ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN) SKRIPSI Oleh: RISKI AMALIYAH D1A1 12 021 JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN) Skripsi Diajukan kepada Fakutas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Agribisnis Oleh: RISKI AMALIYAH D1A1 12 021 JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN SEBAGAI TINGGI SKRIPSI ATAU ATAU KARYA LEMBAGA ILMIAH MANAPUN. PADA APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU. Kendari, Juni 2016 Riski Amaliyah D1A1 12 021 ii ABSTRAK Riski Amaliyah (D1A1 12 021). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan). Dibawah bimbingan Weka Gusmiarty Abdullah selaku Pembimbing I dan Muhammad Aswar Limi selaku Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha jahe instan di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Kelayakan Usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Analisis Sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri layak secara finansial untuk diusahakan. Hal ini dibuktikan pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 77.576,-, NBCR sebesar 1,02, dan IRR sebesar 7,92%. Hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual produk sebesar 1,3% pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.460,-, NBCR sebesar 1,00 dan IRR sebesar 7,03%. Meningkatkan biaya operasional sebesar 4,1% pada discount factor (df) 7%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 842,-, NBCR sebesar 1,00 dan IRR sebesar 7,01%. Keadaan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri Desa Abenggi masih layak untuk diusahakan. Kata kunci: Usaha Jahe Instan, Kelayakan Finansial, Analisis Sensitivitas v ABSTRACT Riski Amaliyah (D1A1 12 021). Financial Feasibility Analysis of the Instant Ginger Business (a case study of Gerak Mandiri Domestic Industry in the Abenggi Village, Landono Sub District of South Konawe District). Weka Gusmiarty Abdullah as Advisor I and Muhammad Aswar Limi as Advisor II. The purpose of this research was to determine the financial feasibility of the instant ginger business in Abenggi Village, Landono Sub District of South Konawe. This research used financial feasibility analysis, consisting of Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) and Sensitivity Analysis. The results showed that the instant ginger business of Gerak Mandiri Domestic Industry have financially feasible to be developed. It was evidenced of discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 77.576,-, NBCR 1,02, and IRR 7,92%. The calculation of sensitivity analysis with reducing price of selling of 1,3% of discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 2.460,-, NBCR 1,00 and IRR 7,03%. Increase of operation cost of 4,1% by discount factor (df) 7%, obtained NPV value of IDR 842,-, NBCR 1,00 and IRR 7,01%. This condition indicated of the ginger instant business of Gerak Mandiri Domestic Industry in Abenggi Village still feasible. Keyword: Instant Ginger Business, Financial Feasibility, Sensitivity Analysis vi UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabaarakaatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, pemberi kehidupan serta petunjuk bagi umatnya yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabiyullah Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam, Nabi yang menjadi Uswatun Khasanah bagi umat manusia. Seiring dengan selesainya skripsi ini, tak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Weka Gusmiarty Abdullah, S.P., M.P selaku Pembimbing I dan Bapak Muhammad Aswar Limi, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing II yang telah bersedia dengan ikhlas menjadi pembimbing penulis, yang telah menghabiskan waktunya untuk memberikan pengetahuan, pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Rasa syukur, bangga dan terimakasih yang sebesar-besarnya, yang tidak henti-hentinya dan tidak terhingga tercurahkan kepada Orangtua tercinta, Ayahanda Makruddin (Alm) serta Ibunda Siti Nurbaedah. Terima kasih atas segala bentuk kasih sayangnya, merawat dan membesarkan serta pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis. Ibunda yang sekaligus menjadi Ayah, menjadi sahabat yang selalu siap mendengarkan segala cerita dan keluh kesah penulis. Terima kasih atas segala doa, nasehat, motivasi, semangat, dukungan moril dan materil yang tidak vii henti-hentinya. Semoga Allah membalas segala ketulusan yang telah diberikan. Amin. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo. 2. Penasehat Akademik, Bapak Iskandar, S.P., M.Si. Dosen di lingkup Jurusan Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. 3. Seluruh staf Jurusan, staf Fakultas, Staf Laboratorium dan Perpustakaan atas segala bantuan dan kelancaran urusan asdministrasi yang mendukung penulis selama masa pendidikan. 4. Keluarga Bapak Kepala Desa Abenggi, Bapak Wasno dan Ibu Nurhayati yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian. 5. Saudara-saudariku: Kakak pertama, Nursamsi, AMK terima kasih atas segala doa, serta terutama dukungan materil, terima kasih sudah membiayai kuliah. Insya Allah selanjutnya saya akan membiayai kuliah adik-adik, serta Kakak Kedua, Sulbiaman, S.Sos. Adik Arsullah dan Rahmadani, terimakasih atas segalanya. Semoga semuanya bisa jadi anak sholeh sholehah, berbakti dan bisa membahagiakan Mama. Amin. 6. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda, yang telah memberikan dukungannya dalam melaksanakan pendidikan di bangku perkuliahan, khusunya keluarga Tante Surianah, S.Sos yang sudah memberikan tumpangan viii tempat tinggal kepada saya, dukungan moril dan materil, serta pelajaran hidup yang sangat berharga kepada saya selama menempuh perkuliahan. 7. Teman-teman Agribisnis angkatan 2012, terutama buat kelas Agribisnis A; Mulianton, Ayu Ansyari, Nurtani, Risna, Waode Herlianti Astuti, Mustika, Israwati, Hasnawati Sarfan, Minartin, Mega Silviana A, Amrin Aksa, Indri Sulfianatasari, Awwal Rahmat H, Ika Ririn M, La Ode Dawid, S.P, Wana Rukmana, Juhardin, Hardianti, Syamsiah, Bayu Prasetyo A, Tafahuddin, Hardiman Arif, Al Munir, Armansyah, Dina Rachmayanti, La Bai, S.P, Abdul Hamid, Ifan, Irma Sapta P, Rizal Endriansyah, Maria Teresia S, Kiki Puspita, Ld. Abdul Asis H, S.P, Yusriadin, S.P serta teman-teman Agribisnis lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas semua doa, waktu, tenaga, dukungan moril dan materil, nasehat dan motivasinya. Terima kasih sudah menjadi teman seperjuangan selama 4 tahun ini. 8. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Organisasi Tercinta, keluarga besar Forum Insan Seni Pertanian (FISTA) Universitas Halu Oleo. Kakakkakak register 01 sampai register 05; Sahlan Ardianto, S.P, Andi Rahmat Maccawi, S.Pt, Safarudin Ado, S.P, Herya Yudha Perkasa, S.P., M.P, Farid Isra, S.Pt, Dewi Darma Laksana, S.P, Eman Putrawan, S.P, Husnawati Djabbar, S.P, Lino Aryesta, S.P, Siska Amdas, S.P, Muh. Ichwan, S.P, Idam Hakim, S.P, Alfian Akbar, S.P, Laode Muh. Jasmin, S.P, Waode Hasida, S.P, Risman, S.P, Laode Ilham Malik, S.P, Ralia, S.P, Rosayanti Dwi Utami, S.TP, Faisal, S.P, Sutrisno Panca Putra R, S.Hut, serta kakak-kakak lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Saudara sekaligus sahabat, teman, ix FISTA Register 06; Dwi Saptarani, Iman Ilahiyyat, S.P, Rosiman, S.P, Shafaruddin, Ilman Fadil, Jhon Permata, Gusti Ketut Pariyatna, S.P, Ardhi serta teman-teman 06 lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satupersatu. Adik-adik register 07 dan 08 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas semua dukungan moril dan materil, mengajari serta membagi ilmu dan pengalaman, perhatian, kepedulian, motivasi dan nasehatnya, semua air mata, tenaga, dukungan serta semangatnya. Terima kasih sudah menguatkan, menghibur dan menjadikan saya bagian dari FISTA UHO. 9. Keluarga Bapak La Ode Farudu, tempat tinggal selama pelaksanaan KKN serta teman-teman seperjuangan selama 45 hari; Muhammad Alfaqri Rasyid, S.M, Mu’mina Auzu, S.Sos, Risna, Irma Rahayu dan Asrul Saleh Sahara, S.Pd. Terima kasih sudah menjadi bagian pelengkap perjalanan dalam menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Kendari, Juni 2016 Riski Amaliyah D1A1 12 021 x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ..............................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ............................................ iv ABSTRAK ............................................................................................................ v ABSTRACT .......................................................................................................... vi UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5 A. Usaha Jahe Instan ....................................................................................... 5 B. Industri Rumah Tangga, UKM dan UMKM ............................................... 7 C. Investasi .....................................................................................................10 D. Biaya Produksi ..........................................................................................13 E. Penerimaan (Benefit) .................................................................................15 F. Pendapatan (Net Benefit) ...........................................................................16 G. Kelayakan Finansial Usaha ........................................................................17 G.1 Net Present Value (NPV) ...................................................................18 G.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) .........................................................19 G.3 Internal Rate of Return (IRR) ............................................................20 G.4 Analisis Sensitivitas ...........................................................................21 H. Penelitian Terdahulu ..................................................................................22 I. Kerangka Pikir Penelitian .........................................................................25 III. METODE PENELITIAN .............................................................................27 A. B. C. D. E. F. G. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................27 Subjek Penelitian .......................................................................................27 Jenis dan Sumber Data ..............................................................................27 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................28 Variabel Penelitian ....................................................................................28 Analisis Data .............................................................................................29 Konsep Operasional ..................................................................................31 xi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................35 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................................35 A.1 Letak dan Luas Wilayah......................................................................35 A.2 Keadaan Iklim dan Topografi .............................................................35 A.3 Keadaan Demografi ............................................................................36 B. Gambaran Umum Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri .......................................................................................................40 C. Kelayakan Finansial Usaha ........................................................................44 C.1 Biaya Produksi ....................................................................................44 C.2 Produksi dan Harga Produksi .............................................................47 C.3 Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit)...........................48 C.4 Net Present Value (NPV) ...................................................................49 C.5 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) ..........................................................50 C.6 Internal Rate of Return (IRR) .............................................................51 C.7 Sensitivitas Usaha ...............................................................................52 C.8 Perhitungan R/C Ratio ........................................................................54 V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................57 A. Kesimpulan ................................................................................................57 B. Saran ...........................................................................................................57 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59 LAMPIRAN .........................................................................................................63 xii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Penduduk Desa Abenggi berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ............................................................................................................37 2. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan Tingkat Pendidikan .................38 3. Jumlah Penduduk Desa Abenggi berdasarkan Mata Pencaharian ...................39 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Tahun ke-0 (2007) ..................................................44 5. Rincian Biaya Operasional Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 (2008-2015) ......................................46 6. Produksi Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi ............................................................................................................47 7. Penerimaan Usaha Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi ...............................................................................................48 8. Perhitungan R/C Ratio Usaha Jahe Instan .......................................................55 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................26 2. Proses Produksi Jahe Instan .............................................................................43 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Riwayat Hidup .................................................................................................64 2. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................65 3. Kuesioner Penelitian ........................................................................................66 4. Biaya Investasi (Tahun ke-0) ...........................................................................69 5. Biaya Operasional Tahun ke-1 sampai ke-8 (2008-2015) ...............................70 6. Rincian Penerimaan (Benefit) ..........................................................................72 7. Rincian Pendapatan (Net Benefit) ....................................................................73 8. Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan .......................................74 9. Analisis Sensitivitas jika Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3%........75 10. Analisis Sensitivitas jika Biaya Operasional Meningkat 4,1% ........................76 11. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada Analisis Kelayakan Finansial ..........77 12. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada saat Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3% ......................................................................................78 13. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada saat Biaya Operasional 14. Meningkat 4,1% ...............................................................................................79 15. Dokumentasi Penelitian ...................................................................................80 xv 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam hayati. Salah satu sumber kekayaan tersebut berasal dari banyaknya jenis-jenis tanaman obat tradisional yang berada di alam. Seiring berjalannya waktu, saat ini trend masyarakat konsumen menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan slogan ”back to nature” dengan didasari oleh kesadaran untuk mengkonsumsi pangan yang sehat. Hal ini telah meningkatkan permintaan terhadap produk rimpang organik, diantaranya jahe untuk dikonsumsi secara langsung maupun menjadi produk olahan (Balittro, 2008). Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis tanaman obat dan dapat juga berfungsi sebagai rempah yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kegunaan jahe antara lain digunakan sebagai bumbu, campuran makanan/minuman, obat-obatan, minyak wangi dan kosmetika. Sebagai obat tradisional, jahe dapat digunakan untuk anti inflamasi, nyeri sendi dan otot karena reumatik, tonik serta obat batuk. Peluang pasar bagi komoditas ini sangat besar, baik di pasar lokal dengan semakin menjamurnya industri obat, makanan, dan minuman yang berbahan dasar jahe, maupun di pasar internasional. Komoditas jahe digunakan sebagai bahan minuman kesehatan dalam bentuk minuman siap saji atau minuman instan yang berbentuk serbuk oleh berbagai industri baik industri kecil maupun industri besar. Pelaku industri olahan jahe diantaranya yaitu CV. Intrafood, PT. Florisa, PT. Sido muncul, PT. Konimex, PT. Gunung Subur dan PT. Jico Agung. Industri-industri 2 tersebut mengolah jenis jahe sebagai minuman kesehatan, karena manfaat dan khasiatnya telah lama dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Industri-industri kecil dan besar mulai saling berkompetisi untuk memenuhi jumlah permintaan minuman sehat alami yang berasal dari jenis jahe ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin banyaknya merek produk minuman instan yang beredar di pasaran. Tanaman jahe di Sulawesi Tenggara sudah dikembangkan di beberapa Kabupaten, salah satunya adalah daerah Kabupaten Konawe Selatan yang memiliki potensi pertanian yang sangat banyak. Selain itu, Kabupaten Konawe Selatan juga sudah mulai mengolah tanaman jahe tersebut menjadi produk olahan siap saji/instan. Salah satu daerah di Konawe Selatan yang mengolah tanaman jahe adalah Kecamatan Landono tepatnya di Desa Abenggi. Desa Abenggi bukan merupakan daerah penghasil atau produsen jahe, namun satu-satunya Industri Rumah Tangga yang mengolah tanaman jahe menjadi produk olahan adalah Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang terletak di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan 1. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi berdiri sejak tahun 2007. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri merupakan Industri Rumah Tangga yang tergolong sudah cukup lama beroperasi. Meskipun demikian, jumlah dan waktu produksi jahe instan ini tidak menentu untuk setiap tahun atau setiap satu kali proses produksinya, hal ini diakibatkan karena permintaannya yang masih disesuaikan dengan jumlah pesanan. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis kelayakan finansial pada usaha jahe instan ini, karena mengingat setiap kegiatan 1 Hasil Wawancara dengan Ketua IRT Gerak Mandiri Desa Abenggi. 3 usaha tidak akan terhindar dari adanya risiko. Analisis kelayakan finansial usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak gagasan dari suatu usaha. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial. Dengan adanya analisis kelayakan finansial usaha ini, diharapkan risiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari agar usaha ini dapat terus dikembangkan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kelayakan finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai kalangan, diantaranya yakni: 4 a. Bagi Pengusaha Jahe Instan Sebagai bahan informasi dan masukan khususnya bagi pengusaha jahe instan bahwa pentingnya mengetahui kelayakan finansial dalam pelaksanaan pengembangan usaha jahe instan. b. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam kasus nyata di lapangan serta untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara mengusahakan usaha jahe instan. c. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan serta dapat dijadikan indikator keberhasilan pemerintah dalam memperhatikan usaha skala kecil seperti usaha Industri Rumah Tangga dalam hal ini dapat memberikan bantuan berupa modal agar dapat menumbuhkan semangat para pelaku usaha kecil/mikro maupun industru rumah tangga, untuk menciptakan lapangan pekerjaan mereka sendiri. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan informasi dalam rangka mengadakan penelitian yang relevan. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Jahe Instan Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale Indonesia merupakan salah satu negara penghasil jahe (Zingiber officinale) terbesar di dunia. Jumlah produksi jahe di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003, produksi jahe nasional adalah sebesar 112.290 ton. Dengan tingkat kenaikan produksi sebesar 3,28 % tiap tahun, maka pada tahun 2009 jumlah produksi jahe di Indonesia diperkirakan sebesar 136.388,1 ton. Jumlah jahe yang melimpah ini justru menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu turunnya nilai ekonomi jahe. Selain itu teknologi pasca panen yang tidak tepat menyebabkan jumlah jahe yang membusuk juga besar karena tidak termanfaatkan secara optimal (Ramadhan, 2010). 6 Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai bumbu masak (Matondang, 2005). Kegunaan ekstrak jahe antara lain yaitu sebagai obat sakit kepala, obat batuk, obat masuk angin, untuk mengobati gangguan pencernaan, stimulansia, diuretik, reumatik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut), kolera, diare, sakit tenggorokan, difteria, neuropati, sebagai penawar racun dan sebagai obat luar untuk mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar. Banyaknya kegunaan ekstrak jahe merupakan sebuah peluang yang sangat baik untuk dikembangkan (Ravindran et al. dalam Ramadhan, 2010). Jahe instan merupakan ekstrak jahe yang diberi pengisi (misal gula pasir) dan dikeringkan. Proses pembuatan jahe instan secara umum meliputi: Persiapan bahan baku, ekstraksi (pemerasan), pemasakan (pengeringan) dan pengemasan. Produk ini dapat dikonsumsi langsung dengan menambahkan air saja (Ludong, 2012). Proses utama pembuatan minuman instan ekstrak jahe meliputi beberapa proses, yaitu pemisahan dan pemurnian ekstrak jahe. Pembuatan minuman instan jahe diawali dengan pemisahan ekstrak yang dilakukan dengan proses ekstraksi yaitu menghancurkan bahan hingga ukuran tertentu kemudian memisahkan ekstrak dari campurannya. Proses pemurnian ekstrak jahe dilakukan dengan cara 7 mengendapkan ekstrak jahe secara alami dari partikel-partikel atau padatan yang ada secara terpisah hingga waktu tertentu ke dalam suatu wadah. Perlakuan ini bertujuan untuk memisahkan cairan ekstrak jahe dengan partikel-partikel atau padatan yang ada. Padatan tersebut mempunyai berat jenis yang lebih besar dari berat jenis air sehingga akan mengendap di bawah permukaan wadah. Hasil yang diharapkan adalah memperoleh cairan ekstrak yang lebih homogen dan jernih untuk diolah lanjut menjadi minuman serbuk instan (Istafid, 2006). B. Industri Rumah Tangga, UKM dan UMKM Industri rumah tangga pada umumnya adalah unit-unit usaha yang sifatnya lebih tradisional, dalam arti menerapkan sistem organisasi dan manajemen yang baik seperti lazimnya dalam suatu perusahaan modern, tidak ada pembagian tugas kerja dan sistem pembukuan yang jelas. Proses produksi dilakukan di samping atau di dalam rumah dari pemilik usaha, mereka tidak mempunyai tempat khusus. Teknologi yang digunakan sangat sederhana yang pada umumnya manual dan sering kali direkayasa sendiri dan banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak dibayar (khususnya anggota keluarga). Sebagaian besar industri rumah tangga terdapat di daerah pedesaan dan kegiatan produksi pada umumnya musiman erat kaitannya dengan siklus kegiatan di sektor pertanian (Tambunan, 2002). Badan Pusat Statistik (2012), menetapkan empat kriteria industri di Indonesia, diantaranya adalah industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Berdasarkan prioritasnya diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, diantaranya: industri kecil dapat 8 1. Industri kecil yang menghasilkan barangbarang konsumsi 2. Industri kecil tradisional yang menghasilkan barang kerajinan 3. Industri kecil modern yang menghasilkan komponen/peralatan teknik untuk keperluan produksi dari sektor industri. Industri kecil memiliki peranan penting dalam menunjang perekonomian nasional melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah dan keunggulan komparatif produk lokal serta memberikan pengaruh pada pengembangan industri hulu dan penghematan devisa. Industri kecil memiliki perbedaan dengan industri lainnya, baik dari segi karakteristik maupun rekayasa. Karena sifatnya yang lebih cenderung suka bergerak sendiri-sendiri dan tidak terorganisir, industri ini memiliki nilai tawar yang rendah dalam pasar bisnis, dengan demikian perlu adanya pengelolaan yang sistematis dan tepat dalam menjalankan industri ini (Mulyanto, 2006). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang terdapat Pada Bab I Pasal 1 adalah sebagai berikut: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah 9 atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 yang terdapat pada Bab IV Pasal 6 adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 10 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). C. Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Investasi pada financial assets Investasi pada financial assets dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu: a. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. b. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. 2. Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim, 2003). Menurut Sunarto (2006), investasi merupakan komitmen sejumlah dana suatu periode untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan 11 datang sebagai kompensasi unit yang diinvestasikan. Investasi juga didefinisikan sebagai barang-barang yang dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka (Mankiw, 2000). Menurut Sugiharto (2002), dalam melakukan investasi tersebut setiap perusahaan umumnya akan berusaha agar perluasannya dapat berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan, sehingga seberapa lama pengembalian dana yang ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya, sebelum perusahaan menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu perlu diketahui apakah proyek atau investasi yang akan dilakukan dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dengan jangka waktu tertentu. Selain itu, agar dapat melihat apakah investasi yang dijalankan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya seperti yang diharapkan. Menurut Sukirno (2011) faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi atau pembentukan modal yang akan dilakukan dalam perekonomian adalah: 1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) Investasi yang direncanakan hanya akan dilakukan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih besar dari suku bunga yang harus dibayarnya. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. 12 Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. Untuk kondisi internal dapat berupa efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Disamping itu, kepemilikan hak monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan dan penguasaan jalur informasi juga menjadi faktor non-teknis internal perusahaan. Sedangkan kondisi eksternal perusahaan adalah perkiraan kondisi ekonomi tingkat nasional maupun internasional, kondisi sosial politik serta kondisi keamanan negara. Selain itu, kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang akan mempengaruhi permintaan agregat, juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan terhadap tingkat pengembalian investasi yang diharapkan. 2. Suku Bunga Suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi investasi. Jika suku bunga tinggi, maka investasi akan berkurang. Hal ini disebabkan karena kenaikan suku bunga terutama dalam hal ini suku bunga pinjaman menyebabkan biaya investasi semakin tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat pengembalian modal atau tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan. Demikian sebaliknya, jika suku bunga rendah akan mendorong lebih banyak investasi karena biaya investasinya rendah sehingga tingkat pengembalian modal atau harapan keuntungan dari kegiatan investasi tersebut akan tinggi. 3. Kemajuan Teknologi Adanya penemuan-penemuan teknologi baru oleh para pengusaha untuk dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen memacu dilakukannya 13 pembaruan-pembaruan atau inovasi dengan melakukan pembelian barang-barang modal baru dan ada kalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrik/industri yang baru. Makin banyak pembaruan-pembaruan yang dilakukan, makin tinggi investasi yang akan dicapai. D. Biaya Produksi Menurut Nicholson (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi mengandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh, sehingga produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara menghubungkan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi dan managerial skill. Menurut Pindyck dan Rubinfield (2007) menyatakan bahwa hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah sebagai fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu. Faktor produktivitas adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law 14 variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumberdaya yang efisien dalam sebuah sistem produksi. Menurut Mulyadi (2004) biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor-faktor utama utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obatobatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007). Perhitungan biaya yang dilakukan meliputi biaya investasi, biaya variabelsemi variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya. Biaya investasi adalah sejumlah modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin diproduksi Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas produksi (Ardana, 2008). Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya operasional merupakan biaya yang besarnya ditentukan oleh jumlah produk yang diproduksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan semi variabel. Komponen biaya tetap produksi mie jagung terdiri dari sewa bangunan, biaya penyusutan mesin peralatan, biaya pemeliharaan, biaya rutin kebersihan dan keamanan. Biaya variabel pada terdiri dari : biaya bahan baku, bahan pendukung, biaya tenaga 15 kerja, biaya overhead, sedangkan biaya semi variabel terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi (Parama, 2014). E. Penerimaan (Benefit) Besarnya penerimaan hasil usaha tergantung dari jumlah barang yang dapat dihasilkan dan harga jual yang diperoleh. Tinggi rendahnya harga di pasaran tidaklah selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh pengusaha itu sendiri, akan tetapi biaya produksi (cost) sedikit banyak dapat diatur sendiri. Seluruh jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan dari menjual barang yang diproduksinya dinamakan hasil penjualan total (TR) yaitu dari perkalian total revenue. Menurut Bilas (1994) dalam Buku Ekonomi Mikro menjelaskan bahwa penerimaan produksi total adalah penerimaan penjualan total dikurangi dengan biaya penjualan, ini adalah penerimaan penjualan yang diberikan kepada bagian produksi dari perusahaan. Dengan demikian, angka penerimaan penjualan adalah yang paling penting dalam masalah maksimalisasi keuntungan. Penerimaan produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk yang terjual. Sofyan (2005) mendefinisikan total revenue dalam hal ini adalah besarnya penerimaan total yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk yang di produksinya. Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang adalah agar memperoleh pendapatan dari penjualan output sebagai sumber penerimaan utama atau revenue. Revenue yang berarti penerimaan adalah sebagai jumlah yang diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau perusahaan. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan dari penjualan barang- 16 barang atau barang-barang dagangan. Penerimaan total atau total revenue pada umumnya dapat didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang-barang yang diperoleh penjual. Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan tiap satuan atau dirumuskan sebagai berikut: R=PxX R P X = Penerimaan total = Harga tiap satuan barang = Banyaknya barang yang terjual F. Pendapatan (Net Benefit) Pendapatan disebut juga dengan income yaitu imbalan yang diterima oleh seluruh rumah tangga pada lapisan masyarakat dalam suatu negara/daerah, dari penyerahan faktor-faktor produksi atau setelah melakukan kegiatan perekonomian. Pendapatan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sisanya merupakan tabungan untuk memenuhi hari depan (Tito, 2011). Menurut Belkaoui (2000) Pendapatan diinterprestasikan sebagai : 1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa. 2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan. 3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu tertentu. Menurut Hery (2013) pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktiva 17 lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. Menurut Jusup (2011) pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (misalnya penjualan barang dagangan atau pendapatan jasa). Menurut Sumarni & Jhon (2014), pendapatan adalah jumlah uang yang dibayarkan kepada penerima. Menurut Henry (2000) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bilamana arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pemodal. Pengertian pendapatan usaha dikemukakan juga oleh Dyckman (2002) dalam Putra (2012) bahwa pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. G. Kelayakan Finansial Usaha Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Menurut Umar (2005) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru. Suliyanto (2010) menyatakan beberapa 18 perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis (business plan) berdasarkan sumber data penelitian, penyusun penelitian, tujuan dari studi kelayakan dan rencana bisnis, waktu penelitian, dan biaya yang dibutuhkan oleh masing-masing. G.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0. Dengan demikian, jika suatu proyek mempunyai NPV < 0, maka tidak akan dipilih atau tidak layak untuk dijalankan (Pudjosumarto, 2002). Net Present Value (NPV) yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Menurut Gray et al (1997), formulasi dari NPV adalah: 𝑡=𝑛 𝑁𝑃𝑉 = 𝑖=0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 + 𝑖)𝑡 Keterangan: Bt = Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun) Ct = Biaya total pada tahun sekarang (Rp/tahun) t = Tahun investasi (tahun) i = Suku bunga discount factor (%) dengan kriteria sebagai berikut: a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha menguntungkan dan layak untuk diusahakan. b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha tidak menguntungkan dan tidak layak untuk diusahakan. 19 G.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) Net B/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara benefit bersih dari tahun-tahun yang bersangkutan yang telah dipresent valuekan (pembilang/bersifat +) dengan biaya bersih dalam tahun dimana Bt – Ct (penyebut/bersifat –) yang telah dipresent valuekan, yaitu biaya kotor > benefit kotor. Kriteria ini memberi pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio > 1, dan begitu pula sebaliknya bila suatu proyek member hasil Net B/C Ratio < 1, proyek tidak terima (Pudjosumarto, 2002). NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV negatif yang diformulasikan Gray, et al (1997) : 𝐵 𝑁𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶 n t=0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 / n t=0 𝐶𝑡 − 𝐵𝑡 / 1+𝑖 1+𝑖 t t 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0 atau NBCR adalah: 𝐵 𝑁𝑃𝑉 + 𝑁𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶 𝑁𝑃𝑉 − Keterangan: Net B/C NPV+ NPV− = Nilai Net Benefit Cost Ratio (Rp) = Nilai NPV yang bernilai positif (Rp) = Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp) dengan kriteria: a. Net B/C ratio > 1 : Usaha layak untuk diusahakan (untung). b. Net B/C ratio < 1 : Usaha tidak layak untuk diusahakan (rugi). c. Net B/C ratio = 1 : Usaha tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan. 20 G.3 Internal Rate of Return (IRR) Pada metode ini akan dihitung tingkat bunga. Tingkat bunga yang dihitung merupakan tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return yang diinginkan. Jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila sebalikanya maka investasi tidak menguntungkan. Misalnya IRR yang dihasilkan oleh sebuah proyek adalah 25% yang berarti proyek ini akan menghasilkan keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of return yang diinginkan adalah 20%, maka proyek dapat diterima kelayakannya (Prabantoro, 2003). IRR merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan sama dengan nol. Dengan demikian, IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns, atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebenarnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut. Kriteria investasi IRR ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila IRR > Social Discount Rate. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < Social Discount Rate, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Pudjosumarto, 2002). Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Menurut Sucipto (2010), IRR dihitung dengan rumus: 21 𝐼𝑅𝑅 = i1 + 𝑁𝑃𝑉1 i −i 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2 1 Keterangan: IRR i1 NPV1 i2 NPV2 = Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal). = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati nol. = Nilai NPV positif mendekati nol. = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati nol. = Nilai NPV negatif mendekati nol. dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat keuntungan. b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat kerugian. c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan. G.4 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan usaha jahe instan terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi. Data diolah dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara matematis dengan merujuk pada aspek-aspek perhitungan analisis kelayakan finansial, yaitu Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Payback Period, Incremental Rate of Return (IRR), dan Rasio B/C (Kusuma, 2012). 