Bahan Ajar Mata Kuliah KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum wr.wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan bahan ajar ini. Sebagai salah satu rujukan dalam perkuliahan Ketrampilan Dasar Kebidanan II. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tudak langsung hingga selesainya tulisan ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan tulus kepada: 1. TIM LPP UNS yang penuh kesabaran dan ketelitian serta memberikan petunjuk dan pengarahan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. 2. Tim panitia yang telah memberikan motivasi dan fasilitas lainyya sehingga tulisan ini dapat terwujud. 3. Bapak dan Ibu teman sejawat yang telah memberikan dukungan untuk penulisan ini. 4. Penulis menyadari , bahwa banyak kekurangan dalam penulisan ini, baik dari segi isi maupun penulisan.Oleh karena itu, kritikan dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Februari , 2013 Penulis 1 Bahan Ajar Mata Kuliah DAFTAR ISI Halaman HalamanJudul....................................................................................................... Kata Pengantar.................................................................................................... Daftar isi.............................................................................................................. Tujuan Mata Kuliah............................................................................................. BAB I Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan BABII Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan BAB III Melakukan tindakan-tindakan untuk pengobatan dan pemberian cairan dalam asuhan kebidanan BAB IVMelakukan perawatan luka dalam praktik kebidanan BAB V Melakukan resusitasi BAB VI Melakukan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan Daftar Pustaka 2 Bahan Ajar Mata Kuliah Kegiatan Belajar KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN II 250 menit PENDAHULUAN Tenaga bidan yang berkualitas dihasilkan oleh institusi kebidanan yang dikelola dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan regulasi. Pendidikan bidan di Indonesia saat ini mayoritas di jenjang pendidikan DIII kebidanan dengan kualifikasi bidan pelaksana yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan ataupun praktik perorangan. Untuk mencapai ketrampilan tersebut, maka pada semester II, mata kuliah KDK II sebagai salah satu mata kuliah untuk mendasari kemampuan bidan dalam menerapkan ketrampilan dasar lanjutan dari mata kuliah KDK I yang diberikan di semester I sehingga diharapkan setelah mata kuliah KDK II ini, mahasiswa dapat melaksanakan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik yang berhubungan dengan praktik kebidanan, memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan, menerapkan teknik pemberian obat, melaksanakan perawatan luka dalam kasus kebidanan, melaksanakan resusitasi dan melaksanakan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan. TINJAUAN MATA KULIAH A. Desripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah ini memberi kesempatan mahasiswa untuk menerapkan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. B. Kegunaan / Manfaat Mata Kuliah Dengan adanya mata kuliah Ketrampilan Dasar Kebidanan II, diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dalam persiapan untuk pemeriksaan diagnostik yang berhubungan dengan praktik kebidanan, memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan, menerapkan teknik pemberian obat, melaksanakan perawatan luka dalam kasus kebidanan, melaksanakan resusitasi dan melaksanakan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan 3 Bahan Ajar Mata Kuliah C. Standart Kompetensi Mata Kuliah Standart kompetensi mata kuliah Ketrampilan dasar Kebidanan II ini adalah mahasiswa mampu melakukan ketrampilan dasar lanjutan sesuai dengan prosedur operasional dengan benar. D. Susunan Urutan Bahan Ajar 1. Persiapan untuk pemeriksaan diagnostic yang berhubungan dengan praktik kebidanan 1.1. Persiapan untuk persiapan diagnostic 1.1.1 Alat 1.1.2 Bahan 1.1.3 Tempat 1.2. Persiapan dan pengambilan specimen 1.2.1 Dara 1.2.2 Urine 1.2.3 Faeces 1.2.4 Cairan pervagina 1.2.5 Secret 1.3 Persiapan untuk pemeriksaan 1.3.1 USG 1.3.2 Rontgen 1.3.3 CTG 1.3.4 Laparaskopi 2. Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan 2.1. uterotonika 2.2. obet anti perdarahan 2.3. obat analgetika 2.4. obat anti jamur 2.5. obat diuretika 2.6. obat antibiotika 2.7. abat anemia 2.8. obat anemiaobat pre dan eklamsi 2.9. obat anti piretika 2.10. vitamin dan mineral 2.11. anti konfulsi 2.12. obat anti hipertensi 3. Melakukan tindakan-tindakan untuk pengobatan dan pemberian cairan dalam asuhan kebidanan 3.1. Oral, sublingual 3.2. Parentral 3.3. Inhalasi 3.4. Vagina 3.5. Rectum 3.6. Kulit 3.7. Mata 3.8. Epidural 3.9. Kompres 4 Bahan Ajar Mata Kuliah 4. Melakukan perawatan luka dalam praktik kebidanan 4.1. pengertian luka 4.2. jenis – jenis luka 4.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka 4.4. Masalah yang terjadi pada luka bedah 4.5. Cara menjahit luka 4.6. Perawatan luka 4.7. Cara menjahit dan mengambil jahitan 5. Melakukan resusitasi 5.1. Pengertian 5.2. Persiapan 5.3. prosedur 6. Melakukan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan 6.1. Konsep pre, intra dan post operasi 6.2. Jenis- jenis pembedahan dan anestesi 6.3. Asuhan pre operasi 6.4. Asuhan intra operasi 6.5. Asuhan post operasi E. Petunjuk Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan, membuka e-learning yang sudah ada. 5 Bahan Ajar Mata Kuliah BAB I A. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1. Kompetensi Dasar Melakukan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. 1. Indikator Melakukan persiapan dan pemeriksaan diagnostic yang berhubungan dengan praktik kebidanan B. Deskripsi Singkat Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan persiapan dan pemeriksaan diagnostic yang berhubungan dengan praktik kebidanan. URAIAN MATERI PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK I. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Alat, Bahan & Tempat 1. Pengambilan specimen darah : a. Bak instrumen b. Torniquet c. Spuit 3 cc d. Botol untuk specimen e. Bengkok f. Sarung tangan g. Pengalas h. Lanset i. Alat pengukur Hb 2. Pengambilan specimen urine a. Wadah / botol tempat urine dengan tutupnya b. Handscoon c. Kertas etiket / label d. Bengkok 3. Pengambilan specimen cairan pervaginam a. Obyek glass b. Bengkok c. Sarung tangan d. Spekulum e. Perlak 6 Bahan Ajar Mata Kuliah f. Kapas lidi steril g. Kain kassa h. Kapas sublimat 4. Pengambilan specimen sputum a. Sputum pot (tempat ludah) yang tertutup b. Botol bersih dengan penutup c. Handscoon d. Bengkok e. Tissue f. Perlak pengalas g. Formulir dan etiket II. PERSIAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN 1. Darah a. Specimen darah vena 1) Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan 2) Mendekatkan alat kedekat pasien 3) Mengatur pasien senyaman mungkin 4) Mencuci tangan dengan teknik yang benar 5) Memakai sarung tangan 6) Membebaskan lokasi pengambilan spesimen darah vena dari pakaian 7) Memasang pengalas dibawah daerah yang akan diambil darahnya 8) Mengikat bagian atas daerah pengambilan darah dengan tourniquet dan menganjurkan pasien untuk menggenggam tangannya 9) Mengidentifikasi kulit dengan kapas alkohol secara sirkuler dengan diameter + 5 cm 10) Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan 11) Menusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan 12) Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk vena 13) Membuka karet pembendung (torniquet) dan anjurkan pasien membuka genggaman tangannya (bila darah sudah terlihat pada tabung spuid) 14) Menarik penghisap sehingga darah masuk ke dalam tabung spuid dan hisap sebanyak kebutuhan 15) Menarik jarum keluar dengan meletakkan kapas alkohol diatas jarum dan tarik jarum keluar 16) Memasukkan jarum dalam spuid kedalam botol yang sudah disediakan keudian diberi label 17) Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar 18) Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan dengan teknik yang benar 19) Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan b. Specimen darah perifer 1) Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan 2) Menyiapkan alat dan bahan kedekat pasien 7 Bahan Ajar Mata Kuliah 3) 4) 5) 6) Memasang sampiran dan mengatur posisi senyaman mungkin Mencuci tangan dengan teknik yang benar Memakai sarung tangan Mendefinisikan kulit dengan kapas alkohol pada ujung jari manis atau jari telunjuki dan biarkan kering 7) Menusuk dengan lancet secara tegak lurus 8) Mengusap darah yang baru keluar dengan kapas kering, sedangkan darah yang selanjutnya keluar yang digunakan untuk pemeriksaan 9) Menekan bekas tusukan dengan kapas kering 10) Membereskan alat dan buang lancet dengan benar 11) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan teknik yang benar 12) Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan 2. Urine a. Memberitahu dan melaksanakan pada pasien tindakan yang akan dilakukan b. Membawa alat ke dekat pasien c. Memasang sampiran d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin e. Mencuci tangan dengan sabun dan teknik yang benar f. Memakai sarung tangan g. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat. h. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket i. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi j. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup. k. Membereskan dan merapikan alat l. Melepas hand scoon m. Mencuci tangan n. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan 3. Feces a. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan b. Mendekatkan alat ke dekat pasien c. Mencuci tangan dengan teknik yang benar d. Memasang sampiran dan perlak pengalas e. Melepas pakaian bawah pasien f. Mengatur posisi dorsal recumbent g. Memakan hand scoon h. Memberi telunjuk dengan vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya. j. Membersihkan anus dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue. k. Melepas hand scoon 8 Bahan Ajar Mata Kuliah l. Merapikan pasien m. Mencuci tangan dengan teknik yang benar n. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan 4. Cairan pervaginam a. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan b. Mendekatkan alat c. Memasang sampiran d. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah (jaga privacy pasien) e. Memasang pengalas dibawah bokong pasien f. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent) g. Mencuci tangan dengan teknik yang benar h. Memakai sarung tangan i. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan j. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai kebutuhan k. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan l. Membuang kapas lidi pada bengkok m. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan ditutup n. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium o. Membereskan alat p. Melepas sarung tangan q. Mencuci tangan r. Melakukan dokumentasi tindakan 5. Secret a. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan b. Mendekatkan alat ke dekat pasien c. Mencuci tangan dengan teknik yang benar d. Mengatur posisi duduk e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok. f. Memakai hand scoon g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot) h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol i. Membersihkan mulut pasien j. Merapikan pasien dan alat k. Melepas hand scoon l. Mencuci tangan dengan teknik yang benar m. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan III. PERSIAPAN UNTUK PENGAMBILAN PEMERIKSAAN A. USG 1. Pervaginam 9 Bahan Ajar Mata Kuliah a. Melakukan inform consent b. Memasukkan probe USG transvaginal/ seperti melakukan pemeriksaan dalam c. Dilakukan pada pemeriksaan dibawah 8 minggu d. Lebih muda dan ibu tidak perlu menahan kencing e. Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim f. Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi g. Tidak menyebabkan keguguran 2. Perabdominan a. Melakukan informed consent b. Probe USG di atas perut c. Mengoleskan jelly pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG d. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan belakang di atas permukaan kulit e. Lakukan antara 10 – 30 menit f. Bisa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu g. Karena dari atas perut, maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim B. Rontgen 1. Persiapan pemeriksaan a. Radiografi konvensional tanpa persiapan Dimana langsung dilakukan pada saat pasien datang dan biasanya dilakukan untuk pemeriksaan tulang / toraks b. Radiografi konvensional dengan pemeriksaan Sebelum pemeriksaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam. Sehingga ususnya bersih dan hasil foto dapat terlihat dengan jelas c. Pemeriksaan dengan kontras Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum atau dimasukkan lewat anus atau disuntikkan ke pembuluh vena. 2. Indikasi pemeriksaan a. Sesak napas pada bayi 10 Bahan Ajar Mata Kuliah Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraknya (rongga dada. b. Bayi muntah hijau terus menerus Dimana muntah dicurigai karena sumbatan disaluran cerna. c. Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus dan organ dalam lainnya C. CTG 1. Indikasi pemeriksaan CTG a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis dll) b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (IUGR) c. Oligohidramnion d. Polihidramnion 2. Pemeriksaan a. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan b. Waktu pemeriksaanselama 20 menit c. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tidak menyakitkan ibu maupun bayi d. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai e. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan D. Laparaskopi Laparoskopi dapat membantu dokter untuk mencari penyebab berbagai masalah ginekologis termasuk endometriosis, mioma uteri, kista ovarium, perlekatan antara organ-organ panggul, dan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Beberapa pasangan infertil memerlukan prosedur ini untuk evaluasi secara menyeluruh penyebab infertilitas. Tindakan ini biasanya dilakukan setelah pasien menjalani beberapa pemeriksaan rutin. Untuk menjalani laparoskopi, pasien terlebih dulu menjalani pembiusan umum. Setelah dilakukan pembiusan, dilakukan pemasangan jarum khusus di daerah pusat (pusar), dan rongga perut diisi dengan gas CO2. Fungsi dari gas ini adalah untuk mendorong organ-organ menjauh 11 Bahan Ajar Mata Kuliah dari dinding perut sehingga laparoskop dapat dimasukkan dengan aman tanpa khawatir mencederai organ-organ tersebut. Laparoskopi dimasukkan melalui sayatan kecil pada pusat. Dengan laparoskop, dokter dapat melihat organ-organ seperti rahim, saluran telur, dan indung telur. Biasanya dimasukkan alat khusus melalui sayatan lain pada perut, untuk menggerakkan organ-organ tersebut agar didapat pandangan yang lebih jelas. Kadangkala dimasukkan larutan khusus (metilen biru) melalui mulut rahim untuk menilai apakah saluran telur terbuka atau tersumbat. Bila ditemukan kelainan yang dapat dikoreksi saat itu, kemungkinan prosedur laparoskopi diagnostik diperluas menjadi laparoskopi operatif. LATIHAN Soal Uraian : 1. Lakukan cara pengambilan specimen darah perifer! 2. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen urine dan faeses! 3. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen cairan pervaginam dan sekret! Tugas : 1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal) 2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di lapangan) 3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar) 12 Bahan Ajar Mata Kuliah BAB II A. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1. Kompetensi Dasar Melakukan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. Indikator 2. Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan B. Deskripsi Singkat Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasa ri konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan URAIAN MATERI Obat PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya. A. Tujuan Pemberian Obat 1. Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien. 2. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal 3. Efek samping yang terjadi minimal 4. Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien B. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Obat 1. Benar Pasien Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya. 2. Benar Obat 13 Bahan Ajar Mata Kuliah Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya. 3. Benar Dosis Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti. 4. Benar Cara/Rute Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi. 5. Benar Waktu Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. 6. Benar Dokumentasi Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan. C. Komplikasi dan Kesalahan dalam Pemberian Obat Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping. efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak di 14 Bahan Ajar Mata Kuliah harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain. Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam pelaporan. Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat D. Pemberian obat 1. Uterotonika Adalah Obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi uterus. Uterotonika juga disebut dengan oksitosika. Keuntungan dari pemberian uterotonika adalah untuk mengurangi pendarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Indikasi dari uterotonica yang sering digunakan adalah Induksi partus aterm dan mempercepat persalinan pada kasus-kasus tertentu Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih. Pada keadaan ini oksitosin diberikan secara infus. Prostaglandin harus digunakan dengan kewaspadaan yang sama dengan oksitosin. Kelebihan prostaglandin adalah dapat merangsang kontraksi uterus pada setiap umur kelahiran. Prostaglandin telah digunakan pada banyak kasus dalam mengakhiri kehamilan dengan missed abortion, kehamilan intrauterin, ketuban pecah dini dan kehamilan mola. Mengontrol perdarahan pascapersalinan Penggunaan rutin uterotonica setelah partus, dewasa ini sudah tidak dibenarkan lagi. Apabila diputuskan untuk memberikan uterotonika untuk mengontrol perdarahan pasca persalinan, maka harus dipastikan bahwa tidak ada kehamilan ganda dan baru diberikan setelah plasenta keluar. Abortus teraupetik Abortus teraupetik pada kehamilan trisemester I, biasanya dilakukan dengan suction curretage. Belum ada obat yang efektif untuk menginduksi abortus pada stadium ini. Oksitosin 20-30 unit tidak efektif untuk terminasi kehamilan muda. Prostaglandin cukup efektif untuk menimbulkan abortus pada trisemester ke II. Untuk kasus yang disertai dengan penyakit jantung, paru-paru, ginjal, hati, asma, hipertensi, anemia dan epilepsi, pemberian PG perlu dipertimbangkan. Uji oksitosin Uji ini dilakukan terutama pada kehamilan dengan resiko tinggi misalnya diabetes militus dan pre-eklampsia dan biasanya dilaksanakan pada minggu terakhir sebelum persalinan dan penderita harus dirawat. Oksitsosin diberikan per infuse dengan kecepatan mula-mula 0.5 miliunit/menit, kemudian dosis ditingkatkan perlahan-lahan sampai tercapai kontraksi uterus tiap 3-4 menit. Hasil positif jika terjadi pengurangan denyut jantung janin yang terlambat pada setiap kontraksi dengan kekuatan sama. Hasil 15 Bahan Ajar Mata Kuliah negatif biasanya benar tetapi hasil positif salah pada sepertiganya. Jadi sebelum tindakan diambil harus dipertimbangkann faktor-faktor lain. Menghilangkan pembengkakan payudara Pada gangguan ejeksi susu, oksitosin dapat menolong. Biasanya diberikan intranasal 2-3 menit sebelum anak menyusu. Hasil pada tiap penderita tidak sama. Bila efektif rasa nyeri akan hilang. Oksitosin tidak berefek galaktopoetik oleh karena itu tidak berguna bagi penderita yang air susunya kurang. Pengahambat motilitas uterus Beberapa indikasi klinik penggunaan toksolitik adalah (1) mencegah persalinan prematur pada kasus-kasus tertentu dan (2) memperlambat atau menghentikan persalinan untuk sesaat guna memperoleh terapi yang sesuai. 