BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Proktastinasi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Proktastinasi Akademik
a. Pengertian Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastination,
yang merupakan kombinasi dari kata sifat “pro” yang berarti sebagai
gerakan maju dengan “crastinus” yang berarti “milik hari esok” atau
jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau penundaan sampai hari
berikutnya” (Gufron, 2003:150).
Penundaan sampai hari berikutnya atau lebih mudah disebut
prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown dan
Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecendrungan menundanunda
penyelesaian
suatu
tugas.
Seorang
yang
mempunyai
kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan
disebut orang yang melakukan prokrastinasi. Biasanya orang yang
melakukan prokrastinasi akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
tidak ada kaitannya dengan tugas yang seharusnya dikerjakan.
Steel (dalam Kartadinata, I. & Tjundjing, S, 2008:110)
mengatakan bahwa prokrastinasi adalah “To voluntarily delay an
intended course of action despite expecting to be worse-off for the
delay”. Artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja
kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya
dapat menghasilkan dampak buruk.
Dilihat dari pendapat Steel tersebut berarti prokrastinasi
dilakukan secara sadar, akan tetapi tidak menghiraukan akibat atau
dampak yang dihasilkan dengan melakukan prokrastinasi akademik.
Jika dibiarkan begitu saja akan menjadi suatu kebiasaan buruk.
Menurut
berhubungan
Glenn
dengan
(dalam
Gufron,
2003:151)
sindrom-sindrom
7
proktastinasi
psikiatri.
Seorang
8
prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat,
mempunyai depresi yang kronis, penyebab stress, dan berbagai
penyebab penyimpangan psikologis lainya. Selain itu menurut Lopes
(dalam Gufron, 2003:151), prokrastinasi juga mempunyai pengaruh
yang paradoksal terhadap bimbingan dan konseling.
Artinya prokrastinasi juga dapat berdampak buruk pada
kesehatan pelakunya. Seperti yang disebutkan Glenn, seorang yang
melakukan prokrastinasi biasanya memiliki kebiasaan-kebiasan yang
seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun.
Menurut Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum,
1984:503) “Yet procrastination involves far more than deficient time
management and study skills. Anecdotal data from procrastination and
from clinical observations of procrastination”. Ditegaskan dengan
menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang
prokrastinator. Seorang prokrastinator memiliki pandangan bahwa
suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa
lebih aman untuk tidak melakukanya dengan segera, karena hal itu
akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dengan kata lain,
penundaan
dikatagorikan
sebagai
prokrastinasi
adalah
apabila
penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang
menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan
penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang
irrasional dalam memandang tugas.
Ferrarri (dalam Gufron, 2003:154) membagi prokrastinasi
menjadi dua, yakni (1) functional procrastination, yaitu penundaan
mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang
lebih lengkap dan akurat; (2) disfunctional procrastination, yaitu
penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek, dan menimbulkan
masalah. Kaitannya dengan penelitian ini yang dimaksud dengan
prokrastinasi yaitu disfunctional procrastination, karena prokrastinasi
9
tersebut yang menjadi masalah dan memberi dampak buruk dalam
kehidupan sehari-hari.
Istilah prokrastinasi akademik dan non akademik digunakan para
ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda
oleh prokrastinator. Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang
pada umumnya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut
prokrastinasi akademik.
Menurut Solomon & Rothblum (1984) prokrastinasi akademik
dapat dideskripsikan sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat
yang menunjang akademik yang terjadi akibat perasaan tidak nyaman.
Prokrastinasi akademik merupakan penundaan terhadap tugas-tugas
akademik yang meliputi enam bidang tugas akademik yaitu tugas
menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan
tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan
tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik adalah
jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang
berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau
tugas kursus. (Gufron, 2003:157)
Silver (dalam Gufron, 2003:152) mengatakan prokrastinator
tidak bermaksud untuk menghindari tugas yang dihadapi tetapi hanya
menunda untuk mengerjakannya sehingga membutuhkan waktu yang
lama untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut mengakibatkan
prokrastinator gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan
baik, sering mengulur waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak
bermanfaat sehingga waktu terbuang dengan sia-sia, tugas terbengkalai
dan penyelesaian tugas tidak maksimal berpotensi mengakibatkan
kegagalan atau terhambatnya seorang siswa meraih kesuksesan.
Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor
intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama
10
penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi
akademik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas
antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca,
menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan
menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum.
b. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi
akademik
merupakan
merupakan
tindakan
menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper,
belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas
administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas
akademik secara umum. Tindakan menunda yang dapat dikatakan
prokrastinasi akademik memiliki ciri-ciri tertentu.
Ferrari dkk. (dalam Ghufron, 2003:158) mengatakan bahwa
sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat
termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan
diamati ciri-ciri tertentu.
1) Adanya penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas
yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi
dirinya,
akan
tetapi
dia
menunda-nunda
untuk
mulai
mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai
tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
Dengan kata lain seorang yang melakukan prokrastinasi
secara sadar mengetahui bahwa tugas itu penting bagi dirinya, akan
tetapi dia tidak ingin memulai untuk mengerjakan tugas, apalagi
untuk menyelesaikannya. Seorang yang melakukan prokrastinasi
bukan tidak mungkin akan kehabisan waktu untuk menyelesaikan
tugas sampai waktu yang ditentukan.
2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.
11
Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu
yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya
dalam
mengerjakan
suatu
tugas.
