isi bahan ajar

advertisement
No Modul
: II (METODE EVALUASI)
Pertemuaan
: Minggu 2, 3
Pokok Bahasan
: Metode Evaluasi (matching, scoring, aplikasi formula)
A. Kata Kunci (Peristilahan yang terdapat dalam setiap pokok bahasan)
a. Metode evaluasi lahan
b. Metode Matching
c. Metode scoring
B. Pertanyaan/perintah diskusi (Pertanyaan/perintah yang mengarahkan
masalah yang didiskusikan)
1. Apakah tujuan evaluasi lahan?
2. Sebutkan macam-macam metode evaluasi lahan!
3. Apakah perbedaan faktor penghambat lahan dan karakteristik lahan!
C. Materi (berisi uraian teori, tabel, gambar yang terkait)
Perbedaan dalam bentuk lahan (land form) seringkali merupakan penyebab
utama terjadinya perbedaan satuan peta lahan dalam suatu area. Inilah sebabnya
mengapa survei tanah merupakan dasar utama dalam menentukan satuan peta
lahan. Pendekatan klasifikasi kemampuan lahan demikian ini disebut pendekatan
atribut tunggal (Zonneveld, 1972) atau pendekatan disiplin tunggal. Jika survei
sumberdaya lahan telah dilaksanakan dan data telah dianalisa, proses klasifikasi
dapat.dilakukan dengan dua cara, yaitu 1) metode pengharkatan atau scoring dan
2) metode pembandingan (matching) , sebagai berikut:
1.
Pada metode pengharkatan atau scoring adalah suatu cara menilai potensi
lahan pada masing-masing karakteristik lahan dengan memberikan nilai pada
setiap karakteristik lahannya. Menilai karakteristik lahan dengan penjumlahan
atau pengalian dapat dihitung nilai kumulatif dari potensi lahan. Nilai yang
diberikan adalah nilai 10-100 atau 1 sampai 10. Kemudian setiap nilai
digabungkan dengan penambahan atau perkalian dan ditetapkan selang nilai
untuk setiap kelas; dengan nilai tertinggi untuk kelas terbaik dan berkurang
dengan semakin kecilnya selang nilai.
29
2.
Dengan metode faktor pembanding (matching) adalah suatu cara menilai
potensi lahan dengan membandingkan antara karakteeristik lahan terhadap
kriteria lahan yang telah ditetapkan. Setiap karakteristik lahan diurutkan dari
yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau
ancamannya sampai terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap
kelas; penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berturutan
semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.
Karakteristik lahan adalah atribut atau keadaan unsur-unsur (sifat-sifat)
lahan yang dapat diukur atau diperkirakan. Misalnya kemiringan lereng, tekstur
tanah, kedalaman jeluk tanah, curah hujan, dll.
Metode pengharkatan dengan cara memberi harkat pada setiap
karakteristik lahan. Nilai harkat karakteristik lahan disesuaikan dengan kondisi
fisik lahannya atau sesuai dengan asumsi peneliti. Metode pengharkatan ada dua
(2) macam, yaitu:
1. Teknik penjumlahan/pengurangan
Yakni dengan menjumlah atau mengurangi nilai harkat karakteristik lahan.
2. Teknik perkalian/pembagian
Yakni dengan mengalikan atau membagi nilai harkat karakteristik lahan.
Metode pembanding dengan cara membandingkan kondisi sesungguhnya di
lapangan dengan karakteristik lahan.
Metode pengharkatan dan pembanding digunakan dalam evaluasi
kemampuan lahan. Sedangkan untuk kesesuaian lahan menggunakan metode
pembanding. Contoh Kriteria pengharkatan kemampuan wilayah disajikan pada
Tabel 2.1.
30
Tabel 2.1. Kriteria pengharkatan kemampuan wilayah
Jumlah harkat
Kelas kemampuan lahan
Arti Kelas Kemampuan
> 20
I
Wilayah baik sekali, hampir tidak ada
penghambat, dapat digunakan untuk
segala macam usaha pertanian
16 – 19
II
12 – 15
III
8 – 11
IV
Wilayah baik, ada sedikit penghambat,
dapat digunakan untuk berbagai usaha
pertanian dengan sedikit intensifikasi
Wlayah agak baik, beberapa
penghambat memerlukan investasi
untuk usaha pertanian
Wilayah sedang beberapa penghambat
perlu diatasi oleh suatu usaha pertanian
4–7
V
0–3
VI
-3 – 0
VII
Wilayah jelek sekali, pertumbuhan
tanaman/penggunaan lahan sangat
terbatas oleh faktor alam, agak baik
untuk tanaman tahunan, hutan produksi
-4
VIII
Wilayah amat jelek, faktor-faktor alam
tidak memungkinkan untuk suatu usaha
pertanian, hanya baik untuk hutan
lindung atau margasatwa
Wilayah agak jelek, beberapa
penghambat memerlukan usaha
intensifikasi lebih banyak, usaha
pertanian mekanis tidak mungkin
Wilayah jelek, berbagai penghambat
alam membatasi penggunaan lahan
untuk pertnian biasa, baik untuk
tanaman tahunan, hutan produksi, dan
peternakan
Tanah
Alluvial (bahan
vulkanik), regosol (abu
vulkanik) di kaki
Gunungapi
Alluvial (bahan tersier)
dan latosol (agak lurus),
andosol (di lembah)
Latosol (vulkan,
bergelombang)
Mediteran pada
gunungapi dan
grumusol, di dataran
agak jelek (kurang air)
Latosol pada breksi
(kurus, banyak tonjolan
batu, berbukit)
Regosol dan Andosol di
kerucut vulkan, Rensina
dan Grumusol di bukit
(berbatu dangkal, peka
erosi Podsolik merah
kuning di dataran
(kurus, masam, jelek,
konkresi). Organosol
eutrof (air tanah, sudah
terbakar, irreversible)
Podsolik merah kuning
di bukit. Laterik di
dataran (lurus, jelek,
peka erosi, konkresi,
dangkal, curam).
Organosol oligotrif
(kurus, airtanah, sudah
terbakar, peka eriosi,
irreversible)
Posol (kurus sekali,
masam, jelek airtanah,
peka erosi, konkresi)
Supraptohardjo, 1962
D. Latihan (Berisi soal untuk mengatahui kompetensi mahasiswa)
1. Sebutkan dan jelaskan metode dalam evaluasi lahan!
2. Mencari dan membuat skor untuk potensi lahan daerah yang dikaji!
E. Daftar pustaka
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press Bogor
31
No Modul
: III (KEMAMPUAN LAHAN)
Pertemuaan
: Minggu 4
Pokok Bahasan
: Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Lahan
A. Kata Kunci (Peristilahan yang terdapat dalam setiap pokok bahasan)
a. Kemampuan lahan
b. Faktor pembatas
c. Karakteristik lahan
d. Kesesuaian lahan
B. Pertanyaan/perintah diskusi (Pertanyaan/perintah yang mengarahkan
masalah yang didiskusikan)
a. Apa yang dimaksud dengan Kemampuan Lahan?
b. Tujuan evaluasi Kemampuan Lahan?
c. Apa yang dimaksud dengan faktor pembatas?
d. Apa yang dimaksud dengan Kesesuaian Lahan?
e. Apakah setiap lahan membutuhkan perbaikan?
C. Materi (berisi uraian teori, tabel, gambar yang terkait)
Beberapa hal yang mendorong perlunya pemikiran yang seksama dalam
mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari
sumberdaya lahan yang terbatas:

Bertambahnya kepadatan penduduk

Meningkatnya kebutuhan hidup

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik
untuk pertanian maupun non pertanian
Maka diperlukan evaluasi lahan atau evaluasi sumberdaya lahan. Macammacam evaluasi sumberdaya lahan, antara lain:
a. Evaluasi kemampuan lahan
b. Evaluasi kesesuaian lahan
32
Evaluasi Sumberdaya Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk
menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Hasil evaluasi
sumberdaya lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas
penggunaannya serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat
dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan dan ancaman yang ada.
