1 KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum wr.wb. Puji syukur

advertisement
Bahan Ajar Mata Kuliah
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tulisan bahan ajar ini. Sebagai salah satu rujukan dalam perkuliahan
Ketrampilan Dasar Kebidanan II.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tudak langsung hingga
selesainya tulisan ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan tulus kepada:
1. TIM LPP UNS yang penuh kesabaran dan ketelitian serta memberikan
petunjuk dan pengarahan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
2. Tim panitia yang telah memberikan motivasi dan fasilitas lainyya sehingga
tulisan ini dapat terwujud.
3. Bapak dan Ibu teman sejawat yang telah memberikan dukungan untuk
penulisan ini.
4. Penulis menyadari , bahwa banyak kekurangan dalam penulisan ini, baik dari
segi isi maupun penulisan.Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini.
Februari , 2013
Penulis
1
Bahan Ajar Mata Kuliah
DAFTAR ISI
Halaman
HalamanJudul.......................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................
Tujuan Mata Kuliah.............................................................................................
BAB I Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik
kebidanan
BABII Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik
kebidanan
BAB III Melakukan tindakan-tindakan untuk pengobatan dan pemberian cairan
dalam asuhan kebidanan
BAB IVMelakukan perawatan luka dalam praktik kebidanan
BAB V Melakukan resusitasi
BAB VI Melakukan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan
Daftar Pustaka
2
Bahan Ajar Mata Kuliah
Kegiatan Belajar
KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN II
 250 menit
PENDAHULUAN
Tenaga bidan yang berkualitas dihasilkan oleh institusi kebidanan yang
dikelola dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan regulasi. Pendidikan bidan di Indonesia saat ini mayoritas di jenjang
pendidikan DIII kebidanan dengan kualifikasi bidan pelaksana yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan ataupun
praktik perorangan.
Untuk mencapai ketrampilan tersebut, maka pada semester II, mata kuliah
KDK II sebagai salah satu mata kuliah untuk mendasari kemampuan bidan dalam
menerapkan ketrampilan dasar lanjutan dari mata kuliah KDK I yang diberikan
di semester I sehingga diharapkan setelah mata kuliah KDK II ini, mahasiswa
dapat melaksanakan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik yang berhubungan
dengan praktik kebidanan, memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang
digunakan dalam praktik kebidanan, menerapkan teknik pemberian obat,
melaksanakan perawatan luka dalam kasus kebidanan, melaksanakan resusitasi
dan melaksanakan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus
kebidanan.
TINJAUAN MATA KULIAH
A. Desripsi Singkat Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberi kesempatan mahasiswa untuk menerapkan
keterampilan dasar lanjutan dalam praktik kebidanan.
B. Kegunaan / Manfaat Mata Kuliah
Dengan adanya mata kuliah Ketrampilan Dasar Kebidanan II,
diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dalam persiapan untuk
pemeriksaan diagnostik yang berhubungan dengan praktik kebidanan,
memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik
kebidanan, menerapkan teknik pemberian obat, melaksanakan perawatan
luka dalam kasus kebidanan, melaksanakan resusitasi dan melaksanakan
asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus kebidanan
3
Bahan Ajar Mata Kuliah
C. Standart Kompetensi Mata Kuliah
Standart kompetensi mata kuliah Ketrampilan dasar Kebidanan II ini
adalah mahasiswa mampu melakukan ketrampilan dasar lanjutan sesuai
dengan prosedur operasional dengan benar.
D. Susunan Urutan Bahan Ajar
1. Persiapan untuk pemeriksaan diagnostic yang berhubungan dengan
praktik kebidanan
1.1.
Persiapan untuk persiapan diagnostic
1.1.1 Alat
1.1.2 Bahan
1.1.3 Tempat
1.2. Persiapan dan pengambilan specimen
1.2.1 Dara
1.2.2 Urine
1.2.3 Faeces
1.2.4 Cairan pervagina
1.2.5 Secret
1.3 Persiapan untuk pemeriksaan
1.3.1 USG
1.3.2 Rontgen
1.3.3 CTG
1.3.4 Laparaskopi
2. Memahami obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam
praktik kebidanan
2.1. uterotonika
2.2. obet anti perdarahan
2.3. obat analgetika
2.4. obat anti jamur
2.5. obat diuretika
2.6. obat antibiotika
2.7. abat anemia
2.8. obat anemiaobat pre dan eklamsi
2.9. obat anti piretika
2.10. vitamin dan mineral
2.11. anti konfulsi
2.12. obat anti hipertensi
3. Melakukan tindakan-tindakan untuk pengobatan dan pemberian cairan
dalam asuhan kebidanan
3.1. Oral, sublingual
3.2. Parentral
3.3. Inhalasi
3.4. Vagina
3.5. Rectum
3.6. Kulit
3.7. Mata
3.8. Epidural
3.9. Kompres
4
Bahan Ajar Mata Kuliah
4. Melakukan perawatan luka dalam praktik kebidanan
4.1. pengertian luka
4.2.
jenis – jenis luka
4.3.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4.4.
Masalah yang terjadi pada luka bedah
4.5.
Cara menjahit luka
4.6.
Perawatan luka
4.7.
Cara menjahit dan mengambil jahitan
5. Melakukan resusitasi
5.1. Pengertian
5.2.
Persiapan
5.3.
prosedur
6. Melakukan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus
kebidanan
6.1. Konsep pre, intra dan post operasi
6.2. Jenis- jenis pembedahan dan anestesi
6.3. Asuhan pre operasi
6.4. Asuhan intra operasi
6.5. Asuhan post operasi
E. Petunjuk Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (modul) ini dan membaca
referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan, membuka e-learning
yang sudah ada.
5
Bahan Ajar Mata Kuliah
BAB I
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.
Kompetensi Dasar
Melakukan
keterampilan
dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan.
1.
Indikator
Melakukan
persiapan
dan
pemeriksaan diagnostic yang
berhubungan dengan praktik
kebidanan
B. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based
dengan pokok bahasan persiapan dan pemeriksaan diagnostic yang
berhubungan dengan praktik kebidanan.
URAIAN MATERI
PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I.
PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Alat, Bahan & Tempat
1. Pengambilan specimen darah :
a. Bak instrumen
b. Torniquet
c. Spuit 3 cc
d. Botol untuk specimen
e. Bengkok
f. Sarung tangan
g. Pengalas
h. Lanset
i. Alat pengukur Hb
2. Pengambilan specimen urine
a. Wadah / botol tempat urine dengan tutupnya
b. Handscoon
c. Kertas etiket / label
d. Bengkok
3. Pengambilan specimen cairan pervaginam
a. Obyek glass
b. Bengkok
c. Sarung tangan
d. Spekulum
e. Perlak
6
Bahan Ajar Mata Kuliah
f. Kapas lidi steril
g. Kain kassa
h. Kapas sublimat
4. Pengambilan specimen sputum
a. Sputum pot (tempat ludah) yang tertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Handscoon
d. Bengkok
e. Tissue
f. Perlak pengalas
g. Formulir dan etiket
II.
PERSIAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Darah
a. Specimen darah vena
1) Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan
dilakukan
2) Mendekatkan alat kedekat pasien
3) Mengatur pasien senyaman mungkin
4) Mencuci tangan dengan teknik yang benar
5) Memakai sarung tangan
6) Membebaskan lokasi pengambilan spesimen darah vena dari
pakaian
7) Memasang pengalas dibawah daerah yang akan diambil darahnya
8) Mengikat bagian atas daerah pengambilan darah dengan
tourniquet dan menganjurkan pasien untuk menggenggam
tangannya
9) Mengidentifikasi kulit dengan kapas alkohol secara sirkuler dengan
diameter + 5 cm
10) Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan
11) Menusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan
12) Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah
masuk vena
13) Membuka karet pembendung (torniquet) dan anjurkan pasien
membuka genggaman tangannya (bila darah sudah terlihat pada
tabung spuid)
14) Menarik penghisap sehingga darah masuk ke dalam tabung spuid
dan hisap sebanyak kebutuhan
15) Menarik jarum keluar dengan meletakkan kapas alkohol diatas
jarum dan tarik jarum keluar
16) Memasukkan jarum dalam spuid kedalam botol yang sudah
disediakan keudian diberi label
17) Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar
18) Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan dengan teknik
yang benar
19) Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
b. Specimen darah perifer
1) Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan
dilakukan
2) Menyiapkan alat dan bahan kedekat pasien
7
Bahan Ajar Mata Kuliah
3)
4)
5)
6)
Memasang sampiran dan mengatur posisi senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan teknik yang benar
Memakai sarung tangan
Mendefinisikan kulit dengan kapas alkohol pada ujung jari manis
atau jari telunjuki dan biarkan kering
7) Menusuk dengan lancet secara tegak lurus
8) Mengusap darah yang baru keluar dengan kapas kering,
sedangkan darah yang selanjutnya keluar yang digunakan untuk
pemeriksaan
9) Menekan bekas tusukan dengan kapas kering
10) Membereskan alat dan buang lancet dengan benar
11) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan teknik yang
benar
12) Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
2. Urine
a. Memberitahu dan melaksanakan pada pasien tindakan yang akan
dilakukan
b. Membawa alat ke dekat pasien
c. Memasang sampiran
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
e. Mencuci tangan dengan sabun dan teknik yang benar
f. Memakai sarung tangan
g. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian
ditutup rapat.
h. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
i. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
j. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
k. Membereskan dan merapikan alat
l. Melepas hand scoon
m. Mencuci tangan
n. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3. Feces
a. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Mencuci tangan dengan teknik yang benar
d. Memasang sampiran dan perlak pengalas
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Memberi telunjuk dengan vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus
dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai
teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke
dalam tempatnya.
j. Membersihkan anus dengan kapas lembab dan keringkan dengan
tissue.
k. Melepas hand scoon
8
Bahan Ajar Mata Kuliah
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan dengan teknik yang benar
n. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan
4. Cairan pervaginam
a. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memasang sampiran
d. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian
bagian bawah (jaga privacy pasien)
e. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
f. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
g. Mencuci tangan dengan teknik yang benar
h. Memakai sarung tangan
i. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
tidak dominan
j. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang
dominan sesuai kebutuhan
k. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
l. Membuang kapas lidi pada bengkok
m. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung
kimia dan ditutup
n. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk
dikirim ke laboratorium
o. Membereskan alat
p. Melepas sarung tangan
q. Mencuci tangan
r. Melakukan dokumentasi tindakan
5. Secret
a. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Mencuci tangan dengan teknik yang benar
d. Mengatur posisi duduk
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang
sudah disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan dengan teknik yang benar
m. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
III.
PERSIAPAN UNTUK PENGAMBILAN PEMERIKSAAN
A. USG
1. Pervaginam
9
Bahan Ajar Mata Kuliah
a. Melakukan inform consent
b. Memasukkan
probe
USG
transvaginal/
seperti
melakukan
pemeriksaan dalam
c. Dilakukan pada pemeriksaan dibawah 8 minggu
d. Lebih muda dan ibu tidak perlu menahan kencing
e. Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim
f. Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi
g. Tidak menyebabkan keguguran
2. Perabdominan
a. Melakukan informed consent
b. Probe USG di atas perut
c. Mengoleskan jelly pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
d. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan
belakang di atas permukaan kulit
e. Lakukan antara 10 – 30 menit
f. Bisa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu
g. Karena dari atas perut, maka daya tembusnya akan melewati otot
perut, lemak baru menembus rahim
B. Rontgen
1. Persiapan pemeriksaan
a. Radiografi konvensional tanpa persiapan
Dimana langsung dilakukan pada saat pasien datang dan biasanya
dilakukan untuk pemeriksaan tulang / toraks
b. Radiografi konvensional dengan pemeriksaan
Sebelum pemeriksaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam.
Sehingga ususnya bersih dan hasil foto dapat terlihat dengan jelas
c. Pemeriksaan dengan kontras
Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan
cara diminum atau dimasukkan lewat anus atau disuntikkan ke
pembuluh vena.
2. Indikasi pemeriksaan
a. Sesak napas pada bayi
10
Bahan Ajar Mata Kuliah
Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di toraknya (rongga
dada.
b. Bayi muntah hijau terus menerus
Dimana muntah dicurigai karena sumbatan disaluran cerna.
c. Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus dan organ dalam
lainnya
C. CTG
1. Indikasi pemeriksaan CTG
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid,
penyakit infeksi kronis dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (IUGR)
c. Oligohidramnion
d. Polihidramnion
2. Pemeriksaan
a. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
b. Waktu pemeriksaanselama 20 menit
c. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tidak
menyakitkan ibu maupun bayi
d. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat
segera diberikan pertolongan yang sesuai
e. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
D. Laparaskopi
Laparoskopi dapat membantu dokter untuk mencari penyebab
berbagai masalah ginekologis termasuk endometriosis, mioma uteri, kista
ovarium, perlekatan antara organ-organ panggul, dan kehamilan ektopik
(kehamilan di luar rahim). Beberapa pasangan infertil memerlukan
prosedur ini untuk evaluasi secara menyeluruh penyebab infertilitas.
Tindakan ini biasanya dilakukan setelah pasien menjalani beberapa
pemeriksaan rutin.
Untuk
menjalani
laparoskopi,
pasien
terlebih
dulu
menjalani
pembiusan umum. Setelah dilakukan pembiusan, dilakukan pemasangan
jarum khusus di daerah pusat (pusar), dan rongga perut diisi dengan gas
CO2. Fungsi dari gas ini adalah untuk mendorong organ-organ menjauh
11
Bahan Ajar Mata Kuliah
dari dinding perut sehingga laparoskop dapat dimasukkan dengan aman
tanpa
khawatir
mencederai
organ-organ
tersebut.
Laparoskopi
dimasukkan melalui sayatan kecil pada pusat.
Dengan laparoskop, dokter dapat melihat organ-organ seperti rahim,
saluran telur, dan indung telur. Biasanya dimasukkan alat khusus melalui
sayatan lain pada perut, untuk menggerakkan organ-organ tersebut agar
didapat pandangan yang lebih jelas. Kadangkala dimasukkan larutan
khusus (metilen biru) melalui mulut rahim untuk menilai apakah saluran
telur terbuka atau tersumbat. Bila ditemukan kelainan yang dapat
dikoreksi saat itu, kemungkinan prosedur laparoskopi diagnostik diperluas
menjadi laparoskopi operatif.
LATIHAN
Soal Uraian :
1. Lakukan cara pengambilan specimen darah perifer!
2. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen urine
dan faeses!
3. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen cairan
pervaginam dan sekret!
Tugas :
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik di
lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
12
Bahan Ajar Mata Kuliah
BAB II
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.
Kompetensi Dasar
Melakukan
keterampilan
dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan.
Indikator
2. Memahami obat-obatan dan
pemberian
cairan
yang
digunakan
dalam
praktik
kebidanan
B. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasa ri
konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based
dengan pokok bahasan memahami obat-obatan dan pemberian cairan
yang digunakan dalam praktik kebidanan
URAIAN MATERI
Obat
PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN
adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau
kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan,
meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
A. Tujuan Pemberian Obat
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.
2. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
3. Efek samping yang terjadi minimal
4. Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien
B. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Obat
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada
pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
13
Bahan Ajar Mata Kuliah
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya
atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki
dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp,
dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg,
ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi
Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor
yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan,
harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang
tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam
mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,
atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
C. Komplikasi dan Kesalahan dalam Pemberian Obat
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping. efek
terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai
kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif
(memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau
respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek
untuk mematikan atau menghambat), dan restorative (berefek pada memulihkan
fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak di
14
Bahan Ajar Mata Kuliah
harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan
seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam
pengobatan, dan lain-lain.
Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada
klien, keluarkan sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau
dokter, dan catat dalam pelaporan.
Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna
dengan semakin tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan
semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem
pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift
perawat
D. Pemberian obat
1. Uterotonika
Adalah Obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi uterus. Uterotonika
juga disebut dengan oksitosika. Keuntungan dari pemberian uterotonika adalah
untuk mengurangi pendarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.
Indikasi dari uterotonica yang sering digunakan adalah
 Induksi partus aterm dan mempercepat persalinan pada kasus-kasus tertentu
 Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih. Pada keadaan ini oksitosin
diberikan secara infus.
 Prostaglandin harus digunakan dengan kewaspadaan yang sama dengan
oksitosin. Kelebihan prostaglandin adalah dapat merangsang kontraksi
uterus pada setiap umur kelahiran. Prostaglandin telah digunakan pada
banyak kasus dalam mengakhiri kehamilan dengan missed abortion,
kehamilan intrauterin, ketuban pecah dini dan kehamilan mola.
 Mengontrol perdarahan pascapersalinan
Penggunaan rutin uterotonica setelah partus, dewasa ini sudah tidak
dibenarkan lagi. Apabila diputuskan untuk memberikan uterotonika untuk
mengontrol perdarahan pasca persalinan, maka harus dipastikan bahwa
tidak ada kehamilan ganda dan baru diberikan setelah plasenta keluar.
 Abortus teraupetik
Abortus teraupetik pada kehamilan trisemester I, biasanya dilakukan
dengan suction curretage. Belum ada obat yang efektif untuk menginduksi
abortus pada stadium ini. Oksitosin 20-30 unit tidak efektif untuk terminasi
kehamilan muda. Prostaglandin cukup efektif untuk menimbulkan abortus
pada trisemester ke II. Untuk kasus yang disertai dengan penyakit jantung,
paru-paru, ginjal, hati, asma, hipertensi, anemia dan epilepsi, pemberian PG
perlu dipertimbangkan.
 Uji oksitosin
Uji ini dilakukan terutama pada kehamilan dengan resiko tinggi misalnya
diabetes militus dan pre-eklampsia dan biasanya dilaksanakan pada minggu
terakhir sebelum persalinan dan penderita harus dirawat. Oksitsosin
diberikan per infuse dengan kecepatan mula-mula 0.5 miliunit/menit,
kemudian dosis ditingkatkan perlahan-lahan sampai tercapai kontraksi
uterus tiap 3-4 menit. Hasil positif jika terjadi pengurangan denyut jantung
janin yang terlambat pada setiap kontraksi dengan kekuatan sama. Hasil
15
Bahan Ajar Mata Kuliah
negatif biasanya benar tetapi hasil positif salah pada sepertiganya. Jadi
sebelum tindakan diambil harus dipertimbangkann faktor-faktor lain.


Menghilangkan pembengkakan payudara
Pada gangguan ejeksi susu, oksitosin dapat menolong. Biasanya diberikan
intranasal 2-3 menit sebelum anak menyusu. Hasil pada tiap penderita tidak
sama. Bila efektif rasa nyeri akan hilang. Oksitosin tidak berefek
galaktopoetik oleh karena itu tidak berguna bagi penderita yang air susunya
kurang.
