Karakteristik Perikanan Laut Indonesia

advertisement
IV
Karakteristik Perikanan
Laut Indonesia
Tujuan pembelajaran:
Memahami karakteristik perikanan
tangkap secara umum serta
perikanan laut Indonesia pada
khususnya; mengenal berbagai
jenis alat tangkap dan jenis ikan
hasil tangkap di sekitar perairan
Indonesia. Penangkapan berlebih
ialah alasan utama Kawasan
Konservasi Perairan diperlukan.
Sebaliknya perikanan
berkelanjutan ialah tujuan dari
Kawasan Konservasi Perairan di
Indonesia
4.1 Definisi Perikanan
Berdasarkan ketentuan kerja statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi
dibidang penangkapan dan budidaya binatang atau tanaman air. Penangkapan dinyatakan sebagai
kegiatan pengambilan, penangkapan atau pengumpulan tanaman dan/atau binatang air yang hidup
di laut atau perairan umum secara bebas. Sedangkan budidaya dinyatakan sebagai kegiatan
memelihara binatang dan/atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Budidaya pada
umumnya dilakukan pada perairan yang dikelilingi oleh galangan / tanggul.
Sebagai konsekuensi dari definisi di atas, catatan statistik perikanan yang diterbitkan sejak
tahun 1976 hanya melaporkan kegiatan dari industri primer (penangkapan dan budidaya). Industri
ikutan seperti pasca panen, pengolahan dan perdagangan merupakan bidang di luar perikanan.
Kegiatan non-ekonomi dibidang perikanan juga bukan merupakan interest dari sektor perikanan.
Kegiatan seperti penangkapan ikan untuk konsumsi keluarga (subsisten), kegiatan penangkapan ikan
untuk tujuan rekreasi, sport fishing dan penelitian tidak dicatat dalam statistik perikanan. Ada dua
alasan utama untuk mengabaikan kegiatan tersebut. Pertama, catatan produksi dari kegiatan
tersebut tidak bisa dilacak dengan kemampuan tenaga dan sistem pelaporan statistik ketika itu. Hasil
tangkapan nelayan untuk konsumsi keluarga (subsisten), tujuan rekreasi, sport fishing maupun hasil
penelitian tidak akan pernah dilaporkan pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI). Karena kesulitan untuk
melacak data produksi dan pelaku, pemerintah mengabaikan kontribusi dari jenis perikanan tidak
komersial tersebut. Alasan kedua, produksi dari berbagai kegiatan tersebut masih dianggap relatif
rendah dibandingkan perikanan komersial untuk tujuan konsumsi. Dampak perikanan tidak
ekonomis, dengan demikian, diasumsikan masih bisa diabaikan, baik kontribusinya terhadap
produksi dan ekonomi secara keseluruhan maupun terhadap kerusakan habitat sumberdaya ikan.
Bahkan kegiatan ekonomi produksi yang bukan untuk tujuan konsumsi juga diabaikan. Contoh yang
cukup jelas, sebut saja penangkapan ikan karang untuk ikan Hias (Ornamental-fish fishery),
penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan dan konversi lahan bakau, habitat pendukung
keberadaan sumberdaya ikan.
Dari definisi di atas, perikanan bisa dikatakan sebagai usaha pengambilan atau pemanfaatan
sumberdaya hayati perairan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sebagai sumberdaya hayati,
58
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
perikanan termasuk dalam kategori sumberdaya dapat pulih, a renewable resource. Artinya, setiap
pengambilan sebagian sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, bagian sumberdaya
yang tersisa akan melakukan pemulihan kembali. Pemulihan didefinisikan sebagai mengganti
sejumlah yang diambil atau dimanfaatkan, melalui proses reproduksi dan pertumbuhan.
