MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN dengan MEMADUKAN TEKNOLOGI dan MEDIA Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kajian Teknologi Pendidikan yang diampu oleh Dr. I Ketut Sudarsana. S.Ag, M.Pd.H PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) DHARMA ACARYA Oleh Kelompok 2 Kelas A I Made Sujanayasa (16.1.2.5.2.0918) I Ketut Bendesa Wiadnyana (16.1.2.5.2.0933) I Made Muliarta (16.1.2.5.2.0934) I Ketut Sandiyasa (16.1.2.5.2.0935) I Komang Sutarjana (16.1.2.5.2.0932) PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR 2017 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan tugas ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati. Penulis menyadari bahwa tugash ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H selaku dosen mata kuliah Kajian Teknologi Pendidikan yang telah memberikan materi, bimbingan serta pengarahan dalam proses pembuatan tugas ini. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan tugas ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil penyusunan tugas ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Denpasar , Februari 2017 Penulis ii Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1Strategi-strategi pengajaran yang memadukan antara teknologi dan media .............................................................................................. 3 2.1.1 Teknologi dan Media Pembelajaran ............................................. 14 2.2.2 Media Pembelajaran ..................................................................... 15 2.3 Pusat Strategi Belajar .............................................................................. 17 2.3.1 Strategi yang Berpusat pada Guru .................................................. 17 2.3.2 Strategi yang Berpusat pada Siswa ................................................. 17 2.4 Menciptkan Pengalaman Belajar............................................................. 18 2.4.1 Perspektif Behavioris ...................................................................... 18 2.4.2 Perspektif Kognitifis ....................................................................... 19 2.4.3 Perspektif Konstruktivis .................................................................. 20 2.4.4 Perspektif Psikologi Sosial.............................................................. 21 2.5 Situasi dan Konteks Belajar .................................................................... 22 2.5.1 Pengajaran Tatap Muka................................................................... 22 iii Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H 2.5.2 Belajar Jarak Jauh ........................................................................... 23 2.5.3 Campuran ........................................................................................ 23 2.5.4 Belajar Mandiri terstuktur ............................................................... 24 2.5.5 Pembelajaran Informal tidak terstruktur ......................................... 24 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA iv Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin marak mempermudah manusia untuk melakukan segala aktivitas, sehingga belakangan teknologi memberikan efek candu bagi para penggunaanya. Seiring dengan hal tersebut, kini teknologi merambah ke dunia pendididkan. Para pendidik yang semakin modern kini memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, mempersiapkan pendidik dengan praktik terbaik untuk menggabungkan teknologi dan media demi memenuhi kebutuhan peserta didik di abad 21 ini. Menarik memang kebutuhan peserta didik di zaman ini, maka pendidik harus bisa menyesuaikannya dan perlu meng-upgrade berbagai ilmu pengetahuan, disamping akan menumbuhkan kreatifitas bagi pendidik dan proses pembelajaran akan berlangsung dengan menyenangkan. Teknologi pembelajaran awalnya di pandang sebagai teknologi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana dengan menggunakan alat bantu. Namun, kini teknologi pembelajaran merupakan teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Namun, tidak jarang para pendidik kurang tepat dalam memberikan strategi dalam pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan media. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai macam-macam strategi pembelajaran dengan memadukan teknologi dan media. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.2.1 Apa saja strategi-strategi pengajaran yang memadukan media dengan teknologi dalam proses pembelajaran? 1.2.2 Dimanakah pusat strategi pengajaran dalam proses pembelajaran ? 1.2.3 Bagaimana guru dapat menciptakan pengalaman belajar bagi siswa ? 1.2.4 Bagaimana konteks dan situasi dalam proses pembelajaran ? 1 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang memadukan antara media dengan teknologi. 1.3.2 Untuk Mengetahui pusat strategi dalam proses pembelajaran. 1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana guru dapat menciptakan pengalaman belajar pada siswa. 1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana konteks dan situasi yang harus dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Dapat mengetahui strategi pembelajaran yang memadukan antara media dengan teknologi. 