Pengahambat motilitas uterus
Beberapa indikasi klinik penggunaan toksolitik adalah
(1) mencegah persalinan prematur pada kasus-kasus tertentu dan
(2) memperlambat atau menghentikan persalinan untuk sesaat guna
memperoleh terapi yang sesuai.
2. Obat anti perdarahan
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan proses
penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik (Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan.
Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi
daerah yang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai
dengan patogenesis perdarahan.
Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi),
trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah
Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :
1. aktivasi tromboplastin
2. pembentukan trombin dari protrombin
3. pembentukan fibrin dari fibrinogen
Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah
yang hingga kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor
VIII-anti hemofilik, faktor IX-tromboplastin plasma, ..........dst)
Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor
pembekuan darah dan dapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin
sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat
diatasi dengan memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darah
manusia. Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat
meningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang
menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot.
Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu :
1. Obat hemostatik lokal
2. Obat hemostatik sistemik.
Hemostatik Lokal
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme hemostatiknya.
16
Bahan Ajar Mata Kuliah
1. Hemostatik serap
Mekanisme kerja :
Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau
memberikan jala
serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada permukaan
yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah
dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah.
Indikasi :
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal
dari pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk
menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra
vaskularnya cukup besar.
Contoh obat :
 Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang
akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak
memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti
yang terjadi pada penggunaaan kain kasa . Untuk absorpsi yang sempurna
pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat
mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan pembentukan
kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu karena
dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk
digunakan dalam jangka panjang.

Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan tekanan
sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah.
2. Astringen
Mekanisme kerja :
Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga
perdarahan dapat dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini
dinamakan juga stypic.
Indikasi :
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi
kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
Contoh Obat :
Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
3. Koagulan
Mekanisme kerja :
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2
cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin dan
secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Contoh Obat :
Russell‟s viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat
digunakan umpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien
hemofilia. Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1 % dan
ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi, zat ini tersedia dalam bentuk
17
Bahan Ajar Mata Kuliah
bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh
disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan bahaya emboli.
4. Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja :
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
Cara pemakaian :
Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan
larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang berdarah.
hemostatik sistemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor
pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi
ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor
pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/ memberikan faktor
pembekuan yang kurang.
1. Faktor anti hemoflik(faktor VIII) dan cryoprecipitated anti Hemophilic Factor
Indikasi
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada
penderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya
herediter dan pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII
Efek samping
Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma
lain dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehingga
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang
dapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi
hemolitik,
hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam.
Cara pemakaian
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia.
Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB.
Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosis
tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia sebelum operasi diperlukan kadar
anti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari
normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk
7-10 hari.
2. kompleks Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma lain
dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya
hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia.
Efek samping
18
Bahan Ajar Mata Kuliah
trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas berat
(shok anafilaksis).
Dosis
Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan pemeriksaan
pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan
dosis. 1 unit/KgBB meningkatkan aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fase
penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal
3. V itamin K
Mekanisme kerja :
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi
pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan
biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai
hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab
vitamin K harus merangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih
dahulu.
Indikasi :
Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
Efek samping :
Pemberian filokuinon secara intravena yang
terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat,
bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan
kematian.
Perhatian :
Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K, berkurangnya bakteri
yang mensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi
baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya bakteri
yg mensintesis vit. K
Sediaan :
Tablet 5 mg vit. K (Kaywan)
Dosis :
1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada bayinya
3-4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia
4. Asam aminokaproat
Mekanisme kerja :
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen
dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/
fibrin dan faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat
mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisisyang berlebihan.
Indikasi :
 Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan
thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan
 Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari
kandung kemih.
 Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan
sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma didalam
mulut.
19
Bahan Ajar Mata Kuliah
 Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan
efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator
plasminogen.
Cara pemakaian :
Dapat diberikan secara peroral dan IV
Efek samping
Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva, dan hidung
tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah trombosis umum, karena itu
penderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik.
5. Asam traneksamat
Mekanisme Kerja :
 Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen
dan plasmin
 Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin, meningkatkan agregasi
platelet
 memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan aktivitas factor koagulasi.
Indikasi
 Hipermenorrhea
 Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR
 Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi
Perhatian
Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit)
Efek Samping
 Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala, anoreksia
 Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan dosis atau
penghentian pengobatan
Sediaan : Kapsul 250 mg, 500 mg
Injeksi 5 ml/250 mg dan 5 ml/500 mg
6. Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)
Mekanisme Kerja :
 Menghambat peningkatan permeabilizas kapiler
 Meningkatkan resistensi kapiler
Indikasi
 Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya
permeabilizas kapiler
 Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunanresistensi kapiler
 Pendarahan otak
Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg
Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg
3. obat Analgetik
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang nonsteroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja
melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan.
Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf
utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih
berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.
20
Bahan Ajar Mata Kuliah
Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama
parasetamol dan kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin
untuk alergi. dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep).
A. ASPIRIN
Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep telah
menghapus daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru. Akan
tetapi, aspirin adalah standart ukuran bagi semua agen-agen antiinflamasi, hingga
mulai adanya ibuprofen bebas yang seefektif aspirin tetepi lebih aman. Aspirin
sekarang kurang dipakai sebagai pengobatan antiinflamasi daripada sebelumnya.
Ibuprofen dan naproxen mengikuti aspirin sebagai NSAID bebas di Amerika Serikat.
Keduanya memiliki catatan keamanan yang baik hingga baik sekali., dan khusus
ibuprofen sekarang merupakan setandart umum terhadap NSAID lain yang
dibandingkan.
Farmakokinetika
Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin mempunyai
pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama efektifnya
, walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salicylate dengan cepat
diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas, menghasilkan kadar puncak plasma
salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan dihidrolisis cepat
menjadi acetic acid dan salicylate oleh esterase -esterase dalam jaringan dan darah.
Farmakodinamika
1)
Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua
isoform COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua
isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa
(scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan
AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis
rendah bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi
platelet.
Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga
mempengaruhi mediator-mediator kimia dari sistem kallikrein. Sebagai akibatnya,
aspirin menghambat melekatnya granulosit pada vasculature yang rusak,
menstabilkan lysosome, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear danb
makrofag ke dalam daerah inflamasi.
2)
Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap
inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada daerah
subkortikal.
3)
Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan
suhu badan normal hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin
diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1
(yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan
21
Bahan Ajar Mata Kuliah
dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah
permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak.
4)
Efek-efek platelet. Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal
aspirin (kira-kira 80 mg sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu
pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila pemberiannya dilanjutkan selama
seminggu. Perubahan disebabkan oleh hambatan platelet COX yang irreversible,
sehingga efek antiplatelet dari aspirin berlangsung 8-10 hari (umur platelet). Secara
umum, aspirin harus dihentikan satu minggu sebelum pembedahan untuk
menghindari komplikasi perdarahan.
Pemakaian Klinis
Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan
nyeri ringan sampai nyeri sedang yang sebabnya beragam,tetapi tidak efektif untuk
nyeri organ dalam, seperti infraktus miokardium atau kolik ginjal atau empedu.
Aspirin sering dikombinasikan dengan analgesik ringan lain dal lebih dari 200
produk semacam itu bisa dibeli tanpa resep. Kombinasi yang lebih mahal ini tidak
pernah menunjukkan lebih efektif atau kurang toksik daripada aspirin saja. Aspirin
dan NSAID lainnya telah dikombinasikan dengan analgesik opoid untuk meredakan
nyeri pada kanker, yang efek antiinflamasi mereka bekerja secara sinergis dengan
opoid untuk menungkatkan analgesia.
Dosis
Dosisi analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum
dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar
mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan
dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah 5075 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.
Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75
mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya dosi
terbagi 3 kali/hari, sesudah makan.
Pemilihan Obat
Aspirin dapat diperoleh dari berbagai macam pabrik, dan meskipun bisa
bervariasi dalam tekstur dan penampilan, kandungn aspirin tetap. Tes disintegrasi
adalah bagian dari standart resmi, dan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa
perbedaan antara tablet tersebut memiliki keamanan klinis. Buffered Aspirin yang
paling popular tidak mengandung cukup alkali untuk mengurangi iritasi lambung
dan tidak ada bukti bahwa preparat yang lebih mahal ini dikaitkan kadar darah
yang lebih tinggi atau evektivitas klinis yang lebih besar.
Efek Samping Obat
Pada dosis yang biasa, efek aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan
lambung. Efek ini bisa dikurangi denggan penyanggaan yang sesuai (menelan aspirin
bersamaan dengan makanan diikuti dengan segelas air atau antacid).
22
Bahan Ajar Mata Kuliah
Dengan dosisi lebih tinggi , pasien-pasien mungkin mengalami salicylism,
muntah - muntah, tinnitus, pendengaran yang berkurang, dan vertigo yang
reversible dengan mengurangi dosis. Dosis salicylate yeng lebih tinggi menyebabkan
hiperpne melalui efek langsung pada medulla batang otak, sedangkan dosis
salicylate yang lebih rendah alkalosisi respiratorik mungkin terjadi.
Terkadang juga dapat menyebabkan hepatitis ringan dan penurunan filtrasi
glomeruli. Pada dosisi harian 2 gr atau kurang, akan menaikan kadar asam urat
dalam serum.
Obat – Obat Antiinflamasi Yang Lebih baru
Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar :
1.
Derivat asam propionate
2.
Derivat inidol
3.
Fenamat
4.
Asam pirolalkanoat
5.
Derivate Pirazolon
6.
Aksikam
7.
Asam salisilat
Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID tersebut mempunyai mekanisme
yang sama dengan aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat
biosintesis prostaglandin.
Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari
granulosit, basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas
pebuluh darah terhadap bradikinin dan histamine, mempengaruhi produksi limfokin
dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya ialah penghambat sintesis
protrombin, walau derajatnya berbeda-beda. Mereka semua juga :
1.
Analgesik
2.
Antiinflamasi
3.
Antipiretik
4.
Menghambat agregasi platelet
5.
Menyebabkan iritasi lambung
6.
Bersifat nofrotoksik
23
Bahan Ajar Mata Kuliah
1.
Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg,
efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek
analgesiknya yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam
, metabolism di hati, 10% diekskresi tanpa di ubah.
2.
Fenoprofen
Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis
(inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen
yaitu nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem
saraf pusatdan kardiovaskuler.
3.
Indomethacin
Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi
efektivitasnya juga lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin.
Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam.
4.
Sulindac
Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi sulfide,
duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain.
Dapat juga terjadi sindrom Stevens-Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan
sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari.
5.
Maclofenamate
Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu
paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid.
Efek sampingnya menyerupai obat NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai
keistimewaan disbanding yang lain.
Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis
untuk atritis inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis.
6.
Asam Mefenamat
Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang
kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturutturut lebih dari 1 minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal
500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg.
7.
Tolmetin
Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam efektivitasnya
terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja.
Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehar
24
Bahan Ajar Mata Kuliah
8.
Fenilbutazon
Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi
di temukan berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia aplastika,
anemia hemolitik, sindrom nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis
eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler ren.
9.
Piroxicam
Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini
cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai
80% dari kadar puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 %
penderita, efek buruk lainnya ialah dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit.
10. Diflunisal
Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma
ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya
aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan antiinflamasi akan tetapi efek
antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya
menyerupai NSAID yang lain
11. Meloxicam
Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2 selektif
(COX-2). Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping
pada saluran gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang lain,
dengan kekuatan antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam 15
mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap saluran
gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.
12.
ANALGESIK LAIN
Acethaminophen adalah salah satu obat yang paling penting untuk mengobati nyeri
ringan sampai sedang bilaman efek antiinflamasi tidak diperlukan. Phenacetin,
sebuah produk yang dimetabolisme menjadi acetaminophen, lebih toksik daripada
metebolit aktifnya dan tidak mempunyai indikasi rasional.
A. ACETAMINOPHEN
Acetaminophen adalah metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung jawab
akan efek analgesiknya. Ia adalah penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan
perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan.
Farmakokinetik
Acetaminophen di berikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat
pengosongan perut, dan konsentrasi daerah puncak biasanya tercapai dalam 30 –
60 menit. Acetaminophen sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian di
metabolism oleh enzim mikrosomal hati dan di ubah menjadi sulfat dan
glukoronida acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang Dari 5 %
25
Bahan Ajar Mata Kuliah
di ekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif
adalah penting dalam dosis besar karena efek toksiknya terhadap hati dan ginjal.
Waktu paruh acetaminophen adalah 2 – 3 jam dan relative tidak terpengaruh oleh
fungsi ginjal.
Indikasi
Sekalipun ekuifalen dengan aspirin sebagai agen analgesik dan antipiretik yang
efektif, acetaminophen berbeda karena sifat antiinflamasinya lemah. Ia tidak
mempengaruhi kadar asam urat dan sifat penghambatan platelatnya lemah. Obat
ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri
pada pascapersalinan dan keadaan lain dimana aspirin efektif sebagai analgesik.
Aceteminophen saja adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti atritis
rheumatoid, sekalipun ia dapat di pakai sebagai tambahan analgesik terhadap terapi
anti inflamasi. Untuk analgesik ringan acetaminophen adalah obat yang lebih
disukai pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilaman salicylate tidak bisa di
toleransi.
Efek – Efek Yang Tidak Diinginkan
Dalam dosisi terapeutik, sedikit peningkatan enzim – enzim hati kadang – kadang
bisa terjadi tanpa adanya ada ikterus : obat ini reversible bila obat dihentikan.
Denga dosis yang lebih besar, pusing – pusing, ketegangan, dan disorentasi bisa
terlihat. Menelan 15 g acethaminophen bisa fatal, kematian disebabkan oleh
hepatotoksisitas yang hebat dengan nekrosis lobules sentral, kadang – kadang
dikaitkan dengan nikrosis tubulus ginjal akut.
Dosis
Nyeri akut dan demam bisa di atasi dengan 325 – 500 mg empat kali sehari dan
secara proporsional di kurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state)
dicapai dalam sehari.
B.
PHENACETIN
Phenacetin tidak lagi dipakai di Amerika Serikat dan telah di tarik dari berbagai
kombinasi analgesik bebas (OTC) seperti Anacin dan Empirin Compound. Akan
tetapi phenacetin masih ada dalam sejumlah analgesik di Amerika Serikat dan masih
banyak di pakai di Negara lain. Kaitan antara pemakaian berlebih dari kombinasi
analgesik – terutama yang mengandung phenacetin – dan perkembangan kegagalan
ginjal telah di ketahui selama hampir 30 tahun. Perkiraan presentase pasien dengan
penyakit ginjal tahap akhir yang merupakan akibat dari pemakaian analgesik yang
salah adalah 5 % hingga 15%. Setelah larangan pemakaian phenacetin dalam
analgesik di Finlandia, Skotlandia, dan Canada, Jumlah kasus baru dari nefropati
analgesik di Negara-negara tersebut berkurang secara signifikan.
4. Obat anti jamur
26
Bahan Ajar Mata Kuliah
Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti
cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan
tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang
paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis
('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan.
Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi yang merupakan salah
satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
Ada beberapa jenis obat-obatan antijamur
a.
Antijamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b.
Antijamur peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak
terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati
infeksi Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan.
itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang
diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur.
Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya
disebabkan oleh jenis jamur tinea.
Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat
digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh
c.
Antijamur injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obatobatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Infeksi jamur sistemik
- Amfoterisin B
- Flusitosin
- Ketokonazol
- Itakonazol
- Fluconazol
- Kalium Iodida
2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)
AMFOTERISIN B
27
Bahan Ajar Mata Kuliah
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan
menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan
kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
reseptor sterol pada membran sel.
Farmakokinetik
Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase
kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan
tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.
Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah
yang diberikan.
Efek samping
•Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia,
nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
•50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan
menggigil.
•Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
•Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à pemberian kalium.
•Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama
flusitosin.
Indikasi
•Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidosis.
•Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
•Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.
Sediaan
•Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk
Dosis
•Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang
dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB
sebagai dosis pemeliharaan.
28
Bahan Ajar Mata Kuliah
•Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur,
pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4
bulan
Flusitosin
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah mengalami
fluorinasi
Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil
Farmakokinetik
•Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian
bersama
makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang
diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama
suspensi alumunium
hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan
neomisin.
•Distribusi :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume
distribusi
mendekati total cairan tubuh.
•Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu
dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml.
•Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini
lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.
•Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan
sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada
penderita insufisiensi ginjal.
Efek samping
•Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada
penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi
atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian
obat tersebut.
•Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
•Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT,
hepatomegali.
•Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.
Indikasi
•infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
•Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosi
Sediaan dan dosis
•Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
29
Bahan Ajar Mata Kuliah
•Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4
dosis.
Ketokonazol.
Mekanisme kerja
•Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis
ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan
dengan membran.
Farmakokinetik
•Absorbsi
: diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar
plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan
melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang
tinggi,pada pemberian bersama antasid.
•Distribusi
: ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
•Ekskresi
: Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke
lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya
dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.
Efek samping
•Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.
•Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
•ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi
berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.
Indikasi
•Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan
lemak.
Kehamilan dan laktasi
Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80
mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut.
Itrakonazol
Mekanisme kerja
•Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang
dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan
akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan
kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran
Farmakokinetik
•Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan
bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan
kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
•Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).
30
Bahan Ajar Mata Kuliah
Sediaan dan dosis
•Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
•Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
•Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
•Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
•Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.
Efek samping
•Kemerahan,
•pruritus,
•lesu,
•pusing,
•edema,
•parestesia
•10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu
dihentikan
Indikasi
•Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan
ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis,
parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.
Flukonazol
Farmakokinetik
•Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya
makanan ataupun keasaman lambung.
•Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
•Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90%
bersihan ginjal.
Sediaan dan dosis
•Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50
dan 150mg.
•Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
•Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.
Efek samping
•Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak
•Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.
Indikasi
•Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita
AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk
pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.
Kalium Iodida
•Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis
31
Bahan Ajar Mata Kuliah
Efek samping
•mual
•rinitis
•salivasi
•lakrimasi
•rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
•iritasi pada mata
•sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu
DOSIS
•Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).
•Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
•Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai
sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi
Anti jamur untuk infeksi topikal
•Griseofulvin
•Imidazol dan Triazol
•Tolnaftat
•Nistatin
Griseofulvin
•Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies
Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang
diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis
Mekanisme Kerja
•Griseofulvin à kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein
mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.
•Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat.