Kemampuan pemulihan sumberdaya ikan sangat tergantung dari besarnya jumlah yang diambil atau
besarnya sumberdaya ikan yang tersisa, sehingga kemampuan pemulihan dikatakan bersifat
terbatas. Jika laju pemanfaatan melebihi kemampuan laju pemulihan oleh sumberdaya yang tersisa,
pada akhirnya ikan tidak bisa kembali seperti semula. Oleh karena itu, laju pemanfaatan harus
dibatasi sedemikian rupa, sampai pada batas dimana ikan yang tersisa mampu melakukan pemulihan
sampai pada kondisi semula. Jika tidak, besar kemungkinan sumberdaya ikan akan terkuras dan
akhirnya akan punah. Perikanan, dengan demikian, harus mengandung aspek “mengatur
pemanfaatan / pengambilan sumberdaya hayati perairan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dan menjaga sumberdaya agar tetap bisa dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya”.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004, perikanan
dikatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Kata “pengelolaan” dalam
definisi ini bisa dikatakan sebagai mengatur pemanfaatan atau pengambilan (manajemen atau
pengelolaan sumberdaya alam ialah usaha pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan
generasi sekarang dan yang akan datang). Batasan yang baru, jika diterapkan secara konsekuen,
lebih menjamin kelestarian sumberdaya ikan, atau dengan kata lain sumberdaya ikan tidak akan
terkuras. Namun sayangnya, istilah bisnis perikanan bisa mengganggu kejelasan pengertian
perikanan karena akan mengabaikan pemanfaatan yang bersifat tidak ekonomi. Secara tegas,
perikanan sebaiknya didefinisikan sebagai usaha mengatur semua bentuk pemanfaatan atau
pengambilan sumberdaya ikan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan generasi yang akan
datang.
Aktifitas perikanan sangat beragam dan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.
Sebagai aktifitas primer, perikanan dibedakan kedalam aktifitas penangkapan (capture fisheries) dan
budidaya (culture fisheries atau aquaculture). Berdasarkan tempatnya, perikanan tangkap dibedakan
menjadi perikanan laut (marine capture fisheries) dan perikanan darat (inland fisheries). Dalam
statistik, perikanan perairan umum digunakan untuk menjelaskan perikanan darat (inland fisheries).
Perikanan Budidaya sering dibedakan berdasarkan kombinasi lokasi kegiatan dengan bentuk usaha
budidaya. Di Indonesia, perikanan budidaya dibagi berdasarkan kategori: Budidaya Laut (Marine
Culture), Budidaya Tambak (Brackish Water Culture), Kolam (Pond Culture), Karamba (Cage Culture),
Mina Padi (Rice-Cum Fish Culture) dan Sawah Tambak.
Perikanan laut ialah kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di Laut. Perikanan perairan
umum merupakan aktifitas penangkapan yang dilakukan di Perairan Tawar, seperti Danau, Waduk
atau Sungai. Budidaya Laut ialah kegiatan budidaya yang dilakukan di Laut, seperti budidaya rumput
laut atau pembesaran ikan Kerapu dengan menggunakan karamba jaring. Budidaya Tambak
mengacu pada usaha budidaya yang dilakukan di Air Payau dengan luas kolam yang relatif besar dan
masuk keluarnya air diusahakan melalui gravitasi. Budidaya kolam mengacu pada kegiatan yang
dilakukan pada Perairan Tawar. Karamba ialah usaha budidaya yang dilakukan dalam kurungan nonkolam. Karamba yang dioperasikan di Sungai termasuk jenis Karamba Tancap, yang dibuat dari
anyaman bambu. Operasi karamba pada badan air yang dalam dan tenang, seperti Waduk atau
Danau, disebut Karamba Apung yang dibuat dari jaring. Budidaya mina padi ialah pemeliharaan ikan
yang dilakukan bersama dengan penanaman padi di Sawah. Secara konvensional, pinggiran sawah
selalu mempunyai galengan (caren) yang berukuran lebar sekitar 40 cm dan dalam 20 cm. Pada saat
tanaman dikeringkan, air masih ada pada galengan. Kesempatan ini digunakan untuk membesarkan
ikan (umumnya ikan mas) bersama pemeliharaan Padi. Sawah Tambak didefinisikan sebagai usaha
59
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
penanaman padi bersama ikan yang dilakukan pada wilayah dataran rendah (pesisir) selama musim
hujan, dengan memanfaatkan genangan air. Usaha sawah tambak sering menghadapi resiko
tergenangi air secara berlebihan, terutama jika curah hujan terlalu tinggi untuk diantisipasi dalam
pembuatan pematang. Di Jawa Timur, Kabupaten Lamongan ialah wilayah yang paling khas dengan
kegiatan budidaya Sawah Tambak.
Tabel 4.1
No
Deskripsi hasil pelaporan statistik perikanan Propinsi Jawa Timur per sub-sektor
kegiatan, berdasarkan kerja statistik perikanan Indonesia (Sumber: Laporan statistik
perikanan Jawa Timur, 2007).
