Universitas Gadjah Mada 1 VIII. PENGANGKUTAN IKAN HIDUP A

advertisement
VIII. PENGANGKUTAN IKAN HIDUP
A. Pendahuluan
Pengangkutan (transportasi) ikan hidup merupakan kegiatan penting dalam budidaya
maupun perikanan pada umumnya. Transportasi ikan hidup yang paling sederhana terjadi di
lahan perkolaman. lkan yang tahan hidup dapat dipindah dengan ember tanpa air atau
dengan keranjang. Ikan yang kurang tahan dimasukkan ke dalam ember, kaleng, drum atau
wadah lain (brokoh) yang berisi air untuk diangkut dengan diangkat, dipikul atau
menggunakan gerobak. Di perkolaman yang luas pemindahan ikan dilakukan dengan
menggunakan kendaraan bermotor.
Pengangkutan benih maupun ikan konsumsi hidup antar lokasi, antar pulau bahkan
antar negara sudah biasa dilakukan oleh para pedagang. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan lokasi antara tempat produksi dengan konsumsi. Pengangkutan dimaksud untuk
memindah dengan jumlah sebanyak-banyaknya, hidup dan sehat sampai tujuan. Alat
transportasi jarak jauh digunakan: kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut ataupun
pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan sarana transportasi ikan jarak jauh yang
paling cepat, khususnya untuk induk, telur atau benih kecil dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak.
Transportasi ikan hidup melibatkan pemindahan ikan jumlah banyak dalam volume air
yang sedikit. Selama pengangkutan, ikan menjadi stres, terluka, kena penyakit, akibat
penanganan dan perlakuan, pemasaran sehingga akibat yang paling jelek mengalami
kematian.
Prinsip
pengangkutan
adalah
persiapan,
pengepakan,
perlakuan
dan
pengangkutan. Untuk menjamin keberhasilan pengangkutan ikan adalah menekan aktivitas
metabolisme ikan (mempuasakan, anestesia, menurunkan suhu), menambah oksigen dan
membuang gas-gas beracun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen adalah: berat ikan, aktivitas
ikan dan suhu lingkungan. Semakin besar ikan, semakin tinggi mengkonsumsi oksigen per
jam. Meskipun per satuan berat tubuh ikan, ukuran ikan lebih kecil mengkonsumsi oksigen
lebih banyak danpada ikan besar. Ikan yang aktip berenang mengkonsumsi oksigen lebih
banyak daripada ikan diam (istirahat). Ikan yang hidup di air suhu tinggi memiliki laju
konsumsi oksigen lebih besar daripada ikan di daerah suhu air rendah.
Konsumsi oksigen ikan dapat dihitung dengan menggunakan respirometer. Menurut
Winberg (1956) dalam Moyle dan Cech 1982 hubungan antara konsumsi oksigen dengan
ukuran ikan yang dipuasakan adalah sebagai berikut:
Universitas Gadjah Mada
1
KO2 = aWy
Keterangan:
KO2
= konsumsi oksigen (mI/berat ikan/jam)
W
= berat ikan (gram)
a
= tingkatllaju metabolisme
y
= konstante disebut eksponen berat
(pada suhu berbeda)
Laju metabolisme (a) setara dengan berat tubuh pangkat 0,8. Sebagai contoh ikan mas
yang dipelihara pada suhu 20 °C mengkonsumsi oksigen sebesar 75 O2 per kg 0,8 per jam,
konsumsi tiap mg dari 500 gram berat tubuh ikan mas tersebut dapat dihitung sbb.:
1 mg ---> 0,000001 kg --- 0,00001 585 kg 0,8
7,5 x 0,00001 585 = 0,001185 ml O2/ikan/jam
500 g ---> 0,5 kg - 0,5743 kg 0,8
75 x 0,5743 = 43,07 ml O2/ikan/jam
Oleh karenanya 1 kg ikan mas dengan berat badan masing-masing 1 mg dari 500 gram
mengkonsumsi oksigen 1.000.000 x 0,001185 = 1185 ml O2/ikan/jam, berturut-turut 2 x
43,07 = 86,14 ml O2/jam.
