bab v penutup

advertisement
 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan perjanjian operasi bedah hewan di Rumah Sakit Hewan Jakarta
telah sesuai dengan ketentuan mengenai hukum perjanjian terapeutik pada
khususnya. Pemberian penjelasan oleh dokter hewan di Rumah Sakit Hewan
Jakarta juga sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan Pasal 7 ayat (3)
Peraturan Menteri Kesehatan No.290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan
Tindakan
Kedokteran.
Dokter
hewan
telah
berupaya
semaksimal mungkin untuk memberikan penjelasan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh klien, namun tidak semua klien memahami penjelasan
yang diberikan oleh dokter hewan hal ini lebih dikarenakan penyakit hewan
yang berbeda dengan penyakit pada manusia. Pelaksanaan perjanjian
operasi bedah hewan di Rumah Sakit Hewan Jakarta sudah terlaksana
dengan baik melalui lembar persetujuan tindakan kedokteran atau informed
consent operasi bedah, namun pelanggaran terhadap perjanjian operasi
bedah hewan ini justru banyak dilakukan oleh klien dengan tidak
melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pelunasan pembayaran dan
meninggalkan hewan miliknya di Rumah Sakit Hewan Jakarta dan hal ini
merupakan salah satu tindakan wanprestasi.
2. Perlindungan hukum bagi pemilik hewan dalam perjanjian operasi bedah
hewan telah terpenuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
124 125 Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan hak-hak yang
tercantum dalam Kode Etik Veteriner Indonesia. Pihak Rumah Sakit
Hewan Jakarta telah menyediakan perlindungan hukum melalui 2 (dua)
jalur penyelesaian, yakni dengan menyampaikan keluhan mengenai
pelayanan di Rumah Sakit Hewan Jakarta melalui sms hotline dan
memberikan wadah perundingan bagi klien yang merasa dirugikan atas
tindakan medis yang dilakukan oleh dokter hewan di Rumah Sakit Hewan
Jakarta. Kekurangan dari perlindungan hukum bagi klien ini adalah klien
masih belum mengetahui hak-haknya sebagai konsumen jasa medik
veteriner. Perlindungan hukum bagi dokter hewan dapat diberikan melalui
lembar informed consent sebagai bentuk perlindungan preventif dalam
pelaksanaan perjanjian operasi bedah hewan, selain itu perlindungan
hukum bagi dokter hewan terlihat masih kurang, hal ini terbukti dari
sedikitnya aturan pedoman mengenai dokter hewan yang berbentuk kode
etik dan dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI),
tetapi belum adanya instrument pengaturan mengenai praktik kedokteran
veteriner yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian. Perlindungan bagi
dokter hewan diberikan oleh PDHI untuk memperoleh advokasi dan
perlindungan dari Perhimpunan atas pertimbangan Majelis Kehormatan
Perhimpunan sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 AD/ART PDHI.
B. Saran
1. Kepada Konsumen
126 a. Pelaksanaan perjanjian operasi bedah hewan akan terlaksana lebih baik
jika terdapat kerjasama antara klien sebagai pemilik hewan dengan
dokter hewan. Klien sebaiknya lebih kritis dan aktif untuk bertanya
terhadap hal-hal yang menyangkut penyakit dan tindakan medis operasi
bedah hewan apabila masih belum memahami penjelasan yang diberikan
oleh dokter hewan sebelum menandatangani lembar persetujuan tindakan
operasi bedah hewan.
b. Klien sebaiknya lebih responsif apabila dalam pelaksanaan perjanjian
operasi bedah tidak sesuai dengan standar prosedur operasional tindakan
medis yang seharusnya dan klien harus ikut turut berpartisipasi untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun guna meningkatkan
kualitas pelayanan rumah sakit yang lebih baik.
2. Kepada Rumah Sakit Hewan Jakarta
a. Pihak Rumah Sakit Hewan Jakarta, terutama dokter hewan hendaknya
dalam memberikan penjelasan mengenai persetujuan tindakan medis
harus lebih jelas dan detail dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien sebagai orang awam
b. Pihak Rumah Sakit Hewan Jakarta sebaiknya memberikan papan
pemberitahuan mengenai hak dan kewajiban klien maupun dokter hewan,
hal ini digunakan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran klien
akan hak-haknya sebagai pemilik hewan, dan juga mengingatkan bagi
dokter hewan untuk terus berupaya melaksanakan hak dan kewajibannya
sebagai dokter hewan.
127 c. Menghindari klien yang melakukan wanprestasi, penulis menyarankan
dalam pembayaran jasa operasi bedah harus memberikan jaminan berupa
KTP milik klien agar tidak lagi terjadi kasus dimana klien tidak
membayar dan meninggalkan hewannya di Rumah Sakit Hewan Jakarta.
Hal ini dilakukan guna menjadi tindakan preventif agar klien tidak
melakukan wanprestasi.
3. Kepada Pemerintah
a. Pemerintah perlu membuat suatu peraturan mengenai praktik kedokteran
veteriner yang memberikan ketentuan bagi tenaga kesehatan hewan
dalam memberikan jasa layanan medik veteriner agar lebih melindungi
para pihak yaitu tenaga kesehatan hewan, pasien, dan klien sebagai
pemilik hewan, karena pelayanan jasa medik veteriner saat ini sudah
semakin menjamur, sehingga perlu adanya aturan yang mengatur lebih
jelas mengenai hak dan kewajiban para pihak sebagaimana aturan dalam
undang-undang praktik kedokteran bagi dokter ataupun dokter gigi bagi
manusia
Download