BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan elemen yang penting bagi kehidupan manusia, dimana dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. karena pada hakikatnya pribadi manusia merupakan hasil dari integrasi sosial dalam masyarakat yang saling berkomunikasi. Komunikasi yang efektif memerlukan saluran untuk menyampaikan informasi dan salah satu saluran untuk menyampaikan informasi adalah melalui media massa. Fungsi dari media massa tidak sekedar untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, karena media massa memiliki andil dalam penyelenggaraan kegiatan dalam lingkungan publik, sebagai alat kontrol sosial serta membentuk dan mempertahankan citra Media massa berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat atas informasi. sehingga kehadirannya sangat memberi pengaruh bagi individu maupun instansi, hal tersebut terlihat dari munculnya beragam media massa, baik cetak maupun elektronik saat ini. Pentingnya hubungan antara instansi dengan media dapat dilihat dari kasus Prita Mulyasari yang menimpa rumah sakit Omni internasional, kasus ini berawal dari Prita Mulyasari yang mengirimkan keluhannya mengenai rumah sakit Omni melalui surat elektronik kepada temantemannya, namun ternyata ditanggapi oleh pihak Omni dengan tuntutan 1 2 kepada Prita atas dasar pencemaran nama baik. http://news.liputan6.com/read/233358/rs-omni-minta-kasus-prita-takdiperluas (diakses pada 11 Oktober 2011 pada pukul 15.00). Kasus tersebut menyebabkan rumah sakit Omni mulai mengalami permasalahan karena dipojokkan oleh media, sehingga tanggapan masyarakat terhadap rumah sakit Omni menjadi negatif hingga menyebabkan jumlah pasien yang berobat di RS Omni menurun hingga 10 persen http://news.liputan6.com/read/233184/pasien-omni-turun-10-persen (Diakses pada 11 Oktober 2011 pada pukul 15.00) Dari kasus tersebut dapat dilihat bagaimana peran media terhadap perkembangan instansi, khususnya dalam usaha meraih dukungan publik agar perkembangan instansi dapat berjalan dengan baik, Dengan kondisi yang kompetitif saat ini public relations (PR) sangat berperan dalam menjalin hubungan tersebut, dimana PR sebagai perpanjangan tangan antara pihak instansi dengan masyarakat memerlukan media sebagai mitra penyampai informasi. Pada dasarnya bukan hanya PR dari instansi saja yang membutuhkan media sebagai mitra penyampai informasi, namun media juga membutuhkan PR untuk mendapatkan informasi tentang instansi secara resmi, sehingga penyampaian informasi kepada masyarakat dapat terpercaya, akurat dan lengkap. Hal tersebut juga dirasakan oleh rumah sakit Ortopedi Prof DR R Soeharso Surakarta (RSO), RSO merupakan rumah sakit yang menjadi 3 pusat rujukan nasional di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi medikhttp://nasional.kompas.com/read/2009/10/16/19191142/RS.Ortopedi a.Solo.Sumbang.110.Kruk.untuk.Korban.Gempa.Sumbar.(diakses pada 11 Oktober 2011 pada pukul 15.00). Sebagai instansi yang bergerak di bidang kesehatan RSO memerlukan media relations sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuan instansi, yaitu memberi informasi kepada masyarakat untuk memperoleh kepercayaan dan membentuk citra. RSO memiliki kebijakan terhadap wartawan yang akan melakukan kegiatan media relations, dimana wartawan dapat langsung menghubungi humas sehingga humas dapat memberikan laporan kepada pihak atasan. Jadi wartawan tidak perlu menggunakan surat tugas, melainkan dapat langsung menghubungi humas RSO lalu lalu akan bertindak sebagai filter yang menyaring dan memilih wartawan yang dapat melakukan kegiatannya media relations di RSO. Hal tersebut disebabkan karena RSO telah memahami kinerja wartawan yang bersifat aktual. Seiring dengan perkembangannya, hubungan RSO dengan media ternyata tidak berjalan dengan seimbang, menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis, RSO tidak sepenuhnya melaksanakan kegiatan media relations, dimana kegiatan media relations itu sendiri meliputi press release, konferensi pers, kunjungan pers, resepsi pers, peliputan kegiatan dan wawancara pers (Abdulah, 2000: 80-101). Pada tahun 2011 RSO hanya melaksanakan beberapa aktivitas saja yaitu diantaranya adalah wawancara, dimana wartawan mendatangi humas 4 atau narasumber dari pihak RSO untuk menggali informasi. Lalu terdapat kegiatan press tour, dimana saat wartawan akan menggali informasi tentang RSO maka humas akan mendampingi wartawan untuk mengunjungi beberapa lokasi di RSO untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan. Berbeda pada tahun- tahun sebelumnya, kegiatan media relations di RSO dilaksanakan dengan lebih sering dan aktif. Dimana selain dilaksanakannya kegiatan wawancara dan press tour, RSO juga aktif melakukan kerjasama dengan stasiun radio dan TV lokal dalam usahanya menyampaikan informasi secara lebih luas kepada masyarakat. Lalu juga terdapat kegiatan konferensi pers dan peliputan dari media yang menurut penjelasan humas RSO cukup sering dilaksanakan. Dari penjelasan diatas dapat terlihat terdapat ketidakstabilan kegiatan media relations yang dilaksanakan di RSO, tidak semua kegiatan media relations dilaksanakan karena adanya beberapa aspek dalam kegiatan media