penerapan sistem recycle pada sistem plambing

advertisement
 D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
Sistem Plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan dan perancangan sistem
plambing
haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan
dan perancangan gedung itu sendiri.
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk
menyediakan air bersih baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang
memenuhi syarat dan pembuang air bekas atau air kotor dari tempat-tempat
tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis
dan kenyamanan yang diinginkan.
Sistem instalasi plambing pada gedung-gedung umumnya terbagi atas tiga
bagian utama yang harus dipahami dan dirawat untuk mencapai tingkat
kenyamanan penghuni :
1. Instalasi Plambing Sistem Air Bersih.
2. Instalasi Plambing Sistem Air Kotor Dan Air Bekas.
3. Instalasi Plambing Sistem Ven.
2.2
Perencanaan Sistem Air Bersih
2.2.1
Prinsip Dasar Penyediaan Air
2.2.1.1 Sumber Air
Terdapat banyak sekali sumber air di bumi. Berikut adalah sumber air
yang dapat digunakan sebagai air minum :

Air Tanah
Air tanah adalah air yang berasal dari dalam tanah,diantaranya adalah:
-
Air yang diperoleh dengan membuat sumur bor.
-
Air yang diperoleh dengan cara menggali tanah atau sumur biasa.
-
Air yang diperoleh dari mata air.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING…..
6
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang biasa diperoleh di permukaan bumi,
seperti air sungai, air danau, air salju dan air laut. Adapun kapasitas air
permukaan yang berasal dari air sungai dan air danau tergantung dari
curah hujan di daerah tersebut, sedangkan air permukan yang berasal dari
air laut dan air salju biasanya tidak terbatas jumlah penyediaan nya.

Air Hujan
Air hujan sangat tergantung pada curah hujan pada daerah
pelayanan dan luas penadah air hujan.
2.2.1.2 Kualitas Air
Fungsi terpenting dari suatu sistem penyediaan air adalah dapat
menyediakan air bersih dengan kualitas yang memenuhi syarat. Dengan
banyaknya sumber air yang dapat digunakan menyebabkan diperlukannya suatu
pedoman untuk memenuhi kualitas air.
Standar kualitas air sangat berperan penting untuk memenuhi standar
kualitasnya. Standar kualitas air minum yang dipergunakan di setiap negara
berbeda – beda. Adapun kualitas air minum di Indonesia berdasarkan peraturan
menkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum, yang menetapkan bahwa air minum harus memenuhi dari unsur-unsur
dari segi fisik, kimia, radioaktif dan mikro biologis. Apabila dari unsur-unsur
tersebut tidak terpenuhi maka air minum tersebut harus kembali diolah kembali
terlebih dahulu.
Namun tidak semua daerah memperhatikan kualitas air minum yang
digunakan, karena tidak semua daerah mendapatkan fasilitas penyediaan air
minum yang sama, untuk daerah yang mendapatkan fasilitas penyediaan air
minum harus memperhatikan kualitas air minum yang digunakan. Air yang
berasal dari tanah umumnya tidak memerlukan pengolahan dan apabila air yang
berasal dari permukaan dan berasal dari air hujan harus memerlukan pengolahan
yang lengkap.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING…..
7
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.2.1.3 Pencegahan Pencemaran Air
Pengamanan alat-alat saniter terhadap pencemaran sangat penting
dilakukan karena berdasarkan fungsi sistem penyediaan air minum secara kualitas
tujuannya
adalah untuk mencegah masuknya bibit penyakit atau tercemarnya air
pada jaringan pipa. Penyebab tercemarnya air antaranya yaitu masuknya kotoran,
serangga, zat kimia ke dalam tangki dan pipa.
Pencegahan pencemaran air pun dapat dilakukan diantaranya dengan cara :
 Larangan hubungan pintas
Hubungan pintas adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang
berbeda, satu sistem pipa air minum dan sistem pipa lain untuk air yang
kualitasnya diragukan, yang airnya akan dapat mengalir antar sistem. Untuk
mencegah terjadinya hubungan pintas, sistem perpipaan air minum tidak
boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lain ataupun terendam pada air
kotor atau bahan lain yang dapat mencemarkan air yang terdapat dalam
jaringan pipa.

Pencegahan aliran balik
Aliran balik adalah aliran air, cairan lain, zat ataupun campuran yang
masuk ke dalam sistem perpipaan air minum akibat terjadinya efek siphon
balik. Efek siphon balik dapat terjadi berupa masuknya air bekas atau air
tercemar ke dalam pipa air minum yang disebabkan oleh timbulnya tekanan
negatif pada pipa. Tekanan pipa negatif ini sering disebabkan oleh
terhentinya penyediaan air atau karena pertambahan kecepatan aliran yang
cukup besar dalam pipa. Adapun untuk pencegahan aliran balik dapat
dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang alat yang dapat
mencegah aliran balik. Contoh dari terjadinya aliran balik disajikan pada
gambar 2.1 berikut.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING…..
8
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.1 Contoh terjadinya aliran balik

Pemasangan alat-alat pencegahan aliran balik
Jika dikarenakan alasan tertentu yang membuat peralatan plambing
tidak dapat diberikan celah udara, misalnya karena alasan estetika atau
arsitektur ataupun karena konstruksinya. Untuk mencegah terjadinya aliran
balik pada keadaan ini dipasang alat yang disebut ”pemecah vakum”. Alat
ini dapat mencegah efek siphon balik secara otomatis dengan memasukan
udara ke dalam pipa penyediaan air apabila terjadi tekanan negatif.
Pemecah vakum ini ada dua jenis yaitu jenis pemecah vakum tekanan
atmosfir (dipasang pada sisi sekunder) dan jenis pemecah vakum tekanan
positif (dipasang pada sisi primer).
Karena fungsi pemecah vakum ini adalah untuk memasukan udara
ke dalam sistem perpipaan untuk mencegah terjadinya efek siphon-balik,
maka penempatan alat ini harus dipasang pada jarak tertentu, sekurang –
kurangnya 150 mm dari muka air luapan.

