analisis kelayakan finansial usaha jahe instan

advertisement
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN
(STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI
DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO
KABUPATEN KONAWE SELATAN)
SKRIPSI
Oleh:
RISKI AMALIYAH
D1A1 12 021
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN
(STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI
DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO
KABUPATEN KONAWE SELATAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakutas Pertanian
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada Jurusan Agribisnis
Oleh:
RISKI AMALIYAH
D1A1 12 021
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN
PERGURUAN
SEBAGAI
TINGGI
SKRIPSI
ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA
SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA
MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
Juni 2016
Riski Amaliyah
D1A1 12 021
ii
ABSTRAK
Riski Amaliyah (D1A1 12 021). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan
(Studi Kasus Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan). Dibawah bimbingan Weka Gusmiarty
Abdullah selaku Pembimbing I dan Muhammad Aswar Limi selaku
Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha jahe
instan di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kelayakan Usaha yang
terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal
Rate of Return (IRR) dan Analisis Sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri layak secara
finansial untuk diusahakan. Hal ini dibuktikan pada discount factor (df) 7%,
diperoleh nilai NPV sebesar Rp 77.576,-, NBCR sebesar 1,02, dan IRR sebesar
7,92%. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual
produk sebesar 1,3% pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV sebesar
Rp 2.460,-, NBCR sebesar 1,00 dan IRR sebesar 7,03%. Meningkatkan biaya
operasional sebesar 4,1% pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV
sebesar Rp 842,-, NBCR sebesar 1,00 dan IRR sebesar 7,01%. Keadaan ini
menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
Desa Abenggi masih layak untuk diusahakan.
Kata kunci: Usaha Jahe Instan, Kelayakan Finansial, Analisis Sensitivitas
v
ABSTRACT
Riski Amaliyah (D1A1 12 021). Financial Feasibility Analysis of the Instant
Ginger Business (a case study of Gerak Mandiri Domestic Industry in the Abenggi
Village, Landono Sub District of South Konawe District). Weka Gusmiarty
Abdullah as Advisor I and Muhammad Aswar Limi as Advisor II.
The purpose of this research was to determine the financial feasibility of
the instant ginger business in Abenggi Village, Landono Sub District of South
Konawe. This research used financial feasibility analysis, consisting of Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return
(IRR) and Sensitivity Analysis. The results showed that the instant ginger business
of Gerak Mandiri Domestic Industry have financially feasible to be developed. It
was evidenced of discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 77.576,-,
NBCR 1,02, and IRR 7,92%. The calculation of sensitivity analysis with reducing
price of selling of 1,3% of discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR
2.460,-, NBCR 1,00 and IRR 7,03%. Increase of operation cost of 4,1% by
discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 842,-, NBCR 1,00 and IRR
7,01%. This condition indicated of the ginger instant business of Gerak Mandiri
Domestic Industry in Abenggi Village still feasible.
Keyword: Instant Ginger Business, Financial Feasibility, Sensitivity Analysis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabaarakaatuh.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam,
pemberi kehidupan serta petunjuk bagi umatnya yang senantiasa beriman dan
bertaqwa kepada-Nya, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula
penulis haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabiyullah Muhammad
Shallallahu’ Alaihi Wasallam, Nabi yang menjadi Uswatun Khasanah bagi umat
manusia.
Seiring dengan selesainya skripsi ini, tak lupa penulis haturkan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Weka Gusmiarty Abdullah, S.P.,
M.P selaku Pembimbing I dan Bapak Muhammad Aswar Limi, S.Pi., M.Si selaku
Pembimbing II yang telah bersedia dengan ikhlas menjadi pembimbing penulis,
yang telah menghabiskan waktunya untuk memberikan pengetahuan, pengarahan
kepada penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Rasa
syukur, bangga dan terimakasih yang sebesar-besarnya, yang tidak henti-hentinya
dan tidak terhingga tercurahkan kepada Orangtua tercinta, Ayahanda Makruddin
(Alm) serta Ibunda Siti Nurbaedah. Terima kasih atas segala bentuk kasih
sayangnya, merawat dan membesarkan serta pelajaran hidup yang telah diberikan
kepada penulis. Ibunda yang sekaligus menjadi Ayah, menjadi sahabat yang selalu
siap mendengarkan segala cerita dan keluh kesah penulis. Terima kasih atas
segala doa, nasehat, motivasi, semangat, dukungan moril dan materil yang tidak
vii
henti-hentinya. Semoga Allah membalas segala ketulusan yang telah diberikan.
Amin.
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada:
1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua
Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo.
2. Penasehat Akademik, Bapak Iskandar, S.P., M.Si. Dosen di lingkup Jurusan
Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah
membimbing penulis selama mengikuti pendidikan.
3. Seluruh staf Jurusan, staf Fakultas, Staf Laboratorium dan Perpustakaan atas
segala bantuan dan kelancaran urusan asdministrasi yang mendukung penulis
selama masa pendidikan.
4. Keluarga Bapak Kepala Desa Abenggi, Bapak Wasno dan Ibu Nurhayati yang
telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian.
5. Saudara-saudariku: Kakak pertama, Nursamsi, AMK terima kasih atas segala
doa, serta terutama dukungan materil, terima kasih sudah membiayai kuliah.
Insya Allah selanjutnya saya akan membiayai kuliah adik-adik, serta Kakak
Kedua, Sulbiaman, S.Sos. Adik Arsullah dan Rahmadani, terimakasih atas
segalanya. Semoga semuanya bisa jadi anak sholeh sholehah, berbakti dan
bisa membahagiakan Mama. Amin.
6. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda, yang telah memberikan
dukungannya dalam melaksanakan pendidikan di bangku perkuliahan,
khusunya keluarga Tante Surianah, S.Sos yang sudah memberikan tumpangan
viii
tempat tinggal kepada saya, dukungan moril dan materil, serta pelajaran hidup
yang sangat berharga kepada saya selama menempuh perkuliahan.
7. Teman-teman Agribisnis angkatan 2012, terutama buat kelas Agribisnis A;
Mulianton, Ayu Ansyari, Nurtani, Risna, Waode Herlianti Astuti, Mustika,
Israwati, Hasnawati Sarfan, Minartin, Mega Silviana A, Amrin Aksa, Indri
Sulfianatasari, Awwal Rahmat H, Ika Ririn M, La Ode Dawid, S.P, Wana
Rukmana, Juhardin, Hardianti, Syamsiah, Bayu Prasetyo A, Tafahuddin,
Hardiman Arif, Al Munir, Armansyah, Dina Rachmayanti, La Bai, S.P, Abdul
Hamid, Ifan, Irma Sapta P, Rizal Endriansyah, Maria Teresia S, Kiki Puspita,
Ld. Abdul Asis H, S.P, Yusriadin, S.P serta teman-teman Agribisnis lainnya
yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas semua
doa, waktu, tenaga, dukungan moril dan materil, nasehat dan motivasinya.
Terima kasih sudah menjadi teman seperjuangan selama 4 tahun ini.
8. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Organisasi Tercinta, keluarga
besar Forum Insan Seni Pertanian (FISTA) Universitas Halu Oleo. Kakakkakak register 01 sampai register 05; Sahlan Ardianto, S.P, Andi Rahmat
Maccawi, S.Pt, Safarudin Ado, S.P, Herya Yudha Perkasa, S.P., M.P, Farid
Isra, S.Pt, Dewi Darma Laksana, S.P, Eman Putrawan, S.P, Husnawati
Djabbar, S.P, Lino Aryesta, S.P, Siska Amdas, S.P, Muh. Ichwan, S.P, Idam
Hakim, S.P, Alfian Akbar, S.P, Laode Muh. Jasmin, S.P, Waode Hasida, S.P,
Risman, S.P, Laode Ilham Malik, S.P, Ralia, S.P, Rosayanti Dwi Utami, S.TP,
Faisal, S.P, Sutrisno Panca Putra R, S.Hut, serta kakak-kakak lainnya yang
tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Saudara sekaligus sahabat, teman,
ix
FISTA Register 06; Dwi Saptarani, Iman Ilahiyyat, S.P, Rosiman, S.P,
Shafaruddin, Ilman Fadil, Jhon Permata, Gusti Ketut Pariyatna, S.P, Ardhi
serta teman-teman 06 lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satupersatu. Adik-adik register 07 dan 08 yang tidak bisa disebutkan namanya
satu-persatu. Terima kasih atas semua dukungan moril dan materil, mengajari
serta membagi ilmu dan pengalaman, perhatian, kepedulian, motivasi dan
nasehatnya, semua air mata, tenaga, dukungan serta semangatnya. Terima
kasih sudah menguatkan, menghibur dan menjadikan saya bagian dari FISTA
UHO.
9. Keluarga Bapak La Ode Farudu, tempat tinggal selama pelaksanaan KKN
serta teman-teman seperjuangan selama 45 hari; Muhammad Alfaqri Rasyid,
S.M, Mu’mina Auzu, S.Sos, Risna, Irma Rahayu dan Asrul Saleh Sahara,
S.Pd. Terima kasih sudah menjadi bagian pelengkap perjalanan dalam
menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih
jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kendari,
Juni 2016
Riski Amaliyah
D1A1 12 021
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ............................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
A. Usaha Jahe Instan ....................................................................................... 5
B. Industri Rumah Tangga, UKM dan UMKM ............................................... 7
C. Investasi .....................................................................................................10
D. Biaya Produksi ..........................................................................................13
E. Penerimaan (Benefit) .................................................................................15
F. Pendapatan (Net Benefit) ...........................................................................16
G. Kelayakan Finansial Usaha ........................................................................17
G.1 Net Present Value (NPV) ...................................................................18
G.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) .........................................................19
G.3 Internal Rate of Return (IRR) ............................................................20
G.4 Analisis Sensitivitas ...........................................................................21
H. Penelitian Terdahulu ..................................................................................22
I. Kerangka Pikir Penelitian .........................................................................25
III. METODE PENELITIAN .............................................................................27
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................27
Subjek Penelitian .......................................................................................27
Jenis dan Sumber Data ..............................................................................27
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................28
Variabel Penelitian ....................................................................................28
Analisis Data .............................................................................................29
Konsep Operasional ..................................................................................31
xi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................35
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................................35
A.1 Letak dan Luas Wilayah......................................................................35
A.2 Keadaan Iklim dan Topografi .............................................................35
A.3 Keadaan Demografi ............................................................................36
B. Gambaran Umum Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri .......................................................................................................40
C. Kelayakan Finansial Usaha ........................................................................44
C.1 Biaya Produksi ....................................................................................44
C.2 Produksi dan Harga Produksi .............................................................47
C.3 Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit)...........................48
C.4 Net Present Value (NPV) ...................................................................49
C.5 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) ..........................................................50
C.6 Internal Rate of Return (IRR) .............................................................51
C.7 Sensitivitas Usaha ...............................................................................52
C.8 Perhitungan R/C Ratio ........................................................................54
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................57
A. Kesimpulan ................................................................................................57
B. Saran ...........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59
LAMPIRAN .........................................................................................................63
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Jumlah Penduduk Desa Abenggi berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin ............................................................................................................37
2. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan Tingkat Pendidikan .................38
3. Jumlah Penduduk Desa Abenggi berdasarkan Mata Pencaharian ...................39
4. Rincian Biaya Investasi Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri di Desa Abenggi Tahun ke-0 (2007) ..................................................44
5. Rincian Biaya Operasional Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga
Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 (2008-2015) ......................................46
6. Produksi Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa
Abenggi ............................................................................................................47
7. Penerimaan Usaha Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
di Desa Abenggi ...............................................................................................48
8. Perhitungan R/C Ratio Usaha Jahe Instan .......................................................55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................26
2. Proses Produksi Jahe Instan .............................................................................43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Riwayat Hidup .................................................................................................64
2. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................65
3. Kuesioner Penelitian ........................................................................................66
4. Biaya Investasi (Tahun ke-0) ...........................................................................69
5. Biaya Operasional Tahun ke-1 sampai ke-8 (2008-2015) ...............................70
6. Rincian Penerimaan (Benefit) ..........................................................................72
7. Rincian Pendapatan (Net Benefit) ....................................................................73
8. Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan .......................................74
9. Analisis Sensitivitas jika Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3%........75
10. Analisis Sensitivitas jika Biaya Operasional Meningkat 4,1% ........................76
11. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada Analisis Kelayakan Finansial ..........77
12. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada saat Harga Jual Produk Jahe
Instan Menurun 1,3% ......................................................................................78
13. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada saat Biaya Operasional
14. Meningkat 4,1% ...............................................................................................79
15. Dokumentasi Penelitian ...................................................................................80
xv
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam hayati. Salah
satu sumber kekayaan tersebut berasal dari banyaknya jenis-jenis tanaman obat
tradisional yang berada di alam. Seiring berjalannya waktu, saat ini trend
masyarakat konsumen menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan
slogan ”back to nature” dengan didasari oleh kesadaran untuk mengkonsumsi
pangan yang sehat. Hal ini telah meningkatkan permintaan terhadap produk
rimpang organik, diantaranya jahe untuk dikonsumsi secara langsung maupun
menjadi produk olahan (Balittro, 2008).
