1 NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL NEGERI

advertisement
NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL NEGERI LIMA MENARA
KARYA A. FUADI
Oleh
Nur Kholis Hidayah1
A. Syukur Ghazali2
Roekhan2
E-mail: [email protected]
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang
ABSTRACT: The objective of this research is to describe moral values
in the novel of Negeri Lima Menara by A. Fuadi. This research used a
qualitative method. The results of this research are the description of
moral values in the novel of Negeri Lima Menara, i.e.: (1) the moral
value of Deity, (2) individual moral values, and (3) social moral values.
All of the values are positive and negative. All of activities which based
on spiritual value and social value are positive, and on the contrary,
activity based on individual is a negative value.
Keywords: the moral value, the novel of Negeri Lima Menara,
appreciation of the novel
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud nilai-nilai
moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini adalah deskripsi
wujud nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara, yaitu (1) nilai
moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial.
Ketiga nilai tersebut terdiri atas nilai moral positif dan negatif. Segala
tindakan yang didasarkan atas norma-norma agama dan sosial
merupakan nilai positif. Adapun perilaku atas kehendak sendiri
merupakan nilai moral negatif.
Kata Kunci: nilai moral, novel Negeri Lima Menara, apresiasi novel
Nilai merupakan realitas abstrak yang dapat dirasakan dalam diri manusia
masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi
pedoman dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak ini dapat diketahui dari tiga
realitas, yaitu pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap seorang pribadi
atau kelompok (Kaswardi (1993:20).
Moral menurut Poespoprojo (1986:102) adalah kualitas dalam perbuatan
manusia yang bersifat normatif, yang dapat dikatakan bahwa perbuatan itu baik
atau buruk. Adapun Suseno (1987:19) mengemukakan bahwa kata moral selalu
mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan
1
Nur Kholis Hidayah adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat
dari Skripsinya di Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Program Sarjana
Universitas Negeri Malang, 2012.
2
A. Syukur Ghazali dan Roekhan adalah Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
1
pendapat Bertens (2002:143) bahwa nilai moral menyangkut tindakan manusia
sebagai manusia. Dengan demikian, nilai moral mencakup pengertian tentang baik
buruknya perbuatan manusia berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Karya sastra diciptakan selain untuk memberikan hiburan atau
kesenangan, juga menjadi sarana penanaman nilai moral. Keberadaan nilai moral
dalam sastra diharapkan mampu memunculkan nilai-nilai positif bagi pembaca,
sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku baik.
Pemilihan novel Negeri Lima Menara dalam penelitian ini karena di
dalamnya sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Selain itu, novel ini menampilkan
banyak nilai moral mengenai nilai-nilai keteladanan dalam berperilaku sehingga
dapat dijadikan panutan atau masukan bagi pembaca. Hal itulah yang mendasari
peneliti memilih novel Negeri Lima Menara dan memfokuskan kajian tentang
nilai moral dalam penelitian ini. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan wujud nilai-nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara, yang
meliputi (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral
sosial. Nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara diharapkan mampu
memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan pembaca sebagai salah satu
unsur yang berhubungan dengan peningkatan nilai kehidupan itu sendiri.
Nilai moral yang dideskripsikan terdiri atas nilai moral positif dan negatif.
Adapun tolok ukur untuk menentukan nilai moral positif dan negatif didasarkan
pada landasan kaidah dasar moral. Landasan kaidah dasar moral menurut Suseno
(1987:129) adalah (1) prinsip sikap baik, (2) prinsip keadilan, dan (3) prinsip
menghargai diri sendiri. Selanjutnya Suseno (2003:39) mengungkapkan dua
kaidah dasar moral yaitu, (1) prinsip kerukunan, dan (2) prinsip hormat. Adapun
Zubair (1987:78) mengungkapkan tiga kaidah dasar moral, yaitu (1) kaidah sikap
baik, (2) kaidah keadilan, dan (3) kaidah ketuhanan.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan deskriptif karena mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel
Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Hal ini didasarkan pendapat Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong: 2005:4) yang mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata
tertulis maupun lisan.
