BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Kajian Pustaka
1. Belajar
Secara umum, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan nilai perubahan sikap itu bersifat konstan
dan membekas. Menurut Slameto (2003:23) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam kegiatan belajar, ada beberapa faktor yang terkait agar kegiatan individu
benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961:187) memaparkan kesamaan
pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang merupakan proses mental dalam
memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi,
variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan (Morgan,
1961:188-194). Uraian faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara
satu dengan lainnya.
b) Motivasi. Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal.
c) Variabilitas. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat dilakukan
untuk memecahkan suatu masalah, tergantung pada stimulus belajar.
d) Kebiasaan. Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk
menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan.
e) Kepekaan. Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh
dan merupakan penentu keberhasilan belajar pula.
f) Pencetakan (imprinting) atau merekam. Dalam hal ini, pencetakan berarti semacam
proses “memperlihatkan” sesuatu (yang dipelajari) pada kesan atau otak.
g) Hambatan. Dalam proses belajar, hambatan tentu terjadi. (Mulyati, 2005:3-4)
Menurut Oemar Hamalik (1983:15) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang
7
baruberkat pengalaman latihan.Selanjutnya oleh (Winkel, 2004:53) mengemukakakn
bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
yang aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan. Hilgard (1962:252) learning as the process by which an activity organates or is
changed through responding to a situation (belajar sebagai proses dimana suatu kegiatan
organisasi diubah melalui menanggapi situasi).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar sehingga
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Fungsi teori
dalam konteks belajar adalah (1) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu
informasi belajar; (2) memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan
pengajaran; (3) mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar; (4)
mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang; dan (5) mengkaji faktor eksternal yang
memfasilitasi proses belajar. Fungsi teori belajar sebagai pisau analitis berbagai fakta dan
fenomena belajar. (Agus Suprijono, 2011:15).
Dari berbagai penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses dimana seseorang melakukan aktivitas belajar dalam proses ke arah
perubahan yang lebih baik dengan mencari konsep, berpikir, bertindak, dan memberikan
makna tentang apa yang telah dipelajari dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari.
2. Hasil Belajar
Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian hasil dari suatu
proses pembelajaran. Gagne (Hamzah, 2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar
merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri
atau variabel bawaanya melalui perlakuan pengajaran tertentu.
Menurut Nana Sudjana (1990:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Howard
Kongsley (Nana Sudjana 1990:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a)
8
ketrampilan dan kebiasaaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita. Untuk
menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan
kemampuan pada ranah-ranah:
a) Ranah Kognitif
Yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang
terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
b) Ranah Afektif
Yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang
berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian
sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c) Ranah Psikomotorik
Yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani yang terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kommpleks, penyesuaian pola
gerakan, dan kreativitas.(http://octavianinur.wordpress.com/2013/11/07definisi-belajarmengajar-dan-dan-pembelajaran-menurut-para-ahli) diakes pada tanggal 15 Meret 2016
pukul 10.25 WIB.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi, dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2011:5-6),
hasil belajar berupa:
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan
masalah maupun penerapan aturan.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitissintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktifitas kognitif yang khas.
c) Strategi kognitif yaitu kecapakan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
9
d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilainilai. Sikap merupakan kemapuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang
dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagai mana dilihat secara fragmentaris
atau terpisah, melainkan komprehensif.
3. Prinsip-Prinsip Mengajar.
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru
berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan
bimbingan, dan pembinaan menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses
pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi amnesia dewasa yang sadar akan
tanggung jawab terhadap diri sendiri, berpribadi, dan bermoral. Ada beberapa pendapat
tentang prinsip-prinsip mengajar, antara lain:
a. Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada
pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada
minat dan bakat. Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah
ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya serta
penyajian pelajaran yang menarik dapat merangsang siswa berpikir. Usaha ini
mengakibatkan
siswa
dapat
membanding-bandingkan,
membedakan,
dan
menyimpulkan pengetahuan yang diterimanya.
b. Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswas sendiri,
kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian
dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Dalam berbuat siswa dapat
menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari
pelajaran yang disajikan oleh guru.
10
c.
Appresiasi
Setiap guru mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian
siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya
dengan pelajaran yang akan diterimanya.
d. Peragaan
Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran
yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam
jiwanya. Di samping itu belajar dengan mengguankan bermacam-macam mediaakan
lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa untuk berpikir.
e.
