GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG Merysa Apriliana *) Anggun Trisnasari, S. SiT., M. Kes ** ) Luvi Dian Afriyani, S.SiT.,M.Kes ***) Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran *) Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ***) ABSTRAK Remaja tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu cirinya adalah memiliki kecerdasan di bawah rata- rata, sehingga kemampuan akademik mereka mengalami keterlambatan jika dibandingkan dengan individu normal yang seusianya,termasuk juga dalam pengendalian diri. Seringkali mereka melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan baik,buruk,sopan,tidak sopan,dan juga untung rugi dari tindakannya itu. Dalam studi pendahuluan didapatkan hasil dari 20 anak, ternyata ada 8 siswa yang mengalami perilaku seksual menyimpang seperti onani, masturbasi, homoseksual, berpacaran di tempat sepi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab. Magelang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan Total Sampling dengan jumlah sampel 48 siswa tunagrahita di SLB Ma’arif. Metode pengumpulan data dengan lembar wawancara terstruktur. Analisis statistik dengan menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian diperoleh dari 48 siswa 30 siswa 62,5% berpengetahuan cukup, dan 18 siswa 37,5% berpengetahuan kurang. Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB Ma’arif Muntilan tentang bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang adalah 29 siswa 60,4% berpengetahuan cukup dan berpengetahuan kurang sejumlah 19 siswa 39,6%.Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB Ma’arif Muntilan tentang dampak dari perilaku seksual menyimpang adalah dari 48 responden 9 responden (18,7%) mempunyai pengetahuan baik,27 responden (56,3%) mempunyai pengetahuan cukup,dan 12 responden (25%) mempunyai pengetahuan kurang. Tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan penyuluhan terhadap remaja, terutama remaja tunagrahita tentang kesehatan reproduksi. Karena remaja tunagrahita sama perkembangannya dengan remaja normal, akan tetapi hanya saja mereka kurang memahami akan perkembangan diri mereka. Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Remaja Tunagrahita, Perilaku Seksual Menyimpang Kepustakaan : 19 ( 2001 – 2013 ) GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 1 Ngudi Waluyo School of Health Ungaran Diploma III of Midwifery Study Program Scientific Paper, Agustus 2015 Merysa Apriliana 040111a040 Describe Adolescent Mental Retardation Knowledge About Deviant Sexual Behavior In SLB Maarif Muntilan District. Magelang. (xvi + 55 + 2 chart + 5 tables + 11 appendix) ABSTRACT Adolescent mental retardation are part of individuals who have special needs. One character is having a lower than average intelligence, so that their academic ability has been delayed compared to normal individuals that age, as well as in self-control. Often they take action without considering the good, the bad, polite, courteous, and also the costs and benefits of his actions. This study aims to describe adolescent mental retardation knowledge about deviant sexual behavior in SLB Maarif Muntilan district. Magelang.This research uses descriptive research design and cross sectional approach. Sampling technique using total sampling with a sample of 48 students tunagrahita in SLB Maarif. Data were collected by a structured questionnaire. Statistical analysis using univariate analysis. The results were obtained from 48 students 30 students 62.5% knowledgeable enough, and 18 students 37.5% less knowledgeable. Knowledge retarded teenagers in SLB Ma'Arif Muntilan about forms of deviant sexual behavior is 29 students 60.4% knowledgeable enough and knowledgeable about a number of 19 students 39.6% .Pengetahuan retarded teenagers in SLB Ma'Arif Muntilan about the impact of sexual behavior Chatter is of 48 respondents 9 respondents (18.7%) had good knowledge, 27 respondents (56.3%) have sufficient knowledge, and 12 respondents (25%) have less knowledge. The health worker is expected to be more