Mencegah timbulnya Pukulan Air
Pukulan air adalah tekanan air yang terjadi karena berhentinya
aliran air di dalam pipa secara mendadak oleh keran atau katup yang
mengakibatkan meningkatnya tekanan air pada sisi atas dan menimbulkan
gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu,
kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Pukulan air yang terjadi
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING…..
9
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
dapat merusak peralatan plambing, getaran pada sistem, patahnya pipa
serta suara berisik.
tindakan sebagai berikut :
1. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi.
2. Menghindari kecepatan aliran yang terlalu tinggi.
Untuk mengatasi timbulnya pukulan air dapat dilakukan tindakan-
3. Memasang rongga atau alat pencegah pukulan air.
4. Menggunakan dua katup bola pelampung pada tangki air.
Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air adalah
cara yang paling banyak digunakan, karena pukulan air terjadi oleh sifat
nonkompresible dari air, maka sebenarnya meredam tekanan yang timbul
sudah cukup untuk menghilangkan akibatnya. Rongga udara harus
dipasang pada puncak pipa tegak dimana ada kemungkinan akan timbul
pukulan air. Pada dasarnya rongga udara dibuat dengan memasang pipa
tegak sepanjang 30 cm dan tertutup di bagian atas, dengan ukuran yang
sama pada pipa ,masuk.
2.3 Pengertian Instalasi Plambing Penyediaan Air Bersih
Sistem ini adalah dimana Sumber air bersih diambil dari PDAM
dimasukan ke dalam bak penampung air bersih Ground Water Tank (GWT),
sedangkan sumber air yang berasal dari tanah atau sumur dalam (deep well)
dimasukan kedalam penampung air baku (raw water tank).
Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga
sebagai tangki pengendap lumpur atau pasir yang terbawa dari sumur. Air yang
berada di raw water tank diolah (treatment) di instalasi Water Treatment Plant
dan selanjutnya dialirkan ke clear water tank atau ground water tank, selanjutnya
dialirkan ke tangki air atap (roof tank) dengan menggunakan pompa transfer.
Distribusi air bersih pada empat lantai teratas untuk mendapatkan tekanan cukup
umummnya menggunakan pompa pendorong (booster pump), sedangkan untuk
lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 10
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Dewasa ini, sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sistem sambungan langsung
2. Sistem tangki atap
3. Sistem tangki tekan
4. Sistem tanpa tangki
2.3.1
Sistem Sambung Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih (PDAM). Karena terbatasnya tekanan
dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka
sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan
rendah. Gambar 2.2 di bawah ini merupakan contoh dari sistem sambungan
langsung.
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.2 Contoh sistem sambungan langsung
2.3.2
Sistem Tangki Atas
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat
diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap. Dalam
sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah atau dipasang pada
lantai terendah, kemudian dipompakan ke tangki atas yang biasanya dipasang di
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 11
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan
ke seluruh lantai bangunan.
Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak
“tangki
atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap
(misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang
khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang
pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi. Gambar 2.3 di
bawah ini merupakan contoh dari sistem dengan tangki atap.
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.3 Contoh sistem dengan tangki atap
2.3.3
Sistem Tangki Tekan
Prinsip kerja dari sistem tangki tekan yaitu air yang telah ditampung di
dalam
tangki
bawah
dipompa
ke
dalam
tangki
tertutup
yang
mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air
dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan
plambing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara
otomatis diatur oleh detektor tekanan, yang membuka dan menutup saklar
penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan berhenti bekerja
jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 12
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai.
Gambar 2.4 di bawah ini merupakan contoh dari sistem tangki tekan.
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.4 Contoh sistem tangki tekan
Variasi yang ada pada sistem tangki tekan antara lain :
1. Sistem Hydrocel
Sistem tangki tekan hydrocel untuk tangki tekan menggunakan tabung
bahan karet khusus yang dapat mengembang dan menyusut sesuai dengan
tekanan tangki. Penambahan udara pada tangki tekan karet ini perlu karena
tidak kontak langsung. Sistem ini mempunyai kekurangan yaitu air dalam
tangki sedikit.
2. Sistem Diafragma
Sistem tangki tekan dengan diafragma ini, untuk tangki tekan
menggunakan tabung bahan karet khusus sebagai pemisah air dengan
udara.tekanan tangki. Penambahan udara pada tangki tekan karet ini perlu
karena tidak kontak langsung. Sistem ini mempunyai kelebihan yaitu
sebagai penyimpan air dan peredam pukulan. Namun dalam hal ini tidak
dapat difungsikan secara bersama-sama.
2.3.4
Sistem Tanpa Tangki
Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak, Sistem ini
tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan ataupun
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 13
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap langsung dari pipa utama.
a. Sistem kecepatan putaran pompa konstan
secara otomatis yang diatur oleh tekanan.
Pompa utama selalu bekerja sedangkan pompa lain akan bekerja
b. Sistem kecepatan putaran pompa variable
Sistem ini untuk mengubah kecepatan atau laju aliran diatur
dengan mengubah kecepatan putaran pompa secara otomatis.
2.3.5
Tangki Air dan Pompa Air
2.3.5.1 Tangki Air
Tangki air digunakan untuk menyimpan air, jenis tangki air dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Tangki air bawah Tanah
Air dari jaringan air minum kota dialirkan melalui katup bola dan
di tampung dalam tangki bawah tanah yang kemudian di pompa ke dalam
jaringan pipa penyediaan air dalam suatu gedung. Tangki dari jenis ini
dapat dibuat dari baja, beton bertulang, kayu, dan fiberglass.
b. Tangki Atap
Tangki ini mendapat air dari pompa yang menyedot dari tangki
bawah yang berfungsi menyimpan air untuk kebutuhan singkat dan untuk
menstabilkan tekanan air sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air
sehari – hari. Umumnya terbuat dari baja, kayu, dan fiberglass.
2.3.5.2
Pemasangan Tangki Air
Pada umumnya pemasangan tangki air antara pelat lantai terbawah dan
pelat pondasi dari bangunan, selain itu dipasang juga bak penampung air buangan
atau air kotor. Keadaan ini dapat menimbulkan pencemaran air minum akibat dari
penetrasi air kotor tersebut. Untuk mengatasi pencemaran air minum ini
disyaratkan untuk tidak memasang tangki di bawah lantai, bahkan dilarang
menggunakan lantai, dinding, dan langit-langit sebagai bahan dari tangki atau
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 14
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
reservoir air. Selain itu tangki air juga disyaratkan bukan merupakan bagian
struktural dari suatu bangunan serta lokasinya tidak berdekatan dengan tempat
pembuangan air atau air kotor.
Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup di
sekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, misalnya di sebelah atas
dinding dan di bawah alasnya. Ruang bebas ini dibuat dengan ukuran sekurangkurangnya 45 cm,tetapi lebih baik dibuat sebesar 60 cm untuk memudahkan
pengecatan dinding luar tangki.
Setiap tangki harus dilengkapi dengan suatu lubang yang tertutup untuk
memudahkan perawatan dengan ukuran yang cukup. Lubang perawatan ini tidak
perlu disediakan jika seluruh tangki dapat dengan mudah dibuka atau diangkat.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan lubang perawatan
antara lain :
1. Penutup lubang perawatan harus rapat untuk mencegah masuknya kotoran
dan binatang serangga ke dalam tangki.
2. Penutup lubang perawatan (man hole) harus terkunci rapat untuk
mencegah pembukaan yang tidak diinginkan dengan memasang kunci atau
baut- baut pengikat.
Konstruksi tangki air sebaiknya dibuat untuk memudahkan pemeriksaan
dan perawatan. Untuk itu perlu ditentukan antara lain :
a. Pipa mengambil yang dilengkapi dengan katup dipasang dengan lubang
yang berada kira-kira 20 cm di atas dasar tangki. Hal ini untuk mencegah
agar endapan kotoran tidak terisap ke dalam tangki.
b. Saluran atau lekukan dangkal, sebaiknya dibuat pada dasar tangki dengan
kemiringan tertentu, ke arah lubang pengurasan.
c. Tangki air harus dapat dibersihkan tanpa memutuskan penyediaan air ke
dalam pipa distribusi.
Setiap tangki air harus dilengkapi dengan pipa peluap. Ujung dari pipa
peluap ini tidak boleh disambungkan langsung ke pipa buangan melainkan harus
dengan cara tidak langsung yaitu harus disediakan celah udara yang cukup antara
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 15
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
ujung pipa dengan bak buangan dan besarnya celah sekurang-kurangnya dua kali
diameter pipa serta ujung pipa peluap harus dilengkapi dengan saringan serangga.
2.3.5.3
Pompa yang menyedot air dari sumur ditampung di tangki bawah biasa
Pompa Penyediaan Air
menggunakan pompa submersible dan dipompakan ke tangki atas untuk
mendistribusikan ke seluruh alat plambing dalam bangunan dengan pompa angkat
atau pompa transfer, sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan
disebut
pompa distribusi. Pompa penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik,
motor bakar, turbin uap, dan sebagainya.
2.3.5.4
Laju Aliran Air
Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air, kapasitas peralatan dan
ukuran pipa ditentukan berdasarkan jumlah dan kecepatan aliran yang harus
disediakan. Penetapan jumlah dan laju aliran dapat dihitung berdasarkan rumus
Hazen Williams. Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut
dengan gradien hidrolik, dinyatakan dengan „I‟ dan jika laju aliran air dinyatakan
dengan ”Q” akan diperoleh rumus Hazen Williams.
Q = (1,67)(C)(d2,63)(I0,54)(10000)
Dimana :
Q = laju aliran air ( liter/menit)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter dalam pipa (m)
I = gradien hidrolik (m/m)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 16
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Berikut merupakan tabel koefisien kekasaran aliran dari berbagai jenis
pipa :
Tabel 2.1 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa
c
140
Jenis pipa
Pipa baru : kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, baja
(dilas atau ditarik), baja atau besi dilapis semen. Pipa asbes
semen (selalu “licin” dan sangat lurus).
130
Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik),
pipa besi tuang baru (biasanya angka ini yang dipakai), pipa
tua : kuningan, tembaga, dan timah hitam. Pipa PVC-keras.
110
Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik
yang masih baik.
100
Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua.
Sumber : Plambing (morimura)
Berdasarkan rumus tersebut dibuatlah diagram-diagram aliran untuk
beberapa jenis pipa seperti baja karbon, PVC, baja dengan lapisan PVC, dan
tembaga, dapat dilihat pada gambar-gambar 2.5, 2.6, 2.7, 2.8. Dalam praktek
ukuran pipa biasanya detentukan dengan menggunakan diagram semacam ini.
Kerugian tekanan akibat gesekan dalam perlengkapan pipa, seperti belokan,
cabang, reducer, dsb, biasanya dinyatakan dengan panjang ekivalen; artinya
kerugian gesek dalam perlengkapan tersebut sama dengan suatu panjang pipa
lurus dengan diameter yang sama dengan diameter perlengkapan tersebut. Tabel
panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya dapat dilihat di table 2.2.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 17
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Plambing (Morimura)
Gambar 2.5 Kerugian gesek dalam pipa baja karbon
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 18
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Plambing (Morimura)
Gambar 2.6 Kerugian gesek dala pipa PVC kaku
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 19
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Plambing (Morimura)
Gambar 2.7 Kerugiam gesek dalam pipa baja dilapisi PVC kaku (di dalam)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 20
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Plambing (Morimura)
Gambar 2.8 Kerugiam gesek dalam pipa tembaga
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 21
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.2 Panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya
Sumber
: Plambing (Morimura)
Catatan:
1. Katup pipa isap mempunyai panjang ekivalen sama dengan katup sudut.
Katup satu arah dari jenis yang dengan engsel.
2. Jika sambungan antara pipa dengan perlengkapannya halus dan rata
(seperti pada pipa dan perlengkapan tembaga), maka angka panjang
ekivalen untuk belokan dan “T” dikurangi dengan setengahnya.
2.3.5.5 Penaksiran laju aliran air
Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran
air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu :
a. Berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)
Didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap
penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Angka ini
dipakai untuk
menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar pemakaian
air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tertentu. Bila jumlah
penghuni tidak diketahui maka digunakan penaksiran berdasarkan luas
lantai efektif dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Pemakaian
air rata-rata per orang setiap hari dapat di lihat di tabel 2.3.
b. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing digunakan
apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya untuk
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 22
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah dari
setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut. Lihat tabel 2.4 untuk
referensi.
c. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing
Dalam metoda ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit
beban (fixture unit; 1 fu=7,5 galon/menit). Untuk setiap bagian pipa
dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing yang
dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air. Pada tabel 2.5
dapat dilihat nilai unit alat pelambing untuk setiap alat plambing.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 23
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.3 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
Sofyan & Morimura, Tabel 3.11
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 24
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sofyan & Morimura, Tabel 3.12
