PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stevia rebaudiana

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal yang berasal dari Amerika
Selatan (Paraguay dan Brazil). S. rebaudiana mengandung senyawa diterpen
glikosida. Kandungan senyawa diterpen glikosida utama dalam tanaman S.
rebaudiana adalah steviosida (6-10%) dan rebaudiosida A (2-4%) (Pól dkk.,
2007). Senyawa steviosida dan rebaudiosida A memiliki kemiripan struktur kimia.
Karena mengikat sejumlah molekul glukosa, kedua senyawa memiliki polaritas
yang tinggi dan terlarut dalam akuades. Perbedaan struktur kimia kedua senyawa
hanya pada jumlah glukosa yang terikat pada atom C-13. Rebaudiosida A
mengikat 3 molekul glukosa pada atom C-13, sedangkan steviosida mengikat 2
molekul glukosa. Struktur tersebut menyebabkan rebaudiosida A sedikit lebih
polar daripada steviosida. Struktur kimia steviosida dan rebaudiosida A
ditunjukkan pada Gambar 1.
Metode analisis kuantitatif kedua analit sangat perlu untuk dikembangkan
berkaitan
dengan
beberapa
faktor
seperti:
steviosida
sangat
potensial
dikembangkan sebagai kandidat obat antidiabetes tipe 2 karena memiliki
bioaktivitas antihiperglikemik yang berarti (Gregersen dkk., 2004). Bioaktivitas
steviosida dan atau rebaudiosida A yang lain adalah antikanker (Takasaki dkk.,
2009), antidiare (Wang dkk., 2014), imunomodulator (Sehar dkk., 2008), dan
antioksidan (Hajihashemi dan Geuns, 2013; Kim dkk, 2011). Bioaktivitas kedua
1
senyawa aktif bersifat dose-dependent (Gregersen dkk., 2004; Kujur dkk., 2010;
Melis dkk., 1991; Jepersen dkk., 2000). Oleh karena itu, aspek kuantitatif sangat
penting
diperhatikan
dalam
pengembangan
penelitian-penelitian
yang
berhubungan dengan senyawa aktif steviosida dan rebaudiosida A terhadap
bioaktivitasnya.
(a)
Gambar 1.
(b)
Struktur kimia (a) steviosida (BM = 804 g/mol) dan (b) rebaudiosida A
(BM = 966 g/mol)
Aspek lain pentingnya pengembangan studi metode analisis kuantitatif
steviosida dan rebaudiosida A adalah pemanfaatan steviosida dan rebaudiosida A
yang memiliki karakteristik kemanisan tinggi (300× lebih dibanding sukrosa) dan
rendah kalori sebagai pemanis alami di beberapa negara (Liu dkk., 2010);
berhubungan dengan berbagai regulasi yang mengatur
kadar steviosida dan
rebaudiosida A yang diijinkan serta batasannya (Well dkk., 2013); serta nilai
2
keekonomian ekstrak terpurifikasi steviosida dan rebaudiosida A ditinjau dari
aspek kuantitatif senyawa analit (Gardana dkk., 2010). Lebih jauh, saat ini,
Indonesia belum memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai acuan untuk
metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A baik dalam daun S.
rebaudiana, ekstrak dan atau ekstrak terpurifikasi yang mengandung kedua analit
maupun dalam produk komersial yang mengandung kedua analit meskipun telah
mengijinkan pemanfaatan kedua senyawa sebagai pemanis alami (BPOM, 2014).
Penelitian Martono dkk. (2012) menunjukkan bahwa kemurnian dalam
proses kristalisasi steviosida dan rebaudiosida A sangat dipengaruhi oleh kadar
kedua analit dalam bahan baku daun S. rebaudiana dan setiap tahap prosesnya.
