Bioindustri modul 14 - Universitas Brawijaya

advertisement
BIOINDUSTRI:
Produk Bioindustri di Indonesia
Nur Hidayat
Tek. Industri Pertanian, Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Email : [email protected]
1. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1.2. Definisi
2. PEMASARAN PRODUK TEMPE
3. TAHAP-TAHAP DALAM
PENGEMBANGAN PRODUK
4. RESPON PELANGGAN PADA
PENGEMBANGAN PRODUK
5. PENANGGULANGAN KORUPSI
DAN HUKUM PIDANA
6. BERBAGAI STARTERI
PEMBERANTASAN KORUPSI
7. PENCEGAHAN SOSIAL DAN
PEMEBERDAYAAN MASYARAKAT
8. MONITORING DAN EVALUASI
1. PENDAHULUAN
Produk
bioindustri
terutama
industry
fermentasi
tradisional
banyak berkembang di
Indonesia. Namun untuk
produksi modern belum
banyak
berkembang.
Beberapa
produk
bioindustri di Indonesia
umumnya
merupakan
milik perusahaan asing
misalnya
monosodium
glutamate, asam-asam
organic
dan
juga
antibiotika. Produk yang saat ini dikembangkan oleh
pemerintah adalah antibiotika dan vaksin karena memiliki
nilai guna yang tinggi bagi kesehatan masyarakat.

Dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah produksi asam
malat, monosodium glutamate, asam sitrat, dan kecap
sebagai produk pangan hasil fermentasi yang banyak
berkembang dan kemungkinanbesar dapat dikembangkan di
Indonesia.

Indonesia sebagai Negara berkembang menjadi tempat
investasi yang menarik bagi Negara-negara maju
untuikmenanamkan modalnya terutama untuk industry
modern karena ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja
yang murah. Namun demikian, keberdaan perusahaan asing
selain meningkatkan pendapatan Negara dan penyerapan
tenaga kerja juga dapat mematikan perkembangan industry
local karena bersaing dalamhal modal akibatnya produk
kalah dalam hal harga dan kualitas yang akibatnya tidak ada
pembeli yang tertarik.
14
Minggu 14
PRODUK BIOINDUSTRI DI INDONESIA