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis tanaman obat dan
dapat juga berfungsi sebagai rempah yang telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Kegunaan jahe antara lain digunakan sebagai bumbu, campuran
makanan/minuman, obat-obatan, minyak wangi dan kosmetika. Sebagai obat
tradisional, jahe dapat digunakan untuk anti inflamasi, nyeri sendi dan otot karena
reumatik, tonik serta obat batuk.
Peluang pasar bagi komoditas ini sangat besar, baik di pasar lokal dengan
semakin menjamurnya industri obat, makanan, dan minuman yang berbahan dasar
jahe, maupun di pasar internasional. Komoditas jahe digunakan sebagai bahan
minuman kesehatan dalam bentuk minuman siap saji atau minuman instan yang
berbentuk serbuk oleh berbagai industri baik industri kecil maupun industri besar.
Pelaku industri olahan jahe diantaranya yaitu CV. Intrafood, PT. Florisa, PT. Sido
muncul, PT. Konimex, PT. Gunung Subur dan PT. Jico Agung. Industri-industri
2
tersebut mengolah jenis jahe sebagai minuman kesehatan, karena manfaat dan
khasiatnya telah lama dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Industri-industri
kecil dan besar mulai saling berkompetisi untuk memenuhi jumlah permintaan
minuman sehat alami yang berasal dari jenis jahe ini. Hal tersebut ditunjukkan
dengan semakin banyaknya merek produk minuman instan yang beredar di
pasaran.
Tanaman jahe di Sulawesi Tenggara sudah dikembangkan di beberapa
Kabupaten, salah satunya adalah daerah Kabupaten Konawe Selatan yang
memiliki potensi pertanian yang sangat banyak. Selain itu, Kabupaten Konawe
Selatan juga sudah mulai mengolah tanaman jahe tersebut menjadi produk olahan
siap saji/instan. Salah satu daerah di Konawe Selatan yang mengolah tanaman
jahe adalah Kecamatan Landono tepatnya di Desa Abenggi. Desa Abenggi bukan
merupakan daerah penghasil atau produsen jahe, namun satu-satunya Industri
Rumah Tangga yang mengolah tanaman jahe menjadi produk olahan adalah
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang terletak di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan 1.
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi berdiri sejak
tahun 2007. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri merupakan Industri Rumah
Tangga yang tergolong sudah cukup lama beroperasi. Meskipun demikian, jumlah
dan waktu produksi jahe instan ini tidak menentu untuk setiap tahun atau setiap
satu kali proses produksinya, hal ini diakibatkan karena permintaannya yang
masih disesuaikan dengan jumlah pesanan. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis
kelayakan finansial pada usaha jahe instan ini, karena mengingat setiap kegiatan
1
Hasil Wawancara dengan Ketua IRT Gerak Mandiri Desa Abenggi.
3
usaha tidak akan terhindar dari adanya risiko. Analisis kelayakan finansial usaha
adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak
gagasan dari suatu usaha.
Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan
suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti
finansial maupun sosial. Dengan adanya analisis kelayakan finansial usaha ini,
diharapkan risiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari agar
usaha ini dapat terus dikembangkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana kelayakan finansial usaha jahe instan Industri
Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten
Konawe Selatan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan
finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa
Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
kalangan, diantaranya yakni:
4
a. Bagi Pengusaha Jahe Instan
Sebagai bahan informasi dan masukan khususnya bagi pengusaha jahe
instan bahwa pentingnya mengetahui kelayakan finansial dalam pelaksanaan
pengembangan usaha jahe instan.
b. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku
perkuliahan dalam kasus nyata di lapangan serta untuk menambah
pengetahuan tentang bagaimana cara mengusahakan usaha jahe instan.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan serta dapat
dijadikan indikator keberhasilan pemerintah dalam memperhatikan usaha
skala kecil seperti usaha Industri Rumah Tangga dalam hal ini dapat
memberikan bantuan berupa modal agar dapat menumbuhkan semangat para
pelaku usaha kecil/mikro maupun industru rumah tangga, untuk menciptakan
lapangan pekerjaan mereka sendiri.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi dalam rangka mengadakan penelitian yang
relevan.
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usaha Jahe Instan
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron.
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Species
: Zingiber officinale
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil jahe (Zingiber officinale)
terbesar di dunia. Jumlah produksi jahe di Indonesia meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2003, produksi jahe nasional adalah sebesar 112.290 ton.
Dengan tingkat kenaikan produksi sebesar 3,28 % tiap tahun, maka pada tahun
2009 jumlah produksi jahe di Indonesia diperkirakan sebesar 136.388,1 ton.
Jumlah jahe yang melimpah ini justru menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu
turunnya nilai ekonomi jahe. Selain itu teknologi pasca panen yang tidak tepat
menyebabkan jumlah jahe yang membusuk juga besar karena tidak termanfaatkan
secara optimal (Ramadhan, 2010).
6
Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi
3 (tiga) varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe
merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan, sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai bumbu masak
(Matondang, 2005).
Kegunaan ekstrak jahe antara lain yaitu sebagai obat sakit kepala, obat
batuk, obat masuk angin, untuk mengobati gangguan pencernaan, stimulansia,
diuretik, reumatik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan mabuk
perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut), kolera, diare, sakit
tenggorokan, difteria, neuropati, sebagai penawar racun dan sebagai obat luar
untuk mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar.
Banyaknya kegunaan ekstrak jahe merupakan sebuah peluang yang sangat baik
untuk dikembangkan (Ravindran et al. dalam Ramadhan, 2010).
Jahe instan merupakan ekstrak jahe yang diberi pengisi (misal gula pasir)
dan dikeringkan. Proses pembuatan jahe instan secara umum meliputi: Persiapan
bahan baku, ekstraksi (pemerasan), pemasakan (pengeringan) dan pengemasan.
Produk ini dapat dikonsumsi langsung dengan menambahkan air saja (Ludong,
2012).
Proses utama pembuatan minuman instan ekstrak jahe meliputi beberapa
proses, yaitu pemisahan dan pemurnian ekstrak jahe. Pembuatan minuman instan
jahe diawali dengan pemisahan ekstrak yang dilakukan dengan proses ekstraksi
yaitu menghancurkan bahan hingga ukuran tertentu kemudian memisahkan
ekstrak dari campurannya. Proses pemurnian ekstrak jahe dilakukan dengan cara
7
mengendapkan ekstrak jahe secara alami dari partikel-partikel atau padatan yang
ada secara terpisah hingga waktu tertentu ke dalam suatu wadah. Perlakuan ini
bertujuan untuk memisahkan cairan ekstrak jahe dengan partikel-partikel atau
padatan yang ada. Padatan tersebut mempunyai berat jenis yang lebih besar dari
berat jenis air sehingga akan mengendap di bawah permukaan wadah. Hasil yang
diharapkan adalah memperoleh cairan ekstrak yang lebih homogen dan jernih
untuk diolah lanjut menjadi minuman serbuk instan (Istafid, 2006).
B. Industri Rumah Tangga, UKM dan UMKM
Industri rumah tangga pada umumnya adalah unit-unit usaha yang sifatnya
lebih tradisional, dalam arti menerapkan sistem organisasi dan manajemen yang
baik seperti lazimnya dalam suatu perusahaan modern, tidak ada pembagian tugas
kerja dan sistem pembukuan yang jelas. Proses produksi dilakukan di samping
atau di dalam rumah dari pemilik usaha, mereka tidak mempunyai tempat khusus.
Teknologi yang digunakan sangat sederhana yang pada umumnya manual dan
sering kali direkayasa sendiri dan banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
dibayar (khususnya anggota keluarga). Sebagaian besar industri rumah tangga
terdapat di daerah pedesaan dan kegiatan produksi pada umumnya musiman erat
kaitannya dengan siklus kegiatan di sektor pertanian (Tambunan, 2002).
Badan Pusat Statistik (2012), menetapkan empat kriteria industri di
Indonesia, diantaranya adalah industri besar, industri sedang, industri kecil dan
industri
rumah
tangga.
Berdasarkan
prioritasnya
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, diantaranya:
industri
kecil
dapat
8
1. Industri kecil yang menghasilkan barangbarang konsumsi
2. Industri kecil tradisional yang menghasilkan barang kerajinan
3. Industri kecil modern yang menghasilkan komponen/peralatan teknik untuk
keperluan produksi dari sektor industri.
Industri kecil memiliki peranan penting dalam menunjang perekonomian
nasional melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah dan
keunggulan komparatif produk lokal serta memberikan pengaruh pada
pengembangan industri hulu dan penghematan devisa. Industri kecil memiliki
perbedaan dengan industri lainnya, baik dari segi karakteristik maupun rekayasa.
Karena sifatnya yang lebih cenderung suka bergerak sendiri-sendiri dan tidak
terorganisir, industri ini memiliki nilai tawar yang rendah dalam pasar bisnis,
dengan demikian perlu adanya pengelolaan yang sistematis dan tepat dalam
menjalankan industri ini (Mulyanto, 2006).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008,
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang terdapat Pada Bab I Pasal 1 adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
9
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berdasarkan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2008 yang terdapat pada Bab IV Pasal 6 adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
10
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
C. Investasi
Investasi dapat didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Investasi pada financial assets Investasi pada financial assets dapat dibedakan
lagi menjadi 2, yaitu:
a. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang
dan lainnya.
b. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya.
2. Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif,
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan
lainnya (Halim, 2003).
Menurut Sunarto (2006), investasi merupakan komitmen sejumlah dana
suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan
11
datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan. Investasi juga didefinisikan
sebagai barang-barang yang dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk
menambah persediaan modal mereka (Mankiw, 2000).
Menurut Sugiharto (2002), dalam melakukan investasi tersebut setiap
perusahaan umumnya akan berusaha agar perluasannya dapat berkembang sesuai
dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk
kelangsungan hidup perusahaan, sehingga seberapa lama pengembalian dana yang
ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya, sebelum perusahaan
menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu perlu
diketahui apakah proyek atau investasi yang akan dilakukan dapat mengembalikan
uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dengan jangka waktu
tertentu. Selain itu, agar dapat melihat apakah investasi yang dijalankan dapat
memberikan keuntungan finansial lainnya seperti yang diharapkan.
Menurut Sukirno (2011) faktor-faktor utama yang menentukan tingkat
investasi atau pembentukan modal yang akan dilakukan dalam perekonomian
adalah:
1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return)
Investasi yang direncanakan hanya akan dilakukan apabila tingkat
keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang
harus dibayarnya. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh
keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar
daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan.
12
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan,
sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. Untuk kondisi
internal dapat berupa efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan.
Disamping itu, kepemilikan hak monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan dan
penguasaan jalur informasi juga menjadi faktor non-teknis internal perusahaan.
Sedangkan kondisi eksternal perusahaan adalah perkiraan kondisi ekonomi tingkat
nasional maupun internasional, kondisi sosial politik serta kondisi keamanan
negara. Selain itu, kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang akan
mempengaruhi
permintaan
agregat,
juga
menjadi
faktor
yang
harus
diperhitungkan terhadap tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.
2. Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi investasi. Jika
suku bunga tinggi, maka investasi akan berkurang. Hal ini disebabkan karena
kenaikan suku bunga terutama dalam hal ini suku bunga pinjaman menyebabkan
biaya
investasi
semakin
tinggi
sehingga
akan
mempengaruhi
tingkat
pengembalian modal atau tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan
investasi yang dilakukan. Demikian sebaliknya, jika suku bunga rendah akan
mendorong lebih banyak investasi karena biaya investasinya rendah sehingga
tingkat pengembalian modal atau harapan keuntungan dari kegiatan investasi
tersebut akan tinggi.