Oleh karena itu, aplikasi metode analisis kuantitatif untuk penetapan kadar kedua
analit dalam daun S. rebaudiana sangat diperlukan dalam kaitannya untuk
keberhasilan proses kristalisasi baik steviosida maupun rebaudiosida A atau
kedua-duanya. Penelitian Martono dan Hastuti (2013) serta Martono dan Soetjipto
(2014) juga menunjukkan bahwa produk simulasi minuman Stevia yang
dikembangkan berpotensi sebagai minuman fungsional antidiabetes. Bioaktivitas
produk simulasi minuman stevia sangat dipengaruhi oleh kadar senyawa analit
yang terkandung di dalamnya. Kadar senyawa analit dalam produk simulasi
minuman tergantung pada kadar kedua analit dalam daun S. rebaudiana sebagai
bahan bakunya. Oleh karena itu, penetapan kadar kedua analit baik dalam daun S.
rebaudiana maupun dalam produk simulasi minuman Stevia sangat diperlukan
dalam kaitannya dengan standardisasi produk simulasi minuman Stevia berdasar
kadar kedua analit.
3
Berbagai
metode
analisis
steviosida dan
rebaudiosida
A telah
dikembangkan. Sebagian besar metode analisis kuantitatif steviosida dan
rebaudiosida A berbasis pada metode High Performance Liquid Chromatography
(HPLC). Metode HPLC fase normal (normal phase, NP-HPLC) yang
dikembangkan dapat memisahkan kromatogram steviosida dan rebaudiosida A
secara sempurna (Kolb dkk., 2001; Dacome dkk., 2005). Namun demikian,
pengkondisian kolom membutuhkan waktu yang panjang, selain itu keterulangan
waktu retensi analisis sangat bervariatif sehingga reprodusibilitas metode analisis
kurang (Bergs dkk., 2012). Metode HPLC fase terbalik (reversed phase, RPHPLC) dengan sistem elusi gradien juga dapat memisahkan kromatogram
steviosida dan rebaudiosida A dengan baik (Cacciola dkk., 2011; Jaworska dkk.,
2012; Minne dkk., 2004; Zhao dkk., 2013; Catharino dan Santos, 2012; Gardana
dkk., 2010; Pól dkk., 2007; Ni dkk., 2007; Shafii dkk., 2012; Well dkk., 2013;
Yang dan Chen, 2009). Penggunaan sistem elusi gradien memiliki keunggulan
dapat memisahkan senyawa yang polaritasnya hampir sama. Namun, kelemahan
sistem elusi gradien ini adalah jika homogenitas fase gerak tidak terjaga maka
memberikan keterulangan yang kurang baik dan pada elusi yang lama dapat
dihasilkan drift. Selain itu, metode yang dikembangkan masih tinggi dalam
konsumsi asetonitril dan membutuhkan waktu yang lama (kurang lebih 60 menit).
Metode RP-HPLC dengan sistem elusi isokratik yang dikembangkan lebih praktis
dalam operasional, menekan konsumsi asetonitril, dan cepat (Bergs dkk., 2012;
Samah dkk., 2013). Namun demikian, profil kromatogram steviosida dan
4
rebaudiosida A belum menunjukkan pemisahan yang sempurna seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.
Sebagian besar metode HPLC yang dikembangkan menggunakan detektor
UV pada panjang gelombang 210 nm. Berdasarkan struktur kimia kedua analit,
kromofor yang menyerap radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang
210 nm adalah gugus ester R-COO-R sebagai kromofor pendek dengan nilai
ekstingsi atau serapan molar () 50-70 (Snyder, 1997). Intensitas penyerapan
radiasi elektromagnetik oleh kromofor ini tidak tinggi sehingga sensitivitasnya
akan menurun. Namun demikian, kadar kedua analit yang tinggi dalam sampel
tetap memungkinkan deteksi kedua pada panjang gelombang 210 nm.
Metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A nonkromatografi yang dikembangkan adalah metode analisis spektroskopi. Metode
analisis spektroskopi memiliki keunggulan lebih cepat, efisien, praktis, dan
sederhana dalam operasionalnya. Pengembangan metode analisis kuantitatif
steviosida dan rebaudiosida A secara spektroskopi diantaranya
adalah
spektroskopi Near InfraRed (NIR) (Hearn dan Subedi, 2009; Yu dkk., 2011), dan
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) kuantitatif (Pieri dkk., 2011). Metode
analisis spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) senyawa steviosida dan
rebaudiosida A masih terbatas pada analisis kualitatif identifikasi gugus fungsi
(Prakash Chaturvedula dkk., 2012) dan belum pernah ada yang mengembangkan
untuk analisis kuantitatifnya.