relations yang dirasa kurang efektif, namun hal tersebut dapat membuka kemungkinan wartawan merasa kurang puas. Kebutuhan wartawan sebagai insan media adalah informasi yang memenuhi hasrat keingintahuan publik atau yang mengandung nilai berita, sehingga melalui kegiatan media relations PR organisasi harus dapat memberikan informasi yang memiliki nilai berita (Iriantara, 2008: 148-149). Kepuasan wartawan juga dapat lihat dari beberapa pasal dalam kode etik jurnalistik menurut dewan pers (Syah, 2011: 173) yaitu pada pasal 1 yang berbunyi wartawan 5 indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk, lalu pada pasal 3 yang berbunyi wartawan indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Selain itu juga dapat dilihat dari beberapa point dalam sepuluh elemen jurnalistik menurut Bill Kovach dan Tom Resentiel (Suryawati, 2011: 53-62) yaitu kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran dan jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wartawan memiliki kewajiban untuk memperoleh informasi selengkap- lengkapnya untuk disalurkan kepada masyarakat secara proporsional, sehingga tingkat kepuasan wartawan didasarkan pada lengkap tidaknya informasi yang didapatkan dari narasumber untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat. Sedangkan informasi dari organisasi disampaikan melalui kegiatan media relation. Berdasarkan dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara kegiatan media relations yang dilaksanakan RSO terhadap kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi pada periode Januari- Desember 2011. Untuk itu peneliti bermaksud melakukan survei terhadap wartawan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kegiatan media relations dengan kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi di Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta 6 Penelitian ini dirasa penting, karena dapat digunakan sebagai masukan untuk perusahaan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan terhadap media. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi (Studi Korelasi Tentang Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi Di Rumah Sakit Ortopedi Prof DR R Soeharso) 7 B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan antara kegiatan media relations terhadap kepuasan wartawan memperoleh informasi di RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta periode Januari- Desember 2011 ? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kegiatan media relations terhadap kepuasan wartawan memperoleh informasi di RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta periode Januari- Desember 2011 D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi yang terkait dengan aktivitas media relations. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi instansi tersebut demi kemajuan kegiatan aktivitas media relations yang lebih optimal. 8 E. Landasan teori 1. Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa disadari setiap aktivitas yang kita lakukan untuk berinteraksi dengan orang lain memerlukan komunikasi. Apa sesungguhnya makna dari komunikasi? Para ahli mengemukakan pengertian dari komunikasi, salah satunya adalah Harold D. Lasswell. Pengertian komunikasi menurut Harold D. Lasswell adalah : Cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2006:18). Didalam proses komunikasi tersebut terdiri dari beberapa unsur, Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. menjelaskan terdapat sebelas unsur dalam komunikasi (Liliweri, 2007:17) unsur- unsur tersebut antara lain adalah : a. Pengirim atau sumber (resource) Yaitu individu kelompok atau organisasi yang berperan untuk mengalihkan atau mentransfer pesan b. Encoding Yaitu pengalihan gagasan ke dalam pesan c. Pesan (masaage) Yaitu gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain. 9 d. Saluran (media) Yaitu tempat dimana sumber menyalurkan pesan kepada penerima. e. Decoding Yaitu pengalihan pesan ke dalam gagasan f. Penerima (receiver) Yaitu individu atau kelompok yang menerima pesan. g. Umpan balik (feed back) Yaitu reaksi terhadap pesan h. Gangguan (noise) Yaitu efek eksternal atau internal akibat dari peralihan pesan i. Bidang pengalaman (field of experience) Yaitu bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima. j. Pertukaran makna (shared meaning) Yaitu bidang atau ruang pertemuan yang terbentuk karena kebersamaan k. Konteks (context) Situasi, suasana atau lingkungan fisik dan non fisik (sosiologiantropologi, psikologi, politik, ekonomi). . Komunikasi yang kita lakukan memiliki beberapa bentuk, bentuk komunikasi tersebut disebutkan oleh Onong Uchana Effendy terdiri dari empat bentuk komunikasi (Effendy, 2000:7), yaitu adalah : 10 a. komunikasi personal (personal communications) 1) komunikasi interpersonal (interpersonal communication) 2) komunikasi anterpersonal (interpersonal communication) b. komunikasi kelompok (group communication) 1) komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) ceramah b) diskusi panel c) simposium d) forum e) seminar f) curahsaran 2) komunikasi kelompok besar (large group communication/ public speaking) 3) komunikasi massa (mass communication) a) pers b) radio c) televisi