PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI STRATEGI

advertisement
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16, No. 4, April 2015
ISSN 2087-3557
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI
STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN IPS
Wien Murniati
SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menerapkan pendekatan kontekstual dengan bantuan media
power point, kartu, bagan, gambar, dan pasar dalam pembelajaran IPS, (2) mendapatkan bukti
empiric peningkatan kualitas pembelajaran IPS dilihat dari proses dan hasil belajar peserta didik,
dan (3) menemukan faktor-faktor yang menjadi kendala dan pendorong dalam penerapannya.
Jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas dengan subyek penelitian berjumlah 28 siswa
dengan metode pengumpulan datanya menggunakan observasi, angket, wawancara, tes, dan
dokumentasi yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan
menggunakan rumus prosentase. Hasil penelitian penerapan pendekatan konstekstual dengan
bantuan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS sebesar 93%.
© 2015 Didaktikum
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Pendekatan Konstektual
PENDAHULUAN
Paradigma pendidikan memandang bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Didukung pendapat para pakar teori kognisi yang menekankan pentingnya
peserta didik untuk melihat dan mempunyai pengalaman langsung mengenai konsep dan
kemampuan tertentu dalam pembelajaran.Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kegiatan
pembelajaran yang menyeluruh dan melibatkan beberapa komponen yaitu peserta didik, guru, tujuan
pembelajaran, isi pelajaran, media pembelajaran, pendekatan, metode, dan strategi, serta penilaian
kemajuan belajar.
Penggunaan pendekatan, metode, dan strategi yang tepat merupakan unsur yang sangat
signifikan untuk dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, dan interaktif. Pendekatan
pembelajaran merupakan cara pandang terhadap pengorganisasian materi pelajaran, peserta didik,
media, dan waktu yang dipergunakan pada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Metode merupakan cara yang digunakan guru pada proses pembelajaran untuk
melakukan pendekatan terhadap materi dan peserta didik. Sedangkan strategi merupakan kegiatan
perencanaan yang dilakukan guru dengan menggunakan berbagai metode, prosedur dan perangkat
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalam
pengorganisasiannya melibatkan banyak pendekatan, metode maupun strategi pembelajaran. Faktor
beragamnya pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran pada mata pelajaran IPS disebabkan IPS
memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain yakni kajian yang bersifat terpadu
(integrated), interdisipliner, dan multidimensional. Keragaman pendekatan, metode dan strategi
yang diterapkan dalam proses pembelajaran IPS dapat menciptakan suasana yang menyenangkan
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI
STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN IPS
71
Wien Murniati
sehingga dapat menghindari terjadinya kejenuhan dan kemonotonan. Lebih jauh, untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melaksanakan observasi dalam proses pembelajaran
nampak aktivitas peserta didik yang kurang. Hal ini karena guru belum merencanakan pembelajaran
secara mandiri dan dalam mengajar masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.
Pembelajaran lebih terpusat pada guru (teacher centered), kurang melibatkan peserta didik secara aktif
dan tidak kontekstual, sehingga peserta didik kurang serius dalam mengikuti pembelajaran dan
merasa jenuh. Peserta didik enggan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan yang kadangkadang dilontarkan oleh guru, kalaupun menjawab pertanyaan terkesan seadanya, tidak berdasarkan
argumentasi yang kuat. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diajarkan, media yang adapun belum dioptimalkan penggunaannya dan kurang bervariasi,
yaitu hanya menggunakan power point. Peserta didik tidak dibiasakan untuk belajar secara
kooperatif dan kolaboratif, sehingga kurang kerjasama diantara mereka dalam memecahkan masalah
maupun mengatasi kesulitan belajar.Selain itu, guru belum melaksanakan penilaian secara konsisten
dan terprogram yang ditindaklanjuti dengan remidi bagi peserta didik yang belum tuntas belajar dan
pengayaan bagipeserta didik yang telah tuntas belajar.
Mengingat keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus
fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar proses pembelajaran. Salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran IPS yang diduga tepat dan mempunyai orientasi terhadap proses serta hasil belajar
adalah menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja
(Trianto, 2007).
Salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran kontekstual
ini perlu penggunaan media pembelajaran yang tepat. Sukiman (2012) menyatakan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Media yang digunakan hendaknya sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan,
sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik, penyajian data/informasi menjadi lebih
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsirandata, dan memadatkan informasi. Apabila hanya
dengan mendengarkan informasi verbal dari guru, peserta didik mungkin kurang memahami
pelajaran dengan baik. Akan tetapi, jika hal itu diperkaya dengan melihat, menyentuh, merasakan,
atau mengalami sendiri melalui media maka pemahaman pesrta didik pasti akan lebih baik. Dengan
demikian pembelajaran menjadi bermakna yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya
hasil belajar (kualitas pembelajaran meningkat).
Rumusan penelitian ini yaitu Apakah penerapan pendekatan konstekstual menggunakan
media dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini untuk:
(1) menerapkan pendekatan kontekstual dengan bantuan media power point, kartu, bagan, gambar,
dan pasar dalam pembelajaran IPS, (2) mendapatkan bukti empiric peningkatan kualitas
pembelajaran IPS dilihat dari proses dan hasil belajar peserta didik, dan (3) menemukan faktor-faktor
yang menjadi kendala dan pendorong dalam penerapannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain yang dikembangkan oleh Kemmis &Mc Taggart (1990).