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 25
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.4 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran pipa cabang air
Sofyan & Morimura, Tabel 3.13
Catatan:
1. Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali
penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 26
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm,
tetapi untuk menghilangkan kerugian akibat gesekan dianjurkan
memasang pipa ukuran 32 mm.
3. Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13
mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan
memasang pipa ukuran 20 mm.
4. Karena pipa tembaga cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja,
maka ukurannya bisa lebih kecil. Pipa PVC juga bisa dipasang dengan
ukuran yang sama.
Tabel 2.5 Unit alat plambing untuk penyediaan air bersih
Sofyan & Morimura, Tabel 3.16
Catatan :
1. Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung secara
terpisah, dan ditambahkan pada jumlah unit alat plambing.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 27
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Alat plambing yang tidak ada dalam daftar dapat diperkirakan dengan
membandingkan dengan alat plambing yang mirip.
3. Nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Jika
masing untuk air dingin dan air panas diambil ¾ nya.
digunakan air dingin dan air panas, unit alat plambing maksimum masing-
4. Alat plambing untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi
atau apartemen, dimana pemakaiannya tidak terlalu sering.
5. Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam
gedung kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering.
Gambar 2.9 dan 2.10 berikut ini merupakan grafik yang memperkirakan
besarnya unit beban untuk setiap alat plambing.
Sumber : PPI 1979
Gambar 2.9 Grafik lengkung perkiraan beban kebutuhan air untuk unit beban sampai 250
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 28
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber :PPI 1979
Gambar 2.10 Grafik lengkung perkiraan beban kebutuhan air untuk unit beban sampai 3000
2.4 Perhitungan Perencanaan Pipa Air Bersih
Dalam suatu perancangan instalasi plambing menggunakan pipa. Pipa
yang digunakan bermacam-macam, tergantung sesuai dengan kebutuhan. Salah
satu metode untuk menentukan ukuran pipa air bersih yaitu dengan menggunakan
metoda ekivalensi tekanan pipa. Dalam metode ini kita harus menyertakan tabel
sebagai dasar perhitungan seperti di bawah ini :
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 29
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.6 Tabel ekivalen untuk PVC-keras
Sofyan & Morimura, Tabel 3.21
Tabel 2.7 Tabel ekivalen untuk pipa baja dilapis PVC-keras
Sofyan & Morimura, Tabel 3.22
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 30
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.8 Tabel ekivalen untuk pipa baja karbon
Sofyan & Morimura, Tabel 3.20
2.5 Evaluasi Hidrolis
2.5.1 Hilang Tinggi Tekan pada Pipa
Hilang tinggi tekan perlu dihitung untuk mengetahui berapa besar
kehilangan tekanan yang terjadi pada pipa sehingga dapat dihitung sisa tekanan
yang ada pada pipa, apakah memenuhi persyaratan atau tidak.
Kehilangan tinggi tekan pada pipa dapat dikelompokan menjadi:
a. Hilang Tinggi Tekan Mayor
Kehilangan tekanan akibat gesekan sepanjang pipa yang dilalui.
Untuk perhitugannya digunakan persamaan Hazen Williams.
hl (mayor) = (Q / (0,2785 . C . D2,63))1,85 . L
diamana:
hl
= kehilangan tekan (m)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 31
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
D
= diameter pipa (m)
Q
= debit aliran (m3/detik)
C
= koef. Hazen Williams
L
= panjang pipa (m)
Nilai koefisien gesekan Hazen Williams tergantung pada jenis
material pipa dan umur pemakaian pipa. Besarnya nilai koefisien Hazen
Williams untuk beberapa jenis material pipa yang biasa digunakan
tercantum dalam tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.9. Koefisien Hazen Williams Untuk Berbagai Material Pipa
Material Pipa
Nilai C
PVC
120 – 140
Baja
110 – 120
GIP (Gallvanized Iron Pipa)
110 – 120
DIP (ductil gae Irin Pipe)
110 - 120
ACP (Asbestos Cemen Pipe)
110 - 120
Sumber : Http : //Engineeringtoolbox.com/HazenWilliam-Cofficientsd798html.
b. Hilang Tinggi Tekan Minor
Kehilangan tekanan akibat pengaliran melalui perlengkapan pipa.
Untuk perhitungan digunakan persamaan :
hl (minor) =k . (V2 / 2g)
dimana: hl (minor) = kehilangan tekan (m)
k
= koef. Minor losses perlengkapan pipa
V
= kecepatan pengaliran (m/det)
g
= percepatan gravitasi (m/det2)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 32
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kehilangan tekanan total merupakan penjumlahan dari hilang tinggi tekan
mayor dan hilang tinggi tekan minor. Dalam sistem distribusi air bersih,
kehilangan tekanan minor seringkali diasumsikan maksimum 5% dari kehilangan
mayor
hl(total) =hl(mayor) + hl(minor)
Sisa Tekanan Dalam Pipa
Sisa tekanan air adalah tekanan air yang masih tersedia pada suatu titik
2.5.2
jaringan yang dikarenakan adanya perbedaan elevasi muka tanah. Sisa tekanan
dalam pipa perlu dihitung untuk mengetahui apakah tekanan yang tersisa pada
titik-titik pelayanan sudah mencukupi atau belum. Tekanan minimum untuk
rumah tinggal dengan tinggi tidak boleh lebih dari satu lantai adalah 5 mka.
Untuk menghitung sisa tekanan dalam pipa digunakan rumus:
Sisa tekanan = ∆H – hl(total)
Dimana:
∆H
= tekanan awal (m)
hl(total) = hilang tinggi tekanan total (m)
2.6
Reservoir dan Pompa Air Bersih
2.6.1
Penentuan Kapasitas Reservoir
Reservoir dimaksudkan untuk menampung air dengan kapasitas cukup
untuk kebutuhan pada waktu puncak. Dalam sistem tangki atap perlu dihitung
volume reservoir bawah dan reservoir atas. Reservoir atas bertujuan untuk
mendistribusikan air ke tiap- tiap lantai dalam bangunan, sedangkan reservoir
bawah untuk menampung air dari sumbernya ke reservoir atas. Ada dua cara
dalam menghitung kapasitas reservoir :
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 33
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a. Penentuan Kapasitas Reservoir Secara Grafis
Untuk
volume
reservoir
dengan
metoda
ini
dibutuhkan tabel fluktuasi pemakaian air yang memperlihatkan jumlah
pemakaian dan penyaluran air pada setiap jam selama satu hari. Dari tabel
ini kemudian dapat dibuat grafik perbandingan antara persentase komulatif
pemakaian air dengan persentase komulatif penyaluran air sehingga dapat
menentukan
dibandingkan kemampuan penyediaan air dalam memenuhi kebutuhan.
Volume reservoir total adalah persentase komulatif maksimum
pemakaian air yang tidak dapat dipenuhi oleh penyaluran airdikalikan
dengan kebutuhan air rata-rata selama satu hari yang diperoleh dari
perhitungan kebutuhan berdasarkan jumlah penghuni. Rumus yang
digunakan untuk menghitung volume reservoir adalah :
VR = (% kumulatif surplus maksimum + % kumulatif defisit maksimum) x Qratarata
Dimana :
VR
= Volume Reservoir
Qrata-rata
= kebutuhan air rata-rata dalam satu hari
Volume reservoir atas sangat ditentukan oleh kapasitas pompa
yang dipakai serta jam pengoperasiannya. Perhitungan volume reservoir
atas adalah sama dengan cara perhitungan volume reservoir total debit
penyaluran yang sesuai dengan debit kapasitas pompa yang dipakai dan
waktu pengoperasiannya. Volume reservoir bawah diperoleh dengan cara
mengurangi volume reservoir total dengan volume reservoir atas.
b. Penentuan Kapasitas Reservoir Secara Pendekatan