1.4.2 Dapat mengetahui pusat strategi dalam proses pembelajaran. 1.4.3 Dapat mengetahui bagaimana guru dapat menciptakan pengalaman belajar pada siswa. 1.4.4 Dapat mengetahui bagaimana konteks dan situasi yang harus dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. 2 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H BAB II PEMBAHASAN 2.1 Strategi-Strategi pengajaran yang memadukan antara teknologi dan media Strategi pengajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam menentukan strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dalam pembelajaran tentunya mempertimbangkan berbagai faktor karena mengingat penggunaan teknologi yang berpengaruh memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik, generasi bangsa ini secara luas. Selain itu, akan mempengaruhi hasil belajar siswa, usia siswa dan juga kenyamanan menerapkan strategi yag digunakan. Maka bagi pendidik harus selektif pada pilihannya dan menggunakan berbagai pendekatan yang membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Berikut adalah jenis strategi pengajaran di dalam ruang kelas yang didukung dengan teknologi dan media selama proses pembelajaran berlangsung A. Presentasi Dalam sebuah presentasi, sebuah sumber menyajikan atau menyebarkan informasi kepada pemelajar. Komunikasi dikendalikan oleh sumber dengan respons segera atau interaksi dengan pemelajar. Ketika guru menyajikan pembelajaran dengan presentasi, mereka akan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk para siswa atau para siswa yang bertanya ketika bahan pengajaran sedang disajikan. Karena itu maka akan timbul interaksi antara keduanya dan guru bisa memilih untuk mengendalikan interaksi di dalam presentasi. Sumber yang didapatkan bisa melalui buku, internet, video, rekaman audio dan lain sebagainya. 3 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H • Kelebihan a. Menyajikan hanya sekali, menyajikan informasi sekali saja bagi seluruh siswa. b. Strategi mencatat, siswa bisa mencatat untuk menangkap informasi yang disajikan. c. Sumber informasi, sumber daya teknologi, dan media bisa bertindak sebagai sumber informasi berkualitas. d. Presentasi siswa, para siswa bisa menyajikan informasi yang telah mereka pelajari. • Kekurangan a. Sulit bagi beberapa siswa, tidak seluruh siswa merespons dengan baik. b. Berpotensi membosankan, tanpa interaksi presentasi bisa menjadi sangat membosankan. c. Kesulitan mencatat, para siswa harus belajar mencatat hal-hal penting dari presentasi. d. Kesesuaian umur, siswa yang berusia lebih muda mungkin mengalami kesulitan mengikuti presentasi yang panjang. • Integrasi Presentasi tidak selalu harus berupa guru di depan kelas memberi pengajaran. Para siswa bisa melihat video yang memberikan informasi yang mereka butuhkan tentang topik, dan bisa meliputi tampilan yang menarik tentang bidang studi tersebut. Bisa mengarahkan audio kedalam teks untuk mengarahkan pembelajaran siswa. Guru bisa langsung mengarahkan siswa di dalam kelas, menggunakan sumber daya seperti papan putih untuk catatan, transparan OHP atau slide power point. B. Demonstrasi Dalam sebuah demonstrasi, para pemelajar melihat contoh nyata dari sebuah keterampilan atau prosedur untuk dipelajari. Demonstrasi 4 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H mungkin direkam dan diputar ulang melalui sarana media seperti video. Jika ingin interaksi dua arah, diperlukan tutor yang hadir secara langsung. • Kelebihan a. Melihat sebelum melakukan, para siswa melihat sesuatu dikerjakan sebelum mereka melakukannya sendiri. b. Panduan tugas, guru bisa memandu sekelompok siswa untuk menyelesaikan sebuah tugas. c. Penghematan suplai, suplai yang terbatas diperlukan karena tidak semua orang akan menangani beberapa material. d. Keamanan, demonstrasi memungkinkan guru mengendalikan potensi bahaya bagi para siswa ketika menggunakan benda-benda tajam atau mesin yang berbahaya. • Kekurangan a. Tidak langsung dikerjakan, demonstrasi bukan merupakan pengalaman langsung dikerjakan bagi siswa kecuali mereka ikut mengerjakannya saat guru memperlihatkan tahapan atau keterampilannya. b. Pandangan yang terbatas, setiap siswa tidak memiliki pandangan yang setara terhadap demonstrsi, sehingga beberapa siswa mungkin melewatkan beberapa aspek pengalaman tersebut. c. Masalah mengikuti, tidak semua siswa bisa mengikuti demonstrasi ketika hanya satu tahapan tunggal yang digunakan. • Integrasi Guru bisa menyiapkan video demonstrasi di depan kelas, guru juga bisa memanfaatkan benda aktual untuk demonstrasi. Seperti cara melakukan panca sembah guru bisa menampilkan video ataupun seorang guru mempraktikan cara panca sembah terhadap siswa. 