Data dalam penelitian ini adalah paparan bahasa berupa kutipan novel
dalam bentuk dialog antartokoh, penjelasan pengarang, serta komentar tokoh lain
yang menunjukkan perilaku, pikiran, dan tindakan tokoh yang mengandung nilainilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi. Sumber data
penelitian ini adalah novel Negeri Lima Menara Karya A. Fuadi cetakan ketujuh
yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa langkah berikut: (1)
mengidentifikasi tokoh, (2) mengidentifikasi alur, (3) mendata kutipan cerita yang
menunjukkan perilaku tokoh yang mengandung nilai moral, (4) klasifikasi dan
kodifikasi, dan (5) menyimpulkan nilai moral berdasarkan kutipan cerita.
Teknik analisis data dalam penelitian ini diadaptasi dari pendapat Miles
dan Huberman (1992:16) yang meliputi tiga alur kegiatan yaitu (1) reduksi data,
2
(2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Ketiga langkah tersebut
dipadukan dengan pendekatan objektif untuk mengkaji nilai-nilai moral dalam
novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi.
Reduksi data dalam penelitian ini meliputi proses identifikasi, klasifikasi,
dan kodifikasi. Pada tahap identifikasi data, peneliti menggunakan pendekatan
objektif untuk menemukan data nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara.
Tahap selanjutnya klasifikasi dan kodifikasi. Pada tahap ini peneliti
mengelompokkan data hasil identifikasi ke dalam tiga jenis nilai moral, yaitu (1)
nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial.
Pemberian kode pada setiap data nilai moral berdasarkan ketiga jenis nilai moral
tersebut.
Tahap analisis kedua yaitu tahap penyajian data. Tahap ini merupakan
kegiatan penyajian data nilai moral ketuhanan, individual, dan sosial ke dalam dua
jenis nilai, yaitu nilai moral posistif dan negatif. Adapun tahap analis ketiga
adalah simpulan/ verifikasi. Pada tahap ini peneliti menyimpulkan data nilai moral
positif dan negatif berdasarkan jenis nilai moral ketuhanan, individual, dan sosial.
Selanjutnya, peneliti mengaitkan data nilai moral tersebut dengan enam prinsip
kaidah dasar moral yang meliputi (1) prinsip ketuhanan, (2) prinsip sikap baik, (3)
prinsip menghargai diri sendiri, (4) prinsip hormat, (5) prinsip kerukunan, dan (6)
prinsip keadilan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pemeriksaan
keabsahan data yaitu ketekunan penelaahan dan kecukupan referensial. Ketekunan
penelaahan dimaksudkan untuk mengadakan penelaahan secara teliti, rinci, dan
berkesinambungan untuk menemukan unsur-unsur yang relevan dengan nilai-nilai
moral dalam novel Negeri Lima Menara. Kecukupan referensial dalam penelitian
ini meliputi (1) pustaka tentang nilai moral, (2) pustaka tentang ajaran agama, dan
(3) pustaka tentang sastra sebagai media penyampaian pesan.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini adalah deskripsi nilai-nilai moral dalam novel Negeri
Lima Menara. Nilai moral tersebut meliputi (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai
moral individual, dan (3) nilai moral sosial.
Nilai Moral Ketuhanan
Nilai moral ketuhanan merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan. Nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara
meliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif.
Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3)
takwa kepada Allah. Adapun nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat
karena takut pada petugas keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3)
berdoa untuk melunakkan hati seseorang.
Nilai Moral Individual
Nilai moral individual merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan
manusia dengan kehidupan pribadi atau cara manusia memperlakukan diri sendiri.
Nilai moral individual dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi
nilai moral positif dan negatif.
3
Nilai moral individual positif meliputi (1) kedisiplinan, (2) kerja keras, (3)
kesederhanaan, (4) kebulatan tekad, dan (5) prasangka baik. Adapun nilai moral
individual negatif meliputi (1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin
berpakaian, (3) berkeinginan berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan
melihat bioskop, (5) berbohong, (6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang
lain, dan (8) tidak ikhlas.
Kedisiplinan merupakan perilaku yang menunjukkan ketaatan atau
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Nilai kedisiplinan meliputi (1)
disiplin waktu, (2) disiplin berpakaian, (3) disiplin berbahasa, dan (4) disiplin
peraturan.
