BAB I PEMBAHASAN 1.1 Latar Belakang Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktorfaktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik , misalnya orang yang tidak memiliki kaki sebelah kiri , matanya buta sebelah , dan sejenisnya . kelainan dari segi fsikis atau aspek kejiwaan ( psikologis ) . misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari intelegesi yang dimiliki di bawah normal . Kelainan dari segi sosial , misalnya orang yang tidak dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial , sehingga mereka tidak dapat di terima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa rendah diri yang berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah masyarakatnya Anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa saja jenis-jenis dari Anak Berkebutuhan Khusus? 2. Bagaimana klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus? 3. Bagaimana karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus? 1.3 Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui jenis jenis Anak berkebutuhan Khusus. 2. Untuk mengetahui kalsifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. 3. Untuk mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut : 1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 3. Tunalaras/Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku. Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya. 4. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 2 5. Tunagrahita Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata(IQ dibawah 70) sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun 6. Cerebral palsy Gangguan / hambatan karena kerusakan otak(brain injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik 7. Gifted (anak berbakat) Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya(anak normal) 8. Autistis Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. 9. Asperger Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin. 10. Rett’s Disorder 3 Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan. 11. Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD) ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf. 12. Lamban belajar (slow learner) : Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulangulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti) 4 2.2 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik. 1. Anak-Anak Berkelainan Fisik 1) Klasifikasi Anak Tunanetra Tunanetra memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Secara pedagogis membutuhkan pelayanan pendidikan khusus dan belajarnya di sekolah. Berdasarkan tingkatannya, dibedakan atas : a. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan Seseorang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori low vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m6/60m. kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini masih ada dua kemungkinan, (1) Penderita adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan, ataupun (2) Hanya dapat membedakan gelap dan terang. Sedangkan tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat. b. Berdasarkan Adaptasi Pedagogis Kirk,SA (1989) mengklasifikasikan penyandang tunanetra berdasarkan kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan khusus yang diperlukan. Klasifikasi yang dimaksud adalah : Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu kgusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup. Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini, mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan modifikasi, sehingga 5 mereka membutuhkan banyak dan tenaga dalam mengerjakan tugas-tugas visual. Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability). Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan. 2) Klasifikasi Anak Tunarungu Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan merespon bunyi-bunyi yang ada disekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yaitu umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi anak turarungu secara umum, yaitu : 1. Klasifikasi umum The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkatan ketulian diatas 90 dB. Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20-90 dB. 2. Klasifikasi khusus Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25-45 dB. Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk merespon suar-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian, seorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk dibagian depat, dekat dengan guru. Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB. Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jarak3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf inimemerlukan adanya alat bantu dengar 6 (hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama. Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90 dB. Seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikanya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukanadanya pembinaan-pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan bicaranya. Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 90 dB keatas. Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran-getaran yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya. 3) Klasifikasi Anak Tunadaksa Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi sebagai berikut : Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Cerebral Palsy (CP) : Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya sendiri. Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan mengurus dirinya sendiri. Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri sendiri. 2) Berdasarkan letaknya Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya 7 Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid). Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi, dan cara berjalannya gontai. Campuran, yang mengalami kelainan ganda. 3) Polio Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki. Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan. Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair. Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang. 2. Anak Berkelainan Mental Emosional 1) Klasifikasi Anak Tunagrahita Untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbedabeda. Klasifikasi akademik tunagrahita berdasarkan barbagai tinjauan diantaranya : a. Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ) Tunagrahita ringan IQ 50-70 Tunagrahita sedang IQ 35-70 Tunagrahita berat IQ 20-35 Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20 b. Berdasarkan kemampuan akademik Tunagrahita mampudidik Tunagrahita mampulatih Tunagrahita perlurawat c. Berdasarkan tipe klini pada fisik Down’s Syndrone (mongolism) Macro Cephalic (Hidro Cephalic) Micro Cephalic Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan guru dalam menyusun program layanan/ pendidikan dan melaksanakannya secara tepat. 8 Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai berikut : 1 Klasifikasi yang berpandangan medis, dalam bidang ini memandang variasi anak tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomic dan fisiologik yang mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis diantaranya : Down Syndrom (dahulu disebut mingoloid) Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan cirri : mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal an besar, tangan bulat dan lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek. Kretin Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, kuku pendek dan tebal. Hydrocephalus Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak kepala) yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan Cerebro-spinal pada kepala. Cairan ini member tekanan pada otak besar (cerebrum) yang menyebabkan kemunduran fungsi otak. Microcephalus, Macrocephalus, Brachicephalus, dan Schaphocephalus Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut : Microcephalus Macrocephalus : bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal Brachicephalus : bentuk kepala yang melebar Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang sehingga : bentuk ukuran kepala yang kecil menyerupai menara. Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak) Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, disamping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral 9 palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Gangguan koordinasi gerak menjadi kajian dalam bidang penanganan tunagrahita. Rusak Otak (brain damage) Kerusakan otak berpengaruh pada berbagai kemampuan yang dikendalikan oleh pusat susunan syaraf yang selanjutnya dapat terjadi gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku, gangguan perhatian, gangguan motorik. 2 Klasifikasi yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti pendidikan. Kalangan American Education (Moh. Amin, 1995:21) mengelompokkan menjadi Educable mentally retarded, trainable mentally retarded and Totally / costudial dependent yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pengelompokan tersebut sebagai berikut : Mampu didik,anak ini setingkat mild, borderline, marginally dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75. Mampu latih, setingkat dengan morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55. Perlu rawat, mereka termasuk totally dependent or profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5-20/25. 3 Klasifikasi yang berpandangan sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukannya dalam masyarakat. Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut Tunagrahita ringan, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyelesaian diri pada lingkungan social yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil. Tunagrahita sedang, tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi social dilingkungan terdekat, dan mampu mengerjakan pekerjaan yang rutin yang perlu pengawasan atau bekerja ditempat kerja terlindung (sheltered work shop). Tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang hidupnya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih 10 mengurus sendiri dan komunikasi secara sederhana dan dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30. 4 Klasifikasi yang dikemukakan oleh leo Kanner (Amin,1995:22-24), dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut: Tunagrahita absolute, termasuk kelompok tunagrahita yang jelas nampak ketunagrahitaannya baik berada di pedesaan maupun perkotaan, dimasyarakat petani, maupun masyarakat industry, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang tunagrahita kategori sedang. Tunagrahita relative, termasuk kelompok tunagrahita yang dalam masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat masyarakat lain tidak dipandangtunagrahita. Anak tunagrahita dianggap demikian adalah anak tunagrahita ringan karena masyarakat perkotaan yang maju dianggap tunagrahita dan di masyarakat pedesaan yang masih terbelakang dipandang bukan tunagrahita. Tunagrahita semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang menunjukkan penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke sekolah khusus karena menurut kasil tes kecerdasannya rendah, tetapi setelah mendapat pengejaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya normal. 5 Klasifikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman, 1988:48) sebagai berikut : TERM IQ RANGE FOR LEVEL Mild Mental Retardation 55-70 to Aprox, 70 Moderate Mental Retardation 35-40 to 50-55 Severe Mental Retardation 20-25 to 35-40 Profound Mental Retardation Bellow 20 or 25 2) klasifikasi Anak Tunalaras Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam 11 lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya. Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku social ini adalah : 1. Berdasarkan perilakunya Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi, tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya. Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya. Kurang dewasa ; suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya. Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah. 2. Berdasarkan kepribadian Kekacauan perilaku Menarik diri(withdrawll) Ketidakmatangan(immaturity) Agresi social 3. Anak Berkelainan Akademik 1. Klasifikasi Anak Berbakat Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan ,bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-137 yaitu yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut 12 moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau keberbakatan intelektual . Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar Stanford Binet , yang meliputi : Kategori rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110-119 Kategori superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139 Kategori sangat superior ,dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169 2.Klasifikasi Anak Berkesulitan belajar Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuahan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan salah satu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah akademis . Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan yang lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu: 1) Kesulitan Belajar Perkembangan Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan persepsi visual-audiotory,wicara,daya diferensiasi,kemampuan sensorymotor dsb. 2) Kesulitan Belajar Akademik Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb . Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak yaitu: 13 Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas kalau minum. Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis . Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika Disleksia: merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman Disphasia: kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan. Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan. 2.3 Karakteristik Anak Kebutuhan Khusus 1. Karakteristik dari anak dengan keterbelakang mental: Secara kognitif anak tersebut sangat berbeda dengan anak normal, dari penggolongan IQ nya saja mereka dapat dikategorikan sebagai: Keterbelakangan mental ringan (IQ= 55 – 69) Keterbelakangan mental sedang (IQ = 40 -54) Keterbelakangan mental berat (IQ = 25 – 39) Keterbelakangan mental sangat berat (IQ = di bawah 25) Dengan derajat keterbelakang mental yang berbeda itu maka tingkatan dari layanan dukungan buat merekapun menjadi berbeda pula (tabel terlampir). Kemampuan memori, menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi terbatas. Secara sosial, banyak anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. 14 Perilaku beradaptasi pun ada mengalami gangguan terutama dalam hal komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kehidupan sehari-hari, menikmati waktu senggang, kesehatan dan keselamatan, kemampuan mengarahkan diri, fungsi akademis, dan keterlibatan di masyarakat. Secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi. Secara fisik dan medis, biasanya tidak ada kondisi fisik dan medis yang sangat berbeda dengan anak kebanyakan. 