5 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H C. Latihan dan praktik Dalam latihan dan praktik, para pemelajar dibimbing melewati serangkaian latihan praktis yang dirancang untuk menyegarkan kembali atau meningkatkan penguasaan pengetahuan konten spesifik atau sebuah keterampilan baru. • Kelebihan a. Umpan balik untuk memperbaiki. Para siswa mendapatkan umpan balik sebagai tindak perbaikan atas respons mereka b. Memisah-misah informasi. Informasi disajikan dalam potongan kecil c. Praktik yang telah terbentuk. Praktik dibentuk menjadi potonganpotongan kecil informasi • Kekurangan a. Repetitif. Tidak semua siswa merespons dengan baik sifat repetitif dari latihan dan praktik. b. Berpotensi membosankan. Para siswa bisa menjadi bosan kaarena terlalu banyak pengulangan. c. Potensi belajar. Jika siswa melakukan kesalahan yang sama, penerapan latihan dan praktik tidak membantu siswa dalam belajar • Integrasi Latihan dan praktik biasanya digunakan untuk mata pelajaran matematika, belajar bahasa ataupun untuk mengembangkan bahasa asing. Media dan sistem pengajaran biasanya bagus diterapkan untuk media latihan dan praktiknya. Seperti kaset audio, kartu flash, dan worksheet dapat digunakan secara efektif untuk latihan dan praktik, untuk pelajaran mengeja, aritmatika, dan bahasa. D. Tutorial Dalam tutorial, seorang tutor menyajikan konten, mengajukan pertanyan, meminta respons dari pemelajar, menganalisis respons tersebut, memberikan umpan balik, dan memberikan praktik hingga para pembelajar menunjukkan level dasar kompetensi. 6 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H Perbedaan antara tutorial dan latihan dan praktik adalah bahwa tutorial memperkenalkan dan mengajarkan materi baru, sementara latihan dan praktik fokus pada konten yang diajarkan dalam format lainnya. Para siswa seringkali bekerja mandiri atau satu lawan satu dengan seseorang saat mereka diberikan paket kumpulan kecil informasi yang dirancang untuk dibentuk menjadi sekumpulan pengetahuan dan praktik dengan umpan balik. • Kelebihan a. Bekerja mandiri. Para siswa bisa bekerja mandiri mengenai materi baru dan menerima umpan balik tentang kemajuan mereka b. Menakar sendiri kemajuan. Para siswa bekerja berdasar tingkat kemajuan mereka sendiri c. Individualisasi. Tutorial berbasis komputer bisa merespons masukan para siswa dan mengarahkan proses belajar mereka menuju topik baru • Kekurangan a. Berpotensi membosankan. b. Berpotensi membuat frustasi. c. Berpotensi kekurangan panduan • Integrasi Guru dapat mempertimbangkan menggunakan teknologi dan media sebagai cara menyampaikan tutorial. Pelaksanaan tutorial meliputi instruktur ke pemelajar, pemelajar ke pemelajar (misalnya, pemberian tutorial dengan sesama rekan atau pusat belajar), komputer ke pemelajar (misalnya, peranti lunak tutorial yang dibantu komputer) dan cetakan ke pemelajar. Komputer secara khusus dibuat untuk menjalankan peran tutor karena kemampuannya menyampaikan menu respon yang kompleks terhadap berbagai masukan yang berbeda dari para siswa. 7 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H E. Diskusi Diskusi adalah pertukaran gagasan dan opini diantara para siswa atau guru. Diskusi bisa digunakan dalam tahap pembelajaran dan pengajaran apapun, bisa dengan membagi kelompok kecil maupun kelompok besar. Strategi ini merupakan cara yang bermanfaat dalam mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari sekelompok siswa sebelum mengakhiri tujuan pengajaran, terutama ketika memperkenalkan topik baru atau pada permulaan tahun ajaran baru ketika guru belum memahami para siswa. • Kelebihan a. Menarik. Diskusi lebih menarik daripada duduk dan menyimak seseorang menguraikan fakta-fakta. b. Menantang. Siswa ditantang untuk memikirkan tentang topik dan menerapkan apa yang telah mereka ketahui. c. Inklusif. Diskusi memberikan kesempatan bagi seluruh siswa untuk berbicara d. Kesempatan bagi gagasan baru. Siswa mungkin dapat menghasilkan gagasan baru saat berdiskusi. • Kekurangan a. Berpotensi melibatkan partisipasi terbatas. b. Terkadang tidak menantang. c. Tingkat kesulitan. d. Kesesuaian usia. • Integrasi Menampilkan sebuah video bisa memberikan pengalaman umum dan jika menampilkan isu yang tepat memberikan sesuatu untuk didiskusikan. Dengan mengarahkan diskusi menuju hasil-hasil belajar, mungkin bahwa para siswa akan menentukan sendiri kebutuhan untuk mempelajari lebih jauh tentang topik tersebut sebelum mereka bisa sepenuhnya berpartisipasi dalam sebuah diskusi. 8 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H F. Belajar kooperatif Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokan dimana para siswa bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya. Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat. • Kelebihan a. Manfaat belajar. Mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang bergam memberikan keuntungan bagi seluruh siswa. b. Formal atau informal. Kelompok dapat bersifat formal atau informal c. Kesempatan belajar. Menciptakan kesempatan belajar yang beragam d. Area konten. Seluruh area konten bsa disertakan dalam aktivitas belajar kelompok • Kekurangan a. Keterbatasan ukuran. Kelompok harus berukuran kecil. b. Berpotensi berlebihan-digunakan. Belajar kooperatif bisa digunakan secra berlebihan dan bisa kehilangan keefektifannya. c. Keterbatasan anggota kelompok. • Integrasi Para siswa bisa belajar kooperatif tidak hanya dengan mendiskusikan materi teks dan menyaksikan media, tetapi juga dengan membuat media. Contohnya, diruang kelas hanya memiliki beberapa komputer untuk digunakan, maka pembentukan kelompok kooperetif dimungkinkan sehingga seluruh siswa bisa