1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komunikasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan elemen yang penting bagi kehidupan
manusia,
dimana
dengan
berkomunikasi
manusia
dapat
saling
berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. karena pada
hakikatnya pribadi manusia merupakan hasil dari integrasi sosial dalam
masyarakat yang saling berkomunikasi. Komunikasi yang efektif
memerlukan saluran untuk menyampaikan informasi dan salah satu
saluran untuk menyampaikan informasi adalah melalui media massa.
Fungsi dari media massa tidak sekedar untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat, karena media massa memiliki andil dalam
penyelenggaraan kegiatan dalam lingkungan publik, sebagai alat kontrol
sosial serta membentuk dan mempertahankan citra
Media massa berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat
atas informasi. sehingga kehadirannya sangat memberi pengaruh bagi
individu maupun instansi, hal tersebut terlihat dari munculnya beragam
media massa, baik cetak maupun elektronik saat ini.
Pentingnya hubungan antara instansi dengan media dapat dilihat
dari kasus Prita Mulyasari yang menimpa rumah sakit Omni internasional,
kasus ini berawal dari Prita Mulyasari yang mengirimkan keluhannya
mengenai rumah sakit Omni melalui surat elektronik kepada temantemannya, namun ternyata ditanggapi oleh pihak Omni dengan tuntutan
1
2
kepada
Prita
atas
dasar
pencemaran
nama
baik.
http://news.liputan6.com/read/233358/rs-omni-minta-kasus-prita-takdiperluas (diakses pada 11 Oktober 2011 pada pukul 15.00).
Kasus tersebut menyebabkan rumah sakit Omni mulai mengalami
permasalahan karena dipojokkan oleh media, sehingga tanggapan
masyarakat terhadap rumah sakit Omni menjadi negatif hingga
menyebabkan jumlah pasien yang berobat di RS Omni menurun hingga 10
persen http://news.liputan6.com/read/233184/pasien-omni-turun-10-persen
(Diakses pada 11 Oktober 2011 pada pukul 15.00)
Dari kasus tersebut dapat dilihat bagaimana peran media terhadap
perkembangan instansi, khususnya dalam usaha meraih dukungan publik
agar perkembangan instansi dapat berjalan dengan baik, Dengan kondisi
yang kompetitif saat ini public relations (PR) sangat berperan dalam
menjalin hubungan tersebut, dimana PR sebagai perpanjangan tangan
antara pihak instansi dengan masyarakat memerlukan media sebagai mitra
penyampai informasi.
Pada dasarnya bukan hanya PR dari instansi saja yang
membutuhkan media sebagai mitra penyampai informasi, namun media
juga membutuhkan PR untuk mendapatkan informasi tentang instansi
secara resmi, sehingga penyampaian informasi kepada masyarakat dapat
terpercaya, akurat dan lengkap.
Hal tersebut juga dirasakan oleh rumah sakit Ortopedi Prof DR R
Soeharso Surakarta (RSO), RSO merupakan rumah sakit yang menjadi
3
pusat rujukan nasional di bidang ortopedi traumatologi dan rehabilitasi
medikhttp://nasional.kompas.com/read/2009/10/16/19191142/RS.Ortopedi
a.Solo.Sumbang.110.Kruk.untuk.Korban.Gempa.Sumbar.(diakses pada 11
Oktober 2011 pada pukul 15.00). Sebagai instansi yang bergerak di bidang
kesehatan RSO memerlukan media relations sebagai salah satu usaha
untuk mencapai tujuan instansi, yaitu memberi informasi kepada
masyarakat untuk memperoleh kepercayaan dan membentuk citra.
RSO memiliki kebijakan terhadap wartawan yang akan melakukan
kegiatan media relations, dimana wartawan dapat langsung menghubungi
humas sehingga humas dapat memberikan laporan kepada pihak atasan.
Jadi wartawan tidak perlu menggunakan surat tugas, melainkan dapat
langsung menghubungi humas RSO lalu lalu akan bertindak sebagai filter
yang menyaring dan memilih wartawan yang dapat melakukan
kegiatannya media relations di RSO. Hal tersebut disebabkan karena RSO
telah memahami kinerja wartawan yang bersifat aktual.
Seiring dengan perkembangannya, hubungan RSO dengan media
ternyata tidak berjalan dengan seimbang, menurut pengamatan yang
dilakukan oleh penulis, RSO tidak sepenuhnya melaksanakan kegiatan
media relations, dimana kegiatan media relations itu sendiri meliputi press
release, konferensi pers, kunjungan pers, resepsi pers, peliputan kegiatan
dan wawancara pers (Abdulah, 2000: 80-101).
Pada tahun 2011 RSO hanya melaksanakan beberapa aktivitas saja
yaitu diantaranya adalah wawancara, dimana wartawan mendatangi humas
4
atau narasumber dari pihak RSO untuk menggali informasi. Lalu terdapat
kegiatan press tour, dimana saat wartawan akan menggali informasi
tentang RSO maka humas akan mendampingi wartawan untuk
mengunjungi beberapa lokasi di RSO untuk memperjelas informasi yang
akan disampaikan.
Berbeda pada tahun- tahun sebelumnya, kegiatan media relations
di RSO dilaksanakan dengan lebih sering dan aktif. Dimana selain
dilaksanakannya kegiatan wawancara dan press tour, RSO juga aktif
melakukan kerjasama dengan stasiun radio dan TV lokal dalam usahanya
menyampaikan informasi secara lebih luas kepada masyarakat. Lalu juga
terdapat kegiatan konferensi pers dan peliputan dari media yang menurut
penjelasan humas RSO cukup sering dilaksanakan.