Farmakokinetik
•Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas karena
obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan
bersama makanan berlemak
•Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira 1
µg/ml setelah 4 jam.
•Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6metilgriseofulvin.
•Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan
dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.
Efek samping
•Leukopenia dan granulositopenia à menghilang bila terapi dilanjutkan.
•Sakit kepala àkeluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang biasanya hilang
sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.
32
Bahan Ajar Mata Kuliah
•artralgia, neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya
kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut,
mual, muntah, diare dan flatulensi.
•Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiform,
vesikula dan erupsi menyerupai morbili.
Indikasi
•Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur
Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton.
Sediaan dan dosis
•Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi
mengandung 125 mg/ml.
•Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari
•Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.
•Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat dan
diberikan setiap 6 jam
Kontaindikasi
•Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver karena
obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati
IMIDAZOL DAN TRIAZOL
•Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Yang termasuk
kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan
bifonazol.
MIKONAZOL
•Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil, mempunyai
spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik maupun jamur
dermatofit.
Mekanisme Kerja
•Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas
membran sel jamur meningkat
Farmakokinetik
•Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik..
•Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF
tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang baik ke dalam
peritoneal dan cairan persendian.
•Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi yang
tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui kotoran dengan
komposisi yang tidak berubah pula.
•Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam usus
dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif
33
Bahan Ajar Mata Kuliah
Indikasi
•Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
Efek samping
•Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi.
Sediaan dan dosis
•Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan 2 kali
sehari selama 2-4 minggu.
Indikasi
•Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari
untuk mendapatkan retensi selama 7 hari.
•Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.
4.
obat diuretika
6. obat antibiotika
Pengertian Antibiotik adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sesuatu mikroba
terutama fungi / jamur yang berkhasiat dapat menghambat atau membasmi
mikroba, khususnya adalah mikroba yang dapat menyebabkan antibiotik. Mikroba
penyakit infeksi dapat berupa bakteri, fungi / jamur atau pun dalam hal ini virus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pemberian antibiotik ini.
Berikut adalah tips pemberian obat antibiotik yang perlu kita ketahui dan juga
sekitar pengobatan antibiotika yaitu :
1.Menggunakan pengobatan antibiotika atas resep dokter dan juga atas petunjuk
dokter atau medis.
2.Dosis yang tertera dan juga aturan pakainya harus diikuti dengan taat sesuai
dengan petunjuk dokter ataupun penjelasan apoteker di apotek tempat kita
membeli obat antibiotik itu.
3.Pemberian antibiotik dan antibiotiknya sendiri harus diminum terus sampai habis
meskipun gejala atau sakit yang diobati sudah sembuh.
4.Bentuk-bentuk sedian antibiotik seperti sediaan antibiotik yang berbentuk sirup (
biasanya untuk anak ) ada yang harus disimpan dalam suhu dingin ( di almari es,
jangan di dalam frezernya ).
5.Jangan pernah gunakan antibiotika yang telah mengelami kadaluarsa atau yang
sudah lama disimpan di rumah.
6.Bila memang ada sesuatu yang kurang jelas mengenai pemberian antibiotik ini,
jangan segan untuk bertanya kepada dokter atau bisa juga bertanya kepada
apoteker yang bertugas di apotik tempat kita membeli antibiotik tersebut.
Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotika, misalnya bakteri yang
awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten. Beberapa bakteri
mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian
memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk
perubahan genetik yang ada pada bakteri. Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi
menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu
ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak
efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain.
34
Bahan Ajar Mata Kuliah
Maka kita juga sebagai pengguna antibiotika atau pun pernah meminum antibiotik
dalam rangka kesembuhan kita akan penyakit yang diderita, maka kita harus
berhati-hati akan efek negatif antibiotik dan efek samping obat antibiotika bila tidak
benar-benar memperhatikan dosis dan juga cara pemberian obat itu sendiri. Jadi
kita juga perlu menanyakan sesuatu yang kurang jelas di saat akan diberikan resep
obat terlebih khusus obat golongan antibiotika ini.
7. obat anemia
Memperlakukan anemia memerlukan memperlakukan kondisi hemoglobin rendah
dan sel-sel darah merah dalam darah serta mendeteksi dan memperlakukan proses
penyakit yang telah mengakibatkan anemia.
Kecuali yang mendasari menyebabkan anemia, yang mungkin kehilangan darah
yang terus-menerus, hemolisis anemias, besi kekurangan atau peningkatan
permintaan negara-negara seperti kehamilan, dinilai dan dikelola, perawatan tetap
tidak lengkap.
Jenis pengobatan untuk anemia
Pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia pasien memiliki. (1-6)Besi kekurangan anemia perawatan
Hal ini biasanya melibatkan mengambil suplemen besi untuk menggantikan
kurangnya asupan dari besi dalam diet atau kelebihan hilangnya besi.
Suplemen umum ditentukan adalah besi sulfat. Diambil sebagai pil dua atau tiga kali
sehari.
Lisan besi persiapan datang dengan sejumlah efek samping yang mencakup mual,
muntah, sakit perut, mulas, sembelit, diare, bangku hitam dan menghitam gigi, gusi
dan lidah.
Mengambil besi sulfat bersama dengan makanan atau tak lama setelah makan
membantu untuk mengurangi efek samping.
Alternatif lain adalah glukonat besi.
Besi dapat digantikan oleh mengambil makanan yang kaya akan besi. Ini termasuk
sayuran berdaun hijau gelap, dibentengi besi roti dan sereal, kacang, daging,
kacang-kacangan, aprikot, plum, kismis, tanggal dll.
Teh, kopi, kalsium, ditemukan di produk-produk susu seperti susu, antasid dll
mengurangi penyerapan besi dari usus dan harus dihindari.
Suplemen vitamin c membantu menyerap besi lebih baik. Pasien mengecek setelah
dua sampai empat minggu untuk melihat apakah ada tanggapan.
Pengobatan anemia kekurangan vitamin B12
35
Bahan Ajar Mata Kuliah
Ini dapat diobati dengan suntikan vitamin B12. Vitamin adalah dalam bentuk suatu
zat yang dikenal sebagai hydroxocobalamine. Suntikan diberikan pada alternatif hari
selama dua minggu.
Jika ada kurangnya diet vitamin, tablet mungkin diresepkan. Vitamin B12 dapat
ditemukan dalam daging, susu, telur, salmon dll.
Vegetarian atau vegan mungkin perlu suplemen sebagai tablet atau sereal
berbenteng atau produk kedelai.
Anemia karena kekurangan folat
Untuk folat kekurangan anemia harian asam folat tablet yang diresepkan.
Folat tablet biasanya diresepkan sepanjang dengan suplemen Vitamin B12. Hal ini
karena folic acid perawatan kadang-kadang dapat meningkatkan gejala yang
menutupi kekurangan vitamin B12 mendasari.
Jika kekurangan vitamin B12 tidak dideteksi dan ditangani pada tahap ini mungkin
ada kerusakan otak, saraf dan sumsum tulang belakang karena kekurangan vitamin
B12.
Folat ditemukan di brokoli, kubis hijau, wheatgerm, kacang-kacangan, kacangkacangan, sayuran berdaun hijau dll.
Pengobatan untuk anemia parah
Ketika anemia lebih parah, transfusi darah sering diperlukan.
Pengobatan anemia sel sabit
Pasien dengan anemia sel sabit memerlukan diet sehat, suplemen asam folat,
vitamin d dan seng dan menghindari pemicu untuk krisis.
Ini termasuk merokok, alkohol, kelelahan, dehidrasi, suhu dingin dan panas,
konstriksi pakaian dll.
Tidak ada obat untuk anemia sel sabit, tetapi frekuensi dan kualitasnya krisis dan
komplikasi mereka dapat dikurangi. Mereka perlu menyelesaikan vaksinasi melawan
flu, pneumococcus meningitis, Hepatitis B dan penyakit lainnya untuk mencegah
infeksi.
Anemia karena infeksi
Anemia yang disebabkan oleh infeksi biasanya akan meningkatkan ketika infeksi
diperlakukan. Hal ini terutama berlaku untuk bayi yang baru lahir dengan infeksi
berat yang disebut sepsis.
Pengobatan untuk diperbesar limpa
36
Bahan Ajar Mata Kuliah
Dalam beberapa bentuk anemia hemolisis mungkin ada limpa diperbesar.
Limpa mungkin pembedahan dihapus untuk mencegah sel dari sirkulasi atau
menghancurkan terlalu cepat.
Anemia dalam kehamilan
Jika hemoglobin konsentrasi kurang dari 9,0 g per dL anemia dalam kehamilan
didiagnosis.
Anemia dikelola dengan oral dosis 60-120 mg per hari dari besi. Pasien dievaluasi
setelah empat minggu terapi.
Pengobatan anemia dan sumsum tulang
Beberapa obat yang diresepkan untuk merangsang sumsum tulang untuk
menghasilkan sel lainnya. Ini sangat berguna dalam aplastic anemia dan leukemias.
Transplantasi sumsum tulang juga dapat digunakan. Dalam prosedur ini, tulang
sumsum sel-sel yang diambil dari donor yang cocok (biasanya dengan pertandingan
genetik misalnya saudara kandung atau hubungan darah).
Ini kemudian disuntikkan ke dalam vena. Ini kemudian perjalanan melalui aliran
darah ke sumsum tulang dan menghasilkan sel darah baru.
Pencegahan anemia
Pencegahan anemia (4):
•Bayi dan anak-anak prasekolah anemia dapat dicegah dengan mendorong eksklusif
menyusui bayi (tanpa tambahan cairan, air, formula atau makanan) selama empat
sampai enam bulan setelah kelahiran.
Selama penyapihan dari payudara padatan sumber tambahan dari besi (sekitar 1 mg
per kilogram per hari dari besi) harus diperkenalkan dalam makanan. Jika bayi tidak
payudara makan, hanya dibentengi besi rumus sebagai pengganti ASI dianjurkan.
Dalam payudara makan bayi yang memiliki besi kekurangan diet 1 mg per kilogram
per hari dari besi tetes yang direkomendasikan jika tidak dilengkapi makanan lain.
Karena susu menghambat penyerapan zat besi dari usus, itu harus menyarankan
bahwa anak-anak berusia satu sampai lima tahun membutuhkan tidak lebih dari 24
oz sapi susu, kambing, susu dan susu kedelai per hari.
Makanan yang kaya vitamin C (misalnya, buah-buahan, sayuran dan jus) yang
direkomendasikan luar enam bulan untuk meningkatkan penyerapan besi.
•Untuk remaja gadis-gadis dan perempuan pencegahan besi kekurangan termasuk
diet kaya besi sehat. Semua gadis-gadis remaja dan perempuan nonpregnant perlu
diputar untuk anemia setiap lima sampai 10 tahun hingga menopause.
•Dalam kehamilan dosis rendah lisan (30 mg per hari) suplemen besi dahulu
pralahir kunjungan mungkin mulai untuk mencegah anemia. Wanita hamil
37
Bahan Ajar Mata Kuliah
dianjurkan untuk makan makanan kaya besi dan makanan yang meningkatkan
penyerapan besi
8.obat pre eklamsia dan eklamsia
9. obat anti piretika
Paracetamol/acetaminophen Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia
penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan
terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak
memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya
sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa
perlu meningkatkan dosisnya.
Ibuprofen Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan
diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Asam mefenamat Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul
misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Tramadol Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol
digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan
lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang
memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan,
jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan
dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.
Benorylate Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam
pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin
dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini
tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
Fentanyl Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan
kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan
rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh
aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat
menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai
dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara
mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan
penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan
dihentikan.
Naproxen Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen
bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan
rasa nyeri di tubuh.
Obat lainnya Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat),
Dypirone/Methampiron, Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.
38
Bahan Ajar Mata Kuliah
Untuk pemilihan golongan obat analgesik dan antipiretik yang tepat ada baiknya
anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di medicastore anda dapat mencari informasi obat seperti : kegunaan atau indikasi
obat, generik atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal
apa yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda
pilih hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat.
Sehingga anda dapat memilih dan beli obat sesuai dengan kebutuhan anda
LATIHAN
Soal Uraian :
1. Jelaskan konsep dan pemberian obat – obatan dan cairan yang
digunakan dalam praktik kebidanan!
2. Ambilkan jenis obat untuk uterotonika!
3. Ambilkan jenis obat untuk anemia!
4. Ambilkan jenis obat untuk anti perdarahan!
Tugas :
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik
di lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
BAB III
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.
Kompetensi Dasar
Melakukan
keterampilan
dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan.
Indikator
3. Melakukan
tindakantindakan untuk pengobatan
dan pemberian cairan dalam
asuhan kebidanan
B. Deskripsi Singkat
39
Bahan Ajar Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based
dengan pokok bahasan tindakan-tindakan untuk pengobatan dan
pemberian cairan dalam asuhan kebidanan.
URAIAN MATERI
TEKNIK PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN
A. Pemberian Obat Melalui Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah,
mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
1. Alat dan Bahan:
a. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.
b. Obat dan tempatnya.
c. Air minum dalam tempatnya.
2. Prosedur Kerja:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu
dan tepat tempat.
d. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan
jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat.
Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk
bubuk dan campur dengan minuman. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum
pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
e. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
f. Cuci tangan.
B. Pemberian Obat Melalui Parenteral
1. Persiapan alat :
a. Kapas alkohol
b. Disposable syringe yang sesuai (1 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc)
c. Sarung tangan karet (handscoon disposable)
2. Macam pemberian obat parenteral :
• Injeksi Intramuscular :
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam otot dengan jarum suntik.
Cairan yang digunakan biasanya dalam jumlah kecil, antara 0,5-10 cc.
Obat yang sering diinjeksikan cara im : metoclopramide, codein, suntikan KB,
macam2 vaksin.
40
Bahan Ajar Mata Kuliah
a. Lokasi untuk penyuntikan IM :
Daerah glutea : penderita dipersilahkan berbaring, Daerah deltoid : penderita boleh
berdiri atau duduk, Daerah paha : penderita boleh berbaring atau duduk.
b. Prosedur im :
1) Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol
2) Pegang daerah kulit dan otot yang akan disuntik kemudian tusukkan jarum suntik
dalam posisi 90⁰ atau tegak lurus, tindakannya harus tepat dan cepat
3) Setelah jarum sepenuhnya masuk, lepaskan pegangan tangan anda
4) Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah
jarum syringe yang ditusukkan masuk ke pembuluh darah atau tidak. Jika tampak
darah, jarum segera dicabut dan daerah bekas tusukan ditekan dengan kapas
alkohol. Lalu lakukan injeksi di lokasi lain dengan menggunakan jarum baru.
• Injeksi Intra Cutan (IC) :
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke lapisan di antara kulit dengan
jarum suntik.
Cairan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah yang sangat kecil 0,1-0,5 cc.
Obat yang sering diberikan dengan cara injeksi intradermal adalah kostrikosteroid
dan tes mantoux.
a. Prosedur :
1) Bersihkan daerah penyuntikkan dengan kapas alkohol
2) Regangkan daerah kulit yang akan disuntik, lalu tusukkan ujung jarum suntik
dalam posisi 10⁰ , posisi lubang jarum mengarah ke permukaan atas.
3) Lalu posisi jarum disejajarkan kulit sampai jarum menembus lapisan antara
stratum corneum. Panjang jarum yang masuk tidak perlu seluruhnya ditusukkan tapi
disesuaikan dengan kebutuhan.
4) Jika sudah yakin bahwa jarum sudah berada di antara lapisan kulit, larutan dalam
syringe boleh diinjeksikan.
5) Jika posisi injeksi sudah benar, maka permukaan kulit akan tampak
menggembung, seperti tanda fluktuasi.
6) Setelah semua larutan diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan kulit daerah
bekas tusukan dihapus dengan menggunakan kapas alkohol.
• Injeksi Sub Cutan (sc) :
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke bawah kulit dengan jarum suntik.
Cairan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah kecil.
a. Lokasi penyuntikan :
di paha bawah bagian depan dan di perut, bagian bawah umbilicus
b. Prosedur :
1) Bersihkan kulit tempat akan dilakukan penyuntikan dengan kapas alkohol
2) Pegang daerah kulit yang akan disuntik, kemudian tusuk ujung jarum suntik
dalam posisi miring 45⁰
3) Jika jarum sudah masuk semuanya, lepaskan pegangan tangan anda
4) Jika yakin bahwa jarum sudah masuk di ruang subcutaneus, larutan dalam syringe
boleh diinjeksikan
5) Setelah larutan semuanya sudah diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan
kulit daerah bekas tusukam ditekan denganmenggunakan kapas alkohol.
• Injeksi Intra Vena (IV) :
41
Bahan Ajar Mata Kuliah
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke dalam sistem peredaran darah
melalui vena dengan jarum suntik. Efek zat akan sangat cepat menyebar ke seluruh
bagian tubuh penderita, karena langsung masuk ke pembuluh darah.
a. Risiko injeksi iv :
1) Infeksi : terutama oleh Staphylococcus aureus dan Candida albicans
2) Phlebitis : iritasi vena bukan karena infeksi bakterial
3) Infiltrasi : zat yang disuntikkan masuk ke jaringan sekitar.
4) Embolism : gumpalan darah, massa padat atau udara menyumbat pembuluh
darah, terutama pada pemberian central iv. Udara sebanyak 30 ml dapat
mengancam sirkulasi darah. Jika sekaligus banyak, maka dapat merusak sirkulasi
pulmonal dan mengancam jiwa. Udara yang sangat besar (3-8 ml/kgBB) dapat
menghentikan jantung.
b. Lokasi penyuntikan : (penderita boleh duduk atau berbaring)
Vena mediana cubiti, Vena basilica, Vena antebrachial medianus, Vena cephalica
c. Prosedur penyuntikan :
1) Palpasi daerah lengan atau fossa cubiti untuk menetukan lokasi dan memilih vena.
2) Pasang manset tourniquet sekeliking lengan atas.
3) Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol.
4) Lokasi penyuntikan ditahan dengan ibu jari penyuntik, kemudian mulai tusukkan
jarum suntik syringe secara hati-hati.
5) Tusukkan jarum syringe secara miring sambil menyususr vena yang akan ditusuk.
6) Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah
jarum syringe yang kita tusukkan sudah benar masuk ke pembuluh vena atau belum.
Jika tampak darah, berarti jarum sudah menembus vena. Jika masih belum tampak
darah, susuri sampai berhasil.
7) Jika sudah tampak darah, lepaskan tourniquet lalu injeksikan cairan dalam
syringe dengan cara menekan pendorong syringe secara perlahan.