mengaksesnya. Dengan mengelompokkan siswa, dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menggunakan komputer. G. Permainan Pembelajaran dengan menggunakan permainan dapat membuat pemelajar tertarik bahkan termotivasi terutama yang membosankan dan 9 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H repetitive. Teknik permainan ini tidak jarang menuntut keterampilan pemelajar untuk memecahkan permasalahan, kemampuan untuk menghasilkan solusi, atau memperlihatkan penguasaan atau konten spesifik yang mengharuskan tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi. Permainan memberikan kompetitif yang di dalamnya para siswa mengikuti aturan yang telah ditetapkan saat mereka berusaha mencapai tujuan pendidikan yang menantang. • Kelebihan a. Keterlibatan para siswa. b. Permainan dapat disederhanakan agar sesuai dengan tujuan belajar c. Permainan dapat digunakan dalam berbagai suasana ruang kelas. d. Permainan bisa menjadi cara yang efektif agar siswa tertarik pada materi • Kekurangan a. Permainan bisa bersifat kompetitif, kecuali kalau diawasi dengan baik b. Siswa yang kurang mampu akan sulit mengikuti permainan c. Beberapa permainan, terutama permainan komputer bisa sangat mahal d. Niat yang salah arah. Tujuan belajar mungkin hilang karena adanya keinginan untuk menang • Integrasi Dalam teknik permainan banyak sekali yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Seperti puzzle bisa digunakan untuk menerapkan informasi yang harus siswa pelajari misalnya kata ejaan atau nama ibu kota. Contoh lainnya, untuk mempraktikkan kosakata baru, mungkin saja diciptakan sebuah permainan papan untuk sebuah pusat belajar. Para siswa akan bisa bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mempraktikkan kata-kata mereka sambil menikmati permainan. Ataupun apabila untuk belajar rumus matematika bisa juga menggunakan permainan bingo. 10 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H H. Simulasi Simulasi melibatkan para siswa menghadapi situasi kehidupan nyata dalam versi diperkecil. Memungkinkan praktik realistik tidak akan melibatkan banyak biaya hanya saja melibatkan dialog peserta, manipulasi materi dan perlengkapan, atau interaksi dengan komputer. Simulasi bisa mewakili sesuatu yang terlalu besar ataupun kompleks untuk ditampilkan. Misalnya ketika ingin menyembelih hewan qurban, tidak mungkin kita akan membawa hewan ke dalam kelas, tetapi cukup membawa barang tiruannya saja, atau bisa juga siswa diajak untuk bermain peran hal itu termasuk salah satu contoh dari strategi simulasi. • Kelebihan a. Keamanan. Simulasi menyediakan cara yang aman untuk terlibat dalam pengalaman belajar b. Reka ulang sejarah. Misalnya memainkan peran dalam sejarah romawi kuno c. Langsung dilaksanakan. Siswa memiliki kesempatan berpengalaman langsung d. Berbagai tingkat kemampuan. Siswa dengan berbagai tingkatan kemampuan bisa ikut serta • Kekurangan a. Representasi yang diragukan b. Kompleksitas c. Sesuatu yang baru mungkin sulit d. Keharusan menanya ulang • Integrasi Keterampilan antarpersonal dan percobaan laboratorium dalam ilmu fisika merupakan bidang studi yang populer untuk simulasi. Bermain peran merupakan salah satu contoh dari strategi simulasi. 11 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H I. Penemuan Strategi penemuan menggunakan pendekatan induktif, atau penyelidikan, untuk belajar. Strategi ini menyajikan masalah untuk diselesaikan melalui percobaan kesalahan. Pendekatan umum yang biasa digunakan untuk penemuan yaitu dengan metode ilmiah meliputi pembentukan hipotesis, pertanyaan, mencoba solusi yang mungkin, dan menganalisis informasi yang dipelajari untuk menentukan apakah pendekatan tersebut berhasil. Maka siswa akan menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan tersebut. • Kelebihan a. Keterlibatan. Melibatkan para siswa di seluruh tingkatan pembeajaran b. Langkah-langkah yang berulang. Menggunakan prosedur yang telah diajarkan sebelumnya c. Kendali siswa atas pembelajaran. Siswa merasa bisa mengendalikan proses belajar mereka sendiri • Kekurangan a. Faktor waktu. Memakan banyak waktu dari segi perancangan dan pelaksanaan b. Membutuhkan pemikiran adanya kemungkinan masalah yang mungkin ditemui para siswa c. Bisa mengakibatkan salah pengertian • Integrasi Teknologi dan media pengajaran bisa membantu meningkatkan penemuan atau penyelidikan. Misalnya, video bisa digunakan untuk pengajaran penemuan dalam ilmu-ilmu fisik. Contoh pelajaran fisika yaitu dengan menampilkan tayangan sebuah balon yang ditimbang sebelum dan sesudah diisi dengan udara, para siswa menemukan bahwa udara memiliki berat. 