AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) USD/IDR, TINGKAT SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) DEWI KUMALASARI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang [email protected] Abstract This study aims to see the development of the Indonesian capital market, one indicator that is often used is the Composite Stock Price Index (CSPI), which is one of the stock market index used by the Indonesian Stock Exchange (BEI).The analytical tool used in this research is multiple linear regression Composite Stock Price Index (JCI) as the dependent variable and four independent variables, the variable rate (rate) USD / IDR, SBI interest rate, inflation and the money supply (M2 ).Based on the results SPSS calculations obtained Fcount F = 47.313 with a significance of 0.000. By using a significance level of 0.05 was obtained value of F table 3,06. Then Fcount (47.313)> F table (3.06), or the significance of F 0,000 showed less than 0.05 so it can be concluded that the four independent variables are the exchange rate (exchange rate) USD / IDR, SBI interest rate, inflation and the money supply (M2) jointly affect the Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange (BEI). Partial variable rate (rate) USD / IDR and the money supply (M2) significantly. While the variable interest rate of SBI and inflation is not significant. And of the four variables of the most dominant influence on Composite Stock Price Index in the Indonesia Stock Exchange (BEI) is the exchange rate (exchange rate) USD / IDR. With tcount of -3.433 and significance probability of 0.004. Keywords: JCI, Exchange Rates, Interest Rates, Inflation, Money Supply Pendahuluan Tingkat suku bunga SBI merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Secara umum mekanismenya adalah bahwa suku bunga SBI bisa mempengaruhi suku bunga deposito yang merupakan salah satu alternatif bagi investor untuk mengambil keputusan dalam menanamkan modalnya. Jika suku bunga SBI yang ditentukan meningkat, investor akan mendapat hasil yang lebih besar atas suku bunga deposito yang ditanamkan sehingga investor akan cenderung untuk mendepositokan modalnya dibandingkan menginvestasikan dalam saham. Hal ini mengakibatkan investasi di pasar modal akan semakin turun dan pada akhirnya berakibat pada melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Faktor lain yang dapat mempengaruhi IHSG adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan harga naik secara terus menerus atau dapat diartikan sebagai penurunan nilai uang yang menyeluruh. Semakin tinggi kenaikan harga, semakin turun nilai uang. Inflasi yang sangat tinggi dapat mengganggu perekonomian secara umum, selain dapat menurunkan daya beli karena penurunan nilai mata uang juga dapat meningkatkan resiko penurunan pendapatan riil masyarakat. Dalam investasi, inflasi yang tinggi mengakibatkan investor lebih berhatihati dalam memilih dan melakukan transaksinya. Sehingga investor cenderung menunggu untuk berinvestasi sampai keadaan perekonomian kondusif untuk menghindari dari resiko-resiko yang mungkin ditimbulkan oleh inflasi yang tinggi. Selain beberapa faktor yang telah disebutkan terdapat faktor lain yang dapat Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 8 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 mempengaruhi kebijakan investor dalam berinvestasi. Apabila jumlah uang beredar semakin meningkat maka suku bunga bank akan turun. Para investor akan cenderung menginvestasikan uangnya daripada menabung di bank, demikian pula sebaliknya. Dalam aktivitasnya investasi dikenal dalam dua bentuk yaitu, investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik dan investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond) ( Irham Fahmi, 2012:4). Ana Rokhmatussa’dyah et al (2011:45) menyatakan investasi juga mempunyai dua tipe yaitu, investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Penanaman modal langsung ini dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, dengan melakukan kerja sama operasi (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan baru, dengan mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, dengan memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management assistance), dengan memberikan lisensi, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam penanaman modal tidak langsung ini mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan pasar uang. Kamaruddin Ahmad (2004:4) menyatakan dalam berinvestasi diharapkan mendapat keuntungan, namun perlu diketahui bahwa investasi juga berisiko. Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari satu saja, risiko yang dimaksud antara lain: Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan; Risiko daya beli, disebabkan inflasi; Risiko pasar bear dan bull, tren pasar turun atau naik; Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan; Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan; Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva; Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali asset/surat berharga oleh emiten; Risiko konversi, keharusan penukaran atau aktiva; Risiko politik, baik internasional maupun nasional; Risiko industri, munculnya saingan produk homogen. Pilihan portofolio dalam investasi dilakukan oleh sebagian besar investor termasuk risk aveter. Portofolio menurut Suad Husnan (2001:54) adalah “sekumpulan kesempatan investasi”. Tujuan dengan melakukan diversifikasi ini adalah untuk mengurangi risiko. Teori ini didasarkan pada dua asumsi yaitu: a) hasil pengembalian efek berpola distribusi normal, b) investor bersifat risk averter atau bersikap menghindari risiko. Hal ini muncul didasarkan atas prinsip psikologis tentang nilai guna utility yang menyatakan bahwa manusia menghindari kerugian dan mencari keuntungan. Keseimbangan kurs akan berubah mengikuti perubahan pada skedul permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, untuk dapat menjelaskan mengapa terjadi perubahan kurs, harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang. Beberapa faktor yang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang seperti yang dijelaskan Sri Handaru et al (2005:71) adalah; a) Laju inflasi relatif, b) Tingkat bunga relatif, c) Tingkat pendapatan relatif, d) Kontrol pemerintahan, dan e) Pengharapan pasar Prathama Rahardja et al (2008:173-175) menyebutkan ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam suatu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 9 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Inflasi = ( ) x 100% 2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi. Inflasi = ( ) Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataannya, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya dibeberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit (IHI). Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks. ( ) Dalam penelitian ini, terdapat 4 (empat) variabel makro ekonomi yang diduga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makroekonomi yang diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar (M2). x 100% 3. Indeks Harga Implisit (IHI)/ Deflator PDB Inflasi = Di Indonesia, pengertian jumlah uang yang beredar dalam arti luas menunjukkan posisi likuiditas perekonomian suatu negara. x 100% Subagyo et al (2002:17) jumlah uang yang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral saja disebut dengan jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) dan sering ditulis dengan istilah M1. Jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi disebut dengan uang beredar dalam arti luas (broad money) dan sering ditulis dengan istilah M2. Dengan demikian, jumlah uang beredar M2 merupakan penjumlahan M1 dan uang kuasi. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory (menyeluruh) yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, atau berguna untuk menentukan besaran yang menyatakan “seberapa kuat” hubungan suatu variabel dengan variabel lain dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 2008-2015 (triwulan). Walaupun IHSG sudah ada sejak 1982, namun bursa efek masih terbagi menjadi 2 yaitu BEJ dan BES, sehingga penulis menentukan populasi dimulai sejak tahun 2008 karena pada tahun tersebut BEJ dan BES sudah bergabung menjadi BEI. Agar sampel yang diambil dapat dikatakan representatif, maka penentuan besarnya sampel pada penelitian ini didasarkan pada uraian Gay & Diehl dalam Amirullah (2013:82) ukuran sampel yang akan diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannnya, apabila penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari populasi. Berdasarkan uraian tersebut jumlah sampel yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Indeks Harga Saham (IHSG) di BEI periode 2010-2014 (triwulan). Dalam hal ini penulis menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menganalisa data dengan rumus sebagai berikut : Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 10 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e ………… (Anwar Sanusi, 2003:121) Temuan Penelitian dan Pembahasan Analisis data ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar terhadap IHSG. Analisis data ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions), adapun ringkasan hasil analisis data disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Nilai tukar (kurs) (X1) Suku bunga SBI (X2) Inflasi (X3) Jumlah uang beredar (X4) Konstanta R Adjusted R square F Prob. Ftabel (=0,05) Ttabel (=0,05) Variabel terikat = IHSG (Y) Koefisien Regresi -0,488 87,316 46,310 0,002 t hitung -3,433 1,247 1,161 6,578 Prob. 0,004 0,231 0,264 0,000 = 2354,298 = 0,963 = 0,907 = 47,313 = 0,000 = 3,06 = 2,131 Hasil analisis regresi berganda sebagaimana disajikan pada tabel di atas dapat disusun dalam persamaan regresi sebagai berikut : 0,488; dan sebaliknya dengan asumsi variabel tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar besarnya konstan. 