Seorang
prokrastinator
menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri
secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak
dibutuhkan
dalam
penyelesaian
suatu
tugas,
tanpa
memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadangkadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti
lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat
menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
Kelambanan tersebut disebabkan karena persiapan diri yang
berlebihan. Misalnya saja sebelum mengerjakan tugas seorang
prokrastinator merasa perlu untuk mendapat hiburan dengan
menonton televisi terlebih dahulu. Hal-hal semacam itu akan
membuat orang mengalami kelambanan untuk mengerjakan tugas
yang seharusnya. Ia akan memasuki zona nyaman dan melupakan
hal yang seharusnya ia selesaikan.
3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Seorang
prokrastinator
mempunyai
kesulitan
untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami
keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan,
baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia
tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk
mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan
sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya
sesuai
dengan
mengakibatkan
apa
yang
keterlambatan
telah
direncanakan,
maupun
menyelesaikan tugas secara memadai.
kegagalan
sehingga
untuk
12
Seorang prokrastinator tidak memiliki konsistensi dalam
dirinya. Dapat juga dikatakan ia sebagai orang yang tidak dapat
menepati
janji,
bahkan
kepada
dirinya
sendiri.
Seorang
prokrastinator tidak dapat melakukan sesuatu seperti apa yang
sudah direncanakan. Misal ada seorang pelajar, ia berencana
mengerjakan PR
sepulang sekolah karena
minggu depan
dikumpulkan. Setelah sepulang sekolah pelajar tersebut seolaholah melupakan tugas dan justru melakukan kegiatan yang tidak
bermanfaat, karena dia merasa masih memiliki waktu yang sangat
banyak untuk menyelesaikan tugas. Keesokan harinyapun dia
melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya setelah hari
pengumpulan tugas dia belum selesai karena waktu yang tidak
dimanfaatkan dengan baik.
4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera
melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia
miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih
menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca
(koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan,
mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu
yang
dia
miliki
untuk
mengerjakan
tugas
yang
harus
diselesaikannya.
Hal-hal semacam ini sangat sering ditemui, mungkin juga
pada pribadi kita masing-masing pernah melakukannya. Seorang
prokrastinator akan merasa sulit menghindarkan dari hal-hal yang
disebutkan diatas. Karena sebenarnya orang yang melakukan
prokrastinasi
tidak
memiliki
keinginan
yang
kuat
untuk
menyelesaikan tugas, maka dari itu dia gampang terbujuk
melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitanya dengan
penyelesaian tugas.
13
Menurut Young (dalam Pertiwi, 2014:15) karakteristik orang
yang melakukan perilaku menunda yaitu:
1) Kurang dapat mengatur waktu.
2) Percaya diri yang rendah.
3) Menganggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas.
4) Keras kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat
memaksanya mengerjakan pekerjaan.
5) Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan
tidak dapat dilakukan tanpa adanya dia.
6) Menjadikan penundaan sebagai coping untuk menghindari tekanan.
7) Merasa dirinya sebagai korban yang tidak memahami mengapa
tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain.
Seorang yang melakukan prokrastinasi akan melakukan
beberapa hal yang disebutkan oleh Young. Pada intinya seorang yang
melakukan prokrastinasi akan mencari pengalihan perhatian agar tidak
mengerjakan tugasnya sekarang. Padahal sekarang atau nanti ia tetap
harus menyelesaikannya, bedanya jika ia mengerjakannya sekarang, ia
bisa menyelesaikan tugasnya segara maksimal, sedangkan jika nanti ia
akan semakin kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas dan hasil
yang diperoleh tidak akan maksimal.
Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek prokrastinasi akademik
antara lain adanya penundaan, kelambanan, kesenjangan waktu dan
aktivitas lain yang lebih menyenangkan.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi akademik merupakan sebuah tindakan menunda tugas
akademik,
setiap
tindakan
pasti
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi, begitu pula prokrastinasi akademik. Seorang yang
melakukan prokrastinasi akademik pasti memiliki faktor yang
mempengaruhi tindakan tersebut.
14
Menurut Gufron (2003:163), faktor-faktor yang mempengaruhi
prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
faktor internal dan eksternal.
1) Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi
kondisi fisik dan psikologis.
a) Kondisi fisik dan kesehatan akan mempengaruhi munculnya
prokrastinasi, misalnya fatigue/stres. Seorang yang mengalami
fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
melakukan prokrastinasi daripada yang tidak mengalami.
b) Kondisi psikologis. Menurut Millgram dkk, trait kepribadian
yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan,
misalnya trait psikologis yang turut mempengaruhi munculnya
prokrastinasi adalah self regulation dan tingkat kecemasan
dalam
berhubungan
sosial.
Besarnya
motivasi
juga
mempengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif, di mana
semakin tinggi motivasi ekstrinsik maka semakin rendah
kecenderungan prokrastinasi akademik, selain itu faktor kontrol
diri yang rendah juga turut mempengaruhi kecenderungan
prokrastinasi akademik.
2) Faktor eksternal, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan
yang kondusif.
a) Gaya pengasuhan orang tua. Hasil penelitian Ferrari dan
Ollivete menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah
menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi
yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan
tingkat
pengasuhan
otoritatif
ayah
menghasilkan
anak
perempuan yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki
kecenderungan
melakukan
„avoidance
procrastination‟
menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan
untuk melakukan „avoidance procrastination‟ pula.
15
Perlu diketahui bahwa gaya pengasuhan otoriter dan otoritatif
berbeda. Gaya pengasuhan otoriter merupakan pola asuh yang
menuntut anak agar patuh kepada semua perintah orang tua,
sedangkan gaya asuh otoritatif atau demokrasi merupakan gaya
asuh orang tua yang mendorong anak agar mandiri namun
masih ada batasan-batasan tertentu dalam pengendalian
tindakan anak. Oleh sebab itu tidak heran dalam penelitian
yang
dilakukan
Ferrari
dan
Ollivete
menghasilkan
kecenderungan yang berbeda terhadap masing-masing gaya
asuh.
b) Kondisi
lingkungan.
prokrastinasi
lingkungan
Kondisi
akademik
yang
lebih
rendah
lingkungan
banyak
dalam
yang
lenient
dilakukan
pengawasan
pada
daripada
lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level
sekolah, juga apakah lokasi sekolahterletak di desa ataupun
dikota tidak mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi
akademik seseorang.