12 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H J. Penyelesaian masalah Penyelesaian masalah melibatkan penempatan para siswa dalam peran aktif berhadapan dengan masalah baru yang ditemukan dalam kehidupan nyata. Di mulai dari pengetahuan terbatas tetapi melalui kolaborasi dengan rekan, penelitian dan konsultasi dengan ahli, mereka mengembangkan, menjelaskan, dan mempertahankan solusi atau posisi mengenai masalah tersebut. • Kelebihan a. Keterlibatan. Para siswa secara aktif terlibat dalam pengalaman belajar dunia nyata. b. Konteks untuk belajar. Hubungan antara pengetahuan dan keterampilan menjadi jelas. c. Tingkat kerumitan. Kerumitan masalah bisa dikendalikan, akan lebih banyak tingkatan seiring jalannya waktu. • Kekurangan a. Sulit untuk diciptakan. Sulit untuk menciptakan masalah yang berkualitas untuk pembelajaran. b. Kesesuaian usia. Usia dan tingkat pengalaman para siswa mungkin membutuhkan lebih banyak kontrol dari guru. c. Makan waktu. Memakan waktu dalam ruang kelas d. Membutuhkan menanyakan ulang. Guru harus menyisihkan waktu untuk menanya ulang para siswa tentang hal yang sudah mereka pelajari. • Integrasi Guru bisa menggunakan teknologi dan media yang ada untuk memperkaya masalah yang akan disajikan. Contohnya masalah yang terstruktur yaitu pembelajaran matematika dalam soal cerita sering kali merupakan aplikasi terstruktur dari kemampuan perhitungan matematika yang telah dikuasai siswa. Ketika mereka memahami masalahnya, mereka mampu menerapkan kemampuan matematika yang tepat dan mendapatkan jawab-annya. Sedangkan aplikasi 13 yang kurang terstruktur yaitu Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H pembelajaran seni yang mana ketika akan membuat sebuah gambar, mungkin saja meminta siswa menggunakan bahan-bahan untuk merancang sebuah gambar yang menggambarkan impian mereka. Para siswa bisa menciptakan gambar yang sederhana atau rumit yang menghasilkan keterampilan seni baru yang mereka pelajari. 2.2 Teknologi dan Media Pembelajaran 2.2.1 Teknologi Pembelajaran Secara etimologi kata teknologi berasal dari kata “techne” yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan. Teknologi juga bisa berarti keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional (pembelajaran) adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan. Menurut definisi commission Intruction Tehnology (CIT) 1970, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis….bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya. Teknologi pembelajaran merupakan usaha sistematis dalam merancang, melaksanakan, dan mengavaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan pembelajaran khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses 14 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan nonmanusia agar belajar dapat berlangsung efektif. 2.2.2 Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), 15 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbedabeda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. 16 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: a. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik b. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya c. Projected still media : slide; (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya d. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. e. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll. 2.3 Pusat Strategi Belajar Strategi pengajaran dibagi menjadi dua kelompok yaitu berpusat pada guru, yang diarahkan secara spesifik oleh guru, dan berpusat pada siswa, yang berorientasi untuk memenuhi kebutuhan para siswa. Dalam kedua kelompok tersebut, guru merupakan kunci bagi perancangan pengajaran. Yang menjadi perbedaan adalah fokus atau orientasi dari strategi tersebut. 2.3.1 Strategi yang berpusat pada guru Strategi yang berpusat pada guru, dimana seorang guru menjadi pusat dan sumber belajar dalam proses pembelajaran. Guru bertindak mengarahkan fokus, bertindak mengarakan belajar melalui cara-cara yang mengandung tujuan. Seringkali strategi pembelajaran ini dikenal dengan istilah teacher based learning. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan. 2.3.2 Strategi yang berpusat pada siswa Strategi yang berpusat pada siswa fokus pada siswa yang memimpin yang mengarahkan pada stuasi belajar. Guru masih bertanggungjawab atas perencanaan dan pengembangan mata pelajaran yang fokus pada siswa yang di pusat pembelajaran. Peran guru beralih menjadi fasilitator belajar, seringkali strategi yang dilakukan dengan 17 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H bekerjasama, individual, kelompok kecil dan membantu para siswa untuk fokus pada pencapaian hasil yang diinginkan. 2.4 Menciptakan pengalaman belajar Premis bagi tiap-tiap teori belajar menjelaskan prinsip dasar yang berkaitan dengan hasil belajar yang diinginkan. Melibatkan siswa dalam proses belajar adalah yang harus guru lakukan untuk memastikan mereka bisa memperluas pengetahuan dan meningkatkan keterampilan. Dalam menciptakan pengalaman belajar akan dikaitkan dengan prespektif dari teori belajar. 