3. Koefisien regresi tingkat suku bunga SBI (b2) sebesar 87,316, menunjukkan besarnya pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG, koefisien regresi bertanda positif menunjukkan tingkat suku bunga SBI berpengaruh searah terhadap IHSG, yang berarti setiap peningkatan 1% variabel tingkat suku bunga SBI akan menyebabkan peningkatan IHSG sebesar 87,316; dan sebaliknya dengan asumsi variabel nilai tukar (kurs), inflasi dan jumlah uang Ket. yang beredar besarnya konstan. Sig. Tdk 4. sig.Koefisien regresi inflasi (b3) sebesar Tak sig. 46,310, menunjukkan besarnya pengaruh Sig. inflasi terhadap IHSG, koefisien regresi bertanda positif menunjukkan inflasi berpengaruh searah terhadap IHSG, yang berarti setiap peningkatan 1% variabel inflasi akan menyebabkan peningkatan IHSG sebesar 46,310; dan sebaliknya dengan asumsi variabel nilai tukar (kurs), tingkat suku bunga SBI, dan jumlah uang yang beredar besarnya konstan. 1. Konstanta (a) = 2354,298, menunjukkan besarnya IHSG, jika bahwa nilai tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar sebesar nol, maka besarnya IHSG sebesar 2354,298. 5. Koefisien regresi jumlah uang beredar (b4) sebesar 0,002, menunjukkan besarnya pengaruh jumlah uang beredar terhadap IHSG, koefisien regresi bertanda positif menunjukkan jumlah uang beredar berpengaruh searah terhadap IHSG, yang berarti setiap peningkatan Rp 1 variabel jumlah uang beredar akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 0,002; dan sebaliknya dengan asumsi variabel jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI dan inflasi besarnya konstan. 2. Koefisien regresi nilai tukar (kurs) (b1) sebesar -0,488, menunjukkan besarnya pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap IHSG, koefisien regresi bertanda negatif menunjukkan nilai tukar (kurs) berpengaruh berlawanan arah terhadap IHSG, yang berarti setiap peningkatan Rp 1 variabel nilai tukar (kurs) akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar Koefisien korelasi (R) sebesar 0,963; menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara nilai tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar dengan IHSG sebesar 96,3%. Hubungan ini dapat dikategorikan sangat kuat, sebagaimana diketahui bahwa suatu hubungan dikatakan sempurna jika koefisien korelasinya Y = 2354,298 - 0,488X1 + 87,316X2 + 46,310X3 + 0,002X4 Berdasarkan hasil persamaan tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 11 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 mencapai angka 100% atau 1 (baik dengan angka positif atau negatif). Hasil analisis regresi linier berganda di atas, dapat diketahui nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,907. Angka ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar dapat menjelaskan variasi atau mampu memberikan kontribusi terhadap variabel IHSG sebesar 90,7%, sedangkan sisanya sebesar 8,3% disebabkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Hal ini berarti persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam persamaan regresi tersebut menunjukkan pengaruh yang kuat yaitu sebesar 90,7%. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, inflasi, jumlah uang yang beredar secara simultan berpengaruh terhadap IHSG. Keempat variabel bebas tersebut secara simultan berpengaruh terhadap IHSG sebesar 90,7%. Dimana angka tersebut menunjukkan bahwa variasi IHSG dapat dijelaskan persamaan yang diperoleh sebesar 90,7%, sedangkan sisanya 8,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara nilai tukar mata uang asing dan pasar saham adalah negatif, melemahnya rupiah memberikan pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas, karena menyebabkan pasar ekuitas menjadi tidak mempunyai daya tarik. Namun kenaikan tingkat suku bunga SBI akan menyebabkan investor enggan melakukan investasi karena bunga pinjaman yang harus dibayarkan menjadi lebih tinggi. Pengaruh secara parsial variabel nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar akan diuraikan sebagai berikut. 1) Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Terhadap IHSG Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel nilai tukar mempunyai thitung sebesar -3,433 dengan tingkat signifikansi 0,004 lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regresi -0,488. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG. Artinya bila variabel nilai kurs semakin besar, maka IHSG cenderung terhambat pengembangannya. Jika dilihat dari data statistik nilai tukar, rata-rata nilai tukar periode 2010-2014 sebesar Rp 10.085,35 (nilai terendah Rp 8.640 dan nilai tertinggi Rp 12.502), terlihat bahwa terdapat pergerakan yang signifikan pada nilai tukar. Sedangkan di sisi lain, pasar saham yang diwakili dengan IHSG cenderung mengalami penguatan. Hal ini diduga bahwa Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi ke dalam pasar uang, untuk menjaga batas atas dan batas bawah nilai tukar rupiah terhadap dolar, sehingga nilai tukar tetap kurang stabil dan mempengaruhi pasar saham. Variabel nilai tukar (kurs) hasil penelitian menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat rupiah menguat dollar dilepas dan saat rupiah cenderung melemah dollar dibeli, hal ini juga berpengaruh pada indeks harga