2. Karakteristik Gangguan Perilaku dan Emosi Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi (1996) mengatakan seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu: a.ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan. b.ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik. c.Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal. d.mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi. e.kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau ketakutanketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahanpermasalahan pribadi atau sekolah. Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi dua macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior. Externalizingbehavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing behavior mempengaruhi siswa dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan dalam belajar di sekolah (Hallahan & Kauffman, 1988; Eggen & Kauchak, 1997). Lebih lanjut, Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut: a. Inteligensi dan Prestasi Belajar 15 Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright normal. b. Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, acting-out behavior (externalizing). Conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti: memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain mungkin juga melakukan perilakuperilaku tersebut tetapi tidak secara impulsif dan sesering anak dengan conduct disorder. c. Immature, withdrawl behavior (internalizing) Anak dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang. Beberapa di antara mereka mengasingkan diri untuk berkhayal atau melamun, merasakan ketakutan yang melampaui keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa sakit yang sedikit dan membiarkan “penyakit” mereka terlibat dalam aktivitas normal. Ada diantara mereka mengalami regresi yaitu kembali pada tahap-tahap awal perkembangan dan selalu meminta bantuan dan perhatian, dan beberapa diantara mereka menjadi tertekan (depresi) tanpa alasan yang jelas (Hallahan dan Kauffman, 1988). 3. Karakteristik Tunaganda Prilaku –prilaku yang dapat dianggap bahwa anak tersebut mengalami gangguan Tunaganda adalah sebagai berikut : 1) Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi Banyak yang tidak dapat berbicara, bila ada komunikasi mereka tidak merespon. ini menyebakan pelayanan pendidikan menjadi sulit. 2) Perkembangan motorik dan fisik terbelakang 16 Sebagian besar anak tuna ganda mempunyai keteratasan dalam mobilitas fisik contoh : tidak dapat berjalan. 3) Sering mempunyai prilaku aneh dan tidak bertujuan contoh : menggosok-gosok jari ke wajah, melukai diri. 4) Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri. Contoh : tidak dapat mengurus diri sendiri misalnya makan, berpakaian . 5) Jarang berprilaku dan berinteraksi yang sifatnya kontruktif 4. Karakteristik Gangguan Kesulitan Belajar Berikut adalah karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca, menulis dan berhitung: 1) Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia) Perkembangan kemampuan membaca terlambat, Kemampuan memahami isi bacaan rendah, Kalau membaca sering banyak kesalahan Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya, Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang, Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris. 2) Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, Sering salah membilang dengan urut Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya, Sulit membedakan bangun-bangun geometri. 5. Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan. 1. Karakteristik Akademik Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat, diantaranya: Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar, 17 Keranjinan membaca, Menikmati sekolah dan belajar. Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus, Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus, Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain, Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik, Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus. Mudah menyerap pelajaran. Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca. 2. Karakteristik Sosial Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu: Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa, Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif, Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya, Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur, Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa, Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi, Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa, Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor. 18 Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun. 3. Karakteristik Fisik/Kesehatan Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan : Memiliki penampilan yang menarik dan rapi, Kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986). Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi. Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan. Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya sendiri. 3. Karakteristik Intelektual-Kognitif Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh. 19 Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya. 4. Karakteristik Persepsi/Emosi Sangat peka perasaannya. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain). Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain). Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya). Pada umumnya introvert. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain. 5. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic). 20 Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven). Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” . Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas. 6. Karakteristik Aktifitas Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal Sangat waspada. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama. Tekun, gigih, pantang menyerah. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan. Spontanitas yang tinggi. 21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, diantaranya yaitu Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, Lamban belajar (slow learner) , Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD), Rett’s Disorder, Asperger , Autistis, Gifted (anak berbakat), Cerebral tubuh/gerakan, palsy , Tunalaras/Anak Tunagrahita, Tunadaksa/mengalami yang Mengalami Gangguan kelainan Emosi dan angota Perilaku, Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran, Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan. Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik. Dan setiap anak yang memilki keterbelakangan memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang normal. Setiap anak yang berkebutuhan khusus memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda-beda. anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat. 3.2 Saran Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang. 22 DAFTAR PUSTAKA https://ikad49009.wordpress.com/2013/05/29/makalah-abk-anak-berkebutuhan-khusus/ http://mievalid.blogspot.com/2013/10/macam-macam-jenis-abk-anak-berkebutuhan.html http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2014/10/karakteristik-anak-berkebutuhankhusus.html https://notako.wordpress.com/2013/10/06/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ http://oxiliamichin.weebly.com/1/post/2013/04/anak-berkebutuhan-khusus.html http://pendidikanl.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-atau-karakteristik-abk.html 23