Saung Wali - Teknik Elektro UNM

advertisement
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK DAN KLASIKAL
SISWA KELAS II SMK NEGERI 3 MAKASSAR
Muddassir
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM
e-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar
Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang mengikuti pembelajaran
secara kelompok dan klasikal serta perbedaan keduanya. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Populasinya yang
sekaligus merupakan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas II SMK
Negeri 3 Makassar yang memprogramkan mata pelajaran Matematika pada
tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 96 orang. Sampel penelitian adalah kelas
2 Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik A dan B masing-masing sebanyak 31 orang
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan tes.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran secara kelompok (eksperimen) memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran secara klasikal
(kontrol). Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 71,80
yang ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu sebesar
68,98. Temuan lain adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa kelompok eksperimen dan hasil belajar siswa kelompok kontrol
dengan uji-t sebesar 2,1945 dengan p sebesar 0,0321. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika pada tahun ajaran 2007/2008.
Kata Kunci: Penelitian tindakan kelas, Pembelajaran kelompok, Pembelajaran
klasikal
Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru dapat terwujud jika peranan
pendidikan diberikan perhatian besar. Hal
tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa
semakin maju suatu negara, maka makin
besar
pula
biaya
pendidikan
yang
dikeluarkan, sebab mereka menyadari bahwa
pendidikan adalah kunci utama kemajuan
dan modernisasi.
Dalam bidang pendidikan itu sendiri,
pemerintah melalui Departemen Pendidikan
Nasional
telah
berupaya
memacu
perkembangan, salah satu di antaranya
adalah usaha perubahan dan perkembangan
kurikulum,
yang
dilakukan
sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam kurun waktu kurang lebih
30 tahun telah dilakuakan 5 kali perubahan
kurikulum,
yaitu
Kurikulum
1975,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP). Setiap
perubahan
kurikulum
tersebut
selalu
mengandung makna perkembangan dari
kurikulum
sebelumnya.
Hal
tersebut
dilakukan pemerintah guna mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Dari beberapa komponen yang terlibat
dalam pencapaian
tujuan
pendidikan
nasional
secara
umum
dan
tujuan
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
pembelajaran secara khusus, maka yang
perlu
mendapat
perhatian
adalah
pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri.
Selanjutnya, hal yang harus diperhatikan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran adalah siswa sebagai
obyek yang belajar. Untuk itu, maka siswalah
yang harus diupayakan agar dapat
berinteraksi secara aktif dengan bahan ajar,
sedangkan guru hanya berperan sebagai
fasilitator yang mengatur, menyiapkan, dan
mengorganisir semua sumber yang dapat
membantu terlaksananya kegiatan belajar
siswa. Mengajar siswa berarti memberikan
peluang kepada siswa untuk memperoleh
banyak pengalaman belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis merancang sebuah penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang efektifitas
pembelajaran secara kelompok dan klasikal
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, penulis akan melakukan
penelitian dengan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana
tingkat
hasil
belajar
Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3
Makassar tahun ajaran 2007-2008 yang
mengikuti pembelajaran secara kelompok
dan klasikal?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar
Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3
Makassar tahun ajaran 2007-2008 antara
siswa yang mengikuti pembelajaran
kelompok dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran secara klasikal?
HAKEKAT BELAJAR MENGAJAR
Belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.
Artinya tujuan kegiatan belajar ialah
perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan,
sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi
kegiatan
belajar
mengajar
seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, menilai
proses dan hasil belajar, termasuk dalam
cakupan tanggungjawab guru.
Belajar ialah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003).
Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan
yang menimbulkan kelakuan baru atau
merubah kelakuan lama sehingga seseorang
lebih mampu memecahkan masalah dan
menyesuaikan diri terhadap situas-situasi
yang dihadapi dalam hidupnya (Sahabuddin,
1997).
