BERITA TERKINI Milk Fat Globule Membrane dan Kadar Lipid Plasma P eningkatan serum kolesterol merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, sekaligus merupakan target intervensi diet. Lemak susu (contohnya mentega) sudah lama diketahui mempunyai efek meningkatkan kolesterol yang disebabkan karena mengandung tinggi asam lemak jenuh rantai panjang, khususnya jika dibandingkan dengan minyak nabati yang kaya asam lemak tidak jenuh. Contohnya, masyarakat di Finlandia banyak melakukan intervensi diet dengan menurunkan konsumsi mentega dengan tujuan utama menurunkan konsentrasi kolesterol dan kejadian penyakit kardiovaskuler. Namun, penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan antara asupan lemak susu dan penyakit kardiovaskuler sebagian tergantung dari tipe produk susu yang dikonsumsi. Khususnya, penelitian terkontrol menunjukkan bahwa mentega dapat menyebabkan meningkatnya konsentrasi kolesterol dibandingkan dengan keju meskipun sama-sama lemak susu. Fermentasi keju mungkin dapat menjelaskan perbedaan ini; di samping itu, matriks makanan kemungkinan dapat memodulasi efek hiperkolesterolemia dari asam lemak tidak jenuh. Namun demikian, perbedaan antara keju dan mentega sulit diinterpretasikan karena perbedaan kandungan protein dan mikronutrien, dan juga pada keju yang difermentasi, efeknya dapat dimodifikasi. Beberapa dekade lalu, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat efek yang berbeda dari berbagai macam makanan produk susu pada plasma lipid yang disebabkan oleh adanya milk fat globule membrane (MFGM). MFGM merupakan membran tiga lapis yang kaya akan fosfolipid bioaktif (contohnya sfingolipid) dan protein yang menutup lemak susu, diduga mempunyai efek metabolik yang menguntungkan. MFGM hewani mengandung lemak 70% dan protein 20%. Penelitian menunjukkan bahwa MFGM dan sfingolipid dapat menurunkan kolesterol plasma yang sebagian dimodulasi oleh ekspresi gen hepatik. Kandungan dan struktur fisik MGFM berbeda-beda untuk setiap produk susu. Dibandingkan dengan produk susu yang lain, butter secara relatif mempunyai kandungan MFGM lebih rendah (dinilai dari fosfolipid) karena proses pengocokan. Pada proses ini, MFGM utama ditransfer ke fraksi susu-butter. Kandungan krim MFGM dua kali lebih banyak pada butter tiap gram lemak. Penelitian barubaru ini menggunakan bubuk kaya MFGM menunjukkan hasil yang bertolakbelakang; 2 hasil penelitian menunjukkan tidak ada efek MFGM pada saat puasa ataupun setelah makan pada konsentrasi lemak, penelitian lain menunjukkan penurunan bermakna baik pada kolesterol puasa ataupun LDL. Namun, tidak ada penelitian yang membandingkan efek MFGM secara fisik dengan menggunakan makanan yang tidak difermentasi (contohnya butter atau minyak butter yang dibandingkan dengan krim) pada profil lemak. Dapat disimpulkan bahwa MFGM yang ditutup lemak susu (contohnya krim) mempunyai efek lebih kecil dalam meningkatkan kolesterol dibandingkan dengan lemak susu tanpa MFGM (contohnya minyak mentega). Untuk membuktikannya, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menilai efek lemak susu pada lipid plasma dan penanda risiko kardiometanolik yang dimodulasi oleh kandungan MFGM. Penelitian dilakukan selama 8 minggu, acak, tersamar tunggal dengan kontrol yang isokalorik pada laki-laki dan wanita overweight (n=57). Pada kelompok perlakuan, diberikan 40 gram lemak susu/ hari dan diberikan krim (diet MFGM) atau minyak mentega (kontrol). Pada kedua kelompok, makanan disesuaikan untuk total lemak, protein, karbohidrat, dan kalsium dengan kebutuhan harian. Selama penelitian, subjek dilarang mengonsumsi produk susu lainnya. Marker penanda absorpsi kolesterol dan metabolisme kolesterol di hati dinilai bersamaan dengan analisis ekspresi gen di sel mononuklear darah perifer. Hasilnya menunjukkan pada kelompok kontrol terdapat peningkatan lemak plasma, tetapi tidak ditemukan pada kelompok perlakuan [kolesterol total (±SD): +0,30±0,49 dibandingkan dengan 20,04±0,49 mmol/L, (P=0.024); LDL: +0,36±0,50 dibandingkan dengan +0,04±0,36 mmol/L, (P=0.024); rasio apolipoprotein B : apolipoprotein A = +0,03±0,09 dibandingkan dengan 20,05±0,10 mmol/L, (P=0.007)]. Simpulannya, milk fat globule membrane (MFGM) merupakan membran tiga lapis yang kaya fosfolipid bioaktif (contohnya sfingolipid) dan protein, diduga mempunyai efek metabolik yang menguntungkan. MFGM mengandung lemak 70% dan protein 20%. Penelitian menunjukkan bahwa MFGM dan sfingolipid dapat menurunkan kolesterol plasma yang sebagian dimodulasi oleh ekspresi gen hepatik. Dalam menentukan efek terhadap lemak plasma tidak hanya dari jenis lemaknya, yaitu lemak jenuh atau tidak jenuh, tetapi yang terpenting kadar MFGM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar MFGM tinggi tidak meningkatkan lemak plasma, yaitu kadar kolesterol total, LDL, dan rasio apolipoprotein B : A. (LAI) REFERENSI: 1. Rosqvist F, Smedman A, Lindmark-Månsson H, Paulsson M, Petrus P, Straniero S, et al. Potential role of milk fat globule membrane in modulating plasma lipoproteins, gene expression, and cholesterol metabolism in humans: A randomized study. Am J Clin Nutr. 2015; 102: 20-30. doi: 10.3945/ajcn.115.107045 2. Bjermo H, Iggman D, Kullberg J, Dahlman I, Johansson L, Persson L, et al. Effects of n-6 PUFAs compared with SFAs on liver fat, lipoproteins, and inflammation in abdominal obesity: A randomized controlled trial. Am J Clin Nutr. 2012; 95: 1003-12. CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015 851