4452 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU
SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG
Merysa Apriliana *) Anggun Trisnasari, S. SiT., M. Kes ** ) Luvi Dian Afriyani, S.SiT.,M.Kes
***) Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ngudi Waluyo Ungaran *) Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran **) Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ***)
ABSTRAK
Remaja tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus.
Salah satu cirinya adalah memiliki kecerdasan di bawah rata- rata, sehingga kemampuan
akademik mereka mengalami keterlambatan jika dibandingkan dengan individu normal yang
seusianya,termasuk juga dalam pengendalian diri. Seringkali mereka melakukan tindakan
tanpa mempertimbangkan baik,buruk,sopan,tidak sopan,dan juga untung rugi dari
tindakannya itu. Dalam studi pendahuluan didapatkan hasil dari 20 anak, ternyata ada 8 siswa
yang mengalami perilaku seksual menyimpang seperti onani, masturbasi, homoseksual,
berpacaran di tempat sepi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB
Ma’arif Muntilan Kab. Magelang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
dan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan Total
Sampling dengan jumlah sampel 48 siswa tunagrahita di SLB Ma’arif. Metode pengumpulan
data dengan lembar wawancara terstruktur. Analisis statistik dengan menggunakan analisa
univariat.
Hasil penelitian diperoleh dari 48 siswa 30 siswa 62,5% berpengetahuan cukup, dan
18 siswa 37,5% berpengetahuan kurang. Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB Ma’arif
Muntilan tentang bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang adalah 29 siswa 60,4%
berpengetahuan cukup dan berpengetahuan kurang sejumlah 19 siswa 39,6%.Pengetahuan
remaja tunagrahita di SLB Ma’arif Muntilan tentang dampak dari perilaku seksual
menyimpang adalah dari 48 responden 9 responden (18,7%) mempunyai pengetahuan baik,27
responden (56,3%) mempunyai pengetahuan cukup,dan 12 responden (25%) mempunyai
pengetahuan kurang.
Tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan
terhadap remaja, terutama remaja tunagrahita tentang kesehatan reproduksi. Karena remaja
tunagrahita sama perkembangannya dengan remaja normal, akan tetapi hanya saja mereka
kurang memahami akan perkembangan diri mereka.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Remaja Tunagrahita, Perilaku Seksual Menyimpang
Kepustakaan : 19 ( 2001 – 2013 )
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
1
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran
Diploma III of Midwifery Study Program
Scientific Paper, Agustus 2015
Merysa Apriliana
040111a040
Describe Adolescent Mental Retardation Knowledge About Deviant Sexual Behavior In
SLB Maarif Muntilan District. Magelang.
(xvi + 55 + 2 chart + 5 tables + 11 appendix)
ABSTRACT
Adolescent mental retardation are part of individuals who have special needs. One
character is having a lower than average intelligence, so that their academic ability has been
delayed compared to normal individuals that age, as well as in self-control. Often they take
action without considering the good, the bad, polite, courteous, and also the costs and benefits
of his actions. This study aims to describe adolescent mental retardation knowledge about
deviant sexual behavior in SLB Maarif Muntilan district. Magelang.This research uses
descriptive research design and cross sectional approach. Sampling technique using total
sampling with a sample of 48 students tunagrahita in SLB Maarif. Data were collected by a
structured questionnaire. Statistical analysis using univariate analysis.
The results were obtained from 48 students 30 students 62.5% knowledgeable enough,
and 18 students 37.5% less knowledgeable. Knowledge retarded teenagers in SLB Ma'Arif
Muntilan about forms of deviant sexual behavior is 29 students 60.4% knowledgeable enough
and knowledgeable about a number of 19 students 39.6% .Pengetahuan retarded teenagers in
SLB Ma'Arif Muntilan about the impact of sexual behavior Chatter is of 48 respondents 9
respondents (18.7%) had good knowledge, 27 respondents (56.3%) have sufficient
knowledge, and 12 respondents (25%) have less knowledge.
