PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) USD/IDR, TINGKAT SUKU

advertisement
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) USD/IDR, TINGKAT SUKU
BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR (M2)
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
DEWI KUMALASARI
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang
[email protected]
Abstract
This study aims to see the development of the Indonesian capital market, one indicator that
is often used is the Composite Stock Price Index (CSPI), which is one of the stock market
index used by the Indonesian Stock Exchange (BEI).The analytical tool used in this
research is multiple linear regression Composite Stock Price Index (JCI) as the dependent
variable and four independent variables, the variable rate (rate) USD / IDR, SBI interest
rate, inflation and the money supply (M2 ).Based on the results SPSS calculations obtained
Fcount F = 47.313 with a significance of 0.000. By using a significance level of 0.05 was
obtained value of F table 3,06. Then Fcount (47.313)> F table (3.06), or the significance of
F 0,000 showed less than 0.05 so it can be concluded that the four independent variables are
the exchange rate (exchange rate) USD / IDR, SBI interest rate, inflation and the money
supply (M2) jointly affect the Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock
Exchange (BEI). Partial variable rate (rate) USD / IDR and the money supply (M2)
significantly. While the variable interest rate of SBI and inflation is not significant. And of
the four variables of the most dominant influence on Composite Stock Price Index in the
Indonesia Stock Exchange (BEI) is the exchange rate (exchange rate) USD / IDR. With
tcount of -3.433 and significance probability of 0.004.
Keywords: JCI, Exchange Rates, Interest Rates, Inflation, Money Supply
Pendahuluan
Tingkat suku bunga SBI merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
harga saham. Secara umum mekanismenya
adalah bahwa suku bunga SBI bisa
mempengaruhi suku bunga deposito yang
merupakan salah satu alternatif bagi investor
untuk
mengambil
keputusan
dalam
menanamkan modalnya. Jika suku bunga
SBI yang ditentukan meningkat, investor
akan mendapat hasil yang lebih besar atas
suku bunga deposito yang ditanamkan
sehingga investor akan cenderung untuk
mendepositokan modalnya dibandingkan
menginvestasikan dalam saham. Hal ini
mengakibatkan investasi di pasar modal akan
semakin turun dan pada akhirnya berakibat
pada melemahnya Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
IHSG adalah inflasi. Inflasi merupakan
kecenderungan harga naik secara terus
menerus atau dapat diartikan sebagai
penurunan nilai uang yang menyeluruh.
Semakin tinggi kenaikan harga, semakin
turun nilai uang. Inflasi yang sangat tinggi
dapat mengganggu perekonomian secara
umum, selain dapat menurunkan daya beli
karena penurunan nilai mata uang juga dapat
meningkatkan resiko penurunan pendapatan
riil masyarakat. Dalam investasi, inflasi yang
tinggi mengakibatkan investor lebih berhatihati dalam memilih dan melakukan
transaksinya. Sehingga investor cenderung
menunggu untuk berinvestasi sampai
keadaan perekonomian kondusif untuk
menghindari dari resiko-resiko yang mungkin
ditimbulkan oleh inflasi yang tinggi.
Selain beberapa faktor yang telah
disebutkan terdapat faktor lain yang dapat
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
8
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
mempengaruhi kebijakan investor dalam
berinvestasi. Apabila jumlah uang beredar
semakin meningkat maka suku bunga bank
akan turun. Para investor akan cenderung
menginvestasikan
uangnya
daripada
menabung di bank, demikian pula
sebaliknya.
Dalam aktivitasnya investasi dikenal
dalam dua bentuk yaitu, investasi nyata (real
investment) secara umum melibatkan asset
berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau
pabrik dan investasi keuangan (financial
investment) melibatkan kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan
obligasi (bond) ( Irham Fahmi, 2012:4).
Ana Rokhmatussa’dyah et al (2011:45) menyatakan investasi juga mempunyai
dua tipe yaitu, investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung
(indirect investment). Penanaman modal
langsung ini dilakukan baik berupa
mendirikan perusahaan patungan (joint
venture company) dengan mitra lokal, dengan
melakukan kerja sama operasi (joint operation
scheme) tanpa membentuk perusahaan baru,
dengan mengkonversikan pinjaman menjadi
penyertaan mayoritas dalam perusahaan
lokal, dengan memberikan bantuan teknis
dan manajerial (technical and management
assistance), dengan memberikan lisensi, dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam
penanaman modal tidak langsung ini
mencakup kegiatan transaksi di pasar modal
dan pasar uang.