Menurut pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan
menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi.
d. Dampak Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi akademik merupakan tindakan yang tidak baik jika
terus dibiarkan. Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan
yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku
penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk.
Steel (2007:66) juga pernah mengatakan bahwa “Combining these
elements suggests that to procrastinate is to voluntarily delay an
intended course of action despite expecting to be worse off for the
delay.” Prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang dilakukan
16
oleh individu terhadap tugas/pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal
ini akan berdampak buruk pada masa depan.
Penundaan yang dilakukan secara suka rela atau tanpa paksaan dari
orang lain merupakan perilaku buruk yang jika dibiarkan akan menjadi
suatu kebiasaan yang buruk pula. Seorang yang melakukan perilaku
prokrastinasi terus menerus akan menjadi orang yang memiliki masa
depan yang suram.
Menurut Knaus (dalam Pertiwi, 2014:19) perilaku menunda dapat
mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi individu. Sirois
(2004: 269-286) juga mengatakan bahwa “A variety of negative
outcomes have been linked to procrastination including poor academic
performance, higher stress, increased illness, and higher anxiety when
recalling procrastinating behavior.”
Konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu:
performa akademik yang rendah, stres yang tinggi, menyebabkan
penyakit, dan kecemasan yang tinggi. Dampak negatif dari
prokrastinasi jelas tidak menguntungkan bagi siapapun, jika performa
akademik rendah bisa jadi seseorang tidak naik kelas. Jika memiliki
stress tinggi, bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan seharihari dengan wajar. Mengakibatkan penyakit, jelas sekali merupakan
hal buruk. Dan memiliki kecemasan yang tinggi, kehidupan tidak akan
benar-benar dijalani dengan kebahagiaan.
Dengan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi memiliki dampak yang buruk dan harus diatasi agar tidak
menjadi kebiasaan yang semakin buruk.
e. Cara Mengurangi Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi akademik merupakan penundaan menyelesaian tugastugas. Sebelum mengetahui cara mengatasi prokrastinasi akademik kita
harus mengetahui beberapa sikap yang dilakukan oleh seseorang yang
melakukan prokrastinasi akademik. Menurut Teo Aik Cher (2012:1)
17
beberapa sikap yang dilakukan yaitu: perfeksionis, mudah menyerah,
kewalahan, sulit berkonsentrasi, bersikap menentang, bersikap
khawatir, bersikap malas, berkata belum.
Menurut Teo Aik Cher (2012:7) cara mengatasinya adalah sebagai
berikut :
1) Bersikap Praktis
Arti dari praktis yaitu bersikap realistis dan hati-hati akan
hal-hal yang sesungguhnya. Bersikap praktis ini merupakan cara
mengatasi sikap perfeksionis.
Ada sebuah cerita tentang seorang murid bernama Patrick,
seseorang yang perfeksionis. Menjelang ujian di kelas, jawaban
dari salah satu pertanyan sudah sangat jelas, seakan-akan jawaban
itu sedang tepat memandang kearah wajahnya. Walaupun begitu,
sebagai seorang yang perfeksionis, ia sangat yakin bahwa
jawabannya tidak semudah itu. Jadi apa yang dia lakukan? Ia
membatalkan jawaban yang pertama muncul dengan jawaban yang
lain, yang ia pikir lebih baik tapi sebenarnya salah.Andai saja
Patrick bersikap praktis dan tidak mempersulit diri sendiri, pasti
dia sudah menjawab dengan jawaban yang benar.
2) Mengubah Pola Pikir
Sikap mudah menyerah merupakn hasil dari pola pikir yang
negatif. Untuk mengatasi sikap mudah menyerah kita harus
mengubah pola pikir kita agar menimbulkan pemikiran yang
positif. Ubahlah pemikiran kita agar fokus terhadap kegagalan atas
pekerjaan bukan memperlakukan kita sebagai kegagalan.
Sebagai contoh nyata, Thomas Alfa Edison (dalam Cher,
T.A 2012:240) tidak menciptakan bola lampu pada percobaan
pertama kali. Dikatakan bahwa ia melakukan percobaan yang gagal
hampir 10.000 kali. Lalu J.K Rowling penulis buku Harry Potter,
naskah pertamanya ditolak lebih dari 10 penerbit hingga pada
18
akhirnya diterima. Buku-bukunya menjadi terkenal dan telah
difilmkan.
Kegagalan harusnya tidak dijadikan alasan untuk menunda.
Berpikir positif tentang kegagalan dan belajar dari kegagalan
tersebut. Buatlah kegagalan untuk memacu semangat agar menjadi
pribadi yang lebih baik.
3) Mengatasi rintangan
Bila kita kewalahan dengan banyaknya pekerjaan, kita
perlu menyusun rencana. Terdapat satu metode yang disebut “Slice
and Dice”. Sebuah metode yang efektif yaitu dengan memecah
belah pekerjaan besar menjadi pekerjaan yang lebih kecil dan
mudah dikerjakan. Contoh seperti pada Gambar 2.1:
Hal yang harus dikerjakan:
1) Mengirim Email pada teman
2) Membantu ibu didapur
3) Menyelesaikan PR Matematika
4) Menyelesaikan PR IPA
5) Memberi makan ikan
6) ………
Gambar 2.1. Penyusunan rencana kegiatan yang harus dilakukan
Ketika sebuah pekerjaan sudah selesai, coret dari daftar dan
beralih ke nomor selanjutnya. Atur waktu yang ada dan dalam
waktu yang singkat kamu akan menyelesaikan seluruh pekerjaan.