Dari penjelasan diatas dapat terlihat terdapat ketidakstabilan
kegiatan media relations yang dilaksanakan di RSO, tidak semua kegiatan
media relations dilaksanakan karena adanya beberapa aspek dalam
kegiatan media relations yang dirasa kurang efektif, namun hal tersebut
dapat membuka kemungkinan wartawan merasa kurang puas. Kebutuhan
wartawan sebagai insan media adalah informasi yang memenuhi hasrat
keingintahuan publik atau yang mengandung nilai berita, sehingga melalui
kegiatan media relations PR organisasi harus dapat memberikan informasi
yang memiliki nilai berita (Iriantara, 2008: 148-149). Kepuasan wartawan
juga dapat lihat dari beberapa pasal dalam kode etik jurnalistik menurut
dewan pers (Syah, 2011: 173) yaitu pada pasal 1 yang berbunyi wartawan
5
indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,
berimbang, dan tidak beritikad buruk, lalu pada pasal 3 yang berbunyi
wartawan indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah. Selain itu juga dapat dilihat dari
beberapa point dalam sepuluh elemen jurnalistik menurut Bill Kovach dan
Tom Resentiel (Suryawati, 2011: 53-62) yaitu kewajiban utama jurnalisme
adalah pada pencarian kebenaran dan jurnalis harus membuat berita yang
komprehensif dan proporsional. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa wartawan memiliki kewajiban untuk memperoleh informasi
selengkap- lengkapnya untuk disalurkan kepada masyarakat secara
proporsional, sehingga tingkat kepuasan wartawan didasarkan pada
lengkap tidaknya informasi yang didapatkan dari narasumber untuk
kemudian disampaikan kepada masyarakat. Sedangkan informasi dari
organisasi disampaikan melalui kegiatan media relation.
Berdasarkan dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti
apakah terdapat hubungan antara kegiatan media relations yang
dilaksanakan RSO terhadap kepuasan wartawan dalam memperoleh
informasi pada periode Januari- Desember 2011. Untuk itu peneliti
bermaksud melakukan survei terhadap wartawan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara kegiatan media relations dengan kepuasan
wartawan dalam memperoleh informasi di Rumah Sakit Ortopedi Prof.
DR. R. Soeharso Surakarta
6
Penelitian ini dirasa penting, karena dapat digunakan sebagai
masukan untuk perusahaan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan
terhadap media.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul
Kegiatan Media Relations Dan Kepuasan Wartawan Memperoleh
Informasi (Studi Korelasi Tentang Kegiatan Media Relations Dan
Kepuasan Wartawan Memperoleh Informasi Di Rumah Sakit Ortopedi
Prof DR R Soeharso)
7
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara kegiatan media relations
terhadap kepuasan wartawan memperoleh informasi di RSO Prof.
DR. R. Soeharso Surakarta periode Januari- Desember 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kegiatan media
relations terhadap kepuasan wartawan memperoleh informasi di
RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta periode Januari- Desember
2011
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi yang terkait dengan
aktivitas media relations.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
masukan bagi instansi tersebut demi kemajuan kegiatan aktivitas
media relations yang lebih optimal.
8
E. Landasan teori
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi kehidupan
manusia, karena tanpa disadari setiap aktivitas yang kita lakukan untuk
berinteraksi dengan orang lain memerlukan komunikasi. Apa
sesungguhnya makna dari komunikasi? Para ahli mengemukakan
pengertian dari komunikasi, salah satunya adalah Harold D. Lasswell.
Pengertian komunikasi menurut Harold D. Lasswell adalah :
Cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang
menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa,
kepada siapa dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2006:18).
Didalam proses komunikasi tersebut terdiri dari beberapa unsur,
Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. menjelaskan terdapat sebelas unsur dalam
komunikasi (Liliweri, 2007:17) unsur- unsur tersebut antara lain
adalah :
a. Pengirim atau sumber (resource)
Yaitu individu kelompok atau organisasi yang berperan untuk
mengalihkan atau mentransfer pesan
b. Encoding
Yaitu pengalihan gagasan ke dalam pesan
c. Pesan (masaage)
Yaitu gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang
lain.
9
d. Saluran (media)
Yaitu tempat dimana sumber menyalurkan pesan kepada
penerima.
e. Decoding
Yaitu pengalihan pesan ke dalam gagasan
f. Penerima (receiver)
Yaitu individu atau kelompok yang menerima pesan.
g. Umpan balik (feed back)
Yaitu reaksi terhadap pesan
h. Gangguan (noise)
Yaitu efek eksternal atau internal akibat dari peralihan pesan
i. Bidang pengalaman (field of experience)
Yaitu bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi
dari pengirim maupun penerima.
j. Pertukaran makna (shared meaning)
Yaitu
bidang atau ruang pertemuan yang terbentuk karena
kebersamaan
k. Konteks (context)
Situasi, suasana atau lingkungan fisik dan non fisik (sosiologiantropologi, psikologi, politik, ekonomi). .
Komunikasi yang kita lakukan memiliki beberapa bentuk, bentuk
komunikasi tersebut disebutkan oleh Onong Uchana Effendy terdiri
dari empat bentuk komunikasi (Effendy, 2000:7), yaitu adalah :
10
a. komunikasi personal (personal communications)
1) komunikasi interpersonal (interpersonal communication)
2) komunikasi anterpersonal (interpersonal communication)
b. komunikasi kelompok (group communication)
1) komunikasi kelompok kecil (small group communication)
a) ceramah
b) diskusi panel
c) simposium
d) forum
e) seminar
f) curahsaran
2) komunikasi kelompok besar (large group communication/
public speaking)
3) komunikasi massa (mass communication)
a) pers
b) radio
c) televisi
d) film
4) komunikasi media (media communication)
a) surat
d) poster
b) telepon
e) spanduk
c) pamflet
11
Didalam kehidupan sehari- hari komunikasi memiliki fungsi yang
penting dalam membantu kita berinteraksi dengan orang lain, seperti
yang dikemukakan oleh prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. (Liliweri, 2007:
18) didalam bukunya Dasar- Dasar Komunikasi Kesehatan, dimana
fungsi- fungsi tersebut diantaranya adalah :
a. Informasi.