3. Kemajuan Teknologi
Adanya penemuan-penemuan teknologi baru oleh para pengusaha untuk
dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen memacu dilakukannya
13
pembaruan-pembaruan atau inovasi dengan melakukan pembelian barang-barang
modal baru dan ada kalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan
pabrik/industri yang baru. Makin banyak pembaruan-pembaruan yang dilakukan,
makin tinggi investasi yang akan dicapai.
D. Biaya Produksi
Menurut Nicholson (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses
atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.
Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi mengandung
hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau
hasil yang akan diperoleh, sehingga produksi merupakan hasil akhir dari proses
atau aktivitas dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan
berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara
menghubungkan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi dan
managerial skill. Menurut Pindyck dan Rubinfield (2007) menyatakan bahwa
hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah sebagai fungsi
dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi
produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output
untuk serangkaian input tertentu. Faktor produktivitas adalah kunci untuk
mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus
dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law
14
variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumberdaya yang
efisien dalam sebuah sistem produksi.
Menurut Mulyadi (2004) biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai variabel akan tingkat
produksi. Umumnya faktor-faktor utama utama untuk mempengaruhi produksi
adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obatobatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007).
Perhitungan biaya yang dilakukan meliputi biaya investasi, biaya variabelsemi variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya. Biaya investasi adalah sejumlah
modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan
usaha. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan
usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin
diproduksi Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh
perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya
biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas produksi (Ardana, 2008).
Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
jumlah produk yang dihasilkan. Biaya operasional merupakan biaya yang
besarnya ditentukan oleh jumlah produk yang diproduksi. Biaya operasional
terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan semi variabel. Komponen biaya tetap
produksi mie jagung terdiri dari sewa bangunan, biaya penyusutan mesin
peralatan, biaya pemeliharaan, biaya rutin kebersihan dan keamanan. Biaya
variabel pada terdiri dari : biaya bahan baku, bahan pendukung, biaya tenaga
15
kerja, biaya overhead, sedangkan biaya semi variabel terdiri dari biaya pemasaran
dan biaya administrasi (Parama, 2014).
E. Penerimaan (Benefit)
Besarnya penerimaan hasil usaha tergantung dari jumlah barang yang
dapat dihasilkan dan harga jual yang diperoleh. Tinggi rendahnya harga di pasaran
tidaklah selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh pengusaha itu sendiri, akan
tetapi biaya produksi (cost) sedikit banyak dapat diatur sendiri. Seluruh jumlah
pendapatan yang diterima oleh perusahaan dari menjual barang yang
diproduksinya dinamakan hasil penjualan total (TR) yaitu dari perkalian total
revenue.
Menurut Bilas (1994) dalam Buku Ekonomi Mikro menjelaskan bahwa
penerimaan produksi total adalah penerimaan penjualan total dikurangi dengan
biaya penjualan, ini adalah penerimaan penjualan yang diberikan kepada bagian
produksi dari perusahaan. Dengan demikian, angka penerimaan penjualan adalah
yang paling penting dalam masalah maksimalisasi keuntungan. Penerimaan
produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk yang terjual.
Sofyan (2005) mendefinisikan total revenue dalam hal ini adalah besarnya
penerimaan total yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk
yang di produksinya. Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang adalah agar
memperoleh pendapatan dari penjualan output sebagai sumber penerimaan utama
atau revenue. Revenue yang berarti penerimaan adalah sebagai jumlah yang
diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau
perusahaan. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan dari penjualan barang-
16
barang atau barang-barang dagangan. Penerimaan total atau total revenue pada
umumnya dapat didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang-barang
yang diperoleh penjual. Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan
barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan tiap satuan atau dirumuskan
sebagai berikut:
R=PxX
R
P
X
= Penerimaan total
= Harga tiap satuan barang
= Banyaknya barang yang terjual
F. Pendapatan (Net Benefit)
Pendapatan disebut juga dengan income yaitu imbalan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga pada lapisan masyarakat dalam suatu negara/daerah, dari
penyerahan
faktor-faktor
produksi
atau
setelah
melakukan
kegiatan
perekonomian. Pendapatan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dan sisanya merupakan tabungan untuk memenuhi hari
depan (Tito, 2011).
Menurut Belkaoui (2000) Pendapatan diinterprestasikan sebagai :
1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa.
2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan.
3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama periode waktu tertentu.
Menurut Hery (2013) pendapatan adalah arus masuk aktiva atau
peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau
kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktiva
17
lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Menurut
Jusup (2011) pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa (misalnya penjualan barang dagangan atau
pendapatan jasa). Menurut Sumarni & Jhon (2014), pendapatan adalah jumlah
uang yang dibayarkan kepada penerima.
Menurut Henry (2000) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode bilamana arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi pemodal. Pengertian pendapatan usaha dikemukakan juga
oleh Dyckman (2002) dalam Putra (2012) bahwa pendapatan adalah arus masuk
atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban
(atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi
barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau
sentral entitas yang sedang berlangsung.
G. Kelayakan Finansial Usaha
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) studi kelayakan usaha adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha
yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis
dijalankan. Menurut Umar (2005) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan,
misalnya rencana peluncuran produk baru. Suliyanto (2010) menyatakan beberapa
18
perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis (business plan)
berdasarkan sumber data penelitian, penyusun penelitian, tujuan dari studi
kelayakan dan rencana bisnis, waktu penelitian, dan biaya yang dibutuhkan oleh
masing-masing.
G.1 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah merupakan selisih antara benefit
(penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan. Kriteria
ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0. Dengan demikian,
jika suatu proyek mempunyai NPV < 0, maka tidak akan dipilih atau tidak layak
untuk dijalankan (Pudjosumarto, 2002).
Net Present Value (NPV) yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai
keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Menurut Gray et al (1997), formulasi
dari NPV adalah:
𝑡=𝑛
𝑁𝑃𝑉 =
𝑖=0
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
(1 + 𝑖)𝑡
Keterangan:
Bt
= Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun)
Ct
= Biaya total pada tahun sekarang (Rp/tahun)
t
= Tahun investasi (tahun)
i
= Suku bunga discount factor (%)
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha menguntungkan dan layak
untuk diusahakan.
b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha tidak menguntungkan dan
tidak layak untuk diusahakan.
19
G.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
Net B/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara benefit bersih dari
tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent valuekan (pembilang/bersifat
+) dengan biaya bersih dalam tahun dimana Bt – Ct (penyebut/bersifat –) yang
telah dipresent valuekan, yaitu biaya kotor > benefit kotor. Kriteria ini memberi
pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio > 1, dan begitu pula
sebaliknya bila suatu proyek member hasil Net B/C Ratio < 1, proyek tidak terima
(Pudjosumarto, 2002).
NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV
negatif yang diformulasikan Gray, et al (1997) :
𝐵
𝑁𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶
n
t=0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 /
n
t=0 𝐶𝑡 − 𝐵𝑡 /
1+𝑖
1+𝑖
t
t
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0
atau NBCR adalah:
𝐵
𝑁𝑃𝑉 +
𝑁𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶
𝑁𝑃𝑉 −
Keterangan:
Net B/C
NPV+
NPV−
= Nilai Net Benefit Cost Ratio (Rp)
= Nilai NPV yang bernilai positif (Rp)
= Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp)
dengan kriteria:
a. Net B/C ratio > 1 : Usaha layak untuk diusahakan (untung).
b. Net B/C ratio < 1 : Usaha tidak layak untuk diusahakan (rugi).
c. Net B/C ratio = 1 : Usaha tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan.
20
G.3 Internal Rate of Return (IRR)
Pada metode ini akan dihitung tingkat bunga. Tingkat bunga yang dihitung
merupakan tingkat bunga persis investasi bernilai impas,
yaitu tidak
menguntungkan dan tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas
ini, maka dapat dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of
return yang diinginkan. Jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila
sebalikanya maka investasi tidak menguntungkan. Misalnya IRR yang dihasilkan
oleh sebuah proyek adalah 25% yang berarti proyek ini akan menghasilkan
keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of return yang diinginkan adalah
20%, maka proyek dapat diterima kelayakannya (Prabantoro, 2003).
IRR merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit
(penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah
dipresent valuekan sama dengan nol. Dengan demikian, IRR ini menunjukkan
kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns, atau tingkat keuntungan
yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini digunakan pedoman tingkat bunga
(i) yang berlaku, walaupun sebenarnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati
besarnya i tersebut. Kriteria investasi IRR ini memberikan pedoman bahwa
proyek akan dipilih apabila IRR > Social Discount Rate. Begitu pula sebaliknya,
jika diperoleh IRR < Social Discount Rate, maka proyek sebaiknya tidak
dijalankan (Pudjosumarto, 2002).
Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV
proyek sama dengan nol. Menurut Sucipto (2010), IRR dihitung dengan rumus:
21
𝐼𝑅𝑅 = i1 +
𝑁𝑃𝑉1
i −i
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2 1
Keterangan:
IRR
i1
NPV1
i2
NPV2
= Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal).
= Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati
nol.
= Nilai NPV positif mendekati nol.
= Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati
nol.
= Nilai NPV negatif mendekati nol.
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut
mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang
diinvestasikan dan mendapat keuntungan.
b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut
tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang
diinvestasikan dan mendapat kerugian.
c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut
tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang
diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan.
G.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu
analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan
atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan
terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk
mengetahui kepekaan usaha jahe instan terhadap perubahan-perubahan yang akan
terjadi. Data diolah dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara matematis
dengan merujuk pada aspek-aspek perhitungan analisis kelayakan finansial, yaitu
Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Payback Period, Incremental
Rate of Return (IRR), dan Rasio B/C (Kusuma, 2012).
22
Penetapan asumsi dilakukan untuk membantu pengolahan data, penetapan
Harga Pokok Produksi (HPP) dan pembuatan cash flow. Asumsi yang ditetapkan
meliputi jumlah hari kerja karyawan, harga jual produk, peningkatan kapasitas
produksi yang diharapkan, peningkatan harga bahan baku, dan umur proyek
(Idham, 2010).
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang berbagai usaha produk jahe dan kelayakan finansial juga
telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang bertujuan untuk
mengetahui perbandingan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan
dana, kemampuan proyek untuk membiayai dana tersebut dalam waktu yang
ditentukan. Hal ini dapat menjadi patokan untuk mengambil langkah, apakah
suatu proyek atau usaha masih layak dilakukan atau tidak.
Harisudin (2013) dengan judul penelitian “Perumusan Strategi Bersaing
Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan Perceptual Mapping”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi bersaing jahe instan produk CV.
Intrafood dan strategi bersaing yang dapat direkomendasikan untuk meraih
keberasilannya. Metode dasar yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Penentuan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive, yaitu CV.
Intrafood Surakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis Perceptual
Mapping. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa jahe instan produk CV
Intrafood berada pada peringkat kedua dari produk empat jahe instan yang
diperbandingkan. Atribut yang dapat dijadikan kekuatan utama dalam
23
meningkatkan pemasaran jahe instan produk CV. Intrafood adalah manfaat
produk. Sisi yang paling lemah adalah atribut desain kemasan dan kinerja produk
dalam kemasan.
Sangwan (2012) dengan judul penelitian “Nutritional composition of
ginger powder prepared using various drying methods”. Sebuah studi dilakukan
untuk mempersiapkan bubuk jahe menggunakan berbagai metode pengeringan
dan melakukan evaluasi gizi. Jahe (Zingiber officinale) dikeringkan menggunakan
naungan, surya, oven dan metode pengeringan microwave. Semua sampel di
giling untuk membuat bubuk halus. Analisis sensori menunjukkan bahwa
penerimaan dari semua jenis bubuk jahe berada di kisaran mulai dari sangat
menyukai hingga ke cukup menyukai oleh panelis. Skor yang diperoleh untuk
warna lebih tinggi adalah bubuk jahe kering di bawah naungan yaitu (8,20)
dibandingkan dengan kering oven (7,60), kering surya (7,70), dan bubuk jahe
kering microwave (7,80). kadar air berkisar antara 3,55% di bubuk jahe kering
surya hingga 3,78% bubuk jahe kering di bawah naungan. Konten lembab sedikit
lebih tinggi ditemukan di tempat bubuk jahe kering yang teduh. Protein, serat
kasar, lemak dan abu isi berkisar dari 5,02-5,82; 4,97-5,61; 0,76-0,90 dan 3,383,66% masing-masing. Karotin dan asam askorbat ditemukan maksimum bubuk
jahe kering pada di bawah naungan yaitu, 0,81 mg / 100 g dan 3,83 mg / 100 g,
masing-masing. Konten polifenol hampir sama di semua sampel sedangkan
kalsium sedikit lebih tinggi di bawah naungan kering jahe bubuk yaitu, 69,21 mg /
100 g. Hasil menunjukkan bahwa bubuk jahe yang diolah dari berbagai metode
pengeringan memiliki profil sensorik dan gizi yang baik.