4) Berusaha dan bergerak maju
Sulit berkonsentrasi salah satu yang mengakibatkan kita
akan menunda. Penyebabnya banyak misal keadaan kamar yang
berantakan. Jika penyebabnya adalah kamar yang berantakan,
kenapa kita tidak berusaha membersihkannya terlebih dahulu.
Untuk membersihkan kamar yang berantakan dengan mudah
19
buatlah daftar seperti pada nomor 3 diatas. Hal tersebut akan
mempermudah untuk mengerjakan tugas dengan waktu yang
singkat dan lebih efektif. Jika kamar/tempat belajarmu sudah bersih
dan mendukung, kalian akan merasa nyaman dan lebih mudah
berkonsentrasi.
5) Belajar untuk menghormati
Sikap menentang merupakan sikap seorang penunda. Untuk
mematahkan sikap menentang adalah dengan belajar menghormati.
Agar kita dapat menghormati orang disekitar kita ingatlah beberapa
hal :
a. Ingatlah bahwa orang tua kita bekerja keras untuk kebahagian
kita
b. Ingatlah guru bekerja keras dan dedikasinya adalah untuk
kebaikan kita.
c. Ingatlah bahwa teman-teman kita ada untuk kita
d. Ingatlah bahwa saudara kita adalah orang yang tumbuh
bersamamu dari hari kehari.
Jangan lupakan juga untuk menghormati diri sendiri.
Dengan menghormati diri sendiri kita akan menjadi manusia yang
patut untuk dihargai orang lain juga.
6) Mengakui kekhawatiran
Dengan mengakui kekhawatiran kita jadi tahu apa
sebenarnya yang kita takutkan. Selanjutnya adalah bertindak.
Bertindak untuk menghilangkan ketakutan tersebut. Berpikiran
positif akan suatu hal juga dapat mengatasi ketakutan.
Tanamkan dalam diri pikiran positif ini :
“Saya tidak takut apapun.”
“Saya dapat melakukan ini.”
“Saya merasa kuat dan fokus.”
“Saya menikmati tantangan yang muncul untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan.”
20
Tidak mengapa jika merasa khawatir, yang lebih penting
adalah mengakui alasan-alasan mengapa kamu khawatir dan
menghilangkanya.
7) Berpikir Insentif untuk mendorong diri sendiri
Insentif merupakan penghargaan yang diberikan kepada diri
sendiri ketika kita mencapai/menyelesaikan sesuatu. Sebuah
insentif dapat menjadi motivator yang kuat agar kita segera bangkit
berdiri dan mulai mengerjakan tugas. Kita tidak harus menciptakan
suatu insentif yang besar dan luar biasa karena akan memakan
biaya yang besar. Sebaliknya hal tersebut akan membuat kita
semakin stres karena uang jajan akan terkuras habis. Mulailah
dengan sesuatu yang kecil dan pastikan insentif itu sesuai dengan
pekerjaan yang kita selesaikan. Jangan berbuat curang dengan
menyelesaikan pekerjaan sederhana lalu memberi insentif yang
berlebihan.
Beberapa insentif yang dapat diberikan : (1) Menonton
film, (2) Menelpon teman, (3) Mendengarkan lagu kesukaan, (4)
Bermain game favoritmu, (5) Berbelanja, (6) Memakan cemilan
favoritmu, (7) Bermain bersama teman-teman.
8) Berlatih Kebiasaan “Sekarang”
Menunda suatu pekerjakan karena kita berpikir selalu ada
waktu untuk mengerjakan sebuah pekerjaan/tugas. Tetapi apa yang
terjadi saat detik-detik terakhir, kita cenderung akan terburu-buru
menyelesaikan tugas. Dan dalam kemungkinan terburuk kita
kehabisan waktu untuk mengerjakan tugas tertentu.
Untuk
menangkis
penundaan
kita
harus
berpikir
“SEKARANG”untuk mengerjakan tugas tertentu. Kita bisa
menggunakan “bahasa sekarang” untuk memotivasi diri kita
sendiri. Misalnya “Saya harus mengerjakan tugas matematika ini
21
sekarang.”kata harus dan sekarang akan membuat kita bertindak
sesegera mungkin.
Dapat diketahui bahwa cara mengatasi prokrastinasi akademik
yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan,
berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui
kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih
kebiasaan
“sekarang”.
Dari
beberapa
usaha
tersebut
bahkan
keseluruhannya tidak lain adalah terkait dengan usaha belajar.
Cara untuk mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan
melaksanakan beberapa usaha belajar yang sudah disebutkan. Di
sekolah, guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada peserta didik untuk mengatasi
prokrastinasi akademik. Layanan yang digunakan yaitu layanan
bimbingan belajar.
Bimbingan belajar yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
dengan memberikan informasi dan pemahaman yang sesuai dengan
permasalahan terkait. Maka dari itu peneliti membuat bahan ajar
berupa modul yang digunakan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi
akademik. Modul tersebut berisi tentang pengertian prokrastinasi
akademik, mengenali seorang prokrastinator, dan cara mengatasi
prokrastinasi akademik yang diambil dari pendapat ahli.