Penerima informasi akan memperoleh apa yang ingin
diketahui.
b. Pendidikan
Dalam penyebaran informasi dapat menambah pengetahuan
bagi penerima informasi.
c. Instruksi
Melalui komunikasi kita dapat memberikan perintah baik
berupa mewajibkan maupun melarang.
d. Persuasi
Melalui fungsi instruksi yang telah dibahas sebelumnya lalu
akan menghasilkan fungsi persuasi atau mempengaruhi sikap
dan perilaku.
e. Menghibur
Yaitu fungsi komunikasi untuk mengirimkan pesan yang
mengandung hiburan kepada para penerima
12
2.
Media relations
Media relations merupakan salah satu bagian penting dalam
organisasi untuk dapat menjalankan beberapa fungsi komunikasi yang
telah dijelaskan sebelumnya, media relations sendiri memiliki
beberapa definisi, diantaranya adalah media relations menurut Firsan
Nova adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh organisasi
untuk menjalin hubungan baik dengan media massa untuk mencapai
publisitas (Nova, 2011: 203).
Hubungannya dengan ilmu komunikasi adalah, media relations
termasuk bagian dari saluran dalam unsur komunikasi, saluran adalah
tempat dimana sumber menyalurkan pesan kepada penerima.
Pengertian media relations menurut
Barbara averill (Iriantara,
2005: 28) :
“Media relations hanyalah salah satu bagian dari public relations,
namun ini bisa menjadi perangkat yang sangat penting dan efisien.
Begitu kita bisa menyusun pesan yang bukan saja diterima tetapi
juga dipandang penting oleh media lokal, maka kita sudah
membuat langkah besar menuju keberhasilan program kita”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media relations
sama dengan kegiatan publisitas.
Lalu Lesly (Iriantara, 2005: 29) menjelaskan bahwa media
relations berhubungan dengan media komunikasi untuk melakukan
publisitas atau merespon kepentingan media terhadap organisasi.
Dari
kedua uraian diatas Iriantara (Iriantara, 2005: 29)
mendapatkan dua kesimpulan, yang pertama adalah bahwa media
13
relations diperlukan untuk mempromosikan organisasi melalui media
massa. Dan yang kedua, media relations berhubungan dengan
pemberian informasi atau tanggapan pada media pemberitaan atas
nama organisasi.
Sama halnya dengan kegiatan PR yang memiliki tahapan tertentu,
yaitu perumusan masalah, perencanaan, aksi dan evaluasi. menurut
Iriantara (Iriantara, 2005:47-48) media relations juga memiliki proses
yang harus dilaksanakan diantaranya adalah :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah pedoman dalam melakukan kegiatan dan
perencanaan dilakukan untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi
atau tidak terjadi pada jangka waktu panjang maupun pendek.
a. Implementasi
Pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Evaluasi
Kewajiban yang harus dilaksanakan saat kegiatan sudah selesai
karena melalui proses ini dapat menjaditolak ukur efektivitas
program yang dilaksanakan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa media relations
dilaksakanan karena memiliki manfaat bagi keberlangsungan suatu
organisasi, menurut Firsan Nova (Nova, 2011:207) manfaat dari
Media relations tersebut adalah :
14
a. Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab
organisasi dan media massa
b. Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling
menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan
c. Penyampaian atau perolehan informasi yang akurat, jujur dan
mampu memberikan pencerahan bagi publik.
Lalu dalam membangun hubungan antara organisasi dengan media,
insan PR perlu melaksanakan beberapa prinsip, yaitu kejujuran dan
keterusterangan, memberikan pelayanan sebaik- baiknya kepada pers,
menjaga perilaku saat berhadapan dengan media, tidak menutup
saluran informasi, tidak membanjiri media dengan publisitas yang
tidak jelas tujuan dan sasarannya, memperbaharui daftar identitas
reporter (Nova, 2011:208).
Media relations merupakan kumpulan dari beberapa bentuk
kegiatan, Aceng Abdullah (Abdullah, 2000: 80-101) menjelaskan
bahwa kegiatan media relations yang memiliki tujuan untuk
penyampaian informasi dan meningkatkan citra terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu:
a. Penyebaran siaran pers atau press release
Berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para
wartawan atau media massa, dapat melalui kurir atau fax yang
dikirimkan kepada kantor media. Dalam pelaksanaannya siaran
pers dapat disiarkan dengan dua cara, yaitu :
15
1) Prakegiatan
Siaran pers yang disiarkan sebelum diadakannya kegiatan
ini dapat bersifat pemberitahuan tentang bakal datangnya
sebuah kegiatan.
2) Pascakegiatan
Siaran pers yang disiarkan setelah kegiatan berlangsung,
namun pengiriman rilis harus tetap mengacu pada aktualitas
waktu.
b. Konferensi pers dan jumpa pers
Jumpa pers biasa dilakukan menjelang, menghadapi atau
setelah terjadi peristiwa atau kegiatan. Dalam pelaksanaannya
konferensi pers dapat dilakukan menjelang dan sesudah
kegiatan berlangsung :
1) Prakegiatan
Jumpa pers yang dilakukan menjelang kegiatan berfungsi
sebagai wahana publikasi.