24
Ciba (2012) dengan judul penelitian “Processing of ginger & its medicinal
uses”. Jahe adalah tanaman rempah-rempah penting di dunia. Jahe biasanya
tersedia dalam tiga bentuk yang berbeda: jahe segar (hijau), jahe diawetkan dalam
air garam atau sirup, jahe kering atau bubuk jahe. pengolahan produk jahe
merupakan praktek penting dalam industri pengolahan makanan. Ada dua faktor
penting untuk dipertimbangkan saat memilih rimpang jahe untuk pengolahan,
yaitu tahap kematangan saat panen dan sifat asli dari jenis tumbuhan. Olahan
produk jahe terdiri dari roti jahe, minyak jahe, permen jahe, jahe mengkristal, jahe
bubuk, jahe dalam sirup, bubur jahe, dan oleoresin jahe. Jahe dapat ditemukan
dalam berbagai makanan dan minuman, jahe memainkan peran penting dalam
pengobatan Ayurveda India sebagai obat tradisional untuk mempromosikan
pembersihan tubuh melalui keringat, menenangkan mual dan untuk merangsang
nafsu makan.
Novi (2010) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Finansial
Pengolahan Produk Herbal Jahe Merah pada Home Industri Enam Putri Jakarta
Pusat” bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jahe
merah instan serta menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pengolahan jahe
merah terhadap perubahan-perubahan harga produk yang mungkin terjadi. Hasil
analisis kelayakan finansial dengan 100 % modal sendiri dinyatakan layak,
terbukti dengan nilai Net Present Value (NPV) yang positif pada diskon faktor 16
%, Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16 %), dan nilai Net B/C Ratio > 1, serta Payback Period yang relatif cepat.
Begitu pula hasil analisis kelayakan finansial dengan 80 % dan 50 % modal
25
sendiri. Secara keseluruhan, usaha pengolahan jahe merah instant di Home
Industri Enam Putri layak untuk dilaksanakan.
Alim (2001) dengan judul penelitian “Kajian Proses dan Analisa Finansial
Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga“. Analisis kelayakan
pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25 % menunjukkan nilai Net Present
Value (NPV) Rp 22.629.547, nilai Internal Rate of Return (IRR) 61,13 %, nilai
Net Benefit Cost Ratio (NBCR) sebesar 1,9, nilai Payback Period (PBP) adalah
0,62 tahun, sedangkan Break Event Point (BEP) produksinya akan tercapai pada
penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp 54.448.000. Hasil
analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikan biaya produksi sebesar 18 % dan
penurunan harga jual sampai 13 % proyek masih layak untuk dilaksanakan.
Dari hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun
persamaannya adalah pada penelitian terdahulu dan penelitian yang akan
dilakukan ini menggunakan sebagian alat atau metode analisis yang sama, yaitu
terdiri dari metode Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR),
Internal Rate of Return (IRR), dan Analisis Sensitivitas. Adapun Perbedaannya
antara lain terdapat pada objek dan lokasi penelitian.
I. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir merupakan proses yang harus dilakukan menurut susunan
serta menggunakan analisis data sesuai dengan keadaan yang ada. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat bagaimana kelayakan secara finansial usaha jahe instan.
Dimana pada usaha jahe instan ini dimulai dari pemasukan input yang dalam
26
analisis finansial terdiri atas biaya-biaya yakni biaya investasi dan biaya
operasional, dalam usaha ini akan menghasilkan keluaran (output) berupa produk
jahe instan.
Selanjutnya dari hasil produksi akan dikalikan dengan harga sehingga
menjadi penerimaan (Benefit) bagi para petani. Dari hasil ini kemudian dikurangi
dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga diperoleh
pendapatan bersih (Net Benefit). Selanjutnya akan dilakukan suatu analisis
kelayakan secara finansial yang terdiri dari beberapa metode yakni Net Present
Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) yang
disertakan dengan penggunaan Analisis Sensitivitas. Dari hasil pengolahan data
tersebut, akan menghasilkan data kelayakan secara finansial usaha jahe instan.
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Usaha Jahe Instan
Proses Produksi
Harga
Biaya (Cost):
a. Biaya Investasi
b. Biaya Operasional
c.
Penerimaan
(Benefit)
Biaya Total
Pendapatan
(Net Benefit)
Kelayakan finansial usaha jahe
instan
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten
Konawe Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive
(sengaja) dengan pertimbangan bahwa Desa Abenggi merupakan satu-satunya
Desa yang mengolah tanaman jahe menjadi produk jahe instan di Konawe Selatan
yang masih berjalan. Selain itu, Desa Abenggi juga merupakan Desa binaan
Fakultas Pertanian yang masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Waktu
penelitian berlangsung selama Bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2016.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah usaha jahe instan Industri Rumah
Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe
Selatan. Penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel, karena penelitian
ini merupakan penelitian studi kasus dimana peneliti terfokus kepada satu
populasi dan sampel saja, sehingga peneliti menjadikan populasi sekaligus sebagai
sampel dalam penelitian ini.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
penelitian dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan-
28
pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada responden untuk mendapatkan
jawaban, tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan pada instansi dan
sumber pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Survei, yaitu melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian khususnya
pada usaha jahe instan yang menjadi objek penelitian.
2. Wawancara, yaitu melakukan kegiatan tanya jawab dengan responden,
berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan lembar
kuesioner.
3. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur
yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya-biaya dalam membuat usaha jahe instan meliputi:
-
Biaya investasi, yaitu biaya pembelian peralatan dan bangunan.
-
Biaya operasional, yaitu biaya pembelian bahan baku, bahan tambahan dan
bahan pendukung lainnya dalam pembuatan jahe instan.
2. Produksi dan harga produksi jahe instan.
3. Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit).
29
F. Analisis Data
Kelayakan finansial usaha jahe instan UKM Gerak Mandiri dapat diuji
dengan menggunakan metode analisis kelayakan sebagai berikut:
1. Metode Net Present Value (NPV)
NPV adalah untuk mengetahui nilai sekarang penerimaan bersih yang
diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Menurut Gray et al (1997), formulasi dari
NPV adalah:
𝑡=𝑛
𝑁𝑃𝑉 =
𝑖=0
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
(1 + 𝑖)𝑡
Keterangan:
Bt
Ct
t
i
= Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun)
= Biaya total pada tahun sekarang (tahun 2015) (Rp/tahun)
= Tahun investasi (tahun 2007)
= Suku bunga discount factor (7,00 %)
(Sumber : BI Rate)
dengan kriteria:
a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan Industri Rumah
Tangga Gerak Mandiri menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha jahe instan Industri Rumah
Tangga Gerak Mandiri tidak menguntungkan dan tidak layak untuk
diusahakan.
2. Metode Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV
negatif yang diformulasikan Gray, et al (1997) :
𝑁𝑒𝑡
𝐵
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶
n
t=0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 /
n
t=0 𝐶𝑡 − 𝐵𝑡 /
1+𝑖
1+𝑖
t
t
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0
30
atau NBCR adalah:
𝐵
𝑁𝑃𝑉 +
𝑁𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶
𝑁𝑃𝑉 −
Keterangan:
Net B/C
NPV+
NPV−
= Nilai Net Benefit Cost Ratio (Rp)
= Nilai NPV yang bernilai positif (Rp)
= Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp)
dengan kriteria:
a. Net B/C ratio > 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri layak untuk diusahakan (untung).
b. Net B/C ratio < 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri tidak layak untuk diusahakan (rugi).
c. Net B/C ratio = 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan.
3. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV
proyek sama dengan nol. Menurut Sucipto (2010), IRR dihitung dengan rumus:
𝐼𝑅𝑅 = i1 +
𝑁𝑃𝑉1
i −i
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2 1
Keterangan:
IRR
i1
NPV1
i2
NPV2
= Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal).
= Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati
nol.
= Nilai NPV positif mendekati nol.
= Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati
nol.
= Nilai NPV negatif mendekati nol.
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut
mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang
diinvestasikan dan mendapat keuntungan.
31
b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak
mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang
diinvestasikan dan mendapat kerugian.
c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak
mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang
diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan.
4. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu
analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan
atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan
terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk
mengetahui kepekaan usaha jahe instan terhadap perubahan-perubahan yang akan
terjadi (Kusuma, 2012).
Variabel yang diteliti adalah perubahan menurunnya harga jual produk
jahe instan dan meningkatnya biaya operasional sementara yang lain tetap, yang
dikondisikan sebagai berikut:
1. Harga jual produk jahe instan menurun 8,36%.
2. Biaya operasional meningkat 8,36%.
Penentuan persentase sensitivitas ditentukan berdasarkan Laporan Inflasi
(Indeks Harga Konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tertinggi
selama 3 Tahun terakhir.
G. Konsep Operasional
Konsep operasional merupakan pengertian, batasan dan ruang lingkup
penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang
32
berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil pengamatan variabel yang
ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik/produsen usaha jahe instan di
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang memiliki pengetahuan tentang
usaha jahe instan.
2. Jahe instan adalah jahe yang telah diolah dan diberikan perlakuan sedemikian
rupa dengan melalui beberapa tahap, yang kemudian dikemas menjadi jahe
siap saji.
3. Biaya investasi adalah jumlah biaya awal yang digunakan dalam pelaksanaan
usaha jahe instan baik berupa uang maupun bangunan, peralatan serta
investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang (Rp/tahun).
4. Bangunan adalah tempat yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha
khususnya digunakan pada saat proses pembuatan jahe instan.
5. Peralatan adalah semua alat yang digunakan dalam pembuatan jahe instan,
yang sifatnya tidak habis satu kali pakai atau jangka panjang.
6. Pemarut adalah alat yang digunakan untuk memarut jahe.
7. Kompor adalah alat yang digunakan untuk memasak jahe.
8. Wajan adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung sari jahe
sebelum dimasak.
9. Sendok kayu adalah alat yang digunakan untuk mengaduk sari jahe selama
proses pemasakan sebelum jahe mengkristal.
10. Sutil aluminium adalah alat yang digunakan untuk mengaduk jahe yang telah
mengkristal.
33
11. Pisau adalah alat yang digunakan untuk mengupas jahe.
12. Baskom adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung jahe
yang telah dikupas serta jahe yang telah dimasak
13. Kain penyaring adalah alat yang digunakan untuk memisahkan jahe yang telah
diparut, untuk mendapatkan sari jahe.
14. Saringan tepung adalah alat yang digunakan untuk memisahkan jahe yang
telah mengkristal, untuk mendapatkan bubuk jahe yang lebih halus.
15. Talang adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung jahe
yang telah diparut.
16. Biaya operasional adalah nilai input untuk melaksanakan proses produksi
dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya pembelian bahan-bahan atau
peralatan tambahan dalam pembuatan jahe instan, upah tenaga kerja dan lain
sebagainya (Rp/tahun).
17. Produksi jahe instan adalah jumlah jahe instan yang dihasilkan atau diproduksi
yang diukur dalam satuan Kilogram per tahun (Kg/tahun).
18. Harga output adalah harga jahe instan pada saat produksi yang diukur dalam
rupiah per Kilogram (Rp/Kg).
19. Penerimaan (Benefit) adalah hasil perkalian antara jumlah jahe instan yang
diproduksi dengan harga jahe instan yang dipasarkan, yang dinyatakan dalam
satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
20. Pendapatan (Net Benefit) adalah selisih antara penerimaan dengan biaya
produksi usaha jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/tahun).
34
21. Discount factor adalah faktor pemotongan yang didasarkan pada tingkat bunga
bank yang berlaku, dinyatakan dalam persen (%) yaitu 7,00 %.
22. Analisis kelayakan usaha adalah suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kelayakan dari usaha jahe instan yaitu NPV, NBCR, IRR
dan Analisis Sensitivitas.
23. Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih sekarang dari sejumlah uang
yang diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan datang berdasarkan
besarnya persen discount factor.
24. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah perbandingan antara jumlah NPV
positif dengan NPV negatif.
25. Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan
bahwa NPV sama dengan seluruh biaya investasi proyek yang dinyatakan
dalam persen (%).