Perilaku bekerja keras merupakan perilaku tidak lekas putus asa atau
bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Perilaku kerja keras tersebut
meliputi (1) bersungguh-sungguh dalam belajar, dan (2) bersungguh-sungguh
menjalani hukuman.
Nilai kesederhanaan dapat diketahui dari kebiasaan makan dan minum
dalam satu wadah. Makan bersama dalam satu piring serta minum seember kopi
bersama-sama merupakan wujud dari kesederhanaan kehidupan sehari-hari para
santri di PM.
Perilaku yang menunjukkan kebulatan tekad adalah mempunyai tekad
atau kehendak yang kuat. Perilaku tersebut merupakan implementasi dari man
jadda wajada (barang siapa bersungguh-sungguh, maka akan berhasil). Adapun
perilaku yang menunjukkan prasangka baik adalah selalu melihat sisi positif dari
setiap musibah yang dialami.
Nilai Moral Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari orang
lain. Manusia pasti melakukan hubungan dengan manusia lain dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Hal
inilah yang disebut dengan nilai moral sosial. Nilai moral sosial dalam novel
Negeri Lima Menara terdiri atas nilai moral sosial positif dan negatif.
Nilai moral sosial positif meliputi (1) berbakti kepada kedua orang tua, (2)
menghormati guru, (3) persahabatan, (4) persaudaraan, dan (5) keadilan. Adapun
nilai moral negatif meliputi (1) berlaku kasar terhadap kedua orang tua, (2)
melawan kehendak orang tua, (3) membuat orang tua berduka, dan (4) membantah
ucapan orang tua.
Wujud dari perilaku berbakti terhadap kedua orang tua meliputi (1)
mematuhi perintah orang tua, (2) membalas jasa kedua orang tua yang meninggal
dengan cara menghafal Al-Quran, (3) menyambung tali silaturrahmi dengan
kerabat orang tua, dan (4) meningkatkan taraf hidup keluarga. Wujud perilaku
menghormati guru meliputi (1) tawadhu’ terhadap guru, dan (2) menggunakan
sebutan/ panggilan yang mulia terhadap guru.
Nilai persahabatan dalam novel Negeri Lima Menara meliputi (1) saling
berbagi, (2) setia kawan, (3) menghibur teman yang sedih, dan (4) saling
membantu kesulitan teman. Nilai persaudaraan dapat diketahui dari kebiasaan
para santri memanggil santri lain dengan panggilan Akhi (saudara). Adapun wujud
nilai keadilan adalah bersikap adil terhadap semua orang tanpa melihat status atau
kedudukan seseorang.
4
PEMBAHASAN
Nilai Moral Ketuhanan
Nilai moral ketuhanan dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi
meliputi nilai moral ketuhanan positif dan nilai moral ketuhanan negatif. Segala
tindakan yang didasarkan atas ibadah kepada Allah merupakan nilai positif.
Adapun tindakan yang didasarkan atas sesuatu selain Allah, termasuk di dalamnya
perilaku atas kehendak sendiri, merupakan nilai moral ketuhanan negatif.
Nilai moral ketuhanan positif meliputi (1) ikhlas, (2) tawakkal, dan (3)
takwa kepada Allah. Perilaku ikhlas ditunjukkan dengan perilaku tanpa
mengharap imbalan apapun kecuali mengharap ridho dari Allah. Sikap ikhlas para
tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan implementasi dari perintah
Allah dalam surat (Al-Dzariyat :56). Keyakinan bahwa manusia diciptakan hanya
untuk mengabdi kepada Allah, menjadikan para ustad di PM ikhlas menjadi khalis
(mengajar hanya karena ibadah kepada Allah) tanpa mengharap imbalan gaji
sedikitpun.
Wujud perilaku takwa tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yang selalu
berdoa dan mengerjakan shalat tahajjud. Tindakan tokoh Alif menjalin hubungan
dengan Tuhannya dengan cara beribadah, berdoa, dan mengerjakan shalat tahajjud
merupakan tindakan yang menerapkan salah satu prinsip dasar moral, yaitu
prinsip ketuhanan. Dalam prinsip ketuhanan disebutkan bahwa tindak susila pada
hakikatnya adalah melaksanakan dan menjalankan diri sebagai ciptaan Tuhan
supaya semakin lama semakin mendekat kepada Tuhan (Zubair, 1987:78).