Mengajar pada hakekatnya adalah
upaya menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Dalam hal ini, mencakup
bagaimana cara mengatur dan mengorganisir
lingkungan yang di sekitar siswa sehingga
menimbulkan minat dan motivasi siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
Mengajar dapat pula diartikan sebagai
proses pemberian bimbingan atau bantuan
kepada siswa dalam melakukan proses
belajarnya. Pengertian mengajar, khususnya
di negara-negara maju sangat menekankan
pada keaktifan siswa yang sedang belajar,
sedangkan
guru
hanya
memberikan
bimbingan, mengarahkan atas jalannya
proses
belajar
mengajar,
sehingga
kesempatan siswa untuk berbuat dan
berkembang lebih banyak.
METODE MENGAJAR MATEMATIKA
1.
Pengertian Metode Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, metode
mengajar memegang peranan yang sangat
penting.
Hal ini dikarenakan metode
mengajar akan mempengaruhi situasi kelas.
Situasi kelas yang diharapkan adalah situasi
yang dapat merangsang siswa untuk belajar,
sehingga tujuan dari proses belajar mengajar
akan dicapai secara optimal. Salah satu
langkah dalam memilih metode adalah
dengan terlebih dahulu harus menguasai
metode mengajar sebagai teknik penyajian
materi pelajaran, agar materi pelajaran
tersebut dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan oleh siswa dengan baik (Azhar,
1993).
Metode
mengajar
adalah
suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
yang dipergunakan oleh seorang guru atau
instruktur. Pengertian lain ialah teknik
penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa di dalam kelas, baik secara
individual atau secara kelompok/ klasikal,
agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami
dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
2.
Pemilihan Metode Mengajar
Matematika
Dalam memilih metode mengajar yang
akn digunakan dalam proses pembelajaran
Matematika, terdapat beberapa hal yang
diperhatikan. Menurut Roestiyah (1989),
pemilihan
metode
mengajar
harus
berdasarkan pada: 1) sifat dari pelajaran, 2)
alat-alat peraga yang tersedia, 3) besar
kecilnya kelas, 4) tempat dan lingkungan, 5)
kemampuan dan kesanggupan guru, 6)
banyak sedikitnya materi pelajaran, dan 7)
tujuan mata pelajaran.
Sementara itu, Engkoswara (1988)
mengemukakan bahwa persoalan memilih
metode mengajar tergantung kepada: 1)
tujuan mengajar, 2) bahan apa yang
diajarkan, 3) siapa siswa yang diajar, dan
fasilitas atau perlengkapan mengajar yang
digunakan. Lebih lanjut Engkoswara (1988)
mengemukakan lima prinsip di dalam
memilih metode mengajar, yaitu: 1) Asas
maju
berkelanjutan,
artinya
memberi
kemungkinan
kepada
siswa
untuk
mempelajati sesuatu, 2) Penekanan pada
belajar sendiri bahan pelajaran yang lebih
banyak daripada yang diberikan oleh guru, 3)
Bekerja secara team, dimana siswa dapat
mengerjakan
sesuatu
pelajaran
yang
memungkinkan siswa bekerja sama, 4)
Multidisipliner,
artinya
memungkinkan
siswa untuk mempelajari sesuatu meninjau
dari berbagai sudut, dan 5) Flexibel, dalam
arti dapat dilakukan menurut keperluan
keadaan.
PEMBELAJARAN SECARA
KELOMPOK
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengertian kelompok yang mengarah pada
penampilan objek secara kolektif dan
kuantitatif. Istilah kelompok sangat luas atau
fleksibel dalam arti bahwa kelompok tidak
tergantung jumlah besar atau kecilnya
anggota yang terdapat di dalamnya.
Selanjutnya, Dictionary of Sociologi, pengertian
kelompok dikemukakan sebagai himpunan
dari dua orang atau lebih yang terjalin pada
suatu interaksi. Kemudian dalam The
American Heritage Dictionary dinyatakan
bahwa kelompok adalah sejumlah individu
yang merupakan adanya kebersamaan dalam
hal-hal tertentu (Mashuha, 1989).