26. Analisis sensitivitas adalah pengujian untuk mengetahui sampai sejauh mana
usaha jahe instan mampu bertahan atau layak terhadap perubahan-perubahan
naik turunnya biaya maupun harga jual produk jahe instan.
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran umum lokasi penelitian merupakan gambaran atau penjelasan
singkat secara umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan luas wilayah,
keadaan iklim serta keadaan demografi lokasi penelitian.
A.1 Letak dan Luas Wilayah
Secara administratif, Desa Abenggi berada dalam wilayah pemerintahan
Kecamatan Landono. Desa Abenggi terletak di sebelah utara pusat pemerintahan
Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Landono II
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Watabenua
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Watabenua
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talimbinga
Desa Abenggi merupakan wilayah dataran yang memiliki luas wilayah
secara keseluruhan seluas 2.860 ha atau ± 3,5 km2 atau 2,6% dari total luas
wilayah Kecamatan Landono yaitu sebesar 125,9 km2. Desa Abenggi memiliki 4
(empat) dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun.
A.2 Keadaan Iklim dan Topografi
Sebagaimana halnya dengan daerah lain di Indonesia pada umumnya dan
Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya yang dikenal dengan iklim tropis, maka
36
Desa Abenggi juga termasuk di dalamnya. Tinggi rendahnya suhu udara pada
suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut
dari permukaan air laut. Semakin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan air
laut akan semakin rendah suhu udara begitupun sebaliknya. Secara keseluruhan,
Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang beriklim tropis. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2014
suhu udara maksimum 32ºC dan minimum 23ºC. tekanan udara rata-rata 1.008,6
milibar dengan kelembaban udara rata-rata 83 %. Kecepatan angin pada umumnya
berjalan normal yaitu sekitar 3 m/sec.
Desa Abenggi memiliki topografi dataran yang berbukit-bukit dengan
ketinggian 176 m dpl. Secara hidrologi, Desa Abenggi memiliki irigasi pengairan
teknis sepanjang 3 Km dengan tingkat kemungkinan rawan banjir. Tanaman jahe
membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi, yaitu antara 2.500 – 4.000
mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan
sinar matahari, dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang
terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum
untuk budidaya tanaman jahe adalah antara 20-35°C. Jahe tumbuh baik di daerah
tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl. Di Indonesia pada
umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.
A.3 Keadaan Demografi
Keadaan demografi atau penduduk Desa Abenggi dikelompokkan
berdasarkan umur dan jenis kelamin, berdasarkan mata pencaharian, dan jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.
37
A.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan umur yaitu penggolongan penduduk
berdasarkan usia, sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang termasuk
dalam usia produktif dan tidak produktif. Jumlah penduduk di Desa Abenggi
Tahun 2016 berjumlah 643 jiwa yang terdiri atas 319 jiwa laki-laki dan 324 jiwa
perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 189 KK. Jumlah penduduk
Desa Abenggi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No.
1.
Kelompok Umur
(Tahun)
0-14
2.
3.
15-54
55 Ke atas
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
80
86
195
44
319
Jumlah
(Jiwa)
166
Persentase
(%)
25,81
368
109
643
57,23
16,96
100,00
173
65
324
Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi, 2016)
Menurut Soeharjo dan Patong (1984), penduduk diklasifikasikan sebagai
usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-54 tahun), dan usia tidak
produktif (lebih dari 55 tahun). Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa sebagian
besar penduduk yang ada di Desa Abenggi termasuk dalam usia produktif yaitu
berjumlah 368 jiwa (57,23). Hal ini berarti penduduk yang berjumlah 368 jiwa
tersebut menanggung beban tanggungan penduduk yang termasuk dalam usia
belum produktif dan tidak produktif yaitu berjumlah 275 jiwa (42,77).
Penduduk dengan usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih
kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Selain itu, penduduk dengan usia
produktif masih memungkinkan memiliki keinginan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuannya, tak terkecuali dalam mengelola usaha jahe
38
instan ini. Secara tidak langsung, dengan meningkatnya keterampilan dan
pengetahuan penduduk dapat mempengaruhi produksi sehingga pendapatannya
juga dapat bertambah.
A.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Secara keseluruhan, penduduk Desa Abenggi memiliki tingkat pendidikan
yang berbeda-beda. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah
(Jiwa)
1.
Tidak Sekolah
27
2.
Belum Sekolah
8
3.
Taman Kanak-kanak (TK)
15
4.
Sekolah Dasar (SD)
219
5.
Tamat SD
182
6.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
61
7.
Tamat SMP
48
8.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
43
9.
Tamat SMA
35
10.
Diploma/Sarjana
5
Jumlah
643
Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi,2016)
No.
Tingkat Pendidikan
Persentase
(%)
4,20
1,24
2,33
34,06
28,30
9,49
7,47
6,69
5,44
0,78
100,00
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa penduduk Desa Abenggi sebagian
besar menempuh pendidikan di bangku sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 219
jiwa (34,06 %). Meskipun jumlah penduduk yang menempuh perguruan tinggi
lebih sedikit yaitu berjumlah 5 jiwa (0,78), akan tetapi Desa Abenggi memiliki
banyak sumber daya manusia yang akan menjadi generasi mendatang.
39
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pola pikir dan mempengaruhi
kecepatan adopsi suatu teknologi. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kualitas dan kemampuan penduduk
atau sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah mampu mengadopsi suatu
teknologi yang ada. Kemampuan sumber daya manusia dalam mengembangkan
pola pikir dan mengadopsi teknologi ini tentu dapat membantu mengembangkan
usaha jahe instan yang ada di Desa Abenggi, agar usaha ini dapat terus berjalan
dan mampu meningkatkan pendapatan para pelaku usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
A.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Secara umum, penduduk di Desa Abenggi bermata pencaharian di sektor
pertanian. Namun demikian, penduduknya memiliki mata pencaharian yang
bervariasi mulai dari Petani, Buruh Tani, PNS, Karyawan Swasta dan lain
sebagainya. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan mata pencaharian dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Mata Pencaharian
Jumlah
(Jiwa)
1.
Petani
187
2.
Buruh Tani
8
3.
PNS
3
4.
TNI/POLRI
2
5.
Karyawan Swasta
3
6.
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
22
Jumlah
225
Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi,2016)
No.
Jenis
Mata Pencaharian
Persentase
(%)
83,11
3,56
1,33
0,89
1,33
9,78
100,00
40
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa penduduk Desa Abenggi sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani yaitu berjumlah 187 jiwa (83,11 %).
Semua jenis mata pencaharian tersebut merupakan sarana untuk memperoleh
pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di Desa Abenggi. Mata
pencaharian merupakan unsur penting dalam menunjang kehidupan ekonomi
manusia karena dengan adanya mata pencaharian tersebut dapat menjadi sarana
untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata
pencaharian di suatu wilayah tergantung dari potensi sumber daya alam,
keterampilan serta tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing
penduduk di wilayah tersebut.
B. Gambaran Umum Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri terbentuk atas dasar inisiatif dari
para ibu rumah tangga yang telah terbentuk sejak tahun 2007, dengan tujuan agar
selain menjadi ibu rumah tangga, mereka juga memiliki usaha sendiri sehingga
dapat menambah penghasilan keluarga. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
sudah memiliki izin usaha berupa izin industri pangan yang disebut juga dengan
P-IRT. P-IRT adalah kepanjangan dari Pangan Industri Rumah Tangga. P-IRT
dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melalui Dinas
Kesehatan (Dinkes). Nomor P-IRT usaha jahe instan Industri Rumah Tangga
Gerak Mandiri dikeluarkan pada Tahun 2008 dengan Nomor Depkes RI: P-IRT
No. 214740502008. Nomor P-IRT ini diperbaharui setiap Tahunnya, namun
karena usaha jahe instan ini tidak berjalan dengan lancar, sehingga mereka tidak
41
pernah memperbaharui Nomor P-IRT nya. Meskipun demikian, Nomor P-IRT
Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi masih
terdaftar di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sampai saat ini.
Sertifikat P-IRT adalah izin edar produk pangan olahan yang diproduksi
oleh Industri Rumah Tangga untuk dipasarkan secara lokal. Izin P-IRT hanya
untuk produk pangan olahan dengan tingkat risiko yang rendah. P-IRT penting
sebagai jaminan bahwa usaha makanan atau minuman rumahan yang dijual
memenuhi standar keamanan makanan. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
pada awalnya terdiri dari 20 orang anggota kelompok, namun seiring berjalannya
waktu jumlah anggota kelompok tersebut terus berkurang karena beberapa alasan.
Sampai saat ini, jumlah anggota kelompok Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
yang tersisa yaitu 15 orang anggota, bertempat di Desa Abenggi Kecamatan
Landono Kabupaten Konawe Selatan.
Jenis produk yang diproduksi Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri pada
tahun 2007 adalah Virgin Cocunut Oil (VCO) dan Nata De Coco, kemudian hasil
dari penjualannya dijadikan sebagai modal untuk membuat jahe instan dan
sarabba instan. Sampai saat ini, Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya
memproduksi jahe instan dan jumlah produksinya disesuaikan dengan jumlah
pesanan. Akibatnya, waktu produksinya pun harus mengikuti waktu pemesanan,
sehingga proses produksi usaha jahe instan ini tidak continue atau tidak
berkesinambungan dari tahun ke tahunnya.
Selain jumlah dan waktu produksi, Harga produk jahe instan ini juga tidak
pernah berubah dari awal produksi hingga sekarang. Berdasarkan hasil wawancara
42
di lapangan, penyebab harga produk jahe instan ini tidak pernah berubah dari
tahun ke tahun adalah agar konsumen mereka tidak berkurang dan bahkan mereka
berharap konsumennya dapat bertambah. Selain itu, salah satu kendala yang
mereka hadapi adalah, tidak adanya tempat pemasaran bagi produk jahe instan ini
yang sifatnya menetap dan dengan jumlah yang besar, sehingga usaha ini lagi-lagi
hanya bergantung pada pemesanan saja. Instansi yang biasanya melakukan
pemesanan jahe instan diantaranya adalah Dinas Pemberdayaan dan KB
Kabupaten Konawe Selatan, serta Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (BPMD) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Langkah-langkah proses pembuatan jahe instan adalah sebagai berikut:
-
Mengupas terlebih dahulu kulit jahe kemudian mencuci bersih jahe yang telah
dikupas tersebut.
-
Memarut jahe menggunakan mesin pemarut/parut manual, setelah itu memeras
jahe menggunakan kain penyaring sampai benar-benar tidak ada ampas,
dengan tujuan untuk mendapatkan sari jahe.
-
Mendiamkan atau mengendapkan sari jahe yang telah disaring selama 30-40
menit.
-
Menyiapkan kompor lalu memanaskan wajan ukuran besar.
-
Menuangkan sari jahe kedalam wajan yang telah dipanaskan dan sisakan
endapannya kemudian aduk rata sari jahe tersebut selama 30 menit.
-
Menuangkan 1 kg gula pasir dan menyisihkan ¼ kg.
-
Mengaduk sari jahe sampai merata dan terus menerus sampai berbentuk kristal
kira-kira selama 2 jam. Setelah berbentuk kristal, angkat dan dinginkan.
43
-
Setelah dingin, kristal jahe tersebut di pisah-pisahkan menggunakan sutil
aluminium, kemudian di blender agar menjadi bubuk yang halus.
-
Memisahkan bagian kristal jahe yang kasar dan yang halus dengan
menggunakan saringan tepung.
-
menambahkan ¼ kg gula pasir yang telah disisihkan sebelumnya.
-
Jahe siap untuk dikemas dan disajikan dengan takaran 2 sdm/gelas atau dapat
disesuaikan dengan pesanan, untuk menambah cita rasa yang lain, dapat
ditambahkan dengan susu maupun teh.
Berdasarkan hasil wawancara, proses pembuatan jahe instan dapat dilihat
seperti pada Gambar 2.
Jahe
Pengupasan dan pencucian jahe
Proses pemarutan dan penyaringan jahe dengan kain penyaring
Pengendapan/mengendapkan jahe yang sudah disaring selama 30-40 menit
Proses pemasakan sari jahe
Penambahan gula pasir
Penyaringan kristal jahe dengan menggunakan saringan tepung
Pengemasan
Pemasaran jahe (jahe instan siap jual)
Gambar 2. Proses Produksi Jahe Instan
44
C. Kelayakan Finansial Usaha
Kelayakan finansial usaha dalam penelitan ini dihitung berdasarkan biaya
produksi, jumlah produksi dan harga produksi, penerimaan (Benefit), pendapatan
(Net Benefit) dan R/C ratio. Selanjutnya, dianalisis dengan menggunakan analisis
Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of
Return (IRR) dan Sensitivitas Usaha.