d) film 4) komunikasi media (media communication) a) surat d) poster b) telepon e) spanduk c) pamflet 11 Didalam kehidupan sehari- hari komunikasi memiliki fungsi yang penting dalam membantu kita berinteraksi dengan orang lain, seperti yang dikemukakan oleh prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. (Liliweri, 2007: 18) didalam bukunya Dasar- Dasar Komunikasi Kesehatan, dimana fungsi- fungsi tersebut diantaranya adalah : a. Informasi. Penerima informasi akan memperoleh apa yang ingin diketahui. b. Pendidikan Dalam penyebaran informasi dapat menambah pengetahuan bagi penerima informasi. c. Instruksi Melalui komunikasi kita dapat memberikan perintah baik berupa mewajibkan maupun melarang. d. Persuasi Melalui fungsi instruksi yang telah dibahas sebelumnya lalu akan menghasilkan fungsi persuasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku. e. Menghibur Yaitu fungsi komunikasi untuk mengirimkan pesan yang mengandung hiburan kepada para penerima 12 2. Media relations Media relations merupakan salah satu bagian penting dalam organisasi untuk dapat menjalankan beberapa fungsi komunikasi yang telah dijelaskan sebelumnya, media relations sendiri memiliki beberapa definisi, diantaranya adalah media relations menurut Firsan Nova adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh organisasi untuk menjalin hubungan baik dengan media massa untuk mencapai publisitas (Nova, 2011: 203). Hubungannya dengan ilmu komunikasi adalah, media relations termasuk bagian dari saluran dalam unsur komunikasi, saluran adalah tempat dimana sumber menyalurkan pesan kepada penerima. Pengertian media relations menurut Barbara averill (Iriantara, 2005: 28) : “Media relations hanyalah salah satu bagian dari public relations, namun ini bisa menjadi perangkat yang sangat penting dan efisien. Begitu kita bisa menyusun pesan yang bukan saja diterima tetapi juga dipandang penting oleh media lokal, maka kita sudah membuat langkah besar menuju keberhasilan program kita” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media relations sama dengan kegiatan publisitas. Lalu Lesly (Iriantara, 2005: 29) menjelaskan bahwa media relations berhubungan dengan media komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespon kepentingan media terhadap organisasi. Dari kedua uraian diatas Iriantara (Iriantara, 2005: 29) mendapatkan dua kesimpulan, yang pertama adalah bahwa media 13 relations diperlukan untuk mempromosikan organisasi melalui media massa. Dan yang kedua, media relations berhubungan dengan pemberian informasi atau tanggapan pada media pemberitaan atas nama organisasi. Sama halnya dengan kegiatan PR yang memiliki tahapan tertentu, yaitu perumusan masalah, perencanaan, aksi dan evaluasi. menurut Iriantara (Iriantara, 2005:47-48) media relations juga memiliki proses yang harus dilaksanakan diantaranya adalah : a. Perencanaan Perencanaan adalah pedoman dalam melakukan kegiatan dan perencanaan dilakukan untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi pada jangka waktu panjang maupun pendek. a. Implementasi Pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. b. Evaluasi Kewajiban yang harus dilaksanakan saat kegiatan sudah selesai karena melalui proses ini dapat menjaditolak ukur efektivitas program yang dilaksanakan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa media relations dilaksakanan karena memiliki manfaat bagi keberlangsungan suatu organisasi, menurut Firsan Nova (Nova, 2011:207) manfaat dari Media relations tersebut adalah : 14 a. Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab organisasi dan media massa b. Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan c. Penyampaian atau perolehan informasi yang akurat, jujur dan mampu memberikan pencerahan bagi publik. Lalu dalam membangun hubungan antara organisasi dengan media, insan PR perlu melaksanakan beberapa prinsip, yaitu kejujuran dan keterusterangan, memberikan pelayanan sebaik- baiknya kepada pers, menjaga perilaku saat berhadapan dengan media, tidak menutup saluran informasi, tidak membanjiri media dengan publisitas yang tidak jelas tujuan dan sasarannya, memperbaharui daftar identitas reporter (Nova, 2011:208). Media relations merupakan kumpulan dari beberapa bentuk kegiatan, Aceng Abdullah (Abdullah, 2000: 80-101) menjelaskan bahwa kegiatan media relations yang memiliki tujuan untuk penyampaian informasi dan meningkatkan citra terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: a. Penyebaran siaran pers atau press release Berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para wartawan atau media massa, dapat melalui kurir atau fax yang dikirimkan kepada kantor media. Dalam pelaksanaannya siaran pers dapat disiarkan dengan dua cara, yaitu : 15 1) Prakegiatan Siaran pers yang disiarkan sebelum diadakannya kegiatan ini dapat bersifat pemberitahuan tentang bakal datangnya sebuah kegiatan. 2) Pascakegiatan Siaran pers yang disiarkan setelah kegiatan berlangsung, namun pengiriman rilis harus tetap mengacu pada aktualitas waktu. b. Konferensi pers dan jumpa pers Jumpa pers biasa dilakukan menjelang, menghadapi atau setelah terjadi peristiwa atau kegiatan. Dalam pelaksanaannya konferensi pers dapat dilakukan menjelang dan sesudah kegiatan berlangsung : 1) Prakegiatan Jumpa pers yang dilakukan menjelang kegiatan berfungsi sebagai wahana publikasi. 