B. Penanganan Sebelum Pengangkutan
1. Penampungan
a. Jenis dan pengaruh penampungan
Selama atau setelah pemanenan, ikan hasil tangkapan harus ditampung beberapa
waktu sampai ikan dikirim ke akhir tujuan. Selama penampungan dapat dilakukan sortasi
dan grading ukuran. Penampungan dapat untuk waktu yang pendek (provisional storing)
atau waktu yang lama (prolonged storage). Provisional storing sering dilakukan pada waktu
sedang dilakukan panenan, ikan ditampung, kemudian ikan disortasi. Selanjutnya ikan
dipaking dan segera dikirim ke tujuan akhir, misalnya benih ke kolam-kolam pemeliharaan
atau penebaran di lokasi dekat atau ikan konsumsi yang segera akan diolah. Penampungan
lama dilakukan selama 2-3 hari atau Iebih diawali dengan sorting dan grading. Penanganan
harus dilakukan dengan hati-hati agar ikan tidak stres, terluka dan terserang penyakit.
Keberhasilan penampungan ikan hidup dipengaruhi pula oleh teknik penangkapan selama
pemanen.
Ikan harus ditempatkan dalam kondisi yang baik. Kualitas daging ikan dapat
meningkat. Ikan-ikan yang sebelumnya dipelihara dalam kolam yang berlumpur atau dengan
pemberian pupuk organik atau pakan berupa Iimbah diperlukan penampungan untuk
menghilangkan bau lumpur, Iendir dan parasit yang mungkin menempel. Dengan
Universitas Gadjah Mada
2
penampungan yang baik selama beberapa waktu (2 jam) akan meningkatkan kualitas
dagingnya, namun penurunan berat harus seminim mungkin.
Penampungan biasanya dilakukan dengen menempatkan ikan dalam tempat
penampungan dengan air yang mengalir untuk menjamin kecukupan oksigen. Aliran air tidak
boleh terlalu berlebihan untuk menekan ikan berusaha berenang yang akan mengeluarkan
enerji, sehingga dapat mengurangi beratnya. Apabila penampungan hanya sebentar, ikan
tidak perlu diberi pakan. Penampungan ikan harus terlindung. Penampungan ikan harus
ditempatkan di dekat tempat tinggal atau rumah agar mudah pengawasan. Hal ini dimaksud
untuk menghindari musuh-musuh alami ikan dan pencurian.
b. Teknik Penampungan
1) Kantong jaring
Kantong jaring yang dipasang di kolam atau saluran air dapat digunakan untuk
penampungan selama penangkapan ikan dilakukan. Ukuran mata jaring tergantung pada
ukuran ikan yang akan ditampung. Benih larva ukuran sekitar 0,6-0,9 cm dengan hapa
ukuran lubang 2-3 cm, benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan
ikan lebih besar 10 cm menggunakan jaring polyetheline ukuran lubang 0,75 inci (2 cm).
Jaring dipasang ditempatkan dekat pintu air masuk kolam agar mendapatkan air yang segar
dan bersih. Kantong jaring ukuran 2-4 m x 1-4 m dan tinggi 0,8 m lebih cocok digunakan bila
dibanding kantong berukuran besar.
2) Keramba jaring
Keramba jaring dibuat dengan kerangka besi atau kayu dan kisi-kisinya dilapisi
jaring. Benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan ikan lebih besar
10 cm menggunakan jaring polyetheline ukuran lubang 1 inci. Ikan-ikan lunak seperti karper
dan lele dapat ditampung dalam keramba kecil. Ikan-ikan tersebut tahan terhadap
kandungan oksigen relatif rendah dan kepadatan tinggi. Karper tidak besirip keras dan duri
keras lele tidak tegang, sehingga dalam keadaan padat tidak merusak ikan lainnya.
