BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat kini lebih cenderung untuk menginvestasikan dana yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Salah satu sarana yang dapat digunakan dalam upaya investasi dana adalah pasar modal. Di Indonesia, pasar modal dikelola langsung oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) yang mana dalam pemantauan pertumbuhan pasar modal Indonesia digunakan indikator pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mampu menggambarkan pergerakan harga saham secara keseluruhan. Pergerakan IHSG akan sebanding dengan pergerakan yang dialami oleh sebagian besar harga saham di pasar modal. Jika di telaah lebih dalam, secara garis besar pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat ditinjau dari pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama tahun 2006-2015. Berdasarkan data IHSG yang diperoleh dari Financial Market Update Pertamina Tower Lantai 4 FEB UGM Yogyakarta menunjukkan bahwa trend pergerakan saham IHSG cenderung meningkat pada tahun 2006-2015. Dimulai dari harga 1805,523 pada 29 Desember 2006 hingga 4.593,008 pada 31 Desember 2015. Peningkatan yang dialami saham IHSG dalam jangka waktu 10 tahun terakhir adalah sebesar 61%. Peningkatan harga saham IHSG ini memberikan indikasi yang baik bagi perkembangan pasar modal dan perekonomian Indonesia di masa mendatang. 1 Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian negara saat ini sangat dipengaruhi oleh kinerja pasar modal, disebabkan dua fungsi pasar modal sebagai sarana investor untuk menanamkan modal dan juga sebagai sarana bagi perusahaan untuk memperoleh dana dari masyarakat (investor). Kedua fungsi pasar modal ini memungkinkan terjadinya hubungan perekonomian internasional antar negara dengan diadakannya berbagai macam hubungan kerja sama. Terlebih, kini perekonomian internasional semakin diarahkan untuk berkembang menuju perdagangan bebas antar negara. Hal ini terbukti dengan diterapkannya ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Kesepakatan AEC 2015 secara tidak langsung akan memberikan dampak berupa terintegrasinya seluruh pasar modal negaranegara ASEAN. Integrasi ini dapat berdampak positif bagi perkembangan pasar modal dan terbukanya akses pembiayaan asing. Dibalik itu, integrasi pasar modal juga akan menyebabkan kondisi pasar modal menjadi lebih rentan terhadap perubahan pasar modal global, sebagai contoh krisis keuangan Asia tahun 1998 yang menyebabkan ketidakstabilan perekonomian negera-negara di dunia tak terkecuali Asia, dan khususnya Indonesia. Melihat adanya kenyataan tersebut serta kinerja pasar modal selama 10 tahun terkahir, kondisi ini dapat dijadikan sebagai peluang yang baik bagi pasar modal Indonesia untuk menjalin berbagai macam kerjasama antara negara ASEAN. Terlebih, Indonesia termasuk ke dalam 5 besar negara emerging market pada 20122017 berdasarkan Global Intelligence Alliance (GIA), negara-negara tersebut antara lain; Brasil, India, China, Rusia, dan Indonesia. Negara emerging market merupakan negara berkembang yang mengarah pada pertumbuhan ditandai dengan 2 industrialisasi yang cepat dan kebutuhan investasi modal yang sangat besar, sehingga mampu menarik para investor (www.tribunnews.com). Selain itu, terpantau dari perkembangan harga saham ASEAN-5 diketahui bahwa posisi IHSG termasuk kedalam posisi yang tidak terlalu buruk. Terlihat bahwa nilai rata-rata IHSG masih berada pada posisi kedua yaitu dibawah Philipina, yang kemudian setelah Indonesia diikuti oleh Singapore, Malaysia dan Thailand. Indeks Harga Saham Pasar Pergerakan Indeks Harga Saham Pasar ASEAN-5 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Indonesia Malaysia Philipina Thailand Singapore 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Sumber : Data Sekunder diolah, 2016 Gambar 1.1 Pergerakan Indeks Saham ASEAN-5 Tahun 2006-2015 Dengan perkembangan yang cukup pesat pada bursa saham Indonesia, menimbulkan beberapa kemungkinan kondisi terhadap harga saham IHSG, yaitu kemungkinan bahwa harga saham IHSG berada pada kondisi yang rasional atau tidak rasional. Jika berkaca pada perekonomian Jepang pada tahun 