dalam Film SUNCATCHERS (Analisis Semiotika

advertisement
Metafora “Matahari” dalam Film SUNCATCHERS
(Analisis Semiotika Metafora “Matahari” dalam Film SUNCATCHERS)
Rouli Afrilya
ABSTRAK
Dalam ilmu komunikasi, film tidak hanya dianggap sebagai karya seni
semata, namun pada hakekatnya film juga merupakan aplikasi dari komunikasi
massa. Dalam komunikasi massa, film memiliki fungsi dalam mempengaruhi
budaya di tengah masyarakat. Penelitian ini berjudul “Metafora Matahari Dalam
Film SUNCATCHERS”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan
metafora “matahari” yang terdapat dalam Film SUNCATCHERS, serta untuk
mengetahui pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai-nilai
perusahaan Sun Life Financial. Adapun alasan dari peneliti dalam memilih
Suncatchers sebagai objek penelitian, yaitu karena adanya ketertarikan terhadap
film tersebut. Film tersebut dapat mengkomunikasikan nilai- nilai kehidupan
secara sederhana, dengan durasi yang singkat pula. Penelitian ini bersifat
kualitatif, disertai dengan paradigma interpretif. Dalam menganalisis data pada
objek penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis semiotika. Teori-teori yang
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, antara lain: teori komunikasi
massa, film, dan semiotika film. Peneliti menggunakan pendekatan sintagmatik
film Christian Metz, disertai dengan pra-ikonografi, ikonografi, dan ikonologi
Panofsky. Dari hasil analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
dalam film yang diteliti terdapat sebagian besar adegan yang mengandung
pemaknaan metafora. Pemaknaan metafora tersebut menyiratkan pesan terhadap
penonton tentang bagaimana peran matahari di dalam kehidupan.
Kata kunci :
Metafora “Matahari”, Suncatchers, Sun Life Financial , Semiotika, Film
PENDAHULUAN
“Kenapa sih semua orang di sini tuh mukanya pada sedih semua?”
“karena mataharinya gak terbit, udah lama ngumpet”
“Matahari emang bisa dijual? Kalian bohong kali”
“Nangkap? Matahari emang bisa ditangkap? Ah, kalian bohong,
kalau emang kalian mau nyari uang, enggak boleh pakai
bohong”
Kutipan di atas merupakan bagian dari dialog dalam film Suncatchers.
Film ini mengisahkan dua kakak beradik yang berada dalam sebuah misi untuk
1
membangkitkan semangat orang-orang di lingkungan sekitar mereka dengan cara
menangkap sinar matahari ke dalam toples.
Suncatchers merupakan bagian dari proyek film pendek Sun Life Financial
regional yang diproduksi oleh Lo-Fi Flicks pada awal November 2012 lalu. Film
ini menerjemahkan tagline yang diusung perusahaan asuransi tersebut, yaitu: “Life
is Brighter Under the Sun”.
Sebagai bagian dari upayanya untuk bisa mendekatkan diri dengan banyak
orang, Sun Life memilih film sebagai wadah komunikasi ideal untuk
menyampaikan nilai-nilai yang diemban perusahaan. Indonesia memiliki populasi
usia muda yang produktif dan peka terhadap teknologi, untuk itu agar dapat
berkomunikasi dengan audiens yang lebih luas, khususnya kaum muda,
pendekatan yang inovatif menjadi kunci keberhasilan utama.
Suncatchers ditayangkan dengan durasi 12 menit, oleh sebab itu film ini
dapat digolongkan dalam film cerita pendek (short films), yang penayangannya
biasanya berdurasi dibawah 60 menit. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para
mahasiswa jurusan film ataupun orang atau sekelompok yang menyukai dunia
film dan ingin berlatih membuat film dengan baik, umumnya hasil produksi ini
dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi (Effendy, 2002: 12).
