KUNG FU seni bela diri MUSLIM CINA B anyak orang tahu bahwa Kung Fu, adalah sebuah cabang seni beladiri yang berasal dari negeri Cina. Lincah dan lentur gerakannya serta indah jurus-jurusnya. Bahkan sekarang sudah dilombakan secara nasional. Pesertanya bukan hanya etnis Cina tetapi juga para pribumi, dan tidak sedikit dari mereka yang Muslim. Tetapi mungkin masih sedikit orang yang tahu, bahwa kung fu adalah seni bela diri dan bagian dari kontribusi Muslim Cina kepada dunia. Salah sorang pendekar terkenalnya, adalah Ma Xianda (biasa dipanggil Ma). Ia lahir dari keluarga Muslim di provinsi Hebei tahun 1932, yang mempunyai tradisi beladiri selama 6 generasi. Ia belajar dari 2 master kung fu, yang kebetulan ayahnya sendiri, Ma Fengtu, dan pamannya, Ma Yintu. Ma Fengtu, dulunya adalah sorang jenderal dibawah panglima perang (warlord) Feng Yuxiang. Ma Xianda mempelajari berbagai jurus wushu tradisional, seperti Tongbei Pigua, Kaimen Baji, Ba Shan Fen, dan Cuo Jiao. Juga belajar gaya tinju, gulat, dan anggar. Ia adalah sedikit dari master kung fu Cina yang mempelajari bela diri Barat. Pada l952, Ma menggondol gelar juara bela diri gaya bebas Cina pada kejuaran Le Tai. Ia juga memenangkan gelar juara pada kejuaran tarung senjata pendek dan wushu dalam usia baru 19 tahun. Tahun berikutnya, ia kembali menjadi juara pada turnamen tarung senjata pendek tanpa terkalahkan dalam setiap pertandingan. Selama kariernya sebagai guru kung fu, lebih dari 20 muridnya telah memperoleh gelar “Wu Yin atau pendekar bela diri” (yaitu mendapat posisi rangking satu sampai tiga dalam kompetisi bela diri Cina). Salah satu muridnya adalah Jet Li yang terkenal itu. Yang perlu diketahui adalah bagaimana ceritanya sampai komunitas Muslim berada disana dan kemudian mengembangkan kung fu. Pedagang Muslim dari Arab dan Persia menempuh perjalanan panjang lewat jalan darat jalur sutra dan jalur laut yang sama-sama berbahaya demi mencari peruntungan perdagangan. Merekalah yang mendirikan pemukiman Muslim di Cina, terutama di Chang’an 66 MPA 316 / Januari 2013 (Xian) di Provinsi Shaanxi, ujung timur jalur sutra, dan berbagai pelabuhan dagang, seperti Guangzhou (Kanton) dan Quanshou (al-Zaytun). Ketika terjadi pemberontakan An Lu Shan yang mengguncang kekuasaan Dinasti Tang, Kaisar Su T’sung meminta bantuan kepada Khalifah Abu Ja’far al-Manshur di Bagdad pada 755 M. Pemimpin Dinasti Abbasiyah itu kemudian mengirim 4.000 tentara untuk memadamkan pemberontakan dan ternyata kemudian berhasil merebut Kota Chang’an, Ibukota bgi lebih dari sepuluh dinasti Cina. Para tentara Abbasiyah yang telah membantu kekaisaran Cina itu, akhirnya banyak yang menetap dan nikah dengan perempuan Cina. Keturunan mereka berintegrasi dengan masyarakat Cina yang didominasi oleh suku Han. Muslim Cina inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Hui-Hui. Integrasi Muslim dalam peradaban Cina, membuat mereka juga terlibat dalam pegembangan budaya Cina yang sudah terkenal sedunia, salah satunya adalah seni bela diri kung fu. Pada masa itu, seorang pemimpin Muslim Cina wajib menguasai seni bela diri khususnya kung fu. Dalam perkembangannya para pemimpin Muslim berhasil mengharmonisasikan bentuk internal dan eksternal kung fu. Hal ini mengingatkan pada ajaran Islam yang tertuang dalam kata ”ijtihad”, yang berarti usaha atau berjuang. Hasilnya bisa dilihat pada ke-efektifan seni bela diri yang dihasilkan, yang didasarkan keimanan pada agama (Islam), kesopanan, prasangka baik, dan bebas dari kebencian. Hal ini dindikasikan pada kalimat “jiao men” yang berarti sekte bela diri, untuk mendifinisikan nilai khas mereka dibanding bela diri yang lain. Kalimat itu berasal dari tetua Hui yang menyebut bela diri sebagai “kegiatan suci”, yang merujuk pada upaya mereka dalam mempertahankan diri menghadapi keadaan gawat. Selain itu, bela diri juga digunakan sebagai alat untuk mendidik stamina generasi muda, biasanya diajarkan di sekitar halaman masjid. Perkembangan kung fu Muslim memiliki sejarah panjang. Beberapa jurus berakar dari masa pra Islam, yaitu kekuasaan Dinasti Qing (abad ke 4-5 M). Orang Hui mulai mengadaptasi beberapa jurus Wushu, seperti Ba Ji Quan, Pi Gua Zhang, dan Liu He Quan. Ada wilayah khusus pusat perkembangan kung fu Muslim, seperti Changzan di Provinsi Hebei, dan Muslim Cina berbahasa Turki di Provinsi Xin Jiang. Seni bela diri ini, mudah diadaptasikan dan menyebar bersamaan dengan gaya tinju Muslim. Sama dengan jurus kung fu Muslim yang sangat terkenal seperti Pu Yi dan Ba Ji Quan. Teknik paduan tinju dan kung fu ini, berhasil memenangkan berbagai kompetisi kung fu dan dapat diterima baik oleh biksu Shaolin maupun madzhab Quanshu. Saking terkenalnya, para pendekar kung fu Muslim ini telah dipercaya menjadi tulang punggung pengawal dan penjagaan kaisar Cina. Umumnya mereka adalah murid Li Shu Wen. Misalnya, Huo Diange yang merupakan bodyguard Pu Yi kaisar terakhir Cina, Li Chen Wu menjadi bodyguard pemimpin Komunis Mo Zedong, dan Li Yunqiao yang menjadi agen rahasia Koumintang dan pelatih bodyguard Chiang Kai Shek. Akhirnya, Ba Ji Quan dikenal sebagai gaya bodyguard yang masih dipakai sebagai jurus andalan pengawal presiden Cina. Seperti para pendekar Shaolin dan perkumpulan pedang Wudang, pemimpin Muslim Cina kebanyakan berlatih kung fu dalam disiplin keras. Pendekar kung fu Muslim kebanyakan mendasarkan latihannya pada pola doktrin Islam, misalnya jurus yang terilhami huruf hijaiyah. Beberapa jurus kung fu Muslim ternyata sudah sangat tua dan jarang ditemukan, misalnya jurus Huihui Shiba Zhou, hampir hilang keseluruhannya. Sejumlah jurus rahasia, mulai dibuka kembali sejak abad ke-20. Saat ini, beberapa jurus kung fu Muslim mulai populer dikancah internasional. Jurus kung fu yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan (dipadukan dengan jurus/seni bela diri lain) oleh Muslim Hui antara lain meliputi Tan Tui, Baji Quan, Zhaquan, Qishiquan, Piguaquan, dan Huihui Shiba Zhou. Lantas yang di Indonesia termasuk kung fu jurus apa? (diolah dari khazanah republika 2012) ; -Ahar