Belajar kelompok atau kooperatif
adalah suatu bentuk organisasi
yang
menggunakan kelompok-kelompok yang
heterogen
dan
memiliki
saling
ketergantungan antara satu dengan yang
lainnya, yang terdiri dari 3-5 orang yang
bekerja sama melaksanakan tugas yang
diberikan (Baharuddin, 2000).
Belajar
kelompok
mempunyai
keuntungan sosial, belajar kelompok yang
menekankan pada suatu interaksi dalam arti
saling membantu, berkomunikasi, berdiskusi,
memberi tugas, menerima tanggungjawab,
mengembangkan sikap saling menghargai
teman serta pekerjaan-pekerjaannya. Karena
tugas kelompok merupakan bagian belajar
kelompok, maka pemberian tugas adalah
salah satu upaya yang dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan aktivitas belajar.
Hudoyono (1988), mengemukakan
bahwa pembelajaran secara kelompok juga
memiliki
kelebihan
dan
kekurangan.
Kelebihannya adalah: 1) Menyelesaikan tugas
atau memecahkan suatu masalah dapat lebih
cepat, karena adanya beberapa orang yang
memikirkannya, dan 2) Dapat saling tukar
pikiran, pengetahuan dan pengalaman antara
teman yang satu dengan yang lainnya dalam
satu kelompok, sehinggga dapat memperoleh
hasil belajar yang optimal. Kekurangannya
adalah: 1) Dapat terjadi rasa egois terhadap
teman bila ia merasa lebih pintar dari teman
yang lainnya, 2) Dapat terjadi sifat pasif bagi
siswa yang kurang pintar karena selalu
mengharapkan bantuan dari temannya, dan
3) Jika anggota kelompok tidak ada yang
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
pandai, maka tidak akan menyelesaikan
tugas kelompok dengan baik.
PEMBELAJARAN SECARA
KLASIKAL
Pembelajaran secara klasikal yang
dimaksudkan adalah pembelajaran yang
diberikan kepada siswa secara bersama-sama
dengan menggunakan metode ceramah oleh
guru, sehingga pelayanan individual akan
memiliki banyak kendala. Dengan metode
pembelajaran ini, semua masalah yang
dihadapi sehubungan dengan pencapaian
hasil belajar diharapkan diselesaikan sendiri
tanpa bantuan orang atau siswa lain. Intang
(1988) menyatakan, bahwa pembelajaran
secara klasikal adalah proses pembelajaran
yang ditekankan pada siswa tanpa interaktif
dengan siswa lain. Masalah diselesaikan atau
dipecahkan sendiri, semua informasi yang
dibutuhkan dicari dan dikumpulkan sendiri,
kesimpulan dan jawaban masalah ditetapkan
sendiri. Karena tugas perorangan merupakan
rangkaian atas bagian dari belajar mandiri.
Penjelasan di atas memberikan gambaran
bahwa tugas perorangan atau individual
tidak sesuai dengan esensial manusia secara
kodrati yang membutuhkan kerjasama
dengan orang lain. Dengan cara ini, tidak
dapat diperoleh hasil belajar sesuai dengan
yang diharapkan, kecuali siswa yang
memiliki intelegensi di atas normal.
Seperti halnya pembelajaran secara
kelompok, maka pembelajaran secara klasikal
juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menurut
Hudoyo
(1988),
kelebihan
pembelajaran yang dilakukan secara klasikal
adalah: 1) Melatih siswa memecahkan
masalah yang dihadapi atau yang diberikan
tanpa bantuan dari orang lain, 2) Siswa yang
pandai akan maju tanpa akan meninggalkan
siswa yang kurang pandai, dan 3) Minat
perorangan dapat terpenuhi, sehingga
memungkinkan keterlibatan, siswa aktif
adalah memahami suatu masalah.