1980an, Jepang mengalami kondisi “bubble economy” dimana harga saham dan harga real estate menjadi sangat mahal. Kondisi bubble economy tersebut terjadi disebabkan oleh adanya ekspektasi dari para investor yang terlampau optimis terhadap kondisi harga saham Jepang. Kemudian hal ini menjadi suatu euphoria dan mempengaruhi investor lain untuk melakukan investasi yang tidak rasional saat itu. Keputusan 3 tersebut dikatakan tidak rasional karena investor tidak memperhatikan dari sudut pandang kondisi financial dan kestabilan makroekonomi Jepang saat itu. Nilai fundamental dan makroekonomi jelas menjadi salah satu faktor yang utama untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi (Shiratsuka, 2003); (Stone dan Ziemba, 1993). Kembali pada kondisi perkembangan pasar modal Indonesia yang dinilai sebagai sinyal baik bagi perkembangan negara Indonesia. Kondisi ini berpengaruh pada besarnya pengaruh minat investor baik yang masuk maupun keluar dari pasar modal untuk berinvestasi. Secara tidak langsung, ketertarikan investor dalam berinvestasi pada pasar modal akan terfokus pada kelompok saham LQ45 dengan tingkat likuiditas perdagangan di atas rata-rata tingkat likuiditas saham lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saham perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 merupakan saham yang aktif diperdagangkan dan harganya terus berfluktuasi seiring dengan intensitas perdagangannya. Saham kelompok LQ45 menjamin bahwa saham-saham yang termasuk di dalamnya merupakan saham paling likuid dan memiliki tingkat kapitalisasi pasar yang besar sehingga lebih diminati oleh para investor di pasar modal. Keputusan investasi investor akan berpengaruh pada tingkat volatilitas nilai stock dan bond dalam pasar bursa suatu negara yang juga akan dipengaruhi oleh ketidakpastian faktor makroekonomi. Tingkat volatilitas stock dan bond akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ketidakpastian faktor makroekonomi (Asgharian et al., 2015). 4 Begitu eratnya hubungan faktor makroekonomi dengan kinerja pasar modal akan dapat memberikan dampak tersendiri bagi masing-masing negara. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Abugri (2008) yang dilakukan di Amerika Latin, yaitu Argentina, Brazil, Chile dan Mexico. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pengaruh tingkat suku bunga dan kurs mata uang sangat signifikan terhadap tiga negara dari empat negara yang diteliti. Sedangkan untuk jumlah uang yang beredar dan tingkat pertumbuhan ekonomi memiliki tingkat signifikansi yang lemah dalam pengaruhnya terhadap return pasar. Kalyanaraman & Tuwajri (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh makroekonomi terhadap pergerakan harga saham Saudi Arabia yang menghasilkan bahwa seluruh variabel yang diteliti yaitu consumer price index, industrial output, jumlah uang beredar, kurs mata uang dan harga minyak berpengaruh terhadap pergerakan harga saham Saudi Arabia. Penelitian mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan harga saham juga dilakukan untuk Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Lawrence (2013) yang menyatakan bahwa secara bersamaan variabel jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, harga minyak, dan harga emas ANTAM memiliki hubungan yang kuat dalam mempengaruhi harga saham di Indonesia yang dilihat berdasarkan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama tahun 2009-2012. Namun, secara parsial variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan harga emas ANTAM tidak mampu mempengaruhi IHSG selama tahun 2009-2012. Penelitian yang dilakukan oleh Kalyanaraman & Tuwajri (2014) memberikan sedikit gambaran bahwa faktor makroekonomi yang berasal dari luar negeri juga menjadi salah satu pemicu pergerakan harga saham suatu negara. Dalam 5 penelitiannya ditemukan hasil bahwa pergerakan harga minyak dunia mempengaruhi pergerakan harga saham di bursa saham Arab Saudi. Namun, pada pasar bursa negara Kanada, Perancis, Italia, Jerman, Jepang, US, dan UK volatilitas harga minyak berpengaruh secara negatif (Diaz et al,, 2016). Secara umum, volatilitas harga minyak dunia lebih berpengaruh secara