EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.) DI KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG Yuli Purwati Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang Abstrak: Cengkeh (Eugenia aromatica L.) merupakan tanaman yang memiliki peluang pasar yang besar di dalam negeri maupun di luar negeri. Cengkeh pada awalnya hanya digunakan sebagai bahan obat tradisional, namun kini dimanfaatkan sebagai bahan campuran rokok kretek serta di bidang industri farmasi juga digunakan sebagai bahan pembuatan minyak atsiri. Kebutuhan akan cengkeh yang terus meningkat menyebabkan keharusan penyediaan cengkeh yang besar, salah satunya dengan perluasan lahan untuk cengkeh. Kabupaten Jombang memiliki potensi untuk pengembangan cengkeh. Kebutuhan cengkeh di Kabupaten Jombang dipasok oleh satu kecamatan saja, yakni Wonosalam sehingga produksi cengkehnya rendah. Kecamatan Bareng memiliki kondisi wilayah yang cocok untuk perkebunan. Kecamatan Bareng berada pada ketinggian ±500 m di atas permukaan laut dan curah hujan berkisar 1.700 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 23°C-30°C di mana dengan kondisi tersebut memungkinkan dikembangkan budidaya cengkeh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Bareng untuk tanaman cengkeh. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan analisis matching yaitu pembandingan karakteristik lahan daerah penelitian dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong sesuai marginal (S3) pada semua lahan dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa), retensi hara (S3nr), dan bahaya erosi (S3eh). PENDAHULUAN Cengkeh (Eugenia aromatica L.) merupakan tanaman yang cocok ditanam baik di dataran rendah dekat pantai maupun hidup di pegunungan pada ketinggian 500-1100 meter dpl dan di tanah yang berdrainase baik. Tanaman cengkeh memerlukan intensitas cahaya yang kuat. Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah tanah yang gembur, humus sedang-tinggi, permeabilitas sedang, kemasaman tanah (pH) berkisar antara 5,0-6,5, suhu udara 25°C-28°C, curah hujan yang 1.500-2500 mm/tahun. Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas cengkeh untuk bahan baku industri terutama industri rokok dan obat-obatan terus meningkat sehingga pengadaannya secara teratur, berkualitas baik, cukup, dan berkesinambungan makin dirasakan sebagai suatu keharusan. Dirjen Perkebunan (2011) menyatakan kebutuhan cengkeh masih 1 mengalami kekurangan sebesar 40 ribu sampai 50 ribu ton per tahunnya untuk produksi rokok kretek. Artinya, produksi cengkeh tidak mencukupi kebutuhan pasar. Kebutuhan cengkeh yang kian meningkat, mendorong petani untuk mengembangkan budidaya tanaman cengkeh. Dalam hubungannya dengan peningkatan pengadaan cengkeh, beberapa daerah telah mengembangkan usaha penanaman cengkeh. Kabupaten Jombang merupakan satu dari beberapa kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi pengembangan cengkeh. Lahan di Kabupaten Jombang yang digunakan untuk tanaman cengkeh seluas 2.602 Ha dengan produksi 918,98 ton. Sampai saat ini, produksi cengkeh hanya dihasilkan dari Kecamatan Wonosalam saja, padahal untuk kebutuhan cengkeh yang kian meningkat memerlukan pasokan cengkeh yang berkualitas dan dalam skala besar. Salah satu usaha untuk menanganinya adalah dengan cara memperluas lahan untuk penanaman cengkeh. Kecamatan Bareng memiliki kondisi wilayah yang cocok untuk perkebunan karena termasuk tanah pegunungan. Kecamatan Bareng berada pada ketinggian ±500 m di atas permukaan laut dan curah hujan berkisar 1.700 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 23°C30°C di mana dengan kondisi tersebut bisa dikembangkan cengkeh. Kecamatan Bareng belum banyak mengembangkan cengkeh sebagai