@ C ot-t Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat "Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat" @ et-l @ @ b G Topik Makalah : Bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora / Agama Bidang Teknologi dan Rekayasa / Produk Bidang Biologi dan Kesehatan Diterbitkan oleh: Duta Wacana University Press Yogyakarta 2015 .''ETITIAR HA'II PEIIEL|IIAII DAII DEHGABDIAX ri|A'YARAKAT UTTUK PETIT{GI(ATAil TUTU PEIIDIDIKAII DAT PELAVATAX KEDADA TA'YANAKAT' Topik Makalah . . . Bidang Sosial, Ekonomidan Humaniora/Agama Bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk Bidang BiologidanKesehatan Telah Diseminarkan pada : Tanggal 23 Oktober 2015 Tim Reviewer: 1 . Prof .lr. Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D 2. Dr.dr. Nining SriWuryaningsih, Sp.PK 3. Dr. Charis Amarantini, M.Si 4. Dr. lr. Sri Suwarno, M.Eng 5. Dr. Singgih Santoso,MM 6. Pdt. RobertSetio, Ph.D Editor Desain Sampul Penata Letak The Maria MeiwatiWidagdo, Ph.D : T. Pramujito, S.Sos : SerliStiawaty, S.Si : dr. @November 2015 Diterbitkan oleh: Duta Wacana University Press Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta Tetp.(027 4) 563929 F ax.(027 4)51 3235 .SEMINAR HASIL PENELITI.AN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN MUTU PEND ID I KAN DAN PELAYANAN KEPADAMASYARAKAT" . Bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama . Bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk . Bidang Biologi dan Kesehatan Dipublikasikan oleh: Duta Wacana University Press Universitas lbisten Duta Wacan:, Yoryakarta Telp.(0274) 563929 exr-l26 Fax.(027 4) 513235 ISBN : 978-602-6806-02-4 @November 2015 Tim Reviewer 1. Prof. : h Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D 2. Dr. dr. Nining Sri Wuryaningsih, Sp.PK 3. Dn Charis Amarantini, M.Si 4. Dr. k Sri Suwarno, M.Eng 5. Dr. Singgih Santoso, MM 6. Pdt. Robert Setio, Ph.D KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai visi dan misi Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Kristen Duta Wacana telah menyelenggarakan kegiatan ilmiah berupa diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan seminar ini merupakan salah satu bentuk kegiatan ilmiah yang dilakukan guna mendorong dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dosen. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mencapai tujuan universitas khususnya dalam mengemban dharma penelitian dan dharma pengabdian kepada masyarakat seperti tersebut dalam dokumen Rencana Induk Penelitian Universitas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW berpendapat bahwa pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional adalah suatu keharusan sehingga eksistensi perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat berkontribusi nyata kepada peningkatan daya saing bangsa. Perbaikan kualitas penelitian akan dapat mewujudkan negara yang bermutu dan berwibawa, yang salah satu indikator utamanya adalah publikasi para peneliti dan akademisi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW terus berupaya untuk mengemas program penelitian dan pengabdian masyarakat secara simultan dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan ipteks-sosbud dan kebutuhan pembangunan. Reformulasi berbagai program penelitian terus dilakukan dalam upaya merespon atas keinginan para peneliti dan stake-holders serta sekaligus merespon atas kemajuan Ipteks itu sendiri. Semua artikel yang termuat dalam prosiding ini diperoleh melalui suatu proses seleksi yang panjang yang dilakukan oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada hari Jumat 23 Oktober 2015. Prosiding ini mencakup tiga kelompok bidang yaitu bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama, bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk serta bidang Biologi dan Kesehatan. LPPM berharap dengan diselenggarakan acara seminar ini dapat meningkatkan produktivitas karya ilmiah serta menjadi sarana bagi dosen dalam upaya mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil penelitian yang selanjutnya dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Yogyakarta, November 2015 Ketua LPPM