2) Pascakegiatan Jumpa pers dilakukan setelah kegiatan selesai diadakan c. Press briefing Press breafing dilakukan pada acara- acara atau kegiatan akbar, namun dalam kegiatan jumpa pers ini harus memperhatikan beberapa hal, yaitu jika tidak siap dengan pertanyaan wartawan sebaiknya tidak dilakukan, memilih 16 orang yang tepat untuk berbicara didepan wartawan, jangan member informasi yang tidak ada hubungannya dengan materi yang dibicarakan, jangan menganggap remeh pertanyaan wartawan. d. Kunjungan pers Kunjungan pers biasanya hanya dilakukan oleh lembaga yang besar, baik swasta maupun pemerintah. Kunjungan pers atau press tour adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang ada dilingkungannya atau tempat yang memiliki hubungan dengan koprah lembaga tersebut. Dalam pelaksanaan kunjungan pers ini perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu : 1) Tentukan media apa saja yang akan diajak 2) Ada tidaknya pembatasan jumlah wartawan 3) Tentukan waktu pemberangkatan yang tepat 4) Sediakan pemandu yang mengerti seluk beluk objek yang dikunjungi 5) Memberikan kebebasan kepada wartawan untuk berbincang sengan petugas di lokasi 6) Sediakan akomodasi yang memadai 7) Berikan bahan tertulis untuk kelengkapan berita wartawan 8) Beri kesempatan wartawan untuk mencoba produk atau lokasi yang dikunjungi 17 e. Resepsi pers Resepsi pers adalah kegiatan mengundang para insan media massa dalam sebuah resepsi atau acara yang khusus diselenggarakan untuk para wartawan. Dalam kegiatan ini perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) Siapkan acara dengan matang 2) Tentukan tempat dan waktu dengan matang 3) Tentukan media yang akan diundang 4) Siapkan pimpinan yang akan hadir f. Peliputan kegiatan g. Wawancara pers Wawancara dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1) Wawancara yang dipersiapkan 2) Wawancara spontan Wawancara spontan adalah wawancara mendadak ketika secara tiba- tiba bertemu dengan wartawan 3. Wartawan Menurut Muhammad Rohmadi (Rohmadi, 2011:21) wartawan adalah sosok yang memiliki ketajaman penglihatan dan pendengaran dalam mengejar berita dan memiliki tugas untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis fakta kejadian yang terjadi dalam masyarakat. 18 Selain itu Rohmadi (Rohmadi, 2011:21) juga menyebutkan bahwa wartawan adalah suatu profesi tulis menulis yang penuh rintangan dan tantangan dimana wartawan dapat malang melintang menelusuri kota dan daerah, untuk meliput berita. Lalu dalam http://www.artikata.com/arti-356555-wartawan.html (diakses pada 12 Juni 2012) mengartikan wartawan adalah orang yang pekerjaannya adalah mencari dan menyusun berita untuk dimuat dl surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Kebutuhan utama wartawan sebagai insan media adalah informasi, informasi dapat berupa data, fakta dan peristiwa, namun informasi yang dibutuhkan oleh wartawan adalah informasi yang memenuhi hasrat keingintahuan publik atau yang mengandung nilai berita (Iriantara, 2008: 148). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kepuasan wartawan dapat diukur dari keakuratan dan kelengkapan informasi yang diperoleh untuk disampaikan kepada khalayak. Dalam melaksanakan tugasnya, wartawan memiliki acuan sebagai pedoman agar mereka dapat melakukan kegiatannya dengan baik dan benar tanpa melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat dan memenuhi kewajiban mereka untuk mencari informasi dan menyalurkannya kepada masyarakat, pedoman mereka antara lain adalah kode etik jurnalistik dan sepuluh elemen jurnalistik: 19 a. Kode etik jurnalistik Kode etik jurnalistik, yang dibuat oleh dewan pers (Syah, 2011: 173) berisi beberapa pasal, yaitu : 1) Pasal 1, berbunyi Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. 2) Pasal 2, berbunyi Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. 3) Pasal 3, berbunyi Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. 4) Pasal 4, berbunyi Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 5) Pasal 5, berbunyi Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas 6) Pasal 6, berbunyi Wartawan Indonesia tidak menyalah gunakan profesi dan tidak menerima suap. 7) Pasal 7, berbunyi Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan 20 embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. 8) Pasal 8, berbunyi Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. 9) Pasal 9, berbunyi Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. 10) Pasal 10, berbunyi Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. 11) Pasal 11, berbunyi Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. b. Sepuluh elemen jurnalistik Bill kovack dan Tom Rosentiel merumuskan sepuluh elemen jurnalistik ( Suryawati, 2011: 53-62), yaitu: 1) Kebenaran Kebenaran dalam jurnalistik bukan kebenaran dalam tatanan filosofi, tapi kebenaran dalam tataan fungsional. 