3) Bak/Kolam permanen
Bak/kolam permanen berukuran panjang 2-6 m, lebar 1-2 m dan tinggi 1 m sangat
tepat untuk penampungan ikan dalam jangka waktu relatif lama. Dinding bak dibuat halus
agar tidak melukai ikan. Aliran air cukup dan level air mudah diatur dan pengurasan total
dapat dilakukan dengan cepat. Oleh karena itu pintu air pembuangan dibuat model monik
dengan pintu berupa beberapa papan yang dipasang pada sekat. Untuk lebih mudah
pengangkatan ikan dan penampungan bisa dilapisi jaring, sehingga air tidak perlu harus
dibuang total. Apabila ikan harus diberi pakan, dengan ransum 1% berat total per hari.
Namun sehari sebelum diangkut, pemberian pakan harus dihentikan.
Universitas Gadjah Mada
3
c. Kuantitas ikan penampungan
Jumlah ikan yang ditampung bervariasi tergantung pada spesies, ukuran ikan, aliran
air, kandungan oksigen dan suhu air. Keadaan demikian sangat sulit untuk menentukan
jumlah ikan yang tepat yang harus ditampung dalam wadah yang berbeda. Beberapa
pengalaman
menunjukkan
bahwa
pada
penampungan
benih
sementara
selama
penangkapan lebih mudah dilihat dan gejala-gejala yang timbul. Apapun alat penampungan
yang digunakan : tangki/ember besar ataupun jaring yang ditempatkan pada saringan,
apabila ikan sudah berloncat-loncat menunjukkan tidak boleh ditambah lagi jumlahnya dan
segera dipindah ke tempat/kolam yang lebih longgar dan airnya mengalir.
Tangki volume 150 liter dengan suplai air 0,5 liter per detik dan aerasi cukup dan
suhu 10°C dapat menampung selama beberapa minggu untuk ikan trout : 8-12 kg ikan
ukuran 200-300 gram/ekor, 6-8 kg ukuran 100 gram, 1000 ekor ukuran 8-10 cm. Menurut
Schaperclaus (1933) dalam Huet (1972) tiap meter kubik tangki dapat digunakan untuk
menyimpan 150 kg ukuran 300-400 gram/ekor.
2. Pra-kondisi Ikan Sebelum Diangkut
Penanganan ikan hidup sebelum diangkut sangat menentukan keberhasilan
pengangkutan. Setelah ikan dipanen dengan cara yang benar, kemudian ditampung dalam
air bekualitas baik dan tidak diberi pakan (dipuasakan) selama 1-2 hari. Penampungan ini
dimaksud untuk menghilangkan lumpur, parasit, bakteri pada permukaan kulit dan kotoran
(ekskresi) dan dalam tubuh. Parasit dan bakteri ini akan menjadi penyaing ikan dalam
konsumsi oksigen selama pengangkutan. Penampungan tanpa pemberian pakan bertujuan
agar proses metabolisme dan aktivitas gerak ikan selama pengangkutan menjadi lemah,
sehingga laju konsumsi oksigennya rendah. Penggunaan obat-obatan anestesia (pembius)
akan lebih menekan aktivitas. Beberapa jenis obat amaesthesis dan dosis yang dianjurkan
untuk Karper terlihat pada tabet 3 di bawah ini, sedangkan untuk spesies lainnya penlu diuji.
Ikan ditampung dalam bak atau keramba dan diberi pakan pelet dengan jumlah 1-2%
berat ikan. Pengangkutan menggunakan kantong platik dan diisi air sebanyak 5 liter, diisi
ikan sebanyak 3 ekor (0,5 kg) dan diberi obat anesthesia sesuai dosis berat ikan. Kemudian
kantong plastik ditutup rapat dan diangkut.
Tabel 3. Jenis dan dosis obat pembius untuk pengangkutan ikan karper
No. Jenis obat pembius
Dosis
1.
Novacaine
50 mg/kg ikan
2.
Amorbarbital Natrium
85 mg/kg ikan
3.
Barbital Natrium
50 mg/kg ikan
4.
Natrium amital
52-172 mg/liter
Universitas Gadjah Mada
4
5.
Tertiary amil alcohol
2 ,l/4,5 liter
6.
Metil parafinol (Dormison)
1 – 2 ml/4,5 liter
7.