2) Pascakegiatan
Jumpa pers dilakukan setelah kegiatan selesai diadakan
c. Press briefing
Press breafing dilakukan pada acara- acara atau kegiatan
akbar, namun dalam kegiatan jumpa pers ini harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu jika tidak siap dengan
pertanyaan wartawan sebaiknya tidak dilakukan, memilih
16
orang yang tepat untuk berbicara didepan wartawan, jangan
member informasi yang tidak ada hubungannya dengan
materi yang dibicarakan, jangan menganggap remeh
pertanyaan wartawan.
d. Kunjungan pers
Kunjungan pers biasanya hanya dilakukan oleh lembaga yang
besar, baik swasta maupun pemerintah. Kunjungan pers atau
press tour adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke
suatu lokasi, baik yang ada dilingkungannya atau tempat yang
memiliki hubungan dengan koprah lembaga tersebut. Dalam
pelaksanaan kunjungan pers ini perlu memperhatikan beberapa
hal, yaitu :
1) Tentukan media apa saja yang akan diajak
2) Ada tidaknya pembatasan jumlah wartawan
3) Tentukan waktu pemberangkatan yang tepat
4) Sediakan pemandu yang mengerti seluk beluk objek yang
dikunjungi
5) Memberikan kebebasan kepada wartawan untuk berbincang
sengan petugas di lokasi
6) Sediakan akomodasi yang memadai
7) Berikan bahan tertulis untuk kelengkapan berita wartawan
8) Beri kesempatan wartawan untuk mencoba produk atau
lokasi yang dikunjungi
17
e. Resepsi pers
Resepsi pers adalah kegiatan mengundang para insan media
massa dalam sebuah resepsi atau acara yang khusus
diselenggarakan untuk para wartawan. Dalam kegiatan ini perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1) Siapkan acara dengan matang
2) Tentukan tempat dan waktu dengan matang
3) Tentukan media yang akan diundang
4) Siapkan pimpinan yang akan hadir
f. Peliputan kegiatan
g. Wawancara pers
Wawancara dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1) Wawancara yang dipersiapkan
2) Wawancara spontan
Wawancara spontan adalah wawancara mendadak ketika
secara tiba- tiba bertemu dengan wartawan
3. Wartawan
Menurut Muhammad Rohmadi (Rohmadi, 2011:21) wartawan
adalah sosok yang memiliki ketajaman penglihatan dan pendengaran
dalam
mengejar
berita
dan
memiliki
tugas
untuk
mencari,
mengumpulkan, dan menganalisis fakta kejadian yang terjadi dalam
masyarakat.
18
Selain itu Rohmadi (Rohmadi, 2011:21) juga menyebutkan bahwa
wartawan adalah suatu profesi tulis menulis yang penuh rintangan dan
tantangan dimana wartawan dapat malang melintang menelusuri kota
dan daerah, untuk meliput berita.
Lalu dalam http://www.artikata.com/arti-356555-wartawan.html
(diakses pada 12 Juni 2012) mengartikan wartawan adalah orang yang
pekerjaannya adalah mencari dan menyusun berita untuk dimuat dl
surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Kebutuhan utama wartawan sebagai insan media adalah informasi,
informasi dapat berupa data, fakta dan peristiwa, namun informasi
yang dibutuhkan oleh wartawan adalah informasi yang memenuhi
hasrat
keingintahuan publik atau yang mengandung nilai berita
(Iriantara, 2008: 148). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya kepuasan wartawan dapat diukur dari keakuratan dan
kelengkapan informasi yang diperoleh untuk disampaikan kepada
khalayak.
Dalam melaksanakan tugasnya, wartawan memiliki acuan sebagai
pedoman agar mereka dapat melakukan kegiatannya dengan baik dan
benar tanpa melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat dan
memenuhi
kewajiban
mereka
untuk
mencari
informasi
dan
menyalurkannya kepada masyarakat, pedoman mereka antara lain
adalah kode etik jurnalistik dan sepuluh elemen jurnalistik:
19
a. Kode etik jurnalistik
Kode etik jurnalistik, yang dibuat oleh dewan pers (Syah, 2011:
173) berisi beberapa pasal, yaitu :
1) Pasal 1, berbunyi Wartawan Indonesia bersikap independen,
menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
beritikad buruk.
2) Pasal 2, berbunyi Wartawan Indonesia menempuh cara-cara
yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
3) Pasal 3, berbunyi Wartawan Indonesia selalu menguji
informasi,
memberitakan
secara
berimbang,
tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
4) Pasal 4, berbunyi Wartawan Indonesia tidak membuat berita
bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5) Pasal 5, berbunyi Wartawan Indonesia tidak menyebutkan
dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebutkan identitas
6) Pasal 6, berbunyi Wartawan Indonesia tidak menyalah
gunakan profesi dan tidak menerima suap.
7) Pasal 7, berbunyi Wartawan Indonesia memiliki hak tolak
untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui
identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan
20
embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai
dengan kesepakatan.
8) Pasal 8, berbunyi Wartawan Indonesia tidak menulis atau
menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi
terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna
kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak
merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat
jiwa atau cacat jasmani.
9) Pasal 9, berbunyi Wartawan Indonesia menghormati hak
narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik.
10) Pasal 10, berbunyi Wartawan Indonesia segera mencabut,
meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak
akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca,
pendengar, dan atau pemirsa.
11) Pasal 11, berbunyi Wartawan Indonesia melayani hak
jawab dan hak koreksi secara proporsional.
b. Sepuluh elemen jurnalistik
Bill kovack dan Tom Rosentiel merumuskan sepuluh elemen
jurnalistik ( Suryawati, 2011: 53-62), yaitu:
1) Kebenaran
Kebenaran dalam jurnalistik bukan kebenaran dalam
tatanan filosofi, tapi kebenaran dalam tataan fungsional.