signifikan apabila dibandingkan dengan volatilitas harga minyak nasional. Secara tidak langsung volatilitas komoditas sangat terpengaruh pada tingkat kurs mata uang dan tingkat suku bunga suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dapat dikatakan rentan terhadap volatilitas harga minyak mentah dan timah (Hegerty, 2016). Komoditas lain seperti emas juga dinilai sebagai salah satu komoditas investasi yang paling banyak diminati oleh investor. Komoditas emas sebagai sarana investasi diduga memiliki kolerasi negatif terhadap pasar modal (Kowanda et al., 2014). Namun, dalam penelitian Witjaksono (2010) disimpulkan bahwa harga emas memiliki korelasi positif dan berpengaruh terhadap harga saham. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat memberi sedikit gambaran yang sesuai bahwa pasar bursa yang berada pada negara berkembang memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap perubahan-perubahan kebijakan yang terjadi pada faktor makroekonomi (Boudoukh & Richardson, 1993 ; Mandelker & Tendon, 1985 dalam Abugri, 2008). Selain dukungan dari faktor makroekonomi, perkembangan kinerja pasar modal juga tidak lepas dari pengaruh faktor fundamental saham-saham yang tergabung dalam pasar modal Indonesia. Terlebih lagi saat ini perekonomian dunia 6 telah memasuki era globalisasi yang secara tidak langsung berpengaruh pada kinerja perusahaan yang tercermin pada harga saham perusahaan Indonesia. Kinerja perusahaan seperti likuditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas dapat diukur melalui beberapa rasio keuangan. Hasil yang beragam pun telah ditemukan oleh berbagai peneliti, seperti Safitri (2013) yang meneliti bagaimana pengaruh variabel fundamental perusahaan terhadap pergerakan return saham perusahaan yang tergolong kedalam kelompok Jakarta Islamic Index untuk periode 2008-2011. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel fundamental berupa EPS, PER, ROA, DER dan MVA secara simultan berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial hanya variabel EPS, PER dan MVA yang berpengaruh positif terhadap harga saham. Penelitian serupa dilakukan oleh Dita (2013) yang menyatakan bahwa EPS, CR, dan PER secara parsial berpengaruh pada harga saham otomotif, sedangkan DER dan NPM tidak mempengaruhi harga saham otomotif. Hartati (2010) menemukan variabel ROA dan DER terdapat pengaruh positif sedangkan EPS dan PER tidak ditemukan adanya pengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur. Suhadi (2009) menemukan pada industri manufaktur food and beverage bahwa rasio aktivitas yang terdiri dari inventory turnover dan TATO memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Rasio leverage yang terdiri dari DER dan DAR juga terbukti berpengaruh negatif terhadap harga saham. Rasio profitabilitas yang diproksi oleh ROA dan rasio penilaian yang diwakili oleh PER dan PBV hanya cenderung mempengaruhi harga saham. Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap pasar modal Indonesia melihat bahwa semakin berkembangnya pasar 7 modal di Indonesia yang tentunya akan menarik berbagai investor baik investor individu, institusional, asing, maupun manajemen perusahaan untuk berinvestasi pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang melandasi peningkatan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 61% selama tahun 2006-2015 dengan judul “Analisis Pengaruh Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Pergerakan Harga Saham di Indoensia (Studi Kasus: Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2015)”. 