Kloral hidrateum
3-3,5 g/4,5 liter
8.
Uretane
100 mg/liter
9.
Tiourasil
100 mg/liter
10.
Hidroksi quinaldine
1,0 mg/liter
11.
MS 222 (Trikaine m etansulfo-nat) + buffer
25 ppm
12.
2 Fenoksi-etanol
10 ppm
13.
Quinaldite*
10 ppm
(Sumber:Jhingran dan Pullin 1985)
C. Jenis dan Teknik Pengangkutan
Pengangkutan ikan hidup pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Metode pengangkutan ikan hidup dapat
dilakukan dengan :
1. Jerigen dan drum. Ikan konsumsi lele dan kaper dimasukkan ke dalam jerigen atau drum
terbuka dengan air cukup membasahi diangkut dan produsen ke pendagang pengecer
dan warung-warung. Pengangkutan dilakukan pada malam han dan bertujuan untuk
menjaga kesegaran.
2. Keranjang “brokoh” atau jerigen. Benih ikan gurameh, lele, karper dan ikan lain yang
relatif tahan dimasukkan ke wadah berisi air dalam kepadatan tertentu, diangkut dan
dipasarkan, sewaktu-waktu air diganti.
3. Drum atau tangki (disuplai pengudaraan). Metode ini drum atau tangki terbuka yang
dapat dipasang dan dilepas dari kendaraan pengangkut. Ikan hidup dimasukkan dalam
wadah dan pengudaraan dihembuskan melalui agitasi permukaaan, gelembunggelembung udara lewat pipa udara pada dasar atau dan pemompaan air keluar dan
kembali ke wadah.
4. Tangki tertutup (suplai oksigen murni). Metode ini cukup populer pada pembudidaya ikan.
Gelembung-gelembung oksigen murni dikeluarkan dari pipa-pipa plastik halus ke dalam
air dalam tangki yang berisi ikan angkutan. Meskipun metode ini cukup mahal, tetapi
kerusakan mekanis dapat dihindarkan.
5. Kantong plastik. Pengangkutan ikan dengan kantong plastik adalah paling luas
digunakan. Kantong plastik sepertiga bagian dilsi air dan ikan. Oksigen ditambahkan dan
tabung untuk mengisi duapertiga bagian kantong dan dmikat dengan karet.
Universitas Gadjah Mada
5
Alat pengangkutan yang digunakan bervariasi; kayu, fiberglas, aluminium dan logam
dilapisi anti karat. Berbagai tipe unit pengangkutan secara komersial tersedia. Ukuran dan
bentuk wadah berbeda-beda, tetapi metode penggantian oksigen agak stadar, yaitu
menggunakan: agitator, blower, tekanan gas oksigen dan cairan oksigen.
Kondisi utama untuk menjamin pengangkutan berhasil adalah menjaga ketersediaan
oksigen yang cukup, aktivitas gerak dan metabolisme rendah. Ini tidak selalu mudah dengan
memperlakukan jumlah ikan yang banyak dalam volume air yang sedikit. Cara yang terbaik
adalah dengan mempertahankan suhu air tetap rendah, mengosongkan isi perut atau
memuasakan dan melemaskan ikan sebelum pengangkutan. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi pengangkutan ikan hidup adalah:
1. Spesies ikan. Kebutuhan oksigen ikan sangat bervariasi tergantung dengan spesiesnya.
2. Umur dan ukuran ikan. Individu ikan ukuran besar melakukan pernafasan Iebih banyak
daripada ukuran ikan kecil. Namun dalam berat yang sama, berisi ikan dengan ukuran
kecil membutuhkan konsumsi oksigen Iebih besar daripada ikan berukuran besar.
3. Ketahanan ikan. Ikan-ikan yang diberi pakan buatan Iebih peka daripada ikan yang
mendapatkan makanan secara alamiah. Ikan yang sedang masa pemijahan (kawin)
kurang tahan terhadap transportasi.
4. Suhu air. Pengangkutan harus dilaksanakan menggunakan air yang bersuhu rendah.
Pada kondisi tersebut kandungan oksigen rendah dan aktivitas pernafasan ikan ambat.