2. Obat anti perdarahan Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan. Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan. Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu : 1. aktivasi tromboplastin 2. pembentukan trombin dari protrombin 3. pembentukan fibrin dari fibrinogen Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor VIII-anti hemofilik, faktor IX-tromboplastin plasma, ..........dst) Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasi dengan memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darah manusia. Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot. Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu : 1. Obat hemostatik lokal 2. Obat hemostatik sistemik. Hemostatik Lokal Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya. 16 Bahan Ajar Mata Kuliah 1. Hemostatik serap Mekanisme kerja : Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah. Indikasi : Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar. Contoh obat : Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida ) Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa . Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah. 2. Astringen Mekanisme kerja : Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic. Indikasi : Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local. Contoh Obat : Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat. 3. Koagulan Mekanisme kerja : Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2 cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen. Contoh Obat : Russell‟s viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia. Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1 % dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi, zat ini tersedia dalam bentuk 17 Bahan Ajar Mata Kuliah bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan bahaya emboli. 4. Vasokonstriktor Mekanisme Kerja : Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan. Cara pemakaian : Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang berdarah. hemostatik sistemik Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang. 1. Faktor anti hemoflik(faktor VIII) dan cryoprecipitated anti Hemophilic Factor Indikasi Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter dan pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII Efek samping Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma lain dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehingga kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang dapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi hemolitik, hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam. Cara pemakaian Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya digunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB. Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia sebelum operasi diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk 7-10 hari. 2. kompleks Faktor X Indikasi Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia. Efek samping 18 Bahan Ajar Mata Kuliah trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas berat (shok anafilaksis). Dosis Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan dosis. 1 unit/KgBB meningkatkan aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fase penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal 3. V itamin K Mekanisme kerja : Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu. Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K. Efek samping : Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan kematian. Perhatian : Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K, berkurangnya bakteri yang mensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya bakteri yg mensintesis vit. K Sediaan : Tablet 5 mg vit. K (Kaywan) Dosis : 1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada bayinya 3-4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia 4. Asam aminokaproat Mekanisme kerja : Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin dan faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisisyang berlebihan. Indikasi : Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung kemih. Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma didalam mulut. 19 Bahan Ajar Mata Kuliah Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen. Cara pemakaian : Dapat diberikan secara peroral dan IV Efek samping Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva, dan hidung tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah trombosis umum, karena itu penderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik. 5. Asam traneksamat Mekanisme Kerja : Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin, meningkatkan agregasi platelet memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan aktivitas factor koagulasi. Indikasi Hipermenorrhea Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi Perhatian Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit) Efek Samping Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala, anoreksia Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatan Sediaan : Kapsul 250 mg, 500 mg Injeksi 5 ml/250 mg dan 5 ml/500 mg 6. Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA) Mekanisme Kerja : Menghambat peningkatan permeabilizas kapiler Meningkatkan resistensi kapiler Indikasi Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya permeabilizas kapiler Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunanresistensi kapiler Pendarahan otak Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg 3. obat Analgetik Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang nonsteroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID. 20 Bahan Ajar Mata Kuliah Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama parasetamol dan kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi. dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). A. ASPIRIN Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep telah menghapus daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru. Akan tetapi, aspirin adalah standart ukuran bagi semua agen-agen antiinflamasi, hingga mulai adanya ibuprofen bebas yang seefektif aspirin tetepi lebih aman. Aspirin sekarang kurang dipakai sebagai pengobatan antiinflamasi daripada sebelumnya. Ibuprofen dan naproxen mengikuti aspirin sebagai NSAID bebas di Amerika Serikat. Keduanya memiliki catatan keamanan yang baik hingga baik sekali., dan khusus ibuprofen sekarang merupakan setandart umum terhadap NSAID lain yang dibandingkan. Farmakokinetika Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas, menghasilkan kadar puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh esterase -esterase dalam jaringan dan darah. Farmakodinamika 1) Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet. Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga mempengaruhi mediator-mediator kimia dari sistem kallikrein. Sebagai akibatnya, aspirin menghambat melekatnya granulosit pada vasculature yang rusak, menstabilkan lysosome, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear danb makrofag ke dalam daerah inflamasi. 2) Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada daerah subkortikal. 3) Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan 21 Bahan Ajar Mata Kuliah dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak. 4) Efek-efek platelet. Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (kira-kira 80 mg sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila pemberiannya dilanjutkan selama seminggu. Perubahan disebabkan oleh hambatan platelet COX yang irreversible, sehingga efek antiplatelet dari aspirin berlangsung 8-10 hari (umur platelet). Secara umum, aspirin harus dihentikan satu minggu sebelum pembedahan untuk menghindari komplikasi perdarahan. Pemakaian Klinis Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan sampai nyeri sedang yang sebabnya beragam,tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam, seperti infraktus miokardium atau kolik ginjal atau empedu. Aspirin sering dikombinasikan dengan analgesik ringan lain dal lebih dari 200 produk semacam itu bisa dibeli tanpa resep. Kombinasi yang lebih mahal ini tidak pernah menunjukkan lebih efektif atau kurang toksik daripada aspirin saja. Aspirin dan NSAID lainnya telah dikombinasikan dengan analgesik opoid untuk meredakan nyeri pada kanker, yang efek antiinflamasi mereka bekerja secara sinergis dengan opoid untuk menungkatkan analgesia. Dosis Dosisi analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah 5075 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi. Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75 mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan. Pemilihan Obat Aspirin dapat diperoleh dari berbagai macam pabrik, dan meskipun bisa bervariasi dalam tekstur dan penampilan, kandungn aspirin tetap. Tes disintegrasi adalah bagian dari standart resmi, dan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa perbedaan antara tablet tersebut memiliki keamanan klinis. Buffered Aspirin yang paling popular tidak mengandung cukup alkali untuk mengurangi iritasi lambung dan tidak ada bukti bahwa preparat yang lebih mahal ini dikaitkan kadar darah yang lebih tinggi atau evektivitas klinis yang lebih besar. Efek Samping Obat Pada dosis yang biasa, efek aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan lambung. Efek ini bisa dikurangi denggan penyanggaan yang sesuai (menelan aspirin bersamaan dengan makanan diikuti dengan segelas air atau antacid). 22 Bahan Ajar Mata Kuliah Dengan dosisi lebih tinggi , pasien-pasien mungkin mengalami salicylism, muntah - muntah, tinnitus, pendengaran yang berkurang, dan vertigo yang reversible dengan mengurangi dosis. Dosis salicylate yeng lebih tinggi menyebabkan hiperpne melalui efek langsung pada medulla batang otak, sedangkan dosis salicylate yang lebih rendah alkalosisi respiratorik mungkin terjadi. Terkadang juga dapat menyebabkan hepatitis ringan dan penurunan filtrasi glomeruli. Pada dosisi harian 2 gr atau kurang, akan menaikan kadar asam urat dalam serum. Obat – Obat Antiinflamasi Yang Lebih baru Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar : 1. Derivat asam propionate 2. Derivat inidol 3. Fenamat 4. Asam pirolalkanoat 5. Derivate Pirazolon 6. Aksikam 7. Asam salisilat Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID tersebut mempunyai mekanisme yang sama dengan aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin. Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas pebuluh darah terhadap bradikinin dan histamine, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya ialah penghambat sintesis protrombin, walau derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga : 1. Analgesik 2. Antiinflamasi 3. Antipiretik 4. Menghambat agregasi platelet 5. Menyebabkan iritasi lambung 6. Bersifat nofrotoksik 23 Bahan Ajar Mata Kuliah 1. Ibuprofen Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg, efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek analgesiknya yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam , metabolism di hati, 10% diekskresi tanpa di ubah. 2. Fenoprofen Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis (inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan kardiovaskuler. 3. Indomethacin Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi efektivitasnya juga lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin. Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam. 4. Sulindac Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi sulfide, duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom Stevens-Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari. 5. Maclofenamate Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid. Efek sampingnya menyerupai obat NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai keistimewaan disbanding yang lain. Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis untuk atritis inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis. 6. Asam Mefenamat Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturutturut lebih dari 1 minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg. 7. Tolmetin Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam efektivitasnya terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehar 24 Bahan Ajar Mata Kuliah 8. Fenilbutazon Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi di temukan berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitik, sindrom nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler ren. 9. Piroxicam Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari kadar puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek buruk lainnya ialah dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit. 10. Diflunisal Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya menyerupai NSAID yang lain 11. Meloxicam Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2 selektif (COX-2). Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping pada saluran gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam 15 mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan. 12. ANALGESIK LAIN Acethaminophen adalah salah satu obat yang paling penting untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang bilaman efek antiinflamasi tidak diperlukan. Phenacetin, sebuah produk yang dimetabolisme menjadi acetaminophen, lebih toksik daripada metebolit aktifnya dan tidak mempunyai indikasi rasional. A. ACETAMINOPHEN Acetaminophen adalah metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung jawab akan efek analgesiknya. Ia adalah penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan. Farmakokinetik Acetaminophen di berikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan perut, dan konsentrasi daerah puncak biasanya tercapai dalam 30 – 60 menit. Acetaminophen sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian di metabolism oleh enzim mikrosomal hati dan di ubah menjadi sulfat dan glukoronida acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang Dari 5 % 25 Bahan Ajar Mata Kuliah di ekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif adalah penting dalam dosis besar karena efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh acetaminophen adalah 2 – 3 jam dan relative tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Indikasi Sekalipun ekuifalen dengan aspirin sebagai agen analgesik dan antipiretik yang efektif, acetaminophen berbeda karena sifat antiinflamasinya lemah. Ia tidak mempengaruhi kadar asam urat dan sifat penghambatan platelatnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pada pascapersalinan dan keadaan lain dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Aceteminophen saja adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti atritis rheumatoid, sekalipun ia dapat di pakai sebagai tambahan analgesik terhadap terapi anti inflamasi. Untuk analgesik ringan acetaminophen adalah obat yang lebih disukai pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilaman salicylate tidak bisa di toleransi. Efek – Efek Yang Tidak Diinginkan Dalam dosisi terapeutik, sedikit peningkatan enzim – enzim hati kadang – kadang bisa terjadi tanpa adanya ada ikterus : obat ini reversible bila obat dihentikan. Denga dosis yang lebih besar, pusing – pusing, ketegangan, dan disorentasi bisa terlihat. Menelan 15 g acethaminophen bisa fatal, kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas yang hebat dengan nekrosis lobules sentral, kadang – kadang dikaitkan dengan nikrosis tubulus ginjal akut. Dosis Nyeri akut dan demam bisa di atasi dengan 325 – 500 mg empat kali sehari dan secara proporsional di kurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari. B. PHENACETIN Phenacetin tidak lagi dipakai di Amerika Serikat dan telah di tarik dari berbagai kombinasi analgesik bebas (OTC) seperti Anacin dan Empirin Compound. Akan tetapi phenacetin masih ada dalam sejumlah analgesik di Amerika Serikat dan masih banyak di pakai di Negara lain. Kaitan antara pemakaian berlebih dari kombinasi analgesik – terutama yang mengandung phenacetin – dan perkembangan kegagalan ginjal telah di ketahui selama hampir 30 tahun. Perkiraan presentase pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang merupakan akibat dari pemakaian analgesik yang salah adalah 5 % hingga 15%. Setelah larangan pemakaian phenacetin dalam analgesik di Finlandia, Skotlandia, dan Canada, Jumlah kasus baru dari nefropati analgesik di Negara-negara tersebut berkurang secara signifikan. 4. Obat anti jamur 26 Bahan Ajar Mata Kuliah Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis ('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit. Ada beberapa jenis obat-obatan antijamur a. Antijamur cream Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain : ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole. b. Antijamur peroral Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan. itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada. example: Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea. Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh c. Antijamur injeksi Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obatobatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi. Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Infeksi jamur sistemik - Amfoterisin B - Flusitosin - Ketokonazol - Itakonazol - Fluconazol - Kalium Iodida 2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan) AMFOTERISIN B 27 Bahan Ajar Mata Kuliah Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus. Mekanisme kerja Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel. Farmakokinetik Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian. Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan. Efek samping •Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal. •50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil. •Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus. •Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à pemberian kalium. •Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin. Indikasi •Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis. •Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis. •Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik. Sediaan •Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk Dosis •Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan. 28 Bahan Ajar Mata Kuliah •Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan Flusitosin Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah mengalami fluorinasi Mekanisme kerja Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil Farmakokinetik •Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin. •Distribusi :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi mendekati total cairan tubuh. •Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml. •Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal. •Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal. Efek samping •Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut. •Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat. •Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali. •Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi. Indikasi •infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral. •Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosi Sediaan dan dosis •Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg 29 Bahan Ajar Mata Kuliah •Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis. Ketokonazol. Mekanisme kerja •Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran. Farmakokinetik •Absorbsi : diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid. •Distribusi : ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui. •Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif. Efek samping •Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B. •Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai •ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia. Indikasi •Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak. Kehamilan dan laktasi Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut. Itrakonazol Mekanisme kerja •Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran Farmakokinetik •Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml. •Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian). 