UKDW, dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D CONTENTS • • • • • • • • • • • • • KILLER YEAST AND ITS FUTURE APPLICATION Dhira Satwika ROLE OF ORGANIZATIONAL LEARNING IN THE RELATIONSHIP BETWEEN TQM PRACTICES AND ORGANIZATIOAL PERFORMANCE Sisnuhadi RINGKASAN PENELITIAN UNTUK PENGEMBANGAN MODUL MODEL PENDIDIKAN PERDAMAIAN BERBASIS BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA Dra. Alviani Permata, M.Hum., Dra.Endah Setyowati, M.Si., MA, Dra.Krisni Noor Patrianti,M.Hum., Marsius Tinambunan, S.Th., B.Ch.M, Pratomo Nugroho Soetrana, MA., DAMPAK PEMBAKUAN PERAN GENDER TERHADAP KELAS SOSIAL DI YOGYAKARTA Asnath. N.Natar; Edy Nugroho ARSITEKTUR GEREJA BERPERSFEKTIF FEMINIS Asnath Niwa Natar ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI YOGYAKARTA Petra Surya Mega Wijaya, SE, MSi dan Dra Ety Istriani, MM PEMODELAN DATA BERBASIS SEMANTIC WEB UNTUK KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS Budi Susanto1), Umi Proboyekti2) MAKNA SIMBOL RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMBA SEBAGAI ACUAN PERWUJUDAN KESETARAAN JENDER Wiyatiningsih, Asnath Niwa Natar, Endah Setyowati, Alviani Permata KONTRIBUSI DAN PENERIMAAN PENGGUNA DALAM KESUKSESAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ANGGARAN DAN REALISASI Lussy Ernawati, Halim Budi Santoso PENINGKATAN PEMASARAN SEKOLAH MELALUI DESAIN WEBSITE Parmonangan Manurung1), Ferdy Sabono2) MODEL KLASIFIKASI SIDIK JARI DENGAN TEORI HIMPUNAN GANDA Sri Suwarno KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI MAKROFUNGI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI LERENG UTARA KABUPATEN BOYOLALI Aniek Prasetyaningsih dan Djoko Rahardjo PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT MELALUI BUDIDAYA JAMUR DI MAGELANG DAN GUNUNG KIDUL Aniek Prasetyaningsih dan Kisworo 1 5 19 29 41 54 66 76 90 96 101 106 115 • • • • • • • PROFIL CEMARAN KROM DI LINGKUNGAN DAN AKUMULASINYA PADA RAMBUT DAN KUKU WARGA DESA BANYAKAN, PIYUNGAN BANTUL Djoko Rahardjo DETECTION OF ENTEROBACTERIACEAE FROM PROCESSED-WELL WATER Eunike Ilona Hilson, Dhira Satwika DETEKSI MOLEKULER SALMONELLA SP PADA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Gracia Imelda Ubas1), Charis Amarantini1) POTENSI DAN ADAPTASI JENIS-JENIS IKAN PAYAU (MANGROVE) SEBAGAI IKAN HIAS AIR TAWAR Guruh Prihatmo; Haryati Bawole Sutanto MOLECULAR DETECTION OF ESCHERICHIA COLI FROM WATER WELLS IN KLITREN, YOGYAKARTA RA Mertha Prana, Dhira Satwika GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DBD DI DUSUN TRISIGAN, DESA MURTIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL Amaze Grace Sira1), Yoseph Leonardo Samodra1) STUDI KASUS PENYELEKSIAN MODEL DALAM SISTEM BIOLOGI SANGAT BERGANTUNG PADA RANCANGAN PERCOBAAN YANG DIPILIH Suhardi Djojoatmodjo 123 131 136 144 150 153 158 Procceding PROFIL CEMARAN KROM DI LINGKUNGAN DAN AKUMULASINYA PADA RAMBUT DAN KUKU WARGA DESA BANYAKAN, PIYUNGAN BANTUL Djoko Rahardjo Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ABSTRAK Penelitian tentang profil cemaran krom pada air permukaan, sedimen, air tanah dan biota serta akumulasi pada rambut dan kuku dilakukan di desa Banyakan khususnya pada kawasan aliran pembuangan limbah cair industri kulit. Ada 5 lokasi pengambilan sampel yang ditentukan berdasar jarak dari titik pembuangan limbah, dan untuk setiap lokasi diambil jenis media air, sedimen, biota dan atau rambut dan kuku. Prosedur analisa krom dilakukan sesuai Standard Methods (APHA, 2001). Konsentrasi logam berat dianalisis dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer (AAS), tipe flame. Prosedur ini dilakukan dengan sistem duplo. Data kosentrasi krom untuk masing-masing media dan stasiun pengambilan sampel dianalisis dan dibandingkan dengan bakumutu yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembuangan limbah cair industri penyamakan kulit di Dusun Banyakan merupakan sumber utama konsentrasi krom di lingkungan dan telah terdistribusi dihampir semua komponen lingkungan (air, sedimen, tanah, air tanah dangkal, biota dan manusia). Konsentrasi tertinggi umumnya ditemukan pada lokasi disekitar titik lokasi