Oseana, Volume XXIII, Nomor 2, 1998 : 27 - 36

advertisement
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXIII, Nomor 2, 1998 : 27 - 36
ISSN 0216- 1877
BEBERAPA CATATAN TENTANG BlOLOGI
IKAN LAYANG MARGA DECAPTERUS
Oleh
Abdul Samad Genisal)
ABSTRACT
SOME NOTES ON BIOLOGY OF LAYANG FISH OF THE GENUS
DECAPTERUS. Some biological aspects including taxonomy, distribution, migration, feeding, sex ratio, maturity stage, fecundity and behavior of the layang fish
of the genus Decapterus are discussed. There are about 8 species world wide. 5
species are known from Indonesia waters. 4 species distribute only in Indonesia
seas, by one Decapterus maruadsi is only found at Banda
PENDAHULUAN
(BURHANUDDIN et. al. 1983, WEBER &
BEAUFORT 1931).
Tulisan ini mencoha mengungkapkan
tentang ikan layang dari segi biologinya,
sehingga diharapkan masyarakat dapat
mengenalinya.
Ikan layang merupakan salah satu
sumber protein hewani yang sangat penting
bagi kebutuhan hidup manusia. Bagi
penduduk Indonesia kebutuhan akan protein
ini masih jauh dari mencukupi, oleh karena
itu salah satu jalan untuk mengatasinya
dengan mempertinggi hasil produksi
perikanan (YOESOEF 1974).
Ikan layang (Decapterus) termasuk
komponen perikanan pelagis yang penting di
Indonesia dan biasanya hidup bergerombol
dengan ikat lain seperti lemuru (Sardinella
sirm), lembang (Sardinella fimbriala, S.
perforala), kembung (Rastrelliger kanaguaa.
R. brachysoma), selar (Canax sp.) dan ekor
kuning (Caerio sp.). Diperairan Indonesia
terdapat 5 tenis yang umum dijumpai yaitu
Decapterus lajang, D. russelli, D. macrosoma.
D. kurroides dan D. maruadsi. Kelima jenis
tersebut terdapat pula di perairan Maluku
1)
1. Taksonomi
Nama ilmiah ikan layang adalah
Decaplerus spp. yang terdiri dari dua suku
kata yaitu Deca berarti sepuluh dan pteron
bermakna sayap. Jadi Decapterus berarti
ikan yang mempunyai sepuluh sayap Nama
ini dan kaitannya dengan ikan layang berarti
jenis ikan yang mampu bergerak sangat
cepat di air laut. Kecepatan tinggi ini memang
dapat dicapai karena bentuknya seperti cerutu
dan sisiknya sangat halus.
WEBER & BEAUFORT (1931).
menggolongkan ikan layang pada suku
Carangidae, bangsa Percomorphi, kelas Pi-
Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI. Jakarta
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
27
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
sces, marga Decapterus dan jenis Decapterus
spp. Marga Decapterus ini mempunyai tanda
khusus yaitu sebuah finlet yang terdapat di
belakang sirip punggung dan sirip dubur,
mempunyai bentuk yang bulat memanjang
dan pada bagian belakang garis sisi (lateral
line) terdapat sisik-sisik berlengir (lateral
scute).
Beberapa pakar dari mancanegara
dalam penelitiannya mendapatkan jumlah
jenis dari marga Decapterus ini dibeberapa
tempat diantaranya :
WEBER & BEAUFORT (1931)
menyatakan bahwa marga Decapterus ada
empat jenis di daerah Indo-Australia; SMITH
(1950) menyatakan ada lima jenis di Afrika
Selatan; MUNRO (1955, 1967) menyatakan
di Srilanka hanya satu jenis Iainnya; CHAN
et al. (1974) menyatakan di Samudera Hindia
bagian timur dan Samudera Pasifik sebelah
barat ada lima jenis, Kalau digabungkan
semuanya maka seluruhnya ada delapan jenis
yang telah dikenal yaitu : Decapterus lajang,
D. maruadri, D. macarellus, D. sancmehelenae dan D. puncurus. Tanda-tanda
taksonomi ikan layang menurut WEBER &
BEAUFORT (1931) sebagai berikut :
- 3,5; Mata 3,6 - 4,0; Moncong 3x kepala;
rahang atas hampir mencapai lengkung mata
terdepan. Ikan ini dalam keadaan segar
seluruh tubuhnya berwarna merah jambu,
dan pada bagian belakang tutup insang
terdapat totol hitam.
Decapterus macrosoma : D 1 procumbent
VIII; D2 I, 32 - 35; A. II, I, 27 - 30; P. 22 -23,
lebih panjang dari kepala tanpa moncong; LI.
2 7 - 2 8 yang terlebar 0,15 – 0,2 tinggi
tubuh; tinggi tubuh mendekati 4,8 – 5,5;
Kepala 4; Mata 4; Moncong 3x kepala;
rahang atas tidak mencapai lengkung mata
terdepan; Sirip-sirip berwarna merah jambul
kekuning-kuningan. Tubuh bagian atas
kehijau-hijauan dan bagian bawah putih, dan
bagian belakang tutup insangnya bertotol
hitam.
Decapterus kurroides : Dl I procumbent,
VIII; D2 I, 29; A. II, I. 23; P 20 – 21, sama
dengan atau lebih sedikit lebih panjang dari
kepala; LI. 30 yang terlebar 0,18 - 0,25
tinggi tubuh; Tinggi tubuh mendekati ± 5,33;
Kepala 4.50; Mata 4.50; Moncong 3,05-3,1x
kepala; Rahang atas berakhir dibawah
lengkung mata terdepan; Sirip berwarna
merah jambu, tubuh bagian atas hijau dan
bagian bawah putih.
Decapterus lajag : Dl I procumbent. VIII;
D 2 I. 31 - 34; A II, I. 27 - 30; P.22
panjangnya sama dengan panjang kepala
tanpa moncong (snout); 1.1.28 - 30 yang
terlebar 0,2 tinggi 4,5; Moncong 3 x kepala;
Rahang atas mencapai lengkung mata
terdepan; Dalam keadaan segar sirip berwarna
merah jambu. Pada bagian belakang tutup
insang terdapat totol hitam, tubuh bagian
atas berwarna hitam dan bagian bawah
putih.
Decapterus maruadsi : Dl I procumbent,
VIII; D2 I, 32 - 35; A. II, 1, 2. 27 - 30; P. 22 23, sedikit lebih panjang dari kepala tanpa
moncong; LI 28 - 30 terlebar 0,15 - 0,2
tinggi tubuh; Tinggi tubuh 4,0 - 4,2; Kepala
3,9 – 4,0; Mata 3,9 – 4,0; Moncong 3,76x
kepala; Rahang atas hampir mencapai
lengkung mata terdepan; Tubuh bagian atas
berwarna hijau gelap bagian bawah putih,
dan di tengah tubuhnya terdapat sirip
memanjang yang berwarna kuning. Bentuk
umum serta bagian-bagian tubuh ikan layang
Decapterus spp. (Gambar 1).
Decapterus russelli : Dl I procemben, VII;
D2 I, 30 - 32, A II; I, 24 - 27; P. 21 - 23,
lebih pendek dari panjang kepala; L1 40
yang terlebar 0,2 - 0.25 tinggi tubuhnya;
Tinggi tubuh mendekati 3,5 - 5.5; Kepala
3,4
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
28
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
2. Sebaran
Mancanegara : Sebelah timur di samudera
Hindia, termasuk Afrika Selatan. Sebelah
utara di Filipina Pulau-pulau Bonin dan
Jepang (Weber & BEAUFORT 1931, TIEWS
et al. 1968).
Daerah sebaran ikan layang sangat
luas, yaitu di perairan tropis dan subtropis.
Sebagian besar populasi ikan ini terdapat di
Samudera Atlantik bagian utara sampai ke
Cape Cod dan sebelah selatan sampai ke
Brasilia. Di wilayah Indo-Pasifik ikan ini
tersebar antara Jepang di bagian utara dan
pantai Natal di bagian selatan. Menurut
HANDENBERG (1937), di laut Jawa ikan
ikan tersebar mengikuti pergerakan salinitas
dan persediaan makanan yang sesuai dengan
hidupnya. Penyebaran kelima jenis ikan
layang marga Decapterus baik di perairan
lndonesia maupun di mancanegara :
Decapterus russelli :
Indonesia : Laut Jawa, Sulawesi. Selayar,
Ambon, Selat Makasar, Selat Bali, Selat
Sunda dan Selat Madura.
Mancanegara : Jenis ikan ini tersebar luas di
daerah lndo-Pasifik, mulai dari laut Merah
dan pantai timur Afrika Selatan terus ke
Aden, Sekotra, Zanzibar, Madagaskar, Arab
Selatan, Malaysia, ke arah utara sampai ke
Filiphina. Pulau-pulau Riu Kiu dan Jepang
(WEBER & BEAUFORT 1931).
Decapterus lajang :
Indonesia : Laut Jawa (termasuk Selat Sunda,
Selat Madura dan Selat Bali), Selat Makasar,
Ambon dan Ternate.
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
Decapterus macrosoma :
Indonesia : Selai Bali, Laul Banda, Ambon,
Selat Makassar dan Sangihe.
29
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Mancanegara : Pantai Natal, Filiphina,
Formosa, Pulau-pulau Bonin, Riu Kiu, pantai
selatan Jepang dan Australia (WEBER &
BEAUFORT 1931).
berlangsung air yang bersalinitas tinggi
mengalir dari Laut Flores dan dari Laut
Pasifik melalui Selat Karimata dan Selat
Sunda. Pada permulaan ikan layang yang
masih kecil yang berasal dari Laut Flores
bermigrasi ke barat dan sesampainya di
Pulau Bawean ikan ini sudah dewasa. Dalam
migrasi ini mereka memijah. Pada puncaknya
musim timur pada bulan-bulan JuniSeptember terdapat banyak ikan layang di
Laut Jawa.
VEEN (1953) mengatakan bahwa
lndonesia terletak di daerah tropis mengenal
dua musim yaitu musim barat atau musim
penghujan, biasanya antara bulan Oktober bulan Maret dan Musim timur atau musim
kemarau antara bulan Juni - September.
Pada musim timur air laut Flores
yang salinitas tinggi antara 33,5 – 34,4 ‰,
masuk ke Selat Makassar bersalinitas 33‰
dan campuran ini mengalir ke Laut Jawa yang
bersalinitas rendah. Oleh karena itu campuran
ini maka sesampainya di Kepulauan Seribu
arus ini terbagi ketiga jurusan, yaitu ke Selat
Gaspar, Selat Karimata dan Selat Sunda.
SOEMARTO (1958), mengatakan
bahwa pada musim timur ikan layang dari
Laut Flores masuk ke Laut Jawa dan banyak
ikan tertangkap di Pulau Bawean, Kepulauan
Karimun Jawa, di perairan Pekalongan, Tegal
dan Cirebon. Ikan layang yang masuk ke
Laut Jawa dari Laut Flores pada waktu
musim timur disebut ikan layang timur
(gambar 2).
Pada musim barat, ikan layang dari
Samudera Indonesia dengan mengikuti arus
laut melewati Selat Sunda masuk ke Laut
Jawa, dan ikan layang ini disebut ikan
layang barat (gambar 3). Pada musim barat
ikan layang yang tertangkap di pantai utara
Jawa merupakan ikan layang campuran yaitu
ikan layang barat dan ikan layang timur.
Menurut SOEMARTO (1958).
selama musim kemarau ikan layang timur
menyebar ke arah barat dan pada waktu
Decapterus kurroides :
Indonesia : Pelabuhan Ratu, Labuhan,
Muncar, Bali dan Aceh.
Mancanegara : Filiphina, Jepang dan Taiwan,
timur India (TIEWS et al. 1968).
Decaplerus maruadsi :
Indonesia : Jenis ini tertangkap di Pulau
Banda.
Mancanegara : Papua Nugini dan Hawaii
(MUNRO, 1955, 1967).
3. Migrasi
lkan layang adalah jenis ikan yang
hidup dalam air laut yang jernih dengan
salinitas tinggi. Ikan ini berasal dari perairan
bebas dan bersifat pelagis, karena itu Laut
Jawa bukanlah merupakan "fishing ground
yang tetap sepanjang tahun, tetapi suatu
wilayah migrasi (HANDERBERG 1937;
SOEMARTO 1958). Selanjutnya dikatakan
oleh HANDENBERG (1937), bahwa ikan
layang bersifat "stenohalina" hidup di air
Laut yang bersalinitas tertentu yaitu antara
32-33‰, sehingga dalam kehidupannya
dipengaruhi oleh musim dan ikan ini selalu
bermigarasi musiman.
Ikan layang muncul di permukaan
karena di pengaruhi oleh migrasi harian dari
organisme lain yang terdapat di suatu perairan.
Pada siang hari gerombolan-gerombolan ikan
bergerak kelapisan atas. Perpindahan tersebut
disebabkan oleh adanya perpindahan masal
dari plankton nabati yang diikuti oleh plankton hewani dan binatang-binatang yang lebih
besar termasuk ikan (ASIKIN, 1971).
Menurut HANDENBERG (1937),
migrasi ikan layang di perairan Indonesia
mempunyai hubungan dengan pergerakan
massa air laut walaupun secara tidak
langsung. Selama musim timur sedang
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
30
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 2. Migrasi layang pada waktu musim timur
Gambar 3. Migrasi ikan layang pada waktu musim barat
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
31
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
musim hujan akan kembali ke arah timur.
kemungkinan pada musim hujan ikan layang
barat dan ikan layang timur batas
penyebarannya bercampur pada waktu dan
daerah tertentu, sehingga ikan layang timur
yang kembali ke arah timur pada waktu
musim hujan disebut ikan layang barat.
Selain group ikan layang timur dan
ikan layang barat kemungkinan di perairan
laut Jawa masih ada group ikan layang
lainnya yaitu ikan layang utara. Ikan layang
ini pada bulan Desember - Maret mengikuti
arus laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa
melalui Selat Gaspar dan Selat Karimata.
Ikan layang yang berasal dari Laut Cina
Selatan disebut ikan layang utara (gambar 4).
Akan tetapi ikan layang ini di kepulauan
Seribu dan Teluk Jakarta tidak pernah
tertangkap. Karena ada suatu daerah perairan
yang bersalinitas rendah sehingga
menghalangi group ikan layang utara untuk
bermigrasi ke pesisir pantai utara Jawa
(SOEMARM, 1958).
Ikan layang selain melakukan
migrasi musiman, karena kebiasaan hidupnya
sangat peka terhadap salinitas rendah, juga
ikan layang setiap harinya melakukan migrasi
yaitu disebut migrasi harian. Ikan layang
melakukan migrasi harian karena di pengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu, yang
secara tidak langsung jenis pakannya itu
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari
(HELA & LAEVASTU 1961).
4. Makanan
Suatu faktor yang paling penting untuk
perulaan hidup bagi hewan maupun ikan
adalah makanan. Makanan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan, migrasi
dan beberapa aspek biologi lainnya tergantung
pada jumlah dan mutu dari makanan yang
dimakan oleh ikan tersebut. Pengetahuan
tentang keadaan makanan sesuatu di perairan
merupakan keterangan yang berharga dalam
menentukan dan memanfaatkan stok ikan
Gambar 4. Migrasi ikan layang utara dari Laut Cina Selatan
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
32
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
(NAKAI 1955). Decapterus macrocoma di
perairan Filiphina merupakan ikan-ikan
pemakan plankton hewani, sedangkan
Decapterus ruselli pemakan ikan kecil.
Hasil pen e lit i a n CHACKO &
MATHEW ( 1 9 5 4 ) terhadap isi perut
Decapterus russelli di perairan pantai barat
Madras adalah ikan-ikan kecil, Diatomae
(Coscinodis gigas dan Flagilaria ocianica).
Chaetognata (Sagita euflata, S. bedoti) Copepoda
(Acartia erythroca, Centropages furcatus,
Euterpina acutifrons dan Parapenaeopsis
stylifera).
NIKOLSKY (1963) mengatakan
bahwa ciri-ciri ikan pemakan plankton hewani
terletak pada perbandingan panjang usus
terhadap panjang badan, yaitu kurang dari
100 %. Panjang usus ikan layang di perairan
Karimun Jawa berkisar rata-rata 23 % dari
panjang badan (PRIJADI 1968). Makanan
ikan ini yaitu Crustacea dengan Copepoda
yang dominan, molusca dan gastropoda, larva
ikan, telur ikan dan sisik ikan.
daripada jantan; YOESOEF (197 4 )
Decapterus macrosoma di perairan Tegal
jantan dan betina seimbang; MERTA (1976)
D. russelli di perairan Nusa barung betina lebih
banyak.
Sedangkan
di
perairan
Waworada
jantan
lebih
banyak;
BURHABUDDIN & DJAMALI (1977) D.
russelli di perairan Pulau Panggangjantan
dan betina seimbang. SYAMSUDDIN (1978)
di Selat Makassar D. macrosoma jantan dan betina
seimbang.
6. Tingkat kematangan
Pengetahuan
tentang
tingkat
kematangan ikan perlu untuk mengetahui
musim-musim ikan-ikan memijah, sehingga
penangkapannya dapat dikontrol. Salah satu cara
untuk mengetahui tingkat kematangan ikan
yaitu dengan mengukur panjang gonad dan
rongga tubuh (body cavity), disamping dilihat
dengan mata sahaja warna gonad dan
pembuluh darah, serta butir-butir telur. Cara
lain dengan membuat preparat gonad sehingga
dapat ditentukan dengan pasti tingkat
kematangan gonad ikan. HOLT (1959) t e l a h
mengusulkan cara penentuan tingkat
kematangan gonad i k a n kembung
(Rastrelliger spp.) dan KESTIEVEN (dalam
EFFENDIE 1971) mengusulkan cara yang
dapat dipakai untuk menetukan tingkat
kematangan berbagai jcnis ikan di lapangan.
Menurut HANDENBERG (1937)
umumnya di laut Jawa ditemukan ikan layang
muda alau ikan-ikan layang yang belum
dewasa benar dan tertangkap tidak terlalu
dekat dengan pantai. Hal yang sama telah
dilaporkan oleh MUBARAK (1972) bahwa
ikan layang, Decapterus russelli di perairan
Tegal masih muda. Lain halnya dengan
laporan MERTA (1976) bahwa ikan-ikan
layang yang tertangkap di Nusa Barung yaitu
Decapterus russelli kira-kira 60% lebih sudah
matang, sedangkan di Teluk Warorada banyak
yang sudah matang kira-kira 34%. Penelitian
terakhir ini juga melaporkan tingkat kematangan
5. Rasio kelamin
Ikan layang (Decapterus spp.) hidup
bergerombol yang terdiri dari jantan, betina
dan belum dewasa. Di perairan perbandingan
jenis kelamin ikan ini diharapkan seimbang
dan bahkan diharapkan jumlah betina lebih
banyak dari jumlah Jantan sehingga
populasinya dapat dipertahankan walaupun
ada kematian alami dan penangkapan.
TIEWS et al. (1968) berpendapat
bahwa rasio kelamin ikan layang berlainan
menurut tempat dan jenisnya. Decapterus
russelli di perairan Teluk Manila lebih banyak
jantannya, sedangkan di Palawan seimbang.
Sedangkan untuk Decapterus macrocoma di
Teluk Manila lebih banyak betinanya dan
diperairan Palawan seimbang.
Di Indonesia penelitian tentang rasio
kelamin telah dilakukan oleh beberapa pakar
diantaranya MUBARAK (1972), Decapterus
russelli di perairan Tegal betina lebih banyak
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
33
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
ikan layang jenis Decapterus macrocoma dari
Teluk Waworada yaitu masih muda dan contoh
yang terkumpul terlalu sedikit.
macrosoma di perairan Filiphina berjumlah
antara 67.900 - 106.000 butir. Sedangkan
SYAMSUDDIN (1978) melaporkan jumlah
telur ikan layang Decapterus macrosoma
dari perairan Pulau Kodingareng (Selat
Makassar) sebanyak 19.400 - 75.800 butir.
Pada umumnya jumlah telur Decapterus
macrosoma lebih banyak bila dibandingkan
dengan telur Decapterus russelli.
7. Fekunditas
Fekunditas (Fecundity) ikan ialah
jumlah telur yang masak sebelum dikeluarkan
pada waktu memijah. Fekunditas dekian
dinamakan fekunditas individu atau
fekunditas mutlak. Sedangkan fekunditas
relatif ialah jumlah telur per satuan berat
atau panjang ikan (NIKOLSKY 1963).
RAO (1967) menyatakan bahwa telurtelur yang telah matang dan siap dikeluarkan
berwarna kuning sampai kemerah-merahan,
butir-butirnya mudah dipisahkan, kelihatan
"Opaque" atau "tranlucent" dengan bintikbintik minyak. Pengetahuan fekunditas dapat
digunakan sebagai bagian dari telaah
sistematik, dinamika populasi, atau
produktivitas. Jumlah telur yang dihasilkan
oleh ikan sangat berguna dalam budi daya
ikan, misalnya hubungan besarnya ikan induk
dengan fasilitas untuk pemeliharaan anakanak ikan. BURHANUDDIN & DJAMALI
(1977) telah mencatat 20 ekor layang betina
Decapterus russelli dari perairan Pulau
Panggang (Pulau-pulau Seribu) dengan
ukuran panjang 166 - 229 mm dan berat
berkisar antara 5 2 - 1 2 9 gram mengandung
telur sebanyak 20.000 - 84.700 butir. Jumlah
telur yang dilaporkan ini lebih banyak dari
jumlah telur ikan yang sama di perairan
Filiphina menurut TIEWS et al. (1968) yaitu
sebanyak 28.700 - 84.700 butir. Selanjutnya
BURHANUDDIN & DJAMALI (1977)
berpendapat bahwa perbedaan jumlah ini
disebabkan oleh diameter telur yang dicacah.
TIEWS et al. (1968) memilih diameter telur
antara 300 - 4.000 micron, sedang
BURHANUDDIN dan DJAMALI (1977)
memilih diameter telur antara 84 - 336
micron. TIEWS et al. (1968) melaporkan
pula jumlah telur ikan layang jenis Decapterus
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
8. Tingkah Laku Ikan
PARRIS (dalam WIDJOJO 1966).
menyatakan bahwa pada umumnya ikan
pelagis sangat aktif dan dapat berenang
sangat cepat, susunan pendengaran dan
pengelihatannya baik. Daya pengelihatan
yang dominan ini, sangat diperlukan oleh
ikan-ikan
tersebut
untuk
memilih
makanannya.
Menurut HELA & LAEVASTU
(1961), pada umumnya ikan pelagis naik ke
permukaan sebelum matahari terbenam dalam
kelompok besar. Sesudah matahari terbenam
ikan ini menyebar dan menuju tempat yang
lebih dalam. Dan selanjutnya dikatakan pula
olehnya bahwa ikan pelagis jenis Sardinella
sirm sangat aktif pada waktu pagi dan sore
hari. Sedangkan pada waktu siang hari berada
sekitar 30 meter dibawah permukaan air laut.
Perilaku ini sama halnya dengan kelakuan
ikan layang dan diduga bahwa pergerakan
ikan tersebut mengikuti pergerakan planktonplankton yang merupakan makanannya yang
mana plankton-plankton pada waktu siang
hari turun ke bawah menjauhi permukaan
laut (WIDJOJO, 1966).
Kelompok besar ikan layang selalu
bergerak dibawah bayang-bayang dari benda
yang mengapung di laut untuk perlindungan
(SOEMARTO, 1963). Dijelaskan pula oleh
WIDJOJO (1966). bahwa ikan layang dalam
kelompok besar, pada waktu pagi dan sore
hari aktif makan disekitar bayang-bayang
rumpon. Rumpon ini merupakan tempat
berlindung dari serangan ikan-ikan buas.
34
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
HELA, I. and T. LAEVASTU. 1961.
Behavior of fish in current. Fisheries
hidrography. Fishing News ( Book Ltd.
London and Tonbridge : 46 - 52.
SOEPANTO (1969), mengatakan
bahwa penangkapan ikan disekitar rumpon
yang ditanam di perairan pantai utara Jawa
Tengah, terutama ditujukan untuk
penangkapan ikan layang. Selain itu
tertangkap pula ikan lemuru (Sardinella sirm),
kembung (Rastrelliger kanagurta, R.
branchysoma) dan Selar (Caranx sp.).
HOLT, S.J. 1959. Revolt of the International
Training Center on the methodology
and techniques of a research on
mackerel (Rastrelliger). FAO Report
109 : 129 pp.
DAFTAR PUSTAKA
MERTA, I. G. S. 1976. Survei perikanan
pelagis di perairan Nusa Burung dan
Nusa Tenggara (Pelagie fisheries survey in the water of Nusa Burung and
Nusa Tengga). LPPL. 2 : 81 - 116.
ASIKIN, T. 1971. Sinopsis biologi ikan
layang (Decapterus sp.) LPPI,
Jakarta : 3 - 27.
BURHANUDDIN & A. DJAMALI 1977.
Penelaahan biologi ikan layang
(Decapterus russelli Ruppell) di
perairan Pulau Panggang, Pulau-pulau
Seribu. Dalam : Teluk Jakarta Sumber
Daya, Sifat-sifat Oseanologis, serta
Permasalahannya. (Ed. M. HUTOMO
et al.). Lembaga Oseanologi
Nasional - LIP1 : 139 - 149.
MUBARAK. H. 1972. Beberapa aspek
biologi ikan layang. Decapterus sp.
dan perikanan payang di perairan
Tegal. Thesis Fakultas Perikanan Institute Pertanian Bogor : 80 hal.
MUNRO, I. S. R. 1955. The marine and
fresh water fishes of Ceylon.
Department of external All airs.
Canberra : 351 pp.
BURHANUDDIN, A. DJAMALI, S.
MARTOSEWOJO
dan
R.
MULYANTO 1983. Evaluasi tentang
potensi dunia usaha pengelolaan
sumberdaya ikan layang (Decapterus,
spp.) LON – LIPI. 61 hal.
MUNRO, I. S. R. 1967. The jishe d New
Guinea. Department of Agriculture.
Std and Fisheries, Port Moresby.
New Guinea : 651 pp.
NAKAI, Z. 1955. Progress Report of the
cooperative
lwashi
Resources
[investigation April I949 - December
1951. Fisheries Agency T. R. F. R.
L. Tokyo : 69 pp.
CHAN,
W,
TALBOT
and
P.
SUKHAVISIDHI 1974. FAO species
Identification sheet for fisher), Purpose
Rome 1.
CHACKO, P. I. and M.J. MATHEW 1954.
Biology and fisheries of the Horse
Mackerel uf the west coast of Madras
state. Cortrib, Mar, Bio, Stat. West
Hill, Malabar Coast 2 : 12.
NlKOLSKY, G. V. 1967. The ecology ol Fishes
Academic Press. London , 352 pp.
PRIJADI. S. 1968. Makanan dan habitat
makan dari ikan layang. Fakultas
Perikanan. IPB, Bogor : 22 hal.
EFFENDIE. M.1 1971. Metoda biologi
perikanan. Fakultas Perikanan Institut
Pertanian Bogor : 75 hal.
RAO, V. R, 1967, Spawning behaviors and
fecundity of the Indian mackarel,
Ras-trelliger kanagurta (cuvier) at
Mangalore Indian. J. fish 14 (132) :
171 - 186.
HANDENBERG, I. D. F. 1937. Premilinary
report on a migration of fish in the
Java sea. Treubia 16 (2): 295 - 300.
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
35
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
SMITH. I. L. B. 1950. The sea fishes of
Southern Africa. Cape Times Limites,
Cape Town : 550 pp.
the Filiphines waters. Pro(.. IPEC 13
(2) : 82-106.
VEEN, P.C.H. 1953. Preliminary charts or
the mean salinity of the Indo-Archipelago and adjacent waters Bul. 17
LPL Jakarta : 53 pp.
SOEMARTO 1958. Fish behavior with
special reference to pelagi shoaling
species : Layang (Decapterus spp.)
Proc. Indo-Pacific Fish Coun. 8 (3) :
89 - 93.
WEBER, M. dan L.F. De BEAUFORT 1931
The fishes of the lndo-Australian Archipelago. E.J. Leiden, 6 : 194-201
SOEPANTO 1969. Respond S. U. P. M.
terhadap perikanan di Tegal dan
sekitarnya. Ditjen Perikanan Th. VII :
25 - 36.
WIDIOIO, S. 1966. Perikanan Mayang di
Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu Lap.
Praktek Mayor, Fax. Pertanian IPB
Bogor : 53 hal.
SYAMSUDDIN, M. S. 1978. Penelitian aspek
biologi ikan layang (Decopterus
macrosoma di Pulau Kodingareng,
Selat Makassar. Thesis, Fakultas Ilmu
Pasti dan Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padjajaran Bandung :
31 hal.
YOESOEF, S. 1974. Penelitian pendahuluan
tentang relasi panjang lewat, rasio
kelamin dan makanan dari ikan layang
Decapterus macrosoma (BLEEKER)
yang tertangkap dengan payang di
perairan Tegal. Thesis pada fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor :
45 hal.
TIEWS K; I. A.RONQUILLO and P. CASES
BORJA 1968. On the biology of
rounds cad (decapterus BLEEKER) in
Oseana, Volume XXIII no. 2, 1998
36
Download