Repetisi
Guru mengajar menjelaskan sesuatu unit pelajaran, perlu diulang-ulang. Ingatan
siswa itu tidak setia, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang
dijelaskan untuk siswa agar dapat memecahkan masalah.
f.
Kolerasi
Guru di dalam kelas wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan diantara setiap
mata pelajaran. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus
dipikirkan sebab akibatnya. Ada hubungan antara kolerasi, hubungan itu dapat
diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.
g.
Konsentrasi
Di dalam konsentrasi pelajaran banyak mengandung situasi yang problematik,
sehingga dengan metode pemecahan soal siswa terlatih memecahkan soal sendiri.
Pelajaran yang saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan
pelajaran yang bulat, tidak terpisah-pisah lagi seperti subject-matter.
h. Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa selain
sebagai individu juga mempunyai segi sosial yang perlu dikembangkan.Waktu siswa
berada di kelas, ataupun di luar kelas, dan menerima pelajaran bersama, alangkah
baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di
dalam kelompok dapat juga meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat
memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar.
11
i.
Individualisasi
Siswa merupakan makhluk individu yang unik. Masing-masing mempunyai
perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi, minat dan bakat, hobi, tingkah laku,
watak maupun sikapnya.Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan,
sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami
perbedaan siswa secara individu ini, agar dapat melayani pendidikan sesuai dengan
perbedaan itu. Siswa akan berkembang dengan kemampuannya masing-masing.
j.
Evaluasi
Semua kegiatan belajar mengajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberikan
motivasi bagi guru maupun siswa, mereka akan lebih giat belajar, meningkatkan
proses berpikirnya. Guru harus memiliki pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan,
kegunaan dan macam-macam bentuk evaluasi. Mengenal fungsi evaluasi, macammacam teknik dan prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang
efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, achievmentnya, prestasinya, hasil
rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi hasil umpan balik bagi guru sendiri.Dengan
melihat umpan balik, guru dapat melihat dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam
perencanaan maupun teknik penyajiannya.
4. Pembelajaran Sejarah
Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan atau
peristiwa-peristiwa penting dimasa lampau dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan
budaya. Menurut Moh. Ali (1963:323) pengajaran sejarah perlu disempurnakan agar dapat
berfungsi secara lebih efektif, yaitu penyadaran warga negara dalam melaksanakan tugas
kewajibannya dalam rangkapembangunan nasional. Fungsi sejarah adalah dengan
mempelajari sejarah pendidikan nasional dengan benar-benar, akan menuju ke arah
pembaharuan integral.
Secara etimologis makna kata sejarah adalah tumbuh, hidup, dan berkembang dan
bergerak secara terus menerus dan akan terus berjalan sepanjang masa. Dengan demikian,
dengan beberapa penjelasan di atas, sejarah dapat dirumuskan secara lebih memadai
sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu
yang lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, dimana
12
tekanan perhatian diletakkan terutama pada aspek peristiwanya sendiri. Dalam hal ini
terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang kemudian
disusun dalam suatu ceritera sejarah (I G Widja, 1988:7-9).
5. Model Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk siswa aktif
sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam
waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Silberman, Melvin.
2007:1). Pembelajaran aktif secara tidak langsung menganjurkan untuk menciptakan
inovasi dalam proses pembelajaran supaya lebih menyenangkan dan mudah diterima.
Hal ini harus diperhatikan mengingat cara belajar dan memahami setiap orang
berbeda, namun dalam belajar siswa didik harus aktif untuk menggali pengetahuan.
Karakteristik pembelajaran aktif sebagai berikut:
1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi.
2) Suasana atau kondisi mendukung untuk mengembangkan keterbukaan dan
penghargaan terhadap semua gagasan peserta didik.
3) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan
mengerjakan berbagai hal yakni membaca, melihat, mendengar, melakukan
esperimen dan berdiskusi yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Semua strategi pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Guru faham
betul kelebihan dan kekurangan
strategi pembelajaran aktif ini untuk meminimalis
kekurangan. Guru juga harus pintar-pintar memilih dan mempraktekkan strategi
pembelajaran. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran aktif:
b. Kelebihan.
1) Meningkatkan ketrampilan peserta didik diantaranya ketrampilan berfikir,
ketrampilan memecahkan masalah, dan ketrampilan komunikasi.
2) Meningkatkan keterlibatan aktif peserta didik.
3) Meningkatkan ingatan peserta didik pada konsep yang dipelajari.
4) Meningkatkan rasa memiliki proses pembelajaran.