pembuangan limbah cair industri kulit, dan semakin menurun konsentrasinya dengan meningkatnya jarak dengan titik pembuangan limbah. Berdasarkan Keputusan Gubernur Propinsi DIY tahun 2001 tentang Baku Mutu Air Sungai, konsentrasi Krom total (Cr) adalah sebesar 0.05 ppm, sehingga pada stasiun I dan II dengan konsentrasi krom sebesar 9.06 dan 0.68 mg/l telah melebihi dari batas konsentrasi yang ditetapkan. Aktivitas pembuangan limbah cair industri kulit mempunyai potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan dengan ditemukannnya akumulasi dalam rambut dan kuku warga masyarakat Dusun Banyakan. Kata kunci : krom, distribusi, akumulasi PENDAHULUAN Industri penyamakan kulit sebagian besar menggunakan proses penyamakan secara kimia dengan menggunakan krom yang membutuhkan banyak air. Proses penyamakan kulit akan menghasilkan banyak limbah cair yang mengandung kromium. Masuknya logam berat krom ke lingkungan melalui aktivitas pembuangan limbah akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan sangat berbahaya baik bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat, karena bersifat toksik, karsinogenik, bioakmulatif dan biomagnifikasi (Kosnett 2007, Plaa 2007, Wardhana 2004). Akumulasi logam berat dapat berdampak pada rantai makanan sehingga mempengaruhi kesehatan manusia (ElKammar, 2009). Hasil penelitian Vymazal (1995) menyatakan bahwa krom heksavalen mempunyai kekuatan lebih besar untuk mengoksidasi, lebih larut dalam air dan lebih mudah melewati membran biologi dibandingkan dengan krom trivalent. Aktivitas pembuangan limbah industri kulit yang masih mengandung logan krom ke lingkungan dapat menimbulkan dampak yang merugikan karena krom akan terdistribusi ke barbagai komponen lingkungan serta masuk ke dalam rantai distribusi dan konsumsi pangan yang pada akhirnya dapat meracuni manusia yang mengkonsumsinya. Terakumulasinya krom dalam jumlah besar di tubuh manusia jelas-jelas mengganggu kesehatan karena krom memiliki dampak negatif terhadap organ hati, ginjal serta bersifat racun bagi protoplasma makhluk hidup. Selain itu juga berdampak sebagai karsinogen (penyebab kanker), teratogen (menghambat pertumbuhan janin) dan mutagen (USEPA, 2000 cit. Schiavon et al., 2008). Oleh karena itu penelitian tentang profil cemaran krom di lingkungan dan akumulasinya pada rambut dan kuku warga masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan industri kulit sangat penting untuk dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan bulan April – Oktober 2014, di desa Banyakan khusunya di kawasan yang mendapat aliran pembuangan limbah industri penyamakan kulit. Ada lima (5) titik pengambilan sampel, yaitu T1 area pembuangan oulet limbah industri penyamakan kulit, T2 pertemuan saluran air Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 123 Procceding dan sungai, T3 pertemuan aliran sungai dengan saluran air dari TPA sampah, T4 aliran sungai dengan pemukiman padat dan T5 adalah aliran sungai Oya. Jenis sampel yang diambil yaitu air, sedimen, tanah, tanaman dan hewan serta kuku dan rambut warga masyarakat. Prosedur analisa Cr untuk sampel air mengacu pada metode standar APHA (2001), dan besarnya konsentrasi logam berat dianalisis dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrometer (AAS), tipe flame. Data kosentrasi krom untuk masing-masing media dan stasiun pengambilan sampel dianalisis secara deskriptif dengan gambar, tabel dan histogram serta secara kualitatif dibandingkan dengan baku mutu lingkungan yang ada HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi lingkungan pencemar krom di Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa ada 3 industri penyamakan kulit yang ada di desa Banyakan, dan kesemuanya melakukan aktivitas pembuangan limbah cair dengan pola yang sama yaitu outlet limbahnya dialirkan ke saluran irigasi. Selajutnya dari air irigasi akan terdistribusi kedalam area persawahan dan akhirnya masuk ke sungai Oya. Buangan limbah cair ketiga industri tersebut mempunyai konsentrasi logam berat krom (Cr, krom total) yang bervariasi tergantung jenis perusahaan dan waktu pengambilan sampelnya. Secara