21 2) Loyalitas kepada warga 3) Disiplin dalam melakukan verifikasi Yang diantaranya adalah: a) Jangan menambahkan atau mengarang apapun b) Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa dan pendengar c) Bersikap transparan dan jujur tentang metode dan motivasi dalam melakukan reportase d) Bersandar pada reportase diri sendiri e) Bersikap rendah hati. 4) Independensi Dimana wartawan tidak boleh mengungkapkan pendapatmya sendiri di dalam berita, karena wartawan hanya boleh mengeluarkan opini mereka pada kolom opini sehingga mereka tetap dibilang wartawan walaupun menunjukkan sikap dengan jelas. 5) Memantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang tertindas Merupakan salah satu upaya wartawan untuk turut menegakkan demokrasi. 6) Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik ataupun komentar dari publik 22 7) Jurnalisme harus memikat dan relevan 8) Kewajiban wartawan menjadikan beritanya proporsional dan komprehensif 9) Wartawan memiliki kewajiban untuk mendengarkan suara hati nurani sendiri 10) Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam halhal yang berkaitan dengan berita Sekarang ini warga bukan lagi hanya menjadi konsumen pasif bagi media, karena warga juga menciptakan media sendiri sehingga warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita sehingga dapat mendorong perkembangan jurnalistik. 4. Hubungan antara kegiatan media relations dengan kepuasan wartawan Kepuasan wartawan diukur dari kelengkapan informasi yang didapatkan, dimana informasi tersebut memenuhi hasrat keingintahuan publik atau informasi yang mengandung nilai berita, maka dalam menjalankan media relations staf PR akan menyampaikan informasi yang mengandung nilai berita ( Iriantara, 2008: 148-149) Frauenranth dan Nur (Iriantara, 2008: 148-149) menyebutkan terdapat dua nilai berita yaitu dampak dan kecepatan. Dampak berkaitan dengan pengaruh yang ditumbulkan dari peristiwa yang diberitaan dan dalam dampak ini terdapat dua faktor yang 23 berpengaruh, yaitu kepentingasn dan kedekatan. Sedangkan dari sisi pengaruh yang ditimbulkan, informasi mengandung unsur: a. Drama b. Emosi c. Konflik d. Tokoh penting e. Mengejutkan Sedangkan kecepatan berkaitan dengan kebaruan sehingga orang merasa memperoleh sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. F. Penelitian Terdahulu Untuk menghasilkan penelitian yang relevan guna mempertajam penelitian yang akan dilakukan, diperlukan menelaah hasil penelitian terdahulu. Sebagai berikut seperti pada tabel 1.1: Tabel 1.1 Penelitian terdahulu Judul Oleh Rumusan masalah Strategi Media Relations Dalam Pemerintahan Daerah Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Media Relations Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta dalam Menjalin Hubungan dengan Media Untuk Meningkatkan Citra Positif di Masyarakat Kota Surakarta Budi prasetyo Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Bagaimana strategi Media Relations Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta dalam menjalin hubungan dengan media untuk meningkatkan citra positif di masyarakat Kota Surakarta? 24 Penggunaan metode hasil Studi Deskriptif Kualtitatif dengan menjelaskan bagaimana strategi media relations yang dilakukan oleh Bagian Humas dan Protokol Pemerintahan Kota Surakarta untuk meningkatkan citra positif dimata masyarakat. Strategi yang digunakan adalah pengelolaan relasi, mengembangkan strategi, mengembangkan jaringan Dalam penelitian yang berjudul Strategi Media Relations Dalam Pemerintahan Daerah Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Media Relations Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta dalam Menjalin Hubungan dengan Media Untuk Meningkatkan Citra Positif di Masyarakat Kota Surakarta oleh Budi Prasetyo, peneliti bertujuan untuk mengetahui strategi media relations seperti apa yang digunakan oleh bagian humas dan protokol pemerintah kota Surakarta. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan terhadap wartawan yang berhubungan dengan RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kegiatan media relations dengan tingkat kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi Selain itu penggunaan metode yang digunakan oleh Budi Prasetyo dengan peneliti berbeda, dimana penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian deskriptif kualititatif menggunakan kuantitatif eksplanatif. sedangkan peneliti akan 25 G. Kerangka Pemikiran Didalam hubungan antara instansi dengan media tentu diperlukan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan, dimana instansi dapat memberi informasi kepada masyarakat melalui media dan media mendapatkan informasi yang akurat dan resmi melalui instansi. Didalam menjalin kerjasama tersebut tentu dibutuhkan kegiatan- kegiatan tertentu, dalam hal ini diperlukan kegiatan media relations. Jika dalam perkembangan suatu instansi kegiatan media relations tidak ikut berkembang namun justru terjadi ketidakstabilan maka dapat dipastikan kepuasan dari wartawan juga ikut terpengaruh. Berikut adalah kerangka pemikiran dari penulis yang akan dikemukakan disini : 1. Kegiatan media relations sebagai variable independen 2. Kepuasan wartawan sebagai variable dependen 26 DIAGRAM VARIABEL Gambar 1.1 Variabel independen: Variabel dependen: Kegiatan media relations Kepuasan wartawan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Press