Kemampuan Lahan
Survei kemampuan lahan merupakan salah satu survei sumberdaya
lahan yang bertujuan mengetahui kemampuan lahan suatu daerah dan menentukan
penggunaan lahan beserta pengelolaan yang tepat sehingga dapat dicapai
produktivitas optimal atau sedikit menimbulkan kerusakan lahan.
Kemampuan lahan merupakan sifat dakhil kesanggupannya untuk
memberikan hasil untuk penggunaan tertentu secara optimal dan lestari.
Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian lahan atau komponen-komponen
lahan secara sistematik dan pengelompokannya kedalam beberapa kategori
berdasarkan faktor potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari.
Perencanaan penggunaan lahan adalah rancang bangun (design) dan
penataan penggunaan lahan agar tercapai hasil optimal tanpa menimbulkan
kerusakan lahan atau lingkungan.
Penggunaan lahan rasional adalah penggunaan lahan yang sesuai
dengan kemampuan lahannya. Atau penggunaan lahan yang berorientasi ekonomi
dan ekologi. Ekonomi yakni dicapai hasil optimum. Ekoogi yakni tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan.
Dalam konversi dan kompetisi penggunaan lahan pilihan (opsi)
penggunaan lahan untuk pertanian harus didahulukan (diprioritaskan) agar dicapai
swasembada pangan:

Lahan kelas kemampuan I dan II harus tetap untuk pertanian

Lahan kelas kemampuan III dan IV, dengan terpaksa dapat dilihfungsikan
(konversi) menjadi kelas II untuk non pertanian.
33
Asumsi yang digunakan dalam kemampuan lahan, antara lain:
1. Permanent limitation (faktor-faktor lahan permanen)
Yakni faktor-faktor yang tidak dapat diubah. Contohnya: lereng, banjir dan
genangan, erosi yang terjadi.
2. Non_permanent limitation (faktor-faktor lahan tidak permanen)
Yakni faktor-faktor yang dapat diubah. Contohnya: iklim, erodibilitas.
Kelas kemampuan lahan terbagi menjadi 8 kelas (I – VIII). Kelas I – IV
adalah Arable ( kemampuan lahan untuk pertanian), tanaman yang sesuai
untuk kelas kemampuan lahan ini adalah tanaman semusim (crops).
Sedangkan kelas kemampuan lahan V – VIII adalah kelas kemampuan lahan
non_arable, yakni lahan yang sesuai untuk tanaman tahunan (trees). Pada
setiap kelas kemampuan lahan memiliki krakteristik lahan yang menjadi
factor pembatas atau penghambatnya. Contohnya: pada kelas kemampuan
lahan V memiliki faktor pembatas genangan atau banjir.
Tabel 3.1. Klasifikasi Kemampuan Lahan
Kelas
I
II
III
IV
Kriteria
Lahan ini mempunyai sedikit hambatan yang membatasi
penggunaannya. Lahan klas I sesuai untuk berbagai penggunaan
pertanian. Karakteristik lahannya antara lain : topografi hampir
datar-datar, ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam,
drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik, subur
dan responsive terhadap pemupukan, tidak terancam banjir, dan
di bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
secara umum.
Lahan ini mempunyai beberapa hambatan atau ancaman
kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau
memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Pengelolaan perlu
hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk mencegah
kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika tanah
diusahakan untuk pertanian.
Lahan ini mempunyai beberapa hambatan yang berat yang
mengurangi pilihan penggunaan lahan dan memerlukan tindakan
konservasi khusus dan keduanya. Lahan ini mempunyai
pembatas lebih berat dari klas II dan jika dipergunakan untuk
tanaman perlu pengelolaan tanah dan tindakan konservasi lebih
sulit diterapkan dipelihara. Hambatan ini membatasi lama
penggunaan bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan
tanaman atau kombinasi dari pembatas-pembatas tersebut.
Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari klas III,
dan pilihan tanaman juga terbatas. Perlu pengelolaan hati-hati
untuk tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit
diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran
bervegetasi, dam penghambat, disamping tindakan untuk
Penggunaan
Tanaman pertanian semusim,
tanaman rumput, hutan dan
cagar alam
Tanaman semusim, tanaman
rumput,padang
penggembalaan, hutan
produksi, hutan lindung, dan
cagar alam.
Tanaman semusim, tanaman
yang memerlukan pengolahan
tanah, tanaman rumput,
padang rumput, hutan
produksi, hutan lindung dan
cagar alam.
Tanaman semusim dan
tanaman peratnian pada
umumnya, tanaman rumput,
hutan produksi,
penggembalaan, hutan
34
menjaga kesuburan dan kondisi fisik tanah.
Lahan klas ini tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan
lain yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi
pilihan penggunaannya. Tanah ini juga mempunyai hambatan
yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan
menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah
ini biasanya terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi
sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang sesuai.
VI
Lahan ini mempunyai hambatan berat yang menyebabkan tanahtanah ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian, penggunaan
sangat terbatas karena mempuanyai hamabtan atau ancaman
kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. Umumnya terletak pada
lereng curam, sehingga jika dipergunakan untuk penggembalaan
dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari
erosi. Beberapa lahan ini mempunyai perakaran dalam, tetapi
karena lerengnya berat perlu konservasi yang berat untuk tanaman
semusim.
VII
Lahan ini tidak sesuai untuk pertanian. Jika untuk padang rumput
atau hutan produksi harus dilakukan pencegahan erosi yang berat.
Perlu dibuat teras bangku yang ditunjang dengan cara vegetasi
untuk konservasi tanah, disamping pemupukan. Lahan ini
mempunyai hambatan dan ancaman berat dan tidak dapat
dihilangkan.
VIII
Lahan ini tidak sesuai untuk pertanian, tetapi sebaiknya dibiarkan
secara lami. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak
mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga perlu
dilindungi.
Sumber : Arsyad ( 1989 )
V
lindung dan suaka alam.
Tanaman rumput padang
penggembalaan, hutan
produksi, hutan lindung dan
suaka alam.
Tanaman rumput, padang
penggembalaan, hutan
produksi, hutan lindung dan
cagar alam
Padang rumput dan hutan
produksi dengan konservasi
berat
Hutan Lindung, rekreasi
alam dan cagar alam
Klasifikasi kemampuan lahan yang dipergunakan adalah sistem klasifikasi
yang dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele (1943) dan Klingebil
Montgomery (1973). Menurut sistem ini, lahan digolongkan ke dalam tiga
kategori utama yaitu Kelas, Subkelas dan satuan kemampuan atau pengelolaan.
Cara Penamaan Satuan Kemampuan Lahan
II w
Sub-Kelas
Kelas
Keterangan: II  kelas kemampuan lahan [kelas]
Wfaktor pembatas karakteristik lahan yang paling berat [sub-kelas]
Pengelolaan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat.
Tanah dikelompokan ke dalam delapan kelas ditandai dengan huruf romawi dari I
sampai VIII. Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari
kelas I sampai kelas VIII.
35
Tabel 3.2. Kelas kemampuan lahan
Kelas
Lahan
Kemampuan
Intensitas dan Macam Penggunaan Lahan Meningkat
Cagar Alam
Hambatan
/bahaya
meningkat
kesesuaian
dan pilihan
penggunaan
berkurang
Hutan
Penggembalaan
Terbatas
Sedang
Intensif
Terbatas
Pertanaman
Sedang
Intensif
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Sumber : Arsyad ( 1989 )
Metode evalusi kemampuan lahan dapat menggunakan tiga metode, yaitu :
1. Metode pemerian (description)
2. Metode pengharkatan (scoring) dan
3. Metode pembandingan (matching)
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching
meliputi:
1. Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan;
2. Kualitas lahan yang dipertimbangkan untuk setiap penggunaan lahan;
3. Rating kualitas lahan (persyaratan tipe penggunaan lahan).
Macam matching adalah sebagai berikut:
1. Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan
faktor pembatas dan kelas kemampuan lahan.