Kamaruddin
Ahmad
(2004:4)
menyatakan dalam berinvestasi diharapkan
mendapat
keuntungan,
namun
perlu
diketahui bahwa investasi juga berisiko.
Timbulnya risiko investasi bersumber dari
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
terjadi bersamaan atau hanya muncul dari
satu saja, risiko yang dimaksud antara lain:
Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi
kenaikan; Risiko daya beli, disebabkan
inflasi; Risiko pasar bear dan bull, tren pasar
turun atau naik; Risiko manajemen,
kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan;
Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke
arah kepailitan; Risiko likuiditas, kesulitan
pencairan/pelepasan
aktiva;
Risiko
penarikan, kemungkinan pembelian kembali
asset/surat berharga oleh emiten; Risiko
konversi, keharusan penukaran atau aktiva;
Risiko politik, baik internasional maupun
nasional; Risiko industri, munculnya saingan
produk homogen.
Pilihan portofolio dalam investasi
dilakukan oleh sebagian besar investor
termasuk risk aveter. Portofolio menurut Suad
Husnan (2001:54) adalah “sekumpulan
kesempatan investasi”. Tujuan dengan
melakukan diversifikasi ini adalah untuk
mengurangi risiko. Teori ini didasarkan pada
dua asumsi yaitu: a) hasil pengembalian efek
berpola distribusi normal, b) investor bersifat
risk averter atau bersikap menghindari risiko.
Hal ini muncul didasarkan atas prinsip
psikologis tentang nilai guna utility yang
menyatakan bahwa manusia menghindari
kerugian
dan
mencari
keuntungan.
Keseimbangan kurs akan berubah mengikuti
perubahan pada skedul permintaan dan
penawaran. Oleh karena itu, untuk dapat
menjelaskan mengapa terjadi perubahan
kurs, harus diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi skedul permintaan dan
penawaran mata uang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
skedul permintaan dan penawaran mata uang
seperti yang dijelaskan Sri Handaru et al
(2005:71) adalah; a) Laju inflasi relatif, b)
Tingkat bunga relatif, c) Tingkat pendapatan
relatif, d) Kontrol pemerintahan, dan e)
Pengharapan pasar
Prathama Rahardja et al (2008:173-175)
menyebutkan ada beberapa indikator
ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode
tertentu.
1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (IHK)
adalah angka indeks yang menunjukkan
tingkat harga barang dan jasa yang harus
dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu. Angka IHK diperoleh dengan
menghitung harga-harga barang dan jasa
utama yang dikonsumsi masyarakat
dalam suatu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut
diberi bobot (weighted) berdasarkan
tingkat keutamaannya. Barang dan jasa
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
9
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
yang dianggap paling penting diberi
bobot yang paling besar.
Inflasi =
(
)
x 100%
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks Harga Perdagangan Besar
(IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen.
Oleh karena itu IHPB sering juga disebut
sebagai indeks harga produsen (producer
price index). IHPB menunjukkan tingkat
harga yang diterima produsen pada
berbagai tingkat produksi.
Inflasi =
(
)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK
dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi
yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari
metode perhitungannya, kedua indikator
tersebut hanya melingkupi beberapa puluh
atau mungkin ratus jenis barang jasa, di
beberapa puluh kota saja. Padahal dalam
kenyataannya, jenis barang dan jasa yang
diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah
perekonomian dapat mencapai ribuan,
puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu
jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak
hanya dibeberapa kota saja, melainkan
seluruh
pelosok
wilayah.
Untuk
mendapatkan gambaran inflasi yang paling
mewakili keadaan sebenarnya, ekonom
menggunakan indeks harga implisit (IHI).
Sama halnya dengan dua indikator
sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan
IHI
dilakukan
dengan
menghitung
perubahan angka indeks.
(
)
Dalam penelitian ini, terdapat 4 (empat)
variabel makro ekonomi yang diduga
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Adapun variabel makroekonomi yang
diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai
tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga
SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar
(M2).
x 100%
3. Indeks Harga Implisit (IHI)/ Deflator
PDB
Inflasi =
Di Indonesia, pengertian jumlah uang yang
beredar dalam arti luas menunjukkan posisi
likuiditas perekonomian suatu negara.
x 100%
Subagyo et al (2002:17) jumlah uang
yang beredar yang terdiri atas uang kartal
dan uang giral saja disebut dengan jumlah
uang beredar dalam arti sempit (narrow
money) dan sering ditulis dengan istilah M1.