Selanjutnya,
kekurangan
pembelajaran yang dilakukan secara klasikal
adalah: 1) Siswa menjadi egois, yang berarti
tidak menunjang pembentukan kerjasama, 2)
Dalam memudahkan soal atau masalah
relatif lambat, karena pemecahannya dengan
bantuan buku saja, dan 3) Indera yang
bekerja, waktu yang relatif sedikit sehingga
ketahanan pemahaman terhadap masalah
yang dibahas juga berkurang.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah istilah yang
digunakan
untuk
mencapai
tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
melakukan usaha tertentu. Ini sejalan dengan
pendapat Mustaan (2005) yang menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan ukuran yang
menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran
telah tercapai oleh siswa dengan pengalaman
yang telah diberikan dan disiapkan oleh
sekolah. Hasil belajar diartikan hasil optimal
yang diperoleh melalui proses belajar
mengajar sehingga dapat dilakukan sebagai
alat ukur maka digunakan alat ukur berupa
tes hasil belajar.
Pengertian hasil belajar menurut
Jumardi (2003) adalah hasil yang diperoleh
dan dimiliki oleh siswa setelah melibatkan
dirinya secara aktif, baik dari segi fisik
maupun
mental
dalam
meyelesaikan
masalah–masalah yang berhubungan dengan
matematika.
Udin,
dkk.
(1994)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
hasil dari proses belajar yang berbentuk
suatu produk seperti pengetahuan, sikap,
dan keterampilan tertentu tapi dapat juga
berbentuk kemampuan yang harus dimiliki
siswa dalam mengelolah produk tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa
hasil
belajar
adalah
tingkat
keberhasilan dalam menguasai bahan
pelajaran serta mengalami proses belajar
yang akan diperlihatkan melalui nilai yang
diperoleh dalam tes hasil belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Berikut ini akan dikemukakan hasil
analisis statistik deskriptif hasil belajar
matematika siswa kelas II yang mengikuti
pembelajaran secara kelompok dan klasikal.
Hasil belajar
tersebut
dapat
dilihat
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
ringkasannya pada tabel 1. Kelompok
eksperimen adalah kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran secara kelompok,
sedangkan
kelompok
kontrol
adalah
kelompok
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran secara klasikal.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Statistik
Deskriptif
Parameter
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Mean
Median
Mode
Standard Deviation
Skewness
Minimum
Maximum
71.80
69.44
68.78
4.69
0.15
65.39
83.89
68.98
69.67
74.44
5.40
-0.04
60.33
79.44
Selanjutnya, sebaran frekuensi hasil
belajar matematika dengan pembelajaran
secara kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada tabel tersebut terlihat bahwa hasil
belajar matematika dengan pembelajaran
secara kelompok umumnya berada pada
kategori sedang.
Tabel 2. Sebaran frekuensi hasil belajar
matematika dengan pembelajaran
secara kelompok
76.49 ke atas
71.80 – 76.48
67.11 – 71.79
Frek.
Rel.
16.13
19.35
58.06
Frek.
Kom.
16.13
35.48
93.55
di bawah 67.11
2
6.452
100
31
100
Interval Kelas
Tinggi
Cukup
Sedang
Rendah
Jumlah
Kategori
Interval Kelas
Tinggi
Cukup
Sedang
76.49 ke atas
71.80 – 76.48
67.11 – 71.79
Rendah
di bawah 67.11
Jumlah
Mengacu
pada
interval
kelas
pengkategorian hasil belajar matematika
denganpembelajaran
secara
kelompok,
sebaran frekuensi hasil belajar matematika
dengan pembelajaran secara klasikal dapat
disusun seperti terlihat pada Tabel 3. Pada
tabel tersebut terlihat bahwa hasil belajar
matematika dengan pembelajaran secara
klasikal berada pada kategori rendah.
Frek.
Absolut
1
12
Frek.
Rel.
3.23
38.71
Frek.
Kom.
3.23
41.94
4
12.90
54.84
14
31
45.16
100
100
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dilakukan
untuk menguji hipotesis penelitin yang
diajukan. Hipotesis penelitian tersebut adalah
terdapat perbedaan hasil belajar Matematika
siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar tahun
ajaran 2007-2008 antara siswa yang mengikuti
pembelajaran kelompok dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran secara klasikal.