MODUL
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
1.2 Tujuan
Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan dasar
memahami keberadaan produk bioindustri di Indonesia, pada akhir kuliah
mahasiswa diharapkan:
 Mampu memahami prospek pengembangan produk bioindustri di Indonesia.
 Mampu memberikan contoh produk bioindustri local yang mungkin
dikembangkan ke tingkat nasional ataupun internasional.
 Mampu menunjukkan peluang produk bioindustri apa yang paling baik untuk
dikembangkan di Indonesia.
2. ASAM MALAT
* Asam malat adalah asam dikarboksilat dengan empat karbon yang umum
digunakan sebagai asidulan dan penguat citarasa dalam industrimakanan
dan minuman. Rasemat asam amalat disintesis secara petrokimia dari
maleat
anhidrat.
L-asam
malat
murni
(misal
untuk
produksi
farmasi)dihasilkan dari fumarat (disintesis dari maleat anhidrat) melalui
hidrasi dengan fumarase menggunakan sel amobil atau enzim.
* Asam malat merupakan asam organic yang banyak terdapat pada buah apel.
Pada saat pembuatan sari apel, asam ini seringkali hilang sehingga rasa dan
aroma aple tidak muncul. Awalnya para perajin menambahkan asam sitrat
untuk menumbuhkan rasa asam, namun demikian, penambahan asam sitrat
ini kurang memberikan aroma yang sesuai. Kini banyak perajin yang sudah
menggantikan asam sitrat dengan asam malat. Asam malat selain terdapat
pada buah dapat pula diproduksi secara fermentasi. Pada tahun 1924 asam
malat diidentifikasi dapat dihasilkan melalui fermentasi oleh kahmir,
kemudian banyak diteliti pada berbagai mikrooragnisme.
* Jamur yang mampu menghasilkan asammalat salah satunya adalah
Schizophylum commune. Jamur ini menghasilkan asam malat pada medium
yang mengandung CaCO3 pada media gojog. Jamur ini juga mampu
menggunakan xylosa sebagai sumber karbonnya. Banyak jamur yang
diketahui mampu menghasilkan asammalat, baik dalam bentuk alami atau
mutan. Mutan Aspergillus oryzae, A. parasiticus I dan A. oryzae alami juga
mampu menghasilkan asam malat. Rhizopus chinensis juga mampu
mengubah
asam
fumarat
menajadi
asam
malat
dan
Pichia
membranaefaciens mampu mengubah glukosa menjadi asam malat.
* Produksi asam malat secara fermentasi menunjukkan keberhasilan yang
tinggi menggunakan Aspergillus flavus yaitu sebesar 63 % dari nilai teoritis.
Namun demikian, karena jamur ini menghasilkan aflatoksin sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa
mikroorganisme penghasil asam malat dapat dilihat pada tabel 1.
* Salah satu medium yang dapat digunakan dalam produksi asam malat terdiri
dari serbuk gergajian, sekam, dan air. Setelah disterilkan kemudian
diinokulasi dan inkubasi selama 10 hari.
* Sumber nitrogen yang baik untuk produksi asam malat dari S. commune
adalah garam ammonium dan adanya kalsium terlarut. Sedangkan untuk M.
tremellosus menggunakansumber karbon urea. Kombinasi garam-garam
anorganik memberikan hasil asam malat yang lebih tinggi jika digunakan
sumber karbon yang sesuai. Suplementasi KCl menghasilkan asam malat
paling tinggi dengan sumber karbon glukosa. Kadar glukosa yang optimal
adalah 15 %.
Page 2 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
* Tabel 1. Mikroorganisme dan kemampuan menghasilkan asam malat
Mikroorganisme
Asam Malat (gL-1)
Produktivitas (gL-1j-1)
113
0,59
48
0,34
Monascus araneosus
28
0,23
Schizophyllium commune
18
0,16
Z. rouxii
75
0,54
S. cerevisiae
59
0,19
Aspergillus flavus
Rhizopus
arrizus
Paecilomyces varioti
dan
Gambar 1 . contoh Produk asam malat
3. Produksi Asam asetat
* Asam asetat merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau asam yang
o
tajam. Asam asetat mempunyai berat jenis 1,049 dan titik didih 118,1 C
pada tekanan 1 atm. Daya larut yang dimiliki sebanding dengan air, alkohol,
gliserol, eter pada suhu kamar, tetapi asam asetat tidak dapat larut pada
karbon disulfat.
* Pembuatan asam asetat secara fermentasi dilakukan dalam dua tahap yaitu
fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat oleh bakteri asam asetat
pada larutan yang mengandung alkohol.
* Fermentasi asam asetat sangat tergantung pada kadar alkohol substrat dan
aerasi. Bila kadar alkohol 14% atau lebih akan terbentuk suatu lapisan
zooglea yang dapat mengakibatkan sukarnya proses oksidasi, sehingga tidak
semua alkohol dapat teroksidasi menjadi asam asetat. Bila kadar alkohol
kurang dari 2% maka ester dan asam asetat yang terbentuk akan teroksidasi
menjadi asam, air dan karbon dioksida. Pada substrat dari air kelapa alkohol
yang baik tidak lebih dari 6% dengan aerasi sekurang-kurangnya 0,08 vvm.
Page 3 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
* Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa etanol atau bahan-bahan yang
mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis).
Mikroorganisme yang berpertan dalam fermentasi asam asetat adalah bakteri
asam asetat. Bakteri asam asetat diklasfikasikan dalam Acetobacter sp dan
Gluconobacter
spp yang dikarakteristikkan
oleh kemampuannya
mengoksidasi gula, alkohol dan aldehid. Enzim yang mengkatalisis reaksi
oksidasi ini adalah dehidrogenase yang terikat pada membran yang
mengandung pyroloquinoline quinone (pqq) sebagai gugus prosthetic. Enzim
yang membutuhkan pqq sebagai kofaktor dikenal sebagai quinoprotein.
Aldehid dehidrigenase yang mengkatalisis oksidasi menjadi asam asetat ini