RTP Nelayan/Petani
Produksi ikan
Nilai produksi
(orang)
(ton)
(*Rp. 1.000.000)
Kegiatan
1
Penangkapan:
1.1
Perikanan laut
1.2
Perikanan perairan umum
2
Budidaya ikan:
2.1
Budidaya laut
2.2
207.745
382.875
2.619.872
36.582
11.689
72.595
2.738
13.012
55.883
Budidaya tambak
47.264
77.598
1.177.379
2.3
Budidaya kolam
86.039
35.711
323.097
2.4
Budidaya karamba
800
1.106
8.930
2.5
Budidaya minapadi
735
162.6
1.558
2.6
Budidaya sawah tambak
33.375
43.769
372.649
4.2 Perikanan Laut
Semua bentuk pengambilan atau penangkapan ikan dari alam, sekecil apapun, dengan tujuan
apapun, pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya stok ikan dan bisa menyebabkan terjadinya
penangkapan berlebih (over-fishing). Pada konteks ini perikanan tangkap didefinisikan sebagai usaha
untuk mengatur setiap pengambilan atau penangkapan sumberdaya ikan dari perairan, baik untuk
tujuan ekonomi maupun non-ekonomi (subsisten). Perikanan laut (Marine capture fisheries) ialah
usaha untuk mengatur setiap penangkapan atau pengambilan sumberdaya ikan yang dilakukan di
laut, termasuk muara sungai, baik untuk tujuan ekonomi maupun non-ekonomis. Sedangkan semua
penangkapan ikan yang dilakukan di Perairan Tawar (Inland Fisheries) disebut dengan istilah Perairan
Umum.
4.3 Alat Tangkap
4.3.1 Definisi – Penangkapan
Untuk keperluan statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dalam bidang
penangkapan atau budidaya binatang dan atau tanaman air. Hal ini berarti bahwa penangkapan
60
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
yang dilakukan dalam rangka penelitian, hobi, olahraga maupun yang dilakukan sepenuhnya untuk
konsumsi keluarga tidak tercatat dalam statistik perikanan. Ketentuan ini sudah berlaku sejak awal
tahun 1976 sampai saat ini. Walaupun definisi perikanan sedikit berbeda berdasarkan ketentuan UU
No. 45 tahun 2009 tentang perikanan, secara operasional statistik perikanan masih berdasarkan
ketentuan yang lama. Kenyataannya, setiap kegiatan pengambilan benda hidup dari laut, dalam
bentuk dan tujuan apapun, akan mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan sumberdaya.
Memancing ikan dengan tujuan rekreasi dan hobi, seperti yang ditayangkan dalam acara tv
“Mancing Mania” bisa menyebabkan berkurangnya sumberdaya ikan di laut. Oleh karena itu,
penangkapan pada konteks ini didefinisikan sebagai setiap kegiatan menangkap atau
mengumpulkan/ mengambil binatang dan/atau tanaman air yang hidup di laut yang tidak sedang
dibudidayakan.
4.3.2 Jenis Alat Tangkap
Alat tangkap ialah istilah yang digunakan sebagai terjemahan langsung dari Fishing Gear, yaitu
peralatan yang secara langsung digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Pada klasifikasi tingkat
pertama, alat tangkap bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, ialah: pancing, jaring, dan alat lain,
selain dari kedua tipe tersebut. Berdasarkan kelengkapan konstruksi, pancing dibedakan menjadi:
tanpa joran dan lengkap dengan joran (Gambar 4.1: garis putus-putus). Dengan cara yang sama,
pancing juga dibedakan dalam kategori: kait dengan hook (barb) dan kait tanpa hook (barbless).
Satu-satunya alat pancing dengan joran tapi tanpa hook disebut Huhate atau Pole & Line. Pancing
yang mempunyai hook bisa dibedakan dalam tiga kategori, berdasarkan keaktifannya, ialah: pancing
yang dalam operasinya bersifat pasif, semi-aktif dan aktif. Rawai (Long-Line) ialah pancing dengan
hook yang operasinya pasif (pancing ini tidak dilengkapi joran). Pancing semi-aktif sering disebut
Pancing Ulur atau Jigging. Sedangkan pancing yang dioperasikan secara aktif disebut Tonda atau
Troll-Line. Pancing tonda dan ulur bisa dioperasikan tanpa atau dengan joran.