Film merupakan salah satu media atau saluran dari komunikasi massa
dalam penyampaian pesan, baik itu pesan verbal atau nonverbal. Hal ini
dikarenakan film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya diproyeksikan
ke layar lebar atau ditayangkan melalui televisi dan dapat ditonton oleh sejumlah
khalayak (Ardianto & Komala, 2004: 128- 130).
Media massa merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan
dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat- alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, majalah, televisi dan film (Cangara,
2006: 122). Media komunikasi massa (media massa) memiliki peran yang besar
dalam membentuk pola pikir dan hubungan sosial di masyarakat, memberikan
ilustrasi dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Pada dasarnya, media
massa tidak pernah bersifat netral atau objektif, dalam arti setiap media massa
memiliki kepentingan tersendiri bagi pihak- pihak yang berkaitan di dalamnya.
2
Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang
akan diteliti adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” yang terdapat dalam Film
Suncatchers?
2.
Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai
perusahaan Sun Life Financial?
KAJIAN PUSTAKA
Komunikasi Massa
Media massa secara sederhana adalah kegiatan komunikasi yang
menggunakan media (communicating with media). Komunikasi massa ditujukan
kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. (Ardianto & Komala,
2004: 6)
Film sebagai Komunikasi Massa
Film sebagai salah satu media komunikasi massa memuat potret dari
masyarakat di mana film itu dibuat. Film merekam realitas yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, yang kemudian diproyeksikan ke atas layar
(Sobur, 2003: 127).
Film sebagai Iklan
Film merupakan media penyampai pesan dan alat komunikasi massa.
Pernyataan tersebut kerap terdengar dalam kajian perfilman. Film dan media pada
umumnya, dapat menjadi sebuah alat propaganda yang efektif dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, pengembangan potensi diri, pembinaan akhlak
mulia, pemajuan kesejahteraan masyarakat, serta wahana promosi Indonesia di
dunia internasional” ( Tim FIP- UPI, 2007: 208).
Dalam dunia pemasaran atau marketing dikenal istilah yang kurang lebih
sama fungsinya dengan penyebaran “propaganda”, yakni: Pemasaran Sosial
(Social Marketing). Hal ini bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu untuk
3
kebaikan sosial. Social marketing dapat diterapkan untuk mempromosikan hal-hal
kebaikan, atau mencegah hal-hal yang buruk, misalnya mengajak masyarakat
tidak merokok di ruang publik, penggunakan sabuk pengaman, penggunakan helm
untuk kendaraan bermotor dan masih banyak lagi (Cateora, 2007: 356 ).
Tidak berbeda jauh dengan fungsi Film sebagai social marketing yang
bertujuan untuk mempengaruhi khalayak dalam mengubah prilaku tertentu, begitu
pun dengan Fungsi Film sebagai media untuk beriklan yang bertujuan untuk
mempengaruhi khalayak dalam kegiatan promosi sebagai salah satu strategi yang
dilakukan oleh seorang Public Relations (PRs).
Peran PRs dalam menciptakan sebuah strategi iklan dalam bentuk film,
tidak terlepas dari keikut sertaan sutradara tentunya. Dalam membuat sebuah iklan
berbentuk film tersebut, sang sutradara harus mengemas setiap adegan
didalamnya. Dengan hasil yang optimal, akan semakin banyak khalayak yang
merasa tertarik. Sebuah film dapat dikatakan baik saat khalayak tidak sekedar
tertarik untuk menonton setiap adegannya, tapi juga dapat mengerti setiap makna
yang terdapat didalamnya.
Semiotika Film
Film merupakan alat komunikasi massa kedua yang muncul di dunia, di
mana masa pertumbuhannya terjadi pada akhir abad ke 19, dengan kata lain pada
film muncul pada saat perkembangan surat kabar sudah meredup (Sobur,
2003:126). Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah
dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena tidak mengalami unsur- unsur
teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang pada abad ke-18 dan ke-19
merintangi kemajuan surat kabar.
Film merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi analisis struktural
atau semiotika. Film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik demi mencapai
efek yang diharapkan (Sobur, 2003:128).