5) Mengurangi ceramah guru.
6) Meningkatkan gairah belajar di kelas.
13
7) Melibatkan aktivitas berfikir tingkat tinggi.
c. Kekurangan.
1) Tidak bisa menyelesaikan silabus.
2) Tidak bisa mengontrol kelas.
3) Peserta didik tidak melakukan apa yang diinginkan guru.
4) Peserta didik banyak yang tidak menyukai.
5) Peserta didik susah diajak bekerja di dalam tim.
6) Peserta didik terkesan ikut-ikutan dalam mengerjakan tugas.
6. Metode Pembelajaran Quiz Team
Salah satu upaya untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran
sejarah yaitu dengan menggunakan tipe belajar aktif quiz team. Dalvi (2006:53)
menyatakan bahwa tipe “Quiz Team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa
untuk bertanya maupun menjawab”.
Tipe Quiz Team diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu
siswa dibagi ke dalam kelompok besar.Semua anggota kelompok bersama-sama
mempelajari materi tersebut melalui lembar kerja. Semua anggota kelompok bersama-sama
mempelajari materi tersebut melalui lembar kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut,
saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami
materi tersebut.Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan
adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa
akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai
yang tinggi dalam pertandingan.
Adapun alternatif prosedur pembelajaran “belajar aktif” untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dapat dikembangkan ke dalam 8 tahap,
sebagai berikut:
a) Orientasi: Guru mendeskripsikan ruang lingkup materi, mengemukakan tujuan,
menyampaikan prosedur pembelajaran, dan menyampaikan alternatif bahan sumber
belajar.
b) Pembentukan kelompok: Guru mengidentifikasi karakteristik siswa, menetapkan jumlah
kelompok dan jumlah anggotanya, serta menetapkan dan menginformasikan
keanggotaan kelompok.
14
c) Penugasan: Guru menyampaikan kisi-kisi materi dan memberikan tugas (pertanyaan)
sesuai dengan topik dan indikator kompetensi yang harus dikuasai siswa; menugaskan
setiap kelompok siswa untuk mendiskusikan, mencari sumber guna menyelesaikan
tugas (pertanyaan) yang diberikan sesuai dengan topik yang dibahas masing-masing
kelompok dan menyusunnya dalam bentuk bahan presentasi.
d) Eksplorasi: Siswa bersama kelompoknya mencari bahan sumber, mendiskusikan dan
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, mendukung dan membantu teman yang
mengalami kesulitan.
e) Presentasi materi dalam kelas: Guru mengundi kelompok yang harus presentasi,
mengundi satu orang yang harus mewakili kelompok untuk presentasi materi kelompok,
menanyakan kepada seluruh siswa tentang kejelasan inti materi yang telah
dipresentasikan, memberi kesempatan kepada anggota lain dari kelompok penyaji untuk
memperjelas penyajian materi.
f) Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman Materi: Guru menunjuk 2-4 orang secara acak
di luar kelompok penyaji untuk mempresentasikan ulang materi sesuai pemahamannya
dengan bergantian. Memonitor tingkat pemahaman siswa terhadap materi, memberi
kesempatan setiap siswa terhadap materi, memberi kesempatan setiap siswa untuk
berpendapat atau hanya bertanya kepada kelompok penyaji.
g) Refleksi dan Umpan Balik: guru menjelaskan kembali beberapa pertanyaan yang belum
terjawab dengan benar dan jelas oleh kelompok penyaji, memberikan rangkuman materi
untuk mempertegas pemahaman siswa, memberi kesempatan setiap siswa untuk
bertanya, menjawab dan menanggapi pertanyaan siswa.
h) Evaluasi Formatif: Guru memberikan beberapa pertanyaan singkat untuk dikerjakan
setiap siswa dengan cepat secara tertulis.
7. Langkah-langkah MetodeQuiz Team
a) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
b) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B, dan C.
c) Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai penyampaian
materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit.
d) Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan
dengan materi yang baru saja disampaikan.
15
e) Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka.
f) Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika
kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada
kelompok C.
g) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa
menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
h) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelomok B untuk jadi
kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A.
i) Setelah kelompok Bselesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi
pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya.
j) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada
pemahaman siswa yang keliru.
8. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Quiz Team
Silberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan
model Quiz Team adalah sebagai berikut:
a) Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen.
b) Siswa dibagi dalam tiga kelompok besar.
c) Guru menjelaskan scenario pembelajaran.
d) Guru menyajikan materi pembelajaran.
e) Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B, tim C,
tim D, dan tim E menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka.
f) Tim A memberikan kuis kepada tim B, jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan, tim
C segera menjawabnya.
g) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C, dan mengulang
proses tersebut.
h) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B
sebagai pemandu kuis.
i) Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran
dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
9. Kelebihan dan Kelemahan MetodeQuiz Team
16
Dari pembahasan mengenai pembelajaran aktif di atas, dapat ditemukan banyak
kelebihan dan kelemahan dalam penerapan Metode Quiz Team, antara lain:
Kelebihan
a. Dapat meningkatkan keseriusan.
b. Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkudngan belajar.
c. Mengajak siswa untuki terlibat penuh pada proses pembelajaran.
d. Meningkatkan proses belajar
e. Membangun kreativitas diri.
f. Meraih makna belajar melalui pengalaman.
g. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
h. Menambah semangat dan minat belajar siswa.
Kelemahan
a. Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi.
b. Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa
menjawab soal Quiz. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan
kesempatandiskusi yang singkat.
c. Waktu yang diberikan sangat terbatas jika Quiz dilaksanakan oleh seluruh tim dalam
satu pertemuan.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, diperlukan modifikasi dalam pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran dimana untuk penyajiankuis dilakukan per tim dalam
tiap pertemuan, pembuatan soal dilakukian di rumah sehingga memungkinkan siswa
berdiskusi di luar kelas. Agar tidak didominasi oleh siswa pintar, maka tiap siswa
diwajibkan mencari jawaban kuis dan guru mencatatnama setiap siswa yang menjawab
dengan alasan menambahkan nilai sehingga seluruh siswa dapat termotivasi untuk ikut
menjawab.(http://miratriani.blogspot.co.id/2012/07/metode-team-quiz-dan-talkingstick_3243.html?m=1) diakses tanggal 15 Maret 2016 pukul 11.40 WIB.
B. Penelitian Yang Relevan
Dalam skripsi Tika Vigustina dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Sejarah Dengan Model Pembelajaran Quiz Team Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen
Satya Wacana Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2012-2013. Dari analisis data yang telah
diambil masing-masing mempunyai varian yang berbeda yaitu pada siklus I hasil belajar yang
17
telah dicapai dari siswa sejumlah 32 anak rata-rata adalah 78,10 sedangkan untuk melakukan
siklus II hasil belajar lebih meningkat rata-rata adalah 92,48. Dari hasil belajar siswa tersebut
menunjukkan terdapat perbedaan meningkat.Minat belajar siswa cenderung meningkat
dibandingkan siklus I.
Penelitian yang dilakukan Nurul Latifah (2012).Penelitian ini berjudul Efektifitas
Metode Pembelajaran Aktif TipeQuiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Terhadap
Hasil Belajar IPA di SD Negeri 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung.Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV di SD Negeri 1
Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Kesimpulan dari hasil analisis
dan pembahasan dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-
rata tes
kelompok eksperimen yaitu dari 75,32 meningkat menjadi 86,93 dan kelompok kontrol
rata-rata nilainya 74,83 hanya meningkat menjadi 77,25 dan pengujian dilakukan dengan
Independent Sampels T-test yang menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,000 artinya
perbedaan rata-rata nilai kedua kelompok sangat signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran aktif tipe quiz teamefektif
terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo
Kabupaten Temanggung.
C. Kerangka Berpikir
Pemilihan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan metodeQuiz Team
adalah:
1.
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS SMA Kristen Satya Wacana
Salatiga.
3.
Dalam proses pembelajaran ini siswa secara efektif dan efisien memperoleh
pengetahuan secara mendalam melalui keterlibatannya secara aktif dalam diskusi
kelompoknya.
18
Kondisi Awal
Guru
melakukan
pembelajaran dengan
teknik
ceramah,
presentasi, tanya jawab,
metode Quiz Team.
Siklus I: Aktivitas
siswa dan hasil
belajar rendah
Siklus II:
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru
menerapkan
metode
pembelajaran
Quiz Team
Penggunaan
metode
pembelajaran
Quiz Team
dengan
presentasi, kuis,
dan tanya jawab
di kelas.
Dengan Menggunakan metode
Quiz Team hasil belajar
sejarah siswa SMA kelas X IIS
tahun pelajaran 2016-2017
meningkat.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir di atas dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan metode Quiz Team dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IIS SMA Kristen Satya Wacana Salatiga tahun
pelajaran 2016-2017 dalam pembelajaran sejarah”.
19
Download