komoditi perkebunan. Dibandingkan dengan Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Bareng sebagian besar penggunaan lahan untuk jati dan buahbuahan, sedangkan Kecamatan Wonosalam untuk perkebunan dan kawasan penyangga. Kecamatan Bareng merupakan salah satu dari tiga kecamatan yang pengembangannya diarahkan pada kegiatan agroindustri dengan pengelolaan hasil pertanian dan komoditi tanaman perkebunan seperti mete, kelapa, cengkeh, kapuk, kenanga, temulawak, lada, kencur, jahe, serai, kunyit, lengkuas, pandan, kakao, tebu, tembakau virginia, tembakau jawa, dan kopi. Pengembangan budidaya cengkeh ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi cengkeh. Guna mengetahui potensi lahan di Kecamatan Bareng sesuai atau tidak untuk pengembangan budidaya cengkeh, maka diperlukan suatu pekerjaan yang kita kenal dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan adalah proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu baik pertanian maupun nonpertanian (FAO 1976 dalam Djaenudin 2003). Evaluasi lahan bertujuan untuk menduga dan memberikan informasi seberapa besar suatu lahan dapat mendukung kegiatan produksi sebelum digunakan untuk tujuan tertentu sehingga potensi lahan dapat dimaksimalkan. Dengan adanya kegiatan evaluasi lahan tersebut maka dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan serta kendala-kendalanya. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu yakni pengamatan di lapangan, pengukuran di lapangan, dan analisis laboratorium terhadap suatu daerah yang ditunjang dari informasi lain yang relevan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian survei ini adalah pendekatan evaluatif. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang yang mencakup kebun, tegalan/ladang, dan semak belukar dengan luas total 6.275 Ha. Objek penelitian ditentukan dari hasil overlay tiga peta yaitu peta jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan yang menghasilkan satuan unit lahan yang kemudian ditentukan sampelnya dengan purposive sampling. Purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. 2 Penelitian survei ini didukung oleh data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan, pengukuran langsung di lapangan, dan uji laboratorium serta wawancara. Data sekunder diperoleh dari Dinas atau Badan terkait. Analisis data yang digunakan adalah pembandingan (matching) antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh yang telah ditentukan oleh Djaenudin (2003). klorida), H2SO4 1N (asam sulfat), NaOH (natrium hidroksida) untuk mengukur kandungan KTK dan Kejenuhan Basa. Peta-peta: Peta Administrasi Kecamatan Bareng (skala 1: 250.000), Peta Jenis Tanah Kecamatan Bareng (skala 1: 250.000), Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Bareng (skala 1: 250.000), Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Bareng (skala 1: 250.000). Subyek dan Objek Penelitian Pengumpulan Data 1) Subjek Data dalam penelitian ini adalah data primer (tingkat bahaya erosi, bahan kasar, kedalaman efektif tanah, drainase, banjir, batuan di permukaan, batuan tersingkap, kemiringan lereng, tekstur tanah, KTK liat, kejenuhan basa, pH, dan C-organik) dan sekunder (data curah hujan, temperatur, kelembaban udara, peta administrasi, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, dan data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini). Teknik Pengumpulan Data meliputi observasi, dokumentasi, pengukuran di lapangan, uji laboratorium, dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah kebun (1.311,71 Ha), tegalan (689,20 Ha), dan semak belukar (18,86 Ha) di Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. 