2. Bimbingan Belajar
a. Pengertian Bimbingan Belajar
Peserta didik adalah seorang atau anak yang sedang dalam
proses perkembangan menuju kedewasaan, baik jasmani, mental,
spiritual maupun sosial. Dalam belajar peserta didik mempelajari
materi ajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang akan berguna dikehidupannya kelak. Proses belajar yang dialami
siswa tidak selalu berjalan lancar sebagaimana diharapkan guru dan
orang tua, tetapi kadang kala ada peserta didik yang tidak mampu
mengatasi persoalan-persoalan belajar yang dihadapi, sehingga tidak
22
dapat mencapai tujuan belajar secara optimal. Guna memperlancar
siswa yang mengalami permasalahan belajar maka diperlukan adanya
bantuan belajar yaitu bimbingan belajar.
Menurut Hermawan (2012:30) bimbingan adalah suatu proses
pemberian
bantuan
kepada
individu
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan, supaya individu peserta didik tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan lingkungannya.
Kaitannya dengan belajar, maka bimbingan belajar merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu atau peserta didik secara
berkesinambungan, agar mampu belajar seoptimal mungkin sesuai
dengan tingkat kemampuan anak. Secara khusus bimbingan belajar
diberikan kepada peserta didik yang mengalami permasalahan dalam
belajar atau mengalami kesulitan belajar, sehingga terlepas dari
kesulitan belajar tersebut.
Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi
peserta didik yang sedang belajar. Banyak peserta didik yang belum
menyadari tentang arah belajar meraka, disamping belum mengetahui
bagaimana seharusnya melakukan kegiatan optimal. Bahkan banyak
peserta didik yang mengalami kegagalan dalam mencapai cita-cita
karena kurang mengetahui cara belajar yang tepat. Ditinjau dari segi
perkembangan, anak usia sekolah akan menunjukan hasil yang lebih
baik apabila mereka melaksanakan belajar secara tepat. Oleh karena itu
memerlukan bantuan atau bimbingan belajar agar dapat memanfaatkan
potensinya. (Syamsuri & Chadijah,2011)
Menurut Winkel (1991:125)
Bimbingan belajar adalah
bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam
memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu
institusi pendidikan. Tuntutan belajar yang dimaksud adalah tujuan
23
belajar yang seharusnya dicapai secara optimal. Peserta didik yang
mengalami permasalahan belajar akan mendapatkan bantuan berupa
bimbingan belajar agar mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Sesuai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan
belajar adalah layanan yang dilakukan untuk membantu peserta didik
agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi.
b. Bentuk Pendekatan dalam Bimbingan Belajar
Seperti
bimbingan
yang lain,
bimbingan
belajar
juga
mempunyai pendekatan dalam pelaksanaannya. Bimbingan belajar di
sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan individual dan pendekatan
kelompok.
1) Bimbingan individual
Yang dimaksud dengan bimbingan individual adalah
bantuan yang diberikan seorang guru kepada seorang peserta didik
agar dapat menyelesaikan permasalahan. Bimbingan individual ini
dilakukan atas pertimbangan bahwa kesulitan yang dialami peserta
didik sifatnya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan
penyelesaian secara individual.
2) Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah bantuan yang dilakukan
seorang guru kepada sekelompok peserta didik agar mereka dapat
mengenal diri, menyesuaikan diri dan mampu mengatasi masalah
atau kesulitannya sehingga dapat mengembangkan diri secara
maksimal. Pertimbangan layanan bimbingan belajar dengan
menggunakan bimbingan kelompok yaitu adanya masalah yang
relative sama pada sekelompok siswa. Di dalam kelompok peserta
didik
mengadakan
hubungan
dan
memperoleh
informasi,
tanggapan dan pendapat saat berinteraksi dengan anggota
kelompok. Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok belajar
24
dapat diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain pemberian
informasi, home room, diskusi, belajar dan bekerja kelompok,
karya
wisata,
serta
pengajaran
remedial.
(Syamsuri
&
Chadijah,2011)
Dalam penelitian ini bentuk pendekatan yang digunakan
dalam layanan bimbingan belajar yaitu bimbingan kelompok.
Peneliti akan memberikan informasi dan pemahaman
melalui
modul
perilaku
yang
sudah
disiapkan
untuk
mereduksi
prokrastinasi akademik, dalam pemberian layanan bimbingan
belajar didik juga akan diajak berdiskusi membahas permasalahan
tentang prokrastinasi akademik.
c. Jenis Layanan Bimbingan Belajar
Faktor penyebab kesulitan belajar sangat bervariasi, hal ini
menyebabkan sifat kesulitan belajar antara peserta didik yang satu
dengan yang lain tidak sama. Faktor penyebab kesulitan belajar yang
berbeda pada siswa menuntut jenis layanan bimbingan belajar yang
berbeda pula. Bimbingan belajar dapat dilakukan berdasarkan latar
belakang non psikologis dan latar psikologis.
Layanan bimbingan belajar non psikologis merupakan usaha
meningkatkan prestasi belajar dengan cara perbaikan dalam komponen
proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar peserta didik,
perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar, perbaikan
penyajian materi pelajaran dan sebagainya.
Sedangkan layanan bimbingan belajar psikologis berfungsi
untuk merangsang peserta didik meningkatkan usaha belajar sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan yaitu tercapainya prestasi belajar yang
optimal. Bimbingan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan meningkatkan motivasi belajar, menanamkan prinsip-prinsip
belajar,
dan
Chadijah,2011)
melalui
penyuluhan
perorangan.
(Syamsuri
&
25
Setiap layanan yang dilaksanakan baik psikologis maupun non
psikologis bertujuan sama yaitu untuk membantu permasalahan peserta
didik, dengan cara-cara tersebut sangat diharapkan adanya perubahan
kearah yang lebih baik setelah pemberian layanan.