Jumlah uang beredar yang terdiri dari uang
kartal, uang giral, dan uang kuasi disebut
dengan uang beredar dalam arti luas (broad
money) dan sering ditulis dengan istilah M2.
Dengan demikian, jumlah uang beredar M2
merupakan penjumlahan M1 dan uang kuasi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
explanatory (menyeluruh) yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menguji suatu teori
atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan
menolak teori atau hipotesis hasil penelitian
yang sudah ada sebelumnya, atau berguna
untuk menentukan besaran yang menyatakan
“seberapa kuat” hubungan suatu variabel
dengan variabel lain dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif.
Populasi dari penelitian ini adalah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
BEI periode 2008-2015 (triwulan). Walaupun
IHSG sudah ada sejak 1982, namun bursa
efek masih terbagi menjadi 2 yaitu BEJ dan
BES, sehingga penulis menentukan populasi
dimulai sejak tahun 2008 karena pada tahun
tersebut BEJ dan BES sudah bergabung
menjadi BEI. Agar sampel yang diambil
dapat
dikatakan
representatif,
maka
penentuan besarnya sampel pada penelitian
ini didasarkan pada uraian Gay & Diehl
dalam Amirullah (2013:82) ukuran sampel
yang akan diterima akan sangat bergantung
pada
jenis
penelitiannnya,
apabila
penelitiannya bersifat deskriptif, maka
sampel minimumnya adalah 10% dari
populasi. Berdasarkan uraian tersebut jumlah
sampel yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah Indeks Harga Saham (IHSG) di BEI
periode 2010-2014 (triwulan).
Dalam hal ini penulis menggunakan
analisis regresi linier berganda untuk
menganalisa data dengan rumus sebagai
berikut :
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
10
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
………… (Anwar Sanusi, 2003:121)
Temuan Penelitian dan Pembahasan
Analisis data ini menggunakan analisis
regresi berganda untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh nilai tukar (kurs) USD/IDR,
tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah
uang yang beredar terhadap IHSG. Analisis
data ini menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions),
adapun ringkasan hasil analisis data disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Berganda
Variabel
Nilai tukar (kurs) (X1)
Suku bunga SBI (X2)
Inflasi (X3)
Jumlah uang beredar
(X4)
Konstanta
R
Adjusted R square
F
Prob.
Ftabel (=0,05)
Ttabel (=0,05)
Variabel terikat = IHSG (Y)
Koefisien
Regresi
-0,488
87,316
46,310
0,002
t
hitung
-3,433
1,247
1,161
6,578
Prob.
0,004
0,231
0,264
0,000
=
2354,298
=
0,963
=
0,907
=
47,313
=
0,000
= 3,06
= 2,131
Hasil analisis regresi berganda
sebagaimana disajikan pada tabel di atas
dapat disusun dalam persamaan regresi
sebagai berikut :
0,488; dan sebaliknya dengan asumsi
variabel tingkat suku bunga SBI, inflasi
dan jumlah uang yang beredar besarnya
konstan.
3. Koefisien regresi tingkat suku bunga SBI
(b2) sebesar 87,316, menunjukkan
besarnya pengaruh tingkat suku bunga
SBI terhadap IHSG, koefisien regresi
bertanda positif menunjukkan tingkat
suku bunga SBI berpengaruh searah
terhadap IHSG, yang berarti setiap
peningkatan 1% variabel tingkat suku
bunga
SBI
akan
menyebabkan
peningkatan IHSG sebesar 87,316; dan
sebaliknya dengan asumsi variabel nilai
tukar (kurs), inflasi dan jumlah uang
Ket.
yang beredar besarnya konstan.
Sig.
Tdk
4. sig.Koefisien regresi
inflasi (b3) sebesar
Tak sig.
46,310,
menunjukkan
besarnya pengaruh
Sig.
inflasi terhadap IHSG, koefisien regresi
bertanda positif menunjukkan inflasi
berpengaruh searah terhadap IHSG, yang
berarti setiap peningkatan 1% variabel
inflasi akan menyebabkan peningkatan
IHSG sebesar 46,310; dan sebaliknya
dengan asumsi variabel
nilai tukar
(kurs), tingkat suku bunga SBI, dan
jumlah uang yang beredar besarnya
konstan.
