BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya rumah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya rumah sakit atau pihak asuransi kesehatan memiliki suatu
formularium atau daftar obat, tetapi pemanfaatan formularium tersebut sebagai
salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan obat masih belum
optimal. Penggunaan formularium, SPM, dan protokol terapi, dapat menjamin
standar peresepan yang berkualitas baik. Peresepan yang berkualitas baik
bertujuan untuk mewujudkan penggunaan obat yang rasional. Salah satu indikator
utama penggunaan obat menurut WHO (1993) yaitu kesesuaian resep obat dengan
formularium dan pedoman terapi atau SPM.
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya,
karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial
(Depkes, 2006). Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan hak asasi
manusia, dengan demikian penyedia obat esensial merupakan kewajiban bagi
pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan bagi publik maupun swasta.
Kebijakan pemerintah terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui
beberapa strata penddikan yaitu Undang-Undang sampai Keputusan Menteri
Kesehatan yang mengatur berbagai ketentuan berkaitan dengan obat, termasuk
salah satu diantaranya yaitu Kebijakan Obat Nasional (Depkes, 2006).
Daftar Obat Esensial (DOEN) merupakan daftar obat terpilih yang paling
dibutuhkan dan yang harus tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan
fungsi
dan
tingkatannya.
791/MENKES/SK/VIII/2008
Berdasarkan
penerapan
DOEN
Kepmenkes
RI
dimaksudkan
No
untuk
meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan dan pengelolaan
obat yang sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia
sebagai salah satu langkah untuk memperluas, meratakan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Penerapan DOEN harus dilaksanakan
secara konsisten dan terus menerus di semua unit perlayanan kesehatan, tak
terkecuali di rumah sakit.
Pada umumnya rumah sakit atau pihak asuransi kesehatan memiliki suatu
formularium atau daftar obat, tetapi pemanfaatan formularium tersebut sebagai
salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan obat masih belum
optimal. Penggunaan formularium dapat menjamin standar peresepan yang
berkualitas baik. Peresepan yang berkualitas bertujuan untuk mewujudkan
penggunaan obat yang rasional. Salah satu indikator utama penggunaan obat
menurut WHO (1993) yaitu kesesuaian resep obat dengan formularium dan
pedoman terapi atau SPM. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi peresepan,
yaitu ketersediaan obat, pelatihan pada dokter, harga obat dan pasien,
pembaharuan formularium, pengetahuan dokter akan adanya formularium rumah
sakit, serta sosialisasi formularium. Ketersediaan obat juga merupakan salah satu
indikator keberhasilan pelayanan kesehatan. Penulis resep hanya dapat
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien secara rasional apabila obat
esensial atau obat sesuai formularium tersedia secara cukup.
RSUD Tidar Kota Magelang terletak pada jalur yang sangat strategis, yaitu
dikelilingi wilayah Kabupaten Magelang dan berada di jalur persimpangan yang
menghubungkan dua kota besar yaitu Semarang dan Yogyakarta. RSUD Tidar
Kota Magelang semula adalah milik yayasan Zending (Zendingziekenhuis) pada
masa kolonial Belanda, yang kemudian diresmikan menjadi rumah sakit umum
pada 25 Mei 1932. Pada masa pendudukan Jepang, rumah sakit diambil alih oleh
pemerintah Jepang selama satu tahun, dan setelah Proklamasi Kemerdekaan
kembali menjadi milik Pemerintah Kotapraja Magelang (Anonim, 2011).
Pada tahun 1983, RSUD Tidar Kota Magelang menjadi Rumah Sakit Tipe C
dan pada tahun 1996 meningkat kelasnya menjadi rumah sakit tipe B non
pendidikan. Dari sisi mutu pelayanan, RSUD Tidar Kota Magelang sudah
terakreditasi 12 pelayanan pada tahun 2000 dan pada tahun 2012 sudah
terakreditasi 16 pelayanan. RSUD Tidar Kota Magelang mempunyai berbagai
macam fasilitas untuk mendukung pelayanan kepada pasien. Fasilitas tempat tidur
sejumlah 215 buah. Fasilitas pelayanan meliputi fasilitas rawat inap, rawat jalan
(poliklinik), rawat intensif, pelayanan penunjang, pelayanan gawat darurat,
pelayanan farmasi, pelayanan gizi rumah sakit, ambulans, peralatan medik rumah
sakit, dan pelayanan administrasi (Anonim, 2011).