Penelitian ini termasuk layanan bimbingan belajar non
psikologis karena dalam penelitian ini peneliti membuat bahan ajar
berupa modul untuk menunjang penyajian materi yang diharapkan
dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik.
d. Modul Bimbingan Belajar
Model-model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Menurut Joyce & Weil (dalam
Rusman, 2010:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya.
Joyce & Weil (dalam Wayan S, 2007:6) juga mendefinisikan
model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian,
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari model pembelajaran
adalah rancangan konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran.
Guru bimbingan dan konseling memberikan layanan kepada
peserta didik untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Maka dari itu model dalam bimbingan dan konseling dapat diartikan
26
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Layanan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan belajar.
Dalam penelitian ini layanan bimbingan belajar dilaksanakan
dengan model pembelajaran mandiri. Menurut Rusman (2010:353)
peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan
membaca modul atau melihat dan mengakses program e-learning
tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain.
Menurut Panen (dalam Rusman 2010:355) belajar mandiri
tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan usaha
mengasingkan peserta didik dari teman dan guru. Hal yang terpenting
adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik,
sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru,
pembimbing, teman atau oranglain dalam belajar.
Menurut Rusman (2010:355) tugas guru dalam proses belajar
mandiri ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap
memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya
terutama bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan
dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat
dipecahkan peserta didik sendiri.
Model pembelajaran mandiri mempunyai beberapa bahan
belajar mandiri salah satunya yang juga digunakan dalam penelitian ini
adalah modul. Modul merupakan suatu paket program yang disusun
dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna
kepentingan belajar peserta didik. Satu paket modul biasanya memiliki
komponen petunjuk guru, lembar kegiatan, lembar kerja, dan lembar
tes. (Rusman, 2010:375).
Dalam penelitian ini modul dirancang sedemikian rupa agar
sesuai dengan permasalahan peserta didik yaitu prokrastinasi
akademik. Di dalam modul terdapat berbagai informasi terkait
prokrastinasi
akademik,
adapun
isi
modul
yaitu
pengertian
27
prokrastinasi akademik, cara mengenali prokrastinator, cara mengatasi
prokrastinasi akademik dan terminasi.
Diharapkan
dengan
tersusunnya
modul
tersebut
dapat
mereduksi perilaku prokrastinasi akademik yang dialami oleh peserta
didik.
3. Tinjauan tentang Peserta Didik SMP
a.
Karakteristik Peserta Didik SMP
Secara psikologi peserta didik SMP tengah memasuki masa
pubertas, yakni suatu masa ketika indivdu mengalami transisi dari
masa kanak-kanak menuju masa remaja (adolescence). Sebagian Ahli
memandang bahwa peserta didik SMP tengah memasuki masa remaja
awal. Akan tetapi semua sepakat bahwa masa-masa tersebut
merupakan masa yang sulit dalam perkembangan manusia.
Peserta didik SMP termasuk kedalam klasifikasi masa remaja
dengan umur 11-24 tahun dan belum menikah. Periode perkembangan
remaja dimulai dengan pubertas. Menurut WHO (dalam Chasiyah,dkk
2009:43) remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan
dimana individu mengalami:
1) Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder sampai saat mereka
mencapai kematanagan seksual
2) Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa.
3) Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif mandiri.
Disebutkan juga dalam Chasiyah dkk (2009:44) karakteristik remaja
antara lain:
1) Perkembangan Fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa
rentang kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik
yang sangat pesat. Hal tersebut terutama tampak jelas pada bagian
28
hidung, kaki dan tangan. Dalam perkembangan seksualitas
remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan
ciri-ciri seks sekunder.
2) Perkembangan Intelegensi
Remaja, secara mental telah dapat berpikir logis tentang
berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi
formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan
ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret.
3) Perkembangan Emosi
Mencapai kematangan emosional merupakan salah satu
tugas perkembangan yang cukup sulit, karena masa remaja
merupakan puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang
tinggi). Selain itu proses pencapaiannya juga sangat dipengaruhi
oleh kondisi sosio-emosional terutama lingkungan keluarga dan
kelompok teman sebaya.
4) Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang social cognition atau
kemampuan untuk memahami orang lain, pemahamannya ini
mendorong
remaja
untuk
menjalin
persahabatan
ataupun
percintaan (pacaran). Perkembangan sosial dilakukan dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5) Perkembangan Moral
Munculnya
dorongan
untuk
melakukan
perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain dikarenakan
adanya pemahaman tentang nilai-nilai dan konsep-konsep
moralitas.
6) Perkembangan Kepribadian
Masa remaja merupakan masa berkembangnya identity (jati
diri). Pada saat ini berkembang usaha sadar untuk menjawab
pertanyaan ”who am I?” (siapa saya?).
29
Berbagai macam perkembangan yang dialami oleh peserta
remaja, menjadikan remaja menjadi individu yang masih labil dan
masih akan berkembang sampai dewasa nanti. Dalam masa-masa
remaja ini harus dikontrol oleh orang tua yang memahami
perkembangan yang dialami remaja, agar mencapai perkembangan
yang optimal sesuai dengan masa perkembangannya.
Masa perkembangan remaja seringkali diwarnai dengan
permasalahan-permasalahan yang muncul. Untuk itu tugas guru
bimbingan dan konseling adalah membantu mengatasi permasalahan
yang dialami remaja peserta didik. Termasuk dengan prokrastinasi
akademik yang sering terjadi dikalangan remaja. Guru bimbingan dan
konseling dapat memberikan pemahaman tentang prokrastinasi
akademik agar peserta didik dapat memahami dan mengatasinya.
b. Tugas Perkembangan Peserta didik SMP
Peserta didik SMP yang memasuki masa puber berhadapan
dengan tugas-tugas perkembangan, yang harus dipelajari dan
diselesaikan guna mencapai keberhasilan perkembangan pada masa
berikutnya.