The health worker is expected to be more active in providing counseling to adolescents,
particularly adolescent reproductive health tunagrahita. Because the same retarded adolescent
development with normal teenagers, but it's just that they lack an understanding of the
development themselves.
Keywords : Knowledge Level , Youth Tunagrahita , Deviant Sexual Behavior
Bibliography
: 19 (2001 - 2013)
PENDAHULUAN
Remaja
merupakan
sumber
daya
manusia yang menjadi modal utama setiap
bangsa yang ada di dunia untuk mencapai citacita dan masa depan bangsa. Remaja
diharapkan dapat belajar dan menimba
ilmu dengan baik agar mendapatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Semakin
mudah dan cepatnya arus komunikasi saat ini
dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan
mendorong remaja untuk mencoba sesuatu
yang baru dan dapat menjadikan semua itu
sebagai pengalaman yang berarti baik yang
sifatnya positif maupun negatif. Disebut positif
karena dengan adanya arus komunikasi dan
informasi yang mudah dan cepat diharapkan
para remaja dapat berkarya dan berprestasi
lebih. Namun juga bisa menjadi negatif yaitu
mendorong remaja untuk berbuat ke hal-hal
berdampak negatif seperti merokok, minumminuman keras dan pergaulan bebas.
( Santrock,2007).
Seseorang dikatagorikan cacat mental
atau tunagrahita , jika memiliki tingkat
kecerdasan di bawah normal. Remaja
tunagrahita dibagi 4 klasifikasi yaitu
tunagrahita ringan
(dengan IQ 68-52),
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
2
tunagrahita sedang (dengan IQ 51-36),
tunagrahita berat (dengan IQ 32-20),
tunagrahita sangat berat (dengan IQ dibawah
19) (DSM-IV-TR dalam Nevid,Rathus,&
Greene,2003).
Menurut data terakhir dari Balai
Pengembangan Pendidikan Khusus Dinas
Pendidikan provinsi Jawa Tengah,siswa luar
biasa seluruh jawa tengah menurut jenis
kelamin jumlah pria 9231 dan wanita 6930
orang, sedangkan jumlah menurut strata
pendidikan yaitu TK berjumlah 580 orang, SD
10733 orang, SMP 2847 orang, dan SMA
2001 orang. Jumlah guru sekolah luar biasa
menurut jenis kelaminnya yaitu pria 1103
orang dan wanita 1917 orang. Dari data diatas
untuk jumlah siswa SLB tipe C (tunagrahita
ringan) sebanyak 7103 orang dan tipe C1
(tunagrahita sedang) sebanyak 2944 orang dari
jumlah siswa luar biasa di Jawa Tengah. Di
kabupaten magelang jumlah siswa SLB tipe C
sebanyak 186 orang dan tipe C1 sebanyak 5
orang.
Remaja tunagrahita merupakan bagian
dari individu yang memiliki kebutuhan
khusus. Salah satu cirinya adalah memiliki
kecerdasan di bawah rata- rata, sehingga
kemampuan akademik mereka mengalami
keterlambatan jika dibandingkan dengan
individu normal yang seusianya (sherly,2013).
Anak tunagrahita juga perlu didikan
sebagaimana anak normal lainnya karena pada
hakekatnya anak berkelainan juga mempunyai
potensi untuk dikembangkan semaksimal
mungkin apabila mendapat pengaruh-pengaruh
pendidikan.
Sehingga
mereka
dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial
dan kaya dalam pembendaharaan kata, dan
mereka memiliki perkembangan fisik dan ciri
perkembangan seksual yang sama dengan
remaja yang normal (Nevid,Rathus &
Greene,2004).