5
(a)
Gambar 2.
(b)
Profil kromatogram steviosida dan rebaudiosida A dalam (a) sampel ekstrak daun S. rebaudiana menggunakan sistem elusi
isokratik, fase gerak asetonitril : akuades (80 : 20, v/v), fase diam C-18 (Samah dkk., 2013); (b) standard dan ekstrak
terpurifikasi steviol glikosida menggunakan sistem elusi isokratik, fase gerak asetonitril : akuades (35 : 65, v/v), fase diam RP
C-18, steviosida (4) dan rebaudiosida A (3) (Berg dkk., 2012).
6
Metode
analisis
spektroskopi
FTIR
yang
dikombinasi
dengan
kemometrika dapat diaplikasikan untuk analisis kuantitatif senyawa bahan alam
dalam ekstrak (Rohman dkk., 2105; Rohman dkk., 2014a; Rohman dkk., 2011b).
Oleh karena itu, penelitian ini juga mengembangkan metode analisis kuantitatif
senyawa steviosida dan rebaudiosida A dengan metode spektroskopi FTIR yang
dikombinasi dengan kemometrika Partial Least Square (PLS). Metode analisis
spektrofotometri FTIR yang dikembangkan dapat menjadi metode alternatif untuk
analisis rutin dalam sistem kontrol kualitas secara cepat, praktis, dan efisien.
Preparasi sampel sangat menentukan dalam analisis senyawa aktif. Metode
preparasi sampel yang dilakukan dalam analisis HPLC diantaranya adalah
ekstraksi pelarut (Dacome dkk., 2005; Jaworska dkk., 2012; Kolb dkk., 2001;
Shafii dkk., 2012; Well dkk., 2013; Yang dan Chen, 2009) dan solid phase
extraction (SPE) (Bergs dkk., 2012; Bovanová dkk., 1998; Gardana dkk., 2010;
Woelwer-Rieck dkk., 2010b). Masing-masing metode memiliki keunggulan dan
kelemahan. Metode ekstraksi sampel dengan pelarut memiliki keunggulan lebih
praktis dan cepat namun belum dapat menghilangkan senyawa-senyawa
pengotornya sehingga matriks sampel masih komplek. Selain itu, emulsi dapat
terbentuk dalam metode ekstraksi pelarut sehingga mempersulit pemisahan
senyawa analit yang dituju (Martono dkk., 2012). Metode SPE memiliki
keunggulan dapat menghilangkan senyawa-senyawa pengotor sehingga matriks
sampel lebih sederhana dan tidak terjadi emulsi sedangkan kekurangannya adalah
lebih mahal dan dapat terjadi bias oleh faktor pengenceran pelarut (Berg dkk.,
2012). Metode ekstraksi sampel dengan pelarut menggunakan jenis dan polaritas
7
pelarut serta waktu ekstraksi yang berbeda-beda sehingga diperlukan optimasi
kondisi ekstraksi pelarut. Metode SPE yang pernah dikembangkan semuanya
menggunakan fase terbalik (C-18) (RP-SPE) (Bergs dkk., 2012; Bovanová dkk.,
1998; Gardana dkk., 2010; Woelwer-Rieck dkk., 2010b). Metode SPE fase normal
(silika) (NP-SPE) belum pernah ada yang mengembangkan untuk analisis
senyawa steviosida dan rebaudiosida A secara HPLC.
Dalam pemrosesan bahan baku menjadi produk, senyawa analit
dimungkinkan terdegradasi. Senyawa steviosida dan rebaudiosida A dalam
minuman bersoda mengalami degradasi menj
-Rieck dkk.,
2010). Dalam minuman soda, steviosida lebih stabil dibandingkan rebaudiosida A
(Woelwer-Rieck dkk., 2010a). Dalam sistem larutan, steviosida stabil pada
pemanasan hingga 120oC dan mulai terdegradasi pada pemanasan > 140oC serta
stabil pada pH 2,0 - 10,0 namun terdegradasi pada pH 1,00 (Kroyer, 2010).