Havighurts (dalam Chasiyah,dkk. 2009:62) mengartikan
tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:
“A defelopmental taks is which arises at or about a certain period in
the life of individual, successful achievement of which loads to
happiness and success with leter task, white failure leads to
unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty
with later task.”
Maksudnya bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan
individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya;
sementara jika gagal, maka menyebabkan ketidakbahagiaan pada
individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masayarakat,
dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
30
Maka dari itu peserta didik harus dapat mengoptimalkan tugas
perkembangan sesuai dengan periode yang sedang dialami. Guru
bimbingan dan konseling juga dapat membantu mengoptimalkan
tugas-tugas perkembangan tersebut, agar peserta didik menjadi
individu yang bahagia dan dapat menuntaskan tugas berikutnya.
Adapun
rumusan tugas perkembangan bagi para remaja
termasuk peserta didik SMP di Indonesia menurut Sunaryo
Kartadinata,dkk.(2003) yaitu sebagai berikut:
1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis
terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri
untuk kehidupan yang sehat,
3) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria dan wanita.
4) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan social yang lebih luas.
5) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan
karir dan apresiasi seni.
6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta
berperan dalam kehidupan masyarakat.
7) Mengenal
gambaran
dan
mengembangkan
sikap
tentang
kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
8) Mengenal sistem etika dan nilai-nili bagi pedoman hidup sebagai
pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia. (dalam buku
Pedoman Penelusuran Minat Peserta Didik SMP, 2013:12).
Menurut Soeharto (1998:32) Tugas-tugas perkembangan anak
usia Sekolah Menengah Pertama (SMP):
31
1) Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
2) Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman berperilaku
3) Mencapai kemandirian emosional
4) Mengembangkan keterampilan intelektual
5) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab
6) Mencapai peran sosial sebagai pria/wanita
7) Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif
8) Mencapai kemandirian perilaku ekonomis
9) Memiliki wawasan persiapan karir
10) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
Ada banyak tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta
didik. Setiap individu pasti memiliki kesulitan untuk mengoptimalkan
beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai. Jika peserta didik
melakukan prokrastinasi akademik berarti belum melaksanakan tugas
perkembangan mencapai kemandirian emosional. Seseorang yang sudah
mencapai
tugas
perkembangan
tersebut
tidak
akan
melakukan
prokrastinasi akademik karena tahu bahwa prokrastinasi akademik akan
memberikan dampak buruk terhadap dirinya. Maka dari itu guru
bimbingan dan konseling dapat membantu untuk mengoptimalkan tugas
perkembangan peserta didik SMP.
4. Modul Bimbingan Belajar untuk Mengatasi Perilaku Prokrastinasi
Akademik
Prokrastinasi
akademik
merupakan
tindakan
menunda
menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar
menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif,
menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara
umum. Prokrastinasi akademik termasuk perilaku negatif yang harus
dihindari karena berdampak buruk bagi kehidupan sehari-hari. Dihindari
32
apabila belum melakukan, akan tetapi jika sudah termasuk pelaku
proktastinasi harus segera diatasi.
Cara mengatasi prokrastinasi menurut Toe Aik Cher (2012:7) yaitu
bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan
bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran,
berpikir
insentif
untuk
mendorong
diri
sendiri,
berlatih
kebiasaan“sekarang”.
Dari beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak
lain keseluruhannya merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini
layanan
yang
digunakan
untuk
melakasanakan
usaha
tersebut
menggunakan layanan bimbingan belajar.
Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi
peserta didik yang sedang belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan
untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, salah satunya
yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan
belajar yang sering dialami peserta didik.
Bimbingan belajar dapat dilakukan salah satunya dengan
pemberian informasi. Pemberian informasi bertujuan untuk membantu
peserta didik memperoleh gambaran atau pemahaman tentang suatu
masalah, kaitannya dalam hal ini yaitu prokrastinasi akademik.
Dalam penelitian ini informasi akan diberikan lewat
modul
bimbingan belajar yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku
prokrastinasi akademik, dalam pemberian informasi peserta didik juga
akan diajak berdiskusi membahas permasalahan tentang prokrastinasi
akademik. Dalam modul tersebut ada penjelasan terkait apa itu
prokrastinasi,
sikap
seorang
prokrastinator,
dan
cara
mengatasi
prokrastinasi akademik yang dirangkum dari pendapat para ahli.
Mengacu pada pendapat Syamsuri (2010:46) bahwa Layanan
bimbingan belajar dapat dilakukan dengan cara perbaikan dalam
komponen proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar
33
peserta didik, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar,
perbaikan penyajian materi pelajaran dan sebagainya.
Layanan bimbingan belajar dapat dilakukan dengan perbaikan
materi layanan, adanya bahan ajar yang disiapkan dalam pelaksanaan
bimbingan belajar ini bertujuan untuk memperbaiki penyajian materi
layanan tentang prokrastinasi akademik. Penyajian bahan ajar berupa
modul yang menarik dan mudah dimengerti peserta didik.
Menyadari akan dampak-dampak buruk yang dapat disebabkan
oleh prokrastinasi akademik, maka diselenggarakan pelaksanaan layanan
bimbingan belajar untuk mereduksi perilaku proktastinasi akademik.
Layanan bimbingan belajar ini diharapkan dapat mereduksi perilaku
prokrastinasi akademik yang dialami peserta didik agar peserta didik dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal.
B. Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi prokrastinasi
akademik. Tetapi penelitian-penelitian tersebut bermacam-macam variabelnya dan
hasil penelitian tersebut juga bervariasi. Berikut beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian yang dilaksanakan :
1. Penelitian Ursia, N.R., Siaputra, I.B., dan Sutanto, N (2013) dengan
penelitiannya yang berjudul “ Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada
Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya”. Prokrastinasi
telah lama dianggap sebagai perwujudan dari rendahnya self-control.