Remaja tunagrahita tidak mengenal
seksualitas dan oleh karena
itu tidak
mengenal masa pubertas yang biasanya sering
mengganggu. “Remaja pria yang mengalami
sindroma down biasanya mengalami dorongan
seksual dan frustasi yang sama dengan teman
sebaya mereka, tetapi alat kelamin mereka
biasanya kecil dan tidak berkembang
normal meskipun hal ini bervariasi pada
setiap orang” (Mangunsong ,2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti melalui wawancara dengan
guru kelas yang saya lakukan di SLB Ma’arif
Muntilan pada tanggal 26 November 2014,dari
20 anak, ternyata ada 8 siswa yang mengalami
perilaku seksual menyimpang seperti onani,
masturbasi, homoseksual, berpacaran di
tempat sepi.
Dari fenomena diatas maka peneliti ingin
mengetahui tentang “Gambaran Pengetahuan
Remaja Tunagrahita Tentang Perilaku seksual
meyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab.
Magelang.“
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “
bagaimana pengetahuan remaja tunagrahita
tentang perilaku seksual menyimpang di SLB
Ma’arif Muntilan Kab. Magelang?.”
Tujuan Penelitian
1.
2.
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan
remaja tunagrahita tentang perilaku
seksual menyimpang di SLB Ma’arif
Muntilan Kab.Magelang.
Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan
remaja
tunagrahita
tentang
bentuk-bentuk
perilaku
seksual menyimpang di SLB Ma’arif
Muntilan Kab. Magelang.
b. Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan
remaja
tunagrahita
tentang dampak dari perilaku seksual
menyimpang.
Manfaat
1. Bagi guru SLB
Dapat meningkatkan pengawasan terhadap
anak-anaknya yang menginjak usia remaja
supaya perilaku seksual mereka dapat
dikendalikan dan dialihkan melalui
kegiatan yang positif.
2. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengalaman
dan wawasan penelitian serta sebagai
media untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah khusunya
metodologi penelitian dan psikologi
remaja.
3. Bagi institusi
Dapat menjadi tambahan referensi tentang
permasalahan tunagrahita di masyarakat.
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
3
BAHAN DAN CARA
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif (Notoatmodjo, 2005).
Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu melakukan
observasi dan pengukuran variabel pada satu
saat tertentu saja.
Populasi dan Sempel
a.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan
pengetahuan remaja tunagrahita tentang
perilaku seksual menyimpang di SLB
Ma’arif Muntilan Kab.Magelang
Pengetahuan
Frekuensi
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
remajadi
SLB
Ma’arif
Muntilan
Kab.Magelang berjumlah 48 orang.
b.
yaitu, data jumlah remaja tunagrahita di SLB
Ma’arif dengan cara melihat catatan-catatan di
buku siswa.
Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sampel adalah bagian
dari populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2010).
Teknik sampel yang digunakan disini
adalah total populasi. Karena subjeknya
kurang dari 100, maka diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi (Arikunto, 2010). Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total populasi sebanyak 48 orang di SLB
Ma’arif Muntilan Kabupaten Magelang.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Ma’arif
muntilan kabupaten magelang pada bulan
April tgl 15-27 April 2015.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Menurut
Notoatmodjo (2005), data primer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari peneliti.
Sumber data diperoleh dari lembar wawancara
terstruktur tentang pengetahuan remaja
tunagrahita
tentang
perilaku
seksual
menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan
Kabupaten Magelang.
