I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah yang mengancam kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah suatu penyakit spesifik yang ditularkan dari satu orang ke orang lain secara langsung atau tidak langsung (Schaffer dkk., 2000). Beberapa macam penyakit menular yang perlu diwaspadai oleh tenaga kesehatan gigi dan pasiennya yaitu tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C (Weissfeld, 2014). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan yang berisiko terpapar cairan tubuh pasien sehingga petugas kesehatan gigi dan mulut secara rutin mengalami paparan yang berulang oleh mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan saliva (Mulyanti dan Putri, 2012). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi memungkinkan terjadinya penularan penyakit, oleh sebab itu pencegahan infeksi silang di klinik gigi merupakan aspek penting dalam praktik kesehatan gigi sehingga tenaga kesehatan gigi harus menerapkan tindakan dasar pencegahan penularan infeksi selama praktik (Singh dkk., 2011). Infeksi silang dalam kedokteran gigi adalah perpindahan penyebab penyakit di antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi (Mulyanti dan Putri, 2012). Infeksi silang dapat disebabkan oleh kecelakaan seperti tertusuk alat-alat kedokteran gigi yang tajam misalnya penggunaan scaler dan alat-alat ekstraksi hingga cedera saat membuka ampul anestesi (Edy dan Samad, 2012). Dokter gigi dan stafnya memiliki risiko 1 2 tinggi terhadap penularan infeksi sebab infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung dengan darah, saliva, aerosol, dan instrumen yang terkontaminasi (Pedersen, 1996). Perlindungan bagi pasien dan tenaga kesehatan gigi yang rentan terhadap infeksi merupakan prioritas (Cottone dkk., 2000). Sampai tahun 2010 di Amerika Serikat terdapat 57 kasus penularan HIV kepada tenaga kesehatan dan 143 kasus tenaga kesehatan yang kemungkinan tertular HIV (CDC, 2011). Di Indonesia, tiga dokter gigi di Surabaya dilaporkan tertular HIV/AIDS. Dua orang di antaranya bekerja di rumah sakit swasta dan seorang lagi membuka praktik pribadi (Nasronudin, 2013 sit. Listyanti, 2013). Infeksi pada lingkungan pelayanan kesehatan terjadi karena ketidakpatuhan tenaga kesehatan terhadap peraturan pengendalian infeksi selama proses perawatan pasien (CDC, 2002 sit. Darawad dan Hussami, 2012). Salah satu cara untuk melindungi petugas pelayanan kesehatan dari infeksi HIV dan infeksi lewat darah, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan suatu Universal Precaution (Kewaspadaan Universal) yang merupakan strategi khusus pencegahan infeksi yang ditularkan melalui darah yang sering disebut Blood and Body Fluid Precaution (Mulyanti dan Putri, 2012). Sebagian besar penyebaran infeksi dapat dicegah dengan beberapa strategi yaitu mentaati praktik pencegahaan infeksi yang direkomendasikan khususnya cuci tangan, pemakaian sarung tangan dan pemakaian masker, memperhatikan proses dekontaminasi, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, dan meningkatkan keamanan di area operasi yang berisiko tinggi terhadap terjadinya perlukaan yang serius oleh alat-alat tajam dan paparan terhadap infeksi (Mulyanti dan Putri, 2012). Australian Dental Association (2012) menetapkan prosedur 3 tindakan pencegahan penyebaran infeksi pada tenaga kesehatan gigi yaitu tenaga kesehatan gigi melakukan cuci tangan sebelum dan setelah melepas sarung tangan, menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, jas praktik, serta sterilisasi alat dan penanganan sampah yang terkontaminasi harus tepat. Pengetahuan juga mempunyai hubungan yang erat dengan sikap dan perilaku seseorang tentang penyakit dan upaya pencegahannya. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (overt behavior). Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya penyakit atau tertularnya penyakit (Budiharto, 2013). Perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpa dilandasi pengetahuan (Notoatmodjo, 1990 sit. Budiharto, 2013). Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo milik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta memiliki delapan bagian klinik pelayanan yaitu klinik bedah mulut, konservasi gigi, ortodonsia, periodonsia, prostodonsia, pedodonsia, penyakit mulut, serta unit promosi dan pencegahan (UGM, 2007). Klinik bedah mulut merupakan klinik yang menangani pencabutan gigi, insisi, fraktur alveolus, reposisi dislokasi temporo mandibular joint, alveolectomy, dan operculectomy. Klinik bedah mulut menangani tindakan bedah yang banyak berhubungan dengan darah dan sering menimbulkan luka sehingga metode kontrol infeksi harus diterapkan dengan baik (Klinik Bedah Mulut, 2008). Mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis adalah mahasiswa yang sudah bergelar dokter gigi dan melanjutkan jenjang pendidikannya dengan 4 mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran gigi tertentu (Anonim, 2013). Spesialisasi dokter gigi yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada yaitu spesialis Bedah Mulut (SpBM), Ortodonsia (SpOrt), Periodonsia (SpPerio), Konservasi Gigi (SpKG), Prostodonsia (SpPros), dan Kedokteran Gigi Anak (SpKGA). Program studi Ilmu Bedah Mulut mempunyai beban studi selama 10 semester dengan ruang lingkup kegiatan yang meliputi infeksi maxillofacial, trauma maxillofacial, bedah neoplasma dan kista, bedah kelainan kongenital, bedah dentoalveolar dan implant, bedah preprostetik, bedah kelenjar liur, bedah sendi temporomandibula dan disgnasi, dan anestesi lokal bedah mulut (FKG UGM, 2010). Mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis merupakan tenaga kesehatan sehingga wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan pasiennya serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2003). Mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis sebagai bagian dari tenaga kesehatan telah dibekali tentang upaya kontrol infeksi di tingkat perkuliahan maupun di tingkat profesi sehingga pelaksanaan kontrol infeksi sejak dini sangat diperlukan dan dilaksanakan dengan seiringnya peningkatan penularan penyakit. Dalam meningkatkan upaya kontrol infeksi diperlukan dorongan dan kesadaran penuh dari para tenaga kesehatan, khususnya mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis program studi ilmu bedah mulut di FKG UGM sebagai subjek penelitian ini. Oleh sebab itu penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara pengetahuan dengan perilaku 5 kontrol infeksi pada mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis bedah mulut di RSGM Prof. Soedomo. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku kontrol infeksi pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo?” C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dengan perilaku kontrol infeksi pada mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis ilmu bedah mulut sebelumnya pernah dilakukan, yaitu: 1. Singh dkk. (2011) dengan penelitiannya berjudul ”Knowledge, Attitudes, and Practice Regarding Infection Control Measures Among Dental Students in Central India”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan praktik mengenai langkah-langkah pengendalian infeksi dan mengetahui hubungan di antara pengetahuan, sikap dan praktik pengendalian infeski pada mahasiswa kedokteran gigi dari Bhopal, India Tengah. 2. Rinendy (2012) dengan penelitian berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Profesi dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember”. Variabel pengaruh pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap mahasiswa profesi RSGM Universitas Jember mengenai pencegahan penyakit menular. Variabel terpengauh dalam penelitian ini yaitu tindakan pencegahan penyakit menular. 6 Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pengaruh yaitu pengetahuan tentang kontrol infeksi mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis bedah mulut di RSGM Prof. Soedomo. Variabel terpengaruh pada penelitian penulis yaitu perilaku kontrol infeksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku kontrol infeksi pada mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis bedah mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Sebagai informasi apakah prosedur kerja yang diterapkan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo sudah dilaksanakan secara optimal oleh mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis ilmu bedah mulut. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan keselamatan kerja di bidang kedokteran gigi khususnya bagi mahasiswa program pendidikan dokter gigi spesialis ilmu bedah mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo. 2. Bagi Pihak Akademik Bagian Kurikulum Pendidikan di FKG UGM Sebagai informasi atau bahan pertimbangan pembuat kurikulum untuk membenahi materi tentang kontrol infeksi di klinik gigi.