Kapasitas reservoir bawah dihitung untuk melayani kebutuhan air
harian dan cadangan air. Sedangkan kapasitas reservoir atas dihitung
dengan pendekatan fungsi tangki atas untuk melayani kebutuhan air pada
saat jam puncak dengan asumsi pada saat jam puncak tersebut pompa
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 34
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
transfer bekerja untuk menyuplai tangki atas tersebut. Sehungga selain
untuk menampung air, tangki atasjuga difungsikan sebagai kontrol
terhadap pompa transfer yang bekerja.
2.6.2
Perhitungan Pompa
Untuk menentukan spesifikasi pompa yang dibutuhkan pada suatu instalasi
pipa, ada dua ukuran yang harus diperhitungkan, yaitu kapasitas pompa dan
dayayang dimiliki oleh pompa tersebut. Kapasitas pompa juga ditetapkan dengan
lamanya
waktu pengoperasian yang diasumsikan untuk mengisi reservoir.
Daya pompa adalah tekanan yang harus dimiliki oleh pompa untuk
mengalirkan air. Daya pompa ini dapat dihitung dengan cara menjumlahkan
antara selisih elevasi air maksimum yang dapat terjadi pada daerah sumber air
dengan daerah tujuanpengaliran ditambah dengan kehilangan tekanan total yang
akan dialaminya selama melalui pipa penyalur.
2.7
Perencanaan Sistem Pembuangan
2.7.1
Prinsip Dasar Sistem Pembuangan
Air Buangan dapat dibagi menjadi 4 bagian :
1. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, toilet, dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari saluran plambing.
2. Air bekas : air buangan yang berasal dari alat – alat plambing, seperti bak
mandi, bak cuci tangan, dan sebagainya.
3. Air hujan : air yang berasal dari atap rumah dan pekarangan rumah.
4. Air buangan khusus : diantaranya air kotor yang berbahaya, air yang
mengandung gas,racun,bahan kimia, dan sebagainya.
2.7.2
Klasifikasi Sistem Pembuangan Air
Sistem pembuangan air dibagi menjadi beberapa klasifikasi bagian,
diantaranya :
1. Klasifikasi menurut jenis air buangan
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 35
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a) Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan yang berasal
dari kloset dan lain-lain yang dikumpulkan dan dialirkan keluar.
b) Sistem pembuangan air bekas adalah pembuangan yang berasal dari air
bekas yang dikumpulkan dan dialirkan keluar.
c) Sistem pembuangan air hujan adalah sistem pembuangan air hujan dari
atap gedung dan pekarangan yang dikumpulkan dan dialirkan.
2.
Klasifikasi menurut cara pembuangan air
a) Sistem campuran
Yaitu sistem pembuangan di mana air kotor dan air bekas
dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran.
b) Sistem terpisah
Yaitu sistem pembuangan, di mana air kotor dan air bekas
masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk
daerah dimana tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air
bekas maupun air kotor, maka sistem pembuangan air kotor akan
disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu.
3.
Klasifikasi menurut letaknya
a) Sistem pembuangan gedung yaitu sistem pembuangan yang terletak
dalam gedung, sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung
tersebut.
b) Sistem pembuangan di luar gedung yaitu sistem pembuangan di luar
gedung, dinding paling luar gedung tersebut sampai ke riol umum.
4.
Klasifikasi menurut cara pengaliran
a) Sistem gravitasi
Dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi
secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.
b) Sistem bertekanan
Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat-alat
plambing sehingga air buangan dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu
bak penampung kemudian dipompakan keluar ke dalam riol umum.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 36
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.7.3 Komponen Sistem pembuangan
1) Sistem pembuangan air buangan.
Dua macam sistem ini adalah sistem campuran dan sistem terpisah.
2) Komponen sistem pembuangan.
Uraian tentang beberapa bagian penting dari komponen sistem pembuangan
adalah sebagai berikut :
a) Pipa
pembuangan alat plambing adalah pipa pembuangan yang
menghubungkan pipa pembuangan dengan pipa pembuangan lainnya.
b) Cabang mendatar adalah semua pipa yang menghubungkan antara pipa
pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
c) Pipa tegak air buangan adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buangan
dari cabang-cabang mendatar.
d) Pipa tegak air kotor adalah pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari
cabang-cabang mendatar.
e) Pipa atau saluran pembuangan gedung adalah pipa pembuangan dalam
gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas, dan air hujan dari pipapipa tegak air buangan.
f) Riol gedung adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan antara
pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan riol umum.
2.7.4 Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan
yang biasanya mengandung padatan, sehingga harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup. Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan,
melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian
atas yang “kosong” cukup untuk mengalirkan udara.
Pipa ukuran kecil akan mudah tersumbat karena endapan kotoran dan
kerak, walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup. Oleh karena itu untuk
jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm. Pada tabel
2.10 di bawah ini dapat dilihat diameter pipa dan kemiringan minimum pipa.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 37
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.10 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal
Diameter pipa (mm)
Kemiringan minimum
75 atau kurang
1/50
100 atau kurang
1/100
Sofyan & Morimura, Tabel 5.1
Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat dibuat lebih
dari yang dinyatakan dalam tabel, asal kecepatannya tidak kurang dari 0,6
landai
m/dtk. Kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung menimbulkan efek sifon
yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat plambing.
2.7.5
Lubang Pembersih dan Bak Kontrol
Setelah sistem pembuangan digunakan dalam waktu yang lama, maka
kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan
setelah digunakan untuk jangka waktu lama. Kadang ada juga benda-benda kecil
yang terjatuh dan masuk ke dalam pipa. Semuanya itu akan menyebabkan
tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan.
Pada gedung, lubang pembersih dipasang untuk membersihkan pipa
pembuangan gedung; dan di luar gedung dipasang bak kontrol pada riol gedung.
Pada gambar 2.11 di bawah ini adalah gambar dari pemasangan lubang
pembersih.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 38
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.11 Pemasangan lubang pembersih
2.7.6 Perangkap
Perangkap merupakan salah satu bagian terpenting dalam sistem
pengaliran air buangan selain vent. Karena alat plambing tidak terus menerus
digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air, sehingga menyebabkan
masuknya gas yang berbau ataupun beracun, atau bahkan serangga. Untuk
mencegah hal ini harus dipasang suatu perangkap, biasanya berbentuk huruf “U”,
yang akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga merupakan
suatu “penyekat” atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut.
Perangkap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Kedalaman air penutup berkisar antar 50 mm sampai 100 mm. 100 mm
sebagai batas maksimum, agar perangkap tetap bersih.