Alat Jaring, berdasarkan konstruksi dan cara operasinya, bisa dibedakan menjadi 4 (empat)
kategori, ialah: jaring yang operasinya diangkat, jaring yang operasinya membentang (bidang), jaring
yang operasinya melingkar dan membentuk mangkok, dan jaring yang mempunyai kantong (Gambar
4.1). Jaring Angkat umumnya disebut bagan atau Lift-Net. Berdasarkan tempat atau lokasi
penangkapan, bagan bisa dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, ialah: operasi permanen pada satu
tempat, dan operasi secara dinamis (temporal). Kedalam kategori ini kita mengenal istilah Bagan
Tancap (Fixed Lift-Net) dan Bagan Perahu/Rakit (Mobile Lift-Net). Jaring dengan operasi
membentang (bidang) paling umum disebut jaring insang (gill net). Jaring Insang bisa dioperasikan
hanyut mengikuti arus (Drift Gill Net), dioperasinya secara menetap (set gill net), maupun secara
melingkar (encircling gill net). Trammel Net atau disebut Jaring Gondrong maupun jaring udang,
ialah Gill Net yang terdiri dari 3 (tiga) bidang jaring secara bersama.
Jaring lingkar lebih sering disebut pukat. Jika tali ris bawah (disebut tali kolor) bisa ditarik dan
dikencangkan, jaring akan membentuk mangkok dan bagian bawah jaring tertutup. Tipe jaring
seperti ini disebut Pukat Cincin atau Purse Seine. Tipe konstruksi Jaring Lingkar yang tidak dilengkapi
dengan tali kolor, namun bisa membentuk mangkok disebut Lampara. Tipe jaring yang terkahir ialah
alat jaring yang konstruksinya dilengkapi dengan kantong untuk mengumpulkan hasil tangkapan.
Alat ini disebut Pukat Kantong. Dalam operasinya, Pukat Kantong dibedakan menjadi 2 (dua), ialah:
operasi non-hela dan operasi dihela (dihela berarti perahu bergerak menarik jaring sampai waktu
tertentu sebelum diangkat). Pukat kantong non-hela, termasuk diantaranya ialah: Pukat Pantai
(Jaring Tarik) atau Beach Seine, Dogol, dan Payang.
Alat tangkap kategori lain dibedakan dalam 5 (lima) kategori, ialah: Perangkap (Trap), Pencar
(Cast Net), Sotok (Stow Net), Spear Gun (Ter) dan alat lain (others). Berdasarkan konstruksinya,
61
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
perangkap dibedakan menjadi: permanen dan temporer. Bubu ialah jenis perangkap temporer,
mudah dioperasikan dan bisa dipindahkan sesuai dengan daerah penangkapan. Jenis perangkap
yang dibuat secara permanen diantaranya ialah: Sero (Guiding Barrier), Jermal dan Malalugis. Alat
pencar sebenarnya terbuat dari jaring. Namun karena ukurannya kecil dan operasinya tidak
memerlukan alat tambahan, dia dimasukkan dalam kategori alat lain. Sotok ialah sejenis Stwo Net
yang juga terbuat dari jaring. Ukuran dan kemudahan operasi membuat dia disatukan dengan
kategori alat lain. Spear Gun, ialah sejenis Ter atau Busur untuk menangkap ikan. Spear Gun
dibedakan dalam kategori Ter, Tombak dan Panah/Bow. Terakhir ialah alat lain dari semua
ketentuan tersebut di atas. Termasuk kedalam kategori ini ialah Alat Pengumpul Kerang, Linggis atau
Ganco.
Berdasarkan Ketentuan Kerja Pengumpulan, Pengolahan dan penyajian Data Statistik
perikanan Indonesia, alat tangkap dibedakan berdasarkan kategori: (1) Alat pengumpul; (2) Pancing;
(3) Perangkap; (4) Jaring Angkat; (5) Muro Ami; (6) Jaring Insang; (7) Bagan Tancap; (8) Pukat
Kantong; (9) Pukat Harimau; dan (10) Alat lain. Perlu kita ketahui bahwa jenis alat tangkap di
Indonesia sangat beragam dengan berbagai modifikasinya. Namun demikian, setiap alat tersebut
pada akhirnya bisa dimasukkan ke dalam salah satu kategori tersebut di atas dengan memperhatikan
persamaan yang paling dekat.