22 Penetapan asumsi dilakukan untuk membantu pengolahan data, penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) dan pembuatan cash flow. Asumsi yang ditetapkan meliputi jumlah hari kerja karyawan, harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi yang diharapkan, peningkatan harga bahan baku, dan umur proyek (Idham, 2010). H. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang berbagai usaha produk jahe dan kelayakan finansial juga telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, kemampuan proyek untuk membiayai dana tersebut dalam waktu yang ditentukan. Hal ini dapat menjadi patokan untuk mengambil langkah, apakah suatu proyek atau usaha masih layak dilakukan atau tidak. Harisudin (2013) dengan judul penelitian “Perumusan Strategi Bersaing Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan Perceptual Mapping”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi bersaing jahe instan produk CV. Intrafood dan strategi bersaing yang dapat direkomendasikan untuk meraih keberasilannya. Metode dasar yang digunakan adalah analisis deskriptif. Penentuan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive, yaitu CV. Intrafood Surakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis Perceptual Mapping. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa jahe instan produk CV Intrafood berada pada peringkat kedua dari produk empat jahe instan yang diperbandingkan. Atribut yang dapat dijadikan kekuatan utama dalam 23 meningkatkan pemasaran jahe instan produk CV. Intrafood adalah manfaat produk. Sisi yang paling lemah adalah atribut desain kemasan dan kinerja produk dalam kemasan. Sangwan (2012) dengan judul penelitian “Nutritional composition of ginger powder prepared using various drying methods”. Sebuah studi dilakukan untuk mempersiapkan bubuk jahe menggunakan berbagai metode pengeringan dan melakukan evaluasi gizi. Jahe (Zingiber officinale) dikeringkan menggunakan naungan, surya, oven dan metode pengeringan microwave. Semua sampel di giling untuk membuat bubuk halus. Analisis sensori menunjukkan bahwa penerimaan dari semua jenis bubuk jahe berada di kisaran mulai dari sangat menyukai hingga ke cukup menyukai oleh panelis. Skor yang diperoleh untuk warna lebih tinggi adalah bubuk jahe kering di bawah naungan yaitu (8,20) dibandingkan dengan kering oven (7,60), kering surya (7,70), dan bubuk jahe kering microwave (7,80). kadar air berkisar antara 3,55% di bubuk jahe kering surya hingga 3,78% bubuk jahe kering di bawah naungan. Konten lembab sedikit lebih tinggi ditemukan di tempat bubuk jahe kering yang teduh. Protein, serat kasar, lemak dan abu isi berkisar dari 5,02-5,82; 4,97-5,61; 0,76-0,90 dan 3,383,66% masing-masing. Karotin dan asam askorbat ditemukan maksimum bubuk jahe kering pada di bawah naungan yaitu, 0,81 mg / 100 g dan 3,83 mg / 100 g, masing-masing. Konten polifenol hampir sama di semua sampel sedangkan kalsium sedikit lebih tinggi di bawah naungan kering jahe bubuk yaitu, 69,21 mg / 100 g. Hasil menunjukkan bahwa bubuk jahe yang diolah dari berbagai metode pengeringan memiliki profil sensorik dan gizi yang baik. 24 Ciba (2012) dengan judul penelitian “Processing of ginger & its medicinal uses”. Jahe adalah tanaman rempah-rempah penting di dunia. Jahe biasanya tersedia dalam tiga bentuk yang berbeda: jahe segar (hijau), jahe diawetkan dalam air garam atau sirup, jahe kering atau bubuk jahe. pengolahan produk jahe merupakan praktek penting dalam industri pengolahan makanan. Ada dua faktor penting untuk dipertimbangkan saat memilih rimpang jahe untuk pengolahan, yaitu tahap kematangan saat panen dan sifat asli dari jenis tumbuhan. Olahan produk jahe terdiri dari roti jahe, minyak jahe, permen jahe, jahe mengkristal, jahe bubuk, jahe dalam sirup, bubur jahe, dan oleoresin jahe. Jahe dapat ditemukan dalam berbagai makanan dan minuman, jahe memainkan peran penting dalam pengobatan Ayurveda India sebagai obat tradisional untuk mempromosikan pembersihan tubuh melalui keringat, menenangkan mual dan untuk merangsang nafsu makan. Novi (2010) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Produk Herbal Jahe Merah pada Home Industri Enam Putri Jakarta Pusat” bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jahe merah instan serta menganalisis tingkat sensitivitas pada usaha pengolahan jahe merah terhadap perubahan-perubahan harga produk yang mungkin terjadi. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100 % modal sendiri dinyatakan layak, terbukti dengan nilai Net Present Value (NPV) yang positif pada diskon faktor 16 %, Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16 %), dan nilai Net B/C Ratio > 1, serta Payback Period yang relatif cepat. Begitu pula hasil analisis kelayakan finansial dengan 80 % dan 50 % modal 25 sendiri. Secara keseluruhan, usaha pengolahan jahe merah instant di Home Industri Enam Putri layak untuk dilaksanakan. Alim (2001) dengan judul penelitian “Kajian Proses dan Analisa Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga“. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25 % menunjukkan nilai Net Present Value (NPV) Rp 22.629.547, nilai Internal Rate of Return (IRR) 61,13 %, nilai Net Benefit Cost Ratio (NBCR) sebesar 1,9, nilai Payback Period (PBP) adalah 0,62 tahun, sedangkan Break Event Point (BEP) produksinya akan tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp 54.448.000. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikan biaya produksi sebesar 18 % dan penurunan harga jual sampai 13 % proyek masih layak untuk dilaksanakan. Dari hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun persamaannya adalah pada penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan sebagian alat atau metode analisis yang sama, yaitu terdiri dari metode Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR), dan Analisis Sensitivitas. Adapun Perbedaannya antara lain terdapat pada objek dan lokasi penelitian. I. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan proses yang harus dilakukan menurut susunan serta menggunakan analisis data sesuai dengan keadaan yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kelayakan secara finansial usaha jahe instan. Dimana pada usaha jahe instan ini dimulai dari pemasukan input yang dalam 26 analisis finansial terdiri atas biaya-biaya yakni biaya investasi dan biaya operasional, dalam usaha ini akan menghasilkan keluaran (output) berupa produk jahe instan. Selanjutnya dari hasil produksi akan dikalikan dengan harga sehingga menjadi penerimaan (Benefit) bagi para petani. Dari hasil ini kemudian dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga diperoleh pendapatan bersih (Net Benefit). Selanjutnya akan dilakukan suatu analisis kelayakan secara finansial yang terdiri dari beberapa metode yakni Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) yang disertakan dengan penggunaan Analisis Sensitivitas. Dari hasil pengolahan data tersebut, akan menghasilkan data kelayakan secara finansial usaha jahe instan. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Usaha Jahe Instan Proses Produksi Harga Biaya (Cost): a. Biaya Investasi b. Biaya Operasional c. Penerimaan (Benefit) Biaya Total Pendapatan (Net Benefit) Kelayakan finansial usaha jahe instan Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian. 27 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Desa Abenggi merupakan satu-satunya Desa yang mengolah tanaman jahe menjadi produk jahe instan di Konawe Selatan yang masih berjalan. Selain itu, Desa Abenggi juga merupakan Desa binaan Fakultas Pertanian yang masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Waktu penelitian berlangsung selama Bulan Februari sampai dengan Bulan Mei 2016. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel, karena penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dimana peneliti terfokus kepada satu populasi dan sampel saja, sehingga peneliti menjadikan populasi sekaligus sebagai sampel dalam penelitian ini. C. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan- 28 pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada responden untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan pada instansi dan sumber pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Survei, yaitu melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian khususnya pada usaha jahe instan yang menjadi objek penelitian. 2. Wawancara, yaitu melakukan kegiatan tanya jawab dengan responden, berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan lembar kuesioner. 3. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. E. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Biaya-biaya dalam membuat usaha jahe instan meliputi: - Biaya investasi, yaitu biaya pembelian peralatan dan bangunan. - Biaya operasional, yaitu biaya pembelian bahan baku, bahan tambahan dan bahan pendukung lainnya dalam pembuatan jahe instan. 2. Produksi dan harga produksi jahe instan. 3. Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit). 29 F. Analisis Data Kelayakan finansial usaha jahe instan UKM Gerak Mandiri dapat diuji dengan menggunakan metode analisis kelayakan sebagai berikut: 1. Metode Net Present Value (NPV) NPV adalah untuk mengetahui nilai sekarang penerimaan bersih yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Menurut Gray et al (1997), formulasi dari NPV adalah: 𝑡=𝑛 𝑁𝑃𝑉 = 𝑖=0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 + 𝑖)𝑡 Keterangan: Bt Ct t i = Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Biaya total pada tahun sekarang (tahun 2015) (Rp/tahun) = Tahun investasi (tahun 2007) = Suku bunga discount factor (7,00 %) (Sumber : BI Rate) dengan kriteria: a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri menguntungkan dan layak untuk diusahakan. b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak menguntungkan dan tidak layak untuk diusahakan. 2. Metode Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV negatif yang diformulasikan Gray, et al (1997) : 𝑁𝑒𝑡 𝐵 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶 n t=0 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 / n t=0 𝐶𝑡 − 𝐵𝑡 / 1+𝑖 1+𝑖 t t 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 > 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 < 0 30 atau NBCR adalah: 𝐵 𝑁𝑃𝑉 + 𝑁𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶 𝑁𝑃𝑉 − Keterangan: Net B/C NPV+ NPV− = Nilai Net Benefit Cost Ratio (Rp) = Nilai NPV yang bernilai positif (Rp) = Nilai NPV yang bernilai negatif (Rp) dengan kriteria: a. Net B/C ratio > 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri layak untuk diusahakan (untung). b. Net B/C ratio < 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak layak untuk diusahakan (rugi). c. Net B/C ratio = 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan. 3. Metode Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Menurut Sucipto (2010), IRR dihitung dengan rumus: 𝐼𝑅𝑅 = i1 + 𝑁𝑃𝑉1 i −i 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2 1 Keterangan: IRR i1 NPV1 i2 NPV2 = Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal). = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati nol. = Nilai NPV positif mendekati nol. = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati nol. = Nilai NPV negatif mendekati nol. dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat keuntungan. 31 b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat kerugian. c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha jahe instan tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan. 4. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan usaha jahe instan terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi (Kusuma, 2012). Variabel yang diteliti adalah perubahan menurunnya harga jual produk jahe instan dan meningkatnya biaya operasional sementara yang lain tetap, yang dikondisikan sebagai berikut: 1. Harga jual produk jahe instan menurun 8,36%. 2. Biaya operasional meningkat 8,36%. Penentuan persentase sensitivitas ditentukan berdasarkan Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tertinggi selama 3 Tahun terakhir. G. Konsep Operasional Konsep operasional merupakan pengertian, batasan dan ruang lingkup penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang 32 berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil pengamatan variabel yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik/produsen usaha jahe instan di Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang memiliki pengetahuan tentang usaha jahe instan. 