Aliran air buangan harus dapat menimbulkan efek “membersihkan diri”
perangkap tersebut dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar
kotoran tidak tersangkut atau menempel pada permukaannya.

Konstruksi
perangkap
harus
cukup
sederhana
agar
mudah
membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan akan terjadi.
Juga adanya kemungkinan benda-benda padat, potongan kain dan
sebagainya yang jatuh ke dalam alat plambing. Kalau tersedia lubang
pembersih pada perangkap, maka penutup lubang pembersih tersebut
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 39
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
harus mudah dicapai dan dapat ditutup kembali dengan rapat setelah
pembersihan perangkap.

Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi dimana ada bagian
bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat
penutup. Kalau bagian bergerak
penutup tidak terpenuhi apabila bagian tersebut rusak. Bidang-bidang
membentuk sekat penutup, fungsi
tersembunyi dapat mengganggu aliran air buangan atau menyebabkan
penyumbatan. Pada gambar 2.12 di bawah ini merupakan gambar-gambar
dari bentuk perangkap.
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.12 Bentuk dasar perangkap
2.7.7
Penangkap
Air buangan yang keluar dari alat plambing mungkin mengandung bahan-
bahan berbahaya, yang dapat menyumbat atau mempersempit penampang pipa,
yang dapat mempengaruhi kemampuan instalasi pengolahan air buangan. BahanM. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 40
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
bahan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerusakan pada pipa pembuangan
antara lain:

minyak atau lemak (jumlah besar) dari dapur restoran

tanah dan pasir

potongan rambut dari ruang pangkas rambut

kertas penyapu muka dan bahan lain dari ruang rias panggung pertunjukan

Bahan-bahan bekas dari kamar operasi rumah sakit

Benang atau serat dari tempat cuci pakaian komersial

Bahan bakar, minyak, gemuk dari bengkel kendaraan.
Untuk mencegah masuknya bahan-bahan tersebut ke dalam pipa, perlu
dipasang suatu penangkap (interceptor). Kadang-kadang air buangan dari proses
masih mengandung bahan yang cukup berharga (misalnya, logam mulia) sehingga
perlu dipasang penangkap untuk mengambil kembali bahan tersebut.
Syarat-syarat terpenting yang harus dipenuhi penangkap:

Konstruksinya harus mampu secar efektif memisahakn minyak, lemak,
pasir dsb dari air buangan.

Konstruksinya harus sedemikian agar memudahkan pembersihan.
Pada gambar 2.13 di bawah ini merupakan gambar dari contoh penangkap
lemak.
Sumber : Plambing (morimura)
Gambar 2.13 Contoh gambar penangkap lemak
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 41
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.8 Ukuran Pipa Pembuangan

Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran sekurang-
kurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing
yang dilayaninya.

Ukuran minimum pipa cabang mendatar
Ukuran minimum pipa tegak
Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya
sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke
pipa tegak tersebut.

Pengecilan ukuran pipa
Pipa tegak maupun pipa cabang mendatar tidak boleh diperkecil
diameternya dalam arah aliran air buangan. Pengecualian hanya pada
kloset, dimana pada lubang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang
pengecilan pipa 100 x 75 mm. Cabang mendatar yang melayani satu kloset
harus mempunyai diameter minimum 75 mm dan untuk dua kloset atau
lebih minimum 100 mm.

Pipa di bawah tanah
Pipa pembuangan yang ditanam di bawah tanah harus mempunyai
ukuran minimum 50 mm.

Interval cabang
Jarak pada pipa tegak antara dua titik dimana cabang mendatar
disambungkan pada pipa tegak tersebut. Jarak ini sekurang-kurangnya 2,5
m.
Diameter minimum perangkap dan pipa buangan dapat disajikan pada
tabel 2.11 berikut ini :
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 42
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.11 Diameter minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing
Sumber : Plambing (Morimura)
2.8.1 Cara Menentukan Ukuran Pipa Pembuangan
Untuk dimensi pipa pembuangan, selain untuk cabang mendatar dan pipa
ven, ditentukan dengan standar nilai unit alat plambing, yang telah disusun
berdasarkan standar negara Amerika Serikat. Karena perbedaan cara menetukan
jumlah alat plambing yang berbeda-beda maka perlu adanya penyesuaian. Di
indonesia, ukuran-ukuran sistem pembuangan juga ditentukan berdasarkan nilai
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 43
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
unit alat plambing, sebagaimana dinyatakan dalam “Pedoman plambing Indonesia
1976”.
2.8.2
Nilai unit alat plambing untuk berbagai jenis alat plambing dapat dilihat
Cara Menentukan Nilai Unit Alat Plambing
pada tabel (dikutip dari pedoman Plambing Indonesia 1976,tabel 6.1 halaman
118-119). Apabilajenis alat plambing yang direncanakan sesuai dengan yang ada
dalam tabel tersebut di atas, ukuran pipa pembuangan dapat ditentukan
berdasarkan
jumlah unit alat plambing yang dilayani pipa yang bersangkutan.
Apanila tidak ada dalam tabel tersebut, nilai unit alat plambing tunggal dapat
diperoleh dari jumlah aliran air buangan yang di keluarkan alat plambing tersebut
(dalam liter/menit) dibagi dua. Tabel 2.12 ,2.13, dan 2.14 di bawah ini
memperlihatkan unit alat plambing sebagai beban,setiap alat atau kelompok.
Tabel 2.12 Beban maksimum unit alat plambing yang diizinkan untuk cabang horizontal dan pipa
tegak buangan
Sumber : Plambing (Morimura)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 44
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.13 Beban maksimum air kotor yang diizinkan untuk pipa pembuangan gedung
Sumber : Plambing (Morimura)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING…..
45
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.14 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok
Sumber : Plambing (Morimura)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 46
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.8.3 Instalasi Plambing Sistem Ven
Sistem venting merupakan sistem instalasi plambing yang dapat
mengeluarkan udara yang terjebak di dalam instalasi pipa air buangan guna
menghindari
efek siphone.
Jenis-jenis dan sistem Pipa Ven :
a) Ven tunggal
Pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara
luar.
b) Ven lup
Pipa ini melayani dua atau lebih perangkap alat plambing, dan
disambungkan kepada pipa ven tegak.
c) Ven pipa tegak
Pipa ini merupakan perpanjangna dari ipa tegak air buangan, di
atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.
d) Ven bersama
Pipa ini adalah satu pipa ven yang melayani perangkap dari dua
alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang
pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut
disambungkan bersama.
e) Ven basah
Adalah pipa ven yang juga menerima air buangan berasal dari alat
plambing selain kloset.
f) Ven pelepas
Adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dlam pipa
pembuangan.
g) Pipa ven balik
Adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah, setelah
bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat
plambing, dan yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven
setelah dipasang mendatar di bawah lantai.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 47
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
h) Pipa ven yoke
Pipa ven ini suatu ven pelepas, yang menghubungkan pipa tegak
air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan tekanan
dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.
2.9 Sistem Ven
a. Sistem ven tunggal
Adalah sistem ven dimana pada setiap alat plambing dipsang sebuah
pipa ven.
b. Sistem ven tunggal
Sistem ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimal 8)
dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambungkan
kepada pipa ven tegak.
c. Sistem ven pipa tegak
Semua pipa pengering alat plambing disambung langsung kepada
pipa tegak air buangan.
d. Sistem ven lainnya
1) Sistem ven bersama
2) Sistem ven basah
3) Sistem ven balik
4) Sistem ven yoke
e. Pipa tegak ven
Pipa tegak ven dipasang dalam hal dimana pipa tegak air kotor atau
air bekas melayani dua interval cabang atau lebih, dan dalam hal ini dimana
alat-alat plambing pada setiap lantai mempunyai pipa ven tunggal atau pipa
ven jenis lainnya. Bagian atas pipa ini harus terbuka langsung ke udara luar
di atas atap tanpa dikurangi ukurannya.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 48
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.9.1 Persyaratan untuk pipa ven
Berikut ini persyaratan-persyaratan untuk pipa ven.
1) Kemiringan pipa ven
terbentuk atau air yang terbawa masuk ke dalamnya dapat mengalir secara
Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan agar titik air yang
gravitasi kembali ke pipa pembuangan.
2) Cabang pada pipa ven
Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak
akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas. Pipa ven untuk
cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang
mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang
tersebut
secara
vertikal;
hanya
dalam
keadaan
terpaksa
boleh
disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45˚ terhadap vertikal. Syarat
ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa ven dalam
keadaan pipa buangan (tempat pipa ven tersebut disambungkan) kebetulan
sedang penuh dengan air buangan.
3) Letak bagian mendatar pipa ven
Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mandatar pipa air
buangan, pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya
150 mm di atas muka air banjir alat plambing tertinggi yang dilayani ven
tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang
pipa ven.
4) Ujung pipa ven
Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara
yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Syarat untuk pembukaan
ujung pipa tersebut:
a) Ujung terbuka
1) Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar
harus berada sekurang-kurangnya 15 cm di atas bidang atap tersebut.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 49
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2) Kalau atap dipakai sebagai taman, jemuran pakaian dsb, ujung yang
terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 2 m di atas
3) Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera, antena
televisi, dsb.
b) Lokasi ujung pipa ven
bidang atap tersebut.
1) Tidak boleh berada langsung di bawah pintu, lubang masuk udara
venilasi dsb, dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3 m horisontal
dari padanya kecuali kalau sekurang-kurangnya 60 cm diatasnnya.
2) Konstruksi bagian pipa ven menembus atap harus sedemikian hingga
tidak mengganggu fungsinya.
3) Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan di bawah bagian atap yang
menjorok keluar gas-gas dari pipa pembuangan mungkin akan
terkumpul dan dapat menimbulkan gangguan.
4) Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat saringan untuk
mencegah masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang di
dalamnya.
2.9.2 Penentuan Ukuran Pipa Ven
Penentuan ukuran pipa ven secara umum tercantum dalam buku “Pedoman
Plambing Indonesia 1976” atau pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah yang berwenang. Sebagai referensi dalam penentuan ukuran pipa
cabang horizontal ven dengan sistem lup dan ukuran panjang pipa disajikan pada
tabel 2.15 dan 2.16.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 50
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.15 Ukuran pipa cabang horizontal ven dengan lup
Sumber : Plambing (Morimura)
Tabel 2.16 Ukuran dan panjang pipa ven
Sumber : Plambing (Morimura)
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 51
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.10
Peralatan Plambing
Dalam plambing di perlukan beberapa peralatan utama. Dibawah ini
merupakan peralatan utama untuk plambing:
1.
o
End Suction Pump
o
Horizontal Split Case Pump
o
Multi Stage Pump
o
Centrifugal Pump
2.
Pressure Tank
Pompa transfer
o
Diaphragma Pressure Tank
o
Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank
Peralatan pengaturan dan ukur, meliputi :
o
Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa.
o
Gate Valve, pengatur buka-tutup aliran air didalam pipa.
o
Ball Valve, pengatur jumlah aliran air didalam pipa.
o
Butterfly Valve, pengatur buka-tutup aliran air di dalam pipa.
o
Floating Valve, klep pengatur buka-tutup aliran air ke tanki.
o
Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap.
o
Strainer, berfungsi sebagai filter air.
o
Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan.
o
Pressure Gauge, pengukur tekanan.
o
Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan.
o
Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran.
o
Water Meter, pengukur debit air.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 52
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.11
Perencanaan Sistem Recycle
Sistem daur ulang air bekas (recycle) merupakan sebuah sistem pada
plambing yang memanfaatkan air bekas. Air hasil olahan akan diproses sebagai
air flushing,
cuci kendaraan dan gardening.
Tujuan dari sistem recycle ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air
bersih secara efektif dan efisien dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan
kontinuitas air. Dalam sistem penyaluran air buangan, dilakukan pemisahan antara
air buangan air kotor (black water) dan air bekas (grey water).
Sistem recycle memiliki beberapa keuntungan dan juga kerugian,
diantaranya yaitu :
1. Keuntungan

