HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENAMPILAN FISIK

advertisement
1
PERSEPSI TENTANG PENAMPILAN FISIK WANITA PADA MASA
REMAJA
Fatimah Saguni
Abstract
This paper deals with the perception of female physical appearance in her youth.
Psychologically, puberty is full with anxiety mentally since young women are
required to adapt to physical and psychological change. For example, women are
recommended to appear interestingly. Women‟s appearance may be perceived
differently by male. This is important in terms of socialization with others.
Therefore, women‟s physical appearace can be changed through chosing an
appropriate dress, neat appearance, and way of dressing up.
Keywords: persepsi, wanita, remaja, penampilan fisik
I. Pendahuluan
Masalah remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai
dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya
seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini
tidak dikenali. Kata-kata remaja belum digunakan, dan masa perkembangan hanya
dibedakan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Munculnya kemampuan
bereproduksi yang disebut dengan „pubertas„ menjadi batas antara dua tahap
perkembangan ini.Munculnya tahap remaja dalam periode kematangan seksual
dan sosial ditandai dengan semakin berkembangnya kompleksitas masyarakat.
Sejalan dengan makin beragamnya fungsi sosial, semakin meningkat pula
kualifikasi yang diperlukan dalam dunia kerja. Hal ini mendorong berkembangnya
pendidikan formal. Secara bersamaan, peraturan yang melarang penggunaan
tenaga kerja anak-anak, semakin meningkatnya usia harapan hidup, dan faktor
lain yang berpengaruh terhadap transformasi sosial memberikan sumbangan
terhadap semakin mantabnya masa remaja sebagai salah satu tahap perkembangan
yang penting.Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi,
tidak lebih dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan
instabilitas dan keresahan.
Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia
remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai
periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan. 1
Menurut Erikson, 2 isu yang penting dalam masa remaja melibatkan perkembangan
identitas, mencari jawaban untuk pertanyaan –pertanyaan siapakah aku? Siapakah
diriku seutuhnya? Apa yang akan aku lakukan dengan hidupku? Pertanyanpertanyaan yang tidak biasanya dipikirkan selama masa kanak-kanak menjadi
persoalan yang universal selama masa-masa di sekolah menengah atas dan
perguruan tinggi. Orang dulu bilang, masa remaja adalah masa yang paling indah,
1
2
2007) .
http://mahalenapsikologi.blog.unissula.ac.id/2012/01/18/remaja-mencari-solusi/).
Dikutip dalam J. Kroger, Identity Development, Edisi ke-2 (Thousand Oaks, CA: Sage,
2
masa yang penuh kenangan manis dan meski ada pahitnya, amat berkesan
sepanjang masa.
Secara psikologis, masa remaja adalah masa yang penuh dengan
kegoncangan dan kebimbangan secara mental. Sebab remaja dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan psikis yang dialaminya. Masa
remaja ditandai oleh kondisi psikologis mereka yang belum stabil. Selain itu,
konflik batin, perasaan gelisah, tingkat emosi yang belum stabil, rasa ingin tahu
yang besar, dan pencarian identitas Berbagai masalah akan muncul pada masa
remaja, jika tidak terselesaikan akan berakibat pada masa perkembangan
berikutnya. Pada masa remaja banyak tugas perkembangan yang akan
diselesaikan. Pada umumnya tugas perkembangan yang harus diselesaikan remaja
difokuskan pada persiapan untuk memasuki masa dewasa, yaitu meliputi
perubahan-perubahan fisik, perubahan hubungan sosial, bertambahnya
kemampuan dan keterampilan, pembentukan identitas, kepribadian dan intelegensi,
yang pada akhirnya diharapkan remaja dapat mencapai kedewasaan. 3 Masa remaja
merupakan periode perkembangan sosial dan penyesuaian. Perkembangan sosial
yang menonjol adalah yang berhubungan kelompok sebaya, persahabatan, dan
hubungan lawan jenis.
Fenomena menarik yang dapat diamati dan perkembangan saat ini adalah
adanya kecenderungan bahwa wanita harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu
berpenampilan menarik yang merupakan persyaratan atau kebutuhan. Memang
penampilan fisik perempuan penting. Tapi, cantik fisik bukan utama. Kecantikan
fisik bisa lekang sejalan bertambahnya usia. Namun, bila kecantikan perempuan
dipancarkan dari dalam, entah itu spiritual atau intelektual, maka kecantikan
perempuan akan dipuji dan mengundang simpatik masyarakat. Terhadap
kecantikan fisik perempuan, orang bisa menilai atau mempersepsikan sebatas
kagum biasa. Bahkan tak jarang kegaguman itu didorong oleh syahwat, terutama
jika yang melihat laki-laki Namun demikian, bukan berarti perempuan tak boleh
cantik fisik. Menampilkan kecantikan fisik boleh saja, asal tak berlebihan, apalagi
menjadikan itu sebagai hal paling penting dicapai perempuan. 4
Sri Hastuti mengemukakan bahwa perkembangan psikis banyak
dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang ditentukan oleh faktor genetik dan proses
pematangan. 5 Pada masa remaja perkembangan seksual baik pada laki-laki
maupun perempuan sangat dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan
hormon dan organ-organ reproduksi pada remaja dapat menimbulkan berbagai
bentuk ekspresi seksual, selain itu rangsangan erotik dari luar sangat besar
pengaruhnya bagi remaja. Seperti media elektronik ataupun cetak menyajikan halhal yang berhubungan seks, pergaulan akan berkencan, pengalaman masturbasi,
informasi tentang seksual dari orang tua, buku-buku bacaan, tontonan erotik dan
3
Secha Rania, Gambaran kecerdasan emosional pada 3 remaja delinkuen Tangeran
(Skripsi, Fakultas Psikologi UPI Jakarta, 2010), 2.
4
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/07/04/191507/
Mempercantik-Inteligensi-Perempuan.
5
Sri Hastuti, Hubungan antara persepsi terhadap penampilan fisik wanita dengan
kecenderungan melakukan pelecehan seksual pada siswa SMAN 20 Jakarta (Skripsi, UPI YAI
Jakarta, 2009).
3
bentuk-bentuk informasi lainnya seperti hubungan seks diluar nikah, hidup
bersama tampa adanya ikatan pernikahan hingga pelecehan seksual dengan
berbagai bentuk mulai dari rayuan yang mengarah pada perbuatan seksual,
pembicaraan berbau porno, meraba-raba sampai ketingkat perkosaan.
II. Pengertian Persepsi
Setiap individu akan merespon stimulus yang diterimanya dan selanjutnya
individu akan mendapatkan pengertian dari stimulus yang diterimanya. Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses
sensoris. Menurut Jalaludin Rakhmat,6 persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara
individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh
individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi
adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus
yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan,
pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses
persepsi. 7
Menurut Steepens Robbins, 8 persepsi adalah proses kognitif yang
dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya
(terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu
memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara
individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Proses diterimanya ransang (objek, kualitas, hubungan antara gejala maupun
peristiwa) sampai ransang itu disadari dan dimengerti disebut persepsi. 9 Menurut
Bitter,10 persepsi adalah proses organik yang digunakan oleh individu untuk dapat
mengenali objek maupun kejadian melalui penangkapan, pengorganisasian dan
menginterprestasian stimulus berdasarkan minat, kepentingan dan pengalaman
subjektif, namun persepsi merupakan proses kognitif yang penting untuk dapat
memaknai kejadian yang terjadi dalam hidup seseorang.
Robbins mengartikan persepsi sebagai proses dimana individu mengatur
dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
6
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), 49.
7
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yangmempengaruhi/
8
Steepens Robbins, Perilaku Organisasi,Cet. Ke-10 (Jakarta: Indeks, 2006).
9
Irwanto, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), 71.
10
Dalam Alimatus Sahrah, “Penangkis Pelecehan Seksual Terhadap Kepemimpinan
Perempuan,” Anima (Fakultas Psikologi UBAYA), Vol. 19, No.3 (2004), 226.
4
lingkungan mereka.11 Pembentukan kesan ini merupakan suatu usaha pemberian
makna kepada hal-hal tersebut. Harvey dan Smith mengemukakan pendapat yang
lebih mengarah kepada persepsi terhadap manusia sebagai berikut: konsep person
perception yang mengandung aktivitas dari seseorang perseptor sehubungan
dengan adanya hubungan tatap muka, presentasi film, ataupun pengamatan jarak
jauh terhadap orang lain yang disebut stimulus yang kemudian menimbulkan
suatu kesan dan membuat atribusi pada orang lain tersebut.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi
merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat
memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses
menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan
proses belajar individu.
III. Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi terbentuk melalui proses psikologis yaitu diawali dengan
penerimaan stimulus mengenai suatu objek melalui alat indera, stimulus tersebut
oleh syaraf sensori diteruskan ke otak untuk diorganisir, dianalisis dan
diinterpretasikan. Buss mengemukakan bahwa persepsi yang terdiri
pengekstrasian informasi dari lingkungan dapat dianalisis kedalam empat tahap,
yaitu: (1) adanya stimuli (2) proses pada reseptor yang meliputi seleksi dan
pemberian kode ke dalam impuls – impuls diteruskan ke otak, diberi kode lebih
lanjut dan pengkodean dalam otak, dan (4) pengalaman atau informasi sebagai
hasil proses, pengalaman adalah kesadaran atas stimuli dan informasi adalah
pengetahuan yang dapat digunakan segera atau disimpan sebagai potensi yang
dapat digunakan. Dengan demikian persepsi terbentuk karena adanya stimulus
atau objek, saraf sensori dan otak sebagai pengolah informasi yang diterima
indera untuk diinterpretasikan. Dalam melakukan interpretasi tersebut seseorang
akan dipengaruhi oleh sifat kepribadian, pengalaman serta situasi lingkungannya.
Menurut Walgito,12 proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan
stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau perseptor. Perlu dikemukakan
bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam hal tekanan.
Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan
tersebut. Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai satu stimulus
saja, melainkan berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar,
akan tetapi tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, hanya beberapa
stimulus yang menarik yang akan diberikan respon. Hal ini karena individu
mengadakan seleksi stimulus mana yang dipilih oleh individu, individu menyadari
dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.
IV. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
11
12
Robins, Perilaku Organisasi (Jakarta: Salemba Empat, 2008), 175.
B. Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 90.
5
Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely, 13 faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat
dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:
1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan
arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi
pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga
dapat berbeda.
2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental
yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga
perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk
memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya.
5. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada
ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian
lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik
dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk
dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian
pada gilirannya membentuk persepsi.
2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan
yang sedikit.
13
Gibson, Ivancevich, and Donnely, Organisasi: Struktur, Perilaku, Proses, Terj. Wahid
(Jakarta: Erlangga, 1996).
6
3.
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi
makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya
sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang
bisa mempengaruhi persepsi.
Walgito 14 mengemukakan faktor – faktor yang berperan dalam persepsi
adalah:
1. Objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat dari dalam individu yang mempersepsi, tetapi
juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagaian
stimulus datang dari luar individu.
2. Alat indera atau reseptor. Alat indera merupakan alat untuk menerima
stimulus, yang terdiri dari syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai alat
untuk mengadakan respon yang diperlukan syaraf motoris.
3. Perhatian. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terjadi
persepsi.
V. Kesalahan Persepsi
Untuk mempercepat pembuatan kesan, individu cenderung memasukkan
orang-orang lain dalam kelompok tertentu atau kategorisasi, misalnya berdasarkan
jenis kelamin atau keanggotaan kelompok lainnya, sehingga seringkali terjadi bias
dan kesalahan dalam persepsi.15
1.
Stereotype
Stereotype adalah konsepsi tentang suatu kelompok dengan memberi sifat
secara kaku, rigid dan terlalu sederhana sehingga individu-individu yang
menjadi anggota kelompok itu diberi label seperti yang diterapkan pada
kelompok.
2.
Hallo effect
Hallo effect terjadi karena individu cenderung mempersepsi orang lain secara
konsisten. Bila orang lain dinilai mempunyai sifat baik, maka dapat dikatakan
bahwa semua sifat lain pada orang itu dikatakan baik sehingga kesan
keseluruhannya bahwa orang itu baik. Hallo effect pertama-tama biasanya
didasarkan pada tampang fisik atau karakteristik-karakteristik yang dapat
diamati, misalnya dengan memperhatikan pakaian, kecantikan atau
ketampanan, kekuatan dan sebagainya. Bagaimana persepsi seseorang
14
Walgito, Pengantar, 89.
15
Maharani dkk, “Hubungan Antara Persepsi terhadap Tampilan Fisik Wanita dengan
Kecenderungan Melakukan Pelecehan Seksual Pada Mahasiswa,” Anima, Vol.16, No.1 (2000) 97.
7
tentang orang lain sangat tergantung ada komunikasi yang terjadi antara
keduanya.
VI. Pengertian Penampilan Fisik
Penampilan yang tampak selalu menarik merupakan hal yang penting dan
sangat didambakan oleh masyarakat khususnya kaum wanita, sehingga mereka
mau melakukan apa saja agar selalu tampil menarik. Penampilan yang
dimaksudkan disini adalah penampilan fisik. Penampilan fisik merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam pergaulan. Dalam hubungan sosialisasi,
penampilan fisik termasuk salah satu faktor yang penting. Karena orang akan
menilai orang lain dari hal-hal yang tampak mata serta menarik untuk dilihat
seperti penampilan fisik yang menarik yang mampu memberikan kesan yang baik.
Hal-hal yang baik sering diartikan sama dengan sifat-sifat yang baik pula.
Contohnya seseorang menarik akan lebih sering dianggap memiliki sifat-sifat
yang menyenangkan, baik dan sebagainya.
Cross dan Cross 16 menerangkan penampilan sangat penting bagi umat
manusia. Dukungan sosial, popularitas, pemilihan teman, hidup dan karir yang
dipengaruhi oleh penampilan prima atau daya tarik seseorang. Dalam interaksi
sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan
dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan
bagi pemiliknya. Salah satu keuntungan yang sering diperoleh ialah bahwa ia
mudah berteman. Orang-orang yang menarik lebih mudah diterima dalam
pergaulan dan dinilai positif oleh orang lain dibandingkan teman-teman lainnya
yang kurang menarik.
Penampilan fisik merupakan satu hal yang tidak luput dari pandangan dan
permasalahan wanita. Semakin besarnya minat masyarakat terhadap body center,
klinik-klinik kecantikan yang menawarkan berbagai macam perawatan seperti
body language, pelangsingan, produk obat-obatan pemutih dan penghilang
kerutan yang banyak ditemukan dipasaran, menunjukkan bahwa banyak
masyarakat yang mulai memperhatikan penampilannya untuk mengurangi
kecemasan menghadapi perubahan pada fisiknya seiring dengan proses menjadi
tua. Perubahan fisik tersebut akan mempunyai pengaruh dan tanggapan yang
berbeda-beda dari setiap individu yang mengalaminya tergantung bagaimana
individu mempersepsikan penampilan fisiknya. 17
VII. Bentuk-bentuk Penampilan Fisik Wanita
Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih. Pakaian harus
menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak
memperlihatkan apa yang ada di baliknya. Persepsi terhadap penampilan fisik
wanita adalah suatu proses penilaian mengenai penampilan fisik yang dimiliki
oleh wanita seperti: karakteristik fisiknya, penampilan dan kerapihan dalam
berpakaian serta kesehatan dan daya tahan tubuh. Fisik merupakan suatu hal yang
perlu dilindungi agar terjaga dengan baik. Dalam Surat Al-Ahzab (33) ayat 59
16
Dikutip dalam E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jilid 5 (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1993), 117.
17
http://docucampus.blogspot.com/2012/08/hubungan-persepsi-diri-tentang.html.
8
Allah berfirman “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
pengampun lagi maha penyayang”. Salah satu asbabun nuzulnya ayat ini adalah
agar kaum wanita terhindar dari gangguan dan fitnah. Artinya bahwa
kekhawatiran gangguan dari orang lain dan menjauhi fitnah.
Pakaian bisa mengatakan sesuatu tentang siapa kamu meskipun kamu
belum mengatakan sepatah katapun. Itu dinamakan petunjuk; sesuai dengan jenis
kelaminmu, umurmu, latar belakang keluarga, pendidikanmu, kepentinganmu,
kebijakanmu. Warna, gaya dan model pakaianmu dapat menjelaskan
kepribadianmu dan dari sini ganguan bisa datang. Terutama model pakaian wanita
mengatakan banyak hal kepada kita tentang statusnya dalam kehidupan sosial.
Secara umum dapat diartikan bahwa semakin bebas wanita itu berpakaian maka
semakin bebas kehidupannya. 18 Cara berpakaianpun mewakili emosional tertentu.
Seperti apa yang dikatakan oleh Jalaludin bahwa beberapa jenis busana selalu
berkait dengan perilaku tertentu. Pelaku persepsi akan secara otomatis
menghubungkan tindakan dengan pakaian.
Berdasarkan uraian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa ada tiga
faktor dari penampilan fisik wanita, 19 yaitu (1) Karakteristik fisik yang meliputi:
penampilan secara keseluruhan, ukuran dan berat badan, bentuk dan susunan
tubuh, roman muka atau wajah, bagian tubuh dari pinggang kebawah. (2)
Penampilan dan kerapihan dalam berpakaian, yang mencakup cara berpakaian,
kerapihan, cara berhias, penataan rambut dan potongannya; (3) Kesehatan dan
daya tahan tubuh, yang mencakup kebersihan, tidak berpenyakit yang bersifat
menetap, daya tahan tubuh.
VIII. Penampilan Fisik Wanita
Jangan nilai orang dari pakaiannya. Inilah nasihat yang sering kita dengar.
Maksudnya penampilan bukanlah hal penting karena masih ada unsur lain yang
jauh lebih penting. 20 Persepsi merupakan satu proses kognitif untuk mengadakan
pemilihan pengaturan dan pemahaman serta penginterpretasian terhadap
ransangan inderawi menjadi satu gambaran objek secara utuh. Secara keseluruhan
penampilan yang menarik dipersepsikan sebagai karakteristik positif yang
mempengaruhi interpersonal dan pemilihan interpersonal. Berbagai macam
stereotif secara konsisten diasosiasikan dengan penampilan dan tidaklah
mengherankan jika anda juga mempunyai beberapa diantaranya. Pada umumnya
orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik tampil lebih
tenang,menyenangkan, mudah bersosialisasi, mandiri, dominant, menggairahkan,
18
Dominique Patton, Body Talk. Kekuatan Pesona Wanita (Jakarta: Prestasi Belajar,
2005), 61.
19
Maharani dkk, Hubungan, 98.
Ahmad Sunjayadi, Outward Appearances, Trend, Identitas, Kepentingan (Jakarta:
Kompas, 2006), 11.
20
9
seksi, mampu menyesuaikan diri, mudah menyesuaikan diri, dan sukses,
dibandingkan laki-laki dan perempuan yang tidak menarik.21
Meskipun adanya penerimaan keyakinan bahwa penampilan fisik adalah
isyarat penting bagi kepribadian dan karakter, kebanyakan stereotif yang
didasarkan pada penampilan tidak tepat. Pembunuh berantai dapat saja sangat
cantik atau tampan dan banyak orang yang penampilannya dianggap lebih tidak
menonjol ternyata pintar, menarik, baik hati, lucu, sensual dan lain-lain. Dengan
kata lain penampilan tidak secara langsung berkaitan dengan atribut –atribut ini
akan tetapi bagaimana orang lain bereaksi terhadap penampilan yang menjadi
faktor penyebabnya.22
Banyak faktor lain yang dapat dilihat selain penampilan fisik karena
penampilan fisik sifatnya hanya sementara saja. Karena walaupun daya tarik fisik
dipercaya menunjukkan kesuksesan, orang sering mengangap bahwa kesempatankesempatan untuk menuju sukses tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang
hanya memiliki penampilan menarik saja. Hal lain yang dapat dilihat orang lain
untuk menuju kesuksesan tersebut adalah seperti kebaikan, ketulusan, kehangatan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Senada dengan temuan Sri Hastuti bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap penampilan fisik
wanita dengan kecenderungan melakukan pelecehan seksual. 23
Seperti apa yang diungkapkan oleh Hendrarso,24 begitu diterima sebagai
pekerja, wanita harus mematuhi peraturan yang ketat mengenai bagaimana
mereka harus berpenampilan, termasuk tatanan rambut, bagaimana memoles
wajah, cara berjalan, cara mengenakan pakaian. Hal tersebut yang mendapat
perhatian dan diberi penilaian oleh pria.
IX. Kesimpulan
Penampilan fisik merupakan bagian penting bagi wanita, hal tersebut
disebabkan karena suatu kesadaran bahwa keunggulan, kekurangan, keselarasan
bentuk atau penampilan fisik yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara
orang tersebut mengevaluasikan diri sendiri dan juga menyadari bahwa orang lain
juga akan mengevaluasikan dirinya. Penampilan dalam hal ini adalah cara
berpakaian dapat menjadi stimulus yang kuat untuk terjadinya pelecehan seksual.
Yang mempengaruhi timbulnya pelecehan seksual adalah persepsi atau hasil
pemikiran perilaku terhadap penampilan fisik wanita. Selain itu stereotip memberi
pengaruh terhadap persepsi yang menyebabkan seseorang memperlakukan orang
lain dengan cara tidak tepat. Daya tarik seksual yang alamiah antara dua jenis
kelamin juga bisa menyebabkan pelecehan seksual,. Tingkah laku mengoda,
menggangu, mengusik tidaklah bermaksud atau mengarah pada tindakan yang
mengancam tetapi merupakan hasil dorongan biologis dan kemungkinan
mereflesikan dorongan seks laki-laki yang lebih besar. Bukan keindahan fisik
yang utama, tapi akhlak dan perilakunya. Bukan pula kecantikan wajah yang
21
Baron dan Byrne, Psikologi Sosial, Cet, ke-10 (Jakarta: Erlangga, 2004), 278.
Ibid., 279.
23
Sri Hastuti, Hubungan.
24
Suyanto dan Hendrarso , Wanita Dari Subordinansi dan Marginalisasi Menuju
Kepemberdayaan (Surabaya: Universitas Airlangga Press, 1996).
22
10
melenakan, namun ketawadhu‟an yang memikat jiwa. Semua itu akan menjadi
aura yang terpancar dan menjadikan sosok wanita shalihah seperti mutiara.
Daftar Pustaka
Baron dan Byrne. Psikologi Sosial. Cet. ke-10. Jakarta: Erlangga, 2004.
Gibson, Ivancevich, and Donnely. Organisasi: Struktur, Perilaku, Proses. Terj.
Wahid. Jakarta: Erlangga, 1996.
Hastuti, Sri. Hubungan antara persepsi terhadap penampilan fisik wanita dengan
kecenderungan melakukan pelecehan seksual pada siswa SMAN 20
Jakarta (Skripsi, UPI YAI Jakarta, 2009).
Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan. Jilid 5. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1993.
Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002.
Kroger, .J. Identity development. Edisi ke-2. Thousand Oaks, CA: Sage, 2007.
Maharani dkk. “Hubungan Antara Persepsi terhadap Tampilan Fisik Wanita
dengan Kecenderungan Melakukan Pelecehan Seksual Pada Mahasiswa.”
Anima, Vol.16, No.1 (2000).
Patton, Dominique. Body Talk. Kekuatan Pesona Wanita. Jakarta: Prestasi Belajar,
2005.
Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Robbins, Steepens. Perilaku Organisasi. Cet. Ke-10. Jakarta: Indeks, 2006.
Robins. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Sahrah, Alimatus. “Penangkis Pelecehan Seksual Terhadap Kepemimpinan
Perempuan,” Anima (Fakultas Psikologi UBAYA), Vol. 19, No.3 (2004).
Secha, Rania. Gambaran kecerdasan emosional pada 3 remaja delinkuen
Tangeran (Skripsi, Fakultas Psikologi UPI Jakarta, 2010).
Sunjayadi, Ahmad. Outward Appearances, Trend, Identitas, Kepentingan.
Jakarta: Kompas, 2006.
Suyanto dan Hendrarso. Wanita Dari Subordinansi dan Marginalisasi Menuju
Kepemberdayaan. Surabaya: Universitas Airlangga Press, 1996.
Walgito, B. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Sumber web
http://mahalenapsikologi.blog.unissula.ac.id/2012/01/18/remaja-mencari-solusi/).
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/07/04/191507/
Mempercantik-Inteligensi-Perempuan.
11
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yangmempengaruhi/
http://docucampus.blogspot.com/2012/08/hubungan-persepsi-diri-tentang.html.
Download