C.1 Biaya Produksi
Biaya produksi dalam usaha jahe instan ini terdiri dari dua macam biaya
yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah jumlah biaya
awal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha jahe instan baik berupa uang,
bangunan, peralatan dan investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang yang
dinyatakan dalam satuan Rupiah/Tahun. Rincian biaya investasi pada usaha jahe
instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri di Desa Abenggi Tahun ke-0 (2007)
No
1.
2.
Komponen Biaya
Bangunan
Peralatan:
a. Pemarut
b. Kompor
c. Wajan
d. Sendok Kayu
e. Sutil Aluminium
f. Pisau
g. Baskom
h. Kain Penyaring
i. Saringan Tepung
j. Talang
Jumlah
Satuan
1
Unit
3
2
2
3
3
5
3
1
2
3
Total
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Meter
Buah
Buah
Harga Satuan
(Rp)
2,934,000
Total Biaya
(Rp)
2,934,000
10,000
320,000
50,000
5,000
10,000
5,000
7,000
7,000
3,000
7,000
30,000
640,000
100,000
15,000
30,000
25,000
21,000
7,000
6,000
21,000
3,829,000
Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)
45
Tabel 4 menunjukkan bahwa total biaya investasi sebesar Rp 3.829.000,-.
Hal ini dikarenakan biaya bangunan sebesar 2.934.000,- yang merupakan biaya
investasi terbesar yang digunakan. Bangunan merupakan tempat untuk
menjalankan suatu usaha khususnya pada pembuatan jahe instan, meskipun
sesekali mereka membuat jahe instan di dalam rumah. Setelah itu, biaya investasi
terbesar yang kedua yaitu kompor sebesar Rp 640.000,-. Kompor merupakan
salah satu alat yang sangat penting, dimana kompor ini digunakan sebagai alat
untuk memasak jahe dalam proses pengolahan jahe instan. Selanjutnya, biaya
investasi terkecil yaitu pembelian saringan tepung sebesar Rp 6.000,-, kemudian
menyusul kain penyaring dengan harga sebesar Rp 7.000,-, meski memiliki nilai
yang paling kecil, namun saringan tepung dan kain penyaring juga memiliki
peranan yang penting dalam proses pengolahan jahe instan.
Jenis investasi lainnya berupa peralatan, yaitu mesin pemarut. Pengadaan
mesin pemarut ini diperoleh pada tahun 2011 dari hasil penjualan jahe instan itu
sendiri dengan tujuan agar pembuatan jahe instan tidak lagi menggunakan
pemarut manual. Selain itu, pada Tahun 2013 ada pula jenis investasi yang
diperoleh dari bantuan pemerintah yaitu berupa mesin press serta pembungkus
atau kemasan.
Biaya operasional adalah nilai korbanan (input) untuk melaksanakan
proses produksi dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya bahan baku dan
biaya sarana produksi yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Tahun. Biaya ini
merupakan biaya yang nantinya akan dikeluarkan setiap tahun untuk keperluan
biaya operasi usaha jahe instan. Biaya operasional dalam usaha jahe instan ini
46
tidak menentu atau tidak selalu sama untuk tiap tahunnya, hal ini dikarenakan
jumlah jahe instan yang diproduksi disesuaikan dengan jumlah pesanan setiap
tahunnya. Biaya operasional yang dikeluarkan dalam usaha jahe instan pada
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rincian Biaya Operasional Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga
Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 (2008-2015)
Total Biaya Tahun ke- (Rp)
Komponen Biaya
1
2
3
4
5
6
7
8
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Bahan Baku:
Jahe
15,000
308,000
18,000
24,000
60,000
162,000
20,000
85,000
Gula Pasir
21,000
72,000
22,000
24,000
60,000
108,000
78,000
75,000
Minyak Tanah
8,000
90,000
5,000
5,000
18,000
42,000
40,000
30,000
Kertas Label
1,500
42,000
1,000
1,000
2,500
4,500
3,000
2,500
252
7,056
168
168
420
22,500
15,000
12,500
32,500
42,000
18,000
19,500
19,500
26,000
37,500
27,600
78,252
1,161,056
64,168
73,668
160,420
365,000
293,500
232,600
Bahan Penolong:
Plastik/Pembungkus
Bensin
Total
Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)
Tabel 5 menunjukkan bahwa total biaya operasional terbesar yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk produksi jahe instan dalam satu tahun yaitu
terdapat pada tahun ke-2 (2009) yaitu sebesar Rp 1.161.056,-, sedangkan biaya
operasional terkecil yang dikeluarkan untuk produksi jahe instan dalam satu tahun
terdapat pada tahun ke-3 (2010) yaitu sebesar Rp 64.168,-. Perbedaan total biaya
operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya ini dipengaruhi oleh perbedaan
jumlah produksi dan perbedaan harga setiap komponen biaya. Rincian biaya
operasional Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 dapat dilihat pada Lampiran 5.
47
C.2 Produksi dan Harga Produksi
Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari proses pengolahan
jahe instan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). Jumlah jahe instan yang
diproduksi oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak selalu sama untuk
tiap tahunnya, hal ini dikarenakan jumlah jahe instan yang diproduksi masih
disesuaikan dengan jumlah pesanan. Adapun rincian produksi jahe instan Industri
Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Produksi Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di
Desa Abenggi
Tahun keProduksi (Kg/Tahun)
1 (2008)
3
2 (2009)
84
3 (2010)
2
4 (2011)
3
5 (2012)
5
6 (2013)
9
7 (2014)
6
8 (2015)
5
Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah produksi jahe instan yang tertinggi
adalah pada tahun ke-2 yaitu 84 Kg dan produksi jahe instan yang terendah adalah
pada tahun ke-3 yaitu 2 Kg saja. Hal ini tidak lain karena dipengaruhi oleh
seberapa besar jumlah permintaan konsumen untuk tiap tahunnya. Industri Rumah
Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan sesuai dengan jumlah
permintaan atau pesanan saja, karena belum adanya tempat untuk memasarkan
produk jahe instan yang mereka buat, sehingga jumlah produksi dari tahun ke-1
hingga tahun ke-8 itu berbeda.
48
Harga produksi adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi jahe
instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Kg). Harga jahe instan yang
ditawarkan oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri kepada konsumen adalah
senilai Rp 60.000,-/Kg.
C.3 Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit)
Penerimaan (Benefit) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah
produksi jahe instan yang dikalikan dengan harga jahe instan yang diberikan
kepada konsumen, yang nantinya akan diterima oleh Industri Rumah Tangga
Gerak Mandiri yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Tahun). Adapun rincian
besarnya penerimaan usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penerimaan Usaha Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri di Desa Abenggi
Jumlah Produksi
Harga Produk
Penerimaan (Benefit)
(Kg/Tahun)
(Rp/Tahun)
(Rp/Tahun)
60,000
180,000
1 (2008)
3
60,000
5,040,000
2 (2009)
84
60,000
120,000
3 (2010)
2
60,000
180,000
4 (2011)
3
60,000
300,000
5 (2012)
5
60,000
540,000
6 (2013)
9
60,000
360,000
7 (2014)
6
60,000
300,000
8 (2015)
5
Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)
Tahun
ke-
Tabel 7 menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah penerimaan dari
usaha jahe instan yang diperoleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak
selalu sama, hal ini dikarenakan jumlah produksi setiap tahunnya juga tidak selalu
49
sama. Penerimaan tertinggi yang diperoleh adalah pada tahun ke-2, dimana pada
tahun ke-2 (2009) ini Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri memproduksi jahe
instan sebesar 84 Kg dengan harga per kilogram sebesar Rp 60.000,- sehingga
memberikan penerimaan sebesar Rp 5.040.000,-. Penerimaan terendah yang
diperoleh adalah pada tahun ke-3, dimana pada tahun ini (Tahun 2010) Industri
Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan sebesar 2 Kg saja
dengan harga per kilogram sebesar Rp 60.000,- sehingga memberikan penerimaan
sebesar Rp 120.000,-.
Pendapatan (Net Benefit) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
jumlah penerimaan jahe instan yang dikurangi dengan jumlah biaya yang telah
dikeluarkan oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dalam memproduksi jahe
instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/tahun). Adapun rincian besarnya
pendapatan usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat
pada Lampiran 7.
C.4 Analisis Net Present Value (NPV)
Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui
penerimaan bersih sekarang yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Data
yang digunakan untuk menghitung NPV usaha jahe instan adalah data biaya (cost)
dan penerimaan (Benefit) pada tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-8 yang
disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Present Value (NPV),
diperoleh nilai NPV pada discount factor (df) 7% sebesar Rp 77.576,- sampai
usaha jahe instan ini berjalan selama 8 tahun. Hasil perhitungan ini menunjukkan
50
bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi
layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai Net Present Value (NPV)
yang diperoleh adalah positif (+), sebagaimana yang telah disebutkan dalam
kriteria penilaian NPV. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri menguntungkan dan layak untuk
diusahakan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan agar usaha jahe instan
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi dapat terus berjalan dan
lebih dikembangkan lagi, mengingat nilai Net Present Value (NPV) yang
diperoleh tergolong tidak begitu besar yaitu Rp 77.576,-, untuk lebih jelasnya
perhitungan analisis Net Present Value (NPV) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan
Lampiran 11.
C.5 Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) merupakan suatu analisis yang
membandingkan antara NPV positif dengan NPV negatif. Net Benefit Cost Ratio
(NBCR) digunakan untuk mengetahui perbandingan antara nilai manfaat sekarang
pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 7%.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
pada discount factor 7%, diperoleh nilai NBCR sebesar 1,02. Hasil perhitungan
ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai yang
diperoleh lebih besar dari satu (NBCR > 1), sebagaimana yang telah disebutkan
dalam kriteria penilaian NBCR. Apabila Net B/C ratio > 1 maka usaha jahe instan
51
layak untuk diusahakan (untung), oleh karena itu diharapkan agar usaha jahe
instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi lebih ditingkatkan
karena lagi-lagi mengingat bahwa nilai yang diperoleh dari Net Benefit Cost Ratio
(NBCR) ini tidak begitu besar yaitu 1,02 saja, untuk lebih jelasnya perhitungan
analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan
Lampiran 11.
C.6 Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Analisis Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui
sampai sejauh mana suatu usaha mampu mengembalikan sejumlah modal yang
diinvestasikan dari usaha jahe instan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
Internal Rate of Return (IRR), diperoleh nilai IRR sebesar 7,92%. Hasil
perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga
Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena
tingkat pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku yaitu 7%, sebagaimana yang telah disebutkan dalam kriteria
penilaian IRR. Apabila IRR > bunga pinjaman bank, maka diterima. Diterima
artinya usaha jahe instan layak untuk diusahakan.
Berdasarkan uraian di atas, dengan melihat nilai IRR yang diperoleh maka
diharapkan kepada pihak lembaga keuangan bisa mempertimbangkan usaha ini
dalam penyaluran bantuan kredit, meskipun peningkatannya tidak tergolong besar
yaitu 7,92%, untuk lebih jelasnya perhitungan analisis Internal Rate of Return
(IRR) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 11.
52
C.7 Sensitivitas Usaha
Sensitivitas usaha digunakan untuk melihat sejauh mana usaha jahe instan
mampu bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan
atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan
terjadi di waktu yang akan datang.
Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menurunkan harga jual produk sebesar 1,3% dan meningkatkan biaya operasional
sebesar 4,1% dan yang lain dianggap tetap. Penentuan persentase sensitivitas tidak
dilihat dari nilai inflasi yang berlaku yaitu 8,36% (Laporan Inflasi Indeks Harga
Konsumen berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tertinggi selama 3 Tahun
terakhir). Apabila kita melihat atau mengacu pada nilai inflasi yang berlaku, maka
pada tingkat inflasi tersebut usaha jahe instan ini sudah tidak menguntungkan dan
tidak layak untuk dikembangkan. Oleh karena itu, persentase sensitivitas ini
diperoleh dari hasil perhitungan kelayakan finansial, sampai dimana usaha jahe
instan ini mampu bertahan. untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan analisis
sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 12 dan
Lampiran 13.
Analisis sensitivitas pada kondisi harga jual produk jahe instan menurun
sebesar 1,3% dengan discount factor 7%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.460,-.