penting pada fermentasi asam asetat.
* Pembuatan asam asetat dilakukan melalui proses asetifikasi dari alkohol
menjadi asam asetat. Metode ini biasa dilakukan di rumah-rumah dengan
cara dibiarkan begitu saja. Terdiri atas Metode Perancis (French Method) dan
metode Orleans (Orlenas method).
* Proses Orelans atau proses dengan menggunakan tong kayu (barrel)
merupakan proses yang tertua. Anggur atau cider ditambahkan sampai
mencapai 0,3 sampai 0,5 isi tong. Proses oksidasi oleh bakteri asam asetat
ini membutuhkan sejumlah besar oksigen, sehingga aliran udara dalam tong
harus diperhatikan benar. Pada dasar tong diperlukan sumbat untuk
mengeluarkan asam asetat yang telah jadi, sedang pada atasnya terdapat
tutup yang dapat dibuka untuk menambahkan kembali subtrat.
* Pada metode ini cairan alkohol tidak bergerak selama fermentasi. Bakteri
asam asetat membentuk film atau induk asam asetat pada permukaan
cairan. Sekali film ini terbentuk dan tidak diganggu, maka perubahan anggur
atau cider berlangsung cepat. Pembentukan film tersebut dapat memakan
waktu berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan.
* Proses generator mulai diperkenalkan di Jerman pada tahun 1932, dan
merupakan metode yang umum digunakan untuk memproduksi asam asetat
secara komersial. Vinegar generator merupakan tangki tegak berbentuk
silinder yang di dalamnya diisi dengan serutan kayu, tongkol jagung, arang
atau lainnya, yang menjadikan permukaan bertambah luas, dan merupakan
tempat tumbuh bakteri asam asetat. Suhu dari generator berkisar 27 - 30oC.
Bagian dalam generator asam asetat ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1) bagian atas di mana alkohol dimasukkan, (2) bagian tengah di mana
cairan merembes turun melalui serutan kayu, dan (3) bagian bawah di mana
asam asetat dikumpulkan. Udara masuk dari dasar bagian tengah, alirannya
naik, bergerak ke atas mengaerasi larutan.
* Asetifikasi kultur terendam adalah proses terbaru untuk merubah alkohol
menjadi asam asetat. Bakteri asam asetat tidak saja tumbuh di permukaan
cairan, tetapi terutama dalam cairannya. Peralatannya disebut asetator,
dimana Asetobacter tersuspensi pada medium alkohol pada peralatan yang
dilengkapi dengan aerator dan pendingin. Bakteri asam asetat terus menerus
kontak dengan oksigen, karena ada gelembung-gelembung udara yang
mengalir secara kontinyu. Diameter gelembung udara yang dikehendaki
adalah sekitar 1 mm. Asetifikasi secara kultur terendam ini dapat dengan
kultur murni akan tetapi kondisinya tidak selalu harus aseptik. Kondisi yang
tidak aseptik ini dikarenakan pH yang rendah serta adanya alkohol dalam
media yang merupakan faktor penghambat bagi mikrobia lainnya.
Page 4 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
Kekurangan fermentasi secara kultur rendam ini adalah produk harus
mengalami filtrasi untuk menghilangkan bakteri yang ada di dalamnya
* Metabolisme bakteri Acetobacter aceti yang bersifat aerobik mempunyai
fungsi yang penting, karena mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi
alkohol dan karbohidrat lainnya menjadi asam asetat. Mekanisme fermentasi
pada pembuatan asam asetat dibagi menjadi dua yaitu fermentasi alkohol
dan fermentasi asam asetat. Pada fermentasi alkohol mula-mula gula yang
terdapat pada bahan baku akan diubah oleh khamir menjadi alkohol dan
CO2, yang berlangsung secara anaerob. Setelah alkohol dihasilkan maka
segera dilakukan fermentasi asam asetat, di mana bakteri asam asetat akan
mengubah alkohol menjadi asam asetat secara aerob. Setelah terbentuk
asam asetat maka fermentasi harus segera dihentikan supaya tidak terjadi
fermentasi lebih lanjut oleh bakteri pembusuk, yang dapat menimbulkan
kerusakan. Secara teoritik dari 1 g glukosa akan dihasilkan 0,5 g etanol
yang kemudian diubah menjadi 0,67 g asam asetat.
* Faktor-faktor lingkungan yang berperan penting terhadap kecepatan
fermentasi asam asetat meliputi: suhu, pH, konsentrasi inokulum, kecepatan
aerasi, konsentrasi etanol dan lain-lain. Suhu optimal selama proses
fermentasi asam asetat adalah 30oC. Pada suhu 12o - 15oC Acetobacter sp
tumbuh sangat lambat, pada suhu 15o - 34oC tumbuh normal dan optimal
pada suhu 28o -34oC . pH pertumbuhan optimal adalah 6,0 dengan kisaran
pH 5,0 - 7,0 dan etanol yang ada akan dioksidasi menjadi asam asetat pada
pH 4,5. Konsentrasi etanol yang digunakan berbeda-beda antara lain sebesar
12%, tidak lebih dari 7%, sebesar 5 - 7%, dan sebesar 8%. Dengan
demikian, konsentrasi etanol yang dibutuhkan antar 5 - 12%. Pada
konsentrasi etanol 14% tidak dihasilkan asam asetat dengan sempurna .
Konsentrasi oksigen terlarut sangat penting untuk pertumbuhan sel mikrobia
dalam menghasilkan asam asetat. Kecepatan aserasi diperlukan untuk
mengatur konsentrasi oksigen terlarut pada medium fermentasi. Besarnya
udara yang digunakan setidaknya 0,08 vvm atau berkisar antara 0,06 - 1,2
vvm dengan diameter gelembung sekitar 1 mm
4. Produk Yogurt
* Yogurt merupakan produk olahan susu yang paling pesat perkembangannya.
Produk ini telah dipasarkan hampir diseluruh Negara di dunia. Di Indonesia
produk ini juga sangat digemari.
* Pada dasarnya yogurt merupakan produk yang cepat rusak, namun karena
perkembangan teknologi menjadikan produk inidapat tahan lama dan diolah