30 Bahan Ajar Mata Kuliah Sediaan dan dosis •Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg. •Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu •Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari. •Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari. •Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari. Efek samping •Kemerahan, •pruritus, •lesu, •pusing, •edema, •parestesia •10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikan Indikasi •Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor. Flukonazol Farmakokinetik •Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung. •Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg. •Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal. Sediaan dan dosis •Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg. •Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari. •Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg. Efek samping •Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak •Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson. Indikasi •Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS. Kalium Iodida •Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis 31 Bahan Ajar Mata Kuliah Efek samping •mual •rinitis •salivasi •lakrimasi •rasa terbakar pada mulut dan tenggorok •iritasi pada mata •sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu DOSIS •Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml). •Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml. •Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi Anti jamur untuk infeksi topikal •Griseofulvin •Imidazol dan Triazol •Tolnaftat •Nistatin Griseofulvin •Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis Mekanisme Kerja •Griseofulvin à kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur. •Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat. Farmakokinetik •Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak •Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam. •Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6metilgriseofulvin. •Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari. Efek samping •Leukopenia dan granulositopenia à menghilang bila terapi dilanjutkan. •Sakit kepala àkeluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan. 32 Bahan Ajar Mata Kuliah •artralgia, neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan flatulensi. •Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili. Indikasi •Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton. Sediaan dan dosis •Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi mengandung 125 mg/ml. •Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari •Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal. •Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam Kontaindikasi •Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati IMIDAZOL DAN TRIAZOL •Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Yang termasuk kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol. MIKONAZOL •Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik maupun jamur dermatofit. Mekanisme Kerja •Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membran sel jamur meningkat Farmakokinetik •Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik.. •Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian. •Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula. •Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif 33 Bahan Ajar Mata Kuliah Indikasi •Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan. Efek samping •Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi. Sediaan dan dosis •Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan 2 kali sehari selama 2-4 minggu. Indikasi •Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mendapatkan retensi selama 7 hari. •Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral. 4. obat diuretika 6. obat antibiotika Pengertian Antibiotik adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sesuatu mikroba terutama fungi / jamur yang berkhasiat dapat menghambat atau membasmi mikroba, khususnya adalah mikroba yang dapat menyebabkan antibiotik. Mikroba penyakit infeksi dapat berupa bakteri, fungi / jamur atau pun dalam hal ini virus. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pemberian antibiotik ini. Berikut adalah tips pemberian obat antibiotik yang perlu kita ketahui dan juga sekitar pengobatan antibiotika yaitu : 1.Menggunakan pengobatan antibiotika atas resep dokter dan juga atas petunjuk dokter atau medis. 2.Dosis yang tertera dan juga aturan pakainya harus diikuti dengan taat sesuai dengan petunjuk dokter ataupun penjelasan apoteker di apotek tempat kita membeli obat antibiotik itu. 3.Pemberian antibiotik dan antibiotiknya sendiri harus diminum terus sampai habis meskipun gejala atau sakit yang diobati sudah sembuh. 4.Bentuk-bentuk sedian antibiotik seperti sediaan antibiotik yang berbentuk sirup ( biasanya untuk anak ) ada yang harus disimpan dalam suhu dingin ( di almari es, jangan di dalam frezernya ). 5.Jangan pernah gunakan antibiotika yang telah mengelami kadaluarsa atau yang sudah lama disimpan di rumah. 6.Bila memang ada sesuatu yang kurang jelas mengenai pemberian antibiotik ini, jangan segan untuk bertanya kepada dokter atau bisa juga bertanya kepada apoteker yang bertugas di apotik tempat kita membeli antibiotik tersebut. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotika, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten. Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri. Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain. 34 Bahan Ajar Mata Kuliah Maka kita juga sebagai pengguna antibiotika atau pun pernah meminum antibiotik dalam rangka kesembuhan kita akan penyakit yang diderita, maka kita harus berhati-hati akan efek negatif antibiotik dan efek samping obat antibiotika bila tidak benar-benar memperhatikan dosis dan juga cara pemberian obat itu sendiri. Jadi kita juga perlu menanyakan sesuatu yang kurang jelas di saat akan diberikan resep obat terlebih khusus obat golongan antibiotika ini. 7. obat anemia Memperlakukan anemia memerlukan memperlakukan kondisi hemoglobin rendah dan sel-sel darah merah dalam darah serta mendeteksi dan memperlakukan proses penyakit yang telah mengakibatkan anemia. Kecuali yang mendasari menyebabkan anemia, yang mungkin kehilangan darah yang terus-menerus, hemolisis anemias, besi kekurangan atau peningkatan permintaan negara-negara seperti kehamilan, dinilai dan dikelola, perawatan tetap tidak lengkap. Jenis pengobatan untuk anemia Pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia pasien memiliki. (1-6)Besi kekurangan anemia perawatan Hal ini biasanya melibatkan mengambil suplemen besi untuk menggantikan kurangnya asupan dari besi dalam diet atau kelebihan hilangnya besi. Suplemen umum ditentukan adalah besi sulfat. Diambil sebagai pil dua atau tiga kali sehari. Lisan besi persiapan datang dengan sejumlah efek samping yang mencakup mual, muntah, sakit perut, mulas, sembelit, diare, bangku hitam dan menghitam gigi, gusi dan lidah. Mengambil besi sulfat bersama dengan makanan atau tak lama setelah makan membantu untuk mengurangi efek samping. Alternatif lain adalah glukonat besi. Besi dapat digantikan oleh mengambil makanan yang kaya akan besi. Ini termasuk sayuran berdaun hijau gelap, dibentengi besi roti dan sereal, kacang, daging, kacang-kacangan, aprikot, plum, kismis, tanggal dll. Teh, kopi, kalsium, ditemukan di produk-produk susu seperti susu, antasid dll mengurangi penyerapan besi dari usus dan harus dihindari. Suplemen vitamin c membantu menyerap besi lebih baik. Pasien mengecek setelah dua sampai empat minggu untuk melihat apakah ada tanggapan. Pengobatan anemia kekurangan vitamin B12 35 Bahan Ajar Mata Kuliah Ini dapat diobati dengan suntikan vitamin B12. Vitamin adalah dalam bentuk suatu zat yang dikenal sebagai hydroxocobalamine. Suntikan diberikan pada alternatif hari selama dua minggu. Jika ada kurangnya diet vitamin, tablet mungkin diresepkan. Vitamin B12 dapat ditemukan dalam daging, susu, telur, salmon dll. Vegetarian atau vegan mungkin perlu suplemen sebagai tablet atau sereal berbenteng atau produk kedelai. Anemia karena kekurangan folat Untuk folat kekurangan anemia harian asam folat tablet yang diresepkan. Folat tablet biasanya diresepkan sepanjang dengan suplemen Vitamin B12. Hal ini karena folic acid perawatan kadang-kadang dapat meningkatkan gejala yang menutupi kekurangan vitamin B12 mendasari. Jika kekurangan vitamin B12 tidak dideteksi dan ditangani pada tahap ini mungkin ada kerusakan otak, saraf dan sumsum tulang belakang karena kekurangan vitamin B12. Folat ditemukan di brokoli, kubis hijau, wheatgerm, kacang-kacangan, kacangkacangan, sayuran berdaun hijau dll. Pengobatan untuk anemia parah Ketika anemia lebih parah, transfusi darah sering diperlukan. Pengobatan anemia sel sabit Pasien dengan anemia sel sabit memerlukan diet sehat, suplemen asam folat, vitamin d dan seng dan menghindari pemicu untuk krisis. Ini termasuk merokok, alkohol, kelelahan, dehidrasi, suhu dingin dan panas, konstriksi pakaian dll. Tidak ada obat untuk anemia sel sabit, tetapi frekuensi dan kualitasnya krisis dan komplikasi mereka dapat dikurangi. Mereka perlu menyelesaikan vaksinasi melawan flu, pneumococcus meningitis, Hepatitis B dan penyakit lainnya untuk mencegah infeksi. Anemia karena infeksi Anemia yang disebabkan oleh infeksi biasanya akan meningkatkan ketika infeksi diperlakukan. Hal ini terutama berlaku untuk bayi yang baru lahir dengan infeksi berat yang disebut sepsis. Pengobatan untuk diperbesar limpa 36 Bahan Ajar Mata Kuliah Dalam beberapa bentuk anemia hemolisis mungkin ada limpa diperbesar. Limpa mungkin pembedahan dihapus untuk mencegah sel dari sirkulasi atau menghancurkan terlalu cepat. Anemia dalam kehamilan Jika hemoglobin konsentrasi kurang dari 9,0 g per dL anemia dalam kehamilan didiagnosis. Anemia dikelola dengan oral dosis 60-120 mg per hari dari besi. Pasien dievaluasi setelah empat minggu terapi. Pengobatan anemia dan sumsum tulang Beberapa obat yang diresepkan untuk merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel lainnya. Ini sangat berguna dalam aplastic anemia dan leukemias. Transplantasi sumsum tulang juga dapat digunakan. Dalam prosedur ini, tulang sumsum sel-sel yang diambil dari donor yang cocok (biasanya dengan pertandingan genetik misalnya saudara kandung atau hubungan darah). Ini kemudian disuntikkan ke dalam vena. Ini kemudian perjalanan melalui aliran darah ke sumsum tulang dan menghasilkan sel darah baru. Pencegahan anemia Pencegahan anemia (4): •Bayi dan anak-anak prasekolah anemia dapat dicegah dengan mendorong eksklusif menyusui bayi (tanpa tambahan cairan, air, formula atau makanan) selama empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Selama penyapihan dari payudara padatan sumber tambahan dari besi (sekitar 1 mg per kilogram per hari dari besi) harus diperkenalkan dalam makanan. Jika bayi tidak payudara makan, hanya dibentengi besi rumus sebagai pengganti ASI dianjurkan. Dalam payudara makan bayi yang memiliki besi kekurangan diet 1 mg per kilogram per hari dari besi tetes yang direkomendasikan jika tidak dilengkapi makanan lain. Karena susu menghambat penyerapan zat besi dari usus, itu harus menyarankan bahwa anak-anak berusia satu sampai lima tahun membutuhkan tidak lebih dari 24 oz sapi susu, kambing, susu dan susu kedelai per hari. Makanan yang kaya vitamin C (misalnya, buah-buahan, sayuran dan jus) yang direkomendasikan luar enam bulan untuk meningkatkan penyerapan besi. •Untuk remaja gadis-gadis dan perempuan pencegahan besi kekurangan termasuk diet kaya besi sehat. Semua gadis-gadis remaja dan perempuan nonpregnant perlu diputar untuk anemia setiap lima sampai 10 tahun hingga menopause. •Dalam kehamilan dosis rendah lisan (30 mg per hari) suplemen besi dahulu pralahir kunjungan mungkin mulai untuk mencegah anemia. Wanita hamil 37 Bahan Ajar Mata Kuliah dianjurkan untuk makan makanan kaya besi dan makanan yang meningkatkan penyerapan besi 8.obat pre eklamsia dan eklamsia 9. obat anti piretika Paracetamol/acetaminophen Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. Ibuprofen Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Asam mefenamat Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Tramadol Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari. Benorylate Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye. Fentanyl Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan. Naproxen Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh. Obat lainnya Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron, Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil. 38 Bahan Ajar Mata Kuliah Untuk pemilihan golongan obat analgesik dan antipiretik yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. Di medicastore anda dapat mencari informasi obat seperti : kegunaan atau indikasi obat, generik atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal apa yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda pilih hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat sesuai dengan kebutuhan anda LATIHAN Soal Uraian : 1. Jelaskan konsep dan pemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan! 2. Ambilkan jenis obat untuk uterotonika! 3. Ambilkan jenis obat untuk anemia! 4. Ambilkan jenis obat untuk anti perdarahan! Tugas : 1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal) 2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di lapangan) 3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar) BAB III A. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1. Kompetensi Dasar Melakukan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. Indikator 3. Melakukan tindakantindakan untuk pengobatan dan pemberian cairan dalam asuhan kebidanan B. Deskripsi Singkat 39 Bahan Ajar Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan tindakan-tindakan untuk pengobatan dan pemberian cairan dalam asuhan kebidanan. URAIAN MATERI TEKNIK PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN A. Pemberian Obat Melalui Oral Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. 1. Alat dan Bahan: a. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat. b. Obat dan tempatnya. c. Air minum dalam tempatnya. 2. Prosedur Kerja: a. Cuci tangan. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. c. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat tempat. d. Bantu untuk meminumkannya dengan cara: Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian. e. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. f. Cuci tangan. B. Pemberian Obat Melalui Parenteral 1. Persiapan alat : a. Kapas alkohol b. Disposable syringe yang sesuai (1 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc) c. Sarung tangan karet (handscoon disposable) 2. Macam pemberian obat parenteral : • Injeksi Intramuscular : Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam otot dengan jarum suntik. Cairan yang digunakan biasanya dalam jumlah kecil, antara 0,5-10 cc. Obat yang sering diinjeksikan cara im : metoclopramide, codein, suntikan KB, macam2 vaksin. 40 Bahan Ajar Mata Kuliah a. Lokasi untuk penyuntikan IM : Daerah glutea : penderita dipersilahkan berbaring, Daerah deltoid : penderita boleh berdiri atau duduk, Daerah paha : penderita boleh berbaring atau duduk. b. Prosedur im : 1) Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol 2) Pegang daerah kulit dan otot yang akan disuntik kemudian tusukkan jarum suntik dalam posisi 90⁰ atau tegak lurus, tindakannya harus tepat dan cepat 3) Setelah jarum sepenuhnya masuk, lepaskan pegangan tangan anda 4) Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah jarum syringe yang ditusukkan masuk ke pembuluh darah atau tidak. Jika tampak darah, jarum segera dicabut dan daerah bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol. Lalu lakukan injeksi di lokasi lain dengan menggunakan jarum baru. • Injeksi Intra Cutan (IC) : Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke lapisan di antara kulit dengan jarum suntik. Cairan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah yang sangat kecil 0,1-0,5 cc. Obat yang sering diberikan dengan cara injeksi intradermal adalah kostrikosteroid dan tes mantoux. a. Prosedur : 1) Bersihkan daerah penyuntikkan dengan kapas alkohol 2) Regangkan daerah kulit yang akan disuntik, lalu tusukkan ujung jarum suntik dalam posisi 10⁰ , posisi lubang jarum mengarah ke permukaan atas. 3) Lalu posisi jarum disejajarkan kulit sampai jarum menembus lapisan antara stratum corneum. Panjang jarum yang masuk tidak perlu seluruhnya ditusukkan tapi disesuaikan dengan kebutuhan. 4) Jika sudah yakin bahwa jarum sudah berada di antara lapisan kulit, larutan dalam syringe boleh diinjeksikan. 5) Jika posisi injeksi sudah benar, maka permukaan kulit akan tampak menggembung, seperti tanda fluktuasi. 6) Setelah semua larutan diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan kulit daerah bekas tusukan dihapus dengan menggunakan kapas alkohol. • Injeksi Sub Cutan (sc) : Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke bawah kulit dengan jarum suntik. Cairan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah kecil. a. Lokasi penyuntikan : di paha bawah bagian depan dan di perut, bagian bawah umbilicus b. Prosedur : 1) Bersihkan kulit tempat akan dilakukan penyuntikan dengan kapas alkohol 2) Pegang daerah kulit yang akan disuntik, kemudian tusuk ujung jarum suntik dalam posisi miring 45⁰ 3) Jika jarum sudah masuk semuanya, lepaskan pegangan tangan anda 4) Jika yakin bahwa jarum sudah masuk di ruang subcutaneus, larutan dalam syringe boleh diinjeksikan 5) Setelah larutan semuanya sudah diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan kulit daerah bekas tusukam ditekan denganmenggunakan kapas alkohol. • Injeksi Intra Vena (IV) : 41 Bahan Ajar Mata Kuliah Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam sistem peredaran darah melalui vena dengan jarum suntik. Efek zat akan sangat cepat menyebar ke seluruh bagian tubuh penderita, karena langsung masuk ke pembuluh darah. a. Risiko injeksi iv : 1) Infeksi : terutama oleh Staphylococcus aureus dan Candida albicans 2) Phlebitis : iritasi vena bukan karena infeksi bakterial 3) Infiltrasi : zat yang disuntikkan masuk ke jaringan sekitar. 