2.4.1 Perspektif behavioris Menurut F. Skinner bahwa suasana pengajaran diciptakan untuk memastikan bahwa kita akan bisa mengamati respon siswa. Ia menyakini bahwa para guru harus melakukan penguatan bagi perubahan perilaku, yang diistilahkan sebagai belajar. Gagasannya bermaksud bahwa guru bisa menyatakan seberapa baik seorang siswa menampilkan respons spesifik, atau perilaku. Para guru akan bisa mengamati kinerja para siswa dan menakarnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. (Gredler, 2005) Beberapa guru memandang bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Skinner berpendapat bahawa pentingnya bagi seorang guru untuk menciptakan iklim yang positif di dalam ruang kelas, karena perilaku dalam kelas bisa diubah untuk mendekati yang dianggap sebagai perilaku ruang kelas dengan “baik”. Para guru bisa menciptkan “perekonomian mata uang” dimana para siswa yang berperilaku sesuai dengan aturan ruang kelas akan menerima ganjaran kecil atau mata uang, yang bisa ditukar dengan “hadiah”. Sering kali hadiah tersebut berupa keistimewan khusus atau jenis bendabenda tidak nyata (nontangible) lainnya, seperti waktu tambahan di arena bermain. Hadiah membutuhkan sejumlah mata uang. Jadi, siswa yang “berperilaku baik”`akan mendapatkan hadiah dengan membelanjakan 18 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H sejumlah mata uang yang sesuai. Para siswa yang tidak beperilaku baik akan kehilangan sebuah mata uang, dan mungkin jumlahnya tidak mencukupi untuk mendapatkan hadiah. 2.4.2 Perspektif kognitifis Para kognitif menyakini bahwa pembelajaran tetap berlangsung, pikiran para siswa harus secara efektif terlibat dalam memproses informasi, karena keterlibatan sangat penting dalam pengikatan dalam kembali informasi di waktu-waktu belakangan. Mereka juga menyakini bahwa individu “mengarsip” informasi dalam ingatan mereka sesuai dengan pola organisasi, atau skema, yang unik bagi tiap individual (Neath, 1998). Para siswa akan mempelajari informasi baru dan menyimpangan berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan ekspektasi mereka yang ada mengenai informasi tersebut. Prepektif kognitivis memengarui strategi pengajaran dengan pendapatnya yang menyatakan bahwa informasi harus diatur dalam cara spesifik untuk menjamin pemelajar akan bisa menggunakan pengetahuan tersebut berdasarkan skema mereka sendiri. Menurut para kognitivis, pemrosesan pengetahuan faktual bergantung pada bagaimana pengetahuan sebelumnyadiatur oleh individu (Bors & MacLeod, 1996). Jika itu dilakukan dalam cara yang “teratur” siswa akan memproses informasi dengan cepat dan afisien. Kongnitivis menyakini bahwa guru harus menyajikan informasi melalui strategi spesifik yang teratur, seperti presentasi dan demonstrasi. Salah satu penerapan kognitivis dalam pengajaran adalah penggunaan advance organizer, bedings atau autline, untuk memandu para pemelajar saat mereka memproses informasi. Gagasan mengenai advance organizer diperkenalkan oleh David Ausubel, yang berpendapat bahawa panduan ini menyediakan penopang (scaffolds) bagi para pemelajar ketika gagasangagasan diatur oleh pemelajar. Ia berpendapat bahwa ketika disajikan sebelum pengajaran, panduan-panduan ini akan membantu para pelajar untuk mengaitkan informasi yang diajukan dengan konsep dan gagasan yang telah mereka atur daam skema mereka. Advance organizer bisa berupa format berbasis teks, grafis, atau audio, tetapi yang terpenting adalah bahwa format 19 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H tersebut mengidentifikasi kata-kata atau frasa kunci untuk membantu para pemelajar memproses informasi. Ketika membahas metakognisi, para kognitivis sering kali berpendapat bahwa cara terbaik untuk membantu para siswa belajar tentang pemikiran mereka sendiri adalah melalui penggunaan strategi penggunaan masalah, yang memberikan mereka masalah dunia nyata yang bisa diselesaikan melalui proses yang tersetruktur yang para siswa telah pelajari. Gagasanya adalah memberikan siswa masalah yang bisa mereka selesaikan yang bergantung pada pengetahuan atau keterampilan spesifik yang mereka miliki, dan yang akan memandu mereka tidak hanya berhasil mengatasi situasi, tetapi juga memperoleh pengetahuan tambahan dalam cara mereka berfikir. Metode lainnya dalam membangun keterampilan metakognisi pada siswa adalah melalui penulisan reflektif yang disertakan dalam portofolio karya para siswa. Strategi seperti penemuan dan penyelesaian masalah membuat para siswa merefleksikan pengalaman belajar mereka. 2.4.3 Prespektif konstruktivis Kalangan konstruktivis menyakini bahwa para siswa membentuk pengetahuan sendiri dan menciptakan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan (Bredo, 2000). Kalangan kontruktuvis berpendapat bahwa para pembelajar harus memiliki peran aktif dalam proses belajar, bahwa mereka bukanlah wadah yang harus diisi, melainkan pengatur dari proses belajar mereka. Seanjutnya, sebagian besar kontruktivis menyakini bahwa para pemelajar terlibat dalam proses belajar dengan menempatkan pengalaman mereka ke dalam kenyataan. Mereka merasa bahwa pemelajar tidak bisa mempelajari sesuatu tanpa pertama-tama memahami bagaimana sesuatu itu disesuaikan dengan dunia nyata. Kalangan kontruktivis menyakini bahwa guru merupakan fasilitator penting bagi siswa, yang memberikan mereka panduan di sepanjang pengalaman belajar mereka. Guru membantu jenis bentuk pengalaman mengajar yang para siswa miliki, berdasarkan kebutuhan spesifik mereka pada waktu tertentu. Di dalam ruang kelas, prespektif kontruktivis mungkin 20 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H saja di pandang sebagai pendekatan holistik untuk membaca atau menulis. Guru menyediakan bahan bagi para siswa untuk dibaca tentang konteks atau topik yang menarik bagi mereka untuk dipelajari. Atau, ketika siswa menulis, mereka bergantung