21
2) Loyalitas kepada warga
3) Disiplin dalam melakukan verifikasi
Yang diantaranya adalah:
a) Jangan menambahkan atau mengarang apapun
b) Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa dan
pendengar
c) Bersikap transparan dan jujur tentang metode dan
motivasi dalam melakukan reportase
d) Bersandar pada reportase diri sendiri
e) Bersikap rendah hati.
4) Independensi
Dimana
wartawan
tidak
boleh
mengungkapkan
pendapatmya sendiri di dalam berita, karena wartawan
hanya boleh mengeluarkan opini mereka pada kolom opini
sehingga mereka tetap dibilang wartawan walaupun
menunjukkan sikap dengan jelas.
5) Memantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang
tertindas
Merupakan salah satu upaya wartawan untuk turut
menegakkan demokrasi.
6) Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik ataupun
komentar dari publik
22
7) Jurnalisme harus memikat dan relevan
8) Kewajiban wartawan menjadikan beritanya proporsional
dan komprehensif
9) Wartawan memiliki kewajiban untuk mendengarkan suara
hati nurani sendiri
10) Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam halhal yang berkaitan dengan berita
Sekarang ini warga bukan lagi hanya menjadi konsumen
pasif bagi media, karena warga juga menciptakan media
sendiri sehingga warga dapat menyumbangkan pemikiran,
opini, berita sehingga dapat mendorong perkembangan
jurnalistik.
4.
Hubungan antara kegiatan media relations dengan kepuasan wartawan
Kepuasan wartawan diukur dari kelengkapan informasi yang
didapatkan,
dimana
informasi
tersebut
memenuhi
hasrat
keingintahuan publik atau informasi yang mengandung nilai berita,
maka
dalam
menjalankan
media
relations
staf
PR
akan
menyampaikan informasi yang mengandung nilai berita ( Iriantara,
2008: 148-149)
Frauenranth dan Nur (Iriantara, 2008: 148-149) menyebutkan
terdapat dua nilai berita yaitu dampak dan kecepatan. Dampak
berkaitan dengan pengaruh yang ditumbulkan dari peristiwa yang
diberitaan dan dalam dampak ini terdapat dua faktor yang
23
berpengaruh, yaitu kepentingasn dan kedekatan. Sedangkan dari sisi
pengaruh yang ditimbulkan, informasi mengandung unsur:
a. Drama
b. Emosi
c. Konflik
d. Tokoh penting
e. Mengejutkan
Sedangkan kecepatan berkaitan dengan kebaruan sehingga orang
merasa memperoleh sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk menghasilkan penelitian yang relevan guna mempertajam
penelitian yang akan dilakukan, diperlukan menelaah hasil penelitian
terdahulu. Sebagai berikut seperti pada tabel 1.1:
Tabel 1.1
Penelitian terdahulu
Judul
Oleh
Rumusan
masalah
Strategi Media Relations Dalam Pemerintahan Daerah
Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Media
Relations Bagian Humas dan Protokol Pemerintah
Kota Surakarta dalam Menjalin Hubungan dengan
Media Untuk Meningkatkan Citra Positif
di Masyarakat Kota Surakarta
Budi prasetyo
Jurusan Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Bagaimana strategi Media Relations Bagian Humas
dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta dalam
menjalin hubungan dengan media untuk meningkatkan
citra positif di masyarakat Kota Surakarta?
24
Penggunaan
metode
hasil
Studi Deskriptif Kualtitatif dengan menjelaskan
bagaimana strategi media relations yang dilakukan
oleh Bagian Humas dan Protokol Pemerintahan Kota
Surakarta untuk meningkatkan citra positif dimata
masyarakat.
Strategi yang digunakan adalah pengelolaan relasi,
mengembangkan strategi, mengembangkan jaringan
Dalam penelitian yang berjudul Strategi Media Relations Dalam
Pemerintahan Daerah Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Media
Relations Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta dalam
Menjalin Hubungan dengan Media Untuk Meningkatkan Citra Positif di
Masyarakat Kota Surakarta oleh Budi Prasetyo, peneliti bertujuan untuk
mengetahui strategi media relations seperti apa yang digunakan oleh
bagian humas dan protokol pemerintah kota Surakarta. Sedangkan
penelitian yang akan peneliti lakukan terhadap wartawan yang
berhubungan dengan RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta adalah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kegiatan media
relations dengan tingkat kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi
Selain itu penggunaan metode yang digunakan oleh Budi Prasetyo
dengan peneliti berbeda, dimana penelitian sebelumnya menggunakan
metode
penelitian
deskriptif
kualititatif
menggunakan kuantitatif eksplanatif.
sedangkan
peneliti
akan
25
G. Kerangka Pemikiran
Didalam hubungan antara instansi dengan media tentu diperlukan
kerjasama yang baik dan saling menguntungkan, dimana instansi dapat
memberi informasi kepada masyarakat melalui media dan media
mendapatkan informasi yang akurat dan resmi melalui instansi. Didalam
menjalin kerjasama tersebut tentu dibutuhkan kegiatan- kegiatan tertentu,
dalam hal ini diperlukan kegiatan media relations.
Jika dalam perkembangan suatu instansi kegiatan media relations
tidak ikut berkembang namun justru terjadi ketidakstabilan maka dapat
dipastikan kepuasan dari wartawan juga ikut terpengaruh. Berikut adalah
kerangka pemikiran dari penulis yang akan dikemukakan disini :
1. Kegiatan media relations sebagai variable independen
2. Kepuasan wartawan sebagai variable dependen
26
DIAGRAM VARIABEL
Gambar 1.1
Variabel independen:
Variabel dependen:
Kegiatan media relations
Kepuasan wartawan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Press release
Konferensi pers
Press breafing
Kunjungan pers
Resepsi pers
Liputan kegiatan
Wawancara pers
Keterangan :
1. Kegiatan media relations : variabel independen
2. Kepuasan wartawan
: variabel dependen
3.