Gambar 4.1 Klasifikasi alat tangkap (fishing gear) yang umum di Indonesia berdasarkan bahan, cara
operasi dan penempatan alat (Sumber: disintesis dari FAO, 1999 dan Ketentuan Statistik
Perikanan, 1975).
62
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
4.3.2.1 Alat Pengum pul
Alat-alat seperti Ganco, Linggis, Alat Pengumpul Kerang dan Alat Pengumpul Rumput Laut
termasuk ke dalam kategori Alat Pengumpul. Ganco ialah sejenis alat yang digunakan untuk
membantu mengangkat ikan hasil tangkapan yang sudah berada di dekat perahu. Linggis ialah
sejenis alat yang digunakan untuk mencongkel karang untuk mencari Gurita, Kerang atau binatang
air lainnya. Semua alat-alat tersebut saat ini sudah sangat jarang digunakan oleh nelayan.
Alat pengumpul termasuk jenis paling sederhana dan paling tua dari daftar alat tangkap
perikanan. Linggis biasa digunakan oleh nelayan pada saat surut, untuk mencungkil karang dan
mencari Kima, kerang atau Gurita – kegiatan ini sering disebut dengan istilah meting atau bameti.
Karena eksploitasi dilakukan pada saat surut dan pada karang, alat dan operasi alat pengumpul ini
bisa membahayakan kelestarian sumberdaya ikan. Selama operasi, penduduk tidak bisa dicegah
akan menginjak Karang. Juga, pada saat operasi, nelayan akan merusak terumbu karang untuk
menemukan sumberdaya yang akan diambil. Jadi, walaupun termasuk alat tradisional, Alat
Pengumpul mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk merusak sumberdaya dan habitat ikan.
Meti atau bameti ialah kegiatan mengumpulkan binatang laut yang paling mudah dilakukan,
tidak memerlukan alat yang dirancang khusus dan tidak memerlukan bantuan perahu untuk pergi
melaut. Kegiatan dilakukan di pantai pada saat air surut tinggi (selama ± 10 hari dalam satu bulan).
Kegiatan ini sangat sulit untuk dilarang karena tidak tidak ada aturan yang secara khusus mengatur
hal ini (kecuali di dalam Kawasan Konservasi Perairan). Usaha penangkapan ini juga tidak
memerlukan ijin khusus dari pemerintah. Jika hal ini dibiarkan terus, habitat pantai akan segera
mengalami degradasi dan sumberdaya kritis di pantai akan segera berkurang.
Gambar 4.2 Jenis alat Pengumpul – linggis sering digunakan untuk mencungkil karang pada saat air
surut untuk mengumpulkan kima atau jenis kerang lainnya. Tombak tiga kait masih
digunakan di wilayah Timur Indonesia untuk menangkap jenis ikan di pantai (Foto:
Kofiau Raja Ampat – oleh Andreas Muljadi).
4.3.2.2 Pancing
Pancing ialah terjemahan yang umum dipakai untuk istilah Hook and Line. Semua jenis pancing
termasuk dalam kelompok ini – alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali, mata pancing serta Joran
(pada Huhate). Setiap mata pancing dipasang umpan, baik umpan asli maupun buatan untuk
63
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
menarik perhatian ikan memakan Pancing. Mata Pancing (Hook) umumnya mempunyai kait yang
diberi umpan untuk menarik ikan. Pancing Huhate tidak berkait, ditujukan untuk menangkap ikan
yang bergerombol. Operasi Huhate memerlukan keahlian dari nelayan – ikan yang memakan umpan
ditarik ke atas dan segera lepas, namun pada saat itu ikan sudah jatuh pada geladak perahu. Mata
pancing tanpa kait ialah strategi untuk mendapatkan ikan yang banyak dalam waktu relatif singkat.
Pancing termasuk jenis alat tangkap yang selektif – umumnya Pancing bisa memilih jenis dan
ukuran ikan yang menjadi target penangkapan. Operasi pancing secara langsung tidak menjadi sebab
kerusakan kolateral (collateral damage). Pancing juga tidak menimbulkan dampak hasil samping, bycatch. Kelebihan ini, secara langsung menjadi kelemahan, karena pancing bukan termasuk alat yang
efektif, bisa menangkap hanya satu ikan dalam satu kali angkat, haul. Oleh karena itu, operasi
pancing sering dianggap tidak ekonomis dan lebih banyak dilakukan oleh nelayan skala kecil,
tradisional dan subsisten (untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga). Jenis alat pancing yang
diusahakan secara komersial ialah Rawai dan Huhate. Huhate dirancang untuk menangkap ikan-ikan
bergerombol, seperti Tongkol dan Cakalang. Sedangkan Rawai ditujukan untuk menangkap ikan
Tuna atau Cucut yang harganya relatif tinggi.