2. Arithmatic
matching,
adalah
teknik
matching
dengan
mempertimbangkan faktor yang dominan sebagai penentu kelas
kemampuan lahan.
3. Subjective
matching,
mempertimbangkan
adalah
subyektivitas
teknik
matching
dalam
menentukan
dengan
kelas
kemampuan lahan.
Penilaian kelas kemampuan lahan dapat dilakukan dengan cara
mencocokkan terhadap standar kemampuan lahan atau dengan pembandingan
(matching). Metode pembandingan merupakan suatu cara untuk menilai potensi
lahan dengan membandingkan antara karakteristik lahan terhadap kriteria kelas
kemampuan lahan.
36
Sangat
Intensif
Beberapa karakteristik lahan
1.
Klasifikasi Kemiringan Lereng, Kepekaan Erosi Tanah (K) dan
Kerusakan Erosi
Kemiringan Lereng
Klas
Kemiringan (%)
Keterangan
I
0–3
Datar
II
3–8
Landai
III
8 – 15
Agak Miring
IV
15 – 30
Miring
V
30 – 45
Agak Curam
VI
45 – 65
Curam
VII
> 65
Sangat Curam
Sumber : Arsyad (1989)
Kepekaan Erosi Tanah (Nilai K)
Kode
Nilai K
Klasifikasi
KE1
0,00 – 0,10
Sangat Rendah
KE2
0,11 – 0,20
Rendah
KE3
0,21 – 0,32
Sedang
KE4
0,33 – 0,43
Agak Tinggi
KE5
0,44 – 0,55
Tinggi
KE6
0,56 – 0,64
Sangat Tinggi
Erosi Yang Terjadi
Klas
Kisaran
e0
Tidak ada erosi
e1
Erosi ringan, kurang dari 25 % lapisan tanah atas hilang
e2
Erosi sedang, 25 % - 75 % lapisan tanah atas hilang
e3
Erosi agak berat, lebih dari 75 % lapisan atas hilang atau
kurang dari 25 % lapisan bawah hilang
e4
Erosi berat, lebih dari 25 % lapisan bawah hilang
e5
Erosi sangat berat, erosi parit
Sumber : Arsyad (1989)
37
2. Klasifikasi Kedalaman Tanah Efektif
Kode
Klas
Kedalaman ( cm )
k0
Dalam
> 90
k1
Sedang
50 – 90
k2
Dangkal
25 – 50
k3
Sangat Dangkal
< 25
Sumber : Arsyad (1989)
3. Klasifikasi dan Kriteria Tekstur Tanah
Tekstur Tanah
Simbol
Karakteristik
Kandungan pasir ≥ 85% dan persentase debu ± 15 %.
Sub klas pasir kasar (kadar pasir kasar ≥ 25 %, pasir
halus < 50 %); pasir (kadar pasir kasar-menegah ≥
25%, pasir halus-sangat halus < 50%); dan sub kelas
pasir sangat halus (kadar pasir sangat halus ≥ 50%).
Tanah yang mengandung 85-90% pasir dan persentase
debu ± 1,5 kalinya persentase lempung tidak kurang
dari 15 % pada bagian tas; dan pada bagian bawah
mengandung tidak kurang 70-85% pasir, dengan
persentase debu ± 2 kalinya persentase lempung tidak
kurang dari 38 %. Kelompok ini dapat dibagi lagi
menjadi sub klas pasir bergeluh kasar, pasir bergeluh,
pasir bergeluh halus dan pasir bergeluh sangat halus.
Kandungan lempung ≤ 20%, persentase debu ± 2
kalinya persentase lempung > 30% , kadar pasir ≥ 52%,
lempung < 7%, debu < 50% dan pasir 43-53%.
Kelompok ini dapat dibagi lagi menjadi geluh berpasir
kasar, geluh berpasir, geluh berpasir halus dan geluh
berpasir sangat halus.
Pasir (sand)
p
Pasir bergeluh (loamy
sand)
pg
Geluh berpasir (sandy
loam)
gp
Geluh (loam)
g
Kadar lempung 7-27 %, debu 28-50% dan pasir < 52%.
gd
Kadar debu ≥ 50 %, lempung 12-27 % atau debu 5080% dan lempung < 12%.
d
Kadar debu ≥ 80% dan lempung < 12 %
Geluh
loam)
berdebu
(silty
Debu (silt)
Geluh lempung berpasir
(sandy clay loam)
glp
Kadar lempung 20-30%, debu < 28% dan pasir ≥ 45 %
Geluh berlempung (clay
loam)
gl
Kadar lempung 27-40%, dan pasir 20-45%
Geluh lempung berdebu
(silty clay loam)
gld
Kadar lempung 27-40%, dan pasir < 20%
Lempung
(sandy clay)
lp
Kadar lempung ≥35%, dan pasir ≥ 45%
berpasir
38
Lempung (clay)
Pasir (sand)
l
Kadar lempung ≥ 40%, pasir < 45% dan debu < 45%
p
Kandungan pasir ≥ 85% dan persentase debu ± 15 %.
Sub klas pasir kasar (kadar pasir kasar ≥ 25 %, pasir
halus < 50 %); pasir (kadar pasir kasar-menegah ≥
25%, pasir halus-sangat halus < 50%); dan sub kelas
pasir sangat halus (kadar pasir sangat halus ≥ 50%).
Sumber : Arsyad ( 1989 )
4. Klasifikasi Tekstur Tanah Lapisan Atas (0-30 cm) dan Lapisan Bawah (3060 cm)
Kode
t1
Kelas Tekstur
Halus
t2
Agak Halus
t3
Sedang
t4
Agak Kasar
t5
Kasar
Tekstur Tanah
Lempung berpasir, lempung berdebu, lempung
Geluh lempung berpasir, geluh berlempung, geluh
lempung berdebu
Geluh, geluh berdebu, debu
Geluh berpasir, geluh berpasir halus, geluh
berpasir sangat halus
Pasir bergeluh, pasir
Sumber : Arsyad ( 1989 )
5. Klasifikasi Permeabilitas Tanah
Kode
Nilai P
(cm/jam)
Kelas
P1
< 0,5
Lambat
P2
0,5 – 2,0
Agak Lambat
P3
2,0 – 6, 25
Sedang
P4
6,25 – 12,5
Agak Cepat
P5
> 12,5
Cepat
Sumber : Arsyad ( 1989 )
39
6. Klasifikasi dan Kriteria Drainase Tanah
Kelas Drainase
Berlebihan
Kode
d0
Baik
d1
Agak Baik
d2
Agak Buruk
d3
Buruk
d4
Sangat Buruk
d5
Kriteria
Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air
yang ditahan oleh tanah, sehingga tanaman akan segera
mengalami kekurangan air.
Tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil
tanah dari atas sampai bawah (150 cm) berwarna cerah
yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning,
coklat atau kelabu.
Tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah
perakaran. Tidak terdapat bercak berwarna kuning,
coklat atau kelabu pada lapisan atas (top soil)atau pada
bagian tasa lapisan bawah (sub soil) atau sampai sekitar
60 cm dari permukaan tanah.
Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik
dan tidak terdapat bercak berwarna kuning, catau
kelabu. Adanya bercak pada kedalaman sekitar 40 cm
dari permukaan tanah.
Pada bagian bawah lapisan atas atau dekat permukaan
terdapat tanah berwarnha atau bercak kelabu, coklat
atau kekuningan.
Pada seluruh lapisan tanah/horizon tanah terdapat
warna kelabu di lapisan atas dan bawah, serta di lapisan
bawah dijumpaibercak berwarna kebiruan, atau terdapat
air yang menggenang di permukaan dalam waktu yang
relative lama sehingga dapat menghambat pertumbuhan
tanaman.
Sumber : Arsyad ( 1989 )
7. Persentase Batu dan Kerikil
Kerikil : Bahan kasar yang berdiameter > 12 mm s.d. 7,5 cm (bulat) atau sumbu panjang
mencapai 15 cm (gepeng), dalam lapisan tanah atas dengan kedalaman mencapai 20 cm dari
permukaan tanah
Kode
Kelas
Kisaran
(% terhadap volume tanah)
b0
Tanpa – Sedikit
0 – 15
b1
Sedang
15 - 50
b2
Banyak
50 - 90
b3
Sangat Banyak
> 90
Batu Kecil : Bahan Kasar yang berdiamater 7,5 cm s.d. 25 cm (bulat) atau sumbu panjang
15 – 40
cm (gepeng), dalam lapisan tanah dengan kedalaman mencapai 20 cm dari
permukaan tanah.
40
Kode
Kelas
Kisaran
(% terhadap volume tanah)
b0
Tanpa – Sedikit
b1
Sedang
0 – 15 Volume tanah
15 – 50, pengolahan tanah mulai agak sulit dan
pertumbuhan tanaman agak terganggu
b2
Banyak
50 – 90, pengolahan tanah sangat sulit dan pertumbuhan
tanaman terganggu
b3
Sangat Banyak
90, pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan
Batuan Lepas : Batuan yang tersebar di atas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar
dari 25 cm (bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (gepeng)
b0
Tanpa
< 0,01 luas areal
b1
Sedikit
0,01-3,0 , permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah
dapat terganggu tetapi tidak menganggu tanaman
b2
Sedang
3,0 – 15, Permukaan tertutup, pengolahan tanah agak sulit
dan luas areal produksi berkurang
b3
Banyak
15 – 90, Permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman menjadi sangat sulit.
b4
Sangat Banyak
> 90, permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak
dapat digunakan untuk produksi pertanian
b0
Tanpa
< 2,0 permukaan tanah tertutup
b1
Sedikit
2,0 - 10, permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman agak terganggu
b2
Sedang
10 - 15, Permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman agak terganggu
b3
Banyak
50 - 90, Permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman menjadi sangat terganggu
b4
Sangat Banyak
> 90, permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak
dapat digunakan untuk produksi pertanian
Sumber : Arsyad ( 1989 )
41
8. Klasifikasi Ancaman Banjir dan Genangan
Kode
Kelas
Kriteria
o0
Tidak Pernah
Selama setahun tidak pernah terjadi banjir untuk
waktu > 24 jam
o1
Kadang-kadang
Banjir > 24 jam terjadi tidak teratur dalam waktu
kurang dari satu tahun
o2
Agak Sering
Selama waktu satu bulan dalam setahun secara
teratur terjadi banjir untuk jangka waktu > 24
jam
o3
Sering
Selama 2 – 5 bulan dalam setahun secara teratur
terjadi banjir selama > 24 jam
o4
Selalu
Selama 6 bulan atau lebih selalu dilanda banjir
secara teratur selama 24 jam
Sumber : Arsyad ( 1989 )
Kesesuaian Lahan
"Karakterisik lahan" merupakan atribut lahan yang dapat diukur atau
diestimasi.
Misalnya kemiringan, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air
tersedia, biomasa vegetasi, dll. Sedangkan "Kualitas lahan" adalah kompleks
atribut lahan yang mempunyai peranan spesifik dalam menentukan tingkat
kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Contohnya ketersediaan air,
resistensi erosi, bahaya banjir, dan aksesibilitas. "Kriteria diagnostik" adalah
suatu peubah yang mem-punyai pengaruh tertentu terhadap hasil (atau input yang
diperlukan) pada penggunaan tertentu, dan peubah ini juga berfungsi sebagai
dasar untuk menilai kesesuaian suatu bidang lahan bagi penggunaan tersebut.
Peubah ini
bisa berupa kualitas lahan, karakteristik lahan, atau fungsi dari
beberapa karakteristik lahan.
Beberapa macam kualitas lahan yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan produktivitas tanaman adalah: (i) hasil tanaman, (ii) ketersediaan air, (iii)
ketersediaan hara, (iv) ketersediaan oksigen dalam zone perakaran, (v) kondisi
bagi per-kecambahan, (vi) kemudahan pengolahan, (vii) salinitas atau alkalinityas,
42
(viii) toksisitas tanah, (ix) ketahanan terhadap erosi, (x) bahaya banjir, (xi) rejim
suhu, dan (xii) Fotoperiodik.
Khusus dalam hubungannya dengan aktivitas pembangunan dalam
sektor pertanian dikenal istilah "penggunaan lahan pertanian" dan "evaluasi lahan
pertanian" yang melibatkan berbagai macam kegiatan.
Dalam hubungan ini,
kesesuaian lahan juga bermakna sebagai kecocokan suatu bidang lahan bagi
penggunaan tertentu. Perbedaan tingkat kesesuaian ini ditentukan oleh hubunganhubungan (aktual atau yang diantisipasi) antara benefit dan input yang
berhubungan dengan penggunaan lahan tersebut.
Dengan demikian ada dua
macam klasifikasi kese-suaian lahan, yaitu kesesuaian aktual dan kesesuaian
potensial.
Klasifikasi kesesuaian lahan (land suitability clasification) adalah
penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan pengelompokan lahan
dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu
penggunaan tertentu. Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan itu
sendiri untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum, sedangkan
kesesuaian
dipandang
sebagai
kenyataan
adaptibilitas
(kemungkinan
penyesuaian) sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan tertentu.
Sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang esensial antara kemampuan lahan
dan kesesuaian lahan. Kemampuan lahan adalah istilah yang sudah lebih
dahulu dan lebih lama dipergunakan oleh US Soil Conservation Service
(Hockensmith and Steel, 1943; K!ingebiled and Montgomery, 1973, di dalam
sistem klasifikasi dan telah banyak dipergunakan juga di berbagai negara baik
dalam bentuk yang telah dirubah. Satu-satanya perbedaanyang bersifat teorits,
terletak pada kenyataan bahwa kemampuan lahan berpijak pada anggapan untuk
memelihara integritas tanah, sedangkan kesesuaian lahan, meskipun juga
berpedoman kepada kelestarian penggunaan lahan, mengendalikan kerusakan
tanah (erosi dan sebagainya) kepada praktek/tindakan pengelolaan masingmasing tipe penggunaan lahan.
43
Kerangka Klasifikasi menurut Metoda FAO (1976)
"Kesesuaian lahan" adalah keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan
untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat
berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini
dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data
yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari
empat kategori, yaitu:
1. Order: keadaan kesesuaian secara global
2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order
3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas
atau macam perbaikan yang harus dijalankan.
4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang
berpengaruh dalam pengelolaannya.
1. Kesesuaian lahan pada tingkatan kelas
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari order dan
menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari suatu order. Simbol Kelas ini
berupa nomor urut yang ditulis di belakang simbol order, dimana nomor urut ini
menunjukkan tingkatan kelas yang menurun dalam satu order. Banyaknya kelas
dalam setiap order sebenarnya tidak terbatas, tetapi dianjurkan hanya memakai
tiga kelas dalam order S dan dua kelas dalam order N. Jumlah kelas tersebut
harus berdasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan- tujuan
penafsiran.
Jika tiga kelas yang dipakai dalam order S dan dua kelas dalam order N,
maka uraiannya adalah sbb:
(1). Kelas S1: Sangat sesuai (Highly suitable).
Lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan
yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara
nyata berpengaruh terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan
di atas yang telah biasa diberikan.
44
(2). Kelas S2: Cukup Sesuai (Moderately suitable).
Lahan
mempunyai
pembatas-pembatas
yang
agak
serius
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
untuk
Pembatas
tersebut akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan
masukan yang diperlukan.
(3). Kelas S3 : Hampir Sesuai (Marginally suitable).
Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
Pembatas akan mengurangi
produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
(4). Kelas N1: Tidak sesuai pada saat ini (Currently not suitable).
Lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih memungkinkan
untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki pada tingkat pengelolaan dengan
modal normal. Keadaan pembatas sedemikian seriusnya sehingga mencegah
penggunaan secara berkelangsungan dari lahan.
(5). Kelas N2: Tidak sesuai untuk selamanya (Permanently not suitable).
Lahan mempunyai pembatas permanen untuk mencegah segala kemungkinan
penggunaan berke-langsungan pada lahan tersebut.
2. Kesesuaian lahan pada tingkatan sub-kelas
Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam
perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas. Setiap kelas dapat dipecahkan
menjadi satu atau lebih sub-kelas tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis
pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditaruh setelah simbol
kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) akan
menurunkan sub-kelas S2s. Biasanya hanya ada satu simbol pembatas di dalam
setiap subkelas. Akan tetapi bisa juga dalam subkelas mempunyai dua atau tiga
simbol pembatas dengan catatan
jenis pembatas yang paling dominan
45
ditempatkan pertama. Misalnya dalam subkelas S2t,s, maka pembatas topografi
(t) adalah pembatas dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas
ke dua atau tambahan.
3. Kesesuaian lahan pada tingkatan unit
Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari
subkelas. Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkatan
yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat-an
subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang lain dalam sifat-sifat atau
aspek-aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan
pembedaan detail dari pembatas-pembatasnya. Diketahuinya pembatas secara
detail memudahkan penafsiran dalam mengelola rencana suatu usahatani.
Kesesuaian lahan pada tingkat unit, pemberian simbolnya dibedakan oleh
angka-angka arab yang dipisahkan oleh tanda penghubung dari simbol subkelas,
misalnya S2 e-1, S2 e-2. Unit dalam satu subkelas jumlahnya tidak terbatas.
Contoh penamaan dari mulai order hingga unit adalah sbb:
Order S (sesuai)
Subkelas S2t
S2t-2
Kelas S2 (cukup sesuai
Unit 2 dari subkelas S2t
Gambar 3.1. Contoh Penamaan Mulai Order Hingga Unit
46
Contoh beberapa evaluasi kesesuaian lahan
A. Evaluasi Lahan Untuk Penggunaan Non Pertanian
1. Kesesuaian Lahan untuk Padi sawah
Untuk penilaian kesesuaian lahan tanaman padi sawah ini digunakan
modifikasi dari sistem Steele dan Robinson (1972).
Pada sistem ini aslinya
dikenal lima kelas :
P-I:
Lahan sangat sesuai untuk tanaman padi sawah
P-II:
Lahan cukup sesuai untuk tanaman padi sawah
P-III: Lahan hampir sesuai untuk tanaman padi sawah
P-IV: Lahan kurang sesuai untuk tanaman padi sawah
P-V:
Lahan tidak sesuai untuk tanaman padi sawah.
Untuk menyesuaikan dengan kerangka pada metode FAO (1975),
korelasinya adalah sbb:
Kelas P-I menjadi kelas S1.
Kelas P-II menjadi Kelas S2
Kelas P-III menjadi Kelas S3
Kelas P-IV menjadi Kelas N1
Kelas P-V menjadi Kelas N2.
Sebagai pedoman dalam penilaian ditambahkan kriteria kuantitatif dari
besaran faktor pembatas kesuburan.
1.1. Kesesuaian pada tingkat kelas
Pedoman pengelompokkan menjadi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman
padi sawah mengikuti kriteria berikut ini.
(1). Kelas S1 : Lahan sangat sesuai untuk tanaman padi sawah.
Pada umumnya lahan ini sedikit sekali pembatasnya dengan sifat-sifat
mempunyai kedalaman efektif 75 cm, teksturnya lebih halus dari berlempung
halus (fine loamy), permeabilitas lambat, hampir datar dan drainase agak
47
terhambat hingga terhambat. Mempunyai tingkat kesuburan tanah sangat
tinggi atau sedang dan tidak mempunyai atau mengandung kadar garam atau
bahan-bahan beracun dalam jumlah yang membahayakan .
Air mudah
ditahan pada tanah-tanah ini dengan alat pengontrol air yang biasa dipakai.
Air irigasi cukup, paling tidak untuk satu kali tanam selama setahun tanpa
adanya resiko kerusakan oleh kekeringan atau banjir.
(2). Kelas S2: Lahan cukup sesuai untuk tanaman padi sawah
Pembatas adalah kecil dan termasuk satu atau lebih dari pembatas-pembatas
berikut ini:
1.
Kedalaman efektif 50-75 cm
2.
Sebaran besar butir berliat, berlempung halus atau berdebu halus
3.
Permeabilitas 0.5 - 2.0 cm/jam
4.
Tingkat kesuburan tanah rendah
5.
Salinitas 1500-2500 mmhos/cm
6.
Reaksi tanah yang sedikit membatasi produksi (pH pada lapisan 0-30 cm
adalah 4.5-5.0 atau 7.5-8.0)
7.
Kemiringan 1-3%
8.
Sedikit berkerikil yang menghambat pertumbuhan tanaman
9.
Kadang-kadang ada sedikit kekurangan air
10.Kadang-kadang
ada
kerusakan
sedang
yang
disebabkan
oleh
banjir/genangan
Air pada lahan ini dapat ditahan di tempat tanpa kesulitan. Air irigasi cukup
tersdia untuk satu kali tanam dalam setahun.
Dapat mengalami sedikit
/sebentar menderita kekurangan air tanah tetapi produksi tidak begitu banyak
berpengaruh
oleh adanya kekeringan.
Kadar hara dapat menjadi faktor
pembatas akan tetapi biasanya masih dapat diatasi dengan pemupukan.
(3). Kelas S3: Lahan hampir sesuai untuk tanaman padi sawah.
Lahan ini mempunyai satu atau lebih dari pembataspembatas berikut:
48
1.
Kedalaman efektif 25-50 cm
2.
Permeabilitas 2.0 - 6.5 cm/jam
3.
Tingkat kemasaman yang ekstrim (pH lapisan 0.30 cm adalah 4.0-4.5)
4.
Sebaran besar butir (tekstur) berdebu kasar dan berlempung kasar
5.
Lereng 3-5%
6.
50-80% wilayah rata tanpa mikro relief
7.
Sedikit berkerikil dan berbatu
8.
Resiko sedang dalam periode < 4 tahun,
dalam 10 tahun yang
disebabkan oleh sedikit kekurangan air
9.
Drainase sangat terhambat atau sedang
10. Sedang (tapi sering) kerusakan oleh banjir/genangan sewaktu-waktu
kerusakan dapat menjadi hebat.
Perlengkapan dan fasilitas pengendali air mungkin diperlukan untuk menahan
air. Air irigasi cukup tersedia untuk satu kali tanam pada kebanyakan tahun,
tetapi periode kering dapat menyebabkan kerusakan sedang pada tanah yang
mempunyai kapasitas memegang air rendah. Dalam beberapa hal pemupukan
diperlukan untuk mempertinggi hasil tanaman.
(4). Kelas N1: Lahan tidak sesuai pada saat ini.
Lahan mempunyai pembatas satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini:
1.
Kedalaman efektif 10-25 cm
2.
Sebaran besar butir (tekstur) berskeletal
3.
Permeabilitas 6.5-25 cm/jam
4.
Kesuburan tanah sangat rendah
5.
Reaksi tanah pada kedalaman 0-30 cm adalah 3.5-4.0 atau 8.0-8.5
6.
Salinitas 2500-4000 mmhos/cm
7.
Kemiringan 5-8%
8.
Relief mikro: 40-50% pada wilayah datar
9.
Adanya resiko yang serius disebabkan oleh adanya kekurangan air
10. Drainase cepat
49
11. Banjir/genangan sering terjadi dan mem-bahayakan
(5). Kelas N2: Lahan tidak sesuai untuk tanaman padi sawah
Lahan mempunyai banyak pembatas
yang sukar diatasi, sehingga
membuatnya tidak sesuai untuk tanaman padi sawah. Pembatasnya termasuk
lereng terjal, dan keadaan topografi yang tidak memungkinkan untuk
mengumpulkan atau menahan air, kedalaman efektif dangkal sekali dan
sangat berbatu, teksturnya berpasir dan berskeletal, permeabilitas sangat
cepat, salinitas tinggi dan bahay banjir/genangan yang sangat membahayakan.
Kebanyakan lahan-lahan dari kelas ini pada daerah tinggi atau bergunung.
Lahan ini mungkin sesuai untuk padangrumput atau hutan.
1.2. Kesesuaian pada tingkat subkelas
Kelas kesesuaian untuk tanaman padi sawah juga dapat dirinci lagi
menjadi satu atau lebih subkelas tergantung dari jenis pembatasnya. Faktor yang
biasa menjadi pembatas dalam subkelas pada lahan untuk tanaman padi sawah
ialah:
s :
Pembatas pada zone perakaran (kedalaman efektif, tekstur, permeabilitas
dan adanya batu)
n : kesuburan tanah
m : Kekurangan air untuk tumbuhnya tanaman.
Ini dapat disebabkan oleh
sumber airnya, yaitu hujan, sungai dan air lainnya yang tidak cukup pada
periode pertumbuhan tanaman
f:
Banjir/genangan (frekuensi dan lamanya), kedalaman air genangan dan
kecepat-an air harus dipertimbangkan dalam penentuan pembatas ini.
t:
Pembatas topografi berupa lereng yang persentase kemiringannya tinggi (>
5%) dan ke-tinggian tempat lebih dari 750 m dpl, serta adanya mikro relief
yang nyata yang membatasi pertumbuhan tanaman. Keadaan topografi
seperti ini tidak memungkinkan untuk mengum-pulkan air tanpa masukan
(input) yang tinggi dan sulitnya penggunaan alat-alat mekanis.
50
x:
Salinitas atau alkalinitas, pembatas ini berupa kandungan garam yang tinggi
se-hingga mem-batasi pertumbuhan tanaman.
a:
Reaksi tanah. Lahan mempunyai ke-masaman yang tinggi atau yang rendah
yang sukar diatasi.
2.
Kesesuaian untuk Pertanian Lahan Kering
Pada dasarnya digunakan metode yang dikemukakan oleh Robinson dan
Soepraptohardjo (1975) dalam " A Proposed Land Capability Appraisal System
for Agricultural Use in Indonesia".
2.1. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas
Pedoman untuk mengelompokkan ke dalam kelas kesesuaian lahan
tanaman pangan dan tanaman tahunan dapat mengikuti tabel kriterianya masingmasing.
2.2. Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas
Beberapa jenis pembatas baik untuk tanaman pangan maupun tanaman
tahunan pada lahan kering yang merupakan kriteria subkelasnya adalah:
s :
Pembatas pada zone perakaran, berupa kedalaman efektifnya kurang,
teksturnya agak kasar hingga sangat kasar, kapasitas memegang air rendah
dan berbatu.
n : kesuburan tanah sangat rendah dan susah diatasi.
a :
reaksi tanah yang sangat masam dan susah untuk diatasi
x:
salinitas dan alkalinitas, yaitu kandungan garam yang tinggi dan akan dapat
mempengaruhi tanaman.
d : kelas drainase alamiah, yaitu berupa kelebihan air yang disebabkan oleh
muka air tanah (water table) yang tinggi, permeabilitas lambat, atau aliran
permukaan yang lambat atau kombinasi ketiganya.
f :
banjir, harus diperhatikan frekuensi, lama, dalam, kecepatan air dan juga
kemungkinan masuknya air asin.
e :
erosi, ketahanan terhadap erosi, tingkat kerusakan erosi terdahulu dan
besarnya persentase lereng adalah faktor yang perlu diperhatikan
51
t :
relief, harus diperhatikan persentase lereng dan atau relief mikro.
r :
tipe hujan; jumlah curah hujan setiap tahun dan distribusinya karena
mempengaruhi upaya-upaya pemeliharaan tanaman.
Tabel 3.3.Kriteria Evaluasi kesuburan Tanah
KTK
(me/100 g liat)
Sngt tinggi
Tinggi
> 40
25 - 40
KB
(%)
Sngt tinggi
> 70
Tinggi
51 - 70
Sedang
17 - 24
Sedang
36 - 50
Rendah
5 - 16
Rendah
20 - 35
Sangat rendah
<5
Sangat rendah
< 20
Bahan organik
%C
P-tersedia;
ppm P2O5
>5
Sngt tinggi
> 35
Tinggi
3.01 - 5
Tinggi
26-35
Sedang
2.01 - 3.0
Sedang
16-25
Rendah
1.00 - 2.00
Rendah
10-15
< 1.00
Sangat rendah
< 10
Sngt tinggi
Sangat rendah
Untuk tanah-tanah yang megandung "cat clay" di antara kedalaman satu
meter, pH pada kedalaman 30 cm dipakai untuk menilai status kesuburan.
Table 3.4. pH Tanah
Kelas pH
pH (H2O) pada kedalaman 0-30 cm
Agak rendah
4.3 - 4.5
Agak rendah - rendah
4.0 - 4.2
Rendah
< 4.0
52
Tabel 3.5. Kunci untuk perkiraan kesuburan tanah
KTK
KB
BO
P
Status kesuburan
ST-T
ST
ST-S
ST-S
Sangat tinggi
ST-T
ST
S-R
S -R
Tinggi
ST-T
S
S
ST-S
Tinggi
ST-T
ST
R
S-SR
Sedang
ST-T
S
S-R
S-SR
Sedang
ST-T
SR
S
S
Rendah
S
ST
ST-S
ST
Sangat tinggi
S
ST
S
S
Tinggi
S
ST
R
S-SR
Sedang
S
S
S
S-SR
Sedang
S
S
R
ST-S
Sedang
S
S
R
S-SR
Rendah
S
SR
S
ST-S
Rendah
S
SR
R
S-SR
Sangat rendah
R
ST
S
ST-S
Tinggi
R
ST
R
S-SR
Sedang
R
S
S
ST-S
Sedang
R
S
R
S-SR
Rendah
R
ST
SR
S-SR
Rendah
R
S
SR
S-SR
Sangat rendah
R
SR
R
S-SR
Sangat rendah
SR
ST
S
R
Rendah
SR
S-SR
SR
SR
Sangat rendah
53
Tabel 3.6. Pedoman kriteria pengelompokkan kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman pangan lahan kering
Faktor yang dipakai
Si
dalam
m-
mengevaluasi
bol
Kelas kesesuaian lahan
kelas kesesuaian
S1
1. Kedalaman efektif
> 75 cm
2. Tekstur zone
s
(a)
S2
> 50
S3
N1
N2
> 25
> 10
lainnya
(d)
(e)
(b)
perakaran*)
(
c)
3. Pori air tersedia
Tinggi
Tinggi-
Tinggi-
Tinggi-
Tinggi -
sedang
rendah
rendah
sngt
rendah
4. Kesuburan
n
ST- Sd
ST - Rd
ST- SR
ST-SR
ST-SR
a
5.0-7.0
4.5-8.0
4.0-8.0
<4.0
<3.0 -
tanah**)
5. Reaksi tanah (pH)
>8.0
6. Salinitas tanah
x
<1.5
<2.5
<4.0
>4.0
Lainnya
d
Sedang/
Sedang/
Agk
Cepat
Sangat
DHL x 103
(mmhos/cm)
7. Kelas drainase
cpatbaik
baik
cepat
agak
Sngt
Sngt
terhabat
terhamb
terhabat
at
54
8.
f
Jarang: <
Kerusakan
Kerusakan
Sering
Jarang
Kerusak-an
1 x dalam
sedang
sedang
terjadi
sampai
banjir
10 tahun
kadang-
mungkin -
kerusakan
sering
kadang
sering: < 4
serius;
kerusakan
<3 x dlm
x dalam
memerluk
yang
10 th
10 th
an penga-
serius
turan air
9. Erosi
e
Tdk ada
Sedang
Berat
/sedikit
10.
t
Sangat
Sangat
berat
berat
<3%
Relief
Relief
<15% ba-
Diperluka
Lereng/reli
/relief
mikro <
mikro
nyak
n pera
ef mikro
mikro
8% sedikit
<8%
taan/teras
sedang
>15%
lereng
kompleks
11. Tipe
Hujan;
r
A1; A2
A;B1;B2;
A;B;C;
A;B;C;D;
A;B;C;D;
B3
D1;D2
E1; E2
E.
Oldeman et
al.
Keterangan: *) tekstur tanah pada zone perakaran:
(a) Berliat, berlempung halus, berdebu halus
(b) Berliat, berlempung halus, berdebu halus
(c) Berliat, berlempung halus dan kasar, berdebu halus dan kasar
(d) Berliat, berlempung halus dan kasar, berdebu halus dan kasar, berskeletal
(e) ............................. " ............................, berpasir dan berskeletal
**) penilaian kesuburan tanah seperti penjelasan di atas.
55
Tabel 3.7. Pedoman kriteria pengelompokkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman
tahunan lahan kering
Faktor yang
Sim
dipakai dalam
bol
Kelas kesesuaian lahan
mengevaluasi
kelas
S1
S2
S3
N1
N2
>100 cm
> 75
> 50
> 25
lainnya
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
3. Pori air
Tinggi
Tinggi-
Tg-rendah
Tg-rendah
Tg-sngt
tersedia
(T)
sedang
n
ST - Sdg
ST - Rd
ST - SR
ST - SR
ST - SR
a
pH 5.0-
4.5-8.0
4.0-8.0
pH<4.0
pH<4.0-
kesesuaian
1. Kedalaman
efektif
2. Tekstur
s
zone
perakaran*)
4. Kesuburan
rendah
tanah**)
5. Reaksi
tanah
6. Salinitas
7.0
>8.0
x
<1.5
<2.5
<4.0
>4.0
Lainnya
d
sedang/
sedang/
agak cepat-
cepat -
Sangat
baik
baik
agak
sngt
cepatsngt
terhambat
terhambat
terhambat
tanah DHL x
103
(mmhos/cm)
7. Kelas
drainase
8. Kerusakan
banjir
f
<3x
< 4 x dlm Sering tapi
Sering
Serius
dalam 10
10 th
sekali
sekali-sngt
serius
serius
tahun
tak serius
56
9. Erosi
e
Tidak
Sedang-
Berat -
Berat-
Sangat
ada/sedikit
agak
sngt berat
sangat
berat
berat
10.
berat
t
<8%
< 8%
<15%
< 30%
> 30%
r
A,B
A,B,C1,C
A,B,C,D1 A,B,C,D,
A,B,C,D,
2,C3
,D2,D3
E1,E2
E
Lereng/relief
mikro
11. Tipe
Hujan,
Oldeman et
al.
Untuk tanah
Histosol:
12. Jenis
k
Saprik
Saprik
Saprik
Hemik
Fibrik
g
<50 cm
< 50
< 50
< 100
Lainnya
n
ST- Sdg
ST - Rd
ST-SR
ST - SR
--
>150 cm
>100
>100
>50
Lainnya
<1.5
<2.5
<4.0
<4.0
Lainnya
gambut
13. Ketebalan
gambut
14. Kesuburan
tanah
15. Toksisitas
c
(kedalaman
cat clay)
16. Salinitas
x
DHL x 103
(mmhos/cm)
57
B. Evaluasi Lahan Untuk Penggunaan Non Pertanian
1. Evaluasi Lahan untuk Daerah Wisata/Rekreasi
1.1. Lapangan tempat bermain (play ground)
Tempat bermain dalam hal ini adalah tanah lapang yang dapat digunakan
untuk bermain sepakbola, bola voli, badminton, baseball, dan olah raga permainan
lainnya. Dengan demikian permukaan lahan akan terus diinjak-injak oleh para
pemain dan penonton. Oleh karena itu dierlukan daerah yang datar, drainasenya
baik, mempunyai tekstur dan konsistensi yang mampu mendukung permukaan
tanah menjadi teguh, juga tidak berbatu.
Tabel 3.8. Kriteria evaluasi kesesuaian lahan untuk tempat bermain
Sifat Tanah
Kelas kesesuaian dan faktor penghambat
Baik
Sedang
Buruk
Drainase
Cepat, agak
Agak baik dan
Agak jelek,
tanah
cepat, baik
agak jelek,
jelek, sngat jelekdan agak baik
Bahaya banjir
Air tanah lebih dari
Air tanah lebih dari
Air tanah kurang
75cm
50cm
50cm
Tidak pernah
Sekali dalam
Lebih satu
dua tahun
kali dlm 2 tahun.
Prmeabilitas
Sgat cepat, sdg
Agk lambat, lmbt
Sangat lambat-
Kemiringan
0-2%
2-6%
> 6%
Tekstur tanah
lp,lph,lpsh
lli,llip,
lip, lid,
permukaan*)
l, ld
llid, pl
li,p,pl,tnh org.
> 100 cm
50-100
< 50 cm
kal (0.2-25cm)
0%
< 20%
> 20%
Batu ( > 25 cm)
0
0.01-3%
> 3%
Batuan
0
0.01-0.1%
> 0.1%
Dalamnya
batuan
Kerikil dan kra-
58
Keterangan: *) lp = lempung berpasir; lph = lempung berpasir halus; lpsh =
lempung berpasir sangat halus; l = lempung; ld = lempung berdebu; lli = lempung
liat; llip = lempung liat berpasir; llid = lempung liat berdebu; pl = pasir
berlempung; lip = liat berpasir; lid = liat berdebu; li = liat; p = pasir; pl = pasir
berlempung.
2. Lahan tempat berkemah (camping ground)
Tempat berkemah adalah tempat untuk menginap dengan menggunakan
tenda, beserta kendaraan kemah dan segenap aktivitas di luar perkemahan
"(outdoor living)". Dalam kondisi seperti ini tanah harus dapat dilewati berulangkali oleh manusia atau secara terbatas oleh kendaraan.
Tabel 3.9. Kriteria evaluasi untuk tempat berkemah
Sifat tanah
Drainase*)
Banjir
Permeabilitas
Kemiringan
Tekstur tanah
permukaan
Kerikil dan
Kesesuaian lahan
Baik
Sedang
Buruk
c, ac,b,ab
ab, aj.
aj, j, sj.
Air tanah le-
Air tanah le-
Air tanah ku
bih dari 75cm
bih dari 50cm
rang 50cm
Tanpa
Tanpa dalam
Banjir dalam
musim kemah
musim kemah
Sangat cepat,
Agak lambat,
Sangat lam-
sedang
lambat
Bat
0-8%
8-15%
> 15%
lp,lph,lpsh
lli,llip,
lip,lid,
l, ld
llid, pl, p
pasir lepas
(bukan pasir
(mudah ter-
lepas)
bang,organik
0-20%
20-50%
> 50%
0-0.1%
0.1 - 3%
> 3%
kerakal
Batu
59
Batuan
0.01
0.01-0.1
> 0.1%
*) c = cepat; ac = agak cepat; b = baik; ab = agak baik; aj = agak jelek; j = jelek; sj
= sangat jelek.
3. Daerah untuk piknik
Daerah untuk piknik adalah daerah semacam taman yang secara intensif
digunakan untuk berpiknik. Kendaraan yang melewati jalan- jalan dalam taman
tersebut dibatasi inten-sitasnya.
Kriteria untuk evaluasi kesesuaian lahannya
disajikan dalam Tabel 7.
4. Jalan setapak (paths dan trails)
Jalan setapak yang dimaksud adalah jalan setapak yang sering digunakan
untuk lintas alam (cross country). Daerah ini akan digunakan sebagai jalan
setapak seperti dalam keadaan aslinya dan tidak ada pemindahan material tanah,
baik dengan penggalian maupun penimbunan. Kriteria evaluasi kesesuaian lahan
untuk beberapa peruntukan disajikan dalam Tabel 3.10 dan Tabel 3.11.
Tabel 3.10. Kriteria evaluasi lahan untuk daerah piknik
Sifat tanah
Drainase
Kesesuaian lahan:
Baik
Sedang
Buruk
c, ac, b, ab.
ab, aj. Muka
j, sj. Muka
Muka air tanah
air tanah ku
air tanah ku-
> 50 cm
rang 50 cm
rang 50 cm hingga
permukaan
Banjir
Kemiringan
Tekstur tanah
permukaan
Tanpa
Banjir 1-2 ka-
Banjir lebih
li selama musim
2 kali sela-
piknik
ma piknik
0-8%
8-15%
> 15%
lp,lph,lpsh,
lli,llip, llid,pl,
lip,lid,li,
l, ld
p, (tidak lepas)
p(lepas), organik
60
Kerikil/kerakal
0-20%
20-50%
Batu
0-3%
3 -15
> 15%
0-0.1%
0.1-3%
> 3%
Batuan
> 50%
Sumber: USDA, 1971
Tabel 3.11. Kesesuaian lahan untuk jalan setapak
Sifat tanah
Drainase
Kesesuaian Lahan:
Baik
Sedang
Buruk
c,sc,b,ab.
aj. Muka air
j,sj. Muka
Muka air tanah
tanah < 50
air tanah<50cm,
lebih dari 50cm
sering dekat dngn
permukaan
Banjir
Sekali setahun
2-3 kali
atau
Lebih 3 kalisetahun
kurang setahun
Kemiringan
Tekstur tanah
permukaan
Kerikil/kerakal
0-15%
15-25%
>25%
lp,lph,lpsh,
llid,llip,
lip,lid,li,
l, ld
lli ,pl
p, organik
0-20%
20-50%
> 50%
0-0.1%
0.1-3%
Batu dan
Batuan
> 3%
Sumber: USDA, 1971
5. Kesesuaian Lahan untuk Gedung Tempat Tinggal
Bangunan gedung tempat tinggal yang dimaksud di sini adalah bangunan
gedung yang bebannya tidak lebih dari tiga lantai.
Penentuan kesesuaian
lahannya didasarkan pada kemampuan tanah sebagai penopang pondasi bangunan
(Tabel 3.12). Sifat lahan yang berpengaruh adalah daya dukung tanah, dan sifatsifat tanah yang berkaitan dengan biaya penggalian dan konstruksi. Daya dukung
tanah ditentukan oleh kerapatan (density), tata air tanah (wetness), bahaya banjir,
plastisitas dan tekstur, potensi mengembang dan mengkerut. Sedangkan biaya
61
penggalian tanah untuk pondasi ditentukan oleh tata air tanah, kemiringan,
kedalaman tanah hingga ke hamparan batuan, dan keadaan batu di permukaan
(USDA, 1971).
Tabel 3.12. Kriteria kesesuaian untuk tempat tinggal
Sifat tanah
Kesesuaian lahan:
Baik
Drainase
Sedang
Buruk
Bangunan dengan ruang bawah tanah:
Baik hingga
Sedang
Agak buruk-
sangat baik
terhambat
Tanpa ruang bawah tanah:
Sedang hingga
Buruk hingga
Sngt cepat
Agak buruk
Air tanah musiman
( > 1 bulan )
Terhambat
Dengan ruang bawah tanah:
> 150 cm
> 75
< 75
Tanpa ruang bawah tanah:
> 57 cm
> 50
< 50
Banjir
Tanpa
Tanpa
Jarang-sering
Lereng
0 - 8%
8 - 15%
> 15%
Potensi
Rendah
Sedang
Tinggi
GW,GP,SP,GM
ML, CL,
GC,SM,SC,CL
CH,MG,OL,OH
dengan PI>= 15
mengembang dan
mengkerut
Besar butir*)
dengan PI<15
Batu kecil
Tanpa-sedikit
Sedang
Agak banyaksangat banyak
Batu besar
Tanpa
Sedikit
Sedang-sgt
banyak
62
Dalamnya
Tanpa ruang bawah tanah:
hamparan
batuan
> 150 cm
100-150
<100 cm
Dengan ruang bawah tanah:
> 100 cm
50-100
< 50 cm
*) LL = liquid limit; PI = indeks plastisitas; GW = gravel GP = gravel, SP = pasir;
SM = pasir berlempung; CL = liat; ML = lempung; CH = liat berdebu;
MG= lempung berdebu;
6. Kesesuaian Lahan Untuk Pembuatan Jalan
Dalam bab ini yang dimaksud dengan Jalan adalah jalan yang terdiri atas
(i) tanah setempat yang telah diratakan (tebal penggalian atau pengurugan tanah
kurang dari 6 meter) dan disebut "subgrade"; (ii) lapisan dasar (base) yang
terdiri atas kerikil, batu pecahan, penstabil tanah dari kapur atau semen; (iii)
lapisan permukaan yang fleksibel (aspal) atau keras (beton), atau kerikil yang
direkatkan seperti di pedesaan. Jalan ini dilengkapi dengan saluran drainase di
kedua sisinya.
Sifat-sifat tanah yang dipertimbangkan dalam perencanaan dan pembuatan
jalan adalah kekuatan tanah, stabilitas tanah dan jumlah tanah galian-urugan yang
tersedia (USDA, 1971).
Tabel 3.13. Kriteria evaluasi lahan untuk pembangunan jalan
Sifat tanah
Drainase
Banjir
Lereng
Kesesuaian lahan
Baik
Sedang
Buruk
c, ac,b,ab
aj
j, sj
Tanpa
kung dari se
Lebih dari
kali dlm 5 th
sekali
8-15%
>15%
0-8%
63
Dalamnya
>100 cm
50-100
<50
0-4
5-8
>8
GW,GP,SW,SP,
GM,GC,SM,
> 15,CH,MH
hamparan batuan
Subgrade:
Indeks
AASHO
Unified
CL dengan PI
SC
< 15 , CL dgn
OH,OL,Pt
PI
Potensi
Rendah
Sedang
Tinggi
0-3%
3-15%
> 15%
0-0.01%
0.01-0.1%
> 0.1%
mengembangmengkerut
Batu
Batuan besar
Sumber: USDA, 1971
7. Kesesuaian lahan untuk Septic-tank
Penentuan kelas kesesuaian didasarkan atas kemampuan tanah untuk
menyerap aliran dari septic-tank.
Kemampuan tanah ini ditentukan oleh
permeabilitas, tinggi muka air bumi, dalamnya tanah hingga hamparan batuan,
perkolasi tanah, bahaya banjir, lereng dan keadaan batu di permukaan. Kriteria
evaluasi kesesuaian lahan disajikan dalam Tabel 3.14.
Penentuan kelas kesesuaian didasarkan atas kemampuan tanah untuk
menyerap aliran dari "septic-tank".
Kemampuan tanah ini ditentukan oleh
permeabilitas, tinggi muka air bumi, dalamnya tanah hingga hamparan batuan,
perkolasi tanah, bahaya banjir, lereng dan keadaan batu di permukaan.
64
Tabel 3.14. Kriteria kesesuaian lahan untuk septic-tank
Sifat tanah
Kesesuaian lahan
Baik
Permeabilitas
Cepat,agak cepatsedang
Konduktivitas
Sedang
Peralihan
Buruk
sedang
Agak
-
lambat,lambat
agak lambat
agk cepat- sdg
> 25 mm/jam
15-25
< 15
< 18 menit/cm
18-24
> 24
> 180 cm
120-180
< 120
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
hidraulik
Perkolasi
Dalamnya air
bumi
Banjir
atau sering
Lereng
0-8%
8-15
> 15
kedap air, batuan
>180 cm
120-180
<120
Banyaknya batu
Tanpa -
Sedang
Agak banyak -
kecil
Sedikit
Batu besar
Tanpa
Dalamnya lapisan
Sangat banyak
Sedikit
Sedang-sangat
banyak
Sumber: USDA, 1971
D. Latihan (Berisi soal untuk mengatahui kompetensi mahasiswa)
1. Mengevaluasi kemampuan lahan daerah kajian!
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian dan non-pertanian daerah
kajian!
65
E. Daftar pustaka
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press Bogor
FAO, 1976. Framework of Land Evaluation. FAO Soil Hockensmith, R. H. and J.
G. Steele. 1943. Classifying Land For Conservation Farming. USDA. Farmer’s
Bull
66
Download