umum kandungan logam berat krom pada effluent ditemukan dengan konsentrasi pal- ing tinggi pada outlet limbah cair PT. Reka Pratama dengan konsentrasi krom berkisar antara 0.38 - 29.56 dengan nilai rata-rata sebesar 14.97 mg/l, kemudian diikuti oleh PT. Bintang Alam Semesta dengan kisaran konsentrasi krom sebesar 1.18 9.37 mg/l dengan rata-rata sebesar 5.26 mg/l dan terakhir yaitu PT ASA dengan konsentrasi krom sebesar 0.34 -8.04 mg/l dengan rata-rata sebesar 4.89 mg/l. Umumnya konsentrasi krom tertinggi ditemukan pada waktu pengambilan sampel pada malam hari, yaitu berkisar antara 8.04-29.56 mg/l, sementara pada siang dan pagi hari berturut-turut didapatkan hasil yang lebih rendah, yaitu berkisar antara 0.38-7.67 mg/l dan 0.34 mg/l, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data distribusi krom pada Tabel 1, terbukti bahwa aktivitas pembuangan limbah industri kulit ke lingkungan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan yang besar potensinya untuk menimbulkan permasalahan kesehatan lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannnya akumulasi krom pada rambut dan kuku warga masyarakat Desa Banyakan, yaitu berkisar antara 0.024-1.904 mgl/kg pada rambut dengan rata-rata sebesar 0.77 mg/kg, konsentrasi ini lebih tinggi bila dibanding dengan besarnya krom yang terakumulasi pada kuku, yaitu berkisar antara 0.059-0.422 dengan nilai rata-rata sebesar 0.23 mg/kg. Ditemukannya akumulasi krom pada sampel rambut dan kuku membuktikan bahwa aktivitas industri kulit terbukti mencemari lingkungan serta berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Tabel 1. Konsentrasi logam berat krom pada berbagai sampel lingkungan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 124 Jenis Sampel Outlet limbah cair industri kulit PT. ASA PT. BAS PT. Reka Pratama Air permukaan Sedimen Air Tanah Dangkal Tanah Tanaman Hewan Akuatik Rambut Kuku Konsentrasi mg/L atau mg/Kg Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 0.34 - 8.04 1.18 - 9.37 0.38 - 29.56 0.04 - 9.06 2.11 - 327.28 0.05 - 1.04 0.27 - 56.19 0.02 - 193.93 0.024 - 6.822 0.024 - 1.904 0.06 - 0.422 Mean 4.89 5.26 14.97 2.1 68.85 0.32 6.13 11.93 2.52 0.77 0.23 Procceding 2. Konsentrasi krom di air permukaan, sedimen, air sumur, tanah dan biota 2.1. Konsentrasi krom dalam air permukaan dan sedimen Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel air permukaan (saluran irigasi) yang mendapatkan aliran buangan limbah industri kulit, terdapat 13 sampel yang mengandung logam berat krom dengan kisaran 0.02 – 11.91 mg/l dan hanya dua sampel yang tidak terdeteksi (atau di bawah nilai minimum kemampuan alat untuk mendeteksi), yaitu sampel di statsiun IV dan V, yang mempunyai jarak dengan aliran pembuangan limbah mencapai lebih 1 km. Sementara pada semua sampel sedimen ditemukan krom dengan kisaran 2.11 - 327.28 mg/kg jauh lebih tinggi atau sekitar 24-100 kali dibanding dengan konsentrasi krom dalam sampel air permukaan (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa konsentrasi krom pada sampel air ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada stasiun I yaitu rata-rata sebesar 9.06 mg/l (jarak 0-50 m, dari aliran pembuangan limbah) dan akan semakin menurun konsentrasinya seiring dengan semakin jauhnya dengan lokasi pembuangan limbah. Penurunan konsentrasi krom tertinggi terjadi pada stasiun II yaitu sebesar 0.68 mg/l, dan pada stasiun V tinggal menjadi 0.03 mg/l. Pola yang sama juga terjadi pada konsentrasi krom dalam sedimen saluran irigasi dan sungai. Konsentrasi tertinggi ditemukan pada titik pengambilan sampel dekat dengan titik pembuangan limbah industri kulit dan semakin jauh dengan lokasi pembuangan limbah maka konsentrasi krom akan semakin menurun. Tabel 2. Konsentrasi krom dalam air dan sedimen No 1 2 Sampel Waktu Air Siang Sedimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pagi Malam Rata-rata Pagi Siang Malam Rata-rata Konsentrasi Krom (mg/l atau mg/kg) I II III IV V 06.22 0.36 0.31 0.40 0.02 81.78 272.77 627.30 10.54 09.70 05.48 5.13 1.99 2.85 3.79 2.75 2.40 1.93 1.89 2.50 11.91 0.09 09.04 9.06 1.60 0.68 327.28 8.57 0.42 0.07 