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah
Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan,
karena nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh
53
adalah sebesar 1,00. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan
Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial
untuk diusahakan, namun tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan, karena
NBCR = 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 7,03%. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di
Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat
pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku yaitu 7%. Analisis sensitivitas usaha jahe instan dengan menurunkan
harga jual produk jahe instan sebesar 1,3% dapat dilihat pada Lampiran 9 dan
Lampiran 12.
Analisis sensitivitas pada kondisi biaya operasional meningkat sebesar
4,1% dengan discount factor 7%, diperoleh NPV sebesar
Rp 842,-. Hasil
perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga
Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena
nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh adalah
sebesar 1,00. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri
Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk
diusahakan, namun tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan, karena
NBCR = 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 7,01%. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di
Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat
pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang
54
berlaku yaitu 7%. Analisis sensitivitas usaha jahe instan dengan meningkatkan
biaya operasional sebesar 4,1% dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 13.
Secara umum usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini
layak secara finansial untuk diusahakan. Dilihat dari hasil perhitungannya
meskipun usaha jahe instan ini layak secara finansial, namun usaha ini juga
memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi, serta tingkat kecenderungan
kelayakannya yang juga masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil
yang diperoleh dari perhitungan analasis NPV, NBCR, IRR dan sensitivitasnya.
Kasmir dan Jakfar (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kedalaman studi kelayakan antara lain: (a) Jumlah dana yang
ditanamkan, (b) Ketidakpastian estimasi usaha pada masa yang akan datang, dan
(c) Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi usaha.
C.8 Perhitungan R/C Ratio
Menutut Hartati dan Mulyani (2009) R/C ratio merupakan perbandingan
antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan
bahwa usaha yang dilakukan oleh pengrajin atau perusahaan layak untuk
diusahakan.
R/C Ratio dapat dihubungkan dengan efisiensi biaya, ada beberapa definisi
efisiensi. Efisiensi dalam pekerjaan merupakan perbandingan yang terbaik suatu
pekerjaan dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Perbandingan
tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
55
a. Segi hasil : Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien, apabila dengan usaha
tertentu dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam hal kualitas maupun
kuantitasnya.
a. Segi usaha : Suatu pekerjaan disebut efisien, jika hasil tertentu dapat dicapai
dengan usaha yang minimal.
Efisiensi merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha
dan hasil yang dicapai. Efisien atau tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar
kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang
diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha
biasanya ditentukan dengan menghitung revenue cost ratio, yaitu imbangan antara
hasil usaha dengan total biaya produksinya (Soekartawi, 2002). Perhitungan R/C
ratio usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Perhitungan R/C ratio Usaha Jahe Instan
Penerimaan
Total Biaya
(Benefit)
1 (2008)
180,000
78,252
2 (2009)
5,040,000
1,161,056
3 (2010)
120,000
64,168
4 (2011)
180,000
73,668
5 (2012)
300,000
160,420
6 (2013)
540,000
365,000
7 (2014)
360,000
293,500
8 (2015)
300,000
232,600
Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara)
Tahun ke-
R/C Ratio
2.30
4.34
1.87
2.44
1.87
1.48
1.23
1.29
Tabel 8 menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga
Gerak Mandiri di Desa Abenggi, layak untuk diusahakan. Hal ini berdasarkan
hasil perhitungan R/C ratio yang lebih besar dari satu (R/C ratio > 1), maka usaha
56
tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. R/C ratio > 1 menunjukkan
bahwa penggunaan biaya pada usaha jahe instan ini tergolong menguntungkan
dan efisien. Selain itu, R/C ratio > 1 ini juga menunjukkan bahwa usaha jahe
instan ini layak dan berpotensi untuk dikembangkan. Tingginya nilai R/C ratio
disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditi yang sangat
berpengaruh terhadap penerimaan petani sebagai pengusaha. Pengembangan
usaha untuk jangka panjang biasanya menggunakan modal pinjaman, namun
berdasarkan perhitungan analisis kelayakan menggunakan analisis Net Present
Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) dan
analisis sensitivitas, usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini
hampir mengalami ketidaklayakan, atau dengan kata lain tingkat kelayakannya
tidak begitu besar. Keadaan ini bisa saja dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya
jumlah produksi yang tidak menentu, harga produk yang tidak pernah berubah,
biaya-biaya yang dikeluarkan, pemasaran produk serta motivasi pelaku usaha
yang masih perlu ditingkatkan.
57
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kelayakan finansial usaha
jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi, maka dapat
disimpulkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di
Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan, layak secara
finansial untuk diusahakan. Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri ini hanya layak diusahakan hingga 1,3% penurunan harga produk jahe
instan dan 4,1% kenaikan biaya operasional.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan dengan melihat kondisi dan analisis kelayakan
finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa
Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pelaku usaha dalam hal ini kelompok Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri Desa Abenggi, agar lebih meningkatkan jumlah produksi, serta selalu
memperhatikan peningkatan dan penurunan harga dari produksi maupun harga
dari biaya operasional, sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam
menjalankan usaha.
2. Bagi Pemerintah, diharapkan agar selalu memperhatikan Usaha Industri
Rumah Tangga khususnya dalam hal permodalan, pemasaran serta sarana dan
prasarana untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu pemerintah seharusnya lebih memperhatikan usaha kecil yang
58
mengolah produk pertanian yang mampu menghasilkan nilai tambah, seperti
usaha jahe instan ini dan lain sebagainya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar lebih memperdalam kajian tentang kelayakan
finansial, misalnya menganalisis faktor-faktor penyebab ketidakkontinuannya,
motivasi pelaku usaha jahe instan dalam menjalankan usaha, serta risiko dan
ketidakpastian pada usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
ini, sehingga dapat diketahui secara menyeluruh tentang studi kelayakan suatu
usaha khususnya dalam bidang pertanian.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alim, A.S., 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe
Pada Industri Skala Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ardana, K.B., Pramudya, M.H dan Tambunan, A.H.. 2008. Pengembangan
tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) mendukung kawasan
mandiri energi di Nusa Penida, Bali. Jurnal Littri. Vol. 14. No. 2.
Halaman: 155-161.
Balittro,. 2008. Budidaya Organik Tanaman Jahe. Zingiber officinale Rosc.
Bogor.
Belkaoui, A.R. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Alih Bahasa Marwata S.E.,
Akt, Salemba Empat. Jakarta.
Bilas, A.R. 1994. Micro Economics Theory. Mc.Graw-Hill, International Book
Company.
Ciba, C. 2012. Processing of ginger & its medicinal uses. Agricultural University.
Hyderabad International Convention Centre. Tamil Nadu Agricultural
University. India. Jurnal Food Process Technol Vol. 3. No. 10. Halaman:
143-149.
Gray, C., P, Simanjuntak, K.L. Sabur dan Maspaitella, P.F.L. 1997. Pengantar
Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Halim, A. 2003. Auditing 1 Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Unit Penerbit
dan Percetakan AMP YKPN. Jakarta.
Harisudin, M., Widiyanti, E., dan Suharyati, A. 2013. Perumusan Strategi
Bersaing Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan
Perceptual Mapping. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS.
Surakarta.
Hartati, A. dan Mulyani, A. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (Virgin
Coconut Oil/VCO) di Kabupaten Cilacap. Jurnal Agroland Vol. 16. No.
2. Halaman: 130-140.
Henry, S. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Cetakan Pertama. Salemba
Empat. Jakarta.
60
Hery,. 2013. Akuntansi Keuangan Menengah. CAPS (Central of Academic
Publishing Service). Yogyakarta.
Idham, A.T. Lestari, dan Adriani, D. 2010. Analisis Finansial Sistem Usaha Tani
Terpadu (integrated farming system) Berbasis Ternak Sapi Di
Kabupaten Oganilir. Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 6. No.2.
Halaman: 1-15.
Istafid, W. 2006. Visibility Study Minuman Isntan Ekstrak Temulawak dan
Ekstrak Mengkudu sebagai Minuman Kesehatan. Skripsi Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Jusup, A.H. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi 7 Jilid 1. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Kasmir, dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi revisi. Kencana. Jakarta.
Kusuma, P.T.W.W., Hidayat, D.D., dan Indrianti, N. 2012. Analisis Kelayakan
Finansial Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Nata De Coco
di Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol. 1. No.
2. Halaman: 113-120.
Ludong, M., Magrietje, B.L., dan Tatuh, J. 2012. Pelatihan Pengembangan
Pengolahan Instan Jahe Merah. Fakultas Pertanian UNSRAT, Manado.
Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makro Ekonomi Edisi Keempat. Alih Bahasa
Imam Nurmawam. Erlangga. Jakarta.
Matondang, I. 2005. Zingiber officinale L. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat. UNAS. Bandung.
Mulyadi,. 2004. Sistem Akuntansi Edisi ke 9. Sekolah Tinggi Hukum Ekonomi
YKPN. Yogyakarta.
Mulyanto, D. 2006. Usaha Kecil dan Persoalannya di Indonesia. Yayasan
Akatiga. Bandung.
Nicholson, W. 2003. Microeconomics: Basic Principle and Extenssion. The
Dryden Press. Chicago.
Novi, E.S. 2010. Analisis kalayakan finansial pengolahan produk herbal jahe
merah pada home Industri enam putri Jakarta Pusat. Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
61
Parama, T.W.W.K., dan Kartika, N.I.M. 2014. Analisa Kelayakan Finansial
Pengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal : Mie Berbasis
Jagung. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Lembaga
ilmu Pengetahuan Indonesia. Subang. Bandung.
Pindyck, R.S., dan Rubinfeld, D.L. 2007. Mikro Ekonomi Edisi 6 Jilid 1. Indeks.
Jakarta.
Prabantoro, G. 2003. Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi
Manajemen menggunakan Metode Cost Benefit dan Aplikasi dengan MS
Excel 2000.
Pudjosumarto, M.S.U. 2002. Evaluasi Proyek. Uraian Singkat dan Soal – Jawab.
Liberty. Yogyakarta.
Putra, M.F.P.T. 2012. Pengaruh Pendapatan Usaha dan Beban Pajak Terhadap
Prediksi Laba Bersih (Studi Empiris pada PT HM Sampoerna Tbk
Periode 1999-2010). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia. Bandung.
Rahim, A., dan Hastuti, D.R.W. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ramadhan, A.E., dan Phaza, H.A. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan
Jumlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Rosc)
Secara Batch, Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.
Republik Indonesia. 2008. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2008. Tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sekretariat Negara, Jakarta.
Sangwan, A., Kawatra, A., Sehgal.S. 2012. Nutritional composition of ginger
powder prepared using various drying methods. Association of Food
Scientists & Technologists. India. Jurnal Food Sci Techno Vol. 51. No.
9. Halaman: 2260-2262.
Soeharjo, A. Dan Patong, D. 1984. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Faperta,
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI – Press. Jakarta.
Sofyan, A. 2005. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta.
Sucipto, A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis, Analisis Integratif dan Studi Kasus.
Aditya Media. Malang.
62
Sugiharto, T. dan Sumiati. 2002. Studi Kelayakan Proyek Pengembangan
Perkebunan Pisang Abaca dengan Menggunakan Analisis Peranggaran
Modal. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 7. No. 3. Halaman: 145-150.
Sukirno, S. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Suliyanto,. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Andi Offset.
Yogyakarta.
Sumarni, M. dan John S. 2014. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi
Perusahaan) Edisi ke 6. Liberty. Yogyakarta.
Sunarto,. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran. Cet. 1. Ust Press. Yogyakarta.
Tambunan, Tulus, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa
Isu Penting. PT Salemba Empat. Jakarta.
Tito, B. 2011. Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi
Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone
Bolango. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
63
64
Lampiran 1. Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Atas berkah Allah SWT penulis lahir dengan nama
Riski Amaliyah pada tanggal 16 Juni 1993, di Desa
Pitulua Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara,
yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara (Anak
pertama
Nursamsi,
AMK,
kedua
Sulbiaman,S.Sos,
keempat Arsullah dan kelima Rahmadani) dari pasangan Makruddin (Alm.) dan
Siti Nurbaedah.
Kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan bagi seorang anak, maka
penulis mulai disekolahkan di SDN 1 Pitulua dan tamat pada tahun 2005. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Lasusua dan
tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
SMAN 1 Lasusua dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis
melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi Universitas Halu Oleo Kendari,
Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) gelombang pertama.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis aktif
dalam salah satu organisasi kampus yaitu Forum Insan Seni Pertanian (FISTA)
Universitas Halu Oleo di tahun 2013. Selanjutnya penulis menjadi Pengurus
Harian FISTA UHO dan menjabat sebagai Sekretaris Umum FISTA UHO Periode
2014-2015, dan Anggota Dewan Pengarah Organisasi (DPO) Periode 2015-2016.