menjadi berbagai produk turunan.
* Produk yogurt semakin popular dengan mulai dipahaminya peran penting
bakteri probiotik bagi manusia. Pemberitaan yang gencar tentang probiotik
menjadikan produk susu fermentasi semakin popular.
4.1.
Pembuatan
* Bahan baku susu untuk yoghurt dapat digunakan susu penuh, susu skim,
susu rendah lemak atau dengan penambahan lemak. Bahan baku harus
Page 5 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
memenuhi persyaratan berikut : jumlah bakteri rendah, tidak mengandung
antibiotik, tidak mengandung bahan-bahan sanitiser, bukan kolostrum, tidak
terdapat penyimpangan bau dan tidak ada kontaminasi bakteriophage.
Bahan-bahan lain yang biasa ditambahkan antara lain : bahan untuk
meningkatkan padatan (susu skim, whey, laktosa), bahan pemanis (glukosa,
sukrosa atau aspartam), stabiliser (gelatin, CMC, alginat, carageenan, whey
protein yang dipekatkan, aroma, pewarna dan buah-buahan segar.
* Kultur yoghurt mempunyai peranan penting dalam proses asidifikasi dan
fermentasi susu. Kualitas hasil akhir yoghurt sangat dipengaruhi oleh
komposisi dan preparasi kultur starter.
Komposisi starter harus terdiri
bakteri termofilik dan mesofilik , yang umum digunakan adalah Lb.
Bulgaricus dengan suhu optimum 42o-45C dan Streptococcus thermophilus
dengan suhu optimum 38o- 42C. Perbandingan jumlah starter biasanya 1:1
sampai 2:3. Selama pertumbuhan terjadi simbiosis antara kedua jenis
bakteri. S. thermophilus akan berkembang lebih cepat mengawali
pembentukan asam laktat melalui fermentasi laktosa, pertumbuhan ini terus
berlangsung sampai mencapai pH 5,5. Selain itu juga akan dihasilkan
senyawa-senyawa volatil dan pelepasan oksigen, kondisi ini memberikan
lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan Lb. Bulgaricus. Aktivitas
enzim proteolitik dari Lb. Bulgaricus menyebabkan terurainya protein susu
menghasilkan asam-asam amino dan peptide-peptida yang akan
menstimulasi pertumbuhan Streptococcus. Lactobacillus juga akan
menguraikan lemak menghasilkan asam-asam lemak yang memberikan
flavor khas pada produk akhir yoghurt. Jika dikehendaki yoghurt dengan
keasaman yang tidak terlalu rendah maka diperlukan komposisi starter yang
berbeda, biasanya digunakan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium
bifidum.
* Udara yang terdapat di dalam campuran bahan-bahan yoghurt selama proses
pencampuran biasanya tidak dapat keluar dan dapat mempengaruhi kualitas
hasil akhir yoghurt. Oleh karena itu harus dilakukan deaerasi dengan
tekanan 0,7-0,8 bar pada suhu 70o-75C. Deaerasi dapat meningkatkan
viskositas dan stabilitas gel yoghurt, juga menghilangkan senyawa-senyawa
yang dapat menyebabkan timbulnya aroma dan flavor yang tidak
dikehendaki.
* Homogenisasi campuran bahan-bahan setelah pasteurisasi sangat diperlukan
untuk mendapatkan campuran yang betul-betul homogen sehingga tidak
dapat terjadi pemisahan cream atau wheying off selama inkubasi dan
penyimpanan, juga untuk memperoleh konsistensi yang stabil. Homogenisasi
juga dapat meningkatkan partikel-partikel kasein sehingga dapat
memperbaiki konsistensi gel selama proses koagulasi.
* Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85c selama 30 menit atau 95C selama 10
menit. Tujuan pasteurisasi adalah untuk membunuh mikroba kontaminan
baik patogen maupun pembusuk yang terdapat dalam bahan baku sehingga
dapat memberikan lingkungan yang steril dan kondusif untuk pertumbuhan
Page 6 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
kultur starter. Selain itu juga untuk denaturasi dan koagulasi protein whey
sehingga dapat meningkatkan viskositas dan tekstur yoghurt.
* Setelah perlakuan pemanasan, susu didinginkan 1o-2C di atas suhu inkubasi
kemudian ditambahkan 1-3% kultur starter.
* Proses fermentasi merupakan kunci keberhasilan dari produksi yoghurt
karena karakteristik produk akhir terbentuk selama proses fermentasi
berlangsung. Pada umumnya fermentasi dilakukan pada suhu 40o-45C
selama 2,5 – 3 jam. Namun suhu dan waktu fermentasi bisa berubah
tergantung pada jenis bakteri pada kultur starter yang digunakan. Pada
proses fermentasi akan terjadi hidrolisis enzimatis laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa. Selanjutnya glukosa akan diuraikan melalui beberapa tahap
dekomposisi menghasilkan asam laktat. Pada tahap ini belum terjadi
perubahan struktur fisik yang nyata pada susu, disebut prefermentasi.
Galaktosa tidak akan digunakan selama glukosa dan laktosa masih tersedia
untuk fermentasi. Oleh karena itu, pada produk yoghurt masih terdapat
residu galaktosa dan laktosa. Setelah terjadi penurunan pH maka gel mulai
terbentuk secara bertahap sampai mencapai titik isoelektrik pada pH 4,65,
proses
ini disebut fermentasi utama. Pembentukan gel diikuti dengan
perubahan viskositas, pada tahap ini juga dihasilkan flavor. Fermentasi dapat
dilakukan dalam kemasan atau pada tangki fermentasi tergantung jenis
produk
* Pendinginan harus segera dilakukan setelah fermentasi supaya tidak terjadi
asidifikasi lanjut. Diusahakan penurunan suhu menjadi 15o-20C dapat
tercapai dalam waktu 1-1,5 jam, pada tahap ini masih terjadi pembentukan
flavor. Selanjutnya yoghurt yang sudah jadi disimpan pada suhu 5o-6C.
5. Produk Kecap
 Kecap merupakan penyedap berbagai masakan Indonesia yang dibuat dengan