8) Setelah cairan dalam syringe sudah habis, cabut jarum perlahan kemudian kulit
bekas tusukan tekan dengan hati-hati dengan kapas alkohol, kemudian boleh
ditutup dengan plester.
Injeksi IV ada 2, yaitu : sentral dan perifer. IV perifer dibagi menjadi 2 lagi, yaitu IV
kontinu (infus) dan IV intermitten. Pemberian IV kontinue Dimaksudkan untuk
memberikan cairan/zat dalam jumlah cukup banyak dan dalam waktu yang cukup
panjang, langsung ke dalam sistem peredaran darah melalui vena. Prinsipnya sama
dengan IV intermitten, tapi ada beberapa perbedaan : pasien harus berbaring dan
jarum khusus untuk pemberian infus atau transfusi berupa abbocath.
C. Pemberian Obat Melalui Sublingual
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun
perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat
yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam
pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami
kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat
menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk
mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap
di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering
diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang
mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada
42
Bahan Ajar Mata Kuliah
pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara
sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya
dalam waktu tiga menit
D. Pemberian Obat Melalui Inhalasi
1. Pengertian
Inhalasi oksigen adalah suatu tindakan memasukan zat asam kedalam paruparu pasein melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.
2. Tujuan
a. Memenuhi kekurangan zat asam
b. Membantu kelancaran metabolisme
c. Sebagai tindakan pengobatan
d. Mencegah hipoxia (misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung,
pekerta tambang)
3. Indikasi
a. Dengan anoxia, hypoxia
b. Dengan kelupuhan alat-alat pernafasan
c. Selama dilakukan tindakan narkose umum
d. Yang mendapatkan trauma paru-paru dada.
e. Dalam keadaan gawat (koma dll)
4. Persiapan
a. Tabung oksigen lengkap dengan monometer
b. Pengikur aliran (flow meter)
c. Botol pelembab (humidifier) yang sudah diisi dengan air matang atau aquades
sampai pada batas untuk melembabkan udara.
d. Slang zat asam
e. Kodok zat asam atau kanula hidung ganda (binasal kanual) atau pipa,
endotracheal, atau tanda oksigen.
f. Alat resuistasi lengkap, bila mungkin disediakan
g. Pasien diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan (bila sadar)
5. Pelaksanaan
a. Pemberian oksigen yang sederhana dengan menggunakan kedok zat asam atau
kanula hidung ganda.
Bila mempergunakan kedok zat asam, kedok
dipasang atau ditutupkan pada mulut dan hidung, tali kedok diikatkan dibelakang
kepala. Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula dimasukan
kedalam kedua lubang hidung, dan tali diikatkan dibelakang kepala.
b. Isi tabung diperiksa dan dicoba
c. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula hidung ganda
d. Flow meter ddibuka dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2L3L/menit)
e. Pasien ditanya apakah berkurang sesaknya.
f. Pemberian oksigen dapat dilakukan terus menerus, intermiten atau dihentikan
sesuai dengan program pengobatan
g. Apabila pemerian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau kanula hidung ganda
diangkat dan selang oksigen ditutup.
h. Pasien dirapihkan kembali
i. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
43
Bahan Ajar Mata Kuliah
E. Pemberian Obat Melalui Vagina
1.
Definisi
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina
atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan
untuk mengobati infeksi lokal.
2.
Alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya.
b. Sarung tangan.
c. Kain kasa.
d. Kertas tisu.
e. Kapas sublimat dalam tempatnya.
f. Pengalas.
g. Korentang dalam tempatnya.
3.
Prosedur kerja
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Gunakan sarung tangan
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
g. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas
pada obat.
h. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang
dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
i. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
j. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
k. Cuci tangan.
l. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
4.
Pemberian obat – obatan / cairan tertentu melalui vagina dapat dilakukan
dengan cara:
a. Mengumbah (irigasi).
b. Mengoleskan.
c. Supposutorium.
5.
Dilakukan pada:
a. Pasien dengan vagina yang kotor.
b. Persiapan tindakan pembedahan jalan lahir.
c. Pasien dengan radang vagina.
d. Post partum dengan lochea yang berbau.
6.
Persiapan alat
a. Irigator dengan selangnya.
b. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
c. Sarung tangan.
d. Standar infus, bila perlu.
e. Obat cairan yang diperlukan, dalam tempatnya.
f. Bengkok (nierbekken).
g. Pispot.
h. Alat bokong.
i. Selimut.
j. Kapas sublimat
44
Bahan Ajar Mata Kuliah
k. Klem.
l. Sampiran (schrem)
7.
Persiapan pasien
a. Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
b. Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
c. Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi
eksternal
d. Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
F. Pemberian Obat Melalui Rektum
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan
pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh
efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi
bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang
melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan rektal.
1. Alat dan Bahan:
a. Obat suppositoria dalam tempatnya.
b. Sarung tangan.
c. Kain kasa.
d. Vaselin/pelicin/pelumas.
e. Kertas tisu.
2. Prosedur Kerja:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
f. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang
lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
g. setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
h. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih
5 menit.
i. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
j. Cuci tangan.
k. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
G. Pemberian obat melalui kulit
Pengertian
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan
mempertahankan hidrasi, melindungi kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengetasi
infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol,
dan sprei.
45
Bahan Ajar Mata Kuliah
Obat dapat diberikan pada kulit dengancara digosokkan, ditepukkan,
disemprotkan, dioleskan dan iontoforesisi (pemberian obat pada kulit dengan
listrik). Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain meliputi :
a.
gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit
b.
bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih di
tentukan oleh dokter)
c.
ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan
dengan tangan.
steril
d.
Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
e.
Oleskan obat tipis- tipis kecuali ada petunjuk lain.
f.
Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator
g.
Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus
Cara pemberian Kulit
Alat dan Bahan:
1.
Obat dalam tempatnya.
2.
Pinset anatomis.
3.
Kain kasa.
4.
Kertas tisu.
5.
Balutan.
6.
Pengelas.
7.
Air sabun, air hangat.
8.
Sarung tangan.
Cara Kerja:
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
46
Bahan Ajar Mata Kuliah
3.
Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4.
Gunakan sarung tangan.
5.
Bersihkan daerah akan diberikan obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6.
Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan, mengompres.
7.
Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8.
Cuci tangan.
H. pemberian obat melalui mata
Pengertian
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata.
Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada
dapat digunakan harus dalam keadaan steril.
Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/ obat salep
mata yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lender dan jaringan
manta yang lunak dan responsive terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu
dengan kekuatan yang rendah misalnya 2 %.
Cara irigasi dan instilasi mata :
1.
Pastikan tentang adanya order pengobatan
2.
Siapakan peralatan
Untuk irigasi :
a.
Tabung steril untuk tempat cairan
b.
Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240 cc dengan suhu 37 C.
c.
Alat irrigator mata atau spuit steril
d.
Bengkok steril
e.
Bola kapas steril
f.
Cairan normal salin steril (bila diperlukan)
g.
Perlak
h.
Sarung tangan steril
Instilasi :
a.Obat yang diperlukan
47
Bahan Ajar Mata Kuliah
b.Kapas kering steril
c.Kapas basah (normal saline) steril
d.Kassa / penutup mata dan plester
e.Sarung tangan steril
3.
Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/ pengobeta
yang akan diberikan. Bantu pasien untuk mengatur posisi duduk atau berbaring
sambil memiringkan kepala kea rah mata yang sakit. Pasang kait penutup untuk
melindungi pasien dan baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah
mata yang sakit (pada pelaksanaan irigasi).
4.
Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya wana merah,
adanya kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek- kucek dan lainlain.
5.
Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan bola kapas yang telah dibasahi
dengancairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus luar.
6.
Masukkan cairan irigasi atau obat mata.
7.
bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar
8.
tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien
9.
bereskan alat yang digunakan dan cacat tindakan anda dengan singkat dan
jelas.
I. Pemberian obat melalui epidural
Suntikan Epidural
Menjelang akhir persalinan tahap pertama dan saat persalinan tahap kedua,
umumnya bantuan lebih lanjut untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman
adalah anestesi atau pembiusan. Pembiusan yang populer di Indonesia adalah
epidural atau painless labour. Pembiusan ini memblok rasa sakit di rahim, leher
rahim, dan bagian atas vagina. Meskipun demikian, otot panggul tetap dapat
melakukan gerakan rotasi kepala bayi untuk keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap
sadar dan bisa mengejan ketika diperlukan meskipun dibius.
Mekanisme kerja epidural sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang
belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang
belakang yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf tulang
belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak dan ke
seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf dibagi
dua jenis, yaitu serabut urat saraf sensoris dan serabut urat saraf motoris. Serabut
saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin
dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan
pesan dari otak ke bagian tubuh, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau
berkontraksi.
Pada pembiusan epidural, bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat
saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya,
ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf
motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura
dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari
48
Bahan Ajar Mata Kuliah
berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan
memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot
punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum
hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter
dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan
jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu
harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin,
sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu
tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah,
kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke
pembuluh darah sebelum pembiusan.
Selain itu, karena tidak merasakan sakit akibat suntikan epidural, mungkin ibu
menjadi sulit untuk membantu kelahiran bayi dengan mengandalkan otot perutnya
dan mendorong ketika terjadi kontraksi rahim. Hal ini menyebabkan persalinan
tahap kedua lebih lama dibanding ibu yang tidak mendapat epidural. Ada
kemungkinan, bayi dikeluarkan dengan bantuan forsep atau vacum.
Dari penelitian yang dilakukan pada bayi baru lahir alami atau per vagina dengan
ibu yang menggunakan metode ini, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
pada nilai APGAR pertama dan kelima antara bayi studi dengan bayi kontrol. Selain
itu, tidak didapatkan perbedaan kejadian bayi kuning dan lama perawatan di rumah
sakit.
Di negara barat, banyak ibu menggunakan metode epidural. Sepuluh persen dari
mereka menyatakan metode ini tidak efektif dan rasa sakit tetap dialami. Sepuluh
persen lainnya mengeluh epidural menimbulkan kejang dan dingin. Namun, 800/0
ibu merasakan manfaat metode ini. Kini, teknik epidural disempurnakan dengan
dikembangkannya teknik blok epidural kontinu, yaitu teknik epidural yang
dikendalikan pasien (patient controlled epidural analgesia) dan teknik kombinasi
epidural spinal (combined spinal epidural analgesia).
Di bawah ini keuntungan penggunaan epidural.
• Delapan puluh persen ibu berhasil mengatasi rasa sakit.
• Tidak mengacaukan pikiran.
• Membantu dalam mengontrol tekanan darah tinggi.
• Mengembalikan kemampuan ibu mengontrol persalinan sehingga mengembalikan
rasa percaya diri.
• Kini, epidural lebih canggih. Penggunaannya tidak memberi efek kebas pada kaki
dan tangan.
Berikut ini kerugian penggunaan epidural.
• Mungkin, ibu merasa mati rasa hanya di sebagian tubuh. Sebagian kecil perut
tidak mengalami efek pembiusan.
• Ibu harus tetap di tempat tidur dan merasa sangat menggigil.
• Mungkin, ibu membutuhkan infus di tangan karena epidural membuat tekanan
darah beberapa wanita turun. Efeknya kurang baik bagi suplai oksigen ke bayi. Cara
pencegahannya, tambah segera volume darah untuk membuat tekanan darah
normal kembali.
• Mungkin, kateter terpasang di kandung kemih ibu. Penggunaan epidural
menyebabkan ibu tidak dapat memperkirakan waktu untuk buang air kecil sehingga
ibu buang air kecil secara otomatis.
49
Bahan Ajar Mata Kuliah
• Mungkin, ibu merasa tidak sepenuhnya sadar. Dengan terpasangnya tiga tabung
di tubuhnya, ibu harus diberi tahu saatnya mengejan jika efek pembiusan belum
hilang pada tahap melahirkan.
• Epidural dapat memperpanjang waktu persalinan, khususnya fase mengejan dan
melahirkan bayi.
• Denyut jantung bayi harus dimonitor sepanjang waktu.
• Ada kemungkinan penggunaan forsep atau vacum untuk membantu kelahiran
bayi karena seringkali epidural membuat bayi tidak dapat bergerak ke posisi yang
pas untuk dikeluarkan.
• Pada saat jarum epidural dicabut dan tabungnya dilepas, kemungkinan ada
kebocoran cairan rongga epidura. Cairan ini dapat bergesekan dengan serabut saraf
tulang belakang. Padahal, pergesekan sedikit saja dapat menimbulkan sakit kepala
berat. Hal ini dapat diatasi dengan mengambil sedikit darah dari tangan ibu.
Biasanya, sehari setelah kelahiran bayi dan menyuntikkannya ke punggung untuk
menutup lubang akibat jarum epidural.
• Beberapa ibu mendapat masalah berkemih setelah menggunakan epidural.
• Epidural tidak dapat digunakan pada persalinan di rumah.
Dalam menggunakan epidural, perhatikan tip-tip di bawah ini.
• Usahakan diam tidak bergerak saat ahli anestesi memasang epidural di punggung
ibu. Posisi ibu dapat berbaring menyamping atau menekuk seperti posisi bayi dalam
perut. Konsentrasilah pada pernapasan. Tarik napas panjang melalui hidung,
kemudian keluarkan perlahanlahan melalui mulut. Pegang tangan pendamping
persalinan dan pertahankan kontak mata dengannya.
• Diskusikan dengan dokter kemungkinan melepas epidural pada tahap mengejan.
Jika ibu dapat merasakan kontraksi saat itu, ibu lebih efektif mengejan.
Mobile epidural
Mobile epidural adalah epidural dalam dosis lebih sedikit dan diberikan dalam
teknik baru sehingga meskipun dapat menghilangkan rasa sakit, tetapi ibu tetap
dapat merasakan sensasi kakinya karena kaki tidak ikut kebal.
Cara penggunaannya persis epidural biasa. Sebuah tabung dipasangkan melalui
jarum yang ditusukkan di bagian bawah punggung. Obat anestesi yang dicampur
obat pereda sakit, seperti pethidin atau fentanyl dimasukkan ke dalam tubuh
melalui selang kecil. Cara kerjanya juga mirip epidural biasa, hanya ibu tidak merasa
kebal di kaki. Mobile epidural juga diberikan sepanjang tahap persalinan pertama
saat ibu tidak sanggup menahan sakit akibat kontraksi atau di awal persalinan jika
ibu sama sekali tidak mau merasakan sakit kontraksi. Keuntungannya, ini merupakan
cara sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan selama penggunaannya ibu
tetap dapat bergerak. Kerugiannya, kualitas bergerak masih dibatasi. Mungkin, ibu
hanya dapat bergerak dari tempat tidur ke kursi atau berjalan dengan bantuan.
Kerugian lain, epidural ini sama dengan penggunaan epidural biasa.
J. Pemberian obat melalui zid bath
Pengertian
Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin yang bertuuan
memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa
nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan
vasokonstriksi.
Persiapan dan Cara Kerja
Alat dan Bahan:
50
Bahan Ajar Mata Kuliah
1.
Termometer.
2.
Air dingin.
3.
Kain/ kantong pelindung.
4.
Kantong es atau sejenisnya.
Cara kerja:
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.
Ukur suhu tubuh.
4.
Asupan air dingin pada kantong es atau bila menggunakan kain asupan kain
pada air dingin lalu diperas.
5.
Letakkan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti pada
daerah axila, pada daerah yang sakit.
6.
Catat perubahan yang terjadi selama tindakan.
7.
Cuci tangan.
Manajemen nyeri
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilakukan oleh bidan,
diantaranya:
1.
Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
a.
Ketidakpercayaan
Pengakuan bidan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal
ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh
perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa
bidan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
b.
Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi
nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami
sangat individual dan pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
51
Bahan Ajar Mata Kuliah
c.
Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat membantu mengurangi ketakutan pasien
dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani
nyeri.
d.
Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola
aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.
e.
Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat
digunakan pengelihan perhaian yang bersifat terapetik. Beberapa teknik pengalihan
pehatian adalah bernapas pelan dan berirama, aktif mendengarkan musik,
membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan sebagainya.
2.
Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik, seperti:
Teknik Latihan Pengalihan
a.
Menonton televisi.
b.
Berbincang-bincang dengan orang lain.
c.
Mendengarkan musik.
Teknik Relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan
udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi Kulit
a.
Menggosok dengan halus pada daerah nyeri.
b.
Menggosok punggung.
c.
Menggunakan air hangat dan dingin.
d.
Memijat dengan air mengalir.
3.
Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesikdilakukan guna menggangu atau memblok transmisi
stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
52
Bahan Ajar Mata Kuliah
terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis
narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi
pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal
di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen dan bahan antiinflamasi nonsteroid.
Golongan aspirin (asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada
sentral dan perifer keungkinan menghambat sintesis prostaglandin yang memiliki
khasiat setelah 15 menit sampai 20 menit dan memuncak 1-2 menit. Aspirin juga
menghambat agrgasitrombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga
dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protrombin bila diberikan dalam dosis
yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti aspirin akan tetapi tidak
menimbulkan perubahan kadar protrombin dan jenis nonsteroid anti inflamantry
drug (NSAID) juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendahdapat
berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic acid,
fenoprofen, naprofen, zomepirac dan lain-lain.
4.
Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus
nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulus nyeri dengan stimulus
yang kurang dirasakan. Benuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:
a.
Transcutaneus electrial stimulator (TENS), yang digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan
beberapa elektrode di luar.
b.
Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat
stimulator sum-sum tulang belakang dan yang diimplan di bawah kulit dengan
transistor timah penerimaan yang dimaksudkan ke dalam kulit pada daerah epidural
dan columna vetebrae.
c.
Stimulator columna vetebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerima abdomen yakni lektroda yang ditanam dengan cara bedah pada dorsum
sum-sum tulang belakang.
LATIHAN
Soal Uraian :
1. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral
(intramuskuler dan intracutan)!
2. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (IV dan SC)!
3. Jelaskan konsep memberikan obat melalui oral, mata dan rektum!
53
Bahan Ajar Mata Kuliah
Tugas :
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik
di lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
BAB IV
C. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.
Kompetensi Dasar
Melakukan
keterampilan
dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan.
Indikator
4. Melakukan perawatan luka
dalam praktik kebidanan
54
Bahan Ajar Mata Kuliah
D. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based
dengan pokok bahasan perawatan luka dalam praktik kebidanan.
URAIAN MATERI
PERAWATAN LUKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
A.
Perawatan Luka
1.
Pengertian
Luka adalah suatu keadaan terputusnya continueitas jarungan tubuh, yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas seharihari.
2.