release Konferensi pers Press breafing Kunjungan pers Resepsi pers Liputan kegiatan Wawancara pers Keterangan : 1. Kegiatan media relations : variabel independen 2. Kepuasan wartawan : variabel dependen 3. : garis hubungan 1. Informasi yang layak dimuat di media 2. Narasumber yang menguasai materi 3. Informasi yang lancar 4. Narasumber memahami kinerja wartawan 5. Penanganan yang sigap 27 G.1. Definisi Konsepsional a. media relations Media relations adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu atau profesi humas suatu organisasi untuk menjalin hubungan baik dengan media massa dalam rangka mencapai publikasi organisasi yang maksimal dan berimbang (Nova, 2011: 203). Media relations dilaksanakan untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara media massa dengan organisasi. Dalam penelitian ini media relations mempengaruhi kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi dapat dilihat dari kegiatan media relations. Menurut Aceng Abdullah (Abdullah, 2000: 80-101) terdapat beberapa bentuk kegiatan media relations, antara lain adalah : 1. Penyebaran siaran pers atau press release Berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para wartawan dan media massa. 2. Konferensi pers dan jumpa pers Dilaksanakan menjelang menghadapi atau setelah terjadi kegiatan. 3. Press breafing Hampir sama dengan konferensi pers namun dilaksanakan dengan lebih sering dan hanya diadakan saat digelar acara besar. 4. Kunjungan pers Mengajak wartawan berkunjung ke lokasi yang berhubungan dengan kiprah organisasi 28 5. Resepsi pers Kegiatan mengundang insane media massa dalam acara khusus yang diselenggarakan untruk wartawan. 6. Peliputan media 7. Wawancara pers 2. Kepuasan wartawan Kebutuhan utama wartawan sebagai insan media adalah informasi, informasi dapat berupa data, fakta dan peristiwa, namun informasi yang dibutuhkan oleh wartawan adalah informasi yang memenuhi hasrat keingintahuan publik atau yang mengandung nilai berita (Iriantara, 2008: 148). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kepuasan wartawan dapat diukur dari keakuratan dan kelengkapan informasi yang diperoleh untuk disampaikan kepada khalayak. G.2. Definisi Operasional a) Kegiatan media relations (X) variabel kegiatan media relations di Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta diukur berdasarkan tujuh indikator, dimana tiap indikator dirumuskan dengan pertanyaan dalam kuisioner. Berikut tujuh indikator tersebut : 1. Penyebaran siaran pers atau press release Indikator penyebaran siaran pers atau press release dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: 29 a. Anda mempublikasikan dan menyebarkan informasi tentang RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta? b. Anda mendapat press release dari humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso c. Press release dari humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso mengandung nilai jurnalistik yang layak dimuat di media massa 2. Konferensi pers dan jumpa pers Indikator konferensi pers dan jumpa pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: Anda diundang konferensi pers oleh humas RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 3. Press breafing Indikator Press breafing dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: a. Anda diundang humas RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso saat diadakan event besar b. Anda diundang untuk press breafing oleh humas RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 4. Kunjungan pers Indikator kunjungan pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: 30 Anda diundang untuk kunjungan pers oleh humas di RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 5. Resepsi pers Indikator resepsi pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: Anda diundang untuk press gathering (acara yang khusus diselenggarakan untuk insan media massa) oleh humas RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 6. Peliputan media Indikator peliputan media dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: Anda melakukan liputan kegiatan di RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 7. Wawancara pers Indikator wawancara pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: Anda melakukan kegiatan wawancara di RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso b) Kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi (Y) Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah: 1) Informasi dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso mengandung nilai berita yang layak dimuat di media massa 31 2) Narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso menguasai materi 3) Narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso bersikap kooperatif terhadap Anda 4) Anda diberikan informasi tentang RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso secara terbuka 5) Anda diberikan informasi tentang RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso secara akurat 6) Permintaan Anda yang mendadak (wawancara, konfirmasi, revisi) dilayani oleh narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 7) Narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso mudah dihubungi 8) Anda dibantu humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta dalam melakukan kegiatan media relations 9) Anda didampingi humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso dalam melakukan kegiatan media relations 32 H. Hipotesis Berdasarkan pendapat- pendapat yang telah diuraikan sebelumnya dan dengan memperhatikan permasalahan yang ada, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H0 : koefisien rxy tidak signifikan (tidak ada hubungan yang signifikan antara kegiatan media relations dan kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi.) H1 : koefisien rxy signifikan (ada hubungan yang signifikan antara kegiatan media relations dan kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi.) I. Metode Penelitian 1. Tempat dan waktu penelitian Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah Rumah Sakit Ortopedi Prof DR R Soeharso Surakarta dengan waktu penelitian adalah pada bulan Oktober sampai November tahun 2012. 2. Populasi, sampel dan sampling 1) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:80). Populasi dalam penelitian ini adalah wartawan yang pernah melakukan kegiatan media relations di Rumah Sakit Ortopedi Prof.DR.R.Soeharso Surakarta (RSO). 33 Peneliti menentukan jumlah populasi sesuai dengan data yang diperoleh dari arsip milik bagian Hukum, Organisasi dan Pemasaran (HUKORMAS) Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta (RSO) yang diberikan pada peneliti pada bulan Juni 2012, yaitu sebanyak 66 orang. Dimana 66 orang wartawan tersebut berasal dari berbagai media cetak dan elektronik, diantaranya adalah : Tabel 1.2 Populasi wartawan yang pernah melakukan kegiatan media relations di RSO Prof DR. R. Soeharso No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Media massa Majalah Sabili Okezone Harian Suara Merdeka Harian Kompas Joglo Semar Harian Ibu Kedaulatan Rakyat Media Indonesia Solopos Seputar Indonesia Antara Suara Karya Tempo Surat kabar Jepang di Indonesia Liberty Suara Karya RRI PTPN Karavan FM Solopos FM Mentari FM Pop FM Radio OR Solo Ria FM Jumlah wartawan 1 1 1 3 5 1 3 2 5 1 1 1 2 1 1 1 3 1 2 4 1 1 2 1 34 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Pas FM Indosiar SCTV ANTV Trans TV Trans7 Metro TV Global TV TVone TA TV TVRI Semarang Jumlah 1 1 4 2 2 1 2 1 1 5 1 66 Sumber :HUKORMAS RSO Prof DR R Soeharso Surakarta 2) Sampel Dari jumlah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya maka langkah selanjutnya adalah mencari jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, dalam penghitungannya pencarian besaran sampel dengan rumus Slovin, dengan alasan telah diketahui jumlah populasi yang akan diambil sampelnya (Kriyantono, 2010:164) : n= N keterangan : 1+ Ne2 n : sampel N : Populasi e : kelonggaran ketidaktelitian 35 Penelitian ini menggunakan standar error 10%. Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian sosial ini menggunakan pengukuran dengan skala sikap yang hasilnya dapat berubah- ubah, sehingga dipilih standart ketelitian 90%. Maka penghitungan sampel adalah : n= N = 66 1+ Ne2 1+ 66(0,1)2 = 66 1,66 = 39,759 Dibulatkan menjadi 40 3) Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling sederhana, dimana tiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Melalui cara ini pengetahuan yang detail terhadap populasi tidak terlalu penting, representasi kelompok mudah dicapai dan kemungkinan kesalahan pengklasifikasian dapat dieliminasi (Kriyantono, 2010:154-155), cara pengambikan sampel diambil dengan cara diundi, dimana tiap nama dari populasi diberi nomor lalu nomor responden yang keluar ditetapkan sebagai sampel. 36 3. Variabel penelitian Seperti yang telah diungkapkan dalam kerangka pemikiran, maka ditentukan variabel penelitiannya adalah sebagai berikut : a. Variabel independen Yaitu kegiatan media relations, yang indikatornya terdiri dari : 1) Press release 2) Konferensi pers 3) Press breafing 4) Kunjungan pers 5) Resepsi pers 6) Liputan kegiatan 7) Wawancara pers b. Variabel dependen Yaitu kepuasan wartawan, yang indikatornya terdiri dari : 1. Informasi yang layak dimuat di media 2. Narasumber yang menguasai materi 3. Informasi yang lancar 4. Narasumber memahami kinerja wartawan 5. Penanganan yang sigap 37 4. Teknik pengumpulan data a. Kuisioner Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden atau pernyataan tertulis kepada responden (Kriyantono, 2010: 97). Sedangkan jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana responden telah diberi alternatif jawaban oleh peneliti, sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan realitas yang dialami (Kriyantono, 2010: 98) Karena istrumen penelitian menggunakan skala likert, peneliti menetapkan menggunakan kuisioner dengan bentuk pilihan ganda. Skala Likert adalah skala yang biasa digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang suatu objek sikap, objek sikap biasanya ditentukan secara spesifik dan sistematis oleh peneliti. Indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh responden, setiap pertanyaan dan pernyataan tersebut dihubungkan dengan jawaban yang berupa dukungan atau 38 pernyataan sikap dihubungkan dengan kata- kata (Kriyantono, 2010: 138) Sedangkan dalam penskoran dari masing- masing pertanyaan dalam indikator adalah sebagai berikut : 1. Nilai 4, jika jawabannya sangat sering 2. Nilai 3, jika jawabannya cukup sering 3. Nilai 2, jika jawabannya kadang 4. Nilai 1, jika jawabannya tidak pernah Penskoran dibatasi hingga 4 skor untuk menghindari pilihan jawaban yang rancu, seperti jika peneliti memberi pilihan jawaban selalu, yang dapat membingungkan responden antara pilihan jawaban sangat sering dan selalu.. 