1. Konstanta (a) = 2354,298, menunjukkan
besarnya IHSG, jika bahwa nilai tukar
(kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga
SBI, inflasi dan jumlah uang yang
beredar sebesar nol, maka besarnya
IHSG sebesar 2354,298.
5. Koefisien regresi jumlah uang beredar
(b4)
sebesar
0,002,
menunjukkan
besarnya pengaruh jumlah uang beredar
terhadap
IHSG,
koefisien
regresi
bertanda positif menunjukkan jumlah
uang beredar berpengaruh searah
terhadap IHSG, yang berarti setiap
peningkatan Rp 1 variabel jumlah uang
beredar akan menyebabkan penurunan
IHSG sebesar 0,002; dan sebaliknya
dengan asumsi variabel jumlah uang
beredar, tingkat suku bunga SBI dan
inflasi besarnya konstan.
2. Koefisien regresi nilai tukar (kurs) (b1)
sebesar -0,488, menunjukkan besarnya
pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap
IHSG, koefisien regresi bertanda negatif
menunjukkan
nilai
tukar
(kurs)
berpengaruh berlawanan arah terhadap
IHSG, yang berarti setiap peningkatan
Rp 1 variabel nilai tukar (kurs) akan
menyebabkan penurunan IHSG sebesar
Koefisien korelasi (R) sebesar 0,963;
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang sangat kuat antara nilai tukar (kurs)
USD/IDR, tingkat suku bunga SBI, inflasi
dan jumlah uang yang beredar dengan IHSG
sebesar 96,3%. Hubungan ini dapat
dikategorikan sangat kuat, sebagaimana
diketahui bahwa suatu hubungan dikatakan
sempurna
jika
koefisien
korelasinya
Y = 2354,298 - 0,488X1 + 87,316X2 +
46,310X3 + 0,002X4
Berdasarkan hasil persamaan tersebut, maka
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
11
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
mencapai angka 100% atau 1 (baik dengan
angka positif atau negatif).
Hasil analisis regresi linier berganda di
atas, dapat diketahui nilai koefisien
determinasi (adjusted R2) sebesar 0,907.
Angka ini menunjukkan bahwa variabel nilai
tukar (kurs) USD/IDR, tingkat suku bunga
SBI, inflasi dan jumlah uang yang beredar
dapat menjelaskan variasi atau mampu
memberikan kontribusi terhadap variabel
IHSG sebesar 90,7%, sedangkan sisanya
sebesar 8,3% disebabkan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Hal
ini berarti persentase pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
dalam
persamaan
regresi
tersebut
menunjukkan pengaruh yang kuat yaitu
sebesar 90,7%.
Berdasarkan
hasil
analisis
menunjukkan bahwa nilai tukar, tingkat suku
bunga SBI, inflasi, jumlah uang yang beredar
secara simultan berpengaruh terhadap IHSG.
Keempat variabel bebas tersebut secara
simultan berpengaruh terhadap IHSG sebesar
90,7%. Dimana angka tersebut menunjukkan
bahwa variasi IHSG dapat dijelaskan
persamaan yang diperoleh sebesar 90,7%,
sedangkan sisanya 8,3% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara nilai
tukar mata uang asing dan pasar saham
adalah
negatif,
melemahnya
rupiah
memberikan pengaruh negatif terhadap pasar
ekuitas, karena menyebabkan pasar ekuitas
menjadi tidak mempunyai daya tarik.
Namun kenaikan tingkat suku bunga SBI
akan
menyebabkan
investor
enggan
melakukan investasi karena bunga pinjaman
yang harus dibayarkan menjadi lebih tinggi.
Pengaruh secara parsial variabel nilai tukar,
tingkat suku bunga SBI, inflasi dan jumlah
uang yang beredar akan diuraikan sebagai
berikut.
1) Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs)
Terhadap IHSG
Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui bahwa variabel nilai tukar
mempunyai thitung sebesar -3,433 dengan
tingkat signifikansi 0,004 lebih kecil dari 0,05
dan koefisien regresi -0,488. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel nilai tukar
berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap variabel IHSG. Artinya bila
variabel nilai kurs semakin besar, maka
IHSG
cenderung
terhambat
pengembangannya. Jika dilihat dari data
statistik nilai tukar, rata-rata nilai tukar
periode 2010-2014 sebesar Rp 10.085,35
(nilai terendah Rp 8.640 dan nilai tertinggi
Rp 12.502), terlihat bahwa terdapat
pergerakan yang signifikan pada nilai tukar.
Sedangkan di sisi lain, pasar saham yang
diwakili dengan IHSG cenderung mengalami
penguatan. Hal ini diduga bahwa Bank
Indonesia (BI) telah melakukan intervensi ke
dalam pasar uang, untuk menjaga batas atas
dan batas bawah nilai tukar rupiah terhadap
dolar, sehingga nilai tukar tetap kurang stabil
dan mempengaruhi pasar saham.
Variabel nilai tukar (kurs) hasil penelitian
menunjukkan
pengaruh
negatif
dan
signifikan terhadap indeks harga saham
gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa pada
saat rupiah menguat dollar dilepas dan saat
rupiah cenderung melemah dollar dibeli, hal
ini juga berpengaruh pada indeks harga
saham yang ditunjukkan peningkatan indeks
harga saham dimana investor melakukan aksi
beli yang tinggi ketika indeks saham-saham
yang cukup bagus melemah dan kemudian
menjualnya kembali saat indeks naik, karena
investor memiliki atau didukung oleh dana
yang kuat dan besar dan aksi jual sahamsaham ini akan memicu penurunan IHSG.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Sudarsana (2014), Wijaya (2013)
dan Amin (2012) yang menyatakan bahwa
nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap IHSG.
Dampak merosotnya rupiah ke pasar
modal memang dimungkinkan, mengingat
sebagian besar perusahaan yang go public di
BEI mempunyai utang luar negeri dalam
bentuk valuta asing (valas). Di samping itu
produk-produk
yang
dihasilkan
oleh
perusahaan
publik
tersebut
banyak
menggunakan
bahan-bahan
impor.
Merosotnya
rupiah
dimungkinkan
menyebabkan jumlah utang perusahaan dan
biaya produksi menjadi bertambah besar jika
dinilai dengan rupiah, dan akhirnya akan
berujung pada menurunnya profitabilitas
perusahaan.
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
12
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
Makin besar permintaan terhadap dolar
Amerika Serikat maka makin besar
kecenderungan pedagang uang berspekulasi.
Rupiah tidak lagi berfungsi untuk transaksi
barang, tetapi digunakan untuk spekulasi
dalam transaksi uang rupiah atau menjadikan
rupiah menjadi langka. Spekulan merupakan
salah satu penyebab turunnya nilai tukar
rupiah, tetapi faktor yang sangat berpengaruh
terhadap nilai tukar terhadap dolar yaitu
lembaga fundamental ekonomi makro
Indonesia.
2) Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap
IHSG
Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui bahwa variabel suku bunga
mempunyai t-hitung sebesar 1,247 dengan
tingkat signifikansi 0,231 di atas 0,05 dan
koefisien regresi 87,316, sehingga variabel
suku bunga SBI berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap variabel IHSG. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian
Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa
sukunga bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG, namun tidak konsisten
dengan penelitian Sudarsana (2014) yang
menyatakan bahwa suku bunga SBI
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa suku
bunga masih bukan merupakan parameter
instrumen investasi yang menjadi acuan bagi
masyarakat, data menunjukkan bahwa nilai
tertinggi suku bunga sebesar 8,21 persen
terjadi pada bulan triwulan I tahun 2010,
pada tahun-tahun berikut suku bunga
mengalami penurunan yang sangat drastis
dengan nilai terendah 3,83 persen terjadi
pada triwulan I tahun 2012, oleh karena suku
bunga yang rendah masyarakat mengalihkan
investasinya ke sektor lain diantaranya
adalah investasi pada pasar saham, yang
mengakibatkan kinerja pasar saham menjadi
baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
besar kecilnya tingkat suku bunga SBI tidak
mempengaruhi IHSG, suku bunga SBI bisa
mempengaruhi suku bunga deposito dan
tabungan yang merupakan salah satu
alternatif
bagi
investor
untuk
menginvestasikan
modalnya.