Sedangkan data sekunder adalah data
yang dikumpulkan oleh peneliti yang didapat
dari orang lain atau data yang diperoleh tidak
langsung. Data sekunder dalam penelitian ini
Cukup
Kurang
Jumlah
30
18
48
Presentase
()
62,5
37,5
100
Tabel
2
Distribusi
frekuensi
berdasarkan
pengetahuan
remaja
tunagrahita tentang bentuk-bentuk
perilaku seksual menyimpang di SLB
Ma’arif Muntilan Kab.Magelang
Pengetahuan
Frekuensi
Cukup
Kurang
Jumlah
29
19
48
Presentase
(%)
60,4
39,6
100,0
Tabel
3
Distribusi
frekuensi
berdasarkan
pengetahuan
remaja
tunagrahita tentang dampak dari
perilaku seksual menyimpang di SLB
Ma’arif Muntilan Kab.Magelang
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
2
16
30
48
Presentase
(%)
4,2
33,3
62,5
100
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
4
PEMBAHASAN
A. Gambaran
Pengetahuan
Remaja
Tunagrahita Tentang Perilaku Seksual
Menyimpang
Di
SLB
Ma’Arif
Muntilan Kab.Magelang
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa sebagian besar pengetahuan remaja
tunagrahita
tentang
perilaku
seksual
menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan
Kab.Magelang dalam kategori cukup sejumlah
30 siswa (62,5%) dan kategori kurang
sejumlah 18 siswa (37,5%). Dilihat dari hasil
diatas sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup tentang pengertian onani.
Onani adalah perbuatan pemuasan seksual
yang
dilakukan
perempuan
dengan
merangsang alat kelamin dengan tangan
maupun alat bantu lainnya.
Hal ini dikarenakan remaja tunagrahita
mempunyai tingkat kecerdasan yang kurang
dibanding dengan remaja normal lainnya.
Sehingga walaupun mereka sudah diberi tahu
dengan cara pemberian konseling tentang
bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang
oleh guru kelas pada saat pelajaran mereka
tetap kurang memahaminya. Hal tersebut
sesuai
dengan
Suharmini
(2009),
mengemukakan bahwa remaja tunagrahita
adalah remaja yang mempunyai gangguan
dalam intelektual sehingga menyebabkan
kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan
lingkungan sosialnya.
Dilihat dari hasil kuesioner, sebagian
besar responden sudah mengetahui jika
mengintip teman di kamar mandi merupakan
perilaku yang tidak boleh dilakukan (85,42%).
Hal ini dikarenakan remaja tunagrahita sudah
mengerti apa yang diajarkan oleh guru-guru
mereka pada saat pelajaran di sekolah. Selain
disekolah, dirumah mereka juga diberitahu
oleh orang tua mereka yaitu tidak boleh
mengintip orang yang sedang dikamar mandi
maupun dikamar tidur. Sedangkan dari
kuesioner didapatkan yang banyak menjawab
salah yaitu pengetahuan tentang masturbasi.
Sebagian dari mereka belum mengetahui
tentang masturbasi ( 79,2% ). Mereka banyak
yang menjawab salah karena mereka mengira
kalau masturbasi berbeda dengan onani.
Menurut sherly (2013) masturbasi adalah
pemuasan seks yang dilakukan laki-laki
dengan merangsang alat kelamin dengan
tangan atau alat bantu lainnya. Sedangkan
menurut Anton Indracaya (2004) masturbasi
adalah berusaha merangsang diri sendiri atau
orang lain dengan segala cara untuk
memperoleh kenikmatan seksual tanpa
hubungan intim.
B.
Pengetahuan Tentang Bentuk-Bentuk
Perilaku Seksual Menyimpang
Dari hasil penelitian pengetahuan remaja
tunagrahita
tentang
perilaku
seksual
menyimpang meliputi bentuk-bentuk perilaku
seksual menyimpang, didapatkan hasil dari 48
responden
didapatkan
yang
memiliki
pengetahuan cukup 29 siswa (60,4%), dan
berpengetahuan kurang sejumlah 19 siswa
(39,6%). Dari hasil penelitian diatas sebagian
besar remaja tunagrahita ternyata mempunyai
pengetahuan cukup, dibuktikan dengan mereka
sebagian besar sudah tahu tentang apa itu
voyeuris. Voyeuris adalah kepuasan seks
dengan melihat lawan jenisnya, baik sedang
telanjang maupun tidak ( 87,5% ). Menurut Ita
Sembiring (2001) voyeuris adalah pemuasaan
seksual hanya dengan melihat lawan jenisnya
telanjang
maupun
dengan
hanya
membayangkan lawan jenisnya telanjang.