Hasil analisis statistik inferensial Uji-t
dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tabel
tersebut, nilai uji t sebesar 2,1945, nilai ttabel
sebesar 2,003, dan p < α (0,005), yaitu sebesar
0,0321.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Analisis Statistik
Inferensial
Parameter
Frek.
Abs.
5
6
18
Kategori
Tabel 3. Sebaran frekuensi hasil belajar
matematika dengan pembelajaran
secara klasikal
Mean
Variance
Observations
df
t Stat
P(T<=t) two-tail
t Critical twotail
Eks
Kon
71.8011
21.9693
31
60
2.1945
0.0321
68.9821
29.1853
31
2.0003
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikemukakan di atas, secara deskriptif, hasil
belajar matematika siswa kelas II SMK Negeri
3 Makassar yang mengikuti pembelajaran
kelompok berada pada interval 65,39 – 83,89
dengan skor rata-rata sebesar 71,80 dan
standar deviasi sebesar 4,69. Dari nilai
ukuran gejala pusat rata-rata (M), median
(Me), dan modus (Mo) yang terlihat pada
Tabel 1, dimana M>Me>Mo, dapat diketahui
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
bahwa bentuk kurva tidak simetris, menceng
ke kiri, dan umumya skor siswa berada di
bawah skor rata-rata seperti dilukiskan pada
Gambar 1.
Pada tabel 2, terlihat sebaran frekuensi
hasil
belajar
matematika
dengan
pembelajaran secara kelompok, yang mana
skor siswa terbanyak berada pada kategori
sedang, yaitu sebanyak 18 orang atau 58,06%.
Mo
68.78
Me
69.44
M
71.80
Makassar yang mengikuti pembelajaran
klasikal. Walaupun hasil belajar matematika
untuk pembelajaran kelompok berada pada
kategori sedang dan untuk pembelajaran
klasikal berada pada kategori cukup, namun
secara kolektif hasil belajar matematika untuk
pembelajaran kelompok masih lebih baik,
karena nilai rata-ratanya lebih tinggi. Hal ini
dapat dibuktikan jika dipakai satu acuan
interval kategori seperti terlihat pada Tabel 5.
Pada tabel tersebut, acuan interval kategori
yang digunakan adalah pembelajaran
kelompok. Dapat dilihat bahwa hasil belajar
matematika untuk pembelajaran kelompok
berada pada kategosi sedang, yaitu sebanyak
18 orang atau 58.06%, sedangkan untuk
pembelajaran klasikal berada pada kategori
rendah, yaitu sebanyak 14 orang atau 45.16%.
Keterangan:
Daerah yang diarsir adalah daerah di atas rata-rata
Gambar 1. Ilustrasi Kurva hasil belajar
matematika siswa kelas II SMK Negeri 3
Makassar yang mengikuti pembelajaran
kelompok
Untuk siswa kelas II SMK Negeri 3
Makassar yang mengikuti pembelajaran
klasikal, hasil belajar matematika juga
bervariasi dari 60,33 sampai 79,44, dengan
skor rata-rata sebesar 68,98 dan standar
deviasi sebesar 5,40. Dari nilai ukuran gejala
pusat rata-rata (M), median (Me), dan modus
(Mo) yang terlihat pada Tabel 1, dimana
M<Me<Mo, dapat diketahui bahwa bentuk
kurva tidak simetris, menceng ke kanan, dan
umumya skor siswa berada di atas skor ratarata seperti dilukiskan pada Gambar 2.
Pada tabel 3, terlihat sebaran
frekuensi hasil belajar matematika dengan
pembelajaran secara klasikal, yang mana skor
siswa terbanyak berada pada kategori cukup,
yaitu sebanyak 10 orang atau 32,26%.