5. Lama waktu pengankutan. Waktu pengangkutan yang pendek dapat meningkatkan
kepadatan ikan yang diangkut.
6. Kendaraan pengangkut dan lamanya berhenti. Kendaraan pengangkut yang Iebih cepat
dan mudah serta pendek behentinya memberi kesempatan Iebih berhasil. Alat angkut
harus disiapkan dengan matang. Jadwal pemberangkatan alat angkut (transportasi)
umum harus diketahui dan perubahannya harus dimonitor.
7. Keadaan wadah penangkutan. Wadah yang dibuat dari kayu relatif Iebih tahan dan lama
dalam menyerap panas daripada besi. Meskipun untuk besi dapat diinsulasi untuk
menghentikan perambatan panas.
8. Kondisi klimat/cuaca. Kondisi cuaca berpengaruh terhadap suhu wadah dan juga
kandungan oksigen. Pengangkutan harus dilaksanakan dalam kondisi suhu yang
serendah-rendahnya. Dalam keadaan cuaca yang panas, pengangkutan dilaksanakan
pada malam atau pagi hari.
Teknik Pengangkutan
1. Hibernasi
Penurunan suhu tubuh ikan hidup ke arah batas terendah akan menurunkan
kecepatan metabolismenya dan ikan akan mengalami hibernasi (penghentian aktivitas).
Universitas Gadjah Mada
6
Hibernasi mempunyai beberapa keuntungan: wadah pengangkutan tidak perlu besar karena
ikan tidak aktif berenang, kematian ikan karena tekanan fisik maupun stres akibat vibrasi
(getaran), kebisingan dan sinar tidak ada, tidak terjadi penurunan berat dan ikan tidak
menghasilkan faeses karena ikan tidak butuh makan.
Teknologi pengangkutan hidup menggunakan kondisi hibernasi banyak diterapkan
untuk udang kuruma (Penaeus japonicus) dan spesies ikan (Anonim 1991). Tiap spesies
ikan membutuhkan suhu hibernasi yang berbeda. Faktor lain yang mempengaruhi suhu
hibernasi adalah.1tempat asal dan musim. Hibernasi ikan seabream dapat bertahan hidup
selama kira-kira 40 han, bergerak selama 3 bulan. Kepiting dan famili Atelecydidae yang
dihibernasi masih dapat bergerak-gerak (hidup) selama 5-6 bulan.
Ikan ditampung hidup dalam bak atau keramba dan diberi pakan pelet dengan
jumlah 1-2% berat ikan. Pengangkutan menggunakan wadah styrofoam, diisi air dan es
dengan perbandingan air dan es adalah 3 dan 1. Kemudian ikan dimasukan ke dalam
wadah yang sudah berisi es dan air. Tambahkan 300 gram es kering ke dalam air untuk
rnempercepat mabuk (terbius). Setelah ikan tidak berdaya, diambil secara individual dan
dibungkus dengan kertas, masukkan ke dalam styrofoam dan tutup dengan serbuk gergaji
yang telah didinginkan 10-12 °C. Wadah styrofoam yang berisi ikan disimpan dalam dingin
untuk menghindari kenaikan suhu dan dapat diangkut I - 3 jam.
2. Pengangkutan dengan kantong plastik
Benih ikan hidup ukuran larva, kebul maupun yuwana (fingerling) biasa diangkut
menggunakan kantong plastik berisi air beroksigen. Seperempat bagian plastik diisi air dan
ikan, tiga perempat lainnya diisi oksigen kemudian diikat. Apabila perjalanan jauh, kantong
dimasukkan ke dalam kotak styrofoam, sehingga ikan tidak terganggu oleh kebisingan,
getaran, sinar (bayangan) serta suhu lingkungan.