active in providing counseling to adolescents, particularly adolescent reproductive health tunagrahita. Because the same retarded adolescent development with normal teenagers, but it's just that they lack an understanding of the development themselves. Keywords : Knowledge Level , Youth Tunagrahita , Deviant Sexual Behavior Bibliography : 19 (2001 - 2013) PENDAHULUAN Remaja merupakan sumber daya manusia yang menjadi modal utama setiap bangsa yang ada di dunia untuk mencapai citacita dan masa depan bangsa. Remaja diharapkan dapat belajar dan menimba ilmu dengan baik agar mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Semakin mudah dan cepatnya arus komunikasi saat ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan mendorong remaja untuk mencoba sesuatu yang baru dan dapat menjadikan semua itu sebagai pengalaman yang berarti baik yang sifatnya positif maupun negatif. Disebut positif karena dengan adanya arus komunikasi dan informasi yang mudah dan cepat diharapkan para remaja dapat berkarya dan berprestasi lebih. Namun juga bisa menjadi negatif yaitu mendorong remaja untuk berbuat ke hal-hal berdampak negatif seperti merokok, minumminuman keras dan pergaulan bebas. ( Santrock,2007). Seseorang dikatagorikan cacat mental atau tunagrahita , jika memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal. Remaja tunagrahita dibagi 4 klasifikasi yaitu tunagrahita ringan (dengan IQ 68-52), GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 2 tunagrahita sedang (dengan IQ 51-36), tunagrahita berat (dengan IQ 32-20), tunagrahita sangat berat (dengan IQ dibawah 19) (DSM-IV-TR dalam Nevid,Rathus,& Greene,2003). Menurut data terakhir dari Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan provinsi Jawa Tengah,siswa luar biasa seluruh jawa tengah menurut jenis kelamin jumlah pria 9231 dan wanita 6930 orang, sedangkan jumlah menurut strata pendidikan yaitu TK berjumlah 580 orang, SD 10733 orang, SMP 2847 orang, dan SMA 2001 orang. Jumlah guru sekolah luar biasa menurut jenis kelaminnya yaitu pria 1103 orang dan wanita 1917 orang. Dari data diatas untuk jumlah siswa SLB tipe C (tunagrahita ringan) sebanyak 7103 orang dan tipe C1 (tunagrahita sedang) sebanyak 2944 orang dari jumlah siswa luar biasa di Jawa Tengah. Di kabupaten magelang jumlah siswa SLB tipe C sebanyak 186 orang dan tipe C1 sebanyak 5 orang. Remaja tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu cirinya adalah memiliki kecerdasan di bawah rata- rata, sehingga kemampuan akademik mereka mengalami keterlambatan jika dibandingkan dengan individu normal yang seusianya (sherly,2013). Anak tunagrahita juga perlu didikan sebagaimana anak normal lainnya karena pada hakekatnya anak berkelainan juga mempunyai potensi untuk dikembangkan semaksimal mungkin apabila mendapat pengaruh-pengaruh pendidikan. Sehingga mereka dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial dan kaya dalam pembendaharaan kata, dan mereka memiliki perkembangan fisik dan ciri perkembangan seksual yang sama dengan remaja yang normal (Nevid,Rathus & Greene,2004). Remaja tunagrahita tidak mengenal seksualitas dan oleh karena itu tidak mengenal masa pubertas yang biasanya sering mengganggu. “Remaja pria yang mengalami sindroma down biasanya mengalami dorongan seksual dan frustasi yang sama dengan teman sebaya mereka, tetapi alat kelamin mereka biasanya kecil dan tidak berkembang normal meskipun hal ini bervariasi pada setiap orang” (Mangunsong ,2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan guru kelas yang saya lakukan di SLB Ma’arif Muntilan pada tanggal 26 November 2014,dari 20 anak, ternyata ada 8 siswa yang mengalami perilaku seksual menyimpang seperti onani, masturbasi, homoseksual, berpacaran di tempat sepi. Dari fenomena diatas maka peneliti ingin mengetahui tentang “Gambaran Pengetahuan Remaja Tunagrahita Tentang Perilaku seksual meyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab. Magelang.“ Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ bagaimana pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab. Magelang?.” Tujuan Penelitian 1. 2. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab.Magelang. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tunagrahita tentang bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab. Magelang. b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tunagrahita tentang dampak dari perilaku seksual menyimpang. Manfaat 1. Bagi guru SLB Dapat meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya yang menginjak usia remaja supaya perilaku seksual mereka dapat dikendalikan dan dialihkan melalui kegiatan yang positif. 2. Bagi peneliti Diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan penelitian serta sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah khusunya metodologi penelitian dan psikologi remaja. 3. Bagi institusi Dapat menjadi tambahan referensi tentang permasalahan tunagrahita di masyarakat. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 3 BAHAN DAN CARA Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja. Populasi dan Sempel a. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab.Magelang Pengetahuan Frekuensi Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah remajadi SLB Ma’arif Muntilan Kab.Magelang berjumlah 48 orang. b. yaitu, data jumlah remaja tunagrahita di SLB Ma’arif dengan cara melihat catatan-catatan di buku siswa. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Teknik sampel yang digunakan disini adalah total populasi. Karena subjeknya kurang dari 100, maka diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 48 orang di SLB Ma’arif Muntilan Kabupaten Magelang. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di SLB Ma’arif muntilan kabupaten magelang pada bulan April tgl 15-27 April 2015. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Notoatmodjo (2005), data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari peneliti. Sumber data diperoleh dari lembar wawancara terstruktur tentang pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kabupaten Magelang. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang didapat dari orang lain atau data yang diperoleh tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian ini Cukup Kurang Jumlah 30 18 48 Presentase () 62,5 37,5 100 Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan remaja tunagrahita tentang bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab.Magelang Pengetahuan Frekuensi Cukup Kurang Jumlah 29 19 48 Presentase (%) 60,4 39,6 100,0 Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan remaja tunagrahita tentang dampak dari perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab.Magelang Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi 2 16 30 48 Presentase (%) 4,2 33,3 62,5 100 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 4 PEMBAHASAN A. Gambaran Pengetahuan Remaja Tunagrahita Tentang Perilaku Seksual Menyimpang Di SLB Ma’Arif Muntilan Kab.Magelang Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan Kab.Magelang dalam kategori cukup sejumlah 30 siswa (62,5%) dan kategori kurang sejumlah 18 siswa (37,5%). Dilihat dari hasil diatas sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang pengertian onani. Onani adalah perbuatan pemuasan seksual yang dilakukan perempuan dengan merangsang alat kelamin dengan tangan maupun alat bantu lainnya. Hal ini dikarenakan remaja tunagrahita mempunyai tingkat kecerdasan yang kurang dibanding dengan remaja normal lainnya. Sehingga walaupun mereka sudah diberi tahu dengan cara pemberian konseling tentang bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang oleh guru kelas pada saat pelajaran mereka tetap kurang memahaminya. Hal tersebut sesuai dengan Suharmini (2009), mengemukakan bahwa remaja tunagrahita adalah remaja yang mempunyai gangguan dalam intelektual sehingga menyebabkan kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya. Dilihat dari hasil kuesioner, sebagian besar responden sudah mengetahui jika mengintip teman di kamar mandi merupakan perilaku yang tidak boleh dilakukan (85,42%). Hal ini dikarenakan remaja tunagrahita