Menurut Poespoprodjo (1986:126) manusia adalah makhluk ciptaan
(contingent) yang mempunyai kewajiban untuk menyembah dan taat kepada
Tuhan. Perilaku beribadah dan berdoa yang dilakukan tokoh Alif dan Sahibul
Menara dalam novel Negeri Lima Menara merupakan wujud dari perilaku taat
kepada Tuhan.
Nilai moral ketuhanan negatif meliputi (1) shalat karena takut kepada
petugas keamanan, (2) tergesa-gesa dalam berdoa, dan (3) berdoa untuk
melunakkan hati seseorang. Shalat yang dikerjakan bukan karena Allah termasuk
nilai moral negatif. Perilaku tersebut tercermin melalui tokoh Aku (Alif) yang
mengerjakan shalat karena takut dengan petugas keamanan bernama Tyson, tidak
didasarkan pada kewajiban ibadah kepada Allah.
Perilaku tergesa-gesa dalam berdoa tercermin melalui tindakan tokoh Alif
yang selalu mengeluh terhadap doanya. Alif tidak menyadari bahwa dengan
mengeluh dan tergesa-gesa dalam berdoa justru akan membuat doanya tidak
dikabulkan. Hal ini sejalan dengan hadis riwayat Bukhari-Muslim yang
menjelaskan ancaman terhadap sikap seseorang yang menganggap lambatnya
dikabulkannya doa.
Allah akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya selama di dalam doa
tersebut tidak terdapat keburukan. Tindakan tokoh Dulmajid berdoa untuk
melunakkan hati Ustad Toriq merupakan nilai negatif karena di dalam doa
tersebut terdapat keburukan. Hadis riwayat Muslim menjelaskan bahwa
hendaknya seorang muslim berdoa dalam hal kebaikan dan tidak berdoa yang
mengandung keburukan dan dosa.
5
Nilai Moral Individual
Nilai moral individual dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi
meliputi nilai moral individual positif dan nilai moral individual negatif. Nilai
moral individual positif meliputi (1) kedisiplinan, (2) kerja keras, (3)
kesederhanaan, (4) kebulatan tekad, dan (5) prasangka baik. Adapun nilai moral
individual negatif meliputi (1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin
berpakaian, (3) berkeinginan berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan
melihat bioskop, (5) berbohong, (6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang
lain, dan (8) tidak ikhlas.
Sistem pendidikan di PM selalu menanamkan nilai-nilai kedisiplinan
terhadap para santri. Waktu shalat ditunjukkan dengan bunyi lonceng, waktu
mandi diwujudkan dengan kebiasaan antri agar semua santri mampu menghargai
hak santri lain dalam menggunakan fasilitas kamar mandi. Waktu makan pun
dibiasakan untuk antri dan membawa peralatan masing-masing.
Perilaku disiplin para tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan
perilaku yang menunjukkan usaha mengembangkan diri sendiri untuk selalu
menaati peraturan, dan tidak membiarkan diri mendapat hukuman karena
melanggar peraturan. Perilaku tersebut sesuai dengan prinsip menghargai diri
sendiri yang menyebutkan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri
sendiri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Manusia adalah person,
pusat berpengertian, dan berkehendak sebagai makhluk berakal budi (Suseno,
1987:133).
Tokoh Aku dan Sahibul Menara berusaha menghargai diri sendiri dengan
berkehendak untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku di PM. Kedisiplinan
mereka terhadap qanun (aturan disiplin PM) seperti disiplin waktu, disiplin
berpakain, disiplin berbahasa, dan disiplin peraturan merupakan wujud usaha
mereka memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai dan berkehendak.
Perilaku kerja keras tercermin melalui perilaku tokoh Alif bersungguhsungguh dalam belajar dan menjalani hukuman. Kesungguhan tokoh Alif dalam
belajar merupakan perilaku yang menunjukkan sikap menghargai diri sendiri. Dia
belajar dan berusaha di atas rata-rata usaha orang lain untuk menemukan dan
mengembangkan bakat dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suseno
(1987:134) bahwa manusia wajib mengembangkan diri dan tidak menyia-nyiakan
bakat dan kemampuan yang dipercayakan kepada manusia.
