Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi

advertisement
Pembagian Urusan Pemerintah
Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
A. Latar Belakang
Pemerintahan daerah yang diselenggarakan menurut amanat UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pemerintahan daerah
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut asas
tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan
peningkatan daya saing daerah.
Salah satu pertimbangan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah bahwa efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan memperhatikan
beberapa aspek diantara hubungan antar susunan pemerintahan dan antar
pemerintahan. Dengan demikian maka dalam penyelengaraan pemerintahan daerah
berdasar otonomi dan tugas pembantuan perlu memperhatikan kewenangan urusan
pemerintahan dan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Pemerintah pusat dalam menyelenggarakan pemerintahan menggunakan
asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, sedang pemerintah
daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah pusat, dengan
berdasar asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan terdapat urusan yang
dilimpahkan dan ditugaskan kepada daerah.
Dengan demikian, mengenai pembagian urusan pemerintah tersebut perlu
dikaji lebih lanjut, ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
B. Rumusan Permasalahan
1. Apa saja dasar hukum pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan?
2. Bagaimana pembagian urusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
dekonsentrasi dan tugas pembantuan?
C. Dasar Hukum Pelaksanaan serta Pembagian Urusan Pemerintah Pusat dan
Daerah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
1. Dasar Hukum Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
a. Pengaturan dalam Konstitusi (Undang-Undang Dasar)
Pengaturan tentang dekonsentrasi serta pembagian urusan pemerintah pusat
dan Tugas Pembantuan mengalami beberapa perubahan seiring dengan
perubahan konstitusi (Undang-Undang Dasar). Otonomi daerah dan tugas
pembantuan yang diselenggarakan daerah mulai diatur dalam konstitusi
yaitu pada masa berlakunya UUDS 1950.
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
1
Dalam UUD 1945 pasca amandemen, Pasal 18 telah mengatur mengenai
pemerintahan daerah, yang mengalami perubahan dengan menyisipkan 2
(dua) pasal baru, yaitu Pasal 18A dan 18B. Pada pokoknya pasal-pasal
tersebut menyatakan bahwa Indonesia terbagi atas daerah provinsi, yang
mana daerah provinsi tersebut terbagi atas kabupaten dan kota, dan tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
Dalam menjalankan otonomi daerah, sesuai Pasal 18 ayat (5) dan (6) UUD
1945 telah dikecualikan untuk urusan pemerintahan yang oleh undangundang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Dengan demikian,
menurut UUD 1945, terdapat pembagian urusan antara pemerintah pusat
dan daerah, yang mana terdapat urusan yang tidak diserahkan kepada
daerah.
Mengenai jenis urusan pemerintah telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan dalam beberapa peraturan
perundangan terkait.
b. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah telah beberapa kali
mengalami perubahan sejak tahun 1945, baik karena mengikuti
perkembangan maupun dikarenakan adanya perubahan konstitusi.
Berikut adalah perubahan undang-undang yang mengatur mengenai
pemerintahan daerah secara kronologis:
1) Undang-Undang Nomor
Pemerintahan Daerah;
22
2) Undang-Undang
Nomor
Pemerintahan Daerah;
1
3) Undang-Undang Nomor
Pemerintahan Daerah;
18
Tahun
Tahun
Tahun
1948
tentang
Pokok-Pokok
1957
tentang
Pokok-Pokok
1965
tentang
Pokok-Pokok
4) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah;
5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
6) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Dari ketujuh undang-undang di atas, undang-undang yang saat ini
berlaku (ius constitutum) adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
2
c. Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan
Selain peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah,
pembagian urusan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka dekonsentrasi
dan tugas pembantuan dilandasi oleh berbagai peraturan perundangundangan sebagai berikut:
No.
1.
Bidang
Undang-Undang
mengenai
Perimbangan
Keuangan
Pemerintah
Nama Peraturan
a)
b)
c)
2.
3.
Peraturan
Pemerintah
mengenai
Pembagian Urusan
Pemerintahan
Peraturan
Pemerintah
mengenai
Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan
a)
b)
a)
b)
b)
c)
4.