cara fermentasi kedelai. Penyedap lain yang juga dibuat dari kedelai adalah
tauco, namun kurang populer dibanding kecap. Kecap diperkirakan berasal dari
Cina yang dibawa ke Indonesia oleh imigran Cina. Demikian juga istilah kecap
yang diperkirakan berasal dari dialek Cina yaitu ke-tsiap.
Kecap merupakan jenis makanan fermentasi yang paling banyak dikonsumsi di
seluruh dunia, di mana kecap merupakan produk cair berwarna coklat gelap
mempunyai rasa asin atau manis dan digolongkan dalam makanan yang
mempunyai flavor (aroma) yang menyerupai ekstrak daging. Peranan kecap
dapat memperkuat flavor dan memberikan warna pada daging, ikan, sayuran
atau bahan pangan lain.

Menurut SII yang dimaksud dengan kecap adalah cairan kental yang
mengandung protein, diperoleh dari perebusan kedelai yang telah
difermentasikan dan ditambah gula, garam, serta rempah-rempah. Salah satu
kriteria untuk menentukan mutu kecap adalah kadar proteinnya.

Ada dua mutu kecap yaitu mutu pertama dengan kadar protein minimum 6%,
dan mutu kedua dengan kadar protein minimum 2%. Ada dua jenis kecap yaitu
kecap manis dengan kandungan gula 26 - 61% serta sedikit garam (3 - 6%)
Page 7 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
dan kecap asin dengan sedikit kandungan gula (4 - 19%) serta garam dalam
jumlah besar (18 - 21%).