5. Teknik analisis data Menurut Maleong, analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan dan mengurutkan data ke pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono, 2010: 167). Penelitian ini menggunakan analisis asosiatif, yaitu analisis yang menggunakan uji statistik inferensial dengan tujuan untuk melihat derajat hubungan diantara dua variabel atau lebih (Kriyantono, 2010: 172). 39 Hipotesis assosiatif diuji dengan teknik korelasi, penulis memilih teknik korelasi product moment ,hal itu dikarenakan teknik ini sesuai untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui koefisien korelasi atau derajat kekuatan hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel dengan interval lainnya (Kriyantono, 2010: 175). Selain itu, korelasi product moment dipilih karena penulis akan melakukan penghitungan persamaan regresi, persamaan regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen jika nilai variabel independen diubahubah (Sugiyono, 2008: 188). 6. Teknik uji persyaratan analisis Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan keakuratan alat ukur yang diperlukan untuk analisis data. Penulis mengupayakan alat ukur yang digunakan valid dan reliable sehingga terdapat persyaratan analisis data yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum data diolah. Dalam penelitian ini penulis menetapkan uji persyaratan analisis yang terdiri dari : 40 a. Uji validitas Validitas dilakukan untuk menyatakan sejauh mana instrument akan mengukur apa yang diinginkan (Kriyantono, 2010: 143). Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment (Kriyantono, 2010: 175) : Keterangan : r = korelasi product moment N = jumlah responden ∑x = jumlah skor bulir (x) ∑y = jumlah skor variabel (y) ∑x²= jumlah skor butir kuadrat (x) ∑y²= jumlah skor butir kuadrat (y) ∑xy= jumlah perkalian butir (x) dengan skor variabel (y) Didalam uji validitas ini, jika korelasi product moment positif dan besarnya > r hitung maka item yang bersangkutan dinyatakan valid, namun jika nilainya < r hitung maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. 41 b. Uji reliabilitas reliabilitas adalah jika alat ukur stabil, tidak berubahubah, dapat diandalkan dan tetap (Kriyantono, 2010: 145). Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah rumus alfa cronbach (Umar, 2003: 96) : 𝑘 𝑟11 = 〔(𝑘−1)〕〔1 − ∑σ211 σ211 〕 Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan Σσb2 = jumlah varians butir σt2 = varians total Didalam uji reliabilitas ini, jika reliabilitas instrument atau r hitung > r tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan reliabel, namun jika nilai r hitung < r tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak reliabel. c. Uji Korelasi Untuk menjawab rumusan masalah “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan media relations terhadap kepuasan wartawan memperoleh informasi di RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta periode Januari- Desember 2011” dan “Bagaimana 42 kekuatan hubungan antara kegiatan media relations dengan kepuasan wartawan memperoleh informasi di RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta periode JanuariDesember 2011” Peneliti menggunakan uji korelasi Product moment (Kriyantono, 2010: 175): Didalam uji korelasi ini, jika korelasi atau r hitung > r tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan berhubungan, namun jika nilai r hitung < r tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak berhubungan. Setelah koefisien korelasi product moment ditemukan, lalu akan dilakukan uji t, yang bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan (Kriyantono, 2010: 177) dengan rumus : 43 𝒓 𝒏−𝟐 t = 𝟏−𝒓² keterangan : r = korelasi product moment n = jumlah responden 1 = angka konstan r² = korelasi product moment dikuadratkan Didalam uji t ini, jika t hitung > t tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan signifikan namun jika nilai t hitung < t tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak signifikan. Lalu, untuk meriset apakah terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan atau tidak antara sebab akibat, maka digunakan rumus regresi linier sederhana (Kriyantono, 2010: 184), yaitu: Y = a + bX Keterangan : Y :variabel tidak bebas (subjek dalam variabel tak bebas/ dependen yang diprediksi) 44 X :variabel bebas (subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu) a : nilai intercept (konstan) atau harga Y bila X=0 b : koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen, jika b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan nilai a dapat dihitung dengan rumus : a= ∑ 𝑦 (∑ 𝑋²)−∑𝑋 ∑𝑋𝑌 𝑛 ∑𝑋 2 −(∑𝑥)² nilai b dapat dihitung dengan rumus : b= 𝑛∑𝑋𝑌− ∑𝑋 ∑𝑋𝑌 𝑛 ∑𝑋 2 − (∑𝑋)²