pada rekan dan guru mereka untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan menulis mereka, tetapi topiknya berkaitan dengan bacaan atau minat mereka. Contoh lain dari situasi belajar kontruktivis adalah ketika seorang guru menyiapkan sebuah pusat belajar dengan menggunakan strategi penyelesaian masalah, yang dirancang untuk memberikan bahanbahan kepada para siswa dan problem untuk diselesaikan, seperti bagaimana untuk mengatasi masalah lalu lintas di depan sekolah. Para siswa di tantang untung mengatasi masalah tersebut. Guru mungkin memilih belajar kooperatif sebagai strategi. Dengan bekerja dalam kelompok kolaboratif, para siswa diberikan peta, jadwal bus, materi untuk mengumpulkan informasi tentang isu lalu lintas, dan materimateri lainnya dimana mereka harus “mengatasi masalah”. Peran guru adalah mengajukan pertanyaan yang menantang, yang mendorong para siswa untuk melanjutkan penyelidikan mereka hingga berhasil menyelesaikan masalah. Ketika guru menyadari diberikan suatu keterampilan atau area pengetahuan tertentu, guru bisa mengarahkan para siswa menuju sumber daya yang mereka bisa gunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Yang penting pula bagi jenis pemelajaran ini adalah kemampuan guru dalam menetapkan norma sosial untuk pekerjaan kolaboratif dan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan panduan tanpa mempersempit pengalaman belajar bagi para siswa (Cobb dan Bowers, 1999). 2.4.4 Prespektif Psikologi Sosial Penelitian awal dibidang psikologi oleh Bandura dan Vygotsky mengindikasikan mereka mengalami kesulitan memahami bagaimana behavioris bisa “mengabaikan” keadaan sosial atau lingkunagan di sekitar para pemelajar (Gridler, 2005). Keduanya berpendapat bahwa pemelajar tidak belajar dalam lingkungan yang terisolasi atau terpisah dari pemelajar lainnya. Vygotsky menyakini bahwa proses kognitif terus berubah dan memengarui 21 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H perkembangan pemikiran yang lebih tinggi pada individu. Ia menyakini bahawa tingkat pemikiran ini merupakan bentuk penalaran bentuk “penalaran kultural”, atau berpikir seperti orang-orang yang ada disekitar para siswa. Dengan kata lain, orang-orang di masyarakat memengaruhi cara berfikir dan belajar para siswa dan pengaruh ini berbeda-beda menurut masyarakat dan kelompok kulturalnya. Didalam ruang kelas, prespektif psikologi sosial mungkin terlihat sebagai konsenkuaensi dari perilaku tertentu yang ditampilkan oleh kelompok. Sebagai misal, jika seseorang berbicara melebihi gilirannya, maka aturan kelas menginggatkan bahwa siswa tersebut akan melampoi periode jeda. Atau, contoh lainnya adalah “tingkatan bintang emas”, di dalam ruang kelas, yang menampilkan nama-nama siswa dengan bintang-bintang karena keberhasilan menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Kedua jenis situasi sosial ini membantu para siswa untuk mengamati perilaku yang tepat yang diharapkan atas diri mereka di dalam situasi belajar. 2.5 Situasi dan konteks belajar Keragaman strategi pengajaran yang tersedia bagi guru sangat banyak dan mencankup sejumlah situasi belajar yang berbeda-beda. Ketika memilih strategi, perlu mempertimbangkan keadaan para siswa di dalam ruang kelas. Semabari, mempertimbangkan strategi untuk dipadukan ke dalam pengajaran, perlu mempertimbangkan pengalaman seperti apa yang akan didapat para siswa dengan sumber daya teknologi dan media tertentu. 2.5.1 Pengajaran tatap muka dikelas Pengajaran dengan tatap muka dikelas merupakan situasi belajar yang paling akrab dan semua sudah mengenalnya. Sebagaian besar dari kita telah merasakan berada di ruang kelas bersama guru dan terlibat dalam aktivitas belajar. Pengajaran tatap muka tetap menjadi jenis situasi pengajaran paling sering ditemui di dalam kelas. Ketika sedang mempertimbangkan jenis strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam situasi ruang kelas, pilihannya terlihat tidak terbatas. Karena guru hadir di dalam kelas dan para siswa bergerak kesana kemari di 22 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H dalam kelas, strategi-strategi yang di bahas terlihat mudah untuk dipadukan ke dalam pengajaran. Situasi ruang kelas memang mengharuskan guru menghabiskan waktu untuk mengatur situasi, menyusun dan menyiapkan materi, menyipakan para siswa untuk belajar, dan meninjau kembali apa yang telah berhasil dilakukan dan apa yang mungkin butuh perbaikan. 