Peraturan
Pemerintah
mengenai Rencana
Kerja Pemerintah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1956 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Negara dengan
Daerah-daerah, yang Berhak Mengurus RumahTangganya Sendiri; yang dicabut dan diganti
dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah; yang dicabut dan diganti dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom; yang dicabut
dan diganti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan; yang dicabut dan diganti
dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001
tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi; dan
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001
tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan;
yang dicabut dan diganti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008
tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja & Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga.
2. Pembagian Urusan Pemerintahan dalam Rangka Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan
a. Gambaran Umum Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Yang dimaksud dengan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
menurut UU 32/2004 adalah sebagai berikut:
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
3
1) Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu:
2) Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau
desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Sesuai pengertian tersebut di atas, dalam dekonsentrasi terjadi pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur, sedangkan dalam Tugas
Pembantuan terjadi penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah
dan/atau desa. Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur
disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan.
Demikian pula dalam Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah
provinsi, dan/atau pemerintah, kabupaten/kota kepada desa disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pembantuan, dan dekonsentrasi
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
untuk pembagian urusan pemerintahannya.
b. Pembagian Urusan Pemerintahan dalam Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan
Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi
hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk
mengatur
dan
mengurus
fungsi-fungsi
tersebut
yang
menjadi
kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat.
Pembagian urusan pemerintahan diatur dalam Bab III, Pasal 10 UU 32/2004,
di mana pada prinsipnya pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan
yang merupakan kewenangan pemerintah pusat. Dalam Pasal 10 ayat (3) UU
32/2004 disebutkan bahwa urusan pemerintahan yang merupakan
kewenangan pemerintah pusat terdiri dari 6 (enam) urusan2 yang terdiri
dari:
12
Tidak dapatnya urusan tersebut diatas didesentralisasikan dijelaskan latar belakang
pemikirannya dalam Penjelasan Umum UU 32/2004, yaitu bahwa pembagian urusan pemerintah didasarkan
pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintah yang sepenuhnya/tetap menjadi
kewenangan pemerintah, yaitu yang menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara
keseluruhan.
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
4
1) politik luar negeri;
yang dimaksud politik luar negeri adalah mengangkat pejabat diplomatik
dan menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga
internasional, menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian
dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan
sebagainya.
2) pertahanan;
misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara
dalam keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan sistem
pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib
militer bela negara bagi setiap warga negara dan sebagainya;
3) keamanan;
misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan
kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang yang melanggar
hukum negara, menindak kelompok atau organisasi yang kegiatannya
mengganggu keamanan negara dan sebagainya
4) yustisi;
misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa,
mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman
dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk
undang-undang, Peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
Peraturan pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional, dan
lain sebagainya
5) moneter dan fiskal nasional;
misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan
kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang dan sebagainya;
6) agama.
misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional,
memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan
kebijakan
dalam
penyelenggaraan
kehidupan
keagamaan
dan
sebagainya.
Pemerintah pusat dalam menyelenggarakan 6 (enam) urusan tersebut
sesuai Pasal 10 ayat (4) UU 32/2004, maka pemerintah pusat:
1) menyelenggarakan sendiri atau;
2) melimpahkan sebagian urusan pemerintahan
pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau;
kepada
perangkat
3) dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan
desa.
Sedangkan untuk penyelenggaraan urusan pemerintah pusat di luar 6
(enam) urusan tersebut, sesuai Pasal 10 ayat (5) UU 32/2004 maka
pemerintah pusat dapat:
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
5
1) menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;
2) melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku
wakil pemerintah; atau
3) menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau
pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (4) dan (5) tersebut, baik untuk
6 (enam) urusan Pemerintah Pusat maupun urusan di luar 6 (enam) urusan
tersebut dapat ditugas pembantuankan dan didekonsentrasikan. Untuk tugas
pembantuan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan/atau pemerintah
desa. Sedangkan dalam dekonsentrasi, untuk 6 (enam) urusan dilimpahkan
sebagian kepada perangkat pemerintah pusat atau wakil pemerintah pusat di
daerah sedang untuk urusan diluar itu dilimpahkan sebagian kepada
Gubernur selaku wakil pemerintah pusat3.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa baik dekonsentrasi
maupun tugas pembantuan dapat diselenggarakan untuk 6 (enam) urusan
dan urusan di luar 6 (enam) urusan tersebut.