Kemunculan teori motivasi temporal (TMT) sebagai suatu kerangka teoretis
untuk menjelaskan prokrastinasi juga mendukung peran self-control dalam
memunculkan perilaku prokrastinasi. Penelitian ini ingin menguji kesesuaian
TMT dalam menjelaskan pola hubungan antara self-control dan prokrastinasi,
baik secara umum maupun dalam pengerjaan skripsi. Subjek penelitian adalah
157 mahasiswa psikologi yang sedang mengerjakan skripsi. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
self-control
memiliki
korelasi
negatif
dengan
prokrastinasi umum (r=-0,663) dan skripsi (r=-0,504). Peran elemen-elemen
34
TMT sebagai mediator menjadi terbukti ketika korelasi negatif tersebut
melemah secara signifikan setelah dilakukan pengendalian terhadap ketiga
elemen TMT. Sekalipun demikian, pelemahan yang lebih besar justru
ditemukan ketika self-control yang dijadikan sebagai variabel mediator.
Dugaan penyebab dan implikasi temuan terhadap kesesuaian TMT
didiskusikan dalam badan tulisan.
2. Penelitian Sujirah, E.A. & Tjundjing, S (2007) yang berjudul “Mahasiswa
Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness”. Penelitian ini
mengungkap hubungan antara sifat menunda mengerjakan tugas atau
prokrastinasi akademik pada para mahasiswa dan aspek conscientiousnessnya.
Mahasiswa sebuah fakultas psikologi, angkatan 2003-2006 (N = 295) menjadi
responden penelitian ini. Para partisipan mengisi 3 jenis skala (satu skala
utama dari penulis, dan dua skala pembanding, adaptasi dari skala Aitken
Procrastination Inventory dan Big Five Inventory.) Hasil pengujian
menggunakan skala utama menunjukkan adanya hubungan negatif (r = 0.627), yang diperkuat oleh hasil pengujian skala pembanding. Hasil tersebut
juga menyiratkan bahwa mahasiswa yang memiliki karakter conscientious
yaitu terstruktur, tekun, serta memiliki kendali diri yang baik cenderung
terhindar dari prokrastinasi.
3. Penelitian Kartadinata, I. & Tjundjing, S (2008) yang berjudul “I Love You
Tomorrow: Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu”. Penelitian ini
bertujuan mendalami hubungan antara manajemen waktu dan prokrastinasi
akademik. Partisipan adalah mahasiswa psikologi (N = 227) angkatan 2004
dan 2005. Data diperoleh melalui pengisian Time Management Behavior Scale
(TMBS) dan Procrastination Assessment Scale for Student (PASS). Data
dianalisis dengan analisis regresi linear dan korelasi product moment dari
Pearson. Hasil menunjukkan korelasi negatif (– 0.377) antara pengelolaan
waktu dan prokrastinasi akademik. Bagian kedua PASS mengungkap alas an
paling dominan prokrastinasi: rasa malas, rasa kewalahan, tak mampu
mengatur waktu dengan baik, dan sulit membuat putusan. Didiskusikan
35
apakah prokrastinasi merupakan perilaku bawaan (trait) atau situasional
(state).
C. Kerangka Pemikiran
Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan
tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca,
menyelesaikan
tugas-tugas
administratif,
menghadiri
pertemuan,
dan
menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Dalam proses belajar peserta
didik seharusnya tidak melakukan prokrastinasi akademik agar tidak mengalami
hambatan dalam proses belajar. Namun masih banyak peserta didik yang masih
melakukan prokrastinasi akademik.
Adapun cara mengatasi prokrastinasi menurut Cher. T.A (2012:7) yaitu
bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan
bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir
insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan“sekarang”. Dari
beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak lain keseluruhannya
merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini layanan bimbingan dan konseling
yang digunakan untuk menerapkan usaha belajar tersebut yaitu menggunakan
layanan bimbingan belajar.
Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh
guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang
belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk membantu peserta didik
mengatasi kesulitan belajar, salah satunya yaitu prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan belajar yang sering dialami peserta
didik, namun belum banyak media yang digunakan untuk mereduksi perilaku
prokrastinasi akademik.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya bimbingan belajar dengan
dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai. Bahan ajar tersebut akan
memberikan informasi dan pemahaman kepada peserta didik terkait dengan
prokrastinasi akademik. Bahan ajar yang telah disiapkan yaitu berupa modul yang
membahas tentang prokrastinasi akademik dan cara mengatasinya. Bimbingan
belajar akan memberikan pemahaman
peserta didik untuk tidak melakukan
36
prokrastinasi akademik. Dengan tersusunnya bahan ajar berupa modul untuk
melaksanakan
bimbingan
belajar
diharapkan
dapat
mereduksi
perilaku
prokrastinasi akademik.
Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan di atas dapat diambil kerangka
berpikir sebagai berikut:
Peserta didik diharapkan
tidak melakukan
prokrastinasi akademik
Cara mengatasi prokrastinasi
menurut Cher, T.A (2012:7)
Peserta didik melakukan
prokrastinasi akademik
Bimbingan belajar berupa
pemberian informasi menggunakan
bahan ajar berupa modul
Bimbingan belajar tersebut akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak
melakukan prokrastinasi akademik maka perilaku prokrastinasi akademik akan
tereduksi.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010 : 96) “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan maslaah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan smeentara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu:
“Bimbingan Belajar Efektif untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik
Peserta didik Di SMPN 2 Kartasura.”
Download