Semiotika film merupakan proses pemaknaan atas tanda-tanda yang
terdapat dalam film yang akan diteliti. Adapun tanda-tanda tersebut dapat berupa
4
tanda audio (suara, bahasa verbal, dialog tokoh, musik, sound effect) serta tanda
visual (gambar, bahasa nonverbal/ gesture/ mimik wajah, serta latar).
Semiotika Christian Metz
Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni
sesuatu yang harus di beri makna. Hal tersebut dikemukakan oleh para
strukturalis, seperti Saussure dan Barthes (Hoed, 2008: 3).
Secara epistemologis, semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang
berarti tanda. Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Atau dengan kata lain tanda adalah representasi objek (Endraswara, 2003:64).
Secara terminologis, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari deretan objekobjek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur, 2003: 95).
Pada tahun 1960 an Metz merintis upaya menetapkan teori tentang film
sebagai suatu disiplin intelektual tersendiri Artikel-artikel yang ditulis dalam
karya Metz: Essais sur la signification au cinema (1968), membuka jalan
didirikannya jurusan sinematografi di Universitas Vincennes (Paris VIII) (Lechte,
2001: 130).
Christian Metz merupakan tokoh di bidang Semiotic Cinema, di mana ia
memunculkan beberapa bahasan mengenai pola pengambilan gambar dan makna
di balik pengambilan gambar tersebut. Ia mengungkapkan bahwa cinema bukan
suatu sistem bahasa, namun cinema merupakan sebuah bahasa (suatu tanda yang
mendukung).
Ikonografi dan Ikonologi Panofsky
Studi ikonografi dan ikonologi dari Panofsky, merupakan sebuah studi
untuk memperoleh makna dari suatu karya seni lewat tahap-tahap deskripsi pra
ikonografi, analisis ikonografi dan interpretasai ikonologi, yang ketiganya
berkesinambungan.
5
Erwin Panofsky lahir di Hannover, Jerman pada 30 Maret 1892. Ia
menimba ilmu di University of Berlin, Munich, pada tahun 1910. Dan pada tahun
1914 ia menerima gelar Profesor Doktor (PhD) di bidang seni dan sejarah dari
universitas tersebut. Pada tahun 1939, ia mempublikasikan tulisan pertamanya
yang berjudul “Studies in iconology: Humanist Themes in the Art of the
Renaissance”. Buku tersebut merupakan buku pertama yang disusunnya setelah ia
pindah ke Amerika. Ia melanjutkan teorinya mengenai ikonologi dan ikonografi,
di mana ia menjadikan Leonardo Da Vinci sebagai sampel dari teorinya.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
yang didasarkan pada penafsiran, dengan konsep- konsep yang umumnya tidak
memberikan angka numerik, seperti etnometodologi atau jenis wawancara
tertentu. Metode ini dianggap berdasarkan interpretatif (Stokes, 2003: 15).
Metode ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling,
karena yang ditekankan adalah kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya
(kuantitas) data (Kriyantono, 2006: 58).
Bentuk dari penelitian ini adalah analisis semiotika. Semiotika merupakan
salah satu bagian dari bentuk analisis isi kualitatif. Analisis semiotika dapat
digunakan dalam menganalisis sejumlah besar sistem tanda yang dapat
dimanfaatkan pada kajian media. Semiotika merupakan suat pendekatan dalam
mengkaji suatu makna, khususnya yang berhubungan dengan media visual.
Objek Penelitian
Dalam penelitian ini tidak dikenal istilah populasi yang merupakan keseluruhan
objek atau fenomena yang diteliti (Kriyantono, 2006: 149). Riset kualitatif tidak
bertujuan membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual
dan kasuistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset
dilakukan (Kriyantono, 2006: 161).
6
Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan pengamatan secara menyeluruh pada objek penelitian. Adapun
untuk mengumpulkan data yang di perlukan, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut: (1)Dokumentasi, berupa film Suncatchers
yang diakses melalui website yang disediakan pihak perfilman tersebut. (2) Studi
Kepustakaan