2) Objek Objek dalam penelitian ini ditentukan dari hasil tumpang susun (overlay) tiga peta yakni, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan dengan purposive sampling. Dalam penelitian ini, diambil lima unit sampel dari 29 unit lahan yang ada. Pengambilan lima sampel tersebut didasarkan pada ketinggian tempat, suhu udara, penggunaan lahan terutama kebun dan tegalan, dan kemiringan lereng titik sampel. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode matching atau pembandingan antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh yang akan menghasilkan kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya. Alat dan Bahan Alat: Software ESRI ArcGIS 9.3 untuk kegiatan digitasi dan overlay peta, GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui posisi atau letak koordinat daerah tempat penelitian, alat tulis, plastik, bor tanah dan meteran, abney level, kamera, alat-alat laboratorium untuk uji tanah: gelas ukur erlen meyer 500 ml, botol kocok, ph meter, timbangan tekstur, pipet, conductivity meter. Bahan: K2CrO7 1N (kalium kromat), H2SO4 (asam sulfat), H3PO4 (asam fosfat), H2O2 (hydrogen peroksida) untuk mengukur kandungan C-organik, KCl 1N dan H2O untuk mengukur kandungan pH, NH4O (amoniak hidroksida) pH 7, NH4Cl 1N (ammonium HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Satuan lahan diperoleh dari hasil tumpang susun tiga peta yakni peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan. Hasil overlay menunjukkan bahwa terdapat 29 unit lahan di Kecamatan Bareng. Unit lahan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut: 3 Tabel 5.1 Unit Lahan Kecamatan Bareng No Unit lahan Jenis tanah Kelerengan (%) A1k Alluvial Kelabu 0-2 1 A1p Alluvial Kelabu 0-2 2 A1s Alluvial Kelabu 0-2 3 A2k Alluvial Kelabu 2-8 4 A2l Alluvial Kelabu 2-8 5 A2p Alluvial Kelabu 2-8 6 A2s Alluvial Kelabu 2-8 7 A2t Alluvial Kelabu 2-8 8 A3b Alluvial Kelabu 8-25 9 A3k Alluvial Kelabu 8-25 10 A3l Alluvial Kelabu 8-25 11 A3p Alluvial Kelabu 8-25 12 A3s Alluvial Kelabu 8-25 13 A3t Alluvial Kelabu 8-25 14 A4b Alluvial Kelabu 25-40 15 A4k Alluvial Kelabu 25-40 16 A4l Alluvial Kelabu 25-40 17 A4p Alluvial Kelabu 25-40 18 A4s Alluvial Kelabu 25-40 19 A4t Alluvial Kelabu 25-40 20 B1k Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 21 B1p Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 22 B1s Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 23 B1t Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 0-2 24 B2k Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 25 B2p Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 26 B2s Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 27 B2t Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 2-8 28 B3s Ass Mediteran Coklat dan Grumosol Kelabu 8-25 29 Sumber: Peta Unit lahan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Satuan unit lahan yang diambil meliputi A3b, A3k, A3l, A4k, dan A4l. Pengambilan sampel ini didasarkan pada ketinggian tempat, suhu udara, penggunaan lahan terutama kebun dan Penggunaan lahan Kebun Pemukiman Sawah irigasi Kebun Tanah Ladang Pemukiman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Semak belukar Kebun Tanah Ladang Pemukiman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Semak belukar Kebun Tanah Ladang Pemukiman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Kebun Pemukiman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Kebun Pemukiman Sawah irigasi Sawah tadah hujan Sawah irigasi tegalan, dan kemiringan lereng. Sampel ayng diambil dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Sampel Unit Lahan Kecamatan Bareng No 1 2 3 4 5 Unit lahan A3b A3k A3l A4k A4l Jenis tanah Alluvial Kelabu Alluvial Kelabu Alluvial Kelabu Alluvial Kelabu Alluvial Kelabu Kelerengan (%) 8-25 8-25 8-25 25-40 25-40 