sudah mengerti apa yang diajarkan oleh guru-guru mereka pada saat pelajaran di sekolah. Selain disekolah, dirumah mereka juga diberitahu oleh orang tua mereka yaitu tidak boleh mengintip orang yang sedang dikamar mandi maupun dikamar tidur. Sedangkan dari kuesioner didapatkan yang banyak menjawab salah yaitu pengetahuan tentang masturbasi. Sebagian dari mereka belum mengetahui tentang masturbasi ( 79,2% ). Mereka banyak yang menjawab salah karena mereka mengira kalau masturbasi berbeda dengan onani. Menurut sherly (2013) masturbasi adalah pemuasan seks yang dilakukan laki-laki dengan merangsang alat kelamin dengan tangan atau alat bantu lainnya. Sedangkan menurut Anton Indracaya (2004) masturbasi adalah berusaha merangsang diri sendiri atau orang lain dengan segala cara untuk memperoleh kenikmatan seksual tanpa hubungan intim. B. Pengetahuan Tentang Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual Menyimpang Dari hasil penelitian pengetahuan remaja tunagrahita tentang perilaku seksual menyimpang meliputi bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang, didapatkan hasil dari 48 responden didapatkan yang memiliki pengetahuan cukup 29 siswa (60,4%), dan berpengetahuan kurang sejumlah 19 siswa (39,6%). Dari hasil penelitian diatas sebagian besar remaja tunagrahita ternyata mempunyai pengetahuan cukup, dibuktikan dengan mereka sebagian besar sudah tahu tentang apa itu voyeuris. Voyeuris adalah kepuasan seks dengan melihat lawan jenisnya, baik sedang telanjang maupun tidak ( 87,5% ). Menurut Ita Sembiring (2001) voyeuris adalah pemuasaan seksual hanya dengan melihat lawan jenisnya telanjang maupun dengan hanya membayangkan lawan jenisnya telanjang. Hal ini dikarenakan remaja tunagrahita mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata sehingga remaja tunagrahita kurang memahami tentang apa yang telah diajarkan oleh guru mereka disekolah. Selain disekolah mereka juga diberikan nasehat-nasehat oleh orang tua mereka dirumah sehingga dapat meningkatkan pengfetahuan para remaja tunagrahita. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Sedangkan dari kuesioner tentang bentukbentuk perilaku seksual menyimpang, remaja tunagrahita banyak yang menjawab salah pada pernyataan tentang apa itu masturbasi sebanyak ( 79,2% ). Padahal sebagian dari mereka tahu kalau suka menggesek-gesekkan alat kelamin ke benda sekitar sehingga orang tersebut menjadi terangsang merupakan salah satu ciri dari perbuatan masturbasi/onani. Menurut Sherly (2013) adalah perbuatan pemuasan seksual dengan merangsang alat kelamin dengan tangan atau alat bantu lainnya termasuk juga perilaku menggesek-gesekkan alat kelaminnya ke benda sekitar. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 5 C. Pengetahuan Tentang Dampak Perilaku Seksual Menyimpang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 48 responden 9 responden (18,7%) mempunyai pengetahuan baik, 27 responden (56,3%) mempunyai pengetahuan cukup, dan 12 responden (25%) mempunyai pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian tersebut ternyata remaja tunagrahita banyak yang menjawab dengan benar tentang penyakit HIV/AIDS. Sebagian besar sudah tahu tentang penyakit HIV/AIDS ini sebanyak ( 81,3% ). Walupun pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS hanya tentang seputar penyebab dan cara penularannya saja. Tapi hal ini bisa membantu para remaja tunagrahita agar mereka tidak melakukan perilaku yang bisa menyebabkan HIV/AIDS ini. Menurut Hakim dalam Daili (2009) kelompok usia 20-34 tahun pada lakilaki, 16-24 tahun pada wanita dan 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin merupakan kelompok resiko tinggi terkena penyakit menular seksual (PMS). Sedangakan dari hasil penelitian juga didapatkan remaja tunagrahita menjawab salah tentang penyakit sifilis. Mereka sebagian besar belum pada tahu tentang penyakit tersebut (70,83%). Yang mereka tahu penyakit sifilis sama dengan penyakit kencing nanah. Menurut guru pembimbing kelas,memang jika dikelas yang lebih ditekankan pada penyakit HIV/AIDS, karena hal