: garis hubungan
1. Informasi yang layak
dimuat di media
2. Narasumber
yang
menguasai materi
3. Informasi yang lancar
4. Narasumber memahami
kinerja wartawan
5. Penanganan yang sigap
27
G.1. Definisi Konsepsional
a. media relations
Media relations adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh
individu atau profesi humas suatu organisasi untuk menjalin hubungan
baik dengan media massa dalam rangka mencapai publikasi organisasi
yang maksimal dan berimbang (Nova, 2011: 203).
Media relations dilaksanakan untuk menjalin kerjasama yang saling
menguntungkan antara media massa dengan organisasi. Dalam penelitian
ini media relations mempengaruhi kepuasan wartawan dalam memperoleh
informasi dapat dilihat dari kegiatan media relations.
Menurut Aceng Abdullah (Abdullah, 2000: 80-101) terdapat beberapa
bentuk kegiatan media relations, antara lain adalah :
1. Penyebaran siaran pers atau press release
Berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para wartawan
dan media massa.
2. Konferensi pers dan jumpa pers
Dilaksanakan menjelang menghadapi atau setelah terjadi kegiatan.
3. Press breafing
Hampir sama dengan konferensi pers namun dilaksanakan dengan
lebih sering dan hanya diadakan saat digelar acara besar.
4. Kunjungan pers
Mengajak wartawan berkunjung ke lokasi yang berhubungan dengan
kiprah organisasi
28
5. Resepsi pers
Kegiatan mengundang insane media massa dalam acara khusus yang
diselenggarakan untruk wartawan.
6. Peliputan media
7. Wawancara pers
2.
Kepuasan wartawan
Kebutuhan utama wartawan sebagai insan media adalah informasi,
informasi dapat berupa data, fakta dan peristiwa, namun informasi yang
dibutuhkan oleh wartawan adalah informasi yang memenuhi hasrat
keingintahuan publik atau yang mengandung nilai berita (Iriantara, 2008:
148). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kepuasan
wartawan dapat diukur dari keakuratan dan kelengkapan informasi yang
diperoleh untuk disampaikan kepada khalayak.
G.2. Definisi Operasional
a) Kegiatan media relations (X)
variabel kegiatan media relations di Rumah Sakit Ortopedi Prof.
DR. R. Soeharso Surakarta diukur berdasarkan tujuh indikator, dimana
tiap indikator dirumuskan dengan pertanyaan dalam kuisioner. Berikut
tujuh indikator tersebut :
1.
Penyebaran siaran pers atau press release
Indikator penyebaran siaran pers atau press release dirumuskan
dengan pertanyaan sebagai berikut:
29
a.
Anda mempublikasikan dan menyebarkan informasi tentang
RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta?
b.
Anda mendapat press release dari humas RS Ortopedi Prof.
DR. R. Soeharso
c.
Press release dari humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
mengandung nilai jurnalistik yang layak dimuat di media
massa
2. Konferensi pers dan jumpa pers
Indikator konferensi pers dan jumpa pers dirumuskan dengan
pertanyaan sebagai berikut:
Anda diundang konferensi pers oleh humas RS. Ortopedi Prof.
DR. R. Soeharso
3. Press breafing
Indikator Press breafing dirumuskan dengan pertanyaan sebagai
berikut:
a. Anda diundang humas RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
saat diadakan event besar
b. Anda diundang untuk press breafing oleh humas RS. Ortopedi
Prof. DR. R. Soeharso
4. Kunjungan pers
Indikator kunjungan pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai
berikut:
30
Anda diundang untuk kunjungan pers oleh humas di RS.
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
5. Resepsi pers
Indikator resepsi pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai
berikut:
Anda diundang untuk press gathering (acara yang khusus
diselenggarakan untuk insan media massa) oleh humas RS.
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
6. Peliputan media
Indikator peliputan media dirumuskan dengan pertanyaan sebagai
berikut:
Anda melakukan liputan kegiatan di RS Ortopedi Prof. DR. R.
Soeharso
7. Wawancara pers
Indikator wawancara pers dirumuskan dengan pertanyaan sebagai
berikut:
Anda melakukan kegiatan wawancara di RS Ortopedi Prof.
DR. R. Soeharso
b) Kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi (Y)
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah:
1) Informasi dari RS Ortopedi Prof. DR.
R. Soeharso
mengandung nilai berita yang layak dimuat di media massa
31
2) Narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
menguasai materi
3) Narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso bersikap
kooperatif terhadap Anda
4) Anda diberikan informasi tentang RS Ortopedi Prof. DR. R.
Soeharso secara terbuka
5) Anda diberikan informasi tentang RS Ortopedi Prof. DR. R.
Soeharso secara akurat
6) Permintaan Anda yang mendadak (wawancara, konfirmasi,
revisi) dilayani oleh narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R.
Soeharso
7) Narasumber dari RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso mudah
dihubungi
8) Anda dibantu humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
Surakarta dalam melakukan kegiatan media relations
9) Anda didampingi humas RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
dalam melakukan kegiatan media relations
32
H. Hipotesis
Berdasarkan pendapat- pendapat yang telah diuraikan sebelumnya
dan dengan memperhatikan permasalahan yang ada, maka penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : koefisien rxy tidak signifikan (tidak ada hubungan yang signifikan
antara kegiatan media relations dan kepuasan wartawan dalam
memperoleh informasi.)
H1 : koefisien rxy signifikan (ada hubungan yang signifikan antara kegiatan
media relations dan kepuasan wartawan dalam memperoleh informasi.)