Karakteristik Lahan di Kecamatan Bareng Karakteristik satuan lahan di Kecamatan Bareng diuraikan sebagai berikut: 4 Penggunaan lahan Semak belukar Kebun Tanah Ladang Kebun Tanah Ladang Tabel 5.2 Karakteristik Lahan Daerah Penelitian No 1 2 3 4 5 6 Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata Ketersediaan Air (wa) Curah hujan (mm) Lamanya masa kering (bulan) Kelembaban Udara Ketersediaan Oksigen (oa) Drainase Keadaan Perakaran (rc) Tekstur Bahan Kasar Kedalaman Efektif Tanah Retensi Hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan Basa (%) pH H2O C-Organik (%) Bahaya Erosi (eh) Lereng (%) Bahaya Erosi Bahaya Banjir (fh) Banjir 8 Penyiapan Lahan (lp) Batuan di Permukaan (%) Batuan Tersingkap (%) Kelas Kesesuaian Lahan Subkelas Kesesuaian Lahan Sumber: Analisis Data 2012 Kelas Kesesuaian Lahan A3k A3l A4k A4l 27 25,1 26,7 25 25,9 1.785,4 3,8 80,05 1.785,4 3,8 80,05 1.785,4 3,8 80,05 1.785,4 3,8 80,05 1.785,4 3,8 80,05 Agak Baik Agak Baik Agak Baik Halus 0,876 75 Halus 0 110 Agak halus 0,00008 75 Halus 0 105 Halus 0 90 58,70 39 6,7 0,35 30,71 23 6,6 0,07 28,64 38 6,6 0,19 26,25 30 6,2 0,27 25,82 31 6,3 0,59 30 Sedang 15 Sangat Ringan 24 Sedang 16 Ringan 16 Ringan F0 F0 F0 F0 F0 0 4 S3 S3wa, S3eh, 3 0 S3 S3wa, S3nr 1 0 S3 S3wa, S3eh 0 0 S3 S3wa, S3nr 0 2 S3 S3wa, S3nr A3b Agak Baik Agak Baik 7 Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cengkeh di Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Berdasarkan data karakteristik lahan di atas maka untuk lebih jelasnya akan dilakukan pengklasifikasian tingkat kesesuaian lahan yakni termasuk kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) atau tidak sesuai (N). Metode yang digunakan adalah matching atau pembandingan nilai kelas kesesuaian lahan didasarkan pada nilai terendah sebagai faktor pembatas evaluasi kesesuaian lahan. Data mengenai hasil evaluasi kesesuaian masing-masing lahan bisa dilihat pada Tabel 5.3. 5 Tabel 5.3 Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Daerah Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata Ketersediaan Air (wa) Curah hujan (mm) Lamanya masa kering (bulan) Kelembaban Udara Ketersediaan Oksigen (oa) Drainase Keadaan Perakaran (rc) Tekstur Bahan Kasar Kedalaman Efektif Tanah Retensi Hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan Basa (%) pH H2O C-Organik (%) Bahaya Erosi (eh) Lereng (%) Bahaya Erosi Bahaya Banjir (fh) Banjir Penyiapan Lahan (lp) Batuan di Permukaan (%) Batuan Tersingkap (%) Kelas Kesesuaian Lahan Subkelas Kesesuaian Lahan A3b Kelas Kesesuaian Lahan A3k A3l A4k A4l S1 S1 S1 S1 S1 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S3 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S3 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S3 S1 S2 S1 S3 S1 S2 S3 S2 S2 S1 S3 S2 S2 S2 S2 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S3 S3wa, S3eh, S1 S1 S3 S3wa, S3nr S1 S1 S3 S3wa, S3eh S1 S1 S3 S3wa, S3nr S1 S1 S3 S3wa, S3nr Sumber: Analisis Data 2012 Berdasarkan Tabel 5.3, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Karakteristik lahan di Kecamatan Bareng adalah memiliki temperatur rata-rata 25,9°C, curah hujan 1.785,4 mm, lamanya masa kering 3,8 bulan, kelembaban udara 80,05%, drainase agak baik, tekstur tanah halus (liat) dan agak halus (lempung berliat), bahan kasar <15%, kedalaman efektif tanah 75-110 cm, KTK liat >16, kejenuhan basa 23-39%, pH H2O 6,2-6,7, C-organik <0,8%, lereng 15-30%, bahaya erosi sangat ringan sampai sedang, tidak ada banjir, batuan di permukaan <5%, dan batuan tersingkap <5%. Kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong sesuai marginal (S3) pada semua lahan, perbedaannya terletak pada faktor pembatas masing-masing lahan. a. Satuan lahan I (A3b) dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa lamanya masa kering dan faktor pembatas bahaya erosi (S3eh) berupa lereng dan bahaya erosi. b. Satuan lahan II (A3k) dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa lamanya masa kering dan faktor pembatas retensi hara (S3nr) berupa kejenuhan basa. c. Satuan lahan III (A3l) dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa lamanya masa kering dan faktor pembatas bahaya erosi (S3eh) berupa lereng. 