0.34 0.36 ttd 0.17 3.32 2.98 0.07 ttd 0.03 2.11 Tabel 3. Konsentrasi logam krom dalam air sumur Kode Sampel SM1 SM2 SM3 SM4 SM5 SM6 SM7 SM8 SM9-15 Konsentrasi (mg/l) 0,06* 0,20* 1,04* 0,52* 0,27* 0,23* 0,06* 0,59* ttd Baku Mutu (mg/l) 0.05 Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 125 Procceding 2.2. Konsentrasi Krom pada air sumur warga desa Banyakan Berdasarkan Keputusan Gubernur Propinsi DIY tahun 2001 tentang Baku Mutu Air Sungai, konsentrasi Krom total (Cr) adalah sebesar 0.05 ppm, sehingga stasiun I dan II dengan konsentrasi krom sebesar 9.06 dan 0.68 mg/l telah melebihi batas ambang yang ditetapkan, sementara untuk ketiga stasiun berikutnya kesemuanya masih dibawah batas ambang. Untuk krom dalam sedimen, di Indonesia belum ada baku mutunya, oleh karenanya dapat digunakan baku mutu US-EPA (2004), yang menetapkan NAB krom dalam sedimen sebesar 76,00 mg/kg. Konsentrasi krom dalam sedimen di stasiun I sebesar 327.28 mg/kg telah melebihi NAB yang ditetapkan oleh US-EPA dan merupakan satusatunya lokasi dengan konsentrasi krom melebihi NAB. Delapan dari 15 sampel air sumur warga Desa Banyakan, telah tercemar oleh logam krom dengan konsentrasi berkisar 0,06 - 1,04 mg/l. Sedangkan 7 sumur lainnta warga lainnya tidak ditemukan adanya krom. Kedelapan sumur warga yang tercemar oleh logam krom, konsentrasinya telah melebihi baku mutu sumber air bersih yakni > 0,05 mg/l. Berdasar kandungan krom, maka kedelapan sumur warga tidak layak untuk digunakan sebagai air bersih (Tabel 3). No Jenis Sampel Padi 3 Pisang 5 Pisang 4 6 7 8 9 10 11 12 13 126 2.3.Konsentrasi krom pada tanah dan berbagai jenis tanaman Hasil analisis kandungan logam krom dalam sampel menunjukkan bahwa hampir semua tanah dan berbagai jenis tanaman di sekitar kawasan industri mengandung bahan pencemar krom dengan konsentrasi berkisar 0.66 - 56.19 mg/kg untuk krom pada tanah dan konsentrasi berkisar 0.02 193.93 mg/kg pada berbagai jenis tanaman (Tabel 4). Namun ada perbedaan konsentrasi krom pada masing-masing lokasi, dan besarnya konsentrasi ditentukan oleh jenis tanah, kedekatan dengan lokasi pembuangan atau aliran air, kandungan bahan organik dalam tanah, jenis dan umur tanaman (Huang dan Schnitzer, 1997). Dalam proses penyerapan logam, tanah dipengaruhi oleh beberapa fak- Tabel 4. Konsentrasi logam Krom pada tanah dan berbagai jenis tanaman 1 2 Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa konsentrasi krom dalam air sumur relatif bervariasi dan tidak ada hubungannya antara jarak sumur dan sungai sebagai sumber pencemar. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi krom dalam air sumur, seperti aliran air limbah serta tekanan limbah di badan sungai, posisi lokasi sumur (kemiringan tanah), pola aliran air tanah, tipe dan struktur tanah serta keragaman jenis dan kerapatan vegetasi yang ada. Markisah Pisang Cabai Pepaya Singkong Srikaya Mangga Kemangi Kunyit Rumput Gajah Tanah Daun Tanah Daun Tanah Buah Tanah Jantung Tanah Daun Tanah Daun Tanah Buah Tanah Daun Tanah Daun Tanah Daun Tanah Daun Tanah Daun Tanah Daun I 12.10 0.26 2.51 0.59 2.45 193.93 5.91 0.02 1.55 0.94 - Konsentrasi Kromium (mg/kg) II III IV 10.40 0.16 4.44 0.09 -56.19 0.09 - - - - - - - - - - Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat V - - - - - - 1.48 0.23 1.68 ttd - - 1.31 0.02 - - - 0.66 0.46 - 1.24 0.27 0.27 0.31 0.84 0.60 -- - 2.87 2.44 1.62 2.30 1.76 0.02 Procceding tor seperti adanya keragaman, heterogenitas dan perbedaan habitat mikro tanah pada masing-masing jarak di lokasi tersebut. Huang dan Schnitzer (1997) menyatakan bahwa pada jarak yang sangat dekat (<1mm) komposisi partikel, ukuran partikel, jumlah air, jenis air, hara, gas, pH, dan kekuatan ion, serta karakteristik fisikokimia tanah pada saat musim dapat bervariasi. Berdasarkan hal ini, sangat memungkinkan terjadinya distribusi logam Cr pada jarak yang berbeda tidak sama. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perbedaan pendistribusian logam Cr adalah erosi hujan terutama pada tanah yang miring, sehingga dapat menyebabkan hilangnya sebagian endapan logam yang telah terkandung pada lapisan tanah tersebut (Connel dan Miller, 1995). Berdasar Tabel 4, diketahui bahwa kandungan logam Cr pada tanah masih normal atau belum mengalami pencemaran yaitu dengan konsentrasi ≤ 84 mg/kg (Alloway1995, Radojevic dan Baskhin, 1999), namun apabila proses pembuangan limbah ke lingkungan terjadi secara terus menerus dalam jumlah yang besar dan dalam kurun waktu yang relatif lama, maka dapat membahayakan lingkungan tersebut. Apabila tanah yang mengandung logam Cr cukup banyak digunakan sebagai lahan tempat tumbuhnya berbagai tanaman baik untuk memenuhi kebutuhan manusia atau hewan, maka logam berat tersebut akan dapat terakumulasi pada tubuh mahluk hidup tersebut (Pallar, 1995., Connell dan Miller, 1995). Di samping itu, tanah yang telah jenuh dengan logam berat seperti Cr akan berinteraksi dengan air dan mineral-mineral tanah sehingga berpotensi mencemari air tanah dan mineral-mineral yang ada di dalamnya. Apabila zat pencemar tersebut telah memasuki siklus rantai makanan maka dipastikan akan memberikan efek tertentu yang luas dan bervariasi serta bersifat merugikan bagi organisme, terutama pada tingkat tropik yang lebih tinggi karena sifat bioakumulasi dari logam tersebut (Pallar, 1995;Darmono, 1995). 2.4. Konsetrasi akuatik kromium pada hewan Hampir semua hewan akuatik yang ditemukan terbukti telah terkontaminasi oleh logam krom dengan kisaran konsentrasi yang bervariasi yaitu berkisar antara 0.02-6.82 mg/kg (Tabel 5). Berdasar Tabel 5, terlihat bahwa keong mempunyai kandungan krom paling tinggi dibanding dengan kepiting dan ikan. Konsentrasi krom pada keong juga cenderung menurun pada keong yang ditemukan pada lokasi yang jauh dengan titik pembungan limbah cair. Biokonsentrasi dan akumulasi logam berat dalam tubuh organisma akuatik umumnya dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, sedimen, kemampuan akumulasi (fisiologis, sifat organisme, jenis, umur dan ukuran). Sementara kepiting hanya ditemukan di stasiun III dengan konsentrasi krom sebesar 2.06 mg/kg. Tanpa mempertimbangkan faktor umur dan berat antar organisma akuatik yang ditemukan maka konsentrasi krom dalam kepiting dan ikan lebih kecil dibanding pada keong. Diduga faktor penyebab utama adalah sifat hidup, cara makan serta konsentrasi krom pada air dan sedimen. Kepiting mempenyai sifat hidup dan cara makan yang sama dengan keong, yaitu filter feeder, namum kepiting relative bergerak aktif dibanding dengan keong yang sesil. Oleh karena itu kepiting juga sering dijadikan sebagai bioindikator logam berat. Sementara untuk ikan umumnya hidup berenang aktif pada air, dan hal tersebut yang menyebabkan ikan tidak banyak berpengaruh pada kondisi pencemaran logam seperti makhluk lainnya (kepiting, udang dan kerang). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kandungan logam berat dalam tubuh ikan adalah tingkah laku makan ikan. Ikan yang spesiesnya berbeda umumnya memiliki pola tingkah laku makan dan penyebaran habitat yang berbeda pula. Penye- Tabel 5. Distribusi logam berat kromium pada beberapa jenis hewan akuatik No 1 2 3 Jenis Sampel Keong Kepiting Ikan Anandonta sp I 6.82 - Konsentrasi Kromium (mg/kg) II III IV 3.52 2.06 0.02 Parathelphusa convexa V 0.16 - Rasbora lateristriata Gambar 1. Jenis-jenis organisma akuatik di aliran pembuangan limbah Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 127 Procceding baran habitat dan pola tingkah laku makan akan berpengaruh terhadap interaksi ikan yang bersangkutan terhadap kandungan logam berat yang tersuspensi di dasar perairan (Lodenius dan Malm., 1998; dalam Simbolon dkk., 2010). Menurut Darmono (1995) kebanyakan logam berat secara biologis terkumpul dalam tubuh organisme, menetap untuk waktu yang lama dan berfungsi sebagai racun kumulatif. Keberadaan logam berat dalam perairan akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota. Logam berat yang terikat dalam tubuh organisme yaitu pada ikan akan mempengaruhi aktivitas organisme tersebut. Darmono (2001) menyebutkan bahwa logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan yaitu, saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam organ dektoksifikasi (hati) dan organ ekskresi (ginjal). Keracunan yang di akibatkan oleh kromium (Cr) dapat bersifat akut dan kronis. Keracunan yang bersifat akut di tandai dengan kecenderungan pembengkakan yang terjadi pada hati, sedangkan keracunan yang bersifat kronis dapat menimbulkan gejala kanker paru-paru dan dapat berakhir pada kematian. Namun daya racun yang dibawa oleh logam kromium (Cr) tidak sama untuk semua makhluk hidup. Daya racun/tingkat keracunan pada makhluk hidup ditentukan oleh sistem imunitas dari masing-masing individu dalam menetralisir bahan-bahan racun yang masuk ke dalam tubuh (Daud, 2010). 