I. Metode Penelitian
1.
Tempat dan waktu penelitian
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah
Rumah Sakit Ortopedi Prof DR R Soeharso Surakarta dengan waktu
penelitian adalah pada bulan Oktober sampai November tahun 2012.
2.
Populasi, sampel dan sampling
1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010:80). Populasi dalam penelitian ini
adalah wartawan yang pernah melakukan kegiatan media relations
di Rumah Sakit Ortopedi Prof.DR.R.Soeharso Surakarta (RSO).
33
Peneliti menentukan jumlah populasi sesuai dengan data yang
diperoleh dari arsip milik bagian Hukum, Organisasi dan
Pemasaran (HUKORMAS) Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R.
Soeharso Surakarta (RSO) yang diberikan pada peneliti pada bulan
Juni 2012, yaitu sebanyak 66 orang. Dimana 66 orang wartawan
tersebut berasal dari berbagai media cetak dan elektronik,
diantaranya adalah :
Tabel 1.2
Populasi wartawan yang pernah melakukan kegiatan media
relations di RSO Prof DR. R. Soeharso
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Media massa
Majalah Sabili
Okezone
Harian
Suara
Merdeka
Harian Kompas
Joglo Semar
Harian Ibu
Kedaulatan Rakyat
Media Indonesia
Solopos
Seputar Indonesia
Antara
Suara Karya
Tempo
Surat kabar Jepang
di Indonesia
Liberty
Suara Karya
RRI
PTPN
Karavan FM
Solopos FM
Mentari FM
Pop FM
Radio OR Solo
Ria FM
Jumlah wartawan
1
1
1
3
5
1
3
2
5
1
1
1
2
1
1
1
3
1
2
4
1
1
2
1
34
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Pas FM
Indosiar
SCTV
ANTV
Trans TV
Trans7
Metro TV
Global TV
TVone
TA TV
TVRI Semarang
Jumlah
1
1
4
2
2
1
2
1
1
5
1
66
Sumber :HUKORMAS RSO Prof DR R Soeharso
Surakarta
2) Sampel
Dari jumlah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya
maka langkah selanjutnya adalah mencari jumlah sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini, dalam penghitungannya
pencarian besaran sampel dengan rumus Slovin, dengan alasan
telah diketahui jumlah populasi yang akan diambil sampelnya
(Kriyantono, 2010:164) :
n=
N
keterangan :
1+ Ne2
n : sampel
N : Populasi
e : kelonggaran ketidaktelitian
35
Penelitian ini menggunakan standar error 10%. Hal tersebut
dikarenakan dalam penelitian sosial ini menggunakan
pengukuran dengan skala sikap yang hasilnya dapat
berubah- ubah, sehingga dipilih standart ketelitian 90%.
Maka penghitungan sampel adalah :
n=
N
=
66
1+ Ne2
1+ 66(0,1)2
=
66
1,66
= 39,759 Dibulatkan menjadi 40
3) Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah random sampling sederhana, dimana tiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel. Melalui cara ini pengetahuan yang detail terhadap
populasi tidak terlalu penting, representasi kelompok mudah
dicapai dan kemungkinan kesalahan pengklasifikasian dapat
dieliminasi (Kriyantono, 2010:154-155), cara pengambikan sampel
diambil dengan cara diundi, dimana tiap nama dari populasi diberi
nomor lalu nomor responden yang keluar ditetapkan sebagai
sampel.
36
3. Variabel penelitian
Seperti yang telah diungkapkan dalam kerangka pemikiran,
maka ditentukan variabel penelitiannya adalah sebagai berikut :
a. Variabel independen
Yaitu kegiatan media relations, yang
indikatornya terdiri
dari :
1) Press release
2) Konferensi pers
3) Press breafing
4) Kunjungan pers
5) Resepsi pers
6) Liputan kegiatan
7) Wawancara pers
b. Variabel dependen
Yaitu kepuasan wartawan, yang indikatornya terdiri dari :
1. Informasi yang layak dimuat di media
2. Narasumber yang menguasai materi
3. Informasi yang lancar
4. Narasumber memahami kinerja wartawan
5. Penanganan yang sigap
37
4. Teknik pengumpulan data
a. Kuisioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan memberi daftar pertanyaan
yang harus diisi oleh responden atau pernyataan tertulis
kepada responden (Kriyantono, 2010: 97).
Sedangkan jenis angket yang digunakan adalah
angket tertutup, dimana responden telah diberi alternatif
jawaban oleh peneliti, sehingga responden tinggal memilih
jawaban sesuai dengan realitas yang dialami (Kriyantono,
2010: 98)
Karena istrumen penelitian menggunakan skala
likert, peneliti menetapkan menggunakan kuisioner dengan
bentuk pilihan ganda.
Skala Likert adalah skala yang biasa digunakan
untuk mengukur sikap seseorang tentang suatu objek sikap,
objek sikap biasanya ditentukan secara spesifik dan
sistematis oleh peneliti. Indikator dari variabel sikap
terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam membuat
pertanyaan
atau
pernyataan
yang harus
diisi
oleh
responden, setiap pertanyaan dan pernyataan tersebut
dihubungkan dengan jawaban yang berupa dukungan atau
38
pernyataan
sikap
dihubungkan
dengan
kata-
kata
(Kriyantono, 2010: 138)
Sedangkan dalam penskoran dari masing- masing
pertanyaan dalam indikator adalah sebagai berikut :
1. Nilai 4, jika jawabannya sangat sering
2. Nilai 3, jika jawabannya cukup sering
3. Nilai 2, jika jawabannya kadang
4. Nilai 1, jika jawabannya tidak pernah
Penskoran dibatasi hingga 4 skor untuk menghindari
pilihan jawaban yang rancu, seperti jika peneliti memberi
pilihan jawaban selalu, yang dapat membingungkan
responden antara pilihan jawaban sangat sering dan selalu..