Kesungguhan tokoh Alif menjalani hukuman merupakan perilaku yang
menunjukkan sikap baik terhadap apa yang dijalani. Dia telah berusaha bersikap
positif ketika mendapat hukuman dari KP. Tindakan tokoh Alif merupakan
penerapan salah satu kaidah dasar moral yaitu prinsip sikap baik. Menurut Suseno
(1987:131) sikap yang dituntut dari seseorang sebagai dasar dalam hubungan
dengan siapa saja adalah sikap yang positif dan baik.
Wujud nilai kesederhanaan dalam novel Negeri Lima Menara adalah
kebiasaan makan dan minum dalam satu wadah. Kebiasaan tersebut merupakan
salah satu sunnah Nabi berdasarkan hadis riwayat At Tirmidzi yang menjelaskan
anjuran makan berjamaah dan keutamaannya. Nilai kesederhanaan ini merupakan
perbuatan baik, karena bisa menghilangkan perbedaan status sosial para santri.
Hal tersebut sejalan dengan prinsip sikap baik yang menyebutkan bahwa kebaikan
meliputi tindakan keberanian, kontrol diri, ketenangan, kemauan bersahabat,
6
kesetiaan, keceriaan, kerendahan hati, kesederhanaan, dan keramahan (Solomon,
1984:96).
Perilaku yang menunjukkan kebulatan tekad tercermin melalui tokoh Alif.
Kehendak yang kuat untuk menggapai cita-cita menuntut ilmu sampai negara
Amerika merupakan perilaku menghargai diri sendiri. Sebagai makhluk yang
berakal budi, dia mempunyai potensi berupa bakat dan kemampuan yang perlu
dikembangkan. Hal ini sejalan dengan prinsip menghargai diri sendiri yang
mengatakan bahwa manusia wajib untuk memperlakukan diri sebagai sesuatu
yang bernilai, pusat berpengertian dan berkehendak (Suseno, 1987:133).
Perilaku yang menunjukkan prasangka baik diketahui melalui tokoh Said
yang selalu berfikir positif terhadap apa yang sedang dihadapi di PM. Dia
berusaha agar segala tindakan yang dilakukan bisa berdampak baik bagi dirinya
dan juga orang lain di sekitarnya. Perilaku tersebut sejalan dengan prinsip sikap
baik yang menuntut sikap dasar seseorang dalam hubungan dengan siapa saja
adalah sikap yang positif dan baik. Manusia harus mengusahakan akibat baik dan
mencegah akibat buruk dari tindakannya terhadap orang lain (Suseno, 1987:131).
Nilai moral individual negatif dalam novel Negeri Lima Menara meliputi
(1) melanggar disiplin waktu, (2) melanggar disiplin berpakaian, (3) berkeinginan
berkenalan dengan santri putri, (4) berkeinginan melihat bioskop, (5) berbohong,
(6) melakukan taruhan, (7) iri terhadap orang lain, dan (8) tidak ikhlas. Tindakan
tersebut termasuk nilai moral negatif karena selain melanggar aturan disiplin PM
(qanun) juga tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Salah satu peraturan dalam
Qanun adalah melarang santri berkenalan dengan santri putri, dan juga tidak
diperbolehkan menonton bioskop. Di samping itu, dalam Al-Quran telah
dijelaskan mengenai pedoman pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrim dalam Surat (An-Nur:30).
Perilaku berbohong yang dilakukan tokoh Alif juga termasuk nilai moral
negatif karena bertentangan dengan norma agama. Dalam Al-Quran telah
dijelaskan larangan berbohong atau berdusta dalam Surat (Qaaf:18). Berdasarkan
pendapat Poedjawijatna (1982:78) menyebutkan bahwa bohong adalah
mengatakan (dengan cara bagaimanapun juga) sesuatu yang tidak sesuai dengan
keyakinannya. Bohong merupakan pemerkosaan terhadap hak manusia karena
setiap ucapan yang tidak sesuai dengan hal sebenarnya adalah dusta, dan itu
termasuk tindakan buruk. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perilaku
bohong yang dilakukan tokoh Alif merupakan nilai moral negatif karena
merupakan tindakan buruk dan tidak sesuai dengan norma agama.