Jenis Luka
a)
Berdasarkan sifat kejadian
1)
Luka sengaja
Misalnya pada luka terkena radiasi atau bedah
2)
Luka tidak disengaja
Luka terkena trauma, di bagi menjadi:
Luka Tertutup : luka tertutup jika tidak ada robekan
Luka terbuka : luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan seperti luka
abrasi ( luka akibat gesekan), luka puncture( luka akibat tusukan) dan hautration
(luka akibat alat- alat perawatan luka)
b)
Berdasarkan penyebab
1)
Luka Mekanik
Vulnus Scissum , luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka kelihatan rapi.
Vulnus Contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit
akibat benturan benda tumpul.
Vulnus Laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
Vulnus Puncture, luka tusuk yang kecil di bagian luar (di bagian mulut
lukanya), tetapi besar di dalam luka.
Vulnus Sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru.
Vulnus Morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
Vulnus Abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai
ke pembuluh darah.
2)
Luka Non Mekanik
Luka akibat zat kimia, termik, radiasi dan serangan listrik.
3.
Fisiologi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh ada 4 fase
penyembuhan luka:
a.
Hemostatis
55
Bahan Ajar Mata Kuliah
Fase vascular ini terjadi segera setelah terdapat kerusakan jaringan. Terjadi
vasokonstriksi untuk meminimalkan perdarahan dan membantu terjadinya proses
koagulasi. Terbentuknya bekuan fibrin yang menutupi luka sementara waktu.
Sementara terjadi pembentukan pembekuan, darah atau cairan serosa keluar dari
luka yang merupakan upaya tubuh untuk menghasilkan luka secara alami.
b.
Inflamasi
Terjadi dilatasi pembuluh arah disekitar luka, menimbulkan eritema local, edema,
panas, rasa tidak nyaman, rasa berdenyut- denyut dan terkadang gangguan
fungsional. Pada luka yang bersih fase ini berlangsung selama 36 jam, tetapi dapat
lebih lama bila terjadi infeksi atau nekrosis.
c.
Proliferasi
Pada fase ini terjadi pertumbuhan jaringan baru melalui tiga proses
1)
Granulasi
Kapiler di sekitar pembuluh darah tumbuh ke dasar luka. Pada waktu yang sama,
fibroblast memproduksi jaringan kolagen yang akan meningkatkan kekuatan dan
integritas struktur jaringan luka. Jaringan granulasi yang sehat berwarna merah
terang, halus bercahaya dan dasarnya tampak mengerut dan tidak mudah berdarah.
2)
Kontraksi Luka
Setelah luka terisi jaringan ikat , fibroblast terkumpul di sekitar luka dan
berkontraksi, merapatkan kedua tepi luka. Terbentuk jaringan parut epitel fibrosa
yang lebih kuat pada saat fibroblast dan serat kolagen mulai menyusut,
menimbulkan kontraksi pada area tersebut dan obliterasi sebagian kapiler.
3)
Epitelisasi
Sel epitel baru tumbuh di atas permukaan luka untuk membentuk lapisan luar yang
baru, yang dapat dikenali dengan warnanya putih bersemu merah dan semi
trasparan.
d.
Maturasi
Setelah epitelisasi selesai, jaringan baru mengalami remodeling untuk meningkatkan
kekuatan regangan jaringan parut. Fase ini dapat berlangsung sampai 2 tahun.
4.
Factor- factor yang mempengaruhi penyembuhan luka
a.
Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah darah
yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.
b.
Status Nutrisi
Diperlukan asupan protein, Vitamin A dan C, tembaga, zikum dan zat besi yang
adekuat. Protein mensuplai asam amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan
dan regenerasi. Vit A dan zikum untuk epitelisasi, dan Vit c serta zikum untuk sintesis
kolagen dan integritas kapiler. Zat besi diperlukan untuk sintesis hemoglobin yang
bersama oksigen diperlukan untuk menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh.
c.
Merokok
Mempengaruhi ambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan, sehingga memperburuk
perfusi jaringan.
d.
Penambahan Usia
Adanya gangguan sirkulasi dan koagulopati , respon inflamasi yang lebih lambat
dan penurunan aktivitas fibroblas
e.
Obesitas
56
Bahan Ajar Mata Kuliah
Jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat, mengakibatkan
lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi.
f.
Diabetes Mellitus
Gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan. Selain itu hiperglikemia dapat menghambat
fagositosis dan mencetuskan terjadinya infeksi jamur dan ragi.
g.
Obat- obatan
Obat inflamasi menekan sintesis protein, inflamasi, kontraksi luka dan epitelisasi.
h.
Infeksi
Infeeksi menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrose yang menghambat
penyembuhan luka.
5.
Tujuan Perawatan Luka
a.
Melindungi luka dari trauma mekanik
b.
Mengimobilisasi luka
c.
Mengabsorbsi drainase
d.
Mencegah kontaminasi dan kotoran- kotoran tubuh
e.
Membantu hemostasis
f.
Menghambat atau membunuh mikroorganisme
g.
Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
h.
Mencegah perdarahan
i.
Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
6.
Indikasi Perawatan Luka
a.
Balutan kotor dna basah akibat eksternal
b.
Ada rembesan eksudat
c.
Ingin mengkaji keadaan luka
d.
Dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridement jaringan
nekrotik
Merawat luka terdiri dari:
a.
Mengganti balutan luka kering
b.
Mengganti balutan basah kering
c.
Irigasi luka
d.
Perawatan dekubitus
Mengangkat Jaitan
1. Pengertian
Suatu tindakan melepas jaitan yang biasanya dilakukan hari ke 5-7 (atau
sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi)
2. Tujuan
a. Mempercepat proses penyembuhan luka
b. Mencegah terjadiya infeksi adanya korpus alenium
3. Persiapan Alat
a. Set angkat jaitan steril berisi pinset cirurgis 2, anatomis 1, gunting heating
up, lidi waton, kasa dalam bak instrument steril
b. Bengkok berisi lisol 2-3%
57
Bahan Ajar Mata Kuliah
c. Kapas balut
d. Korentang
e. Gunting plester
f. Plester
g. Bensin
h. Alkohol 70%
i. Betadin 10%
j. Kantong balutan kotor/ bengkok kosong
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Memberitahu dan menjelaskan pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan sehingga luka mudah
dirawat
d. Mencuci tangan
e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah
dijangkau
f. Membuka set angkat jahit secara steril
g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan dimasukkan ke dalam
kantong balutan kotor
h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alcohol 70% dan mengolesi
luka operasi dengan betadin solution 10%
j. Melepaskan jahitan satu per satu selang seling dengan cara : menjepit
simpul jahitan dengan pinset cirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian
menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit
atau pada sisi lain yang tidak ada simpul
k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan betadin solution 10%
l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan diplester
m. Merapikan pasien
n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o. Mencuci tangan
p. Mendoumentasikan tindakan yang dilakukan
58
Bahan Ajar Mata Kuliah
LATIHAN
Soal Uraian :
1. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan menjahit luka!
2. Demonstrasikan cara perawatan luka jaitan luka di perineum!
3. Jelaskan konsep dan prosedur mengganti balutan!
4. Demonstraikan cara mengganti balutan pada pasien dengan pasca
operasi SC!
5. Jelaskan konsep dan prosedur mengangkat jahitan!
Tugas :
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik
di lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
BAB V
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.
Kompetensi Dasar
Melakukan
keterampilan
dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan.
Indikator
5. Melakukan resusitasi
B. Deskripsi Singkat
untuk
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik
59
Bahan Ajar Mata Kuliah
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based
dengan pokok resusitasi.
URAIAN MATERI
RESUSITASI JANTUNG PARU
A. PENGERTIAN
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama
pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR
bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama
sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung,
sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.
Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena
kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang
yang patah. Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan
korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.
Prosedur kedaruratan dasar untuk hidup terdiri dari pernafasan dan masase jantung
eksternal manual
B. TUJUAN
1.
Memperbaiki jalan nafas
2.
Memperbaiki pernafasan
3.
Memperbaiki sirkulasi
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PERSIAPAN ALAT
Jalan nafas oral bila langsung tersedia
Unit tas pernafasan manual (AMBU) bila langsung tersedia
Masker jantung RJP, bila ada
Papan kompresi dada, bila ada
Kartu resusitasi, bila ada
Pelindung wajah, bila ada
D. PELAKSANAN TINDAKAN
1.
Tentukan apakah individu tidak sadar dengan menggoncang tubuhnya atau
berteriak : “Anda baik- baik saja”
2.
Tentukan adanya pernafasan dan nadi karotis
3.
Minta bantuan, cari bantuan dari orang yang lewat, minta perawat
tambahan. Tujuan perawatan : memperbaiki jalan nafas, pernafasan, sirkulasi
4.
Baringkan korban pada permukaan yang keras seperti lantai, tanah atau
papan
5.
Tempatkan diri anda pada posisi yang benar dan nyaman :
Penolong 2 orang : satu orang menghadap korban, berlutut sejajar pada kepala
korban.
60
Bahan Ajar Mata Kuliah
Orang kedua pindah ke sisi yang berlawanan dan menhadap korban, berlutut
sejajar pada sternum korban
6.
Memulihkan jalan nafas terbuka :
a.
Dongakan dahi – angkat dagu (lihat gambar) : tinggikan dagu dengan satu
tangan dan berikan tekanan ke bawah pada dahi sampai gigi hampir bersentuhan
tetapi mulut masih terbuka
b.
Manuver rahang (lihat gambar) dapat digunakan oleh professional kesehatan
tetapi tidak dianjurkan untuk masyarakat umum. Raih sudut rahang bawah korban
dan angkat dengan kedua tangan, memindahkan mandibula ke depan sambil
mengangkat kepala ke belakang
7.
Bila tersedia, pasang jalan nafas oral
8.
Berikan pernafasan buatan :
a.
Mouth-to-mouth
·
Dewasa : pencet hidung korban dan tutup mulut korban dengan mulut
perawat
·
Tiupkan 2 nafas penuh ke dalam mulut korban (tiap nafas harus berlangsung
1,5 sampai 2.0 detik : biarakan korban menghembuskan nafas antara pernafasan.
Lanjutkan berikan 10 sampai 12 nafas per menit
b.
AMBU
Untuk dewasa dan anak- anak : untuk kantung resusitasi AMBU gunakan ukuran
masker yang tepat dan pasang di bawah dagu, ke atas dagu, menutupi mulut dan
hidung korban (lihat gambar)
9.
Observasi naik dan turunnya dinding dada pada setiap pernafasan, bila paruparu tidak mengembang reposisi kepala dan leher untuk melihat obstruksi jalan
naas, peiksa guna mencari sumbangan jalan nafas yang dapat terlihat, seperti
muntahan
10. Hisap secret bila perlu atau putar kepala koban ke satu sisi
11. Kaji ulang terhadap terabanya nadi karotis (dewasa)
12. Bila nadi tak teraba, lakukan kompresi dada :
a.
Tentukan posisi tngan yang benar : tempatkan tangan 1- 2 cm di atas
processus xipodeus. Pertahankan tangan sejajar dada dan jari di atas dada. Jari- jari
saling mengunci. Luruskan lengan dan kunci siku- siku. Pertahankan lengan lurus dan
bahu tepat di atas sternum korban
b.
Tekan sternum sampai kedalaman yang sesuai dari bahu. Jangan
mengguncang, namun pindahkan berat badan secara vertical dan kemudian
melepaskan 4- 5 cm (lihat gambar)
c.
Pertahankan ketepatan frekuensi kompresi : 80/menit (hitungan satu 1000,
dua 1000)
d.
Lanjutkan ventilasi mouth to mouth atau AMBU : 5 detik (12/menit)
13. Palpasi nadi karotis pada tiap kompresi dada eksternal selama menit pertama
penuh. Bila nadi karotis tidak teraba, kompresi tidak cukup kuat atau posisi tangan
tidak tepat
14. Lanjutkan RJP sampai teratasi atau sampai korban teraba kembali nadinya dan
bernafas spontan
A. Resusitasi DILAKUKAN pada :
1.Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”
2.Serangan Adams-Stokes
3.Hipoksia akut
4.Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan
5.Sengatan listrik
61
Bahan Ajar Mata Kuliah
6.Refleks vagal
7.Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang untuk
hidup.
B. Resusitasi TIDAK DILAKUKAN pada :
1.Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang
berat.
2.Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi.
3.Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah
½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.
Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian tahapan BHD sangat
penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi, pembukaan jalan nafas, nafas buatan dan
kompresi dada luar) dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan
penilaian yang tepat, setiap langkah ABC RJP dimulai dengan : penentuan tidak ada
respons, tidak ada nafas dan tidak ada nadi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam resusitasi jantung paru adalah sebagai
berikut :
1. Airway (jalan nafas)
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas. Caranya
ialah segera menekuk kepala korban ke belakang sejauh mungkin, posisi terlentang
kadang-kadang sudah cukup menolong karena sumbatan anatomis akibat lidah
jatuh ke belakang dapat dihilangkan. Kepala harus dipertahankan dalam posisi ini.
Bila tindakan ini tidak menolong,maka rahang bawah ditarik ke depan.Caranya
ialah :
1.Tarik mandibula ke depan dengan ibu jari sambil,
2.Mendorong kepala ke belakang dan kemudian,
3.Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut atau hidung.
4.Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong berada pada bagian
puncak kepala korban. Bila korban tidak mau bernafas spontan, penolong harus
pindah ke samping korban untuk segera melakukan pernafasan buatan mulut ke
mulut atau mulut ke hidung.
2. Breathing ( Pernafasan )
Dalam melakukan pernafasan mulut ke mulut penolong menggunakan satu tangan
di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakang,
tangan yang lain menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil
turut menekan dahi korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam
kemudian meniupkan udara ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban
adalah secara pasif, sambil diperhatikan gerakan dada waktu mengecil.
Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik selama pernafasan masih belum adekuat.
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu perhatikan :
1.Gerakan dada waktu membesar dan mengecil
2.Merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang
3.Dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.
4.Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu paru korban
mengecil sampai batas habis.
62
Bahan Ajar Mata Kuliah
3. Circulation ( Sirkulasi Buatan )
Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar (KJL). Henti jantung (cardiac
arrest) ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba, pada seseorang
yang tadinya tidak apa-apa; merupakan keadaan darurat yang paling gawat.
Sebab-sebab henti jantung :
 Afiksi dan hipoksi
 Serangan jantung
 Syok listrik
 Obat-obatan
 Reaksi sensitifitas
 Kateterisasi jantung
 Anestesi.
Untuk mencegah mati biologi (serebral death), pertolongan harus diberikan dalam 3
atau 4 menit setelah hilangnya sirkulasi. Bila terjadi henti jantung yang tidak
terduga, maka langkah-langkah ABC dari tunjangan hidup dasar harus segera
dilakukan, termasuk pernafasan dan sirkulasi buatan.
Henti jantung diketahui dari :
1.Hilangnya denyut nadi pada arteri besar
2.Korban tidak sadar
3.Korban tampak seperti mati
4.Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.
Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan
nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup
paru korban 3-5 kali lalu raba denyut arteri carotis.
Perabaan arteri carotis lebih dianjurkan karena :
Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan pernafasan
buatan
Daerah leher biasanya terbuka, tidak perlu melepas pakaian korban
Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun daerah
perifer lainnya tidak teraba lagi.
Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila denyut nadi hilang atau
diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi buatan dengan
kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai dengan pernafasan
buatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC pada RJP tersebut adalah
sebagai berikut :
1.RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
2.Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia
sudah stabil
3.Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat
berakibat robeknya hati
4.Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada
sternum, jari-jari jangan menekan iga korban
5.Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak
terputus
6.Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP.
63
Bahan Ajar Mata Kuliah
ABC pada RJP dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung dapat
memberi kemungkinan beberapa hasil :
Korban menjadi sadar kembali
Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan RJP yang
terlambat diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi tidak betul
pelaksanaannya.
Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan. Dalam
hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu bantuan hidup lanjut (BHL).
Pengajaran resusitasi jantung paru (RJP) dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1.Bantuan Hidup Dasar (BDH).
2.Bantuan Hidup Lanjut (BHL).
3.Bantuan Hidup Jangka Lama.
Dan dalam 9 langkah dengan menggunakan huruf abjad dari A sampai I.
Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari :
(A) Airway Control : penguasaan jalan nafas.
(B) Breathing Support : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat.
(C) Circulation Support : pengenalan tidak adanya denyut nadi dan pengadaan
sirkulasi buatan dengan kompresi jantung, penghentian perdarahan dan posisi untuk
syok.
Fase II : untuk memulai sirkulasi spontan terdiri dari :
(D) Drugs and Fluid Intravenous Infusion : pemberian obat dan cairan tanpa
menunggu hasil EKG.
(E) Electrocardioscopy (Cardiography).
(F) Fibrillation Treatment : biasanya dengan syok listrik (defibrilasi).
Fase III : untuk pengelolaan intensif pasca resusitasi, terdiri dari :
(G) Gauging : menetukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai
sejauh mana pasien dapat diselamatkan.
(H) Human Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang
baru dan
(I) Intensive Care : resusitasi jangka panjang.
LATIHAN
Soal Uraian :
1. Jelaskan konsep dan prosedur resusitasi!
2. Demonstrasikan Resusitasi Jantung Paru!
Tugas :
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik
di lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
64
Bahan Ajar Mata Kuliah
BAB VI
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
1.
Kompetensi Dasar
Melakukan
keterampilan
dasar lanjutan dalam praktik
kebidanan.
Indikator
6. Melakukan asuhan pada
pasien pre dan pasca bedah
pada kasus kebidanan
B. Deskripsi Singkat
untuk
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa
melakukan ketrampilan dasar lanjutan dalam praktik
65
Bahan Ajar Mata Kuliah
kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based
dengan pokok bahasan asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada
kasus kebidanan.
URAIAN MATERI
PERSIAPAN PRE-OPERASI UNTUK PENDERITA
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
6.
7.
8.
9.
Keperawatan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan pembedahan di
ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar operasi. Dalam fase pre
operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi awal, merencanakan penyuluhan
dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga atau
orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan pemeriksaan
praoperasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan post operasi.
Persiapan pre operasi yang perlu dilakukan oleh petugas untuk penderita antara lain
:
Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan operasi dan
memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada mereka dalam menghadapi
keadaan ini. Diterangkan pula bahwa operasi untuk operasi ini diperlukan izin /
persetujuan dari penderita dan keluarganya.
Melakukan pengosongan kandung kencing. Pada operasi perabdominan di
pasang kateter menetap.
Mengosongkan isi rectum. Pada placenta previa tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan perdarahan.
Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya pencukuran dilakukan langsung
sebelum pembedahan.
Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna dan rambut daerah dinding perut
pada operasi perabdominam.
Melakukan suci hama daerah operasi :
Daerah genetalia eksterna dan vagina dengan memakai larutan asam pikrin,
larutan betadine, larutan savlon dan sebagainya.
Daerah dinding perut dengan larutan betadine, larutan iodium atau larutan
savlonlalu dicuci lagi dengan latutan alcohol.
Jangan lupa bahwa penderita akan NPO sekitar 8 jam sebelum pembedahan.
Pemberian obat obatan selama itu harus diberikan secara IV atau IM. Antibiotika
harus diberikan sebelum pembedahan bilamana itu digunakan sebagai profilaksis
melawan peradangan.
Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum pembedahan pada
beberapa penderita, misalya glukosa darah pada penderita diabetes.
Darah harus dicocokan dengan penderita bilamana akan dilakukan transfuse.
Komponen darah(misal trombosit) harus disiapkan terlebih dahulu.
Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam dan minum cairan
selama 8 jam sebelum pembedahan.
66
Bahan Ajar Mata Kuliah
10. Pemberian cairan intravena sebelum pembedahan tidak diperlukan pada berbagai
kasus, tetapi pada penderita lanjut usia atau pada penderita yang lemah.
Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat meningkatkan
adaptasi klien pasca operasi di antaranya :
1. Latihan nafas panjang
Sesudah operasi, pasien ada kemungkinan susah untuk bernafas daripada biasanya,
oleh karena sakit dan perlu istirahat / ketenangan. Dahak susah dikeluarkan, karena
dipengaruhi oleh efek anastesi. Oleh karena itu pasien yang sudah dioperasi menjadi
radang paru-paru. Sehingga perlu latihan nafas panjang.
Cara berlatih :
a.
Menarik nafas dalam
b.
Keluarkan nafas pelan pelan
Gerakan ini dilakukan sebanyak banyaknya minimum 5 kali dalam sekali latihan,
sekali latihan minimum 3 kali (pagi, siang, sore).
2. Latihan mengeluarkan dahak
Setelah terlatih menarik nafas dalam, kemudian latihab batuk dan berdahak, Karena
dahak yang menempel di saluran nafas itu menyebabkan radang paru-paru/ susah
nafas. Sesudah operasi, biasanya pasien takut batuk dan mengeluarkan dahak sambil
menekan luka operasi.
3. Gizi yang cukup
Sebelum operasi harus mendapatkan gizi yang cukup, agar sesudah operasi luka
cepat sembuh dan tenaga cepat kembali.
4. Kumur – kumur dan menggosok gigi
(Menjaga kebersihan mulut dan gigi)
Saat sudah operasi, di dalam mulut mudah menjadi kotor. Itu menyebabkan
sariawan, limfadenitis, radang paru-paru. Oleh karena itu, pasien dilatih dan dijaga
kebersihan mulut dan giginya. Sejak sebelum operasi.
5. Latihan mengeluarkan otot
Tindakan operasi akan menghabiskan banyak tenaga. Oleh karena itu, sebelum
operasi perlu dilakukan latihan untuk mempertahankan/mengembalikan/
memulihkan tenaga. Sehari 3-4 kali latihan minimum 10 kali gerakan dengan cara
lengan dan kaki diluruskan dan kemudian ditekuk.
Ada beberapa jenis pembedahan dalam kebidanan, antara lain :
A. Histerektomi
B. Laparotomi
C. Operasi Kanker Cerviks
A. HISTEREKTOMI PARSIAL
1. Pengertian
Istilah histerektomi berarti pengangkatan. Jika yang diangkat rahim, maka
disebut histerektomi. Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh
organ dari uterus diangkat. Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik
untuk wanita di negara Amerika Serikat. Histerektomi adalah operasi pengangkatan
kandungan (rahim, uterus) seorang wanita, setelah menjalani histerektomi wanita
tidak mungkin lagi untuk hamil. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi)
merupakan pilihan berat bagi seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini
menyebabkan kemandulan dan berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi
hanya dilakukan pada penyakit-penyakit berat pada kandungan (uterus).
Syarat melakukan histerektomi adalah :
67
Bahan Ajar Mata Kuliah
a. Umur ibu 35 tahun atau lebih.
b. Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
2. Indikasi Histerektomi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu adanya
perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis) juga
dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada pasien
dengan karsinoma. Artikel ini difokuskan secara primer untuk penggunaan
histerektomi non kanker, non emergency yang mana melibatkan keputusan yang
lebih menantang untuk wanita dan dokter-dokternya.
Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak
dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak
(benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun
jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini
dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang
mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis adalah
kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini wanita
mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine
(Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan
urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa.
Kehamilan mungkin melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis,
meskipun tidak ada alasan yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut.Histerektomi
juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre karsinoma
(displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat,
dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.
Beberapa penyebab lain adalah :
a.
Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung
kencing.
b.
Kanker serviks, rahim atau ovarium
c.
Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim
saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut
dan rongga panggul lainnya.
d.
Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam
dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
e.
Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.,
f.
Inflamasi Pelvis karena infeksi
3. Pengobatan atau test untuk melaksanakan tindakan histerektomi
Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di
histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya
digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus
perdarahan abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/pasien
tersebut dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk
mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/pre karsinoma dari uterus tersebut.
Prosedur ini sering disebut sample endometriae. Pada wanita nyeri
panggul/perdarahan percobaan pemberian terapi secara medikamentosa sering
diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.
Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode
menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan
68
Bahan Ajar Mata Kuliah
a.
b.
c.
d.
namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada
tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak
sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan
anemia, dan tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae, ia bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.
Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara
permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya
namun ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian
terapi hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian
dosis/tipe dari hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara
optimal pada beberapa wanita.
Histerektomi terbagi dalam beberapa jenis yaitu :
Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat
tetapi mulut rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara
rutin.
Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus,
mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
menyebabkan keadaan seperti menopause.
Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian
atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini
biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu.
4. Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau
vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui
sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat
vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut
laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu
pengangkatan rahim lewat vagina. Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan
histerektomi perut karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya.
Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak
didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan
preferensi masing-masing ahli bedah.
Perlu diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus
melalui beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :
a.
Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarium
b.
Papsmear terbaru.
c.
USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
B. LAPAROTOMI
1. Pengertian
Laparotomy adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian
perut). Kata "laparotomy" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam
ini pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut
terbentuk dari dua kata Yunani, "lapara" dan "tome". Kata "lapara" berarti bagian
lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul. Sedangkan "tome"
berarti pemotongan.
69
Bahan Ajar Mata Kuliah
Laparotomy dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah
bawah dan pelvis (rongga panggul) yang melingkupi Insisi Vertikal (midline,
paramedian, supraumbilikal), insisi Transversal dan Oblik serta insisi
Abdominothoracic. Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan operasi
pembedahan mikro pada tuba fallopi.
Ada beberapa cara, yaitu;
a. Midline Epigastric Insision (irisan median atas)
Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc. Xiphoideus hingga
1 cm diatas umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat extraperitoneal, dan
peritoneum dipisahkan satu persatu. Membuka peritoneum dari bawah.
b. Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah)
Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan
median atas dan bawah dapat disambung dengan melingkari umbilikus.
Peritoneum harus dibuka dengan sangat hati-hati. Cara yang paling aman adalah
membukanya dengan menggunakan dua klem artery, yang dijepitkan dengan sangat
hati-hati pada peritoneum. Kemudian peritoneum diangkat dan sedikit diggoyanggoyang untuk memastikan tidak adanya struktur dibawahnya yang ikut terjepit.
Kemudian peritoneum diinsisi dengan menggunakan gunting. Insisi diperlebar
dengan memasukkan 2 jari kita yang akan dipergunakan untuk melindungi struktur
dibawahnya sewaktu kita membuka seluruh peritoneum.Bila penderita pernah
mengalami laparotomi dengan irisan median, sebaiknya irisan ditambahkan keatas
atau bawah dan membuka peritoneum diatas atau dibawah irisan lama. Setelah
peritoneum terbuka organ abdomen dipisahkan dengan hati-hati dari peritoneum.
Pada kasus emerjensi, lebih baik melakukan irisan median.
1)
Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional)
Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-kira 2,55 cm dari garis tengah. Insisi dilakukan vertical, diatas sampai bawah umbilkikus,
m.rectus abdominis didorng ke lateral dan peritoneum dibuka juga 2.5 cm lateral
dari garis tengah. Pada irisan dibawah umbilikus diperhatikan epigastrica inferior
yang harus dipisahkan dan diikat.
2)
Lateral Paramedian Insision
Adalah modifikasi dari Paramedian Insision yang dikenalkan oleh Guillou
et al. Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional Secara teoritis, teknik
ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan insisional
hernia dan lebih baik dari yang konvensional.
3)
Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect)
Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional, hanya otot rectus pada
insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada 1/3 tengahnya, atau
jika mungkin pada 1/6 tengahnya. Insisi ini berguna untuk membuka scar yang
berasal dari insisi paramedian sebelumnya. Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih
besar.
4)
Kocher Subcostal Insision
Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan empedu dan
saluran empedu.
Insisi dilakukan mulai dari garis tengah, 2,5-5 cm di bawah Proc. Xiphoideus dan
diperluas menyusuri batas costa kira-kira 2,5 cm dibawahnya, dengan memotong
muskulus rektus dan otot dinding abdomen lateral.
5)
Irisan McBurney Gridiron – Irisan oblique
Dilakukan untuk kasus Apendisitis Akut Dan diperkenalkan oleh Charles McBurney
pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul.
70
Bahan Ajar Mata Kuliah
6)
7)
8)
a)
b)
c)
d)
2.
3.
a.
Irisan Rocky Davis
Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease, irisan ini lebih
kosmetik.
Pfannenstiel Insision
Insisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan akses
pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal retropubic
prostatectomy.
Insisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas symphisis Pubis skin crease sepanjang ± 12 cm.
Fascia diiris transversal, muskulus rektus dipisahkan ke lateral dan peritoneum
dibuka secara vertikal.
Insisi Thoracoabdominal
Insisi Thoracoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat cavum pleura dan
cavum abdomen menjadi satu. Dimana insisi ini akan membuat akses operasi yang
sangat baik. Insisi thorakoabdominal kanan biasanya dilakukan untuk melakukan
emergensi ataupun elektif reseksi hepar Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika
dilakukan untuk melakukan reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian
proximal dari lambung.
Penderita berada dalam posisi “cork-screw”. Abdomen diposisikan kira-kira 45° dari
garis horizontal, sedangkan thorax berada dalam posisi yang sepenuhnya lateral.
Insisi pada bagian abdomen dapat merupakan midline insision ataupun upper
paramedian insision. Insisi ini dilanjutkan dengan insisi oke spasi interkostal VIII
sampai ujung scapula.
Setelah abdomen dibuka, insisi pada dada diperdalam dengan menembus
m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus externus dan aponeurosisnya.
Insisi pada abdomen tadi dilanjutkan hingga mencapai batas costa
M.Intercostal 8 dipisahkan untuk mencapai cavum pleura. Finochietto chest
retractor dimasukkan pada intercostal 8 dan pelan-pelan di buka. Dan biasanya kita
tidak perlu untuk memotong costa.
Diphragma dipotong melingkar 2 – 3 cm dari tepi dinding lateral toraks sampai
hiatus esofagus untuk menghindari perlukaan n.phrenicus. Pada akhir operasi
dipasang drain toraks lewat irisan lain.
Penutupan dari insisi ini adalah dimulai dengan menjahit diaphragma secara
matras 2 lapis dengan benang non absorbabel, otot dada dan dinding abdomen
dijahit lapis demi lapis.
Indikasi
Dalam bidang kebidanan dan kandungan cukup banyak kasus yang dapat
ditangani, antara lain mioma (tumor jinak rahim), kista indung telur, hamil di luar
kandungan, endometriosis (nyeri haid), infertilitas (sulit hamil), KB steril,
perlengketan dalam perut, dan polikistik ovarium.Selain itu kasus –kasus yang
dapatditangani dengan laparotomi yakni: trauma abdomen (tumpul atau tajam),
peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus halus dan usus
besar, masa pada abdomen. Semua kelainan intraabdomen yang memerlukan
operasi baik darurat maupun elektif, seperti Hernia diafragmatika, aneurisma aorta
torakolis dan aorta abdominalis, kelainan oesofagus, kelainan liver.
Komplikasi
Stitch abscess
Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum
jahitan insisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam. Jika
dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika di
raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan sendirinya, walaupun
71
Bahan Ajar Mata Kuliah
untuk yang superficial dapat kita lakukan insisi pada abses tersebut. Antibiotik jarang
diperlukan untuk kasus ini.
b.
Infeksi luka operasi
Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses
inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli,
Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami
demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan
membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan penggunaan
antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi
yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat
dilakukan.
c.
Gas Gangrene
Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam
setelah operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m),
shock yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan debridement luka
di ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah,
penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8 jam.
d.
Hematoma
Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang
dengan sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan
aspirasi.
e.
Keloid Scars
Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian
orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain.
Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam
keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum
menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka
operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat dilakukan.
f.
Abdominal wound Disruption and Evisceration
Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3 %.
Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih
muda. Laki-laki dibanding wanita 4 : 1.
4. Tindakan Pre Operatif
Penatalaksanaan Perawatan
a.
Pengkajian meliputi obyektif dan subyektif.
1) Data subyektif meliputi;
a)
Nyeri yang sangat pada daerah perut.
2) Data obyektif meliputi :
a)
Napas dangkal
b)
Tensi turun
c)
Nadi lebih cepat
d)
Abdomen tegang
e)
Defense muskuler positif
f)
Berkeringat
g)
Bunyi usus hilang
h)
Pekak hati hilang
b.
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di
abdomen.
72
Bahan Ajar Mata Kuliah
2) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi
laparatomi.
3) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan
sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
c.
Hasil yang diharapkan
1) Pasien akan tetap merasa nyaman.
2) Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya.
3) Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d.
Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :
1) Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah ditegakkan.
2) Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk tidak makan
dan minum.
3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
4) Mencatat intake dan output.
5) Posisi pasien seenak mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8) Monitoring tanda-tanda vital.
e.
Diagnosis
1) Foto polos abdomen
2) CT scan abdomen
3) USG abdomen
Adapun prosedur daripada laparotomi adalah seperti layaknya operasi
konvensional, laparoskopi tetap memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar
operasi. Setelah pembiusan, dinding perut disayat pada daerah pusat/umbilikus
sekitar 1 cm. Kemudian dimasukkan kamera kecil untuk melihat organ-organ
didalam rongga perut. Setelah itu dibuat sayatan kedua dan ketiga pada dinding
perut bagian bawah, sedikit diatas tulang pinggul, diameter 0,5 cm, untuk
memasukkan alat-alat berupa ‟stik‟ sebagai pengganti tangan dokter.
Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
a.
Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
b.
Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari
organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk
sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem
vaskuler. Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.
c.
Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads
anestesi untuk memperbaiki volume darah.
d.
Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi
atau reseksi usus dengan anastomosis.
e.
Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
f.
Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari
seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan
memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
g.
Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis
serta kutis dibiarkan terbuka.
Lama perawatan pasca laparoskopi:
73
Bahan Ajar Mata Kuliah
Karena tindakan operasi yang minimal invasif, maka perawatan setelah
operasi hanya satu hari saja (dengan catatan jika tidak terjadi komplikasi selama
operasi).Dan setelah itu pasien dapat kembali beraktivitas normal.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
Post Laparotomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Tujuan perawatan post laparatomi
Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
Mempercepat penyembuhan.
Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri pasien.
Mempersiapkan pasien pulang.
Latihan-latihan fisik yang dilakukan post laparotomi adalah latihan napas dalam,
latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong,
Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post
operasi.
Tindakan keperawatan post operasi:
Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai
drain tercabut.
Perawatan luka operasi secara steril.
Evaluasi post operasi :
Evaluasi tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
Suhu tubuh normal
Nada normal
Perut tidak kembung
Peristaltik usus normal
Flatus positif
Bowel movement positif
Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
Luka operasi baik.
Komplikasi post laparatomi;
Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena
dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan
tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED
yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif.
Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan
antiseptic.
Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
74
Bahan Ajar Mata Kuliah
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
1)
2)
3)
e.
1)
2)
f.
g.
C.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya
organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah
infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada
dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
Proses penyembuhan luka
Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel
darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening
digunakan sebagai kerangka.
Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel
timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan
kemerahan
Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringanjaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan
Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
Pencegahan infeksi.
Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas
dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini. Mempertahankan konsep diri.
Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena
adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan
terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat
dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana
perasaan pasien setelah operasi
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy adalah:
Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
Persarafan : Tingkat kesadaran
Balutan
Apakah ada tube, drainage
Apakah ada tanda-tanda infeksi
Bagaimana keadaan penyembuhan luka pasien yang menjalani laparotomi
Peralatan
Monitor yang terpasang.
Cairan infus atau transfusi.
Rasa nyaman
Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi
Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.
KANKER SERVIK
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang
mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu
75
Bahan Ajar Mata Kuliah
infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker
serviks.
Setelah terpapar HPV, sistem imun wanita biasanya mencegah virus untuk
membahayakan tubuh. Pada beberapa kelompok wanita, virus ini dapat bertahan
selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya mengkonversi beberapa sel pada
permukaan serviks menjadi sel kanker. Setengah dari kejadian kanker serviks terjadi
pada wanita diantara umur 35 dan 55.
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetik
yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan
berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah
banyak tanpa kontrol dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan
membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat
berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis)
Kanker serviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis yang membentuk
dasar serviks (sel skuamosa). Karsinoma sel squamosa merupakan 80% dari kasus
kanker serviks. Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar yang membentuk
bagian atas dari cerviks. Dapat disebut dengan adenocarcinoma, prevalensi kanker
ini yaitu 15% dari kanker serviks. Kadang-kadang kedua tipe sel ditemukan pada
kanker serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks namun persentasenya
sangat kecil.
1. Pemeriksaan diagnostic
a.
Sitologi/Pap Smear
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b.
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c.
d.
e.
2.
a.
1)
2)
3)
4)
1)
2)
Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
Biopsi
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
Terapi
Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua stadium.
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
Dosis Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
Komplikasi Irradiasi
Kerentanan kandungan kencing
Diarrhea
76
Bahan Ajar Mata Kuliah
3)
4)
b.
1)
a)
b)
c)
c.
d.
