Author : Julia Andriani Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 ©0 Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk MORBILI/CAMPAK/ MORBILI/CAMPAK/MEASLES DEFINIFI Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup EPIDEMIOLOGI Campak merupakan penyakit endemis pada sebagian besar dunia. Di Amerika Serikat jumlah kasus campak pada tahun 1990 hampir mencapai 28.000 kasus. Di negara industri, campak terjadi pada anak-anak berumur 5 hingga 10 tahun, sementara di negara berkembang penyakit ini sering menginfeksi anak-anak dibawah umur 5 tahun. Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 – 2002 masih tinggi sekitar 3000 – 4000 pertahun. Umur terbanyak menderita campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun. Adapun faktor risiko terjadinya campak yaitu : 1. Anak-anak dengan imunodefisiensi, misalnya pada HIV/AIDS, leukemia, atau dengan terapi kortikosteroid. 2. Perjalanan atau kunjungan ke daerah endemi campak atau kontak dengan pendatang dari daerah endemi . 3. Bayi yang kehilangan antibodi pasif dan tidak diimunisasi. Faktor risiko yang mempeberat penyakit campak sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang serius, yaitu : 1. Malnutrisi 2. Imunodefisiensi 3. Defisiensi vitamin A ETIOLOGI Campak disebabkan oleh virus Ribonucleated Acid (RNA) dari famili paramixoviridae, genus morbilivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. 1 PATOGENESIS Penyebaran virus maksimal adalah selama masa prodromal (stadium kataral), melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, yakni melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar ketika bersin atau batuk. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9 – 10 sesudah pemajanan (mulai fase prodromal). Fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. GEJALA KLINIS Waktu dari pemajanan sampai berkembangnya gejala pertama infeksi campak biasanya 8 sampai 12 hari dan dari pemajanan sampai munculnya ruam sekitar 2 minggu. Penampakkan awal penyakit berupa malaise, iritabilitas, temperatur setinggi 40,6 °C, konjungtivitis dengan lakrimasi berlebih, edema kelopak mata dan fotofobia, serta batuk keras yang cukup berat. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium : 1. Stadium Kataral (prodromal) 2 Stadium ini berlangsung 4-5 hari. Demam biasanya merupakan tanda pertama dan menetap selama masa prodromal. Panas dapat memuncak pada hari ke lima atau ke enam yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi. Temperatur berkisar antara 38,3 °C-40 °C pada saat erupsi rash mencapai puncaknya. Nyeri tenggorok, sekret hidung dan batuk kering sering dijumpai selama masa prodromal. Konjungtivitis nonpurulen terjadi pada akhir prodromal dan disertai dengan fotofobia dan peningkatan lakrimasi. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun. Bercak koplik adalah bintik-bintik putih halus dengan dasar eritematous yang tipis, yang timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau ke 4 dari masa prodromal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Bercak koplik ini merupakan tanda patognomonis dari campak yang biasanya akan menghilang ketika eksantema menjadi jelas. Gambar. 1 Bercak koplik 2. Stadium erupsi Gejala pada stadium kataral bertambah dan timbul enantem di palatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam eritematosa yang berbentuk makula papula disertai dengan meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi pendarahan ringan, rasa gatal dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke tiga dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare dan muntah Pada campak tipe hemoragik (black measles), pendarahan dapat terjadi dari mulut, hidung atau usus besar 1. 3 Gambar 2. Ruam Mukulopapuler 3. Stadium konvalensensi Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Pada stadium ini suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Komplikasi Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi anergi (uji tuberkulin yang semulanya positif berubah menjadi negatif). Ini menujukkan bahwa antigen antibodi pasien sangat kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika sebelumnya keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainnya. Komplikasi-komplikasi yang terdapat pada campak \ : 1. Laringitis akut 2. Pneumonia 3. Ensefalitis 4. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) 5. Otitis media 4 6. Enteritis 7. Konjungtivitis 8. Miokarditis 9. Tuberkulosis DIAGNOSIS Anamnesis Adanya demam tinggi terus menerus 38,5 °C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit yang didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula Pemeriksaan fisik Ditemukannya tanda patognomonik yaitu bercak koplik di mukosa pipi di depan molar tiga. Kemudian muncul ruam makulopapular yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke ekstremitas. Laboratorium Pemeriksaan labaroratorium yang dilakukan pada penderita campak adalah : a. Darah tepi Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leucopenia selama fase prodromal dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang mencolok dari jumlah leukosit apabila terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi komplikasi, jumlah leukosit perlahan-lahan meningkat sampai normal saat ruam menghilang. b. Isolasi dan identifikasi virus Usap nasofaring dan contoh darah yang diambil dari seorang pasien 2-3 hari sebelum mula timbul gejala hingga 1 hari setelah timbulnya ruam merupakan sumber yang cocok untuk isolasi virus. c. Serologi Pemastian serologi infeksi campak bergantung pada peningkatan empat kali lipat titer antibodi antara fase akut dan fase konvalensen serum atau pada terlihatnya antibodi IgM spesifik campak dalam bahan serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah mula timbul ruam. 5 d. Pemeriksaan untuk komplikasi Pada penderita campak yang disertai dengan komplikasi dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : 1. Ensefalitis, dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dengan kadar protein 48–240 mg/dL dan jumlah limfosit antara 5-99 sel, kadar elektolit darah dan analisa gas darah 2. Enteritis, dilakukan pemeriksaan feses lengkap 3. Bronkopneumonia , dilakukan pemeriksaan foto dada. DIAGNOSIS BANDING Ruam campak harus dibedakan dari eksantema subitum, rubella, infeksi karena enterovirus, virus koksaki dan adenovirus, mononukleus infeksiosa, toksoplasmosis, meningokoksemia, demam scarlet, penyakit rikettsia, penyakit serum, penyakit Kawasaki dan ruam karena obat. PROGNOSIS Prognosis juga baik pada anak dengan keadaan umum yang baik tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. Morbiditas campak dipengaruihi oleh beberapa faktor seperti : 1. Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul. 2. Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita 3. Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang. PENATALAKSANAAN Masalah yang sering terjadi pada anak dengan campak adalah: a. Hipertermia b. Kurang nutrisi c. Risiko komplikasi Pasien campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan, pengobatan bersifat simtomatikdengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Indikasi rawat inap untuk penderita campak yaitu hiperpireksia (suhu >39 °C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi. Beberapa anak membutuhkan suplemen vitamin A. Anak-anak dengan defisiensi 6 vitamin A lebih mudah untuk terkena infeksi, termasuk campak. WHO merekomendasikan vitamin A untuk semua anak dengan campak disetiap negara dimana defisiensi vitamin A menjadi masalah dan berhubungan dengan angka kematian. Serum dengan konsentrasi vitamin A yang rendah ditemukan pada anak-anak dengan campak yang berat. Ribavirin merupakan obat anti virus, yang dapat membantu mengobati penyakit campak yang berat atau saat anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. PENCEGAHAN Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif sebagai berikut : 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif dapat dirangsang dengan memberikan virus campak hidup yang dilemahkan, yang tidak menyebar melalui kontak dengan individu yang divaksin. Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit lebih sering terjadi. Imunisasi kedua terhadap campak biasanya diberikan sebagai campak-parotitis-rubella terindikasi. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah dasar atau nanti pada saat masuk sekolah menengah. 2. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesen, globulin plasenta, atau gamma globulin plasma. Campak dapat dicegah dengan menggunakan immunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. 7 DAFTAR PUSTAKA 1. Maldonado Y. Campak. Dalam: Wahab AS (editor). Nelson Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke -15. Jakarta: EGC, 2000. 1608-71 2. Jawetz, Melnick JL, Adellberg’s EA. Infeksi Virus Campak. Dalam: Brooks GF, Ornston LN, Irawati (editors). Mikrobiologi Kedokteran, edisi ke 20. Jakarta: EGC, 1996. 542-47 3. Soegijanto S. Ilmu Kesehatan Anak penyakit Tropik dan Infeksi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2000. 125-40 4. Tumbelaka AR, et al. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2004. 95-98 5. Fennelly GJ. Measles: http://www.emedicine2006.com [diakses 6 November 2008] 6. Ray CG. Campak (Rubeola). Dalam: Braudwald, Fauci, Isselbacher KJ, Kasper, Wilson (editors). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-13. Jakarta: EGC, 1999. 933-32 7. Mereinsten GB, et al. Penyakit Infeksi virus dan Riketsia. Dalam: Buku Pegangan Pediatri, edisi ke-17. Jakarta: Widya Medika, 2002.289-93 8. Rampengan TH dan Laurentz IR. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC, 1993. 91-99 9. Hassan R, et al. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1997. 624-28 © Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk 8