Senyawa steviosida dan rebaudiosida A tidak mengalami degradasi yang berarti
oleh karena pengaruh cahaya (Clos dkk., 2008). Dalam produk susu semi skim,
minuman kedelai, susu terfermentasi, es krim, yoghurt, biskuit, dan selai, senyawa
steviosida dan rebaudiosida A tidak terdegradasi (Jooken dkk., 2012). Studi
hidrolisis senyawa baku steviosida dan rebaudiosida A dalam larutan asam dan
basa dengan pemanasan menggunakan refluks menunjukkan pemutusan ikatan
glikosida pada atom C-19 dan satu ikatan glikosida pada atom C-13
(Chaturvedula dan Prakash, 2011) yang mempengaruhi polaritasnya. Hal tersebut
menunjukkan studi degradasi steviosida dan rebaudiosida A terhadap asam dan
8
basa dalam sistem larutan, termal dan cahaya sangat penting dipelajari dalam
kaitannya dengan degradasi senyawa. Berg dkk. (2012) yang mengembangkan
metode analisis HPLC fase terbalik isokratik untuk analisis steviosida dan
rebaudiosida A belum melaporkan studi kemampuan metode analisis yang
dikembangkan dalam kaitannya dengan selektivitas kromatogram kedua analit
dengan senyawa hasil degradasi terdekat. Oleh karena itu, penelitian ini juga
melakukan studi degradasi kedua analit secara hidrolisis larutan asam, netral dan
basa, termal dan cahaya untuk menentukan selektivitas antara kromatogrram
analit dengan senyawa hasil degradasi terdekat menggunakan metode HPLC yang
dikembangkan serta identifikasi senyawa hasil degradasinya. Diagram alir garis
besar konsep penelitian disertasi ini disajikan pada Gambar 3.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah penelitian
ini adalah:
a) Apakah metode analisis RP-HPLC isokratik yang dikembangkan memenuhi
validasi metode dan dapat digunakan untuk penetapan kadar steviosida dan
rebaudiosida A dari daun S. rebaudiana dan produk simulasi minuman
Stevia?
b) Apakah metode preparasi sampel SPE baik fase terbalik maupun fase normal
dapat memenuhi jaminan akurasi dan presisi untuk analisis senyawa analit
yang dituju menggunakan metode RP-HPLC isokratik yang dikembangkan?
9
Standar steviosida dan
rebaudiosida A
Daun S.rebaudiana
Studi degradasi
Analisis HPLC
Ekstrak etanolik
kering daun
Optimasi Pemisahan
simulasi
minuman Stevia
Stresor: hidrolisis,
termal, cahaya
Optimasi Preparasi Sampel
Kadar aktual analit
secara HPLC
Komposisi fase gerak dan
kecepatan alir
Uji Kesesuaian Sistem
Validasi Metode
Aplikasi Sampel:
 Daun S. rebaudiana
 Simulasi minuman Stevia
 Permen rendah kalori
Analisis HPLC
Ekstraksi
Pelarut
SPE (NP-SPE
dan RP-SPE)
Uji akurasi dan presisi
secara HPLC
Pemindaian spektra
FTIR
Pemrosesan data dan
optimasi frekuensi
identifikasi
senyawa hasil
degradasi secara
MS/MS
Kalibrasi multivariat
secara PLS
Validasi metode berdasar
prediksi kadar analit dalam
sampel menggunakan
kalibrasi PLS
Gambar 3. Diagram alir garis besar konsep penelitian disertasi Studi Analisis Kimia Kuantitatif Steviosida dan Rebaudiosida A
10
c) Bagaimana degradasi kedua analit terhadap hidrolisis, termal, dan cahaya?
dan bagaimana selektivitas senyawa analit dengan senyawa hasil
degradasi-nya yang dianalisis menggunakan metode RP-HPLC isokratik
yang dikembangkan?