3.
a.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Perdarahan rectal
Fistula vesico atau rectovaginalis
Operasi
Memilih teknik operasi
Dalam pengangkatan rahim seseorang, dapat dilakukan pada seluruh rahim yang
dikenal dengan histerektomi total atau sebagian saja yang dikenal dengan
histerektomi supraservikal/sub total, hal ini sangat tergantung pada jenis tumor. Bila
tumor jinak, maka sebaiknya dilakukan operasi histerektomi supraservikal/parsial
atau supravaginal, sebab ada pendapat bahwa serviks (mulut rahim) diperlukan
untuk kepuasan fungsi seksual, dan risiko menghindari efek psikis bagi seseorang
wanita bila seluruh alat reproduksi diangkat sehingga dia beranggapan menjadi
tidak sempurna lagi layaknya seorang perempuan. Hal ini hanya bisa dilakukan bila
seorang wanita yang sehat serviksnya atau dengan kata lain melakukan Papsmear
secara teratur. Bila hasil test Papsmear tidak normal, dapat berisiko kanker leher
rahim suatu waktu. Tindakan operasi histerektomi parsial tidak dianjurkan bila suatu
tumor yang berisiko ganas. Soalnya, cara ini masih menyisakan sel tumor pada
bagian rahim yang tidak diangkat.
Teknik operasi histerektomi diperluas adalah suatu jenis operasi yang dilakukan
pada operasi kanker leher rahim, yang masih layak dilakukan operasi. Di sini
beberapa kelenjar limfa yang berdekatan dengan rahim turut juga diangkat demi
meminimalkan penyebaran tumor tersebut. Sebaiknya bila Anda atau istri Anda
punya rencana untuk dilakukan operasi pengangkatan rahim, maka tidak salahnya
berkonsultasi dulu dengan dokter untuk memastikan jenis operasi yang dilakukan
demi optimalisasi aktivitas reproduksi.
Jadi ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan untuk menangani kanker
servik, antara lain :
Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
Operasi histerektomi vagina yang radikal
Operasi histerektomi vagina yang parsial
Kombinasi (Irradiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat
mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga
menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin
Terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks
adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi
keadaan masih tetap sama.
Pra Operasi Kanker Serviks
Perencanaan dan Pra Operasi
Inform Consent / Surat Persetujuan Operasi
Inform consent merupakan salah satu hal penting dari persiapan operasi, di
mana sebelum memberi persetujuan terhadap dokter untuk dioperasi, anda terlebih
dahulu harus diterangkan mengenai :
Kondisi kesehatan dan mengapa operasi ini dipilih sebagai pengobatan
Tujuan operasi
Bagaimana operasi itu sendiri
Keuntungan operasi terhadap anda
Resiko operasi
Efek samping operasi
77
Bahan Ajar Mata Kuliah
g)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
Pilihan pengobatan lain.
Dengan menandatangani inform consent tersebut berarti anda sudah menerima
segala informasi dan bersedia untuk dioperasi. Disarankan untuk anda membaca dan
memahami dengan baik seluruh isi inform consent tersebut dan semua pertanyaan
anda telah dijawab oleh dokter. Jika perlu, anda di dampingi oleh keluarga atau
teman saat menandatangani inform consent.
Pemeriksaan Pra Operasi
Pemeriksaan pra operasi ini ditujukan untuk memeriksa apakah ada faktor resiko
bagi anda untuk menjalani operasi sederhana ini, misalnya resiko pemanjangan
waktu pembekuan darah yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya perdarahan
abnormal. dapun pemeriksaan yang dilakukan berupa :
Anamnesis
: menanyakan riwayat penyakit dahulu berupa darah tinggi,
kencing manis, penyakit jantung, alergi atau kondisi lain yang berhubungan dengan
operasi.
Laboratorium : Darah Lengkap (pemeriksaan darah lengkap dan faal darah). Jika
pemeriksaan darah normal, maka anda akan dipersiapkan untuk melakukan operasi
; menghitung jumlah darah, resiko perdarahan dan infeksi, fungsi ginjal dan hepar
dan untuk penyediaan transfusi darah saat operasi.
Urinalisis
: memeriksa keadaan ginjal dan adanya infeksi, X-ray dada dan
EKG (elektrokardiografi) untuk memeriksa keadaan jantung dan paru.
Lain - lain
: CT scan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor serta
penyebarannya.
Jika anda menggunakan anestesi total (bius total), maka anda akan
dipertemukan dengan dokter anestesi yang akan menangani anda. Dan bukan tidak
mungkin jika dokter akan meminta pemeriksaan lain yang berhubungan dengan
kondisi yang mempengaruhi operasi.
Diagnose suatu penyakit diupayakan sejelas mungkin sebelum therapi
pembedahan dijalankan. Dan bagi operator atau dokter Bedah sendiri, tentu tidak
akan memiliki arah yang pasti di saat berlangsungnya operasi, apa bagaimana dan
seberapa yang mesti dibedah jika informasi atau assessment–pendekatan ke arah
diagnose pasti- belum optimal. Sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar
pemeriksaan fisik untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan
pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang
masih taraf sederhana sampai yang sudah canggih. Misalnya, pemeriksaan rontgen
atau x-ray, pemeriksaan USG, CT scan, MRI dan pemeriksaan yang sifatnya lebih
invasif, seperti x-ray atau CT scan dengan kontras, biopsi, endoscopy (colonoscopy,
ureteroscopy, arthroscopy, bronchoscopy, laparoscopy dll). Memang semakin maju
perkembangan teknologi, semakin canggih pula alat pemeriksaan di bidang medis
yang membuat pasien semakin nyaman.
Persiapan Operasi
1)
Mengosongkan isi perut (lambung dan usus) dari malam sebelum operasi, dengan
cara puasa makan dan minum serta penggunaan laksatif untuk mengosong isi perut.
Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya aspirasi (terhirup) muntahan ke paru
saat dianestesi, di mana aspirasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada
paru.
2)
Mencukur area yang akan dioperasi, untuk mencegah rambut masuk ke dalam
area operasi dan menyebabkan terjadinya infeksi.
3)
Persiapan Fisik dan Mental
78
Bahan Ajar Mata Kuliah
Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana seperti
misalnya pembedahan pada kasus kanker serviks juga mewajibkan pasien untuk
menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan
fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut,
dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang
nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon
tubuh yang tidak normal lagi.
Karena tubuh pasti akan mengalami stress pembedahan, baik dari kemampuan
fungsi masing - masing organ vital maupun cedera langsung yang diterimanya, maka
untuk kepentingan pembiusan agar obat - obat yang diberikan sebelum dan selama
proses berlangsungnya operasi bisa direspon dengan baik, harus ada jaminan akan
fungsi dan kondisi tubuh yang baik pula. Maka jika penderita akan dipersiapkan
menjalani operasi dengan pembiusan umum ataupun regional pada yang berusia di
atas 40 tahun diwajibkan memeriksa lab untuk mengetahui fungsi pembekuan
darah, fungsi liver, ginjal, endokrin, elektrolit, status gizi dan pemeriksaan
elekrokardiografi (EKG) untuk menilai keadaan jantung. Pemeriksaan - pemeriksaan
tersebut termasuk pemeriksaan standard yang sebaiknya dicek secara lengkap.
Sedangkan untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam
kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau
yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan
asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini
dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses
operasi.
Dari perhatian tim bedah, justru kesiapan fisik penderita yang paling penting,
sebab sangat mempengaruhi sekali stabilitas kondisi tubuh selama proses operasi dan
menentukan hasil pembedahan serta perawatan pasca operasinya. Sehingga untuk
kasus bedah berencana yang tergolong berat dan penanganannya akan dikerjakan
dalam waktu relatif lama apalagi penderita berumur di atas 40 tahun, sebaiknya
penderita sudah berada di rumah sakit setidaknya satu hari menjelang pelaksanaan
operasi. Sehingga baik dari kesiapan yang berhubungan dengan pembedahan
maupun yang berhubungan dengan proses pembiusannya sehingga penderita betul
– betul dalam keadaan optimal dan siap untuk ditempatkan di atas meja operasi.
d.
Anestesi
Anestesi (bius) adalah cara untuk menghilangkan nyeri pada periode tertentu.
Hal tersebut tergantung dari jenis dan lama operasi, dan ini juga mempengaruhi
apakah perlu anda sadar atau tidak saat operasi berlangsung. Pilihan anestesi yang
dapat anda pilih berupa :
1) Anestesi regional
Hampir sama dengan anestesi lokal, namun area yang dibius lebih luas dan pasien
juga tetap sadar. Di mana obat anestesi disuntikan pada tulang belakang, tangan
atau kaki sehingga melumpuhkan sementara saraf?- saraf yang keluar dari area
tersebut. Obat anestesi regional ini dapat berupa suntikan tunggal atau drip infus.
2) Anestesi total
Anestesi total membuat seseorang jatuh dalam keadaan tak sadar, di mana obat
dapat dihirup atau disuntikan. Saat anestesi total dilakukan, pipa endotrakeal akan
dimasukkan melalui mulut anda untuk membantu pernafasan anda.
Dokter anestesi dan perawat akan mengawasi keadaan fungsi vital anda
(tekanan darah, nadi, pernafasan) selama operasi sampai anda terbangun, juga tak
lupa melepaskan pipa endotrakeal tadi.
79
Bahan Ajar Mata Kuliah
4.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.
1)
Post Operasi Kanker Serviks
Setelah operasi, pasien dapat merasa sedikit mual, oleh karena efek samping
anestesi umum; juga nyeri dan perasaan tidak nyaman di daerah perut. Keduanya
dapat dihilangkan dengan obat. Selain itu terdapat cairan / perdarahan dari vagina
yang akan berkurang setelah beberapa hari. Pasien dianjurkan untuk bangun dari
tempat tidur dan berjalan pada hari 1 setelah operasi. Latihan ini penting untuk
menghindari konstipasi (sembelit) dan gas; mengurangi resiko penggumpalan darah
dan infeksi paru.
Secara umum, waktu rawat inap untuk abdominal histerektomi tanpa
komplikasi adalah 3-5 hari dan 2-3 hari untuk vaginal / laparoskopik histerektomi.
Waktu pemulihan pasca histerektomi tergantung dari tipe histerektomi dan individu
itu sendiri. Wanita yang menjalani abdominal histerektomi secara umum akan
membutuhkan 6-8 minggu sebelum mereka dapat beraktivitas seperti biasa.
Sedangkan bagi wanita dengan vaginal / laparoskopik histerektomi dapat pulih
dalam waktu yang lebih singkat. Waktu rawat inap untuk radikal trakelektomi
adalah 2-3 hari. Kebanyaka wanita pulih sangat cepat dan jarang terjadi komplikasi.
Pasien seharusnya menghindari mengangkat barang berat, jongkok, tekanan
pada luka operasi, olahraga aktif maupun penetrasi seksual selama pemulihan.
Check-up biasanya dilakukan 6 minggu setelah operasi, untuk meyakinkan
bahwa segala sesuatunya sembuh dengan baik. Pasien dapat mendiskusikan apa
yang dikhwatirkan dan bertanya aktivitas apa yang boleh dilakukan mulai saat itu
dengan dokter yang merawat.
Masa Penyembuhan
Orang yang mendapat anestesi lokal dapat segera pulang, namun orang yang
mendapat anestesi regional atau total harus dirawat dalam ruangan penyembuhan
sampai pengaruh anestesi habis.
Orang di bawah pengaruh sisa anestesi, akan merasakan perasaan berat, sedang
bermimpi dan tidak sadar sepenuhnya sampai keesokan harinya. Hal ini bergantung
kondisi pra operasi dan luas operasi.
Anda juga akan mendapat obat pereda nyeri selama di rumah sakit dan pada saat
rawat jalan.
Tenggorok anda akan terasa sedikit nyeri oleh karena pemasangan pipa
endotrakeal.
Anda juga akan dipasangi kateter urin untuk mengalirkan air kencing anda ke
suatu tas khusus, umumnya selesai operasi kateter ini dilepas. Namun, bila ginjal
bermasalah tetap dipasang. Dan para dokter atau paramedia juga akan memeriksa
jumlah urin anda.
Pada tubuh yang dioperasi juga akan dipasang drain untuk mengeluarkan cairan
yang terkumpul akibat operasi.
Anda sebaiknya makan dan minum walaupun ada perasaan tidak nafsu makan /
minum, sebab hal ini mempercepat masa penyembuhan. Sebaiknya dilakukan
setelah dokter menyatakan bahwa anda dapat minum dan makan (baiknya untuk
minum terlebih dahulu).
Para tim perawatan anda mungkin berupaya agar anda beraktivitas setelah
operasi. Hal ini ditujukan untuk mempercepat masa penyembuhan, memperlancar
aliran darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (clotting) pada kaki.
Konsep Keperawatan
Pengkajian Data dasar.
80
Bahan Ajar Mata Kuliah
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
2)
Identitas pasien
Usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan
pendidikan terakhir
3)
Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
4)
Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
5)
Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.
6)
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi
imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran
urogenital.
7)
Data khusus
Riwayat kebidanan paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah,
adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus,
pekerjaan yang dilakukan sekarang
8)
Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan
visual langsung, gineskopi.
c.
Diagnosa Keperawatan
1)
Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal.
2)
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
3)
Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal.
4)
Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan
tentang Ca.Serviks dan pengobatannya.
5)
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
terhadap pemberian sitostatika.
d.
Perencanaan
1)
Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervical
a)
Tujuan
:
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan
membaik
b)
Kriteria hasil :
(1) Perdarahan intra servikal sudah berkurang
(2) Konjunctiva tidak pucat
(3) Mukosa bibir basah dan kemerahan
(4) Ektremitas hangat
(5) Hb 11-15 gr %
(6) Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C,
RR : 18 - 24 X/mnt.
c)
Intervensi
81
Bahan Ajar Mata Kuliah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2)
Observasi tanda-tanda vital
Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
Cek Hb
Cek golongan darah
Beri O2 jika diperlukan
Pemasangan vaginal tampon.
Therapi IV
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan.
a)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
b)
Kriteria hasil :
(1) Tidak terjadi penurunan berat badan
(2) Porsi makan yang disediakan habis
(3) Keluhan mual dan muntah kurang
c)
Intervensi :
(1) Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
(2) Berika makan TKTP
(3) Anjurkan makan sedikit tapi sering
(4) Jaga lingkungan pada saat makan
(5) Pasang NGT jika perlu
(6) Beri Nutrisi parenteral jika perlu.
3)
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
a)
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi
nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
b) Kriteria hasil :
(1) Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
(2) Intensitas nyeri berkurangnya
(3) Ekpresi muka dan tubuh rileks
c) Intervensi :
(1) Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
(2) Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri
(3) Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
(4) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
(5) Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
4)
Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan
tentang kanker serviks, penanganan dan prognosenya.
a)
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang
penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.
b)
Kriteria hasil :
(1) Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
(2) Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
(3) Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
(4) Sumber-sumber koping teridentifikasi
(5) Anastesitas berkurang
(6) Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
c)
Tindakan :
(1) Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya
82
Bahan Ajar Mata Kuliah
(2) Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara
(a) mengentrol dirinya.
(b) Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego
yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi,
kurangnya sistem pendukung yang positif).
(c) Tunjukkan adanya harapan
(d) Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
5)
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
a)
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
b)
Kriteria hasil :
(1) Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
(2) Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
(3) Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
(4) Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
c)
Intervensi :
(1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
(2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang
kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
(3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang
penyakitnya.
(4) Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati
hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan,
kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
(5) Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan,
penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan
masa depan.
(6) Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
(7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara
profesional.
Pelaksanaan Persiapan Akhir sebelum Operasi
1.
Cek gelang identifikasi
2.
Lepas alat-alat/ protese (gigi palsu, soflens,dll)
3.
Lepas perhiasan
4.
Bersihkan cat kuku k/p
5.
Kolaborasi dengan dokter: pasang infus, kateter menetap, skintest antibiotika
6.
Cek kelengkapan status :
 Persiapan status pasien
 Cek persiapan kulit
 Cek tanda vital, BB dan TB
 Obat-obat Premidikasi
 Pengobatan reguler dicatat
 Informed concent
 Pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG
 Rekam medik
Komunikasi Intra Operatif
1.
Menjelaskan nama pasien
83
Bahan Ajar Mata Kuliah
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menyampaikan bentuk bedah yang akan dilakukan
Menyiapkan alat-alat /instrumen yang diperlukan
Menerangkan keterbatasan gerak
Menerangkan gangguan akibat bedah
Menerangkan tingkat kesadaran setelah operasi
Komunikasi tentang perlengkapan operasi.
Perioperatif/Intra Operatif
Pengelolaan Keamanan
Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen
Mengatur posisi pasien: posisi fungsional, membuka daerah untuk operasi,
mempertahankan posisi selama tindakan, menmasang alat grounding, menyiapkan
bantuan fisik
2.
Pemantauan Fisiologik
Memantau balance cairan
Membandingkan data normal dan abnormal (vital sign)
Melaporkan perubahan-perubahan vital sign
Pemantauan psikologi (sebelum induksi atau bila pasien sadar): menyiapkan
bantuan emosional, mempertahankan status emosional, mengkomonikasikan status
emosional kepada anggota keluarga dari tim kesehatan
1.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Syarat pasien dipindahkan dari Kamar Operasi
Vital sign stabil
Pasien sudah bangun dan bisa memanggil
Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi
Setelah anestesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih pada
daerah terkena anestesi.
Pengkajian Pasien Sekembalinya Dari Kamar Pulih
Status respirasi:Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifat,
bunyi nafas
Status sirkulasi: Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler
Status neurologis: Tingkat kesadaran
Balutan: Terdapat drain, pipa yang harus dihubungkan dengan slang
Kenyamanan.: Terdapat nyeri, muntah, sikaptidur,dan memperlancar sirkulasi
Keselamatan:Diperlukan penghalang tempat tidur, bel pasien mudah dijangkau,
alat pemantau dipasang dan berfungsi
Peralatan: Cairan infus, kelancaran/tetesan, sistem drainase
Post Operasi
a.
Fase pasca Operasi
 Mempertahankan ventilasi pulmonari
 Kepatenan jalan nafas
 Mengatur posisi
 Saluran nafas buatan
 Membuang scret
 Kesempurnaan ventilasi
 Terapi oksigen
 Mempertahankan sirkulasi
 Hipotensi
84
Bahan Ajar Mata Kuliah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
Kemungkinan Penyebab Syok pada Pasca Bedah
Pemindahan pasien dari meja bedah ketempat tidur
Terjadi hentakan pada tempat tidur pasien waktu transport
Reaksi terhadap obat dan anestesi
Kehilangan darah dan cairan tubuh yang lain
Kegagalan jantung
Ventilasi kurang sempurna
Nyeri
Simpatektomi residu dari anestesi konduktif
Persiapan Ruangan/Bangsal untuk Pasien Kembali dari Kamar Operasi
Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar pemindahan berjalan
lancar
Disiapkan cukup selimut (mencegah hipotermi)
Ruangan disiapkan
Persiapan perlengkapan: tiang infus, tensimeter, alat-alat lain yang diperlukan
(bengkok, pembalut, kain gurita, gantungan urine bag)
Penyembuhan Luka
Bentuk penyembuhan luka:
a.