Berdasarkan hasil analisis di atas,
secara deskriptif terlihat adanya perbedaan
hasil belajar Matematika siswa Kelas II SMK
Negeri 3 Makassar
yang mengikuti
pembelajaran kelompok dan hasil belajar
Matematika siswa Kelas II SMK Negeri 3
M
68.9 8
Me
6 9.6 7
Mo
7 4.44
Ke tera nga n:
D a era h ya ng d iars ir ad alah dae rah di atas rata-rata
Gambar 2. Ilustrasi Kurva hasil belajar
matematika siswa kelas II SMK Negeri 3
Makassar yang mengikuti pembelajaran
klasikal
Tabel 5. Sebaran Frekuensi Hasil Belajar
Matematika dengan Kategori Mengacu pada
Pembelajaran Secara Kelompok
Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
Interval
Kategori
Kelas
Frek Frek. Frek Frek.
Abs. Rel. Abs. Rel.
Tinggi 76.49 ke atas
5
16.13
1
3.23
Cukup 71.80 – 76.48
6
19.35 12 38.71
Sedang 67.11 – 71.79
18 58.06
4 12.90
Rendah di bawah 67.11 2
6.452 14 45.16
Jumlah
31
100
31 100
Untuk mengetahui apakah perbedaan
dari kedua kelompok berarti (signifikan),
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
dapat diketahui dari hasil analisis inferensial.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai uji-t yang
diperoleh adalah 2.1945 yang lebih besar dari
harga t tabel sebesar 2.003 pada taraf
kepercayaan = 5% dan nilai p = 0.0321 yang
lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
berarti antara hasil belajar matematika siswa
Kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang
mengikuti pembelajaran kelompok dan yang
mengikuti pembelajaran klasikal.
Dari hasil analisis yang diperoleh,
cukup mendukung teori yang telah
dikemukakan pada kajian teori. Dengan
mengikuti pembelajaran kelompok siswa
dapat meningkatkan keterampilannya dalam
memecahkan masalah, terutama bagi siswa
yang memiliki kemampuan rendah, dan
membuat siswa senang belajar Matematika.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulan bahwa pembelajaran secara
kelompok dapat meningkatkan keterampilan
siswa
dalam
memecahkan
masalah.
Pembelajaran secara kooperatif dengan
memberikan kesempatan kepada siswa siswa
untuk
berinteraksi
dengan
teman
kelompoknya dapat membuat suasana belajar
lebih menyenangkan karena memberikan
kesempatan kepada masing-masing siswa
untuk
mengungkapkan
dan
mempertahankan pendapatnya.
Sebagai implikasi dari penelitian ini,
disarankan
kepada
guru
untuk
melaksanakan dan mengembangkan model
pembelajaran kooperatif seperti model
pembelajaran kelompok karena terbukti
dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan siswa dalam memecahkan
masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., 1992. Guru dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, O., 1993. Media Pendidikan.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Hasrawati, 2006. Perbandingan Hasil Belajar
Matematika dengan Menggunakan Media
Komputer dan Tanpa Media Komputer
pada Siswa Kelas VII SMPN
2
Makassar.
Skripsi.
Tidak
dipublikasikan. Makassar: FMIPA
UNM.
Hudoyo,
H.
1988.
Mengajar-Belajar
Matematika. Jakarta: P2LPTK.
Jumardi. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas I SLTP Negeri 1
Makassar Melalui Metode Pembelajaran
Kerja Kelompok dengan Menggunakan
Lembar Kerja Berstruktur. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Makassar: FMIPA
UNM.
Mustaan. 2005. Implementasi Pembelajaran
Berbasis Kontekstual dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
SD Negeri Parang Tambung 1 Makassar.
Skripsi.
Tidak
dipublikasikan.
Makassar: FMIPA UNM.
Paeru, A.D & B. Intang. 1988. Perbandingan
Prestasi Siswa yang Belajar Kelompok
dan Belajar Mandiri dalam Mata
Pelajaran Matematika Siswa SMA Negeri
5 Kotamadya Ujung Pandang. Laporan
Hasil
Penelitian.
Tidak
dipublikasikan.
Ujung
Pandang:
Lembaga Penelitian IKIP Ujung
Pandang.
Roestiyah, N.K. 1989. Didaktik
Jakarta: Rineka Cipta.
Metodik.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan dan Penilaian Hasil
Belajar. Jakarta: Bina Aksara
Download