65
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian
66
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN (STUDI
KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI DI DESA
ABENGGI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE
SELATAN)
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
:……………………………………………..
2. Jenis Kelamin
: a. Laki-laki
3. Umur
: …….Tahun
b. Perempuan
4. Alamat
RT/RW
:……………………………………………..
Desa/Kelurahan
:……………………………………………..
Kecamatan/Kabupaten
:……………………………………………..
Provinsi
:……………………………………………..
5. Agama
8. Suku
: a. Islam
b. Protestan
c. Katolik
d. Hindu
e. Budha
f. ……….
: a. Tolaki
b. Muna
c.Bugis-Makassar
d. Buton
9. Pendidikan Terakhir
: a. S2/S1
e. ………..
b. D3 Sederajat
d. SMP/MTs e. SD Sederajat
10. Pekerjaan
: 1. …………………….
2. …………………….
11. Jumlah Tanggungan Keluarga
: …….Orang
(Laki-laki………Orang)
(Perempuan….…Orang)
c. SMU/MA
f. Tidak Sekolah
67
Lanjutan Lampiran 3.
12. Status dalam Keluarga
: a. Kepala Keluarga
c. Anak
b. Istri
c. Saudara/Family
14. Sejarah Singkat usaha yang dijalankan :………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
B. BIAYA YANG DIGUNAKAN
1. Biaya Investasi usaha jahe instan
No
Komponen Biaya
1.
Bangunan
2.
Peralatan:
a. Pemarut
b. Kompor
c. Wajan
d. Sendok Kayu
e. Sutil Aluminium
f. Pisau
g. Baskom
h. Kain Penyaring
i. Saringan Tepung
j. Talang
Total Biaya (Rp)
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Total Biaya
(Rp)
(Rp)
68
Lanjutan Lampiran 3.
2. Biaya Operasional usaha jahe instan tahun ke-1 s/d ke-8 (2008-2015)
No
Komponen Biaya
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Bensin
1
2
1
2
3
Total Biaya
3. Penerimaan (Benefit)
Tahun ke-
Jumlah Produksi
(Kg/Tahun)
Harga Produk
(Rp/Kg)
Penerimaan (Benefit)
(Rp/Tahun)
1
2
3
4
5
Dst.
4. Pendapatan (Net Benefit)
Tahun
Ke1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Penerimaan
Biaya (Rupiah)
(Rp/Tahun) B. Investasi
B. Operasional
Total
Biaya (Rp)
Pendapatan
(Rp/Tahun)
69
Lampiran 4. Biaya Investasi (Tahun ke-0)
No
1.
2.
Komponen Biaya
Bangunan
Peralatan:
a. Pemarut
b. Kompor
c. Wajan
d. Sendok Kayu
e. Sutil Aluminium
f. Pisau
g. Baskom
h. Kain Penyaring
i. Saringan Tepung
j. Talang
Jumlah
Satuan
1
Unit
3
2
2
3
3
5
3
1
2
3
Total
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Meter
Buah
Buah
Harga Satuan
(Rp)
2,934,000
10,000
320,000
50,000
5,000
10,000
5,000
7,000
7,000
3,000
7,000
Total Biaya
(Rp)
2,934,000
30,000
640,000
100,000
15,000
30,000
25,000
21,000
7,000
6,000
21,000
3,829,000
69
70
Lampiran 5. Biaya Operasional Tahun ke-1 sampai ke-8 (2008-2015)
2008
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kg
Kg
5,000
7,000
15,000
21,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
4,000
500
84
6,500
8,000
1,500
252
32,500
78,252
Jumlah Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kg
Kg
Kg
Kg
5,000
3,000
8,000
8,000
65,000
195,000
48,000
672,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
4,500
500
84
6,000
90,000
42,000
7,056
42,000
1,161,056
Jumlah Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kg
Kg
9,000
11,000
18,000
22,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
5,000
500
84
6,000
5,000
1,000
168
18,000
64,168
Jumlah Satuan
3
3
2
3
3
5
Total
2009
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
13
65
6
84
20
84
84
7
Total
2010
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
2
2
1
2
2
3
Total
71
Lanjutan Lampiran 5.
2011
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kg
Kg
12,000
12,000
24,000
24,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
5,000
500
84
6,500
5,000
1,000
168
19,500
73,668
Jumlah Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Jumlah Satuan
2
2
1
2
2
3
Total
2012
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
5
5
Kg
Kg
12,000
12,000
60,000
60,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
6,000
500
84
6,500
18,000
2,500
420
19,500
160,420
Jumla
h
Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
9
9
Kg
Kg
18,000
12,000
162,000
108,000
6
Liter
Lemba
r
Buah
Liter
7,000
42,000
500
2,500
6,500
4,500
22,500
26,000
365,000
3
5
5
3
Total
2013
No
Komponen Biaya
1
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
2
3
4
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
1
2
9
9
4
Total
72
Lanjutan Lampiran 5.
2014
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kg
Kg
20,000
13,000
120,000
78,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
10,000
500
2,500
7,500
40,000
3,000
15,000
37,500
293,500
Jumlah Satuan
Harga Satuan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Kg
Kg
17,000
15,000
85,000
75,000
Liter
Lembar
Buah
Liter
10,000
500
2,500
6,900
30,000
2,500
12,500
27,600
232,600
Jumlah Satuan
6
6
4
6
6
5
Total
2015
No
1
2
1
2
3
4
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Jahe
Gula Pasir
Bahan Penolong:
Minyak Tanah
Kertas Label
Plastik/Pembungkus
Bensin
5
5
3
5
5
4
Total
Lampiran 6. Rincian Penerimaan (Benefit)
Tahun ke1 (2008)
2 (2009)
3 (2010)
4 (2011)
5 (2012)
6 (2013)
7 (2014)
8 (2015)
Jumlah Produksi
(Kg/Tahun)
3
84
2
3
5
9
6
5
Harga Produk
(Rp/Tahun)
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
60,000
Penerimaan (Benefit)
(Rp/Tahun)
180,000
5,040,000
120,000
180,000
300,000
540,000
360,000
300,000
73
Lampiran 7. Rincian Pendapatan (Net Benefit)
Biaya
Tahun ke-
Penerimaan
(Benefit)
Biaya
Investasi
0 (2007)
0
1 (2008)
3,829,000
Total Biaya
Biaya
Operasional
Pendapatan
(Net Benefit)
0
3,829,000
(3,829,000)
180,000
78,252
78,252
101,748
2 (2009)
5,040,000
1,161,056
1,161,056
3,878,944
3 (2010)
120,000
64,168
64,168
55,832
4 (2011)
180,000
73,668
73,668
106,332
5 (2012)
300,000
160,420
160,420
139,580
6 (2013)
540,000
365,000
365,000
175,000
7 (2014)
360,000
293,500
293,500
66,500
8 (2015)
300,000
232,600
232,600
67,400
73
74
Lampiran 8. Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan
Tahun
Benefit
Cost
NB (B-C)
df 7%
NPV 7%
df 7,9%
NPV 7,9%
df 8%
NPV 8%
df 9%
NPV 9%
0
-
3,829,000
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
180,000
78,252
101,748
0.9346
95,092
0.9268
94,298
0.9259
94,211
0.9174
93,347
2
5,040,000
1,161,056
3,878,944
0.8734
3,388,020
0.8589
3,331,736
0.8573
3,325,569
0.8417
3,264,830
3
120,000
64,168
55,832
0.8163
45,576
0.7960
44,445
0.7938
44,321
0.7722
43,113
4
180,000
73,668
106,332
0.7629
81,120
0.7378
78,447
0.7350
78,157
0.7084
75,328
5
300,000
160,420
139,580
0.7130
99,519
0.6837
95,437
0.6806
94,996
0.6499
90,717
6
540,000
365,000
175,000
0.6663
116,610
0.6337
110,894
0.6302
110,280
0.5963
104,347
7
360,000
293,500
66,500
0.6227
41,413
0.5873
39,055
0.5835
38,802
0.5470
36,378
8
300,000
232,600
67,400
0.5820
39,227
0.5443
36,685
0.5403
36,414
0.5019
33,826
∑
7,020,000
6,257,664
762,336
NPV
NBCR
IRR
77,576
1,997
(6,249)
(87,115)
77,576
1.02
7.92%
74
75
Lampiran 9. Analisis Sensitivitas jika Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3%
Tahun
Benefit
Cost
NB (B-C)
df 7%
NPV 7%
df 7.1%
NPV 7.1%
0
0
3,829,000
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
177,660
78,252
99,408
0.9346
92,905
0.9337
92,818
2
4,974,480
1,161,056
3,813,424
0.8734
3,330,792
0.8718
3,324,575
3
118,440
64,168
54,272
0.8163
44,302
0.8140
44,178
4
177,660
73,668
103,992
0.7629
79,335
0.7600
79,039
5
296,100
160,420
135,680
0.7130
96,738
0.7097
96,287
6
532,980
365,000
167,980
0.6663
111,932
0.6626
111,307
7
355,320
293,500
61,820
0.6227
38,498
0.6187
38,247
8
296,100
232,600
63,500
0.5820
36,958
0.5777
36,682
∑
6,928,740
6,257,664
671,076
NPV
NBCR
IRR
2,460
(5,866)
2,460
1.00
7.03%
75
76
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas jika Biaya Operasional Meningkat 4,1%
Tahun
Benefit
Cost
NB (B-C)
df 7%
NPV 7%
df 7.1%
NPV 7.1%
0
0
3,829,000
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
(3,829,000)
1
180,000
81,460
98,540
0.9346
92,093
0.9337
92,007
2
5,040,000
1,208,659
3,831,341
0.8734
3,346,441
0.8718
3,340,195
3
120,000
66,799
53,201
0.8163
43,428
0.8140
43,306
4
180,000
76,688
103,312
0.7629
78,816
0.7600
78,522
5
300,000
166,997
133,003
0.7130
94,829
0.7097
94,387
6
540,000
379,965
160,035
0.6663
106,638
0.6626
106,042
7
360,000
305,534
54,467
0.6227
33,919
0.6187
33,698
8
300,000
242,137
57,863
0.5820
33,677
0.5777
33,426
∑
7,020,000
6,357,239
662,761
NPV
842
NBCR
1.00
IRR
842
(7,416)
7.01%
76
77
Lampiran 11. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada Analisis Kelayakan
Finansial.
1. Net Present Value (NPV)
NPV
= ∑ (NB × df 7%)
= Rp 77.576,-
2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
NBCR =
=
NPV +
NPV −
Rp 3.906.576
(−Rp 3.829.000)
= 1,02
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR = i1 +
NPV1
i − i1
NPV1 − NPV2 2
= 7,9% +
= 7,92%
Rp 1.997
7,9% − 8%
Rp 1.997 − (−Rp 6.249)
78
Lampiran 12. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada saat Harga Jual Produk
Jahe Instan Menurun 1,3%
1. Net Present Value (NPV)
NPV
= ∑ (NB × df 7%)
= Rp 2,460,-
2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
NPV +
NBCR =
NPV −
=
Rp 3.831.460
(−Rp 3.829.000)
= 1,00
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR = i1 +
NPV1
i − i1
NPV1 − NPV2 2
= 7% +
Rp 2.460
7,1% − 7%
Rp 2.460 − (−Rp 5.866)
= 7,03%
79
Lampiran 13. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada saat Biaya Operasional
Meningkat 4,1%
1. Net Present Value (NPV)
NPV
= ∑ (NB × df 7%)
= Rp 842
2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)
NPV +
NBCR =
NPV −
=
Rp 3.829.842
(−Rp 3.829.000)
= 1,00
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR = i1 +
NPV1
i − i1
NPV1 − NPV2 2
= 7% +
Rp 842
7,1% − 7%
Rp 842 − (−Rp 7.416)
= 7,01%
80
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
Proses Wawancara bersama Ketua Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri
81
Lanjutan Lampiran 14.
Proses pengupasan dan pencucian jahe
Proses pemarutan dan penyaringan jahe
Proses pengendapan dan pemasakan jahe
82
Lanjutan Lampiran 14.
Proses pendinginan dan penyaringan serbuk jahe
Sumber Gambar: Dokumentasi Proses Pembuatan Jahe Instan KKN Tahun 2015
Download
Study collections