Nilai Moral Sosial
Nilai moral sosial dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi
meliputi nilai moral sosial positif dan nilai moral sosial negatif. Nilai moral sosial
positif meliputi (1) berbakti kepada kedua orang tua, (2) menghormati guru, (3)
persahabatan, (4) persaudaraan, dan (5) keadilan. Nilai moral sosial negatif
meliputi (1) berlaku kasar terhadap kedua orang tua, (2) melawan kehendak orang
tua, (3) membuat orang tua berduka, dan (4) membantah ucapan orang tua.
Perilaku berbakti kepada kedua orang tua tercermin melalui tokoh Alif,
Baso, dan Dulmajid. Tindakan mereka merupakan implementasi dari perintah
Allah, yaitu Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Dalam surat (AlAnkabut:8) disebutkan kewajiban seorang anak untuk selalu berbuat baik kepada
7
kedua orang tua, selama keduanya tidak membawa kepada kekufuran. Adapun
Wujud bakti terhadap kedua orang tua yang telah meninggal adalah dengan cara
menghafal Al-Quran. Dalam hal ini, tercermin melalui tokoh Baso. Dia berharap
orang tuanya mendapatkan jubah kemuliaan, serta keselamatan di akhirat dengan
berkah Al-Quran.
Tindakan tokoh Alif, Baso dan Dulmajid merupakan wujud dari sikap baik
seorang anak terhadap kedua orang tua. Mereka berusaha berbuat baik kepada
kedua orang tua, baik semasa hidup maupun ketika kedua orang tua telah
meninggal. Perilaku tersebut sesuai dengan prinsip sikap baik yang menuntut
kesadaran agar seseorang hendaknya mengusahakan akibat baik dan mencegah
akibat buruk dari tindakannya terhadap orang lain (Suseno, 1987:131).
Sikap tawadhu’ para tokoh dalam novel Negeri Lima Menara merupakan
implementasi dari perintah Al-Quran dan Hadis yang menjelaskan pentingnya
sifat hormat dan tawadhu’ terhadap guru. Panggilan almukarom, beliau, dan
antum merupakan cermin perilaku murid yang ingin menghormati dan
memuliakan gurunya. Perilaku hormat terhadap guru sejalan dengan prinsip
hormat. Prinsip ini mengatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan
membawa diri harus selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai
dengan derajat dan kedudukannya (Suseno, 2003:60).
Dalam hal ini, guru mempunyai derajat dan kedudukan yang lebih tinggi
daripada murid. Oleh karena itu, kewajiban seorang murid adalah menghormati
dan patuh terhadap guru. Bersikap tawadhu’ serta mempunyai tata cara berbicara
terhadap guru menunjukkan sikap hormat seorang murid sesuai dengan derajat
dan kedudukan seorang guru.
Kemauan bersahabat yang ditunjukkan tokoh Sahibul Menara merupakan
cerminan dari perilaku sikap baik. Solomon (1984:96) mengatakan bahwa
kebaikan meliputi tindakan keberanian, kontrol diri, ketenangan, kemauan
bersahabat, kesetiaan, keceriaan, kerendahan hati, kesederhanaan, dan keramahan.
Menghibur teman yang sedih serta membantu kesulitan yang dialami
teman dalam novel Negeri Lima Menara juga termasuk penerapan dari prinsip
sikap baik. Menurut Zubair (1987:72) manusia pada dasarnya kecuali ada alasan
khusus harus bersikap baik terhadap apa saja. Secara ideal kaidah sikap baik
hanya menghasilkan akibat baik dan sama sekali tidak menghasilkan akibat buruk.
Nilai persaudaraan diwujudkan melalui kebiasaan para santri memanggil
santri lain dengan panggilan Akhi (saudara). Panggilan Akhi merupakan panggilan
khusus bagi orang muslim sebagai implementasi dari perintah agama (surat AlHujurat:10) untuk saling bersaudara dan berbuat baik terhadap sesama muslim.
Dalam budaya Jawa, bersaudara berarti hidup rukun. Menurut Suseno
(2003:39) rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam
semua hubungan sosial. Perilaku hidup rukun dalam novel Negeri Lima Menara
ditunjukkan dengan cara menganggap semua teman santri sebagai saudara, dan
selalu hidup rukun serta saling menyayangi.
