Pada sistem persamaan linier aljabar Max-plus penyelesaiannya dilakukan dengan mengubah kedalam bentuk kanonik, sehingga diperoleh persamaan afin. Penyelesaian persamaan afin aljabar Max-plus dapat dilakukan dengan menentukan titik potong kedua ruas persamaan afin. Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Diberikan himpunan bilangan real , dinotasikan sebagai dilengkapi dengan dua operasi biner , maka , yang . Jika diberikan sembarang bilangan didefinisikan sebagai nilai maksimum dari salah satu dari bilangan tersebut, dan Sistem matematika didefinisikan sebagai jumlah dari kedua bilangan tersebut. disebut aljabar Max-plus dan dinotasikan dengan Aljabar Max-plus merupakan salah satu struktur aljabar yang semilapangan komutatif idempoten dengan elemen identitas pada operasi penjumlahan dan pada operasi perkalian (elemen satu) adalah Himpunan matriks persegi berukuran dinotasikan sebagai biner pada moduloid atas (elemen nol) adalah . dengan elemen-elemen di Matriks dalam aljabar Max-plus yang dilengkapi operasi dan satu operasi dari pada , maka . Moduloid yang ditambah satu operasi biner merupakan dari pada membentuk aljabar idempoten. Pengoperasian matriks dalam aljabar Max-plus sama dengan pengoperasian matriks di aljabar klasik, yaitu banyaknya baris dari matriks yang dikali sama dengan banyaknya kolom dari matriks pengalinya. Fungsi linier dalam aljabar Max-plus mempunyai kemiringan 1. Sistem persamaan linier aljabar Max-plus secara umum berbentuk , untuk menentukan selesaianya diubah ke dalam bentuk kanonik. Untuk menentukan selesaian sistem persamaan linier bentuk pendekatan graf presenden dan bentuk adalah dengan dengan memperlemah dengan subselesaian (subsolusi). 4.2 Saran Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mencari polinomial karakteristik, nilai eigen dan vektor eigen dalam aljabar Max-plus . 50 Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011 DAFTAR PUSTAKA 1. Anton, H, “ Elementary Linear Algebra”, Wiley &Sons, Inc, New York, 2005. 2. Baccelli, F, Cohen, G, Olsder, G.J. dan Quadrat, J.P, “Synchronization and Linearity”, Wiley, New York, 1992. 3. Heidergott, B., “Max-plus Algebra and Queues”, Departement of Economics and Operations Research De boelelan 1105,1081 HV Amsterdam. The Netherlands, 2008. 4. Hungerford, T.W, “Algebra Graduate Texts In Mathematics”, Springer, seattle, Washington, 1980. 5. Kasie G.F, “Max-Plus Algebra”, Master’s Thesis submitted to the faculty of be Virginia Polytechnic Institute and State University, 2009 6. Nasution, A.D.J, “Aljabar Max- Plus”, Skripsi, Fakultas MIPA Jurusan Matematika, Universitas Indonesia, Depok, 2004. 7. Olsder.G.J dan Roos.C, “Cramer and Caylay-Hamilton in the Max-Algebra”, Delft University of Technology, Departemen of mathematics and informatics, Netherlands, 1987. 8. Olsder.G.J dan Roos.C, “On the Characteristic equation and Minimal Realizations For Distcrete-event Dynamic Systems”, Delft University of Technology, Departemen of mathematics and informatics, Netherlands, 1990. 9. Rudhito A.M., Wahyuni, S., Suparwanto, A. dan Susilo, F., “Sistem Persamaan Linier iterative Max-plus Interval”, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA ,pp.263-272, UNY Mei 2008. 10. Rudhito, A. M , “ Sistem Linier max-plus waktu –invariant”, Tesis, Universitas Gajah Mada, 2003. 11. Schutter, B., “On the ultimate behavior of the sequence of consecutive powers of a matrix in the max-plus algebra,” Linear Algebra and Its Applications, vol. 307, no. 1–3, pp. 103–117, March 2000. 12. Subiono, “Aljabar Maxplus dan Terapannya”, Diktat Mata kuliah, FMIPA-ITS, Surabaya, 2010 51 Universitas Indonesia Perbandingan sistem..., Mulyadi, FMIPA UI, 2011