Berdasarkan rasa dan kekentalannya kecap dibagi dalam dua macam yaitu
kecap asin agak encer dan kecap manis yang lebih kental. Proses pembuatan
kecap asin dan manis hampir sama, perbedaannya adalah pada akhir proses
yaitu terdapat penambahan gula dan bumbu-bumbu (rempah-rempah) pada
pembuatan kecap manis, sedangkan pada kecap asin tidak ada penambahan
gula.
 Kecap dibuat melalui fermentasi kedelai. Mula pertama kedelai dan gandum
dicampur kemudian diinokulasi dengan kapang Aspergillus dan inkubasi selama
3 hari, hasilnya disebut koji. Pada tahap kedua, koji dipindah ke tangki
fermentasi dicampur dengan larutan garam dan disebut moromi, fermentasi ini
berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Tahap ketiga, moromi dipres untuk
memperoleh filtratnya yang kemudian disaring, dipanaskan dan dikemas siap
untuk dipasarkan.
 Jika anda bertindaksebagai bagain pemsarana makaanda sebenarnya sedang
melakukan komunikasi dengan para pelanggan yang dengan setia memberikan
masukkan kepada anda. Anda dapat melakukan wawancara atau pengambilan
data secara tidak langsung apa saja kelebihan dan kekurangan produk anda.
Jika anada dapat memperbaiki sesuai denganharapan pelanggan ada mungkin
dapat mengembalikan kepercayaan pelanggan yang telah menghentikan
mengkonsumsi produk anda, mempertahankan pelanggan yang ada saat ini,
atau bahkan dimungkinkan menambah pelanggan baru.
 Dalam fermentasi kapang secara tradisional, kedelai yang telah direbus
diinokulasi dengan inokulum kecap atau tanpa inokulasi tetapi hanya
mengandalkan kapang yang ada di ruang inkubasi. Kedelai yang telah
diinokulasi ini ditebarkan di atas nyiru dan diinkubasi selama 3 – 4 hari dalam
ruang inkubasi. Selama pertumbuhan kapang Aspergillus, suhu dan
kelembapan sebaiknya dikendalikan. Setelah 20 dan 25 jam dari inokulasi
sebaiknya dilakukan pengadukan sebab jika tidak dilakukan suhu pada kedelai
akan meningkat dan menurunkan produksi enzim bahkan dapat mematikan
kapang itu sendiri. Setelah 3 hari inkubasi A. Oryzae atau A. Sojae yang
tumbuh pada kedelai akan berwarna hijau-kuning sebagai hasil sporulasi.

Selain dengan pengedalian kondisi lingkungan, peningkatan aktivitas enzim
selama fermentasi dapat diperoleh dengan membuat mutan yang memiliki
aktivitas protease lebih tinggi. Agensia mutagenik seperti sinar ultraviolet,
metilnitronitrosoguanidin (MNNG), dan etilmetanosulfonat (EMS) umum
digunakan.

oryzae atau A. Sojae menghasilkan 7 macam proteinase dengan 4 pH optimum
yang berbeda. Enzim proteinase alkalin merupakan enzim yang paling banyak
dipelajari. Enzim ini termasuk kelompok serin dan dihambat oleh
diisopropilfluorofosfat dan aktif pada pH 6 – 11. Proteinase lainnya adalah semi
alkalin, netral I dan II, proteinase asam I, II, dan III. Semua enzim ini bersifat
endo enzim sehingga tidak dihasilkan asam amino bebas dari aktivitasnya.