a. Pancing Tangan/ Ulur Sederhana
Jenis Pancing ini tersebar luas di Indonesia, bahkan hampir semua nelayan memiliki Pancing
jenis ini, paling kurang satu perangkat. Pancing Tangan tidak menggunakan Joran, menggunakan
satu mata pancing (hook) per alat ataupun ada yang dengan beberapa mata pancing per alat. Jenis
pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari
perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini antara lain: pancing usep, Pancing
Jegog, Pancing Mungsing, Pancing Gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang
menjadi tujuan penangkapan antara lain bambangan (kakap merah, snapper) ekor kuning (Caesio
sp.), ikan kue (Caranx spp) dan sejenisnya.
b. Pancing Berjoran (Hook & Line)
Pancing Joran ialah pancing yang dioperasikan dengan menggunakan Joran, fishing rod. Joran
berfungsi sebagai pemegang agar tangan tidak terluka oleh tali pancing ketika umpan dimakan oleh
ikan. Jika ikan tangkapan cukup besar dan kuat, Joran dilengkapi dengan kerek. Kerek berfungsi
untuk menarik dan/atau mengulur tali ketika ikan melakukan perlawanan. Saat ikan sudah lemah,
tali kerek ditarik secara bertahap sampai ikan mendekati perahu. Pancing Joran dengan tali kerek
lebih umum digunakan oleh nelayan rekreasi (recreational fishing) dan kegiatan olah raga hobi
memancing (sport fishing). Hasil tangkapan Pancing Joran umumnya digunakan untuk konsumsi
keluarga, walaupun kadang kala bisa dijual, jika hasil tangkapan terdiri dari ikan-ikan yang ekonomis.
Saat ini di Indonesia sedang berkembang kegiatan olah raga memancing atau hobi memancing
dengan menggunakan alat Pancing Joran. Kegiatan memancing dengan Pancing Joran ini juga cukup
terkenal sebagai salah satu acara rutin pada beberapa media televisi di Indonesia. Namun demikian,
alat tangkap Pancing Joran masih bisa dijumpai pada beberapa daerah pantai tertentu.
c. Pancing Dengan Layang-Layang (Kite Line)
Jenis Pancing yang satu ini cukup unik, karena pada pengoperasiannya menggunakan layanglayang. Pancing layang-layang cukup banyak dipakai oleh nelayan di Pulau Seribu (Jakarta), Banten,
64
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
Sulawesi dan Maluku. Operasi penangkapan dilakukan agak ke tengah laut dengan menggunakan
perahu kecil. Nelayan mengoperasikan alat ini sama seperti halnya orang bermain layang-layang.
Layang-layang tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali (yang berjerat dan
berumpan) seperti bermain di atas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan umumnya
berupa ikan Cendro (Julung-julung). Ikan target akan tertarik pada umpan yang digerakkan layanglayang dan menangkapnya, hingga suatu saat ikan tersebut akan masuk ke dalam jerat dan
tertangkap.
d. Pancing Raw ai (Long Line)
Rawai ialah salah satu jenis alat pancing yang umum dikenal oleh nelayan di Indonesia. Rawai
terdiri dari tali utama, pada jarak tertentu dari tali utama dipasang tali cabang, setiap tali cabang
dipasang mata pancing dan mata pancing selalu dipasangi dengan umpan asli (ikan). Setiap ujung tali
utama selalu dilengkapi dengan pelampung utama yang terapung di atas permukaan air. Rawai Tuna
ialah salah satu jenis Rawai Hanyut, dioperasikan dekat permukaan dan ditujukan untuk menangkap
ikan Tuna.
Rawai juga bisa dioperasikan pada dasar perairan, disebut Rawai Dasar atau Rawai Cucut.
Tujuan utama penangkapan ialah ikan cucut, pari atau kakap merah yang berada di laut dalam.