6 d. Satuan lahan IV (A4k) dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa lamanya masa kering dan faktor pembatas retensi hara (S3nr) berupa kejenuhan basa. e. Satuan lahan V (A4l) dengan faktor pembatas ketersediaan air (S3wa) berupa lamanya masa kering dan faktor pembatas retensi hara (S3nr) berupa kejenuhan basa. dan A3l memiliki faktor pembatas bahaya erosi. Kemiringan lereng pada satuan lahan A3b dan A3l termasuk kelas sesuai marginal (S3) artinya butuh penanganan dan modal yang besar untuk menjadikannya sesuai untuk pengembangan tanaman cengkeh. Menurut Djaenudin (2003), tanaman cengkeh untuk bisa tumbuh dengan baik pada kemiringan lereng <8%. Kondisi di lapangan pada semua satuan lahan kemiringan lereng >8% bahkan ada yang berada pada kemiringan lereng 30%. Pada satuan lahan A3b dan A3l dengan besar kemiringan lereng 30% dan 24% memiliki bahaya erosi sedang, sedangkan pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l dengan besar kemiringan lereng berturut-turut 15%, 16%, dan 16% bahaya erosi tergolong sangat ringan sampai ringan. Hal ini disebabkan karena kemiringan lereng satuan lahan A3b dan A3l lebih besar daripada kemiringan lereng satuan lahan A4k, dan A4l. Faktor lain adalah penutup lahan, pada satuan lahan A3b tidak terdapat banyak jenis rerumputan sementara pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l terdapat jenis rerumputan dan variasi tanaman yang dapat mengurangi pukulan air hujan dan memperlambat aliran permukaan sehingga bahaya erosi menjadi berkurang. Pada satuan lahan A3b dan A3l panjang lereng lebih besar dibandingkan satuan lahan A3k, A4k, dan A4l. Panjang lereng satuan lahan A3b dan A3l adalah masing-masing 10 meter sedangkan panjang lereng A3k , A4k, dan A4l masing-masing sebesar 5 meter. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada satuan lahan A3b dan A3l dengan kemiringan 30% dan 24% bahaya erosi sedang, sedangkan pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l bahaya erosi sangat ringan, ringan, dan ringan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suripin (2000) bahwa secara umum bahaya erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi antara lain adalah tekstur, struktur, dan bahan organik, sifat lapisan bawah, dan tingkat Faktor pembatas yang mempengaruhi kelas kesesuaian lahan di atas diuraikan sebagai berikut: Ketersediaan air Muljana (2002) menjelaskan bahwa tanaman cengkeh membutuhkan curah hujan yang merata untuk setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena pohon cengkeh tidak kuat terhadap musim kemarau yang panjang, untuk bisa tumbuh dan berkembang tanaman cengkeh memerlukan curah hujan atau air antara 60-80 mm tiap bulannya pada musim kering. Permasalahan yang dihadapi semua lahan adalah lamanya masa kering yang terlalu panjang yakni 3,8 bulan. Kecamatan Bareng memiliki curah hujan 1.785,4 mm/tahun dengan bulan basah 6,2 bulan. Artinya Ketersediaan air untuk tanaman cengkeh di Kecamatan Bareng tergolong rendah, bahkan pada bulan Juni-Oktober besarnya curah hujan tiap bulan <60 mm. Sebagaimana dijelaskan oleh Indranada (1986) bahwa produktivitas tanaman akan tumbuh normal dan memberikan hasil yang baik apabila ketersediaan air cukup. Penyediaan air untuk tanaman harus