Selama fermentasi kapang juga menghasilkan berbagai peptidase tipe ekso
yang membebaskan asam amino dari terminal karboksil atau amino pada
Page 8 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia

Brawijaya University
peptida. Saat ini, baru dikenal 4 macam karboksipeptidase dan 7 macam
aminopeptidase dari fermentasi ini. Semua karboksipeptidase memiliki pH
optimum asam sehingga disebut karboksipeptidase asam.
Pada akhir fermentasi kapang, saat campuran tepung-kedelai di atas nyiru
berwarna hijau, maka siap dimasukkan ke dalam bejana yang telah berisi
larutan garam. Kandungan garam yang tinggi dalam fermentasi ini akan
menghambat pertumbuhan kapang kecap dan akan membantu pertumbuhan
bakteri dan khamir yang toleran terhadap garam.

Bakteri merupakan jasad yang pertama kali tumbuh dengan cepat, dan akan
mengkonsumsi gula yang dibebaskan dari perombakan pati selama fermentasi
kapang. Pertumbuhan bakteri ini akan menghasilkan sedikit asam laktat yang
akan meningkatkan keasaman larutan. Keasaman yang muncul akan
membantu pertumbuhan khamir yang akan menghasilkan flavor, aroma, dan
sedikit alkohol.

Faktor paling kritis dalam fermentasi ini adalah konsentrasi garam. Kadar
garam kurang dari 16 % akan mengakibatkan tumbuhnya organisme perusak,
sedang jika terlalu tinggi akan muncul cita rasa bergaram. Oleh sebab itu,
untuk menghasilkan kecap yang tidak diganggu organisme perusak maupun
munculnya cita rasa bergaram, konsentrasi yang dianjurkan adalah 18 – 25 %.

Pada umumnya adanya kontaminan berasal dari fermentasi kapang yang tidak
steril seperti adanya Bacillus, Micrococcus, Streptococcus, lactobacilus dan
sebagainya. Jasad kontaminan ini tidak resisten terhadap kadar garam tinggi
dan akan mati pada fermentasi 1 – 2 bulan. Hanya spora Bacillus yang tetap
tahan tetapi tidak berkecambah. Spora ini akan mati saat pasteurisasi sebelum
pembotolan.

Organisme yang ada dalam fermentasi garam sangat tergantung dari
sumbernya. Pada proses alami jumlah organisme bakteri dan khamir tidak
diketahui dengan pasti dan umumnya jumlahnya sedikit sehingga
membutuhkan waktu fermentasi yang lama. Lamanya fermentasi dapat
dikurangi dengan menambahkan bakteri dan khamir.

Mikoorganisme yang berperan jumlahnya terbatas yaitu Pediococcus halophilus
(bakteri asam laktat halofil), Zygosaccharomyces rouxii (khamir toleran
garam), dan beberapa spesies Candida (khamir halofil).

Mikroorganisme yang dapat tumbuh baik pada pH sekitar 5,0 adalah Z. Rouxii.
Khamir ini tidak dapat tumbuh pada pH lebih dari 6,0 dalam larutan garam 18
% sehingga fermentasi ini diawali fermentasi asam laktat ke fermentasi
alkohol. Pertumbuhan Z. Rouxii maksimum setelah fermentasi 2 – 3 bulan yang
kemudian menurun.

Mikroorganisme lain yang juga penting adalah Candida misalnya C. Versatilis,
C. etcheilsii. Pertumbuhan Candida dimulai pada tahap awal. Pada tahap akhir
pertumbuhannya didukung oleh adanya alkilfenol dan alkohol aromatik.

Hal
yang
menarik
adalah
adanya
perubahan-perubahan
Page 9 of 12
spesifik
dari
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
pertumbuhan tiga organisme tersebut. Berbagai macam ester dibuat dari reaksi
antara asam-asam organik dari fermentasi asam laktat (pertama) oleh P.
Halophilus dan alkohol dari fermentasi alkohol (kedua) oleh Z. Rouxii. Alkohol
juga dibuat selama fermentasi ketiga oleh spesies-spesies Candida, tetapi
fungsi yang paling penting pada fermentasi ketiga ini adalah produksi senyawasenyawa fenolat seperti 4-etilguaiakol, 4-etilfenol, 2-feniletanol dan sebagainya
yang berkaitan dengan pembentukan aroma.