Dengan
demikian tingkat suku bunga SBI bisa
mempengaruhi
nilai
investor
dalam
menanamkan modalnya dalam bentuk
saham.
Hubungan
tersebut
dapat
digambarkan sebagai berikut: bila suku bunga
SBI meningkat, secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi suku bunga
deposito dan tabungan
sehingga akan
meningkatkan
minat
investor
untuk
menanamkan modalnya baik itu dalam
bentuk SBI atau deposito. Dengan demikian
dapat mengakibatkan minat investor dalam
menanamkan modalnya menurun dan harga
sahampun turun juga, dan sebaliknya.
Hasil penelitian ini tidak didukung
pendapat
Tandelilin
(2001:48)
yang
menyatakan bahwa perubahan suku bunga
akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku
bunga meningkat, maka harga saham akan
turun, ceteris paribus dan sebaliknya. Hal
tersebut karena jika suku bunga naik, maka
return investasi yang terkait dengan suku
bunga juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa
menarik minat investor yang sebelumnya
berinvestasi di saham untuk memindahkan
dananya dari saham ke deposito dan
tabungan. Jika sebagian besar investor
melakukan tindakan yang sama maka banyak
investor yang menjual saham, maka
berdasarkan hukum permintaan-penawaran
harga saham akan turun.
1) Dampak suku bunga tinggi
Tingkat suku bunga yang tinggi akan
menimbulkan beberapa hal di antaranya :
(1) Tingginya
masyarakat
volume
tabungan
Makin tinggi tingkat suku bunga
makin
tinggi
pula
keinginan
masyarakat
untuk
menabung.
Artinya pada tingkat suku bunga
yang tinggi, masyarakat akan
cenderung
terdorong
untuk
mengorbankan pengeluaran untuk
konsumsinya
guna
menambah
tabungan. Apabila banyak investor
yang menginvestasikan dananya di
sektor perbankan, maka perdagangan
saham di bursa akan sepi dan lesu
yang akhirnya akan mempengaruhi
harga saham dan penurunan indeks
harga saham gabungan.
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
13
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
(2) Tingginya biaya modal perusahaan
Tingginya tingkat biaya modal
perusahaan
menyebabkan
perusahaan akan mempunyai posisi
yang lebih lemah dalam persaingan
berinvestasi.
2) Dampak suku bunga rendah
Rendahnya tingkat suku bunga baik suku
bunga pinjaman maupun suku bunga
simpanan menimbulkan beberapa hal
sebagai berikut :
(1) Banyaknya perusahaan mengambil
kredit untuk investasi sehingga bagi
dunia perbankan hal ini akan
meningkat pendapatan bunga.
(2) Kecenderungan masyarakat untuk
menabung menjadi kecil, investor
lebih tertarik untuk menginvestasikan
dananya di pasar modal karena lebih
menguntungkan sehingga permintaan
akan saham di pasar modal
meningkat yang berakibat pada
peningkatan indeks harga saham
gabungan.
3) Analisis
IHSG
Pengaruh
Inflasi
Terhadap
Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui bahwa variabel inflasi mempunyai t
hitung sebesar 1,161 dengan α = 0,264 dan
koefisien regresi sebesar 46,310, sehingga
inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap
variabel perubahan
IHSG. Hal ini
memperlihatkan bahwa variabel inflasi pada
periode 2010 – 2014, menunjukkan pengaruh
yang sementara. Terbukti dengan adanya
deflasi di beberapa bulan di tahun 2010 –
2014
yang
menunjukkan
terjadinya
perbaikan ekonomi secara nasional. Faktor
lain juga ditunjang dengan kondisi kinerja
perusahaan – perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia memiliki fundamental
ekonomi yang kuat, sehingga mampu
bertahan dalam kondisi perekonomian sulit.
Dari teori yang sudah dijelaskan pada
bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa
inflasi dapat timbul karena ada tekanan dari
sisi supply (cost push inflation), yaitu inflasi
yang timbul karena kenaikan ongkos
produksi yang mengakibatkan kenaikan
harga jual produksi. Namun dengan stabilnya
marjin usaha ini merupakan indikator bahwa
perusahaan itu mampu membebankan
kenaikan biaya kepada pelanggannya (atau
pemakai produk). Keuangan perusahaan
solid, dengan tingkat likuiditas yang tinggi.