Kemudian, mengenai pembagian urusan pemerintahan perlu melihat
pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah,
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam Pasal 2 PP No. 38 Tahun 2007, urusan pemerintahan terdiri
atas:
(1) Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat, yaitu 6 (enam) urusan Pemerintah Pusat;
(2) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan.
Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan di luar 6 (enam)
urusan pemerintah pusat. Urusan tersebut terdiri dari 31 (tiga puluh satu)
bidang urusan pemerintahan yang dikelola atau dilaksanakan secara bersama
antar tingkatan dan susunan pemerintahan, yang kemudian disebut urusan
pemerintahan konkuren4.
Menurut Pasal 2 ayat (4) PP 38/2007, urusan pemerintahan konkuren
meliputi:
1) pendidikan;
17) kebudayaan dan pariwisata;
2) kesehatan;
18) kepemudaan dan olah raga;
3) pekerjaan umum;
19) kesatuan bangsa dan politik dalam
negeri;
4) perumahan;
20) otonomi
daerah,
pemerintahan
5) penataan ruang;
3
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah karena jabatannya, untuk wilayah provinsi yang bersangkutan,
dan bertanggung jawab kepada Presiden (terdapat dalam Pasal 37 UU 32/2004).
4
Dalam Penjelasan Umum nomor 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian
atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan demikian
dalam setiap urusan concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat,
ada yang diserahkan kepada Provinsi dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada Kabupaten/Kota.
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
6
6)
7)
8)
9)
10)
11)
umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian, dan
persandian;
perencanaan pembangunan;
perhubungan;
lingkungan hidup;
pertanahan;
kependudukan & catatan sipil;
pemberdayaan perempuan
perlindungan anak;
dan
12) keluarga berencana dan keluarga
sejahtera;
13) sosial;
14) ketenagakerjaan
dan
ketransmigrasian;
15) koperasi dan usaha kecil dan
menengah;
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
pemberdayaan masyarakat dan desa;
statistik;
kearsipan;
perpustakaan;
komunikasi dan informatika;
pertanian dan ketahanan pangan;
kehutanan;
energi dan sumber daya mineral;
kelautan dan perikanan;
perdagangan & perindustrian;
perindustrian.
16) penanaman modal;
Dalam setiap bidang dari 31 (tiga puluh satu) bidang urusan konkuren diatas
dibagi menjadi sub bidang, dan kemudian dari setiap sub bidang dibagi lagi
menjadi sub-sub bidang urusan pemerintahan, yang rinciannya terdapat
dalam Lampiran PP No. 38 Tahun 2007. Sebagai contoh, untuk pembagian
urusan bidang pendidikan antar pemerintahan adalah sebagai berikut:
Sub bidang
Sub-sub
bidang
Pemerintah
Pemda Prov
Pemda Kab/Kota
1.Kebijakan
1.
Kebijakan
dan Standar
1.a.
Penetapan
Kebijakan
nasional
pendidikan
1.a.
Penetapan
kebijakan
operasional
pendidikan
di
provinsi
sesuai
dengan kebijakan
nasional.
1.a.
Penetapan
kebijakan
operasional
pendidikan
di
kabupaten/kota
sesuai kebijakan
nasional
dan
provinsi.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) PP 38 Tahun 2007, pembagian urusan
konkuren tersebut dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1) Eksternalitas;
Pembagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang
timbul sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan
sebagai berikut:
a) Apabila dampaknya bersifat lintas kabupaten, atau kota dan/atau
regional menjadi kewenangan pemerintahan provinsi;
b) Apabila dampaknya bersifat lintas provinsi dan/atau nasional menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat5.