Intentionem Primer-> semua lapisan luka ditutup tepat dengan jahitan
b.
Intentionem Sekunder -> tepi luka yang tidak bisa dijahit sembuhnya mengisi
celah, dimulai dari bawah. Luka terbuka kemungkinan infeksi meningkat, sembuh
dengan jaringan parut
c.
Intentionem Tertier-> luka dijahit setelah bebehari kemudian, jaringan parut
lebih banyak
a.
b.
c.
d.
Proses / Fase Penyembuhan
Fase I ( Termasuk respon inflamatori)
Penutupan luka( darah membeku)
Fagositosis jaringan rusak dan bakteri
Pembentukan jaringan fibrin
Pembentukan arus darah ke luka
Fase II
a.
Kolagen dikumpulkan
b.
Regenerasi sel epitel
c.
Luka :granulasi jaringan
Fase III
a.
Tambahan pengumpulan jaringan
b.
Pembuluh darah terjepit
c.
Luka : pertumbuhan jaringan menaik tinggi
Fase IV
a.
Kolagen menciut dan memadat
b.
Luka: membentuk ceruk parut tipis, putih
Intervensi Penyembuhan Luka
85
Bahan Ajar Mata Kuliah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Memperlancar intake makanan Tinggi Protein dan vitamin C
Memperlancar sirkulasi
Memberikan obat anti inflamasi
Pencegahan infeksi
Mengganti balutan bila kotor dan basah
Laksanakan tehnik asepsis bila mengganti balutan
Menutup balutan dengan kasa kering dan steril
Irigasi luka dengan baik membuang kotoran
Memperlancar kateter untuk menyedot cairan dari luka. Cairan yang
menggenang dalam luka akan memperlambat penyembuhan luka.
LATIHAN
Soal Uraian :
1.
2.
Tugas :
Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien preoperasi!
Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien postoperasi!
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur ( laporan praktikum di skill lab dan laporan praktik
di lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar)
Catatan :
Bila anda belum merasa puas, atau paling tidak menguasai materi kurang
dari 75% maka anda harus mengulangi kembali materi di atas sampai
Anda merasa puas di atas 75%
86
Bahan Ajar Mata Kuliah
RANGKUMAN
Mata Kuliah KDK II terdiri dari 3 SKS yang dijabarkan menjadi 1T dan 2P
yaitu 250 menit per minggu yang menjadi 15 kali tatap muka T dan 15 kali tatap
muka P.Materi T diberikan di kelas dengan pemberian materi konsep/teori dan P
dengan menggunakan metoda penugasan, praktik laboratorium dan role play.
Evaluasi dalam pembelajaran ini dengan menggunakan latihan di waktu Uji Tengah
Semester. Sedangkan tes formatif dilaksanakan pada Ujian Akhir Semester.
TES FORMATIF
1. Lakukan cara pengambilan specimen darah untuk pemeriksaan darah perifer!
2. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen urine
dan faeses!
3. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan dan pengambilan spesimen cairan
pervaginam dan sekret!
4. Jelaskan konsep dan pemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan
dalam praktik kebidanan!
5. Ambilkan jenis obat untuk uterotonika!
6. Ambilkan jenis obat untuk anemia!
7. Ambilkan jenis obat untuk anti perdarahan!
8. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (intramuskuler dan
intracutan)!
9. Demonstrasikan teknik pemberian obat melalui parenteral (IV dan SC)!
10. Jelaskan konsep memberikan obat melalui oral, mata dan rektum!
11. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan menjahit luka!
12. Demonstrasikan cara perawatan luka jaitan luka di perineum!
13. Jelaskan konsep dan prosedur mengganti balutan!
14. Demonstraikan cara mengganti balutan pada pasien dengan pasca operasi SC!
15. Jelaskan konsep dan prosedur mengangkat jahitan!
16. Jelaskan konsep dan prosedur resusitasi!
17. Demonstrasikan Resusitasi Jantung Paru!
18. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien preoperasi!
19. Jelaskan konsep dan prosedur persiapan pasien postoperasi!
87
Bahan Ajar Mata Kuliah
A.
B.
C.
GLOSARIUM
Anoxia
Candida Albicans
: kehilangan oksigen
: spesies cendawan patogen dari golongan
deuteromycota
: adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan
dalam istilah medis.Merupakan salah satu penyebab
cedera mata yang paling sering mengenai sclera,
kornea,dan konjungtiva
: suatau alat yang digunakan untuk memonitor dan
merekam irama jantung pada janin
Corpus Aleneum
CTG
Deltoid
Glutea
Hipoxia
IURG
Oligohidramnion
Phlebitis
Polihidramnion
RJP
SC
Staphylococcus
Tes Mantoux
:
:
:
:
: otot bahu
: satu dari tiga otat besar dari pantat
: suatu keadaan dimana jaringan tubuh kita
mengalami kekurangan oksigen
: IUGR adalahjanin yang mengalami pertumbuhan
yang terhambat adalah janin yang mengalami
kegagalan dalam mencapai berat standard atau
ukuran
standard
yang
sesuai
dengan
usia
kehamilannya.
: kurangnya produksi cairan amnion (ketuban) di
dalam rahim
: kondisi ketika pembuluh darah vena mengalami
inflamasi atau peradangan
: berlebihnya produksi cairan amnion (ketuban) di
dalam rahim
Resusitasi Jantung Paru
Secsio Cecarea
genus dari bakteri gram positif
suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC
88
Bahan Ajar Mata Kuliah
DAFTAR PUSTAKA
Johnson R. Taylor W. 2000. Skill For Midwifery Practice. Churchill
Livingstone, Edinburg
Tappero, EP and Honeyfield, ME ( 1993). Physical Assesment of Newborn :
A Comprehensive Approach to the Art of Physical Examination. Library of
Congress cataloging in Publication Data, NICU Link, Petalum CA, USA
Hobbs, L (1993) The Independent Midwife : A Guide to Independent
Midwifery Practice. UK by RAP Ltd, Rockdale.
Bryn, RM( 1995) Theory for Midwifery Practice. MacMillan Press, Ltd,
London
World Health Organization ( 1996) Learning Materials on Nursing : Chapter
7 : Healthy Parenthood WHO, Copenhagen
World Health Organization „ Safe Motherhood – all free or charge, WHO,
Geneva
WHO SEARO (2000) Standards of Midwery Practice for Safe Motherhood
Yuni Kusmiyati, 2007 Ketrampilan dasar praktik Klinik Kebidanan, Fitramaya,
Jogjakarta
Aziz Alimul H, 2006 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Salemba Medika,
Jakarta
Aziz Alimul H, 2006, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan, Salemba
Medika, Jakarta
Craven, R.F & Hirnle, Q. (2000). Fundamental of nursing Human &
function. Third Edition.
Potter, P. & Perry,
A.G.
CSt.Louis.CV.Mosby Company.
(1989).
Dasar-dasar
keperawatan
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses,
dan praktik . Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta: EGC
Uliyah, M. & Hidayat, A.A. (2006). Ketrapilan dasar praktik klinik
kebidanan. Edisi pertama. Jakarta: Salemba medika.
Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi
pertama. Jakarta: Salemba medika
Sumber lain yang mendukung.
89
Ceklist injeksi intra muscular
Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasaiswa
:
Nama Penguji
:
Petunjuk:
Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa.
0.
: Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa
1.
: Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat
2.
: Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
1.
Sarung tangan
2.
Spuit steril 3 ml atau 5 ml
3.
Bak instrumen
4.
Kom
5.
Perlak dan alasnya
6.
Bengkok
7.
Wastafel
8.
Handuk/lap tangan
9.
Kapas alkohol
10.
Obat injeksi vial atau ampul
11.
Daaftar pemberian obat
12.
Waskom berisi larutan clorin 0,5%
NO
LANGKAH
A.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
6.
7.
8.
9.
SIKAP DAN PERILAKU
Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
Memperkenalkan diri kepada klien
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Teruji tanggap terhadap reaksi klien
Teruji percaya diri, sabar dan teliti
ISI
Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
Memasang sampiran
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih dan kering
Memakai sarung tangan
Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
Memasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik
Bersihkan daerah penyuntikan
Bila pada lengan, angkat kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk
dengan tangan yang tidak dominan. Bila pada paha atau pantat
renggangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan
tangan yang tidak dominan
Menusukkan jarum ke dalam otot dengan tangan yang dominan
(jarum dan kulit membentuk sudut 90°)
Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum masuk
pembuluh darah atau tidak. Jika terdapat darah segera cabut
spuit dan segera ganti dengan yang baru, bila tidak terdapat
darah kemudian lanjutkan untuk masukkan obat
Memasukkan obat perlahan-lahan ke bawah kulit
Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, dengan
meletakkan kapas alkohol di atas jarum kemudian tarik jarum
keluar
Tekan tempat tusukan jarum dengan menggunakan kapas
alkohol/ kassa kering dan cabut jarum dari kulit
Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas vial/ ampul obat
dengan benar
Melepas sarung tangan, merendam dalam larutan chlorin 0.5 %
selama 10 menit
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
TEKNIK
Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis
Teruji percaya diri dan tidak ragu - ragu
Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/
perasat
Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien
Teruji mendokumentasikan hasil tindakan
TOTAL SCORE :
NILAI
0
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
C.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Nilai
=
Total Score x 100 %
56
1
2
Ceklist Injeksi intracutan
Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasaiswa
:
Nama Penguji
:
Petunjuk:
Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa.
0.
: Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa
1.
: Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat
2.
: Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
1.
Sarung tangan
2.
Spuit steril 3 ml atau 5 ml
3.
Bak instrumen
4.
Kom
5.
Perlak dan alasnya
6.
Bengkok
7.
Wastafel
8.
Handuk/lap tangan
9.
Kapas alkohol
10.
Obat injeksi vial atau ampul
11.
Daaftar pemberian obat
12.
Waskom berisi larutan clorin 0,5%
NO.
LANGKAH
A.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
6.
7.
8.
9.
SIKAP DAN PERILAKU
Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
Memperkenalkan diri kepada klien
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Teruji tanggap terhadap reaksi klien
Teruji sabar dan teliti
ISI
Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
Memasang sampiran
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih
Memakai sarung tangan
Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakian
Memasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik
Mendisinfeksi kulit dengan kapas alkohol secara sirkulasi
Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan
Menusukkan jarum ke dalam kulit
dengan tangan yang
dominan (jarum dan kulit membentuk sudut 15-20°
Memasukkan obat perlahan-lahan hingga timbul gelembung
berwarna putih
Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, tidak
melakukan massase pada bekas suntikan
Memberi tanda dengan pena secara melingkar pada sekeliling
suntikan dengan diameter ± 2 cm (pada test alergi)
Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas vial/ ampul obat
dengan benar
Melepas sarung tangan, merendam dalam larutan chlorin 0.5 %
selama 10 menit
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
Kaji kembali klien dan tempat injeksi utk mengetahui reaksi
obat setelah 10 menit
TEKNIK
Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis
Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu
Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/
perasat
Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien
Teruji mendokumentasikan hasil tindakan
TOTAL SCORE :
NILAI
0
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nilai
=
Total Score x 100 %
56
1
2
Ceklist mengganti balut
Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasaiswa
:
Nama Penguji
:
Petunjuk:
Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa.
0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa
1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat
2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan
PERALATAN
1. Bak Instrument kecil
Handscoon steril
Pinset anatomis steril : 2 buah
2. Bengkokk
3. Gunting verband
4. Tempat samaph medis
5. Waskom plastik
6. Tempaat tidur pasien
7. Meja Alat/troli
8. Kasa steril
9. Plester
10. Larutan Nacl
11. Betadin dalam tempatnya
12. Kapas alkohol dalam tempatnya
13. Lembar catatan
14. Waskom berisi larutan clorin 0,5%
15. perlak
NO
LANGKAH
NILAI
0
A.
1.
2.
3.
4.
5.
SIKAP DAN PERILAKU
Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
Memperkenalkan diri kepada klien
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Teruji tanggap terhadap reaksi klien
Teruji sabar dan teliti
1
2
B.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
C.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Nilai
ISI
Menyiapkan alat dan mendekatkan pada pasien
Memasang sampiran atau penutup tirai
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan
dilakukan perawatan
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Memakai sarung tangan (perhatikan prinsip steril dan
pencegahan infeksi)
Mengolesi plester dengan kapas beralkohol, agar mudah dan
tidak sakit saat plester dibuka
Membuka plester dan kassa dengan menggunakan pinset,
buang dalam bengkok
Mengkaji luka (tekan daaerah sekitar luka, lihat luka sudah
kering atau belum/ basah/ keluar pus/ cairan dari tempat luka
serta penutupan kulit dan integritas kulit)
Membersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan
garam fisiologis (gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan,
bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi, gerakkan
dalam tekanan progresif menjauh dari inisiasi atau tepi luka)
Membuang kassa yang telah digunakan ke dalam bengkok
Mengeringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru
Memberikan salep antiseptic
Menutup luka dengan kassa steril dan memasang plester (pada
pemasangan kassa steril, perhatikan serat kassa jangan ada yang
menempel pad luka)
Membereskan alat dan merapikan pasien
Melepas sarung tangan (sebelumnya cuci dalam larutan klorin
0,5%), rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk bersih
TEKNIK
Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis
Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu
Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/
perasat
Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien
Teruji mendokumentasikan hasil tindakan
TOTAL SCORE :
=
Total Score x 100 %
56
Ceklist mengangkat jahitan
Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasaiswa
:
Nama Penguji
:
Petunjuk:
Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa.
0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa
1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat
2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan
PERALATAN
1. Bak instrumen kecil didalamnya berisi :
 Gunting benang
 Hadscoon steril
 Pinset anatomis
 Bengkok
 Handuk kecil
 Tempat sampah medis
 Meja troli
 Waskom plastik
 Gunting verban
 Kassa
 Betadine
 Plester
 Kapas alkohol
 Larutan klorin
 perlak
NO
LANGKAH
A.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
6.
7.
8.
9.
SIKAP DAN PERILAKU
Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
Memperkenalkan diri kepada klien
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Teruji tanggap terhadap reaksi klien
Teruji sabar dan teliti
ISI
Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis
Memasang sampiran atau penutup tirai
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan
di lakukan perawatan
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Memakai sarung tangan (perhatikan prinsip steril dan
pencegahan infeksi)
Mengolesi plester dengan kapas alkohol, agar mudah dan tidak
sakit saat plester dibuka
Membuka plester dan kassa dengan menggunakan pinset, buang
dalam bengkok
Mengkaji luka (pastikan luka kering). Caranya dengan menekan
luka dengan pinset anatomis
Membersihkan luka dengan kassa bethadin
Membuang kassa yang telah digunakan ke dalam bengkok
Mengangkat dan tahan bagian luar jahitan, dengan
menggunakan tangan yang non dominan untuk memegang
NILAI
0
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
1
2
pinset cirugis, dengan tujuan untuk memastikan bahwa tidak
ada bagian luar jahitan yang tertarik ke dalam, pengangkatan
jahitan dimulai dari jahitan yang terjauh dari bidan dengan
tujuan agar pekerjaan bidan efektif
Memotong benang di bawah simpul dengan gunting
Mencabut benang dari kulit secara perlahan
Melakukan tindakan antisepsis (melakukan tindakan antisepsis
dengan menggunakan kassa yang telah diberi bethadine, dengan
teknik satu arah diawali dari daerah yang dekat dengan bidan
menuju ujung luka)
Membuang kassa ke dalam bengkok
Menutup luka dengan kassa steril
Merapikan pasien
Membereskan alat
Melepas sarung tangan, sebelumnya cuci dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Dan
mengeringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
TEKNIK
Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis
Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu
Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/
perasat
Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien
Teruji mendokumentasikan hasil tindakan
TOTAL SCORE :
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
C.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Nilai
=
Total Score x 100 %
64
Ceklist Pengambilan Darah
Tanggal Penilaian
:
Nama Mahasaiswa
:
Nama Penguji
:
Petunjuk:
Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan penampilan mahasiswa.
0. : Langkah kerja tidak diperagakan oleh mahassiwa
1. : Langkah kerja diperagakan tetapi masih kurang tepat
2. : Langkah kerja diperagakan dengan benar sesuai urutan
NO
LANGKAH
NILAI
0
A. SIKAP DAN PERILAKU
1.
Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2.
Memperkenalkan diri kepada klien
1
2
3.
4.
5.
B.
6.
7.
8.
9.
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Teruji tanggap terhadap reaksi klien
Teruji sabar dan teliti
ISI
Menyiapkan alat dan membawa ke dekat pasien
Memasang sampiran
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk
10. Memakai sarung tangan
11. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
12. Mencari daerah yang terlihat jelas venanya
13. Memasang pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan
diambil darahnya.
14. Mengikat bagian diatas daerah yang akan diambil darahanya
dengan torniquet, pasien dianjurkan untuk mengepalkan
tangannya
15. Menghapushamakan/ mendesinfeksi kulit
16. Menegangkan kulit dengan tangan yang non dominan
17. Menusukkan jarum ke dalam vena dengan tangan dominan
(jarum dan kulit membentuk sudut ± 20)
18. Menarik sedikit penghisap suntik untuk aspirasi apakah jarum
sudah masuk vena
19. Membuka torniquet, anjurkan pasien membuka kepalan tangan
(bila darah terlihat pada tabung spuit)
20. Menarik penghisap sehingga darah masuk ke dalam tabung
spuit, hisap sebanyak kebutuhan
21. Menarik jarum keluar, dengan meletakkan kapas alkohol di
atas jarum dan tarik jarum keluar
22. Memasukkan darah dalam spuit ke dalam botol yang tersedia
(memasukkan agak miring dan tidak terlalu keras
menyemprotnya)
23. Memberi label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium
untuk pemeriksaan
24. Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar
25. Mencuci sarung tangan dalam larutan clorin 0,5%. Lepas
sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan
clorin selama 10 menit
26. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih
C. TEKNIK
27. Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis
28. Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu
29. Teruji menjaga keamanan dalam melaksanakan tindakan/
perasat
30. Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
31. Teruji memberikan perhatian terhadap jawaban klien
32. Teruji mendokumentasikan hasil tindakan
TOTAL SCORE :
Nilai
=
Total Score x 100 %
64
Download