Wujud nilai keadilan dalam novel Negeri Lima Menara adalah bersikap
adil terhadap semua orang tanpa melihat status atau kedudukan seseorang.
Tindakan tokoh Amak dan hukuman terhadap tokoh Said sesuai dengan prinsip
keadilan karena telah memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang
tanpa membedakan status maupun jabatan seseorang. Suseno (1987:132)
mengungkapkan bahwa prinsip keadilan mewajibkan manusia untuk memberi
8
perlakuan yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi dan
kondisi yang sama serta untuk menghormati hak-hak orang lain.
Tokoh Amak memberikan hukuman secara adil dengan tidak membedakan
status murid yang dihukum meskipun murid tersebut adalah anaknya sendiri.
Tokoh Said yang menjabat sebagai kepala keamanan pusat juga mendapat
hukuman yang sesuai tanpa memandang jabatan yang dimiliki. Hal ini sejalan
dengan pendapat Poedjawijatna (1982:63) yang menyebutkan bahwa keadilan
mewajibkan manusia memberi pada orang lain apa yang telah menjadi haknya.
Dalam Islam diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua
dan tidak diperbolehkan untuk membentak atau berkata kasar terhadap mereka.
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa:"Keridhaan Allah ada pada keridhaan
kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua
(HR. Muslim). Hadis ini menjelaskan bahwa keridhaan dan kemurkaan Allah
bergantung pada keridhaan dan kemurkaan kedua orang tua. Oleh karena itu,
merupakan suatu dosa besar jika seorang anak berani membantah atau berlaku
kasar terhadap kedua orang tua.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi adalah novel yang bertemakan
pembangunan jiwa islami, yaitu jiwa kerja keras, jujur, dan taat kepada agama,
meskipun tidak di bawah pengawasan orang lain. Dengan semboyan man jadda
wajada, para tokoh dalam novel berusaha keras berjuang untuk membangun diri
melawan kemalasan, pengaruh teman, serta keterbatasan lingkungan.
Nilai moral dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi meliputi (1)
nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai moral sosial. Nilai
moral ketuhanan dilandasi oleh ajaran Islam yang menjelaskan bahwa manusia
diciptakan untuk mengabdi dan menyembah Allah. Nilai moral individual
memberikan pesan bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua atas izin
Allah dan usaha manusia. Nilai moral sosial memberikan gambaran bahwa
kombinasi patuh kepada kedua orang tua, hormat terhadap guru, dan usaha
pantang menyerah adalah kunci sukses yang tidak terlawankan. Sebaliknya,
perilaku membantah serta menyakiti kedua orang tua adalah perilaku berdosa
karena menjadi salah satu penyebab kemurkaan Allah.
Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pembaca, peneliti selanjutnya,
dan penyusun bahan ajar. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan akan
menambah referensi tentang nilai kehidupan yang mampu memperkaya
pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan
dengan peningkatan nilai kehidupan itu sendiri.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dengan kajian nilai moral dalam
novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi ini dapat menginspirasi penelitian
lanjutan yang sejenis, misalnya representasi pendidikan pesantren dalam novel
Negeri Lima Menara, atau ideologi pengarang dalam novel Negeri Lima Menara.
Bagi penyusun bahan ajar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi pendidikan karakter.
9
DAFTAR RUJUKAN
Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fuadi, A. 2010. Negeri Lima Menara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kaswardi (Ed.). 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
Tjetjep Rohendi. Jakarta: UI Press.
Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Karya.
Poedjawijatna. 1982. Etika: Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: PT. Bina Aksara
Solomon, R. C. 1984. Etika: Suatu Pengantar. Terjemahan Andre Karo-karo.
1987. Jakarta: Erlangga.
Suseno, F. M. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
Suseno, F. M. 2003. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Zubair, A. C. 1987. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Press.
10
Artikel oleh Nur Kholis Hidayah ini
telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan.
Malang, 30 Juli 2012
Penguji
Prof. Dr. Maryaeni, M.Pd.
NIP 19591010 198601 1 003
Malang, 30 Juli 2012
Pembimbing I
Prof. Dr. H. A. Syukur Ghazali, M.Pd.
NIP 19501222 197603 1 008
Malang, 30 Juli 2012
Pembimbing II
Dr. Roekhan, M.Pd.
NIP 19610504 198701 1 001
11
Download