tersebut sangat riskan terhadap perilaku seksual remaja terutama remaja tunagrahita. Dirumah mereka juga tidak diberi tahu tentang dampak bila melakukan perilaku seksual menyimpang. Ini dikarenakan orang tua tidak terlalu mengetahui tentang hal-hal seperti itu. Selain itu juga orang tua mentabukan hal-hal yang berhubungan dengan seksual. Karena mereka menganggap bahwa remaja tunagrahita tidak akan melakukan perilaku menyimpang. Keluarga bisa menjadi sumber pendidikan seks yang positif bagi remaja terutama remaja tunagrahita karena keluarga adalah lingkungan yang dikenal anak pertama kali ( Prasetya Catur, 2013 ). KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan 1. Pengetahuan remaja tunagrahita tentang pengetahuan perilaku seksual menyimpang di SLB Ma’arif Muntilan adalah dari 48 siswa 30 siswa 62,5% 2. 3. berpengetahuan cukup, dan 18 siswa 37,5% berpengetahuan kurang. Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB Ma’arif Muntilan tentang bentuk-bentuk perilaku seksual menyimpang adalah 29 siswa 60,4% berpengetahuan cukup dan berpengetahuan kurang sejumlah 19 siswa 39,6%. Pengetahuan remaja tunagrahita di SLB Ma’arif Muntilan tentang dampak dari perilaku seksual menyimpang adalah dari 48 responden 9 responden (18,7%) mempunyai pengetahuan baik, 27 responden (56,3%) mempunyai pengetahuan cukup, dan 12 responden (25%) mempunyai pengetahuan kurang. Saran 1. Bagi Sekolah Dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini dalam rangka meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja guna pencegahan perilaku seksual menyimpang yang beresiko dengan cara lebih aktif lagi dalam pemberian penyuluhan terhadap orang tua remaja tunagrahita sehingga juga bisa memberikan perhatian terhadap anaknya dirumah. 2. Bagi Tenaga Kesehatan di puskesmas Diharapkan dapat lebih aktif dan melakukan pendekatan secara personal dalam memberikan penyuluhan terhadap remaja, terutama remaja tunagrahita tentang kesehatan reproduksi. Karena remaja tunagrahita sama perkembangannya dengan remaja normal, akan tetapi hanya saja mereka kurang memahami akan perkembangan diri mereka. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut secara lebih detail yang berhubungan dengan pencegahan perilaku seksual menyimpang pada remaja tunagrahita dengan metode lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Jakarta : Rineka cipta. Prosedur penelitian. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 6 Indracaya, Anton. 2004. Psikologi Wanita: Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Bandung : MandarMaju Setiawan, Ari (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI DAN S2. Yogyakarta : Muha Medika. Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto Mangunsong,Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus ( Jilid Kesatu ). Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama. Suharmini. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Kanwa Publisher. Nevid,Rathus.,Greene. 2003. Psikologi Abnormal ( Edisi Kelima Jilid 2 ). Jakarta : Erlangga. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.(2003).Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan .jakarta : salemba medika. Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja. Jakarta: Salemba Medika. Prasetya, Catur. 2013. “Peran Keluarga sebagai Filter Seks Pra Nikah Kaum Remaja Modern”. www.lensaindonesia.com/2013/02/11/p eran-keluarga-sebagai-filter-seks-pranikah-kaum-remaja-modern.html. 28 Mei 2014. Santrock. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja ( Edisi Keenam). Jakarta : Erlangga. Santrock. 2007. Remaja ( Edisi Ke Sebelas Jilid 1). Jakarta : Erlangga. Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja ( Edisi Revisi ). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Selikowitz, Mark. 2001. Mengenal Sindrom Down (Seri Keluarga). Jakarta : Arcan. Sembiring , Ita. 2001. Perilaku Seks Abnormal. Bekasi : Trans Info Media GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TUNAGRAHITA TENTANG PERILAKU SEKSUAL MENYIMPANG DI SLB MA’ARIF MUNTILAN KAB. MAGELANG 7