d) Apakah metode analisis FTIR yang dikembangkan dapat digunakan untuk
penetapan kadar steviosida dan rebaudiosida A dalam daun S. rebaudiana
dan produk simulasi minuman Stevia?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelusuran penulis melalui indeks jurnal-jurnal internasional
(American Chemistry Society, Elsevier, PubMed, Scopus, Science Direct dan lainlain), disertasi online, website institusi, pengembang instrumen analisis dan lainlain, berbagai metode analisis steviosida dan rebaudiosida A yang telah
dikembangkan diantaranya adalah metode analisis RP-HPLC (Kolb dkk., 2001;
Minne dkk., 2004; Dacome dkk., 2005; Cacciola dkk., 2011; Bergs dkk., 2012;
Jaworska dkk., 2012; Zhao dkk., 2013). Metode analisis secara Liquid
Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS) (P´ol dkk., 2007; Yang dkk.,
2009; Gardana dkk., 2010; Catharino dkk., 2012; Shafii dkk., 2012; Well dkk.,
2013). Pengembangan metode analisis RP-HPLC dengan sistem elusi isokratik
oleh Berg dkk. (2012) telah dapat menekan penggunaan asetonitril dan
mempersingkat waktu analisis. Namun demikian, kromatogram senyawa
steviosida dan rebaudiosida A masih belum terpisah secara sempurna, sampel
yang digunakan masih terbatas pada ekstrak terpurifikasi dan validasi metode
masih terbatas pada senyawa rebaudiosida A. Oleh karena itu, penelitian disertasi
11
ini mengembangkan metode analisis kuantitatif senyawa steviosida dan
rebaudiosida A secara RP-HPLC dengan sistem elusi isokratik yang menghasilkan
pemisahan sempurna kromatogram senyawa analit yang dituju. Metode yang
dikembangkan divalidasi baik untuk analisis senyawa steviosida maupun
rebaudiosida A. Metode yang dikembangkan diaplikasikan pada sampel yang
memiliki matriks sederhana hingga komplek untuk penetapan kadar senyawa
analit dalam daun S. rebaudiana, produk permen rendah kalori, dan produk
simulasi minuman Stevia.
Metode preparasi sampel dalam analisis senyawa steviosida dan
rebaudiosida A secara RP-HPLC yang telah dikembangkan adalah ekstraksi
pelarut (Dacome dkk., 2005; Jaworska dkk., 2012; Kolb dkk., 2001; Shafii dkk.,
2012; Well dkk., 2013; Yang dan Chen, 2009) dan SPE (Bergs dkk., 2012;
Bovanová dkk., 1998; Gardana dkk., 2010; Woelwer-Rieck dkk., 2010b). Masingmasing metode ekstraksi pelarut menggunakan pelarut organik dan konsentrasi
yang berbeda-beda. Penelitian ini
mengoptimalisasi metode ekstraksi pelarut
dengan variasi pelarut organik yang digunakan, konsentrasi pelarut, lama ekstraksi
dan siklus atau frekuensi re-ekstraksi. Metode preparasi sampel SPE yang telah
dikembangkan semuanya menggunakan SPE fase terbalik dengan catridge C-18
sedangkan SPE fase normal belum pernah dikembangkan.
Metode
analisis
kuantitatif
spektroskopi
senyawa
steviosida
dan
rebaudiosida A yang dikembangkan diantaranya spektroskopi NIR (Hearn dkk.,
2009; Yu dkk., 2010) dan NMR kuantitatif (Pieri dkk., 2011), sedangkan metode
analisis FTIR untuk senyawa tersebut masih terbatas secara kualitatif (Prakash
12
Chaturvedula dkk., 2012). Oleh karena itu, penelitian ini
mengembangkan
metode analisis kuantitatif spektroskopi FTIR yang dikombinasi dengan
kemometrika PLS untuk penetapan kadar senyawa steviosida dan rebaudiosida A
dalam sampel ekstrak daun S. rebaudiana dan produk simulasi minuman Stevia.