Sebelum diangkut ikan sudah dikondisi dengan baik agar ikan tidak stres, laju
metabolismenya lambat dan konsumsi oksigennya rendah. Laju metabolisme yang lambat
akan mengurangi ekskresi ikan berupa amontak dan karbondioksida serta konsumsinya
terhadap oksigen. Konsumsi oksigen juga dapat ditekan dengan peningkatan umur dan
ukuran berat tubuh ikan. Penurunan suhu air dan pemberokan (pemuasaan) ikan dilakukan
sebelum diangkut. Pemuasaan membuat metabolisme ikan turun sehingga ikan menjadi
kurang aktif dan juga buangannya berkurang. Obat anaestasi juga dipakai selama
pengangkutan.
Benih ikan yang akan diangkut dipuasakan selama 24 jam dalam penampungan.
Mengisikan air sumur ke dalam kantong plastik kira-kira sepertiga kurang dari tinggi plastik.
Ikan dimasukkan ke dalam kantong sesuai berat/jumlah sudah ditetapkan. Kemudian
kantong diisi dengan oksigen dengan memasukkan selang plastik dan tangki oksigen dan
Universitas Gadjah Mada
7
mengempeskan kantong plastik sampai tinggal air dan ikan. Mengisikan oksigen ke dalam
kantong plastik secara pelan sehingga volumenya berbanding 3 dan 1 (oksigen : air dan
ikan). Setelah penuh ujung plastik diikat dengan untaian karet (4-5 buah). Ikatan diusahakan
kuat, tetapi mudah pelepasannya. Kemudian kantong plastik dimasukkan ke dalam wadah
stinifoam yang tidak dan dapat diangkut selama 2-3 jam.
D. Rangkuman
Pengangkutan ikan hidup adalah pemindahan ikan jumlah sedikit atau banyak dari
satu tempat ke tempat lain agar tetap hidup dan sehat sampai tujuan. Ada dua cara
pengangkutan, yaitu sistem terbuka dan tertutup. Jumlah ikan yang diangkut bervariasi
tergantung pada konsumsi oksigen, berat ikan, tingkat metabolisme dan suhu air. Faktorfaktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen adalah : berat ikan, aktivitas ikan dan
suhu lingkungan. Semakin besar ikan, semakin tinggi mengkonsumsi oksigen per jam.
Untuk menjamin keberhasilan pengangkutan ikan adalah menekan aktivitas metabolisme
ikan (mempuasakan, anestesia, menurunkan suhu), menambah oksigen dan membuang
gas-gas beracun.
Alat transportasi jarak jauh yang dapat digunakan adalah kendaraan bermotor,
kereta api, kapal laut ataupun pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan sarana
transportasi ikan jarak jauh yang paling cepat, khususnya untuk induk, telur atau benih kecil
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Selama pengangkutan, ikan menjadi stres, terluka,
kena penyakit, bahkan yang paling jelek mengalami kematian.
E. Latihan Soal-soal
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keberhasilan pengang-kutan ikan
hidup?.
2. Apa maksud dan tujuan pemuasaan ikan sebelum diangkut dan apa akibat yang
merugikan terhadap ikan?.
3. Apa perbedaan dan persamaan tujuan pemuasaan dengan pembiusan dalam
pengangkutan ikan hidup?.
4. Bagaimana caranya menyediakan oksigen dalam sistem pengangkutan tertutup?.
5. Sebutkan cara mengangkut benih ikan dalam jumlah banyak dan jarak yang jauh
dengan sistem tertutup?.
Universitas Gadjah Mada
8
F. Daftar Buku Bacaan
Anonim,1991.Transportation of Live and Processed Seafood.Infofish Tech.Handbook 3.30 p.
Huet, M., 1972. Texbook of Fish Culture, Breeding and Cultivation Of Fish. Fishing News
(Books) Ltd. Surrey. 436 p.
Moyle, P. . dan J. J. Ceth, 182. Fishes: An Introduction to Ichthyology. Prentice- Hall lhc.
New Yersey. S9 p.
Woynarovich, E. and L. Horvath, 1980. The Artificial Propagation of Warm-water Finfihs. A
Manual for Extëhion. FAQ FISh.Tech.Pap., (201) : 183 p.
Universitas Gadjah Mada
9
Universitas Gadjah Mada
10
Download