2.5.Akumulasi krom pada Rambut dan Kuku Warga Masyarakat Kehadiran unsur-unsur beracun dan jejak dalam jaringan biologis seperti rambut dan kuku bisa menjadi ukuran jumlah pencemar yang diserab oleh seseorang. Penentuan konsentrasi bahan pencemar dalam rambut manusia adalah penting dalam biologi, medis, forensik dan lingkungan (Ciswezki et al., 1978). Hasil ekstrasksi dan analisis kandungan krom pada sampel kuku dan rambut warga ditemukan adanya akumulasi logam krom dengan kisaran 0.02 - 1.90 mg/kg pada sampel kuku, dan 0.06 - 0.42 mg/kg pada rambut (Tabel 6). Berdasar Tabel 6, terlihat bahwa tingkat akumulasi krom pada kuku maupun rambut cenderung tinggi pada daerah yang dekat dengan lokasi pembuangan limbah cair. Pada daerah-daerah yang semakin menjauh dari titik pembuangan limbah cair, maka konsentrasi krom semakin menurun. Pola yang sama juga terjadi pada konsentrasi krom dalam air dan sedimen. Akan tetapi akumulasi krom pada rambut tertinggi ditemukan pada warga masyarakat yang tinggal di sekitar stasiun IV. Dengan demikian selain faktor jarak dengan lokasi pembuangan limbah cair, maka faktor mobilitas, jenis pekerjaan, intensitas, perilaku dan pola makan, biomasa rambut, usia, lama tinggal dapat mempengaruhi besarnya akumulasi krom dalam rambut. Ditemukannya logam krom pada spesimen kuku dan rambut, membuktikan bahwa masyarakat desa Banyakan telah terpapar dan mengabsorbsi logam krom dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Laker (1982) dan Patering et al., ( 1982) berpendapat bahwa tingkat konsentrasi krom pada rambut dan kuku menggambarkan retensi paparan jangka panjang. Demikian pula bahwa konsentrasi logam krom dalam kuku juga menunjukan beban pencemaran logam berat dalam tubuh (Choudhary et al.,1995). Kuku merupakan bioindikator cemaran logam berat yang sifatnya kontinyu. Kuku dibentuk dari sel-sel keratinosit, sehingga selama loam berat masih ada di dalam sistem darah, maka keratinosit juga akan mengakumulasi logam berat. Kehadiran unsur-unsur beracun dan jejak dalam jaringan biologis seperti rambut dan kuku bisa menjadi ukuran jumlah pencemar yang diserap oleh seseorang. Akumulasi krom dalam kuku diperngaruhi oleh faktor umur, jenis pekerjaan dan pola konsumsi. Krom masuk kedalam tubuh manusia tidak hanya melalui oral (makanan dan minuman) tetapi juga kontak langsung dengan air yang tercemar krom, hal ini terjadi karena mayoritas warga desa Banyakan berprofesi sebagai petani dan dalam melakukan kegiatan pertanian tidak mengenakan sepatu dan kaos tangan. Kondisi tersebut ditunjang oleh hasil pengukuran sampel komponen lingkungan lainnya, seperti sungai, tanah, air tanah dan berbagai jenis tanaman yang ada di kawasan Desa Banyakan tercemar oleh logam krom. Kondisi tersebut menyebabkan warga desa Banyakan mempunyai resiko tinggi terkena dampak kesehatan akibat paparan krom dari aktivitas pembungan limbah cair industri ku- Tabel 6. Akumulasi logam berat kromium pada rambut dan kuku No Jenis Sampel 2 Rambut 1 128 Kuku I 1.90 0.23 Konsentrasi Kromium (mg/kg) II 0.39 0.06 III 0.02 0.20 Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IV ttd 0.42 V ttd ttd Mean 0.77 0.23 Procceding lit ke lingkungan. Meski krom merupakan unsur esensial dalam tubuh, khususnya krom valensi III dengan kebutuhan lebih kurang 0.025 mg/hari, dan berperan dalam metabolisme glukosa dan lipida, namun absorspsi dan tingginya krom yang terdistribusi dalam tubuh, terutama krom valensi VI dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker ginjal, menurunnya jumlah sel darah putih, sementara akumulasi dalam jangka pendek akan menimbulkan mual, muntah dan ruam-ruam pada kulit (Drew et al., 2006). KESIMPULAN Aktivitas pembuangan limbah cair industri penyamakan kulit di Desa Banyakan merupakan sumber utama konsentrasi krom di lingkungan dan telah terdistribusi dihampir semua komponen lingkungan (air, sedimen, tanah, air tanah dangkal, biota dan manusia). Konsentrasi tertinggi umumnya ditemukan pada lokasi disekitar titik lokasi pembuangan limbah cair industri kulit, dan semakin menurun konsentrasinya dengan meningkatnya jarak dengan titik pembuangan limbah. Pembuangan limbah cair industri kulit berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan dengan ditemukannnya akumulasi dalam rambut dan kuku warga masyarakat desa banyakan. Daftar Pustaka Alloway, B. J., 1995, Heavy Metals in Soil, Univ. of Sydney Library. Choudhary K, Ehmann W D, Regan K and Markesebery W R, Trace element correlations with age and sex in human fingernails, J. Radioana Chem, 195 (1995) 51-56 Ciszewski A, Wasiak W and Ciszewska W, Hair Analysis. Part 2. Differential pulse anodic stripping voltametric determination of thallium hair samples of persons in permanent contact with lead in their workplace, Anal Chim Acta, 334 (1997) 225-229. Connel, W. D. and G. J. Miller, 1995, Chemistry and Ecology of Pollution, terjemahan oleh Y. Koestoer, Penerbit UI Press, Jakarta. Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup, UI Press, Jakarta. Darmono, 2001.Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Daud, Anwar, 2010.Pencemaran Logam Berat Kromium dan pengaruhnya terhadap kesehatan Manusia, Bagian Kesehatan Lingkungan FKM-UNHAS. Drew, D., Ifeoma, S.I., Tucker, P. 2006. Chromiun Toxicity, ATSDR Publication No.ATSDR-HECS-2001-2005.Diakses, Januari 2006. El-Kammar, A. M., Ali, B. H., El-Badry, A.M., 2009, Environmental Geochemistry of River Nile Bottom Sediments Between Aswan and Isna, Upper Egypt, Journal of Applied Sciences Research (INSInet Publication), Vol. 5(6), pp. 585-594. EPA-Ohio, 2001, Sediment Sampling Guide and Methodologies 2nd edition, Environmental Protection Agency, state of Ohio Huang, P. M. and M. Schnitzer, 1997, Interaksi Mineral Tanah Dengan Organik Alami dan Mikroba, Terjemahan D. H. Goenadi, Gajah Mada University Press., Yogyakarta. Kosnett M.J. 2007. Heavy metal intoxication & chelators. In Katzung B.G. (ed): Basic & Clinical Pharmacology, 10th Ed (International Ed), Boston, New York: Mc Graw Hill. P. 970-981. Laker M, On determining trace element levels in man the uses of blood and hair, Lancet, 2 (1982) 260-262. MENLH. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 51/MENLH/2004 Tahun 2004, tentang penetapan baku mutu air laut dalam himpunan peraturan di bidang lingkungan hidup. Jakarta Palar H. 1995. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta. Rineka Cipta Patering H G, Yeager D W and Wintherup S O, Trace metal content of hair-I. Zinc and copper content of human hair in rekation to age and sex, Arch Environ Hlth. 23 (1971) 202-207 Plaa G.L. 2007. Introduction to toxicology: Occupational & Environmental. In Katzung B.G. (ed): Basic & Clinical Pharmacology, 10th Ed (International Ed), Boston, New York: Mc Graw Hill p. 958-970.. Radojevic, M and V. N. Bashkin, 1999, Practical Environmental Analysis, Royal Society of Chemistry. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 129 Procceding Saleh, M. H. 2007. Recovery dan Zeolit Cegah Pencemaran Logam Berat. Suara Merdeka Cyber News. Diakses 2 Maret 2009. Schiavon, M., E. A. H. Pilon-Smits, M. Wirtz, R. Hell and M. Malagoli. 2008. Interactions between chromium and sulfur metabolism in Brassica juncea. Jurnal of Environmental Quality. 37 : 1536-1545 Sudarmaji J, Mukono dan Corrie IP.2006. Toksikologi Logam Berat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Dampaknya. Jurnal KesehatanLingkungan. 129-142. Vymazal J.1995. Algae and element Cycling in Wetlands. Lewis Pub. Boca Raton p 689 Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta. 130 Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat