1 2 3 PERSEPSI TENTANG PENAMPILAN FISIK WANITA PADA MASA REMAJA Fatimah Saguni Abstract This paper deals with the perception of female physical appearance in her youth. Psychologically, puberty is full with anaxiety mentally since young women are required to adapt to physical and psychological change. For example, women are recommended to appear interestingly.Women‟s appearance may be perceived differently by male. This is important in terms of socialization whith others. Therefore, women‟s physical appearace can be changed though chosing an appropriate dress, neat appearance, and way of dressing up. Kata Kunci: persepsi, wanita, remaja, penampilan fisik 1. Pendahuluan Masalah remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali. Kata-kata remaja belum digunakan, dan masa perkembangan hanya dibedakan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Munculnya kemampuan bereproduksi yang disebut dengan „pubertas„ menjadi batas antara dua tahap perkembangan ini.Munculnya tahap remaja dalam periode kematangan seksual dan sosial ditandai dengan semakin berkembangnya kompleksitas masyarakat. Sejalan dengan makin beragamnya fungsi sosial, semakin meningkat pula kualifikasi yang diperlukan dalam dunia kerja. Hal ini mendorong berkembangnya pendidikan formal. Secara bersamaan, peraturan yang melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak, semakin meningkatnya usia harapan hidup, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap transformasi sosial memberikan sumbangan terhadap semakin mantabnya masa remaja sebagai salah satu tahap perkembangan yang penting.Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai periode emosi yang 4 tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan ((http://mahalenapsikologi.blog.unissula.ac.id/2012/01/18/remaja-mencari-solusi/). Menurut Erikson (Kroger, 2007) bahwa isu yang penting dalam masa remaja melibatkan perkembangan identitas, mencari jawaban untuk pertanyaan –pertanyaan siapakah aku? Siapakah diriku seutuhnya? Apa yang akan aku lakukan dengan hidupku? Pertanyan-pertanyaan yang tidak biasanya dipikirkan selama masa kanak-kanak menjadi persoalan yang universal selama masa-masa di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Orang dulu bilang, masa remaja adalah masa yang paling indah, masa yang penuh kenangan manis dan meski ada pahitnya, amat berkesan sepanjang masa. Secara psikologis, masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan dan kebimbangan secara mental. Sebab remaja dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan psikis yang dialaminya. Masa remaja ditandai oleh kondisi psikologis mereka yang belum stabil. Selain itu, konflik batin, perasaan gelisah, tingkat emosi yang belum stabil, rasa ingin tahu yang besar, dan pencarian identitas Berbagai masalah akan muncul pada masa remaja, jika tidak terselesaikan akan berakibat pada masa perkembangan berikutnya. Pada masa remaja banyak tugas perkembangan yang akan diselesaikan. Pada umumnya tugas perkembangan yang harus diselesaikan remaja difokuskan pada persiapan untuk memasuki masa dewasa, yaitu meliputi perubahanperubahan fisik, perubahan hubungan sosial, bertambahnya kemampuan dan keterampilan, pembentukan identitas, kepribadian dan intelegensi, yang pada akhirnya diharapkan remaja dapat mencapai kedewasaan (Secha Rania, 2010:2). Masa remaja merupakan periode perkembangan sosial dan penyesuaian. Perkembangan sosial yang menonjol adalah yang berhubungan kelompok sebaya, persahabatan, dan hubungan lawan jenis. Fenomena menarik yang dapat diamati dan perkembangan saat ini adalah adanya kecenderungan bahwa wanita harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu berpenampilan menarik yang merupakan persyaratan atau kebutuhan. Memang penampilan fisik perempuan penting. Tapi, cantik fisik bukan utama. Kecantikan fisik bisa lekang sejalan bertambahnya usia. Namun, bila kecantikan perempuan dipancarkan dari dalam, entah itu spiritual atau intelektual, maka kecantikan perempuan akan dipuji dan mengundang simpatik masyarakat. Terhadap kecantikan fisik perempuan, orang bisa menilai atau 5 mempersepsikan sebatas kagum biasa. Bahkan tak jarang kegaguman itu didorong oleh syahwat, terutama jika yang melihat laki-laki Namun demikian, bukan berarti perempuan tak boleh cantik fisik. Menampilkan kecantikan fisik boleh saja, asal tak berlebihan, apalagi menjadikan itu sebagai hal paling penting dicapai perempuan. (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/07/04/191507/Mempercan tik-Inteligensi-Perempuan). Sri Hastuti (2009).mengemukakan bahwa perkembangan psikis banyak dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang ditentukan oleh faktor genetik dan proses pematangan. Pada masa remaja perkembangan seksual baik pada laki-laki maupun perempuan sangat dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan hormon dan organorgan reproduksi pada remaja dapat menimbulkan berbagai bentuk ekspresi seksual, selain itu rangsangan erotik dari luar sangat besar pengaruhnya bagi remaja. Seperti media elektronik ataupun cetak menyajikan hal-hal yang berhubungan seks, pergaulan akan berkencan, pengalaman masturbasi, informasi tentang seksual dari orang tua, bukubuku bacaan, tontonan erotik dan bentuk-bentuk informasi lainnya seperti hubungan seks diluar nikah, hidup bersama tampa adanya ikatan pernikahan hingga pelecehan seksual dengan berbagai bentuk mulai dari rayuan yang mengarah pada perbuatan seksual, pembicaraan berbau porno, meraba-raba sampai ketingkat perkosaan. 2. Pengertian Persepsi Setiap individu akan merespon stimulus yang diterimanya dan selanjutnya individu akan mendapatkan pengertian dari stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Menurut Jalaludin Rakhmat (2001:49) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau 6 informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. (http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yangmempengaruhi/). Robbins, Steepens (2006) persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri. Proses diterimanya ransang (objek, kualitas, hubungan antara gejala maupun peristiwa) sampai ransang itu disadari dan dimengerti disebut persepsi (Irwanto, 2002:71). Bitter (Sahrah, 2004: 226) mengatakan persepsi adalah proses organik yang digunakan oleh individu untuk dapat mengenali objek maupun kejadian melalui penangkapan, pengorganisasian dan menginterprestasian stimulus berdasarkan minat, kepentingan dan pengalaman subjektif, namun persepsi merupakan proses kognitif yang penting untuk dapat memaknai kejadian yang terjadi dalam hidup seseorang. Robbins (2008:175) mengartikan persepsi sebagai proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Pembentukan kesan ini merupakan suatu usaha pemberian makna kepada hal-hal tersebut. Harvey dan Smith mengemukakan pendapat yang lebih mengarah kepada persepsi terhadap manusia sebagai berikut: konsep person perception yang mengandung aktivitas dari seseorang perseptor sehubungan dengan adanya hubungan tatap muka, presentasi film, ataupun pengamatan jarak jauh terhadap orang lain yang disebut stimulus yang kemudian menimbulkan suatu kesan dan membuat atribusi pada orang lain tersebut (Purwati, 1992:81). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. 7 3. Proses Terjadinya Persepsi Persepsi terbentuk melalui proses psikologis yaitu diawali dengan penerimaan stimulus mengenai suatu objek melalui alat indera, stimulus tersebut oleh syaraf sensori diteruskan ke otak untuk diorganisir, dianalisis dan diinterpretasikan. Buss (Purwati, 1992:83) mengemukakan bahwa persepsi yang terdiri pengekstrasian informasi dari lingkungan dapat dianalisis kedalam empat tahap, yaitu: (1) adanya stimuli (2) proses pada reseptor yang meliputi seleksi dan pemberian kode ke dalam impuls – impuls diteruskan ke otak, diberi kode lebih lanjut dan pengkodean dalam otak, dan (4) pengalaman atau informasi sebagai hasil proses, pengalaman adalah kesadaran atas stimuli dan informasi adalah pengetahuan yang dapat digunakan segera atau disimpan sebagai potensi yang dapat digunakan. Dengan demikian persepsi terbentuk karena adanya stimulus atau objek, saraf sensori dan otak sebagai pengolah informasi yang diterima indera untuk diinterpretasikan. Dalam melakukan interpretasi tersebut seseorang akan dipengaruhi oleh sifat kepribadian, pengalaman serta situasi lingkungannya. Menurut Walgito (2004:90) proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau perseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, melainkan berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, akan tetapi tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, hanya beberapa stimulus yang menarik yang akan diberikan respon. Hal ini karena individu mengadakan seleksi stimulus mana yang dipilih oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. 8 a. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain : 1) Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. 2) Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. 3) Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. 4) Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. 5) Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas. 6) Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat. b. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah : 1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. 9 Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi. 2) Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. 3) Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. 4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. Walgito (2004:89) mengemukakan faktor – faktor yang berperan dalam persepsi adalah: a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dari dalam individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagaian stimulus datang dari luar individu. b. Alat indera atau reseptor Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus, yang terdiri dari syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tampa adanya perhatian tidak akan terjadi persepsi. 5. Kesalahan Persepsi 10 Untuk mempercepat pembuatan kesan, individu cenderung memasukkan orang-orang lain dalam kelompok tertentu atau kategorisasi, misalnya berdasarkan jenis kelamin atau keanggotaan kelompok lainnya, sehingga seringkali terjadi bias dan kesalahan dalam persepsi (Prihanto dalam Maharani dkk , 2000:97). a. Stereotype Stereotype adalah konsepsi tentang suatu kelompok dengan memberi sifat secara kaku, rigid dan terlalu sederhana sehingga individu-individu yang menjadi anggota kelompok itu diberi label seperti yang diterapkan pada kelompok. b. Hallo Effect Hallo effect terjadi karena individu cenderung mempersepsi orang lain secara konsisten. Bila orang lain dinilai mempunyai sifat baik, maka dapat dikatakan bahwa semua sifat lain pada orang itu dikatakan baik sehingga kesan keseluruhannya bahwa orang itu baik. Hallo effect pertama-tama biasanya didasarkan pada tampang fisik atau karakteristik-karakteristik yang dapat diamati, misalnya dengan memperhatikan pakaian, kecantikan atau ketampanan, kekuatan dan sebagainya. Bagaimana persepsi seseorang tentang orang lain sangat tergantung ada komunikasi yang terjadi antara keduanya. 6. Pengertian Penampilan Fisik Penampilan yang tampak selalu menarik merupakan hal yang penting dan sangat didambakan oleh masyarakat khususnya kaum wanita, sehingga mereka mau melakukan apa saja agar selalu tampil menarik. Penampilan yang dimaksudkan disini adalah penampilan fisik. Penampilan fisik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pergaulan. Dalam hubungan sosialisasi, penampilan fisik termasuk salah satu faktor yang penting. Karena orang akan menilai orang lain dari hal-hal yang tampak mata serta menarik untuk dilihat seperti penampilan fisik yang menarik yang mampu memberikan kesan yang baik. Hal-hal yang baik sering diartikan sama dengan sifat-sifat yang baik pula. Contohnya seseorang menarik akan lebih sering dianggap memiliki sifat-sifat yang menyenangkan, baik dan sebagainya. 11 Cross dan Cross (Hurlock, 1993:117) menerangkan penampilan sangat penting bagi umat manusia. Dukungan sosial, popularitas, pemilihan teman, hidup dan karir yang dipengaruhi oleh penampilan prima atau daya tarik seseorang. Dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Salah satu keuntungan yang sering diperoleh ialah bahwa ia mudah berteman. Orangorang yang menarik lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai positif oleh orang lain dibandingkan teman-teman lainnya yang kurang menarik. Penampilan fisik merupakan satu hal yang tidak luput dari pandangan dan permasalahan wanita. Semakin besarnya minat masyarakat terhadap body center, klinikklinik kecantikan yang menawarkan berbagai macam perawatan seperti body language, pelangsingan, produk obat-obatan pemutih dan penghilang kerutan yang banyak ditemukan dipasaran, menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang mulai memperhatikan penampilannya untuk mengurangi kecemasan menghadapi perubahan pada fisiknya seiring dengan proses menjadi tua. Perubahan fisik tersebut akan mempunyai pengaruh dan tanggapan yang berbeda-beda dari setiap individu yang mengalaminya tergantung bagaimana individu mempersepsikan penampilan fisiknya (http://docucampus.blogspot.com/2012/08/hubungan-persepsi-diri-tentang.html). 7. Bentuk-bentuk Penampilan Fisik Wanita Disunnatkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada di baliknya. Persepsi terhadap penampilan fisik wanita adalah suatu proses penilaian mengenai penampilan fisik yang dimiliki oleh wanita seperti: karakteristik fisiknya, penampilan dan kerapihan dalam berpakaian serta kesehatan dan daya tahan tubuh. Fisik merupakan suatu hal yang perlu dilindungi agar terjaga dengan baik. Dalam Surat Alahzab (33) ayat 59 Allah berfirman “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi maha penyayang”. Salah satu asbabun nuzulnya ayat ini adalah agar kaum wanita terhindar dari 12 gangguan dan fitnah. Artinya bahwa kekhawatiran gangguan dari orang lain dan menjauhi fitnah. Pakaian bisa mengatakan sesuatu tentang siapa kamu meskipun kamu belum mengatakan sepatah katapun. Itu dinamakan petunjuk; sesuai dengan jenis kelaminmu, umurmu, latar belakang keluarga, pendidikanmu, kepentinganmu, kebijakanmu. Warna, gaya dan model pakaianmu dapat menjelaskan kepribadianmu dan dari sini ganguan bisa datang. Terutama model pakaian wanita mengatakan banyak hal kepada kita tentang statusnya dalam kehidupan sosial. Secara umum dapat diartikan bahwa semakin bebas wanita itu berpakaian maka semakin bebas kehidupannya (Patton, 2005:61). Cara berpakaianpun mewakili emosional tertentu. Seperti apa yang dikatakan oleh Jalaludin bahwa beberapa jenis busana selalu berkait dengan perilaku tertentu. Pelaku persepsi akan secara otomatis menghubungkan tindakan dengan pakaian. Secara umum berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor dari penampilan fisik wanita (Maharani dkk, 2000:98), yaitu: a. Karakteristik fisik yang meliputi: 1) Penampilan secara keseluruhan. 2) Ukuran dan berat badan. 3) Bentuk dan susunan tubuh. 4) Roman muka atau wajah. 5) Bagian tubuh dari pinggang kebawah. b.Penampilan dan kerapihan dalam berpakaian. 1) Cara berpakaian. 2) Kerapihan. 3) Cara berhias, penataan rambut dan potongannya. c. Kesehatan dan daya tahan tubuh. 1) Kebersihan. 2) Tidak berpenyakit yang bersifat menetap. 3) Daya tahan tubuh. 8. Penampilan Fisik Wanita 13 Jangan nilai orang dari pakaiannya. Inilah nasihat yang sering kita dengar. Maksudnya penampilan bukanlah hal penting karena masih ada unsur lain yang jauh lebih penting (Ahmad Sunjadi, 2006:11). Persepsi merupakan satu proses kognitif untuk mengadakan pemilihan pengaturan dan pemahaman serta penginterpretasian terhadap ransangan inderawi menjadi satu gambaran objek secara utuh. Secara keseluruhan penampilan yang menarik dipersepsikan sebagai karakteristik positip yang mempengaruhi interpersonal dan pemilihan interpersonal. Berbagai macam stereotif secara konsisten diasosiasikan dengan penampilan dan tidaklah mengherankan jika anda juga mempunyai beberapa diantaranya. Pada umumnya orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik tampil lebih tenang,menyenangkan, mudah bersosialisasi, mandiri, dominant, menggairahkan, seksi, mampu menyesuaikan diri, mudah menyesuaikan diri, dan sukses, dibandingkan laki-laki dan perempuan yang tidak menarik (Baron dan Byrne, 2004:278). Meskipun adanya penerimaan keyakinan bahwa penampilan fisik adalah isyarat penting bagi kepribadian dan karakter, kebanyakan stereotif yang didasarkan pada penampilan tidak tepat. Pembunuh berantai dapat saja sangat cantik atau tampan dan banyak orang yang penampilannya dianggap lebih tidak menonjol ternyata pintar, menarik, baik hati, lucu, sensual dan lain-lain. Dengan kata lain penampilan tidak secara langsung berkaitan dengan atribut –atribut ini akan tetapi bagaimana orang lain bereaksi terhadap penampilan yang menjadi faktor penyebabnya (Baron dan Byrne, 2004:279). Banyak faktor lain yang dapat dilihat selain penampilan fisik karena penampilan fisik sifatnya hanya sementara saja. Karena walaupun daya tarik fisik dipercaya menunjukkan kesuksesan, orang sering mengangap bahwa kesempatan-kesempatan untuk menuju sukses tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang hanya memiliki penampilan menarik saja. Hal lain yang dapat dilihat orang lain untuk menuju kesuksesan tersebut adalah seperti kebaikan, ketulusan, kehangatan dalam berinteraksi dengan orang lain. Senada dengan temuan Sri Hastuti (2009) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap penampilan fisik wanita dengan kecenderungan melakukan pelecehan seksual. Seperti apa yang diungkapkan oleh Hendrarso (dalam Suyanto dan Hendrarso. (1996), begitu diterima sebagai pekerja, wanita harus mematuhi peraturan yang ketat 14 mengenai bagaimana mereka harus berpenampilan, termasuk tatanan rambut, bagaimana memoles wajah, cara berjalan, cara mengenakan pakaian. Hal tersebut yang mendapat perhatian dan diberi penilaian oleh pria. 9. Kesimpulan Penampilan fisik merupakan bagian penting bagi wanita, hal tersebut disebabkan karena suatu kesadaran bahwa keunggulan, kekurangan, keselarasan bentuk atau penampilan fisik yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut mengevaluasikan diri sendiri dan juga menyadari bahwa orang lain juga akan mengevaluasikan dirinya. Penampilan dalam hal ini adalah cara berpakaian dapat menjadi stimulus yang kuat untuk terjadinya pelecehan seksual. Yang mempengaruhi timbulnya pelecehan seksual adalah persepsi atau hasil pemikiran perilaku terhadap penampilan fisik wanita. Selain itu stereotip memberi pengaruh terhadap persepsi yang menyebabkan seseorang memperlakukan orang lain dengan cara tidak tepat. Daya tarik seksual yang alamiah antara dua jenis kelamin juga bisa menyebabkan pelecehan seksual,. Tingkah laku mengoda, menggangu, mengusik tidaklah bermaksud atau mengarah pada tindakan yang mengancam tetapi merupakan hasil dorongan biologis dan kemungkinan mereflesikan dorongan seks laki-laki yang lebih besar. Bukan keindahan fisik yang utama, tapi akhlak dan perilakunya. Bukan pula kecantikan wajah yang melenakan, namun ketawadhu‟an yang memikat jiwa. Semua itu akan menjadi aura yang terpancar dan menjadikan sosok wanita shalihah seperti mutiara. 15 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tohaputra (2001) Alqur’an dan terjemahnya. Semarang: penerbit CV. Asy-Syfa‟. Ahmad Sunjayadi (2006). Outward Appearances, Trend, Indentitas, Kepentingan. Jakarta : Kompas 22 Januari. . Baron dan Byrne.( 2004). Psikologi Sosial Ed.10. Jakarta: Erlangga. Kroger, J (2007). Identity development (2end ed). Thousand Oaks, CA: Sage. Gibson, Ivancevich, and Donnely (1996), Organisasi : Struktur, Perilaku, Proses. (terjemahan Wahid, 1989, Organization 5th ed,Jakarta,Erlangga. Hitt, Michael. Sahrah, Alimatus. (2004). Penangkis Pelecehan Seksual Terhadap Kepemimpinan Perempuan. Anima. Vol. 19 No.3, 222-233. Fakultas Psikologi UBAYA. Hadi, Sutrisno (2004). Metodelogi Research Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Andi. Hurlock, E.B. (1993). Psikologi Perkembangan Jilid 5. Jakarta: Penerbit Erlangga. Irwanto ( 2002). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo. Kamus Besar Bahasa Indonesia.(2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Maharani dkk. (2000) Hubungan Antara Persepsi terhadap Tampilan Fisik Wanita dengan Kecenderungan Melakukan Pelecehan Seksual Pada Mahasiswa. Surabaya. Anima Vol.16 No.1, 94-107. Patton, Dominique.(2005). Body Talk. Kekuatan Pesona Wanita. Jakarta: Prestasi Belajar Rahmat Jalaludin (2001). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Republika. (2002). Kitab Penangkis Pelecehan Seksual. Jakarta. 5 Agustus. Robbins,Steepens (2006). Perilaku organisasi edisi kesepuluh.Indeks.Jakarta Robins.( 2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Secha Rania (2010) Gambaran kecerdasan emosional pada 3 remaja delinkuen Tangeran. Skripsi. Fakultas Psikologi UPI Jakarta. 16 Suyanto dan Hendrarso (1996). Wanita Dari Subordinansi dan Marginalisasi Menuju Kepemberdayaan. Surabaya : Universitas Airlangga Press Sri Hastuti (2009). Hubungan antara persepsi terhadap penampilan fisik wanita dengan kecenderungan melakukan pelecehan seksual pada siswa SMAN 20 Jakarta. Skripsi. UPI YAI Jakatra. Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/07/04/191507/Mempercan tik-Inteligensi-Perempuan) diakses tanggal 15 Nopember 2012 (http://docucampus.blogspot.com/2012/08/hubungan-persepsi-diri-tentang.html diakses tanggal 20 Nopember 2012 (http://mahalenapsikologi.blog.unissula.ac.id/2012/01/18/remaja-mencari-solusi/). diakses tanggal 12 Desember 2012