2. Jahe instan adalah jahe yang telah diolah dan diberikan perlakuan sedemikian rupa dengan melalui beberapa tahap, yang kemudian dikemas menjadi jahe siap saji. 3. Biaya investasi adalah jumlah biaya awal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha jahe instan baik berupa uang maupun bangunan, peralatan serta investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang (Rp/tahun). 4. Bangunan adalah tempat yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha khususnya digunakan pada saat proses pembuatan jahe instan. 5. Peralatan adalah semua alat yang digunakan dalam pembuatan jahe instan, yang sifatnya tidak habis satu kali pakai atau jangka panjang. 6. Pemarut adalah alat yang digunakan untuk memarut jahe. 7. Kompor adalah alat yang digunakan untuk memasak jahe. 8. Wajan adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung sari jahe sebelum dimasak. 9. Sendok kayu adalah alat yang digunakan untuk mengaduk sari jahe selama proses pemasakan sebelum jahe mengkristal. 10. Sutil aluminium adalah alat yang digunakan untuk mengaduk jahe yang telah mengkristal. 33 11. Pisau adalah alat yang digunakan untuk mengupas jahe. 12. Baskom adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung jahe yang telah dikupas serta jahe yang telah dimasak 13. Kain penyaring adalah alat yang digunakan untuk memisahkan jahe yang telah diparut, untuk mendapatkan sari jahe. 14. Saringan tepung adalah alat yang digunakan untuk memisahkan jahe yang telah mengkristal, untuk mendapatkan bubuk jahe yang lebih halus. 15. Talang adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung jahe yang telah diparut. 16. Biaya operasional adalah nilai input untuk melaksanakan proses produksi dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya pembelian bahan-bahan atau peralatan tambahan dalam pembuatan jahe instan, upah tenaga kerja dan lain sebagainya (Rp/tahun). 17. Produksi jahe instan adalah jumlah jahe instan yang dihasilkan atau diproduksi yang diukur dalam satuan Kilogram per tahun (Kg/tahun). 18. Harga output adalah harga jahe instan pada saat produksi yang diukur dalam rupiah per Kilogram (Rp/Kg). 19. Penerimaan (Benefit) adalah hasil perkalian antara jumlah jahe instan yang diproduksi dengan harga jahe instan yang dipasarkan, yang dinyatakan dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun). 20. Pendapatan (Net Benefit) adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi usaha jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun). 34 21. Discount factor adalah faktor pemotongan yang didasarkan pada tingkat bunga bank yang berlaku, dinyatakan dalam persen (%) yaitu 7,00 %. 22. Analisis kelayakan usaha adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usaha jahe instan yaitu NPV, NBCR, IRR dan Analisis Sensitivitas. 23. Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih sekarang dari sejumlah uang yang diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan datang berdasarkan besarnya persen discount factor. 24. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negatif. 25. Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan bahwa NPV sama dengan seluruh biaya investasi proyek yang dinyatakan dalam persen (%). 26. Analisis sensitivitas adalah pengujian untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha jahe instan mampu bertahan atau layak terhadap perubahan-perubahan naik turunnya biaya maupun harga jual produk jahe instan. 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian merupakan gambaran atau penjelasan singkat secara umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan luas wilayah, keadaan iklim serta keadaan demografi lokasi penelitian. A.1 Letak dan Luas Wilayah Secara administratif, Desa Abenggi berada dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Landono. Desa Abenggi terletak di sebelah utara pusat pemerintahan Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Landono II b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Watabenua c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Watabenua d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talimbinga Desa Abenggi merupakan wilayah dataran yang memiliki luas wilayah secara keseluruhan seluas 2.860 ha atau ± 3,5 km2 atau 2,6% dari total luas wilayah Kecamatan Landono yaitu sebesar 125,9 km2. Desa Abenggi memiliki 4 (empat) dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun. A.2 Keadaan Iklim dan Topografi Sebagaimana halnya dengan daerah lain di Indonesia pada umumnya dan Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya yang dikenal dengan iklim tropis, maka 36 Desa Abenggi juga termasuk di dalamnya. Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. Semakin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan air laut akan semakin rendah suhu udara begitupun sebaliknya. Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang beriklim tropis. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi, selama tahun 2014 suhu udara maksimum 32ºC dan minimum 23ºC. tekanan udara rata-rata 1.008,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 83 %. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu sekitar 3 m/sec. Desa Abenggi memiliki topografi dataran yang berbukit-bukit dengan ketinggian 176 m dpl. Secara hidrologi, Desa Abenggi memiliki irigasi pengairan teknis sepanjang 3 Km dengan tingkat kemungkinan rawan banjir. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi, yaitu antara 2.500 – 4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari, dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe adalah antara 20-35°C. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl. A.3 Keadaan Demografi Keadaan demografi atau penduduk Desa Abenggi dikelompokkan berdasarkan umur dan jenis kelamin, berdasarkan mata pencaharian, dan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan. 37 A.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Keadaan penduduk berdasarkan umur yaitu penggolongan penduduk berdasarkan usia, sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang termasuk dalam usia produktif dan tidak produktif. Jumlah penduduk di Desa Abenggi Tahun 2016 berjumlah 643 jiwa yang terdiri atas 319 jiwa laki-laki dan 324 jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 189 KK. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin No. 1. Kelompok Umur (Tahun) 0-14 2. 3. 15-54 55 Ke atas Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 80 86 195 44 319 Jumlah (Jiwa) 166 Persentase (%) 25,81 368 109 643 57,23 16,96 100,00 173 65 324 Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi, 2016) Menurut Soeharjo dan Patong (1984), penduduk diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-54 tahun), dan usia tidak produktif (lebih dari 55 tahun). Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang ada di Desa Abenggi termasuk dalam usia produktif yaitu berjumlah 368 jiwa (57,23). Hal ini berarti penduduk yang berjumlah 368 jiwa tersebut menanggung beban tanggungan penduduk yang termasuk dalam usia belum produktif dan tidak produktif yaitu berjumlah 275 jiwa (42,77). Penduduk dengan usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Selain itu, penduduk dengan usia produktif masih memungkinkan memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, tak terkecuali dalam mengelola usaha jahe 38 instan ini. Secara tidak langsung, dengan meningkatnya keterampilan dan pengetahuan penduduk dapat mempengaruhi produksi sehingga pendapatannya juga dapat bertambah. A.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Secara keseluruhan, penduduk Desa Abenggi memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) 1. Tidak Sekolah 27 2. Belum Sekolah 8 3. Taman Kanak-kanak (TK) 15 4. Sekolah Dasar (SD) 219 5. Tamat SD 182 6. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 61 7. Tamat SMP 48 8. Sekolah Menengah Atas (SMA) 43 9. Tamat SMA 35 10. Diploma/Sarjana 5 Jumlah 643 Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi,2016) No. Tingkat Pendidikan Persentase (%) 4,20 1,24 2,33 34,06 28,30 9,49 7,47 6,69 5,44 0,78 100,00 Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa penduduk Desa Abenggi sebagian besar menempuh pendidikan di bangku sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 219 jiwa (34,06 %). Meskipun jumlah penduduk yang menempuh perguruan tinggi lebih sedikit yaitu berjumlah 5 jiwa (0,78), akan tetapi Desa Abenggi memiliki banyak sumber daya manusia yang akan menjadi generasi mendatang. 39 Tingkat pendidikan berkaitan dengan pola pikir dan mempengaruhi kecepatan adopsi suatu teknologi. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kualitas dan kemampuan penduduk atau sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah mampu mengadopsi suatu teknologi yang ada. Kemampuan sumber daya manusia dalam mengembangkan pola pikir dan mengadopsi teknologi ini tentu dapat membantu mengembangkan usaha jahe instan yang ada di Desa Abenggi, agar usaha ini dapat terus berjalan dan mampu meningkatkan pendapatan para pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. A.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Secara umum, penduduk di Desa Abenggi bermata pencaharian di sektor pertanian. Namun demikian, penduduknya memiliki mata pencaharian yang bervariasi mulai dari Petani, Buruh Tani, PNS, Karyawan Swasta dan lain sebagainya. Jumlah penduduk Desa Abenggi berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Abenggi Berdasarkan Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) 1. Petani 187 2. Buruh Tani 8 3. PNS 3 4. TNI/POLRI 2 5. Karyawan Swasta 3 6. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 22 Jumlah 225 Sumber: Data Sekunder (Data Penduduk Desa Abenggi,2016) No. Jenis Mata Pencaharian Persentase (%) 83,11 3,56 1,33 0,89 1,33 9,78 100,00 40 Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa penduduk Desa Abenggi sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yaitu berjumlah 187 jiwa (83,11 %). Semua jenis mata pencaharian tersebut merupakan sarana untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di Desa Abenggi. Mata pencaharian merupakan unsur penting dalam menunjang kehidupan ekonomi manusia karena dengan adanya mata pencaharian tersebut dapat menjadi sarana untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencaharian di suatu wilayah tergantung dari potensi sumber daya alam, keterampilan serta tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing penduduk di wilayah tersebut. B. Gambaran Umum Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri terbentuk atas dasar inisiatif dari para ibu rumah tangga yang telah terbentuk sejak tahun 2007, dengan tujuan agar selain menjadi ibu rumah tangga, mereka juga memiliki usaha sendiri sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri sudah memiliki izin usaha berupa izin industri pangan yang disebut juga dengan P-IRT. P-IRT adalah kepanjangan dari Pangan Industri Rumah Tangga. P-IRT dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes). Nomor P-IRT usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dikeluarkan pada Tahun 2008 dengan Nomor Depkes RI: P-IRT No. 214740502008. Nomor P-IRT ini diperbaharui setiap Tahunnya, namun karena usaha jahe instan ini tidak berjalan dengan lancar, sehingga mereka tidak 41 pernah memperbaharui Nomor P-IRT nya. Meskipun demikian, Nomor P-IRT Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi masih terdaftar di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sampai saat ini. Sertifikat P-IRT adalah izin edar produk pangan olahan yang diproduksi oleh Industri Rumah Tangga untuk dipasarkan secara lokal. Izin P-IRT hanya untuk produk pangan olahan dengan tingkat risiko yang rendah. P-IRT penting sebagai jaminan bahwa usaha makanan atau minuman rumahan yang dijual memenuhi standar keamanan makanan. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri pada awalnya terdiri dari 20 orang anggota kelompok, namun seiring berjalannya waktu jumlah anggota kelompok tersebut terus berkurang karena beberapa alasan. Sampai saat ini, jumlah anggota kelompok Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang tersisa yaitu 15 orang anggota, bertempat di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Jenis produk yang diproduksi Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri pada tahun 2007 adalah Virgin Cocunut Oil (VCO) dan Nata De Coco, kemudian hasil dari penjualannya dijadikan sebagai modal untuk membuat jahe instan dan sarabba instan. Sampai saat ini, Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan dan jumlah produksinya disesuaikan dengan jumlah pesanan. Akibatnya, waktu produksinya pun harus mengikuti waktu pemesanan, sehingga proses produksi usaha jahe instan ini tidak continue atau tidak berkesinambungan dari tahun ke tahunnya. Selain jumlah dan waktu produksi, Harga produk jahe instan ini juga tidak pernah berubah dari awal produksi hingga sekarang. Berdasarkan hasil wawancara 42 di lapangan, penyebab harga produk jahe instan ini tidak pernah berubah dari tahun ke tahun adalah agar konsumen mereka tidak berkurang dan bahkan mereka berharap konsumennya dapat bertambah. Selain itu, salah satu kendala yang mereka hadapi adalah, tidak adanya tempat pemasaran bagi produk jahe instan ini yang sifatnya menetap dan dengan jumlah yang besar, sehingga usaha ini lagi-lagi hanya bergantung pada pemesanan saja. Instansi yang biasanya melakukan pemesanan jahe instan diantaranya adalah Dinas Pemberdayaan dan KB Kabupaten Konawe Selatan, serta Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMD) Provinsi Sulawesi Tenggara. Langkah-langkah proses pembuatan jahe instan adalah sebagai berikut: - Mengupas terlebih dahulu kulit jahe kemudian mencuci bersih jahe yang telah dikupas tersebut. - Memarut jahe menggunakan mesin pemarut/parut manual, setelah itu memeras jahe menggunakan kain penyaring sampai benar-benar tidak ada ampas, dengan tujuan untuk mendapatkan sari jahe. - Mendiamkan atau mengendapkan sari jahe yang telah disaring selama 30-40 menit. - Menyiapkan kompor lalu memanaskan wajan ukuran besar. - Menuangkan sari jahe kedalam wajan yang telah dipanaskan dan sisakan endapannya kemudian aduk rata sari jahe tersebut selama 30 menit. - Menuangkan 1 kg gula pasir dan menyisihkan ¼ kg. - Mengaduk sari jahe sampai merata dan terus menerus sampai berbentuk kristal kira-kira selama 2 jam. Setelah berbentuk kristal, angkat dan dinginkan. 43 - Setelah dingin, kristal jahe tersebut di pisah-pisahkan menggunakan sutil aluminium, kemudian di blender agar menjadi bubuk yang halus. - Memisahkan bagian kristal jahe yang kasar dan yang halus dengan menggunakan saringan tepung. - menambahkan ¼ kg gula pasir yang telah disisihkan sebelumnya. - Jahe siap untuk dikemas dan disajikan dengan takaran 2 sdm/gelas atau dapat disesuaikan dengan pesanan, untuk menambah cita rasa yang lain, dapat ditambahkan dengan susu maupun teh. Berdasarkan hasil wawancara, proses pembuatan jahe instan dapat dilihat seperti pada Gambar 2. Jahe Pengupasan dan pencucian jahe Proses pemarutan dan penyaringan jahe dengan kain penyaring Pengendapan/mengendapkan jahe yang sudah disaring selama 30-40 menit Proses pemasakan sari jahe Penambahan gula pasir Penyaringan kristal jahe dengan menggunakan saringan tepung Pengemasan Pemasaran jahe (jahe instan siap jual) Gambar 2. Proses Produksi Jahe Instan 44 C. Kelayakan Finansial Usaha Kelayakan finansial usaha dalam penelitan ini dihitung berdasarkan biaya produksi, jumlah produksi dan harga produksi, penerimaan (Benefit), pendapatan (Net Benefit) dan R/C ratio. Selanjutnya, dianalisis dengan menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Sensitivitas Usaha. C.1 Biaya Produksi Biaya produksi dalam usaha jahe instan ini terdiri dari dua macam biaya yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah jumlah biaya awal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha jahe instan baik berupa uang, bangunan, peralatan dan investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Tahun. Rincian biaya investasi pada usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Tahun ke-0 (2007) No 1. 2. Komponen Biaya Bangunan Peralatan: a. Pemarut b. Kompor c. Wajan d. Sendok Kayu e. Sutil Aluminium f. Pisau g. Baskom h. Kain Penyaring i. Saringan Tepung j. Talang Jumlah Satuan 1 Unit 3 2 2 3 3 5 3 1 2 3 Total Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Meter Buah Buah Harga Satuan (Rp) 2,934,000 Total Biaya (Rp) 2,934,000 10,000 320,000 50,000 5,000 10,000 5,000 7,000 7,000 3,000 7,000 30,000 640,000 100,000 15,000 30,000 25,000 21,000 7,000 6,000 21,000 3,829,000 Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara) 45 Tabel 4 menunjukkan bahwa total biaya investasi sebesar Rp 3.829.000,-. Hal ini dikarenakan biaya bangunan sebesar 2.934.000,- yang merupakan biaya investasi terbesar yang digunakan. Bangunan merupakan tempat untuk menjalankan suatu usaha khususnya pada pembuatan jahe instan, meskipun sesekali mereka membuat jahe instan di dalam rumah. Setelah itu, biaya investasi terbesar yang kedua yaitu kompor sebesar Rp 640.000,-. Kompor merupakan salah satu alat yang sangat penting, dimana kompor ini digunakan sebagai alat untuk memasak jahe dalam proses pengolahan jahe instan. Selanjutnya, biaya investasi terkecil yaitu pembelian saringan tepung sebesar Rp 6.000,-, kemudian menyusul kain penyaring dengan harga sebesar Rp 7.000,-, meski memiliki nilai yang paling kecil, namun saringan tepung dan kain penyaring juga memiliki peranan yang penting dalam proses pengolahan jahe instan. Jenis investasi lainnya berupa peralatan, yaitu mesin pemarut. Pengadaan mesin pemarut ini diperoleh pada tahun 2011 dari hasil penjualan jahe instan itu sendiri dengan tujuan agar pembuatan jahe instan tidak lagi menggunakan pemarut manual. Selain itu, pada Tahun 2013 ada pula jenis investasi yang diperoleh dari bantuan pemerintah yaitu berupa mesin press serta pembungkus atau kemasan. Biaya operasional adalah nilai korbanan (input) untuk melaksanakan proses produksi dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya bahan baku dan biaya sarana produksi yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/Tahun. Biaya ini merupakan biaya yang nantinya akan dikeluarkan setiap tahun untuk keperluan biaya operasi usaha jahe instan. Biaya operasional dalam usaha jahe instan ini 46 tidak menentu atau tidak selalu sama untuk tiap tahunnya, hal ini dikarenakan jumlah jahe instan yang diproduksi disesuaikan dengan jumlah pesanan setiap tahunnya. Biaya operasional yang dikeluarkan dalam usaha jahe instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rincian Biaya Operasional Usaha Jahe Instan Industri Rumah Tangga Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 (2008-2015) Total Biaya Tahun ke- (Rp) Komponen Biaya 1 2 3 4 5 6 7 8 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bahan Baku: Jahe 15,000 308,000 18,000 24,000 60,000 162,000 20,000 85,000 Gula Pasir 21,000 72,000 22,000 24,000 60,000 108,000 78,000 75,000 Minyak Tanah 8,000 90,000 5,000 5,000 18,000 42,000 40,000 30,000 Kertas Label 1,500 42,000 1,000 1,000 2,500 4,500 3,000 2,500 252 7,056 168 168 420 22,500 15,000 12,500 32,500 42,000 18,000 19,500 19,500 26,000 37,500 27,600 78,252 1,161,056 64,168 73,668 160,420 365,000 293,500 232,600 Bahan Penolong: Plastik/Pembungkus Bensin Total Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara) Tabel 5 menunjukkan bahwa total biaya operasional terbesar yang dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk produksi jahe instan dalam satu tahun yaitu terdapat pada tahun ke-2 (2009) yaitu sebesar Rp 1.161.056,-, sedangkan biaya operasional terkecil yang dikeluarkan untuk produksi jahe instan dalam satu tahun terdapat pada tahun ke-3 (2010) yaitu sebesar Rp 64.168,-. Perbedaan total biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya ini dipengaruhi oleh perbedaan jumlah produksi dan perbedaan harga setiap komponen biaya. Rincian biaya operasional Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 dapat dilihat pada Lampiran 5. 47 C.2 Produksi dan Harga Produksi Produksi merupakan hasil akhir yang diperoleh dari proses pengolahan jahe instan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). Jumlah jahe instan yang diproduksi oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak selalu sama untuk tiap tahunnya, hal ini dikarenakan jumlah jahe instan yang diproduksi masih disesuaikan dengan jumlah pesanan. Adapun rincian produksi jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Produksi Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Tahun keProduksi (Kg/Tahun) 1 (2008) 3 2 (2009) 84 3 (2010) 2 4 (2011) 3 5 (2012) 5 6 (2013) 9 7 (2014) 6 8 (2015) 5 Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara) Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah produksi jahe instan yang tertinggi adalah pada tahun ke-2 yaitu 84 Kg dan produksi jahe instan yang terendah adalah pada tahun ke-3 yaitu 2 Kg saja. Hal ini tidak lain karena dipengaruhi oleh seberapa besar jumlah permintaan konsumen untuk tiap tahunnya. Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan sesuai dengan jumlah permintaan atau pesanan saja, karena belum adanya tempat untuk memasarkan produk jahe instan yang mereka buat, sehingga jumlah produksi dari tahun ke-1 hingga tahun ke-8 itu berbeda. 48 Harga produksi adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Kg). Harga jahe instan yang ditawarkan oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri kepada konsumen adalah senilai Rp 60.000,-/Kg. C.3 Penerimaan (Benefit) dan Pendapatan (Net Benefit) Penerimaan (Benefit) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produksi jahe instan yang dikalikan dengan harga jahe instan yang diberikan kepada konsumen, yang nantinya akan diterima oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Tahun). Adapun rincian besarnya penerimaan usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penerimaan Usaha Jahe Instan pada Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Jumlah Produksi Harga Produk Penerimaan (Benefit) (Kg/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) 60,000 180,000 1 (2008) 3 60,000 5,040,000 2 (2009) 84 60,000 120,000 3 (2010) 2 60,000 180,000 4 (2011) 3 60,000 300,000 5 (2012) 5 60,000 540,000 6 (2013) 9 60,000 360,000 7 (2014) 6 60,000 300,000 8 (2015) 5 Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara) Tahun ke- Tabel 7 menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah penerimaan dari usaha jahe instan yang diperoleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak selalu sama, hal ini dikarenakan jumlah produksi setiap tahunnya juga tidak selalu 49 sama. Penerimaan tertinggi yang diperoleh adalah pada tahun ke-2, dimana pada tahun ke-2 (2009) ini Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri memproduksi jahe instan sebesar 84 Kg dengan harga per kilogram sebesar Rp 60.000,- sehingga memberikan penerimaan sebesar Rp 5.040.000,-. Penerimaan terendah yang diperoleh adalah pada tahun ke-3, dimana pada tahun ini (Tahun 2010) Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri hanya memproduksi jahe instan sebesar 2 Kg saja dengan harga per kilogram sebesar Rp 60.000,- sehingga memberikan penerimaan sebesar Rp 120.000,-. Pendapatan (Net Benefit) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penerimaan jahe instan yang dikurangi dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dalam memproduksi jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/tahun). Adapun rincian besarnya pendapatan usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri dapat dilihat pada Lampiran 7. C.4 Analisis Net Present Value (NPV) Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui penerimaan bersih sekarang yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Data yang digunakan untuk menghitung NPV usaha jahe instan adalah data biaya (cost) dan penerimaan (Benefit) pada tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-8 yang disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Present Value (NPV), diperoleh nilai NPV pada discount factor (df) 7% sebesar Rp 77.576,- sampai usaha jahe instan ini berjalan selama 8 tahun. Hasil perhitungan ini menunjukkan 50 bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh adalah positif (+), sebagaimana yang telah disebutkan dalam kriteria penilaian NPV. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan agar usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi dapat terus berjalan dan lebih dikembangkan lagi, mengingat nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh tergolong tidak begitu besar yaitu Rp 77.576,-, untuk lebih jelasnya perhitungan analisis Net Present Value (NPV) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 11. C.5 Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) merupakan suatu analisis yang membandingkan antara NPV positif dengan NPV negatif. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) digunakan untuk mengetahui perbandingan antara nilai manfaat sekarang pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 7%. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) pada discount factor 7%, diperoleh nilai NBCR sebesar 1,02. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai yang diperoleh lebih besar dari satu (NBCR > 1), sebagaimana yang telah disebutkan dalam kriteria penilaian NBCR. Apabila Net B/C ratio > 1 maka usaha jahe instan 51 layak untuk diusahakan (untung), oleh karena itu diharapkan agar usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi lebih ditingkatkan karena lagi-lagi mengingat bahwa nilai yang diperoleh dari Net Benefit Cost Ratio (NBCR) ini tidak begitu besar yaitu 1,02 saja, untuk lebih jelasnya perhitungan analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 11. C.6 Analisis Internal Rate of Return (IRR) Analisis Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu usaha mampu mengembalikan sejumlah modal yang diinvestasikan dari usaha jahe instan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Internal Rate of Return (IRR), diperoleh nilai IRR sebesar 7,92%. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 7%, sebagaimana yang telah disebutkan dalam kriteria penilaian IRR. Apabila IRR > bunga pinjaman bank, maka diterima. Diterima artinya usaha jahe instan layak untuk diusahakan. Berdasarkan uraian di atas, dengan melihat nilai IRR yang diperoleh maka diharapkan kepada pihak lembaga keuangan bisa mempertimbangkan usaha ini dalam penyaluran bantuan kredit, meskipun peningkatannya tidak tergolong besar yaitu 7,92%, untuk lebih jelasnya perhitungan analisis Internal Rate of Return (IRR) dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 11. 52 C.7 Sensitivitas Usaha Sensitivitas usaha digunakan untuk melihat sejauh mana usaha jahe instan mampu bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menurunkan harga jual produk sebesar 1,3% dan meningkatkan biaya operasional sebesar 4,1% dan yang lain dianggap tetap. Penentuan persentase sensitivitas tidak dilihat dari nilai inflasi yang berlaku yaitu 8,36% (Laporan Inflasi Indeks Harga Konsumen berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tertinggi selama 3 Tahun terakhir). Apabila kita melihat atau mengacu pada nilai inflasi yang berlaku, maka pada tingkat inflasi tersebut usaha jahe instan ini sudah tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dikembangkan. Oleh karena itu, persentase sensitivitas ini diperoleh dari hasil perhitungan kelayakan finansial, sampai dimana usaha jahe instan ini mampu bertahan. untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 12 dan Lampiran 13. Analisis sensitivitas pada kondisi harga jual produk jahe instan menurun sebesar 1,3% dengan discount factor 7%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.460,-. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh 53 adalah sebesar 1,00. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, namun tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan, karena NBCR = 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 7,03%. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 7%. Analisis sensitivitas usaha jahe instan dengan menurunkan harga jual produk jahe instan sebesar 1,3% dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 12. Analisis sensitivitas pada kondisi biaya operasional meningkat sebesar 4,1% dengan discount factor 7%, diperoleh NPV sebesar Rp 842,-. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh adalah sebesar 1,00. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, namun tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan, karena NBCR = 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 7,01%. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi layak secara finansial untuk diusahakan, karena tingkat pengembalian modal yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang 54 berlaku yaitu 7%. Analisis sensitivitas usaha jahe instan dengan meningkatkan biaya operasional sebesar 4,1% dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 13. Secara umum usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini layak secara finansial untuk diusahakan. Dilihat dari hasil perhitungannya meskipun usaha jahe instan ini layak secara finansial, namun usaha ini juga memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi, serta tingkat kecenderungan kelayakannya yang juga masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan analasis NPV, NBCR, IRR dan sensitivitasnya. Kasmir dan Jakfar (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman studi kelayakan antara lain: (a) Jumlah dana yang ditanamkan, (b) Ketidakpastian estimasi usaha pada masa yang akan datang, dan (c) Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi usaha. C.8 Perhitungan R/C Ratio Menutut Hartati dan Mulyani (2009) R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh pengrajin atau perusahaan layak untuk diusahakan. R/C Ratio dapat dihubungkan dengan efisiensi biaya, ada beberapa definisi efisiensi. Efisiensi dalam pekerjaan merupakan perbandingan yang terbaik suatu pekerjaan dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 55 a. Segi hasil : Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien, apabila dengan usaha tertentu dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. a. Segi usaha : Suatu pekerjaan disebut efisien, jika hasil tertentu dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Efisiensi merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien atau tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha biasanya ditentukan dengan menghitung revenue cost ratio, yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya (Soekartawi, 2002). Perhitungan R/C ratio usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Perhitungan R/C ratio Usaha Jahe Instan Penerimaan Total Biaya (Benefit) 1 (2008) 180,000 78,252 2 (2009) 5,040,000 1,161,056 3 (2010) 120,000 64,168 4 (2011) 180,000 73,668 5 (2012) 300,000 160,420 6 (2013) 540,000 365,000 7 (2014) 360,000 293,500 8 (2015) 300,000 232,600 Sumber: Data Primer (Analisis Data Hasil Wawancara) Tahun ke- R/C Ratio 2.30 4.34 1.87 2.44 1.87 1.48 1.23 1.29 Tabel 8 menunjukkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi, layak untuk diusahakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan R/C ratio yang lebih besar dari satu (R/C ratio > 1), maka usaha 56 tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. R/C ratio > 1 menunjukkan bahwa penggunaan biaya pada usaha jahe instan ini tergolong menguntungkan dan efisien. Selain itu, R/C ratio > 1 ini juga menunjukkan bahwa usaha jahe instan ini layak dan berpotensi untuk dikembangkan. Tingginya nilai R/C ratio disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditi yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan petani sebagai pengusaha. Pengembangan usaha untuk jangka panjang biasanya menggunakan modal pinjaman, namun berdasarkan perhitungan analisis kelayakan menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) dan analisis sensitivitas, usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini hampir mengalami ketidaklayakan, atau dengan kata lain tingkat kelayakannya tidak begitu besar. Keadaan ini bisa saja dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya jumlah produksi yang tidak menentu, harga produk yang tidak pernah berubah, biaya-biaya yang dikeluarkan, pemasaran produk serta motivasi pelaku usaha yang masih perlu ditingkatkan. 57 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kelayakan finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi, maka dapat disimpulkan bahwa usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan, layak secara finansial untuk diusahakan. Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini hanya layak diusahakan hingga 1,3% penurunan harga produk jahe instan dan 4,1% kenaikan biaya operasional. B. Saran Saran yang dapat diajukan dengan melihat kondisi dan analisis kelayakan finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan adalah sebagai berikut: 1. Bagi pelaku usaha dalam hal ini kelompok Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri Desa Abenggi, agar lebih meningkatkan jumlah produksi, serta selalu memperhatikan peningkatan dan penurunan harga dari produksi maupun harga dari biaya operasional, sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menjalankan usaha. 2. Bagi Pemerintah, diharapkan agar selalu memperhatikan Usaha Industri Rumah Tangga khususnya dalam hal permodalan, pemasaran serta sarana dan prasarana untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu pemerintah seharusnya lebih memperhatikan usaha kecil yang 58 mengolah produk pertanian yang mampu menghasilkan nilai tambah, seperti usaha jahe instan ini dan lain sebagainya. 3. Bagi peneliti selanjutnya, agar lebih memperdalam kajian tentang kelayakan finansial, misalnya menganalisis faktor-faktor penyebab ketidakkontinuannya, motivasi pelaku usaha jahe instan dalam menjalankan usaha, serta risiko dan ketidakpastian pada usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini, sehingga dapat diketahui secara menyeluruh tentang studi kelayakan suatu usaha khususnya dalam bidang pertanian. 59 DAFTAR PUSTAKA Alim, A.S., 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ardana, K.B., Pramudya, M.H dan Tambunan, A.H.. 2008. Pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) mendukung kawasan mandiri energi di Nusa Penida, Bali. Jurnal Littri. Vol. 14. No. 2. Halaman: 155-161. Balittro,. 2008. Budidaya Organik Tanaman Jahe. Zingiber officinale Rosc. Bogor. Belkaoui, A.R. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Alih Bahasa Marwata S.E., Akt, Salemba Empat. Jakarta. Bilas, A.R. 1994. Micro Economics Theory. Mc.Graw-Hill, International Book Company. Ciba, C. 2012. Processing of ginger & its medicinal uses. Agricultural University. Hyderabad International Convention Centre. Tamil Nadu Agricultural University. India. Jurnal Food Process Technol Vol. 3. No. 10. Halaman: 143-149. Gray, C., P, Simanjuntak, K.L. Sabur dan Maspaitella, P.F.L. 1997. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halim, A. 2003. Auditing 1 Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Jakarta. Harisudin, M., Widiyanti, E., dan Suharyati, A. 2013. Perumusan Strategi Bersaing Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan Perceptual Mapping. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Hartati, A. dan Mulyani, A. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (Virgin Coconut Oil/VCO) di Kabupaten Cilacap. Jurnal Agroland Vol. 16. No. 2. Halaman: 130-140. Henry, S. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. 60 Hery,. 2013. Akuntansi Keuangan Menengah. CAPS (Central of Academic Publishing Service). Yogyakarta. Idham, A.T. Lestari, dan Adriani, D. 2010. Analisis Finansial Sistem Usaha Tani Terpadu (integrated farming system) Berbasis Ternak Sapi Di Kabupaten Oganilir. Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 6. No.2. Halaman: 1-15. Istafid, W. 2006. Visibility Study Minuman Isntan Ekstrak Temulawak dan Ekstrak Mengkudu sebagai Minuman Kesehatan. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang. Jusup, A.H. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi 7 Jilid 1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Kasmir, dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi revisi. Kencana. Jakarta. Kusuma, P.T.W.W., Hidayat, D.D., dan Indrianti, N. 2012. Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Nata De Coco di Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol. 1. No. 2. Halaman: 113-120. Ludong, M., Magrietje, B.L., dan Tatuh, J. 2012. Pelatihan Pengembangan Pengolahan Instan Jahe Merah. Fakultas Pertanian UNSRAT, Manado. Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makro Ekonomi Edisi Keempat. Alih Bahasa Imam Nurmawam. Erlangga. Jakarta. Matondang, I. 2005. Zingiber officinale L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat. UNAS. Bandung. Mulyadi,. 2004. Sistem Akuntansi Edisi ke 9. Sekolah Tinggi Hukum Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Mulyanto, D. 2006. Usaha Kecil dan Persoalannya di Indonesia. Yayasan Akatiga. Bandung. Nicholson, W. 2003. Microeconomics: Basic Principle and Extenssion. The Dryden Press. Chicago. Novi, E.S. 2010. Analisis kalayakan finansial pengolahan produk herbal jahe merah pada home Industri enam putri Jakarta Pusat. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 61 Parama, T.W.W.K., dan Kartika, N.I.M. 2014. Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal : Mie Berbasis Jagung. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia. Subang. Bandung. Pindyck, R.S., dan Rubinfeld, D.L. 2007. Mikro Ekonomi Edisi 6 Jilid 1. Indeks. Jakarta. Prabantoro, G. 2003. Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi Manajemen menggunakan Metode Cost Benefit dan Aplikasi dengan MS Excel 2000. Pudjosumarto, M.S.U. 2002. Evaluasi Proyek. Uraian Singkat dan Soal – Jawab. Liberty. Yogyakarta. Putra, M.F.P.T. 2012. Pengaruh Pendapatan Usaha dan Beban Pajak Terhadap Prediksi Laba Bersih (Studi Empiris pada PT HM Sampoerna Tbk Periode 1999-2010). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Bandung. Rahim, A., dan Hastuti, D.R.W. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Ramadhan, A.E., dan Phaza, H.A. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Secara Batch, Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang. Republik Indonesia. 2008. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sekretariat Negara, Jakarta. Sangwan, A., Kawatra, A., Sehgal.S. 2012. Nutritional composition of ginger powder prepared using various drying methods. Association of Food Scientists & Technologists. India. Jurnal Food Sci Techno Vol. 51. No. 9. Halaman: 2260-2262. Soeharjo, A. Dan Patong, D. 1984. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Faperta, Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI – Press. Jakarta. Sofyan, A. 2005. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta. Sucipto, A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis, Analisis Integratif dan Studi Kasus. Aditya Media. Malang. 62 Sugiharto, T. dan Sumiati. 2002. Studi Kelayakan Proyek Pengembangan Perkebunan Pisang Abaca dengan Menggunakan Analisis Peranggaran Modal. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 7. No. 3. Halaman: 145-150. Sukirno, S. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suliyanto,. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Andi Offset. Yogyakarta. Sumarni, M. dan John S. 2014. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan) Edisi ke 6. Liberty. Yogyakarta. Sunarto,. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran. Cet. 1. Ust Press. Yogyakarta. Tambunan, Tulus, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. PT Salemba Empat. Jakarta. Tito, B. 2011. Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 63 64 Lampiran 1. Riwayat Hidup RIWAYAT HIDUP Atas berkah Allah SWT penulis lahir dengan nama Riski Amaliyah pada tanggal 16 Juni 1993, di Desa Pitulua Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara, yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara (Anak pertama Nursamsi, AMK, kedua Sulbiaman,S.Sos, keempat Arsullah dan kelima Rahmadani) dari pasangan Makruddin (Alm.) dan Siti Nurbaedah. Kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan bagi seorang anak, maka penulis mulai disekolahkan di SDN 1 Pitulua dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SMPN 1 Lasusua dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Lasusua dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi Universitas Halu Oleo Kendari, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) gelombang pertama. Selama menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo, penulis aktif dalam salah satu organisasi kampus yaitu Forum Insan Seni Pertanian (FISTA) Universitas Halu Oleo di tahun 2013. Selanjutnya penulis menjadi Pengurus Harian FISTA UHO dan menjabat sebagai Sekretaris Umum FISTA UHO Periode 2014-2015, dan Anggota Dewan Pengarah Organisasi (DPO) Periode 2015-2016. 65 Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian 66 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian KUESIONER ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA JAHE INSTAN (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA GERAK MANDIRI DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN) A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Responden :…………………………………………….. 2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki 3. Umur : …….Tahun b. Perempuan 4. Alamat RT/RW :…………………………………………….. Desa/Kelurahan :…………………………………………….. Kecamatan/Kabupaten :…………………………………………….. Provinsi :…………………………………………….. 5. Agama 8. Suku : a. Islam b. Protestan c. Katolik d. Hindu e. Budha f. ………. : a. Tolaki b. Muna c.Bugis-Makassar d. Buton 9. Pendidikan Terakhir : a. S2/S1 e. ……….. b. D3 Sederajat d. SMP/MTs e. SD Sederajat 10. Pekerjaan : 1. ……………………. 2. ……………………. 11. Jumlah Tanggungan Keluarga : …….Orang (Laki-laki………Orang) (Perempuan….…Orang) c. SMU/MA f. Tidak Sekolah 67 Lanjutan Lampiran 3. 12. Status dalam Keluarga : a. Kepala Keluarga c. Anak b. Istri c. Saudara/Family 14. Sejarah Singkat usaha yang dijalankan :……………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… B. BIAYA YANG DIGUNAKAN 1. Biaya Investasi usaha jahe instan No Komponen Biaya 1. Bangunan 2. Peralatan: a. Pemarut b. Kompor c. Wajan d. Sendok Kayu e. Sutil Aluminium f. Pisau g. Baskom h. Kain Penyaring i. Saringan Tepung j. Talang Total Biaya (Rp) Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya (Rp) (Rp) 68 Lanjutan Lampiran 3. 2. Biaya Operasional usaha jahe instan tahun ke-1 s/d ke-8 (2008-2015) No Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Bensin 1 2 1 2 3 Total Biaya 3. Penerimaan (Benefit) Tahun ke- Jumlah Produksi (Kg/Tahun) Harga Produk (Rp/Kg) Penerimaan (Benefit) (Rp/Tahun) 1 2 3 4 5 Dst. 4. Pendapatan (Net Benefit) Tahun Ke1. 2. 3. 4. 5. Dst. Penerimaan Biaya (Rupiah) (Rp/Tahun) B. Investasi B. Operasional Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp/Tahun) 69 Lampiran 4. Biaya Investasi (Tahun ke-0) No 1. 2. Komponen Biaya Bangunan Peralatan: a. Pemarut b. Kompor c. Wajan d. Sendok Kayu e. Sutil Aluminium f. Pisau g. Baskom h. Kain Penyaring i. Saringan Tepung j. Talang Jumlah Satuan 1 Unit 3 2 2 3 3 5 3 1 2 3 Total Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Meter Buah Buah Harga Satuan (Rp) 2,934,000 10,000 320,000 50,000 5,000 10,000 5,000 7,000 7,000 3,000 7,000 Total Biaya (Rp) 2,934,000 30,000 640,000 100,000 15,000 30,000 25,000 21,000 7,000 6,000 21,000 3,829,000 69 70 Lampiran 5. Biaya Operasional Tahun ke-1 sampai ke-8 (2008-2015) 2008 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Kg Kg 5,000 7,000 15,000 21,000 Liter Lembar Buah Liter 4,000 500 84 6,500 8,000 1,500 252 32,500 78,252 Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Kg Kg Kg Kg 5,000 3,000 8,000 8,000 65,000 195,000 48,000 672,000 Liter Lembar Buah Liter 4,500 500 84 6,000 90,000 42,000 7,056 42,000 1,161,056 Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Kg Kg 9,000 11,000 18,000 22,000 Liter Lembar Buah Liter 5,000 500 84 6,000 5,000 1,000 168 18,000 64,168 Jumlah Satuan 3 3 2 3 3 5 Total 2009 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin 13 65 6 84 20 84 84 7 Total 2010 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin 2 2 1 2 2 3 Total 71 Lanjutan Lampiran 5. 2011 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Kg Kg 12,000 12,000 24,000 24,000 Liter Lembar Buah Liter 5,000 500 84 6,500 5,000 1,000 168 19,500 73,668 Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Jumlah Satuan 2 2 1 2 2 3 Total 2012 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin 5 5 Kg Kg 12,000 12,000 60,000 60,000 Liter Lembar Buah Liter 6,000 500 84 6,500 18,000 2,500 420 19,500 160,420 Jumla h Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 9 9 Kg Kg 18,000 12,000 162,000 108,000 6 Liter Lemba r Buah Liter 7,000 42,000 500 2,500 6,500 4,500 22,500 26,000 365,000 3 5 5 3 Total 2013 No Komponen Biaya 1 Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah 2 3 4 Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin 1 2 9 9 4 Total 72 Lanjutan Lampiran 5. 2014 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Kg Kg 20,000 13,000 120,000 78,000 Liter Lembar Buah Liter 10,000 500 2,500 7,500 40,000 3,000 15,000 37,500 293,500 Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Kg Kg 17,000 15,000 85,000 75,000 Liter Lembar Buah Liter 10,000 500 2,500 6,900 30,000 2,500 12,500 27,600 232,600 Jumlah Satuan 6 6 4 6 6 5 Total 2015 No 1 2 1 2 3 4 Komponen Biaya Bahan Baku: Jahe Gula Pasir Bahan Penolong: Minyak Tanah Kertas Label Plastik/Pembungkus Bensin 5 5 3 5 5 4 Total Lampiran 6. Rincian Penerimaan (Benefit) Tahun ke1 (2008) 2 (2009) 3 (2010) 4 (2011) 5 (2012) 6 (2013) 7 (2014) 8 (2015) Jumlah Produksi (Kg/Tahun) 3 84 2 3 5 9 6 5 Harga Produk (Rp/Tahun) 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 Penerimaan (Benefit) (Rp/Tahun) 180,000 5,040,000 120,000 180,000 300,000 540,000 360,000 300,000 73 Lampiran 7. Rincian Pendapatan (Net Benefit) Biaya Tahun ke- Penerimaan (Benefit) Biaya Investasi 0 (2007) 0 1 (2008) 3,829,000 Total Biaya Biaya Operasional Pendapatan (Net Benefit) 0 3,829,000 (3,829,000) 180,000 78,252 78,252 101,748 2 (2009) 5,040,000 1,161,056 1,161,056 3,878,944 3 (2010) 120,000 64,168 64,168 55,832 4 (2011) 180,000 73,668 73,668 106,332 5 (2012) 300,000 160,420 160,420 139,580 6 (2013) 540,000 365,000 365,000 175,000 7 (2014) 360,000 293,500 293,500 66,500 8 (2015) 300,000 232,600 232,600 67,400 73 74 Lampiran 8. Perhitungan Kelayakan Finansial Usaha Jahe Instan Tahun Benefit Cost NB (B-C) df 7% NPV 7% df 7,9% NPV 7,9% df 8% NPV 8% df 9% NPV 9% 0 - 3,829,000 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 180,000 78,252 101,748 0.9346 95,092 0.9268 94,298 0.9259 94,211 0.9174 93,347 2 5,040,000 1,161,056 3,878,944 0.8734 3,388,020 0.8589 3,331,736 0.8573 3,325,569 0.8417 3,264,830 3 120,000 64,168 55,832 0.8163 45,576 0.7960 44,445 0.7938 44,321 0.7722 43,113 4 180,000 73,668 106,332 0.7629 81,120 0.7378 78,447 0.7350 78,157 0.7084 75,328 5 300,000 160,420 139,580 0.7130 99,519 0.6837 95,437 0.6806 94,996 0.6499 90,717 6 540,000 365,000 175,000 0.6663 116,610 0.6337 110,894 0.6302 110,280 0.5963 104,347 7 360,000 293,500 66,500 0.6227 41,413 0.5873 39,055 0.5835 38,802 0.5470 36,378 8 300,000 232,600 67,400 0.5820 39,227 0.5443 36,685 0.5403 36,414 0.5019 33,826 ∑ 7,020,000 6,257,664 762,336 NPV NBCR IRR 77,576 1,997 (6,249) (87,115) 77,576 1.02 7.92% 74 75 Lampiran 9. Analisis Sensitivitas jika Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3% Tahun Benefit Cost NB (B-C) df 7% NPV 7% df 7.1% NPV 7.1% 0 0 3,829,000 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 177,660 78,252 99,408 0.9346 92,905 0.9337 92,818 2 4,974,480 1,161,056 3,813,424 0.8734 3,330,792 0.8718 3,324,575 3 118,440 64,168 54,272 0.8163 44,302 0.8140 44,178 4 177,660 73,668 103,992 0.7629 79,335 0.7600 79,039 5 296,100 160,420 135,680 0.7130 96,738 0.7097 96,287 6 532,980 365,000 167,980 0.6663 111,932 0.6626 111,307 7 355,320 293,500 61,820 0.6227 38,498 0.6187 38,247 8 296,100 232,600 63,500 0.5820 36,958 0.5777 36,682 ∑ 6,928,740 6,257,664 671,076 NPV NBCR IRR 2,460 (5,866) 2,460 1.00 7.03% 75 76 Lampiran 10. Analisis Sensitivitas jika Biaya Operasional Meningkat 4,1% Tahun Benefit Cost NB (B-C) df 7% NPV 7% df 7.1% NPV 7.1% 0 0 3,829,000 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 (3,829,000) 1 180,000 81,460 98,540 0.9346 92,093 0.9337 92,007 2 5,040,000 1,208,659 3,831,341 0.8734 3,346,441 0.8718 3,340,195 3 120,000 66,799 53,201 0.8163 43,428 0.8140 43,306 4 180,000 76,688 103,312 0.7629 78,816 0.7600 78,522 5 300,000 166,997 133,003 0.7130 94,829 0.7097 94,387 6 540,000 379,965 160,035 0.6663 106,638 0.6626 106,042 7 360,000 305,534 54,467 0.6227 33,919 0.6187 33,698 8 300,000 242,137 57,863 0.5820 33,677 0.5777 33,426 ∑ 7,020,000 6,357,239 662,761 NPV 842 NBCR 1.00 IRR 842 (7,416) 7.01% 76 77 Lampiran 11. Perhitungan NPV, NBCR, dan IRR pada Analisis Kelayakan Finansial. 1. Net Present Value (NPV) NPV = ∑ (NB × df 7%) = Rp 77.576,- 2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NBCR = = NPV + NPV − Rp 3.906.576 (−Rp 3.829.000) = 1,02 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR = i1 + NPV1 i − i1 NPV1 − NPV2 2 = 7,9% + = 7,92% Rp 1.997 7,9% − 8% Rp 1.997 − (−Rp 6.249) 78 Lampiran 12. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada saat Harga Jual Produk Jahe Instan Menurun 1,3% 1. Net Present Value (NPV) NPV = ∑ (NB × df 7%) = Rp 2,460,- 2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NPV + NBCR = NPV − = Rp 3.831.460 (−Rp 3.829.000) = 1,00 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR = i1 + NPV1 i − i1 NPV1 − NPV2 2 = 7% + Rp 2.460 7,1% − 7% Rp 2.460 − (−Rp 5.866) = 7,03% 79 Lampiran 13. Perhitungan NPV, NBCR dan IRR pada saat Biaya Operasional Meningkat 4,1% 1. Net Present Value (NPV) NPV = ∑ (NB × df 7%) = Rp 842 2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NPV + NBCR = NPV − = Rp 3.829.842 (−Rp 3.829.000) = 1,00 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR = i1 + NPV1 i − i1 NPV1 − NPV2 2 = 7% + Rp 842 7,1% − 7% Rp 842 − (−Rp 7.416) = 7,01% 80 Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian Proses Wawancara bersama Ketua Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri 81 Lanjutan Lampiran 14. Proses pengupasan dan pencucian jahe Proses pemarutan dan penyaringan jahe Proses pengendapan dan pemasakan jahe 82 Lanjutan Lampiran 14. Proses pendinginan dan penyaringan serbuk jahe Sumber Gambar: Dokumentasi Proses Pembuatan Jahe Instan KKN Tahun 2015