P. halophilus adalah bakteri asam laktat pada kecap yang bersifat Gram positif,
mikrokokus dengan diameter 0,6 – 0,9 m, halofil dan anaerob fakultatif. Nilai
Aw optimumnya adalah 0,99 – 0,94 atau setara dengan 5 – 10 % kadar garam.
Pada nilai Aw 0,808 (setara dengan kadar garam 24 %) masih dapat tumbuh.
Suhu pertumbuhannya 20 – 420C dan optimum 25 – 300C dengan pH 5,5 – 9,0.

Asam amino esensial untuk bakteri ini adalah leusin, isoleusin, valin, asam
glutamat, arginin, histidin, triptofan dan fenilalanin. Beberapa strain juga
membutuhkan urasil. Vitamin yang dibutuhkan adalah biotin, tiamin (B1),
riboflavin (B2), B6, asam nikotinat, dan asam pantotenat.
Tugas dan Diskusi
Cari informasi tentang Produk fermentasi yang ada di daerah anda dan bagaimana
perkembangan produksinya? Apakah dapat ditingkatkan?
Diskusikan hal ini dengan dosen dan rekan-rekan anda.
Page 10 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
REFERENSI
Adams, M.R., and Moss, M.O. 1995. Food Microbiology. The Royal Society of
Chemistry. Cambridge.
Board. R.G. 1983. A Modern Introduction to Food Microbiology. Blackwell Scientific
Publications. Oxford
Chandan, R.C. 1999. Enhancing Market value of Milk by Adding Cultures. J.Dairy
Sci 82:2245-2256.
Jay, J.M. 1996. Fermentation and Fermented Dairy Products. In Modern Food
Microbiology. Chapman & Hall. USA
Hidayat, N. 1986. Pengaruh Ukuran Partikel Kedelai yang Dihancurkan terhadap
kualitas Kecap yang Dihasilkan. Skripsi. Dep. Mikrobiologi Fak. Pertanian
UGM. Yogyakarta.
Hidayat, N., M.C. Padaga dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. ANDI Ofset.
Yogyakarta.
Kroger, M., Kurmann, J.A., and Rasic, J.I. 1992. Fermented Milks – Past, Present,
and Future. In Application of Biotechnology in Traditional Fermented Foods.
http://www. nap.edu/openbook/0309046858/html
Sasaki, Y and S. Takao. 1967. Organic Acid Production by Basidiomycetes. III.
Cultural Conditions for L-Malic Acid Production. Appl. Microbiol. 15: 373 –
377.
Spreer, E. 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcel, Dekker. Inc. New York
Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogjakarta.
Zelle, R.M., E. de Hulster, W. A. van Winden, P. de Waard, Cor Dijkema, A. A.
Winkler, Jan-Maarten A. Geertman, J. P. van Dijken, J.T. Pronk, and A.J. A.
van Maris. 2008. Malic Acid Production by Saccharomyces cerevisiae:
Engineering of Pyruvate Carboxylation, Oxaloacetate Reduction, and Malate
Export. Appl. Environ. Microbiol. 74: 2766 – 2777.
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)
1. Carilah berbagai produk bioindustri yang diproduksi di Indonesia yang
merupakan perusahan local dan juga yang dari asing. Apasaja produknya
dan bagaimana skala usahanya? Bahas dan diskusikan.
Page 11 of 12
2012
Bioindustri / Produk Bioindustri di Indonesia
Brawijaya University
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Bagaimana produksi asam malat?
2. Sebutkan contoh produk fermentasi yang diproduksi di Indonesia?
3. Bagaimana produk fermentasi dapat berkembangdi Indonesia?
4. Sebutkan ragam produk kecap yang ada di Indoensia
5. Bagaimana permsalahan produksi asam asetat di Indonesia ?
C. QUIZ
1. Jelaskan perbedaan antara fermentasi pada substrat padat dan substrat cair!
2. Faktor apa sajakah yang harus diperhatikan dalam memilih reaktor/fermentor
pada bioindustri?
3. Jelaskan macam-macam sentrifugasi pada pemurnian produk bioindustri!
4. Bagaimanakah urutan pengembangan produk bioindustri?
5. Jelaskan tentang bagaimana asam malat dibuat pada bioindustri yang dapat
diterapkan di Indonesia!
Page 12 of 12
2012
Download