Studi degradasi senyawa steviosida dan rebaudiosida A yang telah
dilakukan adalah degradasi steviosida dalam sistem minuman bersoda (Prakash
dkk., 2012; Woelwer-Rieck dkk., 2010a), sistem larutan dengan pengaruh suhu
pemanasan dan pH larutan (Kroyer, 2010), sistem makanan (Jooken dkk., 2012),
dan fotodegradasi (Clos dkk., 2012). Selain itu, studi hidrolisis senyawa steviosida
dan rebaudiosida A dalam larutan asam dan basa dikembangkan oleh
Chaturvedula dan Prakash (2011) dan Musa dkk. (2014). Penelitian yang telah
dilakukan tersebut menekankan pada stabilitas dan identifikasi hasil degradasi
senyawa analit, sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada studi selektivitas
antara senyawa analit dengan senyawa hasil degradasi pada metode RP-HPLC
isokratik yang dikembangkan. Faktor stressor pendegradasi meliputi hidrolisis
larutan asam, netral, dan basa; pemanasan termal; paparan cahaya UV254 nm.
3. Urgensi atau kepentingan penelitian
Indonesia mengijinkan penggunaan ekstrak S. rebaudiana sebagai pemanis
alami yang tertuang dalam aturan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Selain itu, Indonesia juga
mengembangkan steviosida dari S. rebaudiana sebagai pemanis seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
13
2013 Tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat. Namun demikian,
Indonesia belum memiliki acuan SNI tentang penetapan kadar steviosida dan
rebaudiosida A. Metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A yang
dikembangkan dapat menjadi acuan SNI tentang penetapan kadar steviosida dan
rebaudiosida A yang hingga saat ini belum dirumuskan.
Studi
pengembangan
metode
analisis
kuantitatif
steviosida
dan
rebaudiosida A sangat mendukung dalam penelitian-penelitian bioaktivitas kedua
analit untuk dikembangkan sebagai bahan aktif obat. Bioaktivitas kedua analit
bersifat dose dependent sehingga sangat penting untuk mengontrol kadar kedua
analit. Selain itu, penelitian ini juga sangat berarti dalam pengembangan teknologi
budidaya tanaman S. rebaudiana berdasarkan aspek kadar kedua analit. Metode
analisis yang dikembangkan juga sangat berarti dalam pengembangan teknologi
proses purifikasi dan kristalisasi kedua analit karena keberhasilan metode sangat
dipengaruhi oleh kadar kedua analit dalam produk dan setiap tahap prosesnya.
Penelitian ini juga mengembangkan metode analisis kuantitatif steviosida
dan rebaudiosida A secara spektrofotometri FTIR yang dikombinasi dengan
kemometrika PLS yang selama ini belum pernah dikembangkan. Metode
spektrofotometri FTIR yang dikembangkan tidak saja diaplikasikan dalam sampel
padatan namun juga cairan. Hasil yang didapat memberikan terobosan bahwa
metode analisis kuantitatif FTIR yang dikombinasi dengan kemometrika PLS
dapat diaplikasikan pada sistem cairan walupun ikatan hidrogen dalam sistem
sampel cairan memiliki serapan yang kuat terhadap sinar mid-infrared dan
menutup serapan puncak-puncak yang lain.
14
Metode analisis kuantitatif spektrofotometri FTIR memiliki keunggulan
lebih cepat, praktis, dan sederhana dalam operasional sehingga sangat cocok
untuk analisis rutin kontrol kualitas di industri. Metode analisis spektrofotometri
FTIR yang dikembangkan untuk penetapan kadar steviosida dan rebaudiosida A
baik dalam ekstrak daun S. rebaudiana maupun produk simulasi minuman Stevia
dapat dijadikan metode alternatif yang valid dan reliable.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengembangkan metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A
secara RP-HPLC isokratik yang memenuhi jaminan validasi metode dan
mengaplikasikannya untuk penetapan kadar kedua senyawa dalam daun S.
rebaudiana dan produk simulasi minuman Stevia.
2. Mengembangkan metode preparasi sampel dengan metode Solid Phase
Extraction (SPE) baik fase terbalik maupun fase normal yang memenuhi
jaminan akurasi dan presisi.
3. Melakukan studi degradasi senyawa steviosida dan rebaudiosida A dan
menentukan pengaruhnya terhadap selektivitas analit dengan senyawa hasil
degradasi menggunakan metode HPLC yang dikembangkan.
4. Mengembangkan metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A
dengan metode spektroskopi FTIR yang dikombinasi dengan analisis
multivariat PLS dan mengaplikasikannya untuk penetapan kadar kedua analit
dalam daun S. rebaudiana dan produk simulasi minuman Stevia.
15
Download