5. Teknik analisis data
Menurut Maleong, analisis data adalah proses mengatur
data, mengorganisasikan dan mengurutkan data ke pola,
kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Kriyantono, 2010: 167).
Penelitian ini menggunakan analisis asosiatif, yaitu analisis
yang menggunakan uji statistik inferensial dengan tujuan untuk
melihat derajat hubungan diantara dua variabel atau lebih
(Kriyantono, 2010: 172).
39
Hipotesis assosiatif diuji dengan teknik korelasi, penulis
memilih teknik korelasi product moment ,hal itu dikarenakan
teknik ini sesuai untuk menjawab rumusan masalah yang telah
ditentukan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui koefisien
korelasi atau derajat kekuatan hubungan dan membuktikan
hipotesis hubungan antara variabel dengan interval lainnya
(Kriyantono, 2010: 175).
Selain itu, korelasi product moment dipilih karena penulis
akan melakukan penghitungan persamaan regresi, persamaan
regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi
nilai variabel dependen jika nilai variabel independen diubahubah (Sugiyono, 2008: 188).
6. Teknik uji persyaratan analisis
Untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang
telah ditentukan sebelumnya, diperlukan keakuratan alat ukur
yang diperlukan untuk analisis data. Penulis mengupayakan
alat ukur yang digunakan valid dan reliable sehingga terdapat
persyaratan analisis data yang harus dipenuhi terlebih dahulu
sebelum data diolah.
Dalam penelitian ini penulis menetapkan uji persyaratan
analisis yang terdiri dari :
40
a. Uji validitas
Validitas dilakukan untuk menyatakan sejauh mana
instrument akan mengukur apa yang diinginkan
(Kriyantono, 2010: 143).
Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product
moment (Kriyantono, 2010: 175) :
Keterangan :
r
= korelasi product moment
N = jumlah responden
∑x = jumlah skor bulir (x)
∑y = jumlah skor variabel (y)
∑x²= jumlah skor butir kuadrat (x)
∑y²= jumlah skor butir kuadrat (y)
∑xy= jumlah perkalian butir (x) dengan skor variabel
(y)
Didalam uji validitas ini, jika korelasi product
moment positif dan besarnya > r hitung maka item
yang bersangkutan dinyatakan valid, namun jika
nilainya < r hitung maka item yang bersangkutan
dinyatakan tidak valid.
41
b. Uji reliabilitas
reliabilitas adalah jika alat ukur stabil, tidak berubahubah, dapat diandalkan dan tetap (Kriyantono, 2010:
145).
Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas
adalah rumus alfa cronbach (Umar, 2003: 96) :
𝑘
𝑟11 = 〔(𝑘−1)〕〔1 −
∑σ211
σ211
〕
Keterangan :
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
Σσb2
= jumlah varians butir
σt2
= varians total
Didalam
uji
reliabilitas
ini,
jika
reliabilitas
instrument atau r hitung > r tabel maka item yang
bersangkutan dinyatakan reliabel, namun jika nilai r
hitung < r tabel maka item yang bersangkutan
dinyatakan tidak reliabel.
c. Uji Korelasi
Untuk menjawab rumusan masalah “Apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara kegiatan media
relations terhadap kepuasan wartawan memperoleh
informasi di RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
periode Januari- Desember 2011” dan “Bagaimana
42
kekuatan hubungan antara kegiatan media relations
dengan kepuasan wartawan memperoleh informasi di
RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta periode JanuariDesember 2011”
Peneliti menggunakan uji korelasi Product moment
(Kriyantono, 2010: 175):
Didalam uji korelasi ini, jika korelasi atau r hitung
> r tabel maka item yang bersangkutan dinyatakan
berhubungan, namun jika nilai r hitung < r tabel maka
item yang bersangkutan dinyatakan tidak berhubungan.
Setelah
koefisien
korelasi
product
moment
ditemukan, lalu akan dilakukan uji t, yang bertujuan
untuk menguji signifikansi hubungan (Kriyantono,
2010: 177) dengan rumus :
43
𝒓 𝒏−𝟐
t =
𝟏−𝒓²
keterangan :
r
= korelasi product moment
n = jumlah responden
1 = angka konstan
r² = korelasi product moment dikuadratkan
Didalam uji t ini, jika t hitung > t tabel maka item
yang bersangkutan dinyatakan signifikan namun jika
nilai t hitung < t tabel maka item yang bersangkutan
dinyatakan tidak signifikan.
Lalu, untuk meriset apakah terdapat hubungan atau
pengaruh yang signifikan atau tidak antara sebab akibat,
maka digunakan rumus regresi linier sederhana
(Kriyantono, 2010: 184), yaitu:
Y = a + bX
Keterangan :
Y :variabel tidak bebas (subjek dalam variabel tak
bebas/ dependen yang diprediksi)
44
X :variabel bebas (subjek pada variabel independen
yang mempunyai nilai tertentu)
a
: nilai intercept (konstan) atau harga Y bila X=0
b : koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
variabel independen, jika b (+) maka naik, bila b (-)
maka terjadi penurunan
nilai a dapat dihitung dengan rumus :
a=
∑ 𝑦 (∑ 𝑋²)−∑𝑋 ∑𝑋𝑌
𝑛 ∑𝑋 2 −(∑𝑥)²
nilai b dapat dihitung dengan rumus :
b=
𝑛∑𝑋𝑌− ∑𝑋 ∑𝑋𝑌
𝑛 ∑𝑋 2 − (∑𝑋)²
Download