5
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) PP 38/2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
7
2) Akuntabilitas
Pembagian
urusan
Pemerintahan
dengan
memperhatikan
pertanggungjawaban Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah kepada
masyarakat sebagai berikut:
a) Apabila dampak penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan secara
langsung hanya dialami secara lokal (satu kabupaten/kota), maka
pengaturan
dan
pengurusannya
menjadi
tanggung
jawab
pemerintahan daerah kabupaten/kota;
b) Apabila dampak penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan secara
langsung dialami oleh lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu
provinsi, maka menjadi tanggung jawab pemerintahan daerah
provinsi;
c) Apabila dampaknya dialami lebih dari satu provinsi dan/atau bersifat
nasional, menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat6.
3) Efisiensi
Pembagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan daya guna
tertinggi yang dapat diperoleh, sebagai berikut:
a) Apabila urusan pemerintahan lebih
pemerintahan daerah kabupaten/kota,
pemerintahan daerah kabupaten/kota.
berdaya guna ditangani
maka diserahkan kepada
b) Apabila urusan pemerintahan akan lebih berdaya guna bila ditangani
pemerintahan
daerah
provinsi,
maka
diserahkan
kepada
pemerintahan daerah provinsi;
c) Apabila akan berdaya guna bila ditangani Pemerintah Pusat, maka
akan tetap menjadi kewenangan Pemerintah Pusat7.
Dengan demikian maka urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat meliputi 6 (enam) urusan Pusat dan urusan
Pemerintah Pusat yang terdapat dalam Lampiran PP 38 Tahun 2007. Sedang
urusan pemerintah daerah provinsi dan kab/kota adalah urusan yang
terdapat dalam Lampiran PP 38 Tahun 2007 yang menjadi kewenangannya.
Berikut adalah bagan gambaran umum pembagian urusan pemerintah
dalam dekonsentrasi dan tugas pembantuan:
6
7
Ibid
Ibid
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
8
Urusan Pemerintah
Pusat
6 Urusan
Pemerintah Pusat.
1. Politik Luar
Negeri;
2. Pertahanan;
3. Keamanan;
4. Yustisi;
5. Moneter dan
Fiskal Nasional;
6. Agama.
Dijalankan Sendiri
Dekonsentrasi &
Tugas Pembantuan
Dijalankan Sendiri
Urusan
Pemerintahan
Urusan Pemerintah
Daerah
diluar 6 (enam)
urusan
Urusan Konkuren
Pemerintah Pusat
Urusan Konkuren
31 Bidang Pemerintahan
Urusan Konkuren
Pemerintah
Provinsi
Di luar Urusan
Pemerintah Pusat
Dekonsentrasi &
Tugas Pembantuan
Urusan Konkuren
Pemerintah
Kabupaten/Kota
Gambar : Bagan Hubungan Pembagian Urusan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah
D. Kesimpulan
1. Peraturan perundang-undangan yang didalamnya diatur mengenai pembagian
urusan pemerintah dalam rangka dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang
berlaku saat ini adalah sebagai berikut:
a. UU Nomor 32 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
pemerintahan daerah;
b. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.
Keuangan
Antara
c. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara
pemerintah, pemerintahan daerah Provinsi, dan pemerintahan daerah
Kabupaten/Kota;
d. PP Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
e. PP 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja & Anggaran Kementrian
Negara/Lembaga.
2. Pembagian urusan pemerintah dalam rangka dekonsentrasi dan tugas
pembantuan sebagai berikut :
a. 6 (enam) urusan pemerintah pusat dapat didekonsentrasikan kepada
perangkat pemerintah pusat atau wakil pemerintah pusat di daerah.
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
9
Sedangkan untuk urusan konkuren pemerintah pusat didekonsentrasikan
kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat.
b. 6 (enam) urusan pemerintah pusat dan urusan konkuren pemerintah pusat
dapat ditugas pembantuankan kepada daerah dan/atau desa.
Sie Analisis Keuangan Daerah – Ditama Binbangkum
10
Download