72
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 4. (2015)
Model Kemmis & Mc Taggart mencakup sejumlah siklus, setiap siklus meliputi tiga tahap yaitu:
perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action) dan pengamatan (observation), serta
refleksi (reflection), antara satu dengan yang lainnya saling terkait yang terus berulang sampai dengan
tujuan penelitian tercapai.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013
bertempat di SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan dengan subjek penelitian yaitu 28 siswa kelas
VIII.5. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, angket, tes dan observasi.
Pada penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif, untuk menganalisis tingkat kualitas
proses pembelajaran dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas
peserta didik (iklim kelas) serta didukung dengan angket dan wawancara. Selain itu, kualitas
pembelajaran juga dilihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik dengan cara mengadakan tes
hasil belajar dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian diawali dengan melakukan kegiatan pra tindakan yang dilaksanakan pada bulan
Agustus dan September. Secara garis besar kegiatan pra tindakan meliputi empat tahap yaitu: a)
konsultasi dengan guru-guru IPS, b) analisis hasil ulangan harian, c) observasi pembelajaran IPS di
kelas dan d) menyusun rencana pelaksanaan tindakan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
ini:
Tabel 1. Penilaian Kualitas Pembelajaran (Pra tindakan)
Aspek
Rerata Skor
Kategori
Kinerja guru
1,76
Kurang
Iklim Kelas
1,60
Sangat Kurang
Rerata
1,68
Kurang
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Pada siklus I, menyusun RPP menggunakan pendekatan kontekstual dengan bantuan
media. Menyiapkan data tes berupa instrument tes hasil belajar, menyiapkan data non tes berupa
pedoman observasi kinerja guru, pedoman observasi iklim kelas, tugas individual, tugas kelompok,
penilaian kecakapan sosial, angket guru dan pedoman wawancara. Menyiapkan media
pembelajaran power point, kartu, bagan kantong kebutuhan, bagan macam-macam alat pemuas
kebutuhan dan skala prioritas kebutuhan serta gambar-gambar kelangkaan sumber daya alam dan
alat pemuas kebutuhan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Guru meminta peserta didik untuk
mengkondisikan kelas dengan menjaga kebersihan dan ketertiban. Sambil menunggu kesiapan
peserta didik, Guru menyiapkan laptop dan LCD. Guru membentuk menjadi 5 kelompok. Guru
meminta bantuan dua peserta didik yang duduk didepan untuk membagikan 10 kartu kosong dan
spidol kepada setiap kelompok. Setiap kelompok diminta menuliskan 10 macam kebutuhan yang
dialami peserta didik sehari-hari dalam waktu lima menit. Sambil menunggu peserta didik
berdiskusi, guru memasang kantong kebutuhan berdasarkan penggolongannya pada papan tulis.
Guru meminta setiap kartu ditulis untuk satu macam kebutuhan, penulisan secara horizontal
dengan diberikan satu contoh oleh guru misalnya “Sepeda” yang dituliskan pada salah satu kartu.
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI
STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN IPS
73
Wien Murniati
Guru menunjuk setiap kelompok secara bergiliran untuk memasukkan kartu kebutuhan ke dalam
bagan kantong kebutuhan sesuai dengan penggolongannya. Wakil kelompoknya mengambil
kembali kartu tersebut satu persatu sambil dibacakan nama kebutuhannya masuk ke dalam kantong
jenis kebutuhan. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk mendiskusikan tentang macam-macam
alat pemuas kebutuhan selama lima menit. Setiap kelompok diberikan macam-macam gambar alat
pemuas kebutuhan. Menjelang akhir pembelajaran, Guru memberikan penguatan, meluruskan
kesalahan dan memberikan apresiasi atas kerjasama kelompok yang baik, serta memberikan
himbauan agar peserta didik tidak ragu-ragu dalam mengkomunikasikan hasil diskusi.
3. Observasi
Observer melakukan pengamatan dalam penerapan pendekatan konstekstual dengan
bantuan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Refleksi
Selama pelaksanaan tindakan, ada beberapa kendala yang menghambat pencapaian
keberhasilan, beberapa kendala tersebut adalah: (1) kemampuan guru berkaitan dengan teknik
dalam menerapkan pendekatan kontekstual yang masih kurang sempurna karena guru baru pertama
kali menggunakannya, (2) Guru belum bisa mengelola waktu dengan baik, sehingga adakalanya
informasi yang harus ditekankan/diulang menjadi dikesampingkan karena diburu waktu, (3)
beberapa kelompok tidak efektif dalam diskusi sehingga melampaui batas waktu yang ditentukan,
(4) pemasangan peralatan LCD yang kurang praktis.
Berdasarkan gambaran tindakan kelas, hasil yang diperoleh, dan kendala serta didukung
dari wawancara kepada perwakilan peserta didik dan hasil angket yang diisi oleh kolaborator, maka
peneliti bersama kolaborator membuat catatan sebagai bahan perbaikan tindakan pada siklus
berikutnya yaitu: (1) penambahan jam pertemuan, (2) mengefektifkan kerja kelompok dengan
pembentukan kelompok secara heterogen dan memperkecil jumlah anggota, (3) urutan presentasi
berdasarkan inisiatif kelompok sendiri, (4) memberikan apresiasi/hadiah kepada kelompok yang
terbaik.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
RPP disusun menggunakan pendekatan kontekstual dengan bantuan media. Agar peserta
didik dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik
akan diajak mengamati langsung ke pasar. Selain menggunakan media pasar, untuk membuat
proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan, dibuat media pembelajaran
power point, kartu ciri-ciri macam-macam pasar, serta gambar pasar kongkrit dan pasar abstrak.
Kelompok diskusi dibuat lebih sedikit anggotanya yaitu menjadi 6 kelompok dan secara heterogen.
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan, setiap pertemuan selama 2 x 40 menit sesuai jadwal
pelajaran IPS. Media yang digunakan adalah pasar tradisional dan pasar modern, power point,
gambar pasar kongkrit dan pasar abstrak, kartu dan amplop, serta barang dagangan untuk
demonstrasi. Pada siklus II, Guru berusaha lebih menekankan proses inkuiri dan konstruktivisme
dengan memfasilitasi peseta didik untuk mengakses internet melalui sarana hotspot yang ada di
sekolah. Dalam mengkomunikasikan hasil diskusi, kelompok yang sudah siap diberi kesempatan
mempresentasikan terlebih dahulu, hal ini untuk menghindari grogi/gagap bagi kelompok yang
ditunjuk tetapi belum siap, namun demikian guru tetap memacu kerja kelompok agar efektif dan
efisien dengan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. Pada pertemuan kedua,
direncanakan peserta didik diminta mendemonstrasikan kegiatan jual beli dipasar (pemodelan) agar
peserta didik benar-benar memahami dan menghayati arti dan fungsi pasar.
74
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 4. (2015)
3.
Observasi
Observer melakukan pengamatan dalam penerapan pendekatan konstekstual dengan
bantuan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Refleksi
Guru maupun peserta didik betul-betul menikmati pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual berbantuan media. Kinerja guru dalam pembelajaran sudah sangat baik. Guru sudah
dapat mengelola waktu dan menggunakan media pasar, power point, gambar, dan kartu dengan
baik. Kemampuan guru menerapkan 7 komponen kontekstual dalam pembelajaran tampak lebih
kuat dari pada siklus I. Pembelajaran sudah tidak didominasi oleh guru melainkan student centered.
Dengan diterapkannya pendekatan kontekstual, iklim kelas tampak lebih kondusif. Peserta didik
memperhatikan pelajaran dengan serius dan lebih aktif dalam kerja kelompok. Keberanian dalam
bertanya dan menjawab serta mengkomunikasikan hasil diskusi sudah ada. Pada akhir
pembelajaran, peserta didik bersama-sama guru melakukan refleksi dan membuat rangkuman.
Tugas-tugas yang diberikan guru dikerjakan dengan baik, hanya 1 anak yang nilainya masih di
bawah KKM.
Pada ranah afektif menunjukkan perubahan sikap kearah positif. Kecakapan sosial peserta
didik dalam kerja kelompok yang meliputi kerja sama, tanggung jawab, dan tenggang rasa
menunjukkan kategori “Baik”. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran IPS juga “Baik”. Tingkat
keberhasilan pembelajaran dilihat dari hasil belajar ranah kognitif menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan dengan kategori “Baik”. Ketuntasan kelas menunjukan 89%, dengan demikian
indikator keberhasilan sudah tercapai.
Adapun rerata peningkatan kualitas proses pembelajaran pada pra tindakan, siklus I dan
siklus II dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 Rerata Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran
Pratindakan
Siklus I
Re-rata
Kategori
Re-rata
Kategori
1,68
Kurang
2,98
Baik
Re-rata
3,72
Siklus II
Kategori
Sangat Baik
Data peningkatan kualitas proses pembelajaran dari pra tindakan sampai siklus II disajikan
pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Rerata Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran
Sedangkan rerata peningkatan kualitas hasil pembelajaran pada pra tindakan, siklus I dan
siklus II dapat dilihat Tabel 3 sebagai berikut:
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI
STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN IPS
75
Wien Murniati
Tabel 3. Rerata Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran
Aspek Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
Kognitif
85,17
88,84
Afektif
Psikomotor
79
84
82
98
Data peningkatan kualitas proses pembelajaran dari pra tindakan sampai siklus II disajikan
pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Rerata Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran
SIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan
ketuntasan belajar secara signifikan. Terbangun kecakapan social dan sikap positif terhadap proses
pembelajaran IPS. Pada ranah psikomotor, siswa mampu menunjukan perilaku social pada kategori
“Baik”.
DAFTAR PUSTAKA
Kemmis, S. & Taggart, Mc. R. (1990). The action research planner. Burwood: Deakin University Press.
Sukiman. (2012). Pengembangan media pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Trianto.(2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
76
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 4. (2015)
Download