Konstruksi alat sama dengan Rawai Permukaan. Pada operasi, ujung tali utama ditambahkan
pemberat sehingga semua pancing bisa mencapai dasar perairan. Rawai dasar banyak diperasikan
oleh nelayan skala tradisional. Selain pancing, nelayan juga membawa alat lain seperti bubu. Ketika
kedua alat ini dioperasikan secara bersama, jenis alat sering disebut Long-Line Pot (Rawai bersama
Bubu).
e. Pancing tonda
Tonda atau Troll Line ialah jenis pancing yang operasinya dilakukan secara aktif. Namun sifat
aktif ini terjadi secara berlawanan, dimana ikan dibuat mengejar pancing. Tonda terdiri dari tali yang
diikatkan pada sisi-sisi perahu, mata pancing dan umpan buatan. Dalam operasinya, pancing ditarik
oleh perahu melewati gerombolan ikan. Ikan target akan tertarik pada umpan yang bergerak dan
memakan mata pancing yang umumnya mempunyai dua atau tiga kait. Target utama dari Pancing
Tonda ialah ikan-ikan permukaan, terutama Tongkol atau Cakalang.
Pancing Tonda sangat umum dipakai di wilayah Indonesia Bagian Timur, seperti Sulawesi,
Maluku dan Papua. Kedo-Kedo ialah jenis perahu kecil asal Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan
Pancing Tonda. Sedangkan Buru Cakalang adalah jenis Pancing Tonda asal Sulawesi Tenggara. Kedua
jenis perahu ini sering berpindah tempat secara sementara (temporal) mencari gerombolan ikan
permukaan. Sistem ini di Jawa dikenal dengan istilah andon. Ketika persediaan ikan di Sulawesi mulai
menipis, beberapa nelayan Kedo-kedo mulai pindah ke wilayah Jawa Selatan atau Flores. Tujuan
utama penangkapan ialah Samudera Hindia.
65
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
Gambar.4.3 Alat Pancing Rawai (kiri atas) dan Pancing Tanpa Joran, kanan dan kiri bawah
(Foto: oleh Sonny – Nelayan Derawan, Kalimantan)
4.3.2.3 Perangkap
Perangkap ialah jenis alat tangkap yang dipasang secara tetap, tidak aktif, namun bisa
mengarahkan ikan sedemikian rupa agar masuk ke dalam perangkap dan tidak bisa keluar melalui
jalan dia masuk sebelumnya. Jenis alat perangkap yang paling umum ditemukan di Indonesia ialah
Sero dan Bubu. Alat tangkap Jermal atau Malalugis hampir tidak pernah dijumpai lagi.
Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu atau
juga bahan buatan lainnya seperti jaring. Perangkap umumnya dipasang menancap di dasar. Tujuan
utama ialah untuk menangkap ikan-ikan dasar yang bermigrasi ke pantai pada saat pasang. Namun
ada juga perangkap yang dioperasikan di permukaan, terutama untuk menangkap ikan terbang.
a. Bubu Dasar
Bubu ialah alat perangkap tipe dasar – di Indonesia, bahan dasar pembuatan bubu umumnya
menggunakan bambu. Namun ada juga yang dibuat dari rotan (Rattan netting) atau anyaman kawat
(wire netiting). Bentuk dari alat bubu sangat beragam, sesuai daerah dan jenis ikan yang menjadi
target penangkapan. Pintu masuk ke dalam Bubu, bisa dibuat di atas, namun yang lebih sering ialah
dari bagian samping. Jenis umpan yang diletakkan di dalam bubu menunjukkan ikan yang menjadi
target penangkapan. Menangkap ikan-ikan jenis Kulit Pasir (Acanthuridae), dan ikan Kaka Tua
(Scaridae) umumnya menggunakan umpan dari lumut atau daun.
66
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
Gambar 4.4 Bubu dari bahan bambu dengan umpan dari lumut dan daun (kiri). Cara pemasangan
bubu di dasar bisa merusak karang atau habitat dasar (Foto: Resilience workshop di
Misool dan Wakatobi – Oleh Purwanto).
b. Sero
Sero (Guilding Barrier) ialah salah satu alat penangkapan ikan yang dipasang secara tetap di
dalam air, biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke
daLam perangkap. Pagar-pagar ini terbuat dari bahan bambu atau kayu. Jika bahan tersebut tidak
mencukupi, nelayan sering menggunakan jaring.
Gambar 4.5
67
Alat tangkap Sero (Guiding Barrier) – pada saat air pasang, ikan bermigrasi ke Pantai.
Ketika air mulai surut, ikan terjebak pada karamba, ketika mencari jalan kembali ke
laut.
Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap
Download