1.2 Rumusan Masalah Kemampuan pasar modal Indonesia dalam upayanya untuk bersaing di perekonomian internasional menunjukkan hal yang positif dengan ditunjukkannya pergerakan trend yang cenderung meningkat untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 10 tahun terakhir. Peningkatan ini membuat IHSG berhasil mencapai posisi kedua setelah Philipina dalam pasar modal ASEAN-5. Selain itu juga, Indonesia termasuk ke dalam 5 besar negara emerging market pada 2012-2017 berdasarkan Global Intelligence Alliance (GIA), yang mengindikasikan bahwa negara berkembang tersebut mengarah pada pertumbuhan ditandai dengan industrialisasi yang cepat dan kebutuhan investasi modal yang sangat besar, sehingga mampu menarik para investor. Namun, dengan adanya perkembangan pesat yang dialami oleh Bursa Efek Indonesia, timbullah isu mengenai kondisi harga saham IHSG apakah dalam kondisi yang rasional atau tidak rasional. Dalam pengambilan keputusan mengenai 8 rasional atau tidak rasional terhadap pergerakan harga saham, salah satunya dapat diperhatikan melalui sudut pandang kondisi financial dan kestabilan makroekonomi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada uraian rumusan masalah, maka pertanyaan yang timbul dalam penelitian ini adalah : 1 Bagaimana faktor-faktor fundamental dan makroekonomi mempengaruhi peningkatan harga saham selama 2006-2015? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menguji dan membuktikan ada atau tidaknya pengaruh dari faktor fundamental dan makroekonomi terhadap peningkatan harga saham selama 2006-2015. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu : 1.5.1 Manfaat Akademis 1. Memberikan tambahan wawasan ilmu ekonomika dan bisnis, khususnya dalam bidang keuangan. 2. Sebagai acuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya. 9 1.5.2 Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum atas kondisi pasar bursa saham Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 61%, dilihat dari faktor fundamental dan makroekonomi selama 2006-2015. Lebih lanjut, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan-kebijakan makroekonomi terkait bursa saham di suatu negara. Sehingga kebijakan tersebut mampu menciptakan iklim investasi yang mendukung peningkatan pembangunan dan pengembangan negara. Selain itu juga, dapat digunakan sebagai acuan bagi perusahaan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan mampu mempengaruhi pergerasakan harga saham melalui peningkatan nilai perusahaan. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Berdasarkan uraian masalah serta pertanyaan dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif melalui pengumpulan data sekunder dengan observasi non-behavioral untuk faktor makreoekonomi berupa indeks harga saham gabungan, harga saham perusahaan, tingkat kurs Rp./$, inflasi Indonesia, jumlah uang beredar, dan harga komoditas dunia yaitu harga minyak dunia dan harga emas dunia serta faktor fundamental 10 berupa current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover (TATO) dan return on equity (ROE). 1.6.2 Batasan Penelitian Batasan dari penelitian ini terkait dengan jumlah variabel yang digunakan dalam objek penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor fundamental dan makroekonomi. Dalam penelitian ini tidak mampu mencakup baik faktor fundamental maupun faktor makroekonomi secara keseluruhan. Hanya terdapat beberapa faktor fundamental dan maktroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan laporan dalam penelitian ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu : BAB I. PENDAHULUAN Terdapat tujuh sub-bab dalam bagian pendahuluan. Ketujuh sub-bab tersebut adalah latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Bagian ini memuat uraian sistematis hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Bagian ini juga memuat sejumlah konsep dan teori yang mendasari penelitian serta pengembangan hipotesis pada penelitian yang akan dilakukan. 11 BAB III. METODE PENELITIAN Metode penelitian menguraikan desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, alat analisis dan instrumen penelitian, sumber dan metode pengumpulan data, serta metode yang digunakan dalam menganalisis data. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan berisi deskripsi dari data-data yang diperoleh, analisis data, dan pembahasan secara menyeluruh. Pada bagian pembahasan juga berisi jawaban dari pertanyaan penelitian. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Bagian akhir dari penulisan laporan penelitian ini berisi simpulan dari pembahasan. Selain itu juga akan diungkap beberapa keterbatasan penelitian, implikasi, dan saran-saran yang dapat menjadi bahan objek yang diteliti di masa mendatang maupun untuk pihak-pihak lain yang terkait. 12