Menghemat air bersih.

Memiliki persediaan air lebih banyak.

Dengan menambah volume tangki pengolahan dapat memperbanyak
air hasil recycle dan dapat dipergunakan ke bangunan yang lain.
2. Kekurangan

Biaya pemasangan yang mahal karena harus menyediakan tangki
pengolahan (IPAL).

Biaya perawatan yang mahal.

Jaringan pipa menjadi lebih banyak untuk mengalirkan air recycle.
Skema sistem recycle dapat dilihat di gambar 2.14.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 53
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 2.14 Skema sistem air recycle
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING…..
54
D3 D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.11.1
Sumber Air
Sumber air yang digunakan untuk air recycle ini berasal dari air bekas. Air
bekas ini bisa berupa air bekas cuci piring, air bekas dari floor drain, mesin cuci
dan sebagainya. Produksi air bekas berkisar 80-83% dari total konsumsi air bersih
dan sebagian besar dihasilkan dari shower. Sehingga diasumsikan 80% air bersih
akan menjadi air buangan. Sebelum air bekas ini digunakan untuk air recycle, air
bekas ini masuk ke tangki pengolahan terlebih dahulu.
2.11.2
Komponen sistem recycle
Untuk merencanakan sistem recycle air bekas diperlukan beberapa
komponen yang penting, yaitu:
1. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Sebelum air bekas dipompakan ke grey water reuse roof tank
diharuskan melewati IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terlebih
dahulu, karena berdasarkan hasil uji laboratorium, plate count dan
indikator organisme yang tinggi secara konsisten menunjukkan tingginya
tingkat kontaminasi bakteri yang memerlukan biological treatment dan
desinfeksi jika air itu digunakan untuk daur ulang (Birks, 2006).
2. GWRST (Grey Water Reuse System Tank)
GWRST ini difungsikan untuk menampung air bekas hasil olahan
kemudian dialirkan ke grey water reuse roof tank (GWRRT) untuk
flushing, cuci kendaraan, dan taman.
M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING….. 55
Download