sesuai dengan jumlah air yang dibutuhkan tanaman. Apabila kekurangan air, maka tanaman akan mengalami kekeringan sedangkan apabila kadar air terlalu berlebihan mengakibatkan hilangnya unsur hara yang terlarut. Faktor Pembatas Bahaya Erosi (eh) Bahaya erosi merupakan faktor pembatas berat karena merupakan suatu bentuk alami dari topografi. Pada lahan A3b 7 kesuburan tanah. Tanah bertekstur kasar memiliki kapasitas infiltrasi kecil, sehingga curah hujan yang cukup rendah akan menimbulkan limpasan permukaan (Rahim:2000:33). Pada tanah bertekstur liat atau halus yakni pada semua satuan lahan memiliki daya rekat yang kuat sehingga tahan terhadap erosi. Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu dan pasir sangat halus. Sebagaimana diungkapkan oleh Rahim (2000) bahwa jenis tanah pada daerah penelitian yaitu Alluvial Kelabu tidak peka terhadap erosi. organik. Bahan organik memiliki peranan kimia dalam menyediakan N, P, dan S untuk tanaman. Tanaman cengkeh membutuhkan kandungan bahan C-organik >0,8%, namun hasil uji laboratorium menunjukkan kandungan C-organik yang rendah. Hal ini terkait dengan daerah penelitian yang berjenis tanah Alluvial di mana tanah ini mengalami pencucian selama bertahun-tahun yang dapat mengangkut unsur hara pada tanah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tindakan penambahan bahan organik seperti pemakaian mulsa (sisa-sisa tanaman), pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos (Indranada, 1986:82). Faktor Pembatas Retensi Hara (nr) Pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l masing-masing memiliki tingkat kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) pada faktor pembatas retensi hara dengan karakteristik kejenuhan basa. Menurut Djaenudin (2003) kejenuhan basa yang sesuai untuk pengembangan tanaman cengkeh adalah >50%. Kondisi di lapangan, kejenuhan basa pada satuan lahan A3k, A4k, dan A4l masingmasing sebesar 23%, 30%, dan 31%. Nilai tersebut menandakan bahwa kejenuhan basa pada masing-masing lahan tergolong rendah. Kejenuhan basa merupakan salah satu indikator kesuburan kimia tanah. Tanah yang subur adalah tanah dengan kejenuhan basa tinggi sebab belum terjadi pencucian tanah yang serius. Sebaliknya, tanah dengan kejenuhan basa rendah menandakan tanah tersebut asam sehingga menghambat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Indranada, 1986). Selain karakteristik lahan kejenuhan basa, semua satuan lahan di daerah penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) pada C-organik. Bahan organik tanah mengandung semua hara termasuk humus yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo, Mulyani, Anny, Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Jakarta: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No.32. FAO-UNO, Rome. Foth, Henry D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Oleh Endang Dwi Purbayanti, Dwi Retno Lukiwati, Rahayuning Trimulatsih, Editor Sri Andayani B. Hudoyo. Gadjah Mada University Press, Edisi ketujuh,781pp. Hadiwijaya, Toyib. 1983. Cengkeh, Data dan Petunjuk ke Arah Swasembada. Jakarta: Gunung Agung. Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: CV Akademika Pressindo. 8 Indranada, Henry K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: PT Bina Aksara. Muljana, Wahyu. 2002. Bercocok Tanam Cengkeh. Semarang: Aneka Ilmu. Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara. Rayes, M. Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia. Sitorus, Santun. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Penerbit Tarsito. Wiratama, Erland Altis. 2010. Cengkeh (Syzygium aromaticum), (online), (http://management01.wordpress.com/201 0/10/29/mengenal-tanaman-cengkeh/), diakses 05 Maret 2012. 9