2.5.2 Belajar jarak jauh Sebenarnya, belajar jarak jauh telah hadir dalam waktu yang cukup lama, di mulai sekitar seratus tahun yang lalu dengan studi korespondensi menggunakan surat, namun inovasi lebih terbaru dalam media dan teknologi telah menjadikannya lebih nyaman dan lebih dinamis. Sebagai seorang guru, jika di undang untuk mengajar dalam jarak jauh, harus memikirkan tentang ruang kelas yang seolah-olah dibagi menjadi banyak kecil. Ketika memikirkan dengan cara demikian, maka bisa mempertimbangkan cara-cara untuk mengajar dalam situasi demikian. Tidak seluruh siswa akan berada di ruang kelas yang sama, sebagian mungkin tidak bisa mendengar atau melihat. Pilihan pengajaran yang di pilih akan bergantung pada sumber daya teknologi mana yang di miliki dan apa yang bisa dilakukan dengan sumber daya tersebut. Selain itu, juga harus memikirkan bagaimana memberikan materimateri kepada siswa secara efisien dan efektif. Hal ini merupakan tantangan, tapi sejalan dengan perkembangan teknologi, lebih banyak pengajaran bisa di berikan jarak jauh. 2.5.3 Campuran Sesuai namannya, pengajaran campuran, terkadang di sebut pengajaran hibrida, menggabungkan dan mencocokkan berbagai situasi pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Pengajaran campuran paling umum ditentukan dalam situasi belajar jarak jauh. Situasi belajar jarak jauh campuran merupakan bauran jenis situasi dalam waktu bersamaan (misalnya, saling tatap muka atau video atau televisi real time) dan jenis situasi pengajaran tidak dalam waktu bersaman, ketika guru dan siswa tidak berada dalam waktu bersamaan (misalnya, pengajaran online atau yang berbasis web). Situasi belajar dibagi-bagi agar sesuai dengan kebutuhan 23 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H pengajaran para siswa dan strategi pengajaran yang sedang digunakan, sebagai seorang guru perlu memutuskan kapan yang paling efektif bagi para siswa untuk berada dalam situasi fisik aktual bersama dengan guru dan kapan mereka bisa bekerja lebih mandiri. 2.5.4 Belajar mandiri terstruktur Banyak dari penelitian Skinner yang belakangan berkembang di sekitar gagasan bahwa para siswa bisa mempelajari informasi dan mendapatkan keterampilan tanpa pengajaran langsung guru. Ia mempengaruhi banyak orang untuk mengembangkan mesin pengajar yang dirancang untuk membantu siswa belajar secara mandiri, tetapi menggunakan materi terstruktur. Gagasannya adalah bahwa siswa bisa mempelajari informasi tanpa interfensi langsung. Dengan menyiapkan situasi belajar yang di arahkan sendiri, menggunakan materi yang dipilih atau dikembangkan sendiri. Para siswa akan bisa belajar berdasarkan kemajuan mereka sendiri dan mampu mengulang materi jika mereka perlukan. Sebagai seorang guru, mungkin akan menjumpai waktu meminta siswa mempelajari yang paling efektif dan efisien untuk konten sebelum masuk kelas dan menggunakannya. Buku teks merupakan contoh yang bagus dari jenis media yang bisa digunakan untuk belajar mandiri. Ketimbang menghabiskan waktu di kelas dengan menyajikan informasi, para siswa bisa membaca sendiri, bisa menugasi mereka dengan materi untuk di baca dalam buku teks, dan kemudian merancang aktifitas kelas yang berpusat pada teknologi tersebut. 2.5.5 Pembelajaran informal tidak terstruktur Para siswa saat ini memiliki kesempatan untuk belajar dari pengalaman mereka di luar kelas. Sifat dari jenis kegiatan belajar inilah yang menjadikannya informal. Para siswa bisa menyaksikan acara televisi yang menguatkan pelajaran mereka di ruang kelas. Karena, tidak meminta mereka menyaksikan acara tersebut menjadi bagian dari saat informal pengalaman belajar mereka. Contohnya bisa berupa ketika guru sedang mempelajari suatu kawasan negara dalam kajian sosial dan para siswa menyimak berita sore 24 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H dengan sekmen yang terkait dengan hal tersebut. Pengetahuan umum mereka telah meningkat tanpa pengajaran langsung. Cara lainnya di mana para siswa bisa belajar secara informal adalah melalui penggunan internet. Banyak siswa memiliki akses ke komputer di rumah yang terhubung ke internet. Mereka memiliki sumber daya yang melimpah dan tersedia bagi mereka melalui Word Wide Web (www). Para siswa belajar bagaimana mendapatkan informasi dan akan menantang diri mereka sendiri untuk belajar mengenai topik-topik yang mungkin saja tidak menjadi bagian dari kegiatan belajar di ruang kelas. 25 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Strategi pengajaran dengan memadukan teknologi dalam pembelajaran tentunya mempertimbangkan berbagai faktor karena mengingat penggunaan teknologi yang berpengaruh memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Beberapa strategi diantaranya dengan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktik, tutorial, diskusi, belajar kooperatif, permainan, simulasi, penemuan dan penyelesaian masalah. Disamping itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah situasi dan konteks belajar dan bagaimana siswa mendapatkan pengalaman selama proses pembelajaran, supaya guru bisa menentukan strategi mana yang tepat untuk digunakan. 26 Tugas, Kajian Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu. Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag. M.Pd.H DAFTAR PUSTAKA Deni, Darmawan. Teknologi Pembelajaran. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mudhofir. Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyususnan Program Pengajaran. 1990. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. 2010. Jakarta: Rineka Cipta Smalindo, Sharon E. Intructional technology and media for learning: teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. 2011. Jakarta : Kencana Khairil, Sudarwan Danim. Psikologi Pendidikan. 2011. Bandung: Alfabeta Kurniawan Budi rahardjo. Model Pembelajaran Kooperatif. https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2017/02/19/model-pembelajarankooperatif-cooperative-learning/ 27