RSUD Tidar Magelang mempunyai 228 tempat tidur. RSUD Tidar Kota
Magelang mempunyai sebuah formularium rumah sakit yang terbentuk pada tahun
2008. Obat-obatan yang ada di dalam formularium merupakan obat-obatan yang
telah di seleksi oleh KFT, dan pengadaan obat di RSUD Tidar Kota Magelang
hanya obat-obatan yang ada di dalam formularium saja. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) Tidar Kota Magelang merupakan pengelola obat yang berperan
dalam perencanaan kebutuhan obat. Perencanaan kebutuhan obat di RSUD Tidar
Kota Magelang dibagi menjadi tiga kategori yaitu perencanaan obat reguler,
perencanaan obat askes, dan perencanaan obat jamkesmas yang diadakan setiap
satu bulan sekali dengan menggunakan metode konsumsi.
Resep yang tidak sesuai dengan formularium di RSUD Tidar Magelang tidak
dilayani di apotek yang ada di rumah sakit, akan tetapi pasien diberikan salinan
resep untuk ditebus di apotek di luar rumah sakit. Hal ini dikarenakan RSUD
Tidar Magelang tidak menyediakan obat-obat yang tidak ada di dalam
formularium. Sistem perencanaan dan pengadaan obat di RSUD Tidar Kota
Magelang sudah baik yaitu hanya menyediakan obat yang ada di formularium
rumah sakit, akan tetapi masih banyak resep yang tidak terlayani.
Kesesuaian peresepan dengan formularium penting untuk dilakukan, karena
akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensi biaya pengobatan.
Apabila peresepan tidak sesuai dengan formularium maka dapat menyebabkan
masyarakat tidak memperoleh hak terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu.
Selain itu, rumah sakit juga akan mengalami kerugian karena obat tidak dapat
dikelola dengan baik dan biaya pelayanan kesehatan melebihi tarif paket yang
telah ditentukan. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
untuk melihat bagaimana kesesuaian resep pasien umum rawat jalan di RSUD
Tidar Kota Magelang dengan formularium rumah sakit.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana kesesuaian resep dengan formularium Rumah Sakit pada pasien
rawat jalan di RSUD Tidar kota Magelang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kesesuaian resep dengan formularium Rumah Sakit
pada pasien rawat jalan di RSUD Tidar Kota Magelang.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui prosentase kesesuaian resep dengan formularium
Rumah Sakit di RSUD Tidar Kota Magelang berdasarkan nama zat aktif
dan nama dagang obat
b. Untuk mengetahui persentase obat yang tidak terlayani.
c. Untuk mengetahui motivasi dokter untuk meresepkan obat sesuai dengan
formularium.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada Direktur
RSUD Kota Magelang untuk dapat memperbaiki peraturan yang berkaitan
dengan kepatuhan terhadap formularium sehingga pelayanan mutu kesehatan
dapat terjamin.
2. Bagi Peneliti :
Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan
di manajemen kebijakan obat.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang kesesuaian formularium di rumah sakit telah dilakukan
oleh beberapa peneliti lain sebelumnya, diantaranya dilakukan oleh Regaletha
pada tahun 2009 dengan judul penelitian “Faktor-faktor Internal dan Eksternal
yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Dokter dalam Menulis Resep Pasien
Rawat Jalan Berdasarkan Formularium di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes
Kupang”. Dalam penelitian ini Regaletha meneliti faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi kepatuhan dokter dalam menulis resep berdasarkan
formularium di RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang dengan melihat resep
untuk pasien rawat jalan.
Penelitian lain dilakukan oleh Astuti pada tahun 2012 yang berjudul
“Evaluasi Kesesuaian Resep Pasien Rawat Jalan Berdasarkan Formularium di
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Periode Oktober-November 2012”. Penelitian
tersebut melihat penerapan formularium dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan formularium pada pasien rawat jalan.
Pada tahun 2011 Arafah melakukan penelitian di Poli Anak Instalasi
Rawat Jalan Rumah sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar.
Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi pemanfaatan formularium dengan
menghitung persentase ketaatan penulis resep terhadap formularium dan substitusi
obat.
Penelitian lain tentang penerapan formularium juga dilakukan Medisa di
RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tahun 2012. Dalam penelitiannya
Medisa melakukan evaluasi kesesuaian resep dengan SPM dan formularium
Jamkesmas pada pasien rawat jalan jamkesmas dengan menghitung persentase
obat yang tidak terlayani dan obat yang disubstitusi, menghitung biaya rata-rata
per resep dari masing-masing penyakit.
Perbedaan penelitian lain dengan penelitian ini adalah penelitian ini
mengevaluasi kesesuaian resep dengan formularium pada pasien umum rawat
jalan dengan melihat kesesuaian penulisan resep terhadap fomularium
berdasarkan nama generik dan nama dagang obat, serta motivasi dokter untuk
menuliskan resep sesuai dengan formularium rumah sakit.
Download