Kondisi yang demikian itu menjadikan
saham perusahaan – perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki
fleksibilitas yang tinggi dalam mengelola
sumber-sumber internal guna meningkatkan
kinerjanya usahanya.
Dengan demikian inflasi yang terjadi
pada periode 2010 – 2014 tidak
mempengaruhi
variabel IHSG.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian
Wijaya (2013) dan Amin (2012) yang
menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG, namun tidak
konsisten dengan penelitian Sudarsana
(2014) yang menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
IHSG.
4) Pengaruh
Jumlah
Terhadap IHSG
Uang
Beredar
Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui bahwa variabel perubahan jumlah
uang beredar mempunyai t-hitung sebesar
6,578 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih
kecil dari 0,05 dan koefisien regresi 0,002.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
perubahan jumlah uang beredar berpengaruh
positif secara signifikan terhadap variabel
IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
uang
beredar
di
Indonesia
sangat
mempengaruhi kinerja pasar saham pada
periode tahun 2010 – 2014. Artinya bahwa
masyarakat Indonesia telah menggunakan
uangnya selain untuk tujuan transaksi juga
menggunakan
uangnya
untuk
tujuan
spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat
berharga atau saham. Temuan ini tidak
sejalan dengan penelitian dari Wijaya (2013)
yang menyatakan bahwa jumlah uang
beredar
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap IHSG.
Simpulan
Berdasarkan
analisis
data
dan
pembahasan maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah :
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
14
AKADEMIKA; Vol. 14. No.1 Februari 2016
1. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan
bahwa nilai tukar (kurs), suku bunga SBI,
inflasi dan jumlah uang yang beredar
secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap IHSG.
2. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan
bahwa nilai tukar (kurs) dan jumlah
uang yang beredar secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap IHSG,
sedangkan suku bunga SBI dan inflasi
secara parsial tidak berpengaruh terhadap
IHSG.
Nilai tukar (kurs) mempengaruhi secara
negatif signifikan terhadap IHSG dan
menjadi variabel yang berpengaruh
dominan terhadap IHSG, besarnya
koefisien regresi nilai tukar (kurs) sebesar
0,488, yang artinya semakin kuat kurs
(rupiah
terapresiasi)
maka
akan
meningkatkan
harga
saham,
dan
sebaliknya. Hal ini memberikan implikasi
teoritis bahwa secara empiris temuan ini
semakin memperkuat teori menguatnya
kurs
mata
uang
suatu
negara
memberikan
sinyal
positif
bagi
perekonomian negara tersebut.
Daftar Pustaka
Amirullah.2013.
Metode
Penelitian.
Bayumedia Publishing. Malang
Ana, Rokhmatussa’dyah, dan Suratman.
2011. Hukum Investasi & Pasar Modal. Sinar
Grafika. Jakarta.
Eddy, Soegiarto, dan Mardyono. 2011.
Pengantar Teori Ekonomi (Ekonomi Mikro
Ekonomi
Makro).
Mahkota
Ilmu.
Tangerang Selatan.
Irham, Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal.
Alfabeta. Bandung.
Kamaruddin, Ahmad. 2004. Dasar-Dasar
Manajemen Investasi dan Portofolio. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Mohamad, Samsul. 2006. Pasar Modal &
Manajemen Portofolio. Erlangga.
Musdalifah, Aziz, et.al. 2015. Manajemen
Investasi (Fundamental, Teknikal, Perilaku
Investor dan Return Saham). Depublish.
Yogyakarta.
Prathama,
Rahardja,
dan
Mandala
Manurung. 2008. Teori ekonomi Makro
(suatu pengantar).Lembaga Penerbit FE UI.
Jakarta.
Renny, Wijaya. 2013. Pengaruh Fundamental
Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2002-2011. Calyptra, Vol.2, No.1
Sri, Handaru, Yuliati, dan Handoyo
Prasetyo. 2005. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Internasional. C.V. ANDI
OFSET. Yogyakarta
Sri, Hermuningsih. 2012. Pengantar Pasar
Modal Indonesia (edisi 1). UPP STIM
YKPN. Yogyakarta.
Suad, Husnan. 2001. Dasar-Dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas. Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Yogyakarta.
Subagyo, dan Sri Fatmawati. 2002. Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya. STIE YKPN.
Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi. Kanisiaus (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.
Pengaruh Nilai Tukar (kurs) USD/IDR, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (m2)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
15
Download