4) Embolism : gumpalan darah, massa padat atau udara menyumbat pembuluh darah, terutama pada pemberian central iv. Udara sebanyak 30 ml dapat mengancam sirkulasi darah. Jika sekaligus banyak, maka dapat merusak sirkulasi pulmonal dan mengancam jiwa. Udara yang sangat besar (3-8 ml/kgBB) dapat menghentikan jantung. b. Lokasi penyuntikan : (penderita boleh duduk atau berbaring) Vena mediana cubiti, Vena basilica, Vena antebrachial medianus, Vena cephalica c. Prosedur penyuntikan : 1) Palpasi daerah lengan atau fossa cubiti untuk menetukan lokasi dan memilih vena. 2) Pasang manset tourniquet sekeliking lengan atas. 3) Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol. 4) Lokasi penyuntikan ditahan dengan ibu jari penyuntik, kemudian mulai tusukkan jarum suntik syringe secara hati-hati. 5) Tusukkan jarum syringe secara miring sambil menyususr vena yang akan ditusuk. 6) Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah jarum syringe yang kita tusukkan sudah benar masuk ke pembuluh vena atau belum. Jika tampak darah, berarti jarum sudah menembus vena. Jika masih belum tampak darah, susuri sampai berhasil. 7) Jika sudah tampak darah, lepaskan tourniquet lalu injeksikan cairan dalam syringe dengan cara menekan pendorong syringe secara perlahan. 8) Setelah cairan dalam syringe sudah habis, cabut jarum perlahan kemudian kulit bekas tusukan tekan dengan hati-hati dengan kapas alkohol, kemudian boleh ditutup dengan plester. Injeksi IV ada 2, yaitu : sentral dan perifer. IV perifer dibagi menjadi 2 lagi, yaitu IV kontinu (infus) dan IV intermitten. Pemberian IV kontinue Dimaksudkan untuk memberikan cairan/zat dalam jumlah cukup banyak dan dalam waktu yang cukup panjang, langsung ke dalam sistem peredaran darah melalui vena. Prinsipnya sama dengan IV intermitten, tapi ada beberapa perbedaan : pasien harus berbaring dan jarum khusus untuk pemberian infus atau transfusi berupa abbocath. C. Pemberian Obat Melalui Sublingual Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada 42 Bahan Ajar Mata Kuliah pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit D. Pemberian Obat Melalui Inhalasi 1. Pengertian Inhalasi oksigen adalah suatu tindakan memasukan zat asam kedalam paruparu pasein melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. 2. Tujuan a. Memenuhi kekurangan zat asam b. Membantu kelancaran metabolisme c. Sebagai tindakan pengobatan d. Mencegah hipoxia (misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerta tambang) 3. Indikasi a. Dengan anoxia, hypoxia b. Dengan kelupuhan alat-alat pernafasan c. Selama dilakukan tindakan narkose umum d. Yang mendapatkan trauma paru-paru dada. e. Dalam keadaan gawat (koma dll) 4. Persiapan a. Tabung oksigen lengkap dengan monometer b. Pengikur aliran (flow meter) c. Botol pelembab (humidifier) yang sudah diisi dengan air matang atau aquades sampai pada batas untuk melembabkan udara. d. Slang zat asam e. Kodok zat asam atau kanula hidung ganda (binasal kanual) atau pipa, endotracheal, atau tanda oksigen. f. Alat resuistasi lengkap, bila mungkin disediakan g. Pasien diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan (bila sadar) 5. Pelaksanaan a. Pemberian oksigen yang sederhana dengan menggunakan kedok zat asam atau kanula hidung ganda. Bila mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasang atau ditutupkan pada mulut dan hidung, tali kedok diikatkan dibelakang kepala. Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula dimasukan kedalam kedua lubang hidung, dan tali diikatkan dibelakang kepala. b. Isi tabung diperiksa dan dicoba c. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula hidung ganda d. Flow meter ddibuka dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2L3L/menit) e. Pasien ditanya apakah berkurang sesaknya. f. Pemberian oksigen dapat dilakukan terus menerus, intermiten atau dihentikan sesuai dengan program pengobatan g. Apabila pemerian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau kanula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup. h. Pasien dirapihkan kembali i. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula. 43 Bahan Ajar Mata Kuliah E. Pemberian Obat Melalui Vagina 1. Definisi Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. 2. Alat dan bahan a. Obat dalam tempatnya. b. Sarung tangan. c. Kain kasa. d. Kertas tisu. e. Kapas sublimat dalam tempatnya. f. Pengalas. g. Korentang dalam tempatnya. 3. Prosedur kerja a. Cuci tangan. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. c. Gunakan sarung tangan d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat. f. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert. g. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. h. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm. i. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu. j. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi. k. Cuci tangan. l. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian. 4. Pemberian obat – obatan / cairan tertentu melalui vagina dapat dilakukan dengan cara: a. Mengumbah (irigasi). b. Mengoleskan. c. Supposutorium. 5. Dilakukan pada: a. Pasien dengan vagina yang kotor. b. Persiapan tindakan pembedahan jalan lahir. c. Pasien dengan radang vagina. d. Post partum dengan lochea yang berbau. 6. Persiapan alat a. Irigator dengan selangnya. b. Kanula vagina steril dalam tempatnya. c. Sarung tangan. d. Standar infus, bila perlu. e. Obat cairan yang diperlukan, dalam tempatnya. f. Bengkok (nierbekken). g. Pispot. h. Alat bokong. i. Selimut. j. Kapas sublimat 44 Bahan Ajar Mata Kuliah k. Klem. l. Sampiran (schrem) 7. Persiapan pasien a. Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya b. Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu c. Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal d. Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja. F. Pemberian Obat Melalui Rektum Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal. 1. Alat dan Bahan: a. Obat suppositoria dalam tempatnya. b. Sarung tangan. c. Kain kasa. d. Vaselin/pelicin/pelumas. e. Kertas tisu. 2. Prosedur Kerja: a. Cuci tangan. b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. c. Gunakan sarung tangan. d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. e. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin. f. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak. g. setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu. h. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit. i. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok. j. Cuci tangan. k. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian. G. Pemberian obat melalui kulit Pengertian Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengetasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei. 45 Bahan Ajar Mata Kuliah Obat dapat diberikan pada kulit dengancara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan, dioleskan dan iontoforesisi (pemberian obat pada kulit dengan listrik). Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain meliputi : a. gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit b. bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih di tentukan oleh dokter) c. ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan tangan. steril d. Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus. e. Oleskan obat tipis- tipis kecuali ada petunjuk lain. f. Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator g. Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus Cara pemberian Kulit Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya. 2. Pinset anatomis. 3. Kain kasa. 4. Kertas tisu. 5. Balutan. 6. Pengelas. 7. Air sabun, air hangat. 8. Sarung tangan. Cara Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan. 46 Bahan Ajar Mata Kuliah 3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan. 4. Gunakan sarung tangan. 5. Bersihkan daerah akan diberikan obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis. 6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres. 7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati. 8. Cuci tangan. H. pemberian obat melalui mata Pengertian Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata. Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan harus dalam keadaan steril. Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lender dan jaringan manta yang lunak dan responsive terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah misalnya 2 %. Cara irigasi dan instilasi mata : 1. Pastikan tentang adanya order pengobatan 2. Siapakan peralatan Untuk irigasi : a. Tabung steril untuk tempat cairan b. Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240 cc dengan suhu 37 C. c. Alat irrigator mata atau spuit steril d. Bengkok steril e. Bola kapas steril f. Cairan normal salin steril (bila diperlukan) g. Perlak h. Sarung tangan steril Instilasi : a.Obat yang diperlukan 47 Bahan Ajar Mata Kuliah b.Kapas kering steril c.Kapas basah (normal saline) steril d.Kassa / penutup mata dan plester e.Sarung tangan steril 3. Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/ pengobeta yang akan diberikan. Bantu pasien untuk mengatur posisi duduk atau berbaring sambil memiringkan kepala kea rah mata yang sakit. Pasang kait penutup untuk melindungi pasien dan baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang sakit (pada pelaksanaan irigasi). 4. Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya wana merah, adanya kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek- kucek dan lainlain. 5. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan bola kapas yang telah dibasahi dengancairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus luar. 6. Masukkan cairan irigasi atau obat mata. 7. bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar 8. tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien 9. bereskan alat yang digunakan dan cacat tindakan anda dengan singkat dan jelas. I. Pemberian obat melalui epidural Suntikan Epidural Menjelang akhir persalinan tahap pertama dan saat persalinan tahap kedua, umumnya bantuan lebih lanjut untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman adalah anestesi atau pembiusan. Pembiusan yang populer di Indonesia adalah epidural atau painless labour. Pembiusan ini memblok rasa sakit di rahim, leher rahim, dan bagian atas vagina. Meskipun demikian, otot panggul tetap dapat melakukan gerakan rotasi kepala bayi untuk keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap sadar dan bisa mengejan ketika diperlukan meskipun dibius. Mekanisme kerja epidural sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang belakang yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf dibagi dua jenis, yaitu serabut urat saraf sensoris dan serabut urat saraf motoris. Serabut saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan dari otak ke bagian tubuh, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau berkontraksi. Pada pembiusan epidural, bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi. Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari 48 Bahan Ajar Mata Kuliah berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut. Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan. Selain itu, karena tidak merasakan sakit akibat suntikan epidural, mungkin ibu menjadi sulit untuk membantu kelahiran bayi dengan mengandalkan otot perutnya dan mendorong ketika terjadi kontraksi rahim. Hal ini menyebabkan persalinan tahap kedua lebih lama dibanding ibu yang tidak mendapat epidural. Ada kemungkinan, bayi dikeluarkan dengan bantuan forsep atau vacum. Dari penelitian yang dilakukan pada bayi baru lahir alami atau per vagina dengan ibu yang menggunakan metode ini, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai APGAR pertama dan kelima antara bayi studi dengan bayi kontrol. Selain itu, tidak didapatkan perbedaan kejadian bayi kuning dan lama perawatan di rumah sakit. Di negara barat, banyak ibu menggunakan metode epidural. Sepuluh persen dari mereka menyatakan metode ini tidak efektif dan rasa sakit tetap dialami. Sepuluh persen lainnya mengeluh epidural menimbulkan kejang dan dingin. Namun, 800/0 ibu merasakan manfaat metode ini. Kini, teknik epidural disempurnakan dengan dikembangkannya teknik blok epidural kontinu, yaitu teknik epidural yang dikendalikan pasien (patient controlled epidural analgesia) dan teknik kombinasi epidural spinal (combined spinal epidural analgesia). Di bawah ini keuntungan penggunaan epidural. • Delapan puluh persen ibu berhasil mengatasi rasa sakit. • Tidak mengacaukan pikiran. • Membantu dalam mengontrol tekanan darah tinggi. • Mengembalikan kemampuan ibu mengontrol persalinan sehingga mengembalikan rasa percaya diri. • Kini, epidural lebih canggih. Penggunaannya tidak memberi efek kebas pada kaki dan tangan. Berikut ini kerugian penggunaan epidural. • Mungkin, ibu merasa mati rasa hanya di sebagian tubuh. Sebagian kecil perut tidak mengalami efek pembiusan. • Ibu harus tetap di tempat tidur dan merasa sangat menggigil. • Mungkin, ibu membutuhkan infus di tangan karena epidural membuat tekanan darah beberapa wanita turun. Efeknya kurang baik bagi suplai oksigen ke bayi. Cara pencegahannya, tambah segera volume darah untuk membuat tekanan darah normal kembali. • Mungkin, kateter terpasang di kandung kemih ibu. Penggunaan epidural menyebabkan ibu tidak dapat memperkirakan waktu untuk buang air kecil sehingga ibu buang air kecil secara otomatis. 49 Bahan Ajar Mata Kuliah • Mungkin, ibu merasa tidak sepenuhnya sadar. Dengan terpasangnya tiga tabung di tubuhnya, ibu harus diberi tahu saatnya mengejan jika efek pembiusan belum hilang pada tahap melahirkan. • Epidural dapat memperpanjang waktu persalinan, khususnya fase mengejan dan melahirkan bayi. • Denyut jantung bayi harus dimonitor sepanjang waktu. • Ada kemungkinan penggunaan forsep atau vacum untuk membantu kelahiran bayi karena seringkali epidural membuat bayi tidak dapat bergerak ke posisi yang pas untuk dikeluarkan. • Pada saat jarum epidural dicabut dan tabungnya dilepas, kemungkinan ada kebocoran cairan rongga epidura. Cairan ini dapat bergesekan dengan serabut saraf tulang belakang. Padahal, pergesekan sedikit saja dapat menimbulkan sakit kepala berat. Hal ini dapat diatasi dengan mengambil sedikit darah dari tangan ibu. Biasanya, sehari setelah kelahiran bayi dan menyuntikkannya ke punggung untuk menutup lubang akibat jarum epidural. • Beberapa ibu mendapat masalah berkemih setelah menggunakan epidural. • Epidural tidak dapat digunakan pada persalinan di rumah. Dalam menggunakan epidural, perhatikan tip-tip di bawah ini. • Usahakan diam tidak bergerak saat ahli anestesi memasang epidural di punggung ibu. Posisi ibu dapat berbaring menyamping atau menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Konsentrasilah pada pernapasan. Tarik napas panjang melalui hidung, kemudian keluarkan perlahanlahan melalui mulut. Pegang tangan pendamping persalinan dan pertahankan kontak mata dengannya. • Diskusikan dengan dokter kemungkinan melepas epidural pada tahap mengejan. Jika ibu dapat merasakan kontraksi saat itu, ibu lebih efektif mengejan. Mobile epidural Mobile epidural adalah epidural dalam dosis lebih sedikit dan diberikan dalam teknik baru sehingga meskipun dapat menghilangkan rasa sakit, tetapi ibu tetap dapat merasakan sensasi kakinya karena kaki tidak ikut kebal. Cara penggunaannya persis epidural biasa. Sebuah tabung dipasangkan melalui jarum yang ditusukkan di bagian bawah punggung. Obat anestesi yang dicampur obat pereda sakit, seperti pethidin atau fentanyl dimasukkan ke dalam tubuh melalui selang kecil. Cara kerjanya juga mirip epidural biasa, hanya ibu tidak merasa kebal di kaki. Mobile epidural juga diberikan sepanjang tahap persalinan pertama saat ibu tidak sanggup menahan sakit akibat kontraksi atau di awal persalinan jika ibu sama sekali tidak mau merasakan sakit kontraksi. Keuntungannya, ini merupakan cara sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan selama penggunaannya ibu tetap dapat bergerak. Kerugiannya, kualitas bergerak masih dibatasi. Mungkin, ibu hanya dapat bergerak dari tempat tidur ke kursi atau berjalan dengan bantuan. Kerugian lain, epidural ini sama dengan penggunaan epidural biasa. J. Pemberian obat melalui zid bath Pengertian Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin yang bertuuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi. Persiapan dan Cara Kerja Alat dan Bahan: 50 Bahan Ajar Mata Kuliah 1. Termometer. 2. Air dingin. 3. Kain/ kantong pelindung. 4. Kantong es atau sejenisnya. Cara kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Ukur suhu tubuh. 4. Asupan air dingin pada kantong es atau bila menggunakan kain asupan kain pada air dingin lalu diperas. 5. Letakkan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti pada daerah axila, pada daerah yang sakit. 6. Catat perubahan yang terjadi selama tindakan. 7. Cuci tangan. Manajemen nyeri Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilakukan oleh bidan, diantaranya: 1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan. a. Ketidakpercayaan Pengakuan bidan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa bidan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya. b. Kesalahpahaman Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya. 51 Bahan Ajar Mata Kuliah c. Ketakutan Memberikan informasi yang tepat dapat membantu mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri. d. Kelelahan Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup. e. Kebosanan Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengelihan perhaian yang bersifat terapetik. Beberapa teknik pengalihan pehatian adalah bernapas pelan dan berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan sebagainya. 2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik, seperti: Teknik Latihan Pengalihan a. Menonton televisi. b. Berbincang-bincang dengan orang lain. c. Mendengarkan musik. Teknik Relaksasi Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks. Stimulasi Kulit a. Menggosok dengan halus pada daerah nyeri. b. Menggosok punggung. c. Menggunakan air hangat dan dingin. d. Memijat dengan air mengalir. 3. Pemberian obat analgesik Pemberian obat analgesikdilakukan guna menggangu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal 52 Bahan Ajar Mata Kuliah terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen dan bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer keungkinan menghambat sintesis prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15 menit sampai 20 menit dan memuncak 1-2 menit. Aspirin juga menghambat agrgasitrombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protrombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti aspirin akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar protrombin dan jenis nonsteroid anti inflamantry drug (NSAID) juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendahdapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac dan lain-lain. 4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Benuk stimulator metode stimulus listrik meliputi: a. Transcutaneus electrial stimulator (TENS), yang digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode di luar. b. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator sum-sum tulang belakang dan yang diimplan di bawah kulit dengan transistor timah penerimaan yang dimaksudkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna vetebrae. c. Stimulator columna vetebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima abdomen yakni lektroda yang ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum-sum tulang belakang. LATIHAN Soal Uraian : 1. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (intramuskuler dan intracutan)! 2. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (IV dan SC)! 3. Jelaskan konsep memberikan obat melalui oral, mata dan rektum! 53 Bahan Ajar Mata Kuliah Tugas : 1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal) 2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di lapangan) 3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar) BAB IV C. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1. Kompetensi Dasar Melakukan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. Indikator 4. Melakukan perawatan luka dalam praktik kebidanan 54 Bahan Ajar Mata Kuliah D. Deskripsi Singkat Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan perawatan luka dalam praktik kebidanan. URAIAN MATERI PERAWATAN LUKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN A. Perawatan Luka 1. Pengertian Luka adalah suatu keadaan terputusnya continueitas jarungan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas seharihari. 2. Jenis Luka a) Berdasarkan sifat kejadian 1) Luka sengaja Misalnya pada luka terkena radiasi atau bedah 2) Luka tidak disengaja Luka terkena trauma, di bagi menjadi: Luka Tertutup : luka tertutup jika tidak ada robekan Luka terbuka : luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan seperti luka abrasi ( luka akibat gesekan), luka puncture( luka akibat tusukan) dan hautration (luka akibat alat- alat perawatan luka) b) Berdasarkan penyebab 1) Luka Mekanik Vulnus Scissum , luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka kelihatan rapi. Vulnus Contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul. Vulnus Laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam. Vulnus Puncture, luka tusuk yang kecil di bagian luar (di bagian mulut lukanya), tetapi besar di dalam luka. Vulnus Sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru. Vulnus Morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka. Vulnus Abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh darah. 2) Luka Non Mekanik Luka akibat zat kimia, termik, radiasi dan serangan listrik. 3. Fisiologi Penyembuhan Luka Penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh ada 4 fase penyembuhan luka: a. Hemostatis 55 Bahan Ajar Mata Kuliah Fase vascular ini terjadi segera setelah terdapat kerusakan jaringan. Terjadi vasokonstriksi untuk meminimalkan perdarahan dan membantu terjadinya proses koagulasi. Terbentuknya bekuan fibrin yang menutupi luka sementara waktu. Sementara terjadi pembentukan pembekuan, darah atau cairan serosa keluar dari luka yang merupakan upaya tubuh untuk menghasilkan luka secara alami. b. Inflamasi Terjadi dilatasi pembuluh arah disekitar luka, menimbulkan eritema local, edema, panas, rasa tidak nyaman, rasa berdenyut- denyut dan terkadang gangguan fungsional. Pada luka yang bersih fase ini berlangsung selama 36 jam, tetapi dapat lebih lama bila terjadi infeksi atau nekrosis. c. Proliferasi Pada fase ini terjadi pertumbuhan jaringan baru melalui tiga proses 1) Granulasi Kapiler di sekitar pembuluh darah tumbuh ke dasar luka. Pada waktu yang sama, fibroblast memproduksi jaringan kolagen yang akan meningkatkan kekuatan dan integritas struktur jaringan luka. Jaringan granulasi yang sehat berwarna merah terang, halus bercahaya dan dasarnya tampak mengerut dan tidak mudah berdarah. 2) Kontraksi Luka Setelah luka terisi jaringan ikat , fibroblast terkumpul di sekitar luka dan berkontraksi, merapatkan kedua tepi luka. Terbentuk jaringan parut epitel fibrosa yang lebih kuat pada saat fibroblast dan serat kolagen mulai menyusut, menimbulkan kontraksi pada area tersebut dan obliterasi sebagian kapiler. 3) Epitelisasi Sel epitel baru tumbuh di atas permukaan luka untuk membentuk lapisan luar yang baru, yang dapat dikenali dengan warnanya putih bersemu merah dan semi trasparan. d. Maturasi Setelah epitelisasi selesai, jaringan baru mengalami remodeling untuk meningkatkan kekuatan regangan jaringan parut. Fase ini dapat berlangsung sampai 2 tahun. 4. Factor- factor yang mempengaruhi penyembuhan luka a. Vaskularisasi Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah darah yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel. b. Status Nutrisi Diperlukan asupan protein, Vitamin A dan C, tembaga, zikum dan zat besi yang adekuat. Protein mensuplai asam amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan regenerasi. Vit A dan zikum untuk epitelisasi, dan Vit c serta zikum untuk sintesis kolagen dan integritas kapiler. Zat besi diperlukan untuk sintesis hemoglobin yang bersama oksigen diperlukan untuk menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh. c. Merokok Mempengaruhi ambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan, sehingga memperburuk perfusi jaringan. d. Penambahan Usia Adanya gangguan sirkulasi dan koagulopati , respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas fibroblas e. Obesitas 56 Bahan Ajar Mata Kuliah Jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat, mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi. f. Diabetes Mellitus Gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan. Selain itu hiperglikemia dapat menghambat fagositosis dan mencetuskan terjadinya infeksi jamur dan ragi. g. Obat- obatan Obat inflamasi menekan sintesis protein, inflamasi, kontraksi luka dan epitelisasi. h. Infeksi Infeeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrose yang menghambat penyembuhan luka. 5. Tujuan Perawatan Luka a. Melindungi luka dari trauma mekanik b. Mengimobilisasi luka c. Mengabsorbsi drainase d. Mencegah kontaminasi dan kotoran- kotoran tubuh e. Membantu hemostasis f. Menghambat atau membunuh mikroorganisme g. Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka h. Mencegah perdarahan i. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis 6. Indikasi Perawatan Luka a. Balutan kotor dna basah akibat eksternal b. Ada rembesan eksudat c. Ingin mengkaji keadaan luka d. Dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridement jaringan nekrotik Merawat luka terdiri dari: a. Mengganti balutan luka kering b. Mengganti balutan basah kering c. Irigasi luka d. Perawatan dekubitus Mengangkat Jaitan 1. Pengertian Suatu tindakan melepas jaitan yang biasanya dilakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi) 2. Tujuan a. Mempercepat proses penyembuhan luka b. Mencegah terjadiya infeksi adanya korpus alenium 3. Persiapan Alat a. Set angkat jaitan steril berisi pinset cirurgis 2, anatomis 1, gunting heating up, lidi waton, kasa dalam bak instrument steril b. Bengkok berisi lisol 2-3% 57 Bahan Ajar Mata Kuliah c. Kapas balut d. Korentang e. Gunting plester f. Plester g. Bensin h. Alkohol 70% i. Betadin 10% j. Kantong balutan kotor/ bengkok kosong 4. Prosedur Pelaksanaan a. Memberitahu dan menjelaskan pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan b. Mendekatkan alat ke dekat pasien c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan sehingga luka mudah dirawat d. Mencuci tangan e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau f. Membuka set angkat jahit secara steril g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan dimasukkan ke dalam kantong balutan kotor h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alcohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan betadin solution 10% j. Melepaskan jahitan satu per satu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset cirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan betadin solution 10% l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan diplester m. Merapikan pasien n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya o. Mencuci tangan p. Mendoumentasikan tindakan yang dilakukan 58 Bahan Ajar Mata Kuliah LATIHAN Soal Uraian : 1. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan menjahit luka! 2. Demonstrasikan cara perawatan luka jaitan luka di perineum! 3. Jelaskan konsep dan prosedur mengganti balutan! 4. Demonstraikan cara mengganti balutan pada pasien dengan pasca operasi SC! 5. Jelaskan konsep dan prosedur mengangkat jahitan! Tugas : 1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal) 2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di lapangan) 3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar) BAB V A. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1. Kompetensi Dasar Melakukan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. Indikator 5. Melakukan resusitasi B. Deskripsi Singkat untuk Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik 59 Bahan Ajar Mata Kuliah kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok resusitasi. URAIAN MATERI RESUSITASI JANTUNG PARU A. PENGERTIAN Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR. Prosedur kedaruratan dasar untuk hidup terdiri dari pernafasan dan masase jantung eksternal manual B. TUJUAN 1. Memperbaiki jalan nafas 2. Memperbaiki pernafasan 3. Memperbaiki sirkulasi C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. PERSIAPAN ALAT Jalan nafas oral bila langsung tersedia Unit tas pernafasan manual (AMBU) bila langsung tersedia Masker jantung RJP, bila ada Papan kompresi dada, bila ada Kartu resusitasi, bila ada Pelindung wajah, bila ada D. PELAKSANAN TINDAKAN 1. Tentukan apakah individu tidak sadar dengan menggoncang tubuhnya atau berteriak : “Anda baik- baik saja” 2. Tentukan adanya pernafasan dan nadi karotis 3. Minta bantuan, cari bantuan dari orang yang lewat, minta perawat tambahan. Tujuan perawatan : memperbaiki jalan nafas, pernafasan, sirkulasi 4. Baringkan korban pada permukaan yang keras seperti lantai, tanah atau papan 5. Tempatkan diri anda pada posisi yang benar dan nyaman : Penolong 2 orang : satu orang menghadap korban, berlutut sejajar pada kepala korban. 60 Bahan Ajar Mata Kuliah Orang kedua pindah ke sisi yang berlawanan dan menhadap korban, berlutut sejajar pada sternum korban 6. Memulihkan jalan nafas terbuka : a. Dongakan dahi – angkat dagu (lihat gambar) : tinggikan dagu dengan satu tangan dan berikan tekanan ke bawah pada dahi sampai gigi hampir bersentuhan tetapi mulut masih terbuka b. Manuver rahang (lihat gambar) dapat digunakan oleh professional kesehatan tetapi tidak dianjurkan untuk masyarakat umum. Raih sudut rahang bawah korban dan angkat dengan kedua tangan, memindahkan mandibula ke depan sambil mengangkat kepala ke belakang 7. Bila tersedia, pasang jalan nafas oral 8. Berikan pernafasan buatan : a. Mouth-to-mouth · Dewasa : pencet hidung korban dan tutup mulut korban dengan mulut perawat · Tiupkan 2 nafas penuh ke dalam mulut korban (tiap nafas harus berlangsung 1,5 sampai 2.0 detik : biarakan korban menghembuskan nafas antara pernafasan. Lanjutkan berikan 10 sampai 12 nafas per menit b. AMBU Untuk dewasa dan anak- anak : untuk kantung resusitasi AMBU gunakan ukuran masker yang tepat dan pasang di bawah dagu, ke atas dagu, menutupi mulut dan hidung korban (lihat gambar) 9. Observasi naik dan turunnya dinding dada pada setiap pernafasan, bila paruparu tidak mengembang reposisi kepala dan leher untuk melihat obstruksi jalan naas, peiksa guna mencari sumbangan jalan nafas yang dapat terlihat, seperti muntahan 10. Hisap secret bila perlu atau putar kepala koban ke satu sisi 11. Kaji ulang terhadap terabanya nadi karotis (dewasa) 12. Bila nadi tak teraba, lakukan kompresi dada : a. Tentukan posisi tngan yang benar : tempatkan tangan 1- 2 cm di atas processus xipodeus. Pertahankan tangan sejajar dada dan jari di atas dada. Jari- jari saling mengunci. Luruskan lengan dan kunci siku- siku. Pertahankan lengan lurus dan bahu tepat di atas sternum korban b. Tekan sternum sampai kedalaman yang sesuai dari bahu. Jangan mengguncang, namun pindahkan berat badan secara vertical dan kemudian melepaskan 4- 5 cm (lihat gambar) c. Pertahankan ketepatan frekuensi kompresi : 80/menit (hitungan satu 1000, dua 1000) d. Lanjutkan ventilasi mouth to mouth atau AMBU : 5 detik (12/menit) 13. Palpasi nadi karotis pada tiap kompresi dada eksternal selama menit pertama penuh. Bila nadi karotis tidak teraba, kompresi tidak cukup kuat atau posisi tangan tidak tepat 14. Lanjutkan RJP sampai teratasi atau sampai korban teraba kembali nadinya dan bernafas spontan A. Resusitasi DILAKUKAN pada : 1.Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik” 2.Serangan Adams-Stokes 3.Hipoksia akut 4.Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan 5.Sengatan listrik 61 Bahan Ajar Mata Kuliah 6.Refleks vagal 7.Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang untuk hidup. B. Resusitasi TIDAK DILAKUKAN pada : 1.Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat. 2.Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi. 3.Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP. Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian tahapan BHD sangat penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi, pembukaan jalan nafas, nafas buatan dan kompresi dada luar) dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat, setiap langkah ABC RJP dimulai dengan : penentuan tidak ada respons, tidak ada nafas dan tidak ada nadi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam resusitasi jantung paru adalah sebagai berikut : 1. Airway (jalan nafas) Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas. Caranya ialah segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh mungkin, posisi terlentang kadang-kadang sudah cukup menolong karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini. Bila tindakan ini tidak menolong,maka rahang bawah ditarik ke depan.Caranya ialah : 1.Tarik mandibula ke depan dengan ibu jari sambil, 2.Mendorong kepala ke belakang dan kemudian, 3.Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut atau hidung. 4.Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong berada pada bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau bernafas spontan, penolong harus pindah ke samping korban untuk segera melakukan pernafasan buatan mulut ke mulut atau mulut ke hidung. 2. Breathing ( Pernafasan ) Dalam melakukan pernafasan mulut ke mulut penolong menggunakan satu tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakang, tangan yang lain menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil diperhatikan gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik selama pernafasan masih belum adekuat. Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu perhatikan : 1.Gerakan dada waktu membesar dan mengecil 2.Merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang 3.Dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi. 4.Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu paru korban mengecil sampai batas habis. 62 Bahan Ajar Mata Kuliah 3. Circulation ( Sirkulasi Buatan ) Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti jantung (cardiac arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba, pada seseorang yang tadinya tidak apa-apa; merupakan keadaan darurat yang paling gawat. Sebab-sebab henti jantung : Afiksi dan hipoksi Serangan jantung Syok listrik Obat-obatan Reaksi sensitifitas Kateterisasi jantung Anestesi. Untuk mencegah mati biologi (serebral death), pertolongan harus diberikan dalam 3 atau 4 menit setelah hilangnya sirkulasi. Bila terjadi henti jantung yang tidak terduga, maka langkah-langkah ABC dari tunjangan hidup dasar harus segera dilakukan, termasuk pernafasan dan sirkulasi buatan. Henti jantung diketahui dari : 1.Hilangnya denyut nadi pada arteri besar 2.Korban tidak sadar 3.Korban tampak seperti mati 4.Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap. Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup paru korban 3-5 kali lalu raba denyut arteri carotis. Perabaan arteri carotis lebih dianjurkan karena : Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan pernafasan buatan Daerah leher biasanya terbuka, tidak perlu melepas pakaian korban Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun daerah perifer lainnya tidak teraba lagi. Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila denyut nadi hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai dengan pernafasan buatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC pada RJP tersebut adalah sebagai berikut : 1.RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun 2.Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah stabil 3.Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat robeknya hati 4.Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban 5.Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak terputus 6.Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP. 63 Bahan Ajar Mata Kuliah ABC pada RJP dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung dapat memberi kemungkinan beberapa hasil : Korban menjadi sadar kembali Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan RJP yang terlambat diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi tidak betul pelaksanaannya. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan. Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu bantuan hidup lanjut (BHL). Pengajaran resusitasi jantung paru (RJP) dibagi dalam 3 fase, yaitu : 1.Bantuan Hidup Dasar (BDH). 2.Bantuan Hidup Lanjut (BHL). 3.Bantuan Hidup Jangka Lama. Dan dalam 9 langkah dengan menggunakan huruf abjad dari A sampai I. Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari : (A) Airway Control : penguasaan jalan nafas. (B) Breathing Support : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat. (C) Circulation Support : pengenalan tidak adanya denyut nadi dan pengadaan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung, penghentian perdarahan dan posisi untuk syok. Fase II : untuk memulai sirkulasi spontan terdiri dari : (D) Drugs and Fluid Intravenous Infusion : pemberian obat dan cairan tanpa menunggu hasil EKG. (E) Electrocardioscopy (Cardiography). (F) Fibrillation Treatment : biasanya dengan syok listrik (defibrilasi). Fase III : untuk pengelolaan intensif pasca resusitasi, terdiri dari : (G) Gauging : menetukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai sejauh mana pasien dapat diselamatkan. (H) Human Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang baru dan (I) Intensive Care : resusitasi jangka panjang. LATIHAN Soal Uraian : 1. Jelaskan konsep dan prosedur resusitasi! 2. Demonstrasikan Resusitasi Jantung Paru! Tugas : 1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal) 2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di lapangan) 3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar) 64 Bahan Ajar Mata Kuliah BAB VI A. Kompetensi Dasar dan Indikator No. 1. Kompetensi Dasar Melakukan keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan. Indikator 6. Melakukan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan B. Deskripsi Singkat untuk Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik 65 Bahan Ajar Mata Kuliah kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan. URAIAN MATERI PERSIAPAN PRE-OPERASI UNTUK PENDERITA 1. 2. 3. 4. 5. a. b. 6. 7. 8. 9. Keperawatan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan pembedahan di ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan post operasi. Persiapan pre operasi yang perlu dilakukan oleh petugas untuk penderita antara lain : Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan operasi dan memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada mereka dalam menghadapi keadaan ini. Diterangkan pula bahwa operasi untuk operasi ini diperlukan izin / persetujuan dari penderita dan keluarganya. Melakukan pengosongan kandung kencing. Pada operasi perabdominan di pasang kateter menetap. Mengosongkan isi rectum. Pada placenta previa tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan perdarahan. Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya pencukuran dilakukan langsung sebelum pembedahan. Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna dan rambut daerah dinding perut pada operasi perabdominam. Melakukan suci hama daerah operasi : Daerah genetalia eksterna dan vagina dengan memakai larutan asam pikrin, larutan betadine, larutan savlon dan sebagainya. Daerah dinding perut dengan larutan betadine, larutan iodium atau larutan savlonlalu dicuci lagi dengan latutan alcohol. Jangan lupa bahwa penderita akan NPO sekitar 8 jam sebelum pembedahan. Pemberian obat obatan selama itu harus diberikan secara IV atau IM. Antibiotika harus diberikan sebelum pembedahan bilamana itu digunakan sebagai profilaksis melawan peradangan. Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum pembedahan pada beberapa penderita, misalya glukosa darah pada penderita diabetes. Darah harus dicocokan dengan penderita bilamana akan dilakukan transfuse. Komponen darah(misal trombosit) harus disiapkan terlebih dahulu. Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam dan minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan. 66 Bahan Ajar Mata Kuliah 10. Pemberian cairan intravena sebelum pembedahan tidak diperlukan pada berbagai kasus, tetapi pada penderita lanjut usia atau pada penderita yang lemah. Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat meningkatkan adaptasi klien pasca operasi di antaranya : 1. Latihan nafas panjang Sesudah operasi, pasien ada kemungkinan susah untuk bernafas daripada biasanya, oleh karena sakit dan perlu istirahat / ketenangan. Dahak susah dikeluarkan, karena dipengaruhi oleh efek anastesi. Oleh karena itu pasien yang sudah dioperasi menjadi radang paru-paru. Sehingga perlu latihan nafas panjang. Cara berlatih : a. Menarik nafas dalam b. Keluarkan nafas pelan pelan Gerakan ini dilakukan sebanyak banyaknya minimum 5 kali dalam sekali latihan, sekali latihan minimum 3 kali (pagi, siang, sore). 2. Latihan mengeluarkan dahak Setelah terlatih menarik nafas dalam, kemudian latihab batuk dan berdahak, Karena dahak yang menempel di saluran nafas itu menyebabkan radang paru-paru/ susah nafas. Sesudah operasi, biasanya pasien takut batuk dan mengeluarkan dahak sambil menekan luka operasi. 3. Gizi yang cukup Sebelum operasi harus mendapatkan gizi yang cukup, agar sesudah operasi luka cepat sembuh dan tenaga cepat kembali. 4. Kumur – kumur dan menggosok gigi (Menjaga kebersihan mulut dan gigi) Saat sudah operasi, di dalam mulut mudah menjadi kotor. Itu menyebabkan sariawan, limfadenitis, radang paru-paru. Oleh karena itu, pasien dilatih dan dijaga kebersihan mulut dan giginya. Sejak sebelum operasi. 5. Latihan mengeluarkan otot Tindakan operasi akan menghabiskan banyak tenaga. Oleh karena itu, sebelum operasi perlu dilakukan latihan untuk mempertahankan/mengembalikan/ memulihkan tenaga. Sehari 3-4 kali latihan minimum 10 kali gerakan dengan cara lengan dan kaki diluruskan dan kemudian ditekuk. Ada beberapa jenis pembedahan dalam kebidanan, antara lain : A. Histerektomi B. Laparotomi C. Operasi Kanker Cerviks A. HISTEREKTOMI PARSIAL 1. Pengertian Istilah histerektomi berarti pengangkatan. Jika yang diangkat rahim, maka disebut histerektomi. Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari uterus diangkat. Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk wanita di negara Amerika Serikat. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita, setelah menjalani histerektomi wanita tidak mungkin lagi untuk hamil. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit berat pada kandungan (uterus). Syarat melakukan histerektomi adalah : 67 Bahan Ajar Mata Kuliah a. Umur ibu 35 tahun atau lebih. b. Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih. 2. Indikasi Histerektomi Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada pasien dengan karsinoma. Artikel ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non kanker, non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih menantang untuk wanita dan dokter-dokternya. Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut.Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus. Beberapa penyebab lain adalah : a. Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing. b. Kanker serviks, rahim atau ovarium c. Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya. d. Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna) e. Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina., f. Inflamasi Pelvis karena infeksi 3. Pengobatan atau test untuk melaksanakan tindakan histerektomi Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus perdarahan abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/pasien tersebut dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/pre karsinoma dari uterus tersebut. Prosedur ini sering disebut sample endometriae. Pada wanita nyeri panggul/perdarahan percobaan pemberian terapi secara medikamentosa sering diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi. Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan 68 Bahan Ajar Mata Kuliah a. b. c. d. namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan anemia, dan tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae, ia bisa dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi. Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya namun ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian terapi hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe dari hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada beberapa wanita. Histerektomi terbagi dalam beberapa jenis yaitu : Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin. Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus, mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan seperti menopause. Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu. 4. Prosedur Histerektomi Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat vagina. Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah. Perlu diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan : a. Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di ovarium b. Papsmear terbaru. c. USG panggul, tergantung pada temuan diatas. B. LAPAROTOMI 1. Pengertian Laparotomy adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut). Kata "laparotomy" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam ini pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani, "lapara" dan "tome". Kata "lapara" berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul. Sedangkan "tome" berarti pemotongan. 69 Bahan Ajar Mata Kuliah Laparotomy dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah dan pelvis (rongga panggul) yang melingkupi Insisi Vertikal (midline, paramedian, supraumbilikal), insisi Transversal dan Oblik serta insisi Abdominothoracic. Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan operasi pembedahan mikro pada tuba fallopi. Ada beberapa cara, yaitu; a. Midline Epigastric Insision (irisan median atas) Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc. Xiphoideus hingga 1 cm diatas umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat extraperitoneal, dan peritoneum dipisahkan satu persatu. Membuka peritoneum dari bawah. b. Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah) Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan median atas dan bawah dapat disambung dengan melingkari umbilikus. Peritoneum harus dibuka dengan sangat hati-hati. Cara yang paling aman adalah membukanya dengan menggunakan dua klem artery, yang dijepitkan dengan sangat hati-hati pada peritoneum. Kemudian peritoneum diangkat dan sedikit diggoyanggoyang untuk memastikan tidak adanya struktur dibawahnya yang ikut terjepit. Kemudian peritoneum diinsisi dengan menggunakan gunting. Insisi diperlebar dengan memasukkan 2 jari kita yang akan dipergunakan untuk melindungi struktur dibawahnya sewaktu kita membuka seluruh peritoneum.Bila penderita pernah mengalami laparotomi dengan irisan median, sebaiknya irisan ditambahkan keatas atau bawah dan membuka peritoneum diatas atau dibawah irisan lama. Setelah peritoneum terbuka organ abdomen dipisahkan dengan hati-hati dari peritoneum. Pada kasus emerjensi, lebih baik melakukan irisan median. 1) Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional) Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-kira 2,55 cm dari garis tengah. Insisi dilakukan vertical, diatas sampai bawah umbilkikus, m.rectus abdominis didorng ke lateral dan peritoneum dibuka juga 2.5 cm lateral dari garis tengah. Pada irisan dibawah umbilikus diperhatikan epigastrica inferior yang harus dipisahkan dan diikat. 2) Lateral Paramedian Insision Adalah modifikasi dari Paramedian Insision yang dikenalkan oleh Guillou et al. Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional Secara teoritis, teknik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan insisional hernia dan lebih baik dari yang konvensional. 3) Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect) Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional, hanya otot rectus pada insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada 1/3 tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6 tengahnya. Insisi ini berguna untuk membuka scar yang berasal dari insisi paramedian sebelumnya. Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih besar. 4) Kocher Subcostal Insision Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan empedu dan saluran empedu. Insisi dilakukan mulai dari garis tengah, 2,5-5 cm di bawah Proc. Xiphoideus dan diperluas menyusuri batas costa kira-kira 2,5 cm dibawahnya, dengan memotong muskulus rektus dan otot dinding abdomen lateral. 5) Irisan McBurney Gridiron – Irisan oblique Dilakukan untuk kasus Apendisitis Akut Dan diperkenalkan oleh Charles McBurney pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul. 70 Bahan Ajar Mata Kuliah 6) 7) 8) a) b) c) d) 2. 3. a. Irisan Rocky Davis Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease, irisan ini lebih kosmetik. Pfannenstiel Insision Insisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal retropubic prostatectomy. Insisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas symphisis Pubis skin crease sepanjang ± 12 cm. Fascia diiris transversal, muskulus rektus dipisahkan ke lateral dan peritoneum dibuka secara vertikal. Insisi Thoracoabdominal Insisi Thoracoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu. Dimana insisi ini akan membuat akses operasi yang sangat baik. Insisi thorakoabdominal kanan biasanya dilakukan untuk melakukan emergensi ataupun elektif reseksi hepar Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari lambung. Penderita berada dalam posisi “cork-screw”. Abdomen diposisikan kira-kira 45° dari garis horizontal, sedangkan thorax berada dalam posisi yang sepenuhnya lateral. Insisi pada bagian abdomen dapat merupakan midline insision ataupun upper paramedian insision. Insisi ini dilanjutkan dengan insisi oke spasi interkostal VIII sampai ujung scapula. Setelah abdomen dibuka, insisi pada dada diperdalam dengan menembus m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus externus dan aponeurosisnya. Insisi pada abdomen tadi dilanjutkan hingga mencapai batas costa M.Intercostal 8 dipisahkan untuk mencapai cavum pleura. Finochietto chest retractor dimasukkan pada intercostal 8 dan pelan-pelan di buka. Dan biasanya kita tidak perlu untuk memotong costa. Diphragma dipotong melingkar 2 – 3 cm dari tepi dinding lateral toraks sampai hiatus esofagus untuk menghindari perlukaan n.phrenicus. Pada akhir operasi dipasang drain toraks lewat irisan lain. Penutupan dari insisi ini adalah dimulai dengan menjahit diaphragma secara matras 2 lapis dengan benang non absorbabel, otot dada dan dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. Indikasi Dalam bidang kebidanan dan kandungan cukup banyak kasus yang dapat ditangani, antara lain mioma (tumor jinak rahim), kista indung telur, hamil di luar kandungan, endometriosis (nyeri haid), infertilitas (sulit hamil), KB steril, perlengketan dalam perut, dan polikistik ovarium.Selain itu kasus –kasus yang dapatditangani dengan laparotomi yakni: trauma abdomen (tumpul atau tajam), peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus dan usus besar, masa pada abdomen. Semua kelainan intraabdomen yang memerlukan operasi baik darurat maupun elektif, seperti Hernia diafragmatika, aneurisma aorta torakolis dan aorta abdominalis, kelainan oesofagus, kelainan liver. Komplikasi Stitch abscess Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum jahitan insisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika di raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan sendirinya, walaupun 71 Bahan Ajar Mata Kuliah untuk yang superficial dapat kita lakukan insisi pada abses tersebut. Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini. b. Infeksi luka operasi Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli, Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan penggunaan antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat dilakukan. c. Gas Gangrene Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam setelah operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m), shock yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan debridement luka di ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah, penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8 jam. d. Hematoma Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang dengan sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan aspirasi. e. Keloid Scars Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain. Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat dilakukan. f. Abdominal wound Disruption and Evisceration Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3 %. Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih muda. Laki-laki dibanding wanita 4 : 1. 4. Tindakan Pre Operatif Penatalaksanaan Perawatan a. Pengkajian meliputi obyektif dan subyektif. 1) Data subyektif meliputi; a) Nyeri yang sangat pada daerah perut. 2) Data obyektif meliputi : a) Napas dangkal b) Tensi turun c) Nadi lebih cepat d) Abdomen tegang e) Defense muskuler positif f) Berkeringat g) Bunyi usus hilang h) Pekak hati hilang b. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen. 72 Bahan Ajar Mata Kuliah 2) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi. 3) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak. c. Hasil yang diharapkan 1) Pasien akan tetap merasa nyaman. 2) Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya. 3) Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. d. Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif : 1) Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah ditegakkan. 2) Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk tidak makan dan minum. 3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan. 4) Mencatat intake dan output. 5) Posisi pasien seenak mungkin. 6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan. 7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai. 8) Monitoring tanda-tanda vital. e. Diagnosis 1) Foto polos abdomen 2) CT scan abdomen 3) USG abdomen Adapun prosedur daripada laparotomi adalah seperti layaknya operasi konvensional, laparoskopi tetap memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar operasi. Setelah pembiusan, dinding perut disayat pada daerah pusat/umbilikus sekitar 1 cm. Kemudian dimasukkan kamera kecil untuk melihat organ-organ didalam rongga perut. Setelah itu dibuat sayatan kedua dan ketiga pada dinding perut bagian bawah, sedikit diatas tulang pinggul, diameter 0,5 cm, untuk memasukkan alat-alat berupa ‟stik‟ sebagai pengganti tangan dokter. Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah : a. Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan. b. Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem vaskuler. Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung. c. Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads anestesi untuk memperbaiki volume darah. d. Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis. e. Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik. f. Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis. g. Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta kutis dibiarkan terbuka. Lama perawatan pasca laparoskopi: 73 Bahan Ajar Mata Kuliah Karena tindakan operasi yang minimal invasif, maka perawatan setelah operasi hanya satu hari saja (dengan catatan jika tidak terjadi komplikasi selama operasi).Dan setelah itu pasien dapat kembali beraktivitas normal. 5. a. b. c. d. e. a. b. c. d. a. 1) 2) 3) 4) 5) 6) b. c. d. e. a. b. c. Post Laparotomi Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan perawatan post laparatomi Mengurangi komplikasi akibat pembedahan. Mempercepat penyembuhan. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi. Mempertahankan konsep diri pasien. Mempersiapkan pasien pulang. Latihan-latihan fisik yang dilakukan post laparotomi adalah latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi. Tindakan keperawatan post operasi: Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut. Perawatan luka operasi secara steril. Evaluasi post operasi : Evaluasi tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi : Suhu tubuh normal Nada normal Perut tidak kembung Peristaltik usus normal Flatus positif Bowel movement positif Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa. Luka operasi baik. Komplikasi post laparatomi; Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif. Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi. Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptic. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi. 74 Bahan Ajar Mata Kuliah a. b. c. d. a. b. c. a. b. c. d. 1) 2) 3) e. 1) 2) f. g. C. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah. Proses penyembuhan luka Fase pertama Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka. Fase kedua Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan Fase ketiga Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringanjaringan baru dan otot dapat digunakan kembali. Fase keempat Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut. Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid. Pencegahan infeksi. Pengembalian Fungsi fisik. Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini. Mempertahankan konsep diri. Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi Pengkajian Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy adalah: Respiratory Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan. Sirkulasi Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler. Persarafan : Tingkat kesadaran Balutan Apakah ada tube, drainage Apakah ada tanda-tanda infeksi Bagaimana keadaan penyembuhan luka pasien yang menjalani laparotomi Peralatan Monitor yang terpasang. Cairan infus atau transfusi. Rasa nyaman Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi. KANKER SERVIK Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu 75 Bahan Ajar Mata Kuliah infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks. Setelah terpapar HPV, sistem imun wanita biasanya mencegah virus untuk membahayakan tubuh. Pada beberapa kelompok wanita, virus ini dapat bertahan selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya mengkonversi beberapa sel pada permukaan serviks menjadi sel kanker. Setengah dari kejadian kanker serviks terjadi pada wanita diantara umur 35 dan 55. Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa kontrol dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis) Kanker serviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis yang membentuk dasar serviks (sel skuamosa). Karsinoma sel squamosa merupakan 80% dari kasus kanker serviks. Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar yang membentuk bagian atas dari cerviks. Dapat disebut dengan adenocarcinoma, prevalensi kanker ini yaitu 15% dari kanker serviks. Kadang-kadang kedua tipe sel ditemukan pada kanker serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks namun persentasenya sangat kecil. 1. Pemeriksaan diagnostic a. Sitologi/Pap Smear Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi. b. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. c. d. e. 2. a. 1) 2) 3) 4) 1) 2) Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat. Biopsi Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. Terapi Irradiasi Dapat dipakai untuk semua stadium. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk Tidak menyebabkan kematian seperti operasi. Dosis Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks Komplikasi Irradiasi Kerentanan kandungan kencing Diarrhea 76 Bahan Ajar Mata Kuliah 3) 4) b. 1) a) b) c) c. d. 3. a. 1) a) b) c) d) e) f) Perdarahan rectal Fistula vesico atau rectovaginalis Operasi Memilih teknik operasi Dalam pengangkatan rahim seseorang, dapat dilakukan pada seluruh rahim yang dikenal dengan histerektomi total atau sebagian saja yang dikenal dengan histerektomi supraservikal/sub total, hal ini sangat tergantung pada jenis tumor. Bila tumor jinak, maka sebaiknya dilakukan operasi histerektomi supraservikal/parsial atau supravaginal, sebab ada pendapat bahwa serviks (mulut rahim) diperlukan untuk kepuasan fungsi seksual, dan risiko menghindari efek psikis bagi seseorang wanita bila seluruh alat reproduksi diangkat sehingga dia beranggapan menjadi tidak sempurna lagi layaknya seorang perempuan. Hal ini hanya bisa dilakukan bila seorang wanita yang sehat serviksnya atau dengan kata lain melakukan Papsmear secara teratur. Bila hasil test Papsmear tidak normal, dapat berisiko kanker leher rahim suatu waktu. Tindakan operasi histerektomi parsial tidak dianjurkan bila suatu tumor yang berisiko ganas. Soalnya, cara ini masih menyisakan sel tumor pada bagian rahim yang tidak diangkat. Teknik operasi histerektomi diperluas adalah suatu jenis operasi yang dilakukan pada operasi kanker leher rahim, yang masih layak dilakukan operasi. Di sini beberapa kelenjar limfa yang berdekatan dengan rahim turut juga diangkat demi meminimalkan penyebaran tumor tersebut. Sebaiknya bila Anda atau istri Anda punya rencana untuk dilakukan operasi pengangkatan rahim, maka tidak salahnya berkonsultasi dulu dengan dokter untuk memastikan jenis operasi yang dilakukan demi optimalisasi aktivitas reproduksi. Jadi ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan untuk menangani kanker servik, antara lain : Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II Operasi histerektomi vagina yang radikal Operasi histerektomi vagina yang parsial Kombinasi (Irradiasi dan pembedahan) Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. Cytostatika : Bleomycin Terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama. Pra Operasi Kanker Serviks Perencanaan dan Pra Operasi Inform Consent / Surat Persetujuan Operasi Inform consent merupakan salah satu hal penting dari persiapan operasi, di mana sebelum memberi persetujuan terhadap dokter untuk dioperasi, anda terlebih dahulu harus diterangkan mengenai : Kondisi kesehatan dan mengapa operasi ini dipilih sebagai pengobatan Tujuan operasi Bagaimana operasi itu sendiri Keuntungan operasi terhadap anda Resiko operasi Efek samping operasi 77 Bahan Ajar Mata Kuliah g) b. 1) 2) 3) 4) c. Pilihan pengobatan lain. Dengan menandatangani inform consent tersebut berarti anda sudah menerima segala informasi dan bersedia untuk dioperasi. Disarankan untuk anda membaca dan memahami dengan baik seluruh isi inform consent tersebut dan semua pertanyaan anda telah dijawab oleh dokter. Jika perlu, anda di dampingi oleh keluarga atau teman saat menandatangani inform consent. Pemeriksaan Pra Operasi Pemeriksaan pra operasi ini ditujukan untuk memeriksa apakah ada faktor resiko bagi anda untuk menjalani operasi sederhana ini, misalnya resiko pemanjangan waktu pembekuan darah yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya perdarahan abnormal. dapun pemeriksaan yang dilakukan berupa : Anamnesis : menanyakan riwayat penyakit dahulu berupa darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, alergi atau kondisi lain yang berhubungan dengan operasi. Laboratorium : Darah Lengkap (pemeriksaan darah lengkap dan faal darah). Jika pemeriksaan darah normal, maka anda akan dipersiapkan untuk melakukan operasi ; menghitung jumlah darah, resiko perdarahan dan infeksi, fungsi ginjal dan hepar dan untuk penyediaan transfusi darah saat operasi. Urinalisis : memeriksa keadaan ginjal dan adanya infeksi, X-ray dada dan EKG (elektrokardiografi) untuk memeriksa keadaan jantung dan paru. Lain - lain : CT scan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor serta penyebarannya. Jika anda menggunakan anestesi total (bius total), maka anda akan dipertemukan dengan dokter anestesi yang akan menangani anda. Dan bukan tidak mungkin jika dokter akan meminta pemeriksaan lain yang berhubungan dengan kondisi yang mempengaruhi operasi. Diagnose suatu penyakit diupayakan sejelas mungkin sebelum therapi pembedahan dijalankan. Dan bagi operator atau dokter Bedah sendiri, tentu tidak akan memiliki arah yang pasti di saat berlangsungnya operasi, apa bagaimana dan seberapa yang mesti dibedah jika informasi atau assessment–pendekatan ke arah diagnose pasti- belum optimal. Sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampai yang sudah canggih. Misalnya, pemeriksaan rontgen atau x-ray, pemeriksaan USG, CT scan, MRI dan pemeriksaan yang sifatnya lebih invasif, seperti x-ray atau CT scan dengan kontras, biopsi, endoscopy (colonoscopy, ureteroscopy, arthroscopy, bronchoscopy, laparoscopy dll). Memang semakin maju perkembangan teknologi, semakin canggih pula alat pemeriksaan di bidang medis yang membuat pasien semakin nyaman. Persiapan Operasi 1) Mengosongkan isi perut (lambung dan usus) dari malam sebelum operasi, dengan cara puasa makan dan minum serta penggunaan laksatif untuk mengosong isi perut. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya aspirasi (terhirup) muntahan ke paru saat dianestesi, di mana aspirasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada paru. 2) Mencukur area yang akan dioperasi, untuk mencegah rambut masuk ke dalam area operasi dan menyebabkan terjadinya infeksi. 3) Persiapan Fisik dan Mental 78 Bahan Ajar Mata Kuliah Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana seperti misalnya pembedahan pada kasus kanker serviks juga mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi. Karena tubuh pasti akan mengalami stress pembedahan, baik dari kemampuan fungsi masing - masing organ vital maupun cedera langsung yang diterimanya, maka untuk kepentingan pembiusan agar obat - obat yang diberikan sebelum dan selama proses berlangsungnya operasi bisa direspon dengan baik, harus ada jaminan akan fungsi dan kondisi tubuh yang baik pula. Maka jika penderita akan dipersiapkan menjalani operasi dengan pembiusan umum ataupun regional pada yang berusia di atas 40 tahun diwajibkan memeriksa lab untuk mengetahui fungsi pembekuan darah, fungsi liver, ginjal, endokrin, elektrolit, status gizi dan pemeriksaan elekrokardiografi (EKG) untuk menilai keadaan jantung. Pemeriksaan - pemeriksaan tersebut termasuk pemeriksaan standard yang sebaiknya dicek secara lengkap. Sedangkan untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses operasi. Dari perhatian tim bedah, justru kesiapan fisik penderita yang paling penting, sebab sangat mempengaruhi sekali stabilitas kondisi tubuh selama proses operasi dan menentukan hasil pembedahan serta perawatan pasca operasinya. Sehingga untuk kasus bedah berencana yang tergolong berat dan penanganannya akan dikerjakan dalam waktu relatif lama apalagi penderita berumur di atas 40 tahun, sebaiknya penderita sudah berada di rumah sakit setidaknya satu hari menjelang pelaksanaan operasi. Sehingga baik dari kesiapan yang berhubungan dengan pembedahan maupun yang berhubungan dengan proses pembiusannya sehingga penderita betul – betul dalam keadaan optimal dan siap untuk ditempatkan di atas meja operasi. d. Anestesi Anestesi (bius) adalah cara untuk menghilangkan nyeri pada periode tertentu. Hal tersebut tergantung dari jenis dan lama operasi, dan ini juga mempengaruhi apakah perlu anda sadar atau tidak saat operasi berlangsung. Pilihan anestesi yang dapat anda pilih berupa : 1) Anestesi regional Hampir sama dengan anestesi lokal, namun area yang dibius lebih luas dan pasien juga tetap sadar. Di mana obat anestesi disuntikan pada tulang belakang, tangan atau kaki sehingga melumpuhkan sementara saraf?- saraf yang keluar dari area tersebut. Obat anestesi regional ini dapat berupa suntikan tunggal atau drip infus. 2) Anestesi total Anestesi total membuat seseorang jatuh dalam keadaan tak sadar, di mana obat dapat dihirup atau disuntikan. Saat anestesi total dilakukan, pipa endotrakeal akan dimasukkan melalui mulut anda untuk membantu pernafasan anda. Dokter anestesi dan perawat akan mengawasi keadaan fungsi vital anda (tekanan darah, nadi, pernafasan) selama operasi sampai anda terbangun, juga tak lupa melepaskan pipa endotrakeal tadi. 79 Bahan Ajar Mata Kuliah 4. a. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) b. 1) Post Operasi Kanker Serviks Setelah operasi, pasien dapat merasa sedikit mual, oleh karena efek samping anestesi umum; juga nyeri dan perasaan tidak nyaman di daerah perut. Keduanya dapat dihilangkan dengan obat. Selain itu terdapat cairan / perdarahan dari vagina yang akan berkurang setelah beberapa hari. Pasien dianjurkan untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan pada hari 1 setelah operasi. Latihan ini penting untuk menghindari konstipasi (sembelit) dan gas; mengurangi resiko penggumpalan darah dan infeksi paru. Secara umum, waktu rawat inap untuk abdominal histerektomi tanpa komplikasi adalah 3-5 hari dan 2-3 hari untuk vaginal / laparoskopik histerektomi. Waktu pemulihan pasca histerektomi tergantung dari tipe histerektomi dan individu itu sendiri. Wanita yang menjalani abdominal histerektomi secara umum akan membutuhkan 6-8 minggu sebelum mereka dapat beraktivitas seperti biasa. Sedangkan bagi wanita dengan vaginal / laparoskopik histerektomi dapat pulih dalam waktu yang lebih singkat. Waktu rawat inap untuk radikal trakelektomi adalah 2-3 hari. Kebanyaka wanita pulih sangat cepat dan jarang terjadi komplikasi. Pasien seharusnya menghindari mengangkat barang berat, jongkok, tekanan pada luka operasi, olahraga aktif maupun penetrasi seksual selama pemulihan. Check-up biasanya dilakukan 6 minggu setelah operasi, untuk meyakinkan bahwa segala sesuatunya sembuh dengan baik. Pasien dapat mendiskusikan apa yang dikhwatirkan dan bertanya aktivitas apa yang boleh dilakukan mulai saat itu dengan dokter yang merawat. Masa Penyembuhan Orang yang mendapat anestesi lokal dapat segera pulang, namun orang yang mendapat anestesi regional atau total harus dirawat dalam ruangan penyembuhan sampai pengaruh anestesi habis. Orang di bawah pengaruh sisa anestesi, akan merasakan perasaan berat, sedang bermimpi dan tidak sadar sepenuhnya sampai keesokan harinya. Hal ini bergantung kondisi pra operasi dan luas operasi. Anda juga akan mendapat obat pereda nyeri selama di rumah sakit dan pada saat rawat jalan. Tenggorok anda akan terasa sedikit nyeri oleh karena pemasangan pipa endotrakeal. Anda juga akan dipasangi kateter urin untuk mengalirkan air kencing anda ke suatu tas khusus, umumnya selesai operasi kateter ini dilepas. Namun, bila ginjal bermasalah tetap dipasang. Dan para dokter atau paramedia juga akan memeriksa jumlah urin anda. Pada tubuh yang dioperasi juga akan dipasang drain untuk mengeluarkan cairan yang terkumpul akibat operasi. Anda sebaiknya makan dan minum walaupun ada perasaan tidak nafsu makan / minum, sebab hal ini mempercepat masa penyembuhan. Sebaiknya dilakukan setelah dokter menyatakan bahwa anda dapat minum dan makan (baiknya untuk minum terlebih dahulu). Para tim perawatan anda mungkin berupaya agar anda beraktivitas setelah operasi. Hal ini ditujukan untuk mempercepat masa penyembuhan, memperlancar aliran darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (clotting) pada kaki. Konsep Keperawatan Pengkajian Data dasar. 80 Bahan Ajar Mata Kuliah Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang 2) Identitas pasien Usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir 3) Keluhan utama Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air. 4) Riwayat penyakit sekarang Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal. 5) Riwayat penyakit sebelumnya Data yang perlu dikaji adalah Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. 6) Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital. 7) Data khusus Riwayat kebidanan paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang 8) Pemeriksaan penunjang Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi. c. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal. 2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan 3) Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal. 4) Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca.Serviks dan pengobatannya. 5) Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika. d. Perencanaan 1) Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervical a) Tujuan : Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik b) Kriteria hasil : (1) Perdarahan intra servikal sudah berkurang (2) Konjunctiva tidak pucat (3) Mukosa bibir basah dan kemerahan (4) Ektremitas hangat (5) Hb 11-15 gr % (6) Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt. c) Intervensi 81 Bahan Ajar Mata Kuliah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2) Observasi tanda-tanda vital Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama ) Cek Hb Cek golongan darah Beri O2 jika diperlukan Pemasangan vaginal tampon. Therapi IV Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan. a) Tujuan : Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi b) Kriteria hasil : (1) Tidak terjadi penurunan berat badan (2) Porsi makan yang disediakan habis (3) Keluhan mual dan muntah kurang c) Intervensi : (1) Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan (2) Berika makan TKTP (3) Anjurkan makan sedikit tapi sering (4) Jaga lingkungan pada saat makan (5) Pasang NGT jika perlu (6) Beri Nutrisi parenteral jika perlu. 3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal a) Tujuan Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami b) Kriteria hasil : (1) Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan (2) Intensitas nyeri berkurangnya (3) Ekpresi muka dan tubuh rileks c) Intervensi : (1) Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien (2) Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri (3) Ajarkan teknik relasasi dan distraksi (4) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien (5) Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri 4) Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kanker serviks, penanganan dan prognosenya. a) Tujuan : Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya. b) Kriteria hasil : (1) Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita (2) Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien. (3) Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi. (4) Sumber-sumber koping teridentifikasi (5) Anastesitas berkurang (6) Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas. c) Tindakan : (1) Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya 82 Bahan Ajar Mata Kuliah (2) Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara (a) mengentrol dirinya. (b) Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif). (c) Tunjukkan adanya harapan (d) Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik 5) Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika. a) Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil b) Kriteria hasil : (1) Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya (2) Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat. (3) Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif. (4) Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri. c) Intervensi : (1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif. (2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan. (3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya. (4) Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral. (5) Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan. (6) Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan. (7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional. Pelaksanaan Persiapan Akhir sebelum Operasi 1. Cek gelang identifikasi 2. Lepas alat-alat/ protese (gigi palsu, soflens,dll) 3. Lepas perhiasan 4. Bersihkan cat kuku k/p 5. Kolaborasi dengan dokter: pasang infus, kateter menetap, skintest antibiotika 6. Cek kelengkapan status : Persiapan status pasien Cek persiapan kulit Cek tanda vital, BB dan TB Obat-obat Premidikasi Pengobatan reguler dicatat Informed concent Pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG Rekam medik Komunikasi Intra Operatif 1. Menjelaskan nama pasien 83 Bahan Ajar Mata Kuliah 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menyampaikan bentuk bedah yang akan dilakukan Menyiapkan alat-alat /instrumen yang diperlukan Menerangkan keterbatasan gerak Menerangkan gangguan akibat bedah Menerangkan tingkat kesadaran setelah operasi Komunikasi tentang perlengkapan operasi. Perioperatif/Intra Operatif Pengelolaan Keamanan Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen Mengatur posisi pasien: posisi fungsional, membuka daerah untuk operasi, mempertahankan posisi selama tindakan, menmasang alat grounding, menyiapkan bantuan fisik 2. Pemantauan Fisiologik Memantau balance cairan Membandingkan data normal dan abnormal (vital sign) Melaporkan perubahan-perubahan vital sign Pemantauan psikologi (sebelum induksi atau bila pasien sadar): menyiapkan bantuan emosional, mempertahankan status emosional, mengkomonikasikan status emosional kepada anggota keluarga dari tim kesehatan 1. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Syarat pasien dipindahkan dari Kamar Operasi Vital sign stabil Pasien sudah bangun dan bisa memanggil Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi Setelah anestesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih pada daerah terkena anestesi. Pengkajian Pasien Sekembalinya Dari Kamar Pulih Status respirasi:Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifat, bunyi nafas Status sirkulasi: Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler Status neurologis: Tingkat kesadaran Balutan: Terdapat drain, pipa yang harus dihubungkan dengan slang Kenyamanan.: Terdapat nyeri, muntah, sikaptidur,dan memperlancar sirkulasi Keselamatan:Diperlukan penghalang tempat tidur, bel pasien mudah dijangkau, alat pemantau dipasang dan berfungsi Peralatan: Cairan infus, kelancaran/tetesan, sistem drainase Post Operasi a. Fase pasca Operasi Mempertahankan ventilasi pulmonari Kepatenan jalan nafas Mengatur posisi Saluran nafas buatan Membuang scret Kesempurnaan ventilasi Terapi oksigen Mempertahankan sirkulasi Hipotensi 84 Bahan Ajar Mata Kuliah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. Kemungkinan Penyebab Syok pada Pasca Bedah Pemindahan pasien dari meja bedah ketempat tidur Terjadi hentakan pada tempat tidur pasien waktu transport Reaksi terhadap obat dan anestesi Kehilangan darah dan cairan tubuh yang lain Kegagalan jantung Ventilasi kurang sempurna Nyeri Simpatektomi residu dari anestesi konduktif Persiapan Ruangan/Bangsal untuk Pasien Kembali dari Kamar Operasi Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar pemindahan berjalan lancar Disiapkan cukup selimut (mencegah hipotermi) Ruangan disiapkan Persiapan perlengkapan: tiang infus, tensimeter, alat-alat lain yang diperlukan (bengkok, pembalut, kain gurita, gantungan urine bag) Penyembuhan Luka Bentuk penyembuhan luka: a. Intentionem Primer-> semua lapisan luka ditutup tepat dengan jahitan b. Intentionem Sekunder -> tepi luka yang tidak bisa dijahit sembuhnya mengisi celah, dimulai dari bawah. Luka terbuka kemungkinan infeksi meningkat, sembuh dengan jaringan parut c. Intentionem Tertier-> luka dijahit setelah bebehari kemudian, jaringan parut lebih banyak a. b. c. d. Proses / Fase Penyembuhan Fase I ( Termasuk respon inflamatori) Penutupan luka( darah membeku) Fagositosis jaringan rusak dan bakteri Pembentukan jaringan fibrin Pembentukan arus darah ke luka Fase II a. Kolagen dikumpulkan b. Regenerasi sel epitel c. Luka :granulasi jaringan Fase III a. Tambahan pengumpulan jaringan b. Pembuluh darah terjepit c. Luka : pertumbuhan jaringan menaik tinggi Fase IV a. Kolagen menciut dan memadat b. Luka: membentuk ceruk parut tipis, putih Intervensi Penyembuhan Luka 85 Bahan Ajar Mata Kuliah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Memperlancar intake makanan Tinggi Protein dan vitamin C Memperlancar sirkulasi Memberikan obat anti inflamasi Pencegahan infeksi Mengganti balutan bila kotor dan basah Laksanakan tehnik asepsis bila mengganti balutan Menutup balutan dengan kasa kering dan steril Irigasi luka dengan baik membuang kotoran Memperlancar kateter untuk menyedot cairan dari luka. Cairan yang menggenang dalam luka akan memperlambat penyembuhan luka. LATIHAN Soal Uraian : 1. 2. Tugas : Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien preoperasi! Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien postoperasi! 1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal) 2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di lapangan) 3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar) Catatan : Bila anda belum merasa puas, atau paling tidak menguasai materi kurang dari 75% maka anda harus mengulangi kembali materi di atas sampai Anda merasa puas di atas 75% 86 Bahan Ajar Mata Kuliah RANGKUMAN Mata Kuliah KDK II terdiri dari 3 SKS yang dijabarkan menjadi 1T dan 2P yaitu 250 menit per minggu yang menjadi 15 kali tatap muka T dan 15 kali tatap muka P.Materi T diberikan di kelas dengan pemberian materi konsep/teori dan P dengan menggunakan metoda penugasan, praktik laboratorium dan role play. Evaluasi dalam pembelajaran ini dengan menggunakan latihan di waktu Uji Tengah Semester. Sedangkan tes formatif dilaksanakan pada Ujian Akhir Semester. TES FORMATIF 1. Lakukan cara pengambilan specimen darah untuk pemeriksaan darah perifer! 2. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen urine dan faeses! 3. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen cairan pervaginam dan sekret! 4. Jelaskan konsep dan pemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan! 5. Ambilkan jenis obat untuk uterotonika! 6. Ambilkan jenis obat untuk anemia! 7. Ambilkan jenis obat untuk anti perdarahan! 8. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (intramuskuler dan intracutan)! 9. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (IV dan SC)! 10. Jelaskan konsep memberikan obat melalui oral, mata dan rektum! 11. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan menjahit luka! 12. Demonstrasikan cara perawatan luka jaitan luka di perineum! 13. Jelaskan konsep dan prosedur mengganti balutan! 14. Demonstraikan cara mengganti balutan pada pasien dengan pasca operasi SC! 15. Jelaskan konsep dan prosedur mengangkat jahitan! 16. Jelaskan konsep dan prosedur resusitasi! 17. Demonstrasikan Resusitasi Jantung Paru! 18. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien preoperasi! 19. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien postoperasi! 87 Bahan Ajar Mata Kuliah A. B. C. GLOSARIUM Anoxia Candida Albicans : kehilangan oksigen : spesies cendawan patogen dari golongan deuteromycota : adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis.Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea,dan konjungtiva : suatau alat yang digunakan untuk memonitor dan merekam irama jantung pada janin Corpus Aleneum CTG Deltoid Glutea Hipoxia IURG Oligohidramnion Phlebitis Polihidramnion RJP SC Staphylococcus Tes Mantoux : : : : : otot bahu : satu dari tiga otat besar dari pantat : suatu keadaan dimana jaringan tubuh kita mengalami kekurangan oksigen : IUGR adalahjanin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya. : kurangnya produksi cairan amnion (ketuban) di dalam rahim : kondisi ketika pembuluh darah vena mengalami inflamasi atau peradangan : berlebihnya produksi cairan amnion (ketuban) di dalam rahim Resusitasi Jantung Paru Secsio Cecarea genus dari bakteri gram positif suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC 88 Bahan Ajar Mata Kuliah DAFTAR PUSTAKA Johnson R. Taylor W. 2000. Skill For Midwifery Practice. Churchill Livingstone, Edinburg Tappero, EP and Honeyfield, ME ( 1993). Physical Assesment of Newborn : A Comprehensive Approach to the Art of Physical Examination. Library of Congress cataloging in Publication Data, NICU Link, Petalum CA, USA Hobbs, L (1993) The Independent Midwife : A Guide to Independent Midwifery Practice. UK by RAP Ltd, Rockdale. Bryn, RM( 1995) Theory for Midwifery Practice. MacMillan Press, Ltd, London World Health Organization ( 1996) Learning Materials on Nursing : Chapter 7 : Healthy Parenthood WHO, Copenhagen World Health Organization „ Safe Motherhood – all free or charge, WHO, Geneva WHO SEARO (2000) Standards of Midwery Practice for Safe Motherhood Yuni Kusmiyati, 2007 Ketrampilan dasar praktik Klinik Kebidanan, Fitramaya, Jogjakarta Aziz Alimul H, 2006 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Salemba Medika, Jakarta Aziz Alimul H, 2006, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta Craven, R.F & Hirnle, Q. (2000). Fundamental of nursing Human & function. Third Edition. Potter, P. & Perry, A.G. CSt.Louis.CV.Mosby Company. (1989). Dasar-dasar keperawatan Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik . Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta: EGC Uliyah, M. & Hidayat, A.A. (2006). Ketrapilan dasar praktik klinik kebidanan. Edisi pertama. Jakarta: Salemba medika. Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi pertama. Jakarta: Salemba medika Sumber lain yang mendukung. 89 Ceklist injeksi intra muscular Tanggal Penilaian : Nama Mahasaiswa : Nama Penguji : Petunjuk: Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa. 0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa 1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat 2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan PERALATAN DAN PERLENGKAPAN 1. Sarung tangan 2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml 3. Bak instrumen 4. Kom 5. Perlak dan alasnya 6. Bengkok 7. Wastafel 8. Handuk/lap tangan 9. Kapas alkohol 10. Obat injeksi vial atau ampul 11. Daaftar pemberian obat 12. Waskom berisi larutan clorin 0,5% NO LANGKAH A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 6. 7. 8. 9. SIKAP DAN PERILAKU Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah Memperkenalkan diri kepada klien Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan Teruji tanggap terhadap reaksi klien Teruji percaya diri, sabar dan teliti ISI Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien Memasang sampiran Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih dan kering Memakai sarung tangan Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian Memasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik Bersihkan daerah penyuntikan Bila pada lengan, angkat kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan tangan yang tidak dominan. Bila pada paha atau pantat renggangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan tangan yang tidak dominan Menusukkan jarum ke dalam otot dengan tangan yang dominan (jarum dan kulit membentuk sudut 90°) Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum masuk pembuluh darah atau tidak. Jika terdapat darah segera cabut spuit dan segera ganti dengan yang baru, bila tidak terdapat darah kemudian lanjutkan untuk masukkan obat Memasukkan obat perlahan-lahan ke bawah kulit Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum kemudian tarik jarum keluar Tekan tempat tusukan jarum dengan menggunakan kapas alkohol/ kassa kering dan cabut jarum dari kulit Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas vial/ ampul obat dengan benar Melepas sarung tangan, merendam dalam larutan chlorin 0.5 % selama 10 menit Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir TEKNIK Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis Teruji percaya diri dan tidak ragu - ragu Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/ perasat Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien Teruji mendokumentasikan hasil tindakan TOTAL SCORE : NILAI 0 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. C. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Nilai = Total Score x 100 % 56 1 2 Ceklist Injeksi intracutan Tanggal Penilaian : Nama Mahasaiswa : Nama Penguji : Petunjuk: Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa. 0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa 1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat 2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan PERALATAN DAN PERLENGKAPAN 1. Sarung tangan 2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml 3. Bak instrumen 4. Kom 5. Perlak dan alasnya 6. Bengkok 7. Wastafel 8. Handuk/lap tangan 9. Kapas alkohol 10. Obat injeksi vial atau ampul 11. Daaftar pemberian obat 12. Waskom berisi larutan clorin 0,5% NO. LANGKAH A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 6. 7. 8. 9. SIKAP DAN PERILAKU Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah Memperkenalkan diri kepada klien Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan Teruji tanggap terhadap reaksi klien Teruji sabar dan teliti ISI Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien Memasang sampiran Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih Memakai sarung tangan Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakian Memasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik Mendisinfeksi kulit dengan kapas alkohol secara sirkulasi Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan Menusukkan jarum ke dalam kulit dengan tangan yang dominan (jarum dan kulit membentuk sudut 15-20° Memasukkan obat perlahan-lahan hingga timbul gelembung berwarna putih Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, tidak melakukan massase pada bekas suntikan Memberi tanda dengan pena secara melingkar pada sekeliling suntikan dengan diameter ± 2 cm (pada test alergi) Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas vial/ ampul obat dengan benar Melepas sarung tangan, merendam dalam larutan chlorin 0.5 % selama 10 menit Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan Kaji kembali klien dan tempat injeksi utk mengetahui reaksi obat setelah 10 menit TEKNIK Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/ perasat Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien Teruji mendokumentasikan hasil tindakan TOTAL SCORE : NILAI 0 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nilai = Total Score x 100 % 56 1 2 Ceklist mengganti balut Tanggal Penilaian : Nama Mahasaiswa : Nama Penguji : Petunjuk: Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa. 0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa 1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat 2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan PERALATAN 1. Bak Instrument kecil Handscoon steril Pinset anatomis steril : 2 buah 2. Bengkokk 3. Gunting verband 4. Tempat samaph medis 5. Waskom plastik 6. Tempaat tidur pasien 7. Meja Alat/troli 8. Kasa steril 9. Plester 10. Larutan Nacl 11. Betadin dalam tempatnya 12. Kapas alkohol dalam tempatnya 13. Lembar catatan 14. Waskom berisi larutan clorin 0,5% 15. perlak NO LANGKAH NILAI 0 A. 1. 2. 3. 4. 5. SIKAP DAN PERILAKU Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah Memperkenalkan diri kepada klien Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan Teruji tanggap terhadap reaksi klien Teruji sabar dan teliti 1 2 B. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. C. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Nilai ISI Menyiapkan alat dan mendekatkan pada pasien Memasang sampiran atau penutup tirai Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir Memakai sarung tangan (perhatikan prinsip steril dan pencegahan infeksi) Mengolesi plester dengan kapas beralkohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka Membuka plester dan kassa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok Mengkaji luka (tekan daaerah sekitar luka, lihat luka sudah kering atau belum/ basah/ keluar pus/ cairan dari tempat luka serta penutupan kulit dan integritas kulit) Membersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan garam fisiologis (gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan, bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi, gerakkan dalam tekanan progresif menjauh dari inisiasi atau tepi luka) Membuang kassa yang telah digunakan ke dalam bengkok Mengeringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru Memberikan salep antiseptic Menutup luka dengan kassa steril dan memasang plester (pada pemasangan kassa steril, perhatikan serat kassa jangan ada yang menempel pad luka) Membereskan alat dan merapikan pasien Melepas sarung tangan (sebelumnya cuci dalam larutan klorin 0,5%), rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih TEKNIK Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/ perasat Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien Teruji mendokumentasikan hasil tindakan TOTAL SCORE : = Total Score x 100 % 56 Ceklist mengangkat jahitan Tanggal Penilaian : Nama Mahasaiswa : Nama Penguji : Petunjuk: Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa. 0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa 1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat 2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan PERALATAN 1. Bak instrumen kecil didalamnya berisi : Gunting benang Hadscoon steril Pinset anatomis Bengkok Handuk kecil Tempat sampah medis Meja troli Waskom plastik Gunting verban Kassa Betadine Plester Kapas alkohol Larutan klorin perlak NO LANGKAH A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 6. 7. 8. 9. SIKAP DAN PERILAKU Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah Memperkenalkan diri kepada klien Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan Teruji tanggap terhadap reaksi klien Teruji sabar dan teliti ISI Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis Memasang sampiran atau penutup tirai Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan di lakukan perawatan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir Memakai sarung tangan (perhatikan prinsip steril dan pencegahan infeksi) Mengolesi plester dengan kapas alkohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka Membuka plester dan kassa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok Mengkaji luka (pastikan luka kering). Caranya dengan menekan luka dengan pinset anatomis Membersihkan luka dengan kassa bethadin Membuang kassa yang telah digunakan ke dalam bengkok Mengangkat dan tahan bagian luar jahitan, dengan menggunakan tangan yang non dominan untuk memegang NILAI 0 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 1 2 pinset cirugis, dengan tujuan untuk memastikan bahwa tidak ada bagian luar jahitan yang tertarik ke dalam, pengangkatan jahitan dimulai dari jahitan yang terjauh dari bidan dengan tujuan agar pekerjaan bidan efektif Memotong benang di bawah simpul dengan gunting Mencabut benang dari kulit secara perlahan Melakukan tindakan antisepsis (melakukan tindakan antisepsis dengan menggunakan kassa yang telah diberi bethadine, dengan teknik satu arah diawali dari daerah yang dekat dengan bidan menuju ujung luka) Membuang kassa ke dalam bengkok Menutup luka dengan kassa steril Merapikan pasien Membereskan alat Melepas sarung tangan, sebelumnya cuci dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Dan mengeringkan dengan handuk yang bersih dan kering. TEKNIK Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/ perasat Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien Teruji mendokumentasikan hasil tindakan TOTAL SCORE : 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. C. 27. 28. 29. 30. 31. 32. Nilai = Total Score x 100 % 64 Ceklist Pengambilan Darah Tanggal Penilaian : Nama Mahasaiswa : Nama Penguji : Petunjuk: Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa. 0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa 1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat 2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan NO LANGKAH NILAI 0 A. SIKAP DAN PERILAKU 1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah 2. Memperkenalkan diri kepada klien 1 2 3. 4. 5. B. 6. 7. 8. 9. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan Teruji tanggap terhadap reaksi klien Teruji sabar dan teliti ISI Menyiapkan alat dan membawa ke dekat pasien Memasang sampiran Mengatur posisi pasien senyaman mungkin Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk 10. Memakai sarung tangan 11. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian 12. Mencari daerah yang terlihat jelas venanya 13. Memasang pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan diambil darahnya. 14. Mengikat bagian diatas daerah yang akan diambil darahanya dengan torniquet, pasien dianjurkan untuk mengepalkan tangannya 15. Menghapushamakan/ mendesinfeksi kulit 16. Menegangkan kulit dengan tangan yang non dominan 17. Menusukkan jarum ke dalam vena dengan tangan dominan (jarum dan kulit membentuk sudut ± 20) 18. Menarik sedikit penghisap suntik untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk vena 19. Membuka torniquet, anjurkan pasien membuka kepalan tangan (bila darah terlihat pada tabung spuit) 20. Menarik penghisap sehingga darah masuk ke dalam tabung spuit, hisap sebanyak kebutuhan 21. Menarik jarum keluar, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum dan tarik jarum keluar 22. Memasukkan darah dalam spuit ke dalam botol yang tersedia (memasukkan agak miring dan tidak terlalu keras menyemprotnya) 23. Memberi label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan 24. Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar 25. Mencuci sarung tangan dalam larutan clorin 0,5%. Lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit 26. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih C. TEKNIK 27. Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis 28. Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu 29. Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/ perasat 30. Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti 31. Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien 32. Teruji mendokumentasikan hasil tindakan TOTAL SCORE : Nilai = Total Score x 100 % 64