Hal ini dikarenakan remaja tunagrahita
mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata
sehingga
remaja
tunagrahita
kurang
memahami tentang apa yang telah diajarkan
oleh guru mereka disekolah. Selain disekolah
mereka juga diberikan nasehat-nasehat oleh
orang tua mereka dirumah sehingga dapat
meningkatkan pengfetahuan para remaja
tunagrahita. Sedangkan menurut Notoatmodjo
(2007), bahwa peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja,
akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan
non formal.
Sedangkan dari kuesioner tentang bentukbentuk perilaku seksual menyimpang, remaja
tunagrahita banyak yang menjawab salah pada
pernyataan tentang apa itu masturbasi
sebanyak ( 79,2% ). Padahal sebagian dari
mereka tahu kalau suka menggesek-gesekkan
alat kelamin ke benda sekitar sehingga orang
tersebut menjadi terangsang merupakan salah
satu ciri dari perbuatan masturbasi/onani.
Menurut Sherly (2013) adalah perbuatan
pemuasan seksual dengan merangsang alat
kelamin dengan tangan atau alat bantu lainnya
termasuk juga perilaku menggesek-gesekkan
alat kelaminnya ke benda sekitar.
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
5
C. Pengetahuan
Tentang
Dampak
Perilaku Seksual Menyimpang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa dari 48 responden 9 responden (18,7%)
mempunyai pengetahuan baik, 27 responden
(56,3%) mempunyai pengetahuan cukup, dan
12 responden (25%) mempunyai pengetahuan
kurang. Dari hasil penelitian tersebut ternyata
remaja tunagrahita banyak yang menjawab
dengan benar tentang penyakit HIV/AIDS.
Sebagian besar sudah tahu tentang penyakit
HIV/AIDS ini sebanyak ( 81,3% ). Walupun
pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS hanya
tentang
seputar
penyebab
dan
cara
penularannya saja. Tapi hal ini bisa membantu
para remaja tunagrahita agar mereka tidak
melakukan perilaku yang bisa menyebabkan
HIV/AIDS ini. Menurut Hakim dalam Daili
(2009) kelompok usia 20-34 tahun pada lakilaki, 16-24 tahun pada wanita dan 20-24 tahun
pada kedua jenis kelamin merupakan
kelompok resiko tinggi terkena penyakit
menular seksual (PMS).
Sedangakan dari hasil penelitian juga
didapatkan remaja tunagrahita menjawab salah
tentang penyakit sifilis. Mereka sebagian besar
belum pada tahu tentang penyakit tersebut
(70,83%). Yang mereka tahu penyakit sifilis
sama dengan penyakit kencing nanah. Menurut
guru pembimbing kelas,memang jika dikelas
yang lebih ditekankan pada penyakit
HIV/AIDS, karena hal tersebut sangat riskan
terhadap perilaku seksual remaja terutama
remaja tunagrahita. Dirumah mereka juga
tidak diberi tahu tentang dampak bila
melakukan perilaku seksual menyimpang. Ini
dikarenakan orang tua tidak terlalu mengetahui
tentang hal-hal seperti itu. Selain itu juga
orang tua mentabukan hal-hal yang
berhubungan dengan seksual. Karena mereka
menganggap bahwa remaja tunagrahita tidak
akan melakukan perilaku menyimpang.
Keluarga bisa menjadi sumber pendidikan seks
yang positif bagi remaja terutama remaja
tunagrahita karena keluarga adalah lingkungan
yang dikenal anak pertama kali ( Prasetya
Catur, 2013 ).
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
1.
Pengetahuan remaja tunagrahita tentang
pengetahuan
perilaku
seksual
menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan
adalah dari 48 siswa 30 siswa 62,5%
2.
3.
berpengetahuan cukup, dan 18 siswa
37,5% berpengetahuan kurang.
Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB
Ma’arif Muntilan tentang bentuk-bentuk
perilaku seksual menyimpang adalah 29
siswa 60,4% berpengetahuan cukup dan
berpengetahuan kurang sejumlah 19 siswa
39,6%.
Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB
Ma’arif Muntilan tentang dampak dari
perilaku seksual menyimpang adalah dari
48 responden 9 responden (18,7%)
mempunyai pengetahuan baik, 27
responden
(56,3%)
mempunyai
pengetahuan cukup, dan 12 responden
(25%) mempunyai pengetahuan kurang.
Saran
1. Bagi Sekolah
Dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini
dalam rangka meningkatkan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi remaja
guna
pencegahan
perilaku
seksual
menyimpang yang beresiko dengan cara lebih
aktif lagi dalam pemberian penyuluhan
terhadap orang tua remaja tunagrahita
sehingga juga bisa memberikan perhatian
terhadap anaknya dirumah.
2. Bagi Tenaga Kesehatan di puskesmas
Diharapkan dapat lebih aktif dan
melakukan pendekatan secara personal dalam
memberikan penyuluhan terhadap remaja,
terutama remaja tunagrahita tentang kesehatan
reproduksi. Karena remaja tunagrahita sama
perkembangannya dengan remaja normal,
akan tetapi hanya saja mereka kurang
memahami akan perkembangan diri mereka.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan di masa yang akan datang
dapat digunakan sebagai salah satu sumber
data untuk penelitian selanjutnya dan
dilakukan penelitian lebih lanjut secara lebih
detail yang berhubungan dengan pencegahan
perilaku seksual menyimpang pada remaja
tunagrahita dengan metode lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010.
Jakarta : Rineka cipta.
Prosedur penelitian.
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
6
Indracaya, Anton. 2004. Psikologi Wanita:
Mengenal Gadis Remaja & Wanita
Dewasa. Bandung : MandarMaju
Setiawan, Ari (2010). Metodologi Penelitian
Kebidanan DIII, DIV, SI DAN S2.
Yogyakarta : Muha Medika.
Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. 2012.
Kesehatan
Reproduksi
untuk
Mahasiswa
Kebidanan
dan
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta
: CV Sagung Seto
Mangunsong,Frieda. 2009. Psikologi dan
Pendidikan
Anak
Berkebutuhan
Khusus ( Jilid Kesatu ). Depok :
Lembaga
Pengembangan
Sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
(LPSP3)
Fakultas
Psikologi
Universitas Indonesia.
Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak
Luar Biasa. Bandung : PT Refika
Aditama.
Suharmini.
2009.
Psikologi
Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta :
Kanwa Publisher.
Nevid,Rathus.,Greene.
2003.
Psikologi
Abnormal ( Edisi Kelima Jilid 2 ). Jakarta :
Erlangga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam.(2003).Konsep
dan
penerapan
metodelogi
penelitian
ilmu
keperawatan .jakarta : salemba
medika.
Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan
Remaja. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetya, Catur. 2013. “Peran Keluarga
sebagai Filter Seks Pra Nikah Kaum
Remaja
Modern”.
www.lensaindonesia.com/2013/02/11/p
eran-keluarga-sebagai-filter-seks-pranikah-kaum-remaja-modern.html.
28
Mei 2014.
Santrock. 2003. Adolescence : Perkembangan
Remaja ( Edisi Keenam). Jakarta : Erlangga.
Santrock. 2007. Remaja ( Edisi Ke Sebelas
Jilid 1). Jakarta : Erlangga.
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja (
Edisi Revisi ). Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Selikowitz, Mark. 2001. Mengenal Sindrom
Down (Seri Keluarga). Jakarta : Arcan.
Sembiring , Ita. 2001. Perilaku Seks
Abnormal. Bekasi : Trans Info Media
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF
MUNTILAN KAB. MAGELANG
7
Download