BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus” yang berarti “keputusan hari esok” atau jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya” (Gufron dan Risnawati, 2010). Prokrastinasi Akademik merupakan prokrastinasi yang berkaitan dengan unsur-unsur tugas dalam area akademik. Menurut Solomon & Rothblum (1984) prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda untuk memulai maupun menyelesaikan tugas-tugas secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga tugas-tugas menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat mengikuti pertemuan kelas. Kemudian mereka juga menyatakan bahwa terdapat 6 area akademik yaitu tugas mengarang (membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar ,menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan. Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi untuk menunjukkan pada suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan, pertama kali digunakan oleh Brown dan Holzman (dalam Rumiani, 2006) menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, yaitu: (1) prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, 6 7 yaitu bahwa setiap perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan, (2) prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional, (3) prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung. 2.1.2 Faktor-faktor prokrastinasi Tindakan prokrastinasi disebabkan oleh 2 macam faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu yang turut membentuk perilaku prokrastinasi yang meliputi faktor fisik dan psikologis. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu dapat berupa tugas yang banyak (overloaded tasks) yang menuntut penyelesaian yang hampir bersamaan menurut Bruno dalam (Rumiani, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Gufron, 2003): 1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu, yaitu: a) Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa 8 keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak (Bruno, Millgram, dalam Gufron, 2003). Tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional yang dimiliki seseorang (Ferrari dalam Gufron, 2003). b) Kondisi psikologis individu. Menurut Millgram (dalam Gufron, 2003). Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif, di mana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk prokrastinasi akademik (Briordy, dalam Gufron, 2003). 2.1.3 Bentuk prokastinasi Prokrastinasi memiliki banyak bentuk, termasuk hal-hal berikut (Santrock, 2009). 1. Mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan pergi 2. Meremehkan kerja yang terlibat dalam tugas atau menaksir terlalu tinggi kemampuan dan sumber-sumber seseorang 3. Menghabiskan waktu berjam-jam pada permainan komputer dan menjelajahi internet 9 4. Menipu diri sendiri bahwa kinerja yang sedang-sedang saja atau buruk adalah dapat diterima 5. Melakukan substitusi aktivitas berguna, tetapi mempunyai prioritas lebih rendah, seperti membersihkan kamar daripada belajar 6. Meyakini bahwa penundaan kecil yang berulang-ulang tidak akan merugikan 7. Mendramatisasi komitmen terhadap sebuah tugas daripada melakukannya 2.2 Motivasi Berprestasi McClelland dalam (Rumiani, 2006) mengartikan motivasi berprestasi adalah sebagai motif yang mendorong individu untuk meraih sukses dan bertujuan untuk meraih hasil dengan standar tertentu. Menurut McClelland dalam (Rumiani, 2006) orang yang memiliki motivasi berprestasi menunjukkan ciri-ciri seperti: suka bekerja keras, ulet, membutuhkan umpan balik secara nyata, berorientasi masa depan, tidak suka membuang waktu, optimis, bertanggung jawab dan memperhitungkan resiko. Teori motivasi yang paling komprehensif mengenai motivasi berprestasi adalah teori yang dikemukakan oleh David McClelland dalam (Rumiani, 2006). Teori ini menyatakan bahwa terdapat tiga kebutuhan utama yang berhubungan motivasi, yaitu needs for achievement, power, dan affiliation. Tiga kunci motif atau kebutuhan utama dalam teorinya adalah: 1. Need for Achievement – yaitu dorongan yang menggerakkan seseorang menuju suatu keberhasilan dan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi adalah mereka yang menyukai tantangan dalam setiap pekerjaannya. 10 Mereka didorong oleh hasrat untuk menjadi yang terdepan, untuk menyelesaikan permasalahan, dan untuk menampilkan performa kerja yang luar biasa. Kebutuhan berprestasi juga dikaitkan dengan sikap task-oriented, dimana individu dengan sikap ini lebih menyukai situasi yang menawarkan risiko kesulitan yang menengah dan mereka sangat mengharapkan umpan balik berkaitan dengan pencapaian tujuan mereka. 2. Need for Power – yaitu kebutuhan untuk mengarahkan dan mengontrol aktivitas orang lain dan menjadi orang yang berpengaruh. Individu dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi adalah mereka yang cenderung status-oriented dan lebih termotivasi oleh kesempatan untuk memperoleh pengaruh dan prestise dibandingkan untuk memecahkan beberapa masalah secara pribadi atau untuk mencapai prestasi yang diinginkan. 3. Need for Affiliation – yaitu keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Individu yang termotivasi oleh kebutuhan berafiliasi sangat memperjuangkan persahabatan. Mereka sangat peduli dengan hubungan interpersonal pada pekerjaan dan lebih menyukai mengerjakan suatu tugas dengan orang lain. Mereka termotivasi oleh situasi kerja yang kooperatif dibandingkan dengan situasi kerja yang kompetitif. 2.2.1 Ciri-ciri motivasi berprestasi McClelland dalam (Rumiani, 2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 11 1. Mempunyai tanggung jawab pribadi. Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas kuliah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri. 2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan. Mahasiswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, Mahasiswa harus menguasai secara tuntas materi kuliah. 3. Berusaha bekerja kreatif. Mahasiswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Mahasiswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga Mahasiswa lebih menguasai materi kuliah dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi. 4. Berusaha mencapai cita-cita. Mahasiswa yang mempunyai citacita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Mahasiswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Mahasiswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan dosen, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan kuliah dan memperoleh hasil yang memungkinkan Mahasiswa mencapai cita-citanya. baik akan 12 5. Memiliki tugas yang moderat. Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Mahasiswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi beberapa bagian, yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya. 6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya. Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan kuliah sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa dikerjakan. Mahasiswa membuat kegiatan belajar dan mentaati jadwal tersebut. Mahasiswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh dosen serta memperbaiki tugas yang salah. Mahasiswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku kuliah dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri. 7. Mengadakan antisipasi. Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan Mahasiswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke kampus. Mahasiswa datang ke kampus lebih cepat dari jadwal kuliah atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Mahasiswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi kuliah yang akan di berikan dosen pada hari berikutnya. atau bersama secara berkelompok. 13 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian Kegiatan Perkuliahan Mahasiswa Banyaknya tugas kuliah Motivasi Berprestasi 1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal Prokrastinasi Akademik Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian Keterangan gambar: : dampak/akibat : hubungan Sumber: Diolah oleh Penulis Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan antara motivasi berprestasi terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta. Dasar penelitian ini dikarenakan banyaknya fenomena-fenomena dimana mahasiswa mengalami kesulitan dalam cara belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya, mahasiswa membutuhkan sebuah motivasi dalam mengerjakan tugas. Jika tidak memiliki motivasi, mahasiswa 14 cenderung untuk melakukan prokrastinasi akademik. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya motivasi, baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam diri individu agar perilaku prokrastinasi dapat dihindari. Hasil dugaan sementara peneliti adalah bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi akademik.