saham yang ditunjukkan peningkatan indeks harga saham dimana investor melakukan aksi beli yang tinggi ketika indeks saham-saham yang cukup bagus melemah dan kemudian menjualnya kembali saat indeks naik, karena investor memiliki atau didukung oleh dana yang kuat dan besar dan aksi jual sahamsaham ini akan memicu penurunan IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sudarsana (2014), Wijaya (2013) dan Amin (2012) yang menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Dampak merosotnya rupiah ke pasar modal memang dimungkinkan, mengingat sebagian besar perusahaan yang go public di BEI mempunyai utang luar negeri dalam bentuk valuta asing (valas). Di samping itu produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan publik tersebut banyak menggunakan bahan-bahan impor. Merosotnya rupiah dimungkinkan menyebabkan jumlah utang perusahaan dan biaya produksi menjadi bertambah besar jika dinilai dengan rupiah, dan akhirnya akan berujung pada menurunnya profitabilitas perusahaan. Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 12 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 Makin besar permintaan terhadap dolar Amerika Serikat maka makin besar kecenderungan pedagang uang berspekulasi. Rupiah tidak lagi berfungsi untuk transaksi barang, tetapi digunakan untuk spekulasi dalam transaksi uang rupiah atau menjadikan rupiah menjadi langka. Spekulan merupakan salah satu penyebab turunnya nilai tukar rupiah, tetapi faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai tukar terhadap dolar yaitu lembaga fundamental ekonomi makro Indonesia. 2) Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap IHSG Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel suku bunga mempunyai t-hitung sebesar 1,247 dengan tingkat signifikansi 0,231 di atas 0,05 dan koefisien regresi 87,316, sehingga variabel suku bunga SBI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa sukunga bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, namun tidak konsisten dengan penelitian Sudarsana (2014) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga masih bukan merupakan parameter instrumen investasi yang menjadi acuan bagi masyarakat, data menunjukkan bahwa nilai tertinggi suku bunga sebesar 8,21 persen terjadi pada bulan triwulan I tahun 2010, pada tahun-tahun berikut suku bunga mengalami penurunan yang sangat drastis dengan nilai terendah 3,83 persen terjadi pada triwulan I tahun 2012, oleh karena suku bunga yang rendah masyarakat mengalihkan investasinya ke sektor lain diantaranya adalah investasi pada pasar saham, yang mengakibatkan kinerja pasar saham menjadi baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya tingkat suku bunga SBI tidak mempengaruhi IHSG, suku bunga SBI bisa mempengaruhi suku bunga deposito dan tabungan yang merupakan salah satu alternatif bagi investor untuk menginvestasikan modalnya. Dengan demikian tingkat suku bunga SBI bisa mempengaruhi nilai investor dalam menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: bila suku bunga SBI meningkat, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi suku bunga deposito dan tabungan sehingga akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya baik itu dalam bentuk SBI atau deposito. Dengan demikian dapat mengakibatkan minat investor dalam menanamkan modalnya menurun dan harga sahampun turun juga, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini tidak didukung pendapat Tandelilin (2001:48) yang menyatakan bahwa perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus dan sebaliknya. Hal tersebut karena jika suku bunga naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari saham ke deposito dan tabungan. Jika sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama maka banyak investor yang menjual saham, maka berdasarkan hukum permintaan-penawaran harga saham akan turun. 1) Dampak suku bunga tinggi Tingkat suku bunga yang tinggi akan menimbulkan beberapa hal di antaranya : (1) Tingginya masyarakat volume tabungan Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang tinggi, masyarakat akan cenderung terdorong untuk mengorbankan pengeluaran untuk konsumsinya guna menambah tabungan. Apabila banyak investor yang menginvestasikan dananya di sektor perbankan, maka perdagangan saham di bursa akan sepi dan lesu yang akhirnya akan mempengaruhi harga saham dan penurunan indeks harga saham gabungan. Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 13 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 (2) Tingginya biaya modal perusahaan Tingginya tingkat biaya modal perusahaan menyebabkan perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih lemah dalam persaingan berinvestasi. 2) Dampak suku bunga rendah Rendahnya tingkat suku bunga baik suku bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan menimbulkan beberapa hal sebagai berikut : (1) Banyaknya perusahaan mengambil kredit untuk investasi sehingga bagi dunia perbankan hal ini akan meningkat pendapatan bunga. (2) Kecenderungan masyarakat untuk menabung menjadi kecil, investor lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya di pasar modal karena lebih menguntungkan sehingga permintaan akan saham di pasar modal meningkat yang berakibat pada peningkatan indeks harga saham gabungan. 3) Analisis IHSG Pengaruh Inflasi Terhadap Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel inflasi mempunyai t hitung sebesar 1,161 dengan α = 0,264 dan koefisien regresi sebesar 46,310, sehingga inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel perubahan IHSG. Hal ini memperlihatkan bahwa variabel inflasi pada periode 2010 – 2014, menunjukkan pengaruh yang sementara. Terbukti dengan adanya deflasi di beberapa bulan di tahun 2010 – 2014 yang menunjukkan terjadinya perbaikan ekonomi secara nasional. Faktor lain juga ditunjang dengan kondisi kinerja perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, sehingga mampu bertahan dalam kondisi perekonomian sulit. Dari teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa inflasi dapat timbul karena ada tekanan dari sisi supply (cost push inflation), yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi yang mengakibatkan kenaikan harga jual produksi. Namun dengan stabilnya marjin usaha ini merupakan indikator bahwa perusahaan itu mampu membebankan kenaikan biaya kepada pelanggannya (atau pemakai produk). Keuangan perusahaan solid, dengan tingkat likuiditas yang tinggi. Kondisi yang demikian itu menjadikan saham perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam mengelola sumber-sumber internal guna meningkatkan kinerjanya usahanya. Dengan demikian inflasi yang terjadi pada periode 2010 – 2014 tidak mempengaruhi variabel IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya (2013) dan Amin (2012) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, namun tidak konsisten dengan penelitian Sudarsana (2014) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. 4) Pengaruh Jumlah Terhadap IHSG Uang Beredar Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel perubahan jumlah uang beredar mempunyai t-hitung sebesar 6,578 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regresi 0,002. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel perubahan jumlah uang beredar berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia sangat mempengaruhi kinerja pasar saham pada periode tahun 2010 – 2014. Artinya bahwa masyarakat Indonesia telah menggunakan uangnya selain untuk tujuan transaksi juga menggunakan uangnya untuk tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat berharga atau saham. Temuan ini tidak sejalan dengan penelitian dari Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 14 AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016 1. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa nilai tukar (kurs), suku bunga SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. 2. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar (kurs) dan jumlah uang yang beredar secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan suku bunga SBI dan inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap IHSG. Nilai tukar (kurs) mempengaruhi secara negatif signifikan terhadap IHSG dan menjadi variabel yang berpengaruh dominan terhadap IHSG, besarnya koefisien regresi nilai tukar (kurs) sebesar 0,488, yang artinya semakin kuat kurs (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Hal ini memberikan implikasi teoritis bahwa secara empiris temuan ini semakin memperkuat teori menguatnya kurs mata uang suatu negara memberikan sinyal positif bagi perekonomian negara tersebut. Daftar Pustaka Amirullah.2013. Metode Penelitian. Bayumedia Publishing. Malang Ana, Rokhmatussa’dyah, dan Suratman. 2011. Hukum Investasi & Pasar Modal. Sinar Grafika. Jakarta. Eddy, Soegiarto, dan Mardyono. 2011. Pengantar Teori Ekonomi (Ekonomi Mikro Ekonomi Makro). Mahkota Ilmu. Tangerang Selatan. Irham, Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal. Alfabeta. Bandung. Kamaruddin, Ahmad. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. PT Rineka Cipta. Jakarta. Mohamad, Samsul. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Erlangga. Musdalifah, Aziz, et.al. 2015. Manajemen Investasi (Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor dan Return Saham). Depublish. Yogyakarta. Prathama, Rahardja, dan Mandala Manurung. 2008. Teori ekonomi Makro (suatu pengantar).Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta. Renny, Wijaya. 2013. Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2011. Calyptra, Vol.2, No.1 Sri, Handaru, Yuliati, dan Handoyo Prasetyo. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional. C.V. ANDI OFSET. Yogyakarta Sri, Hermuningsih. 2012. Pengantar Pasar Modal Indonesia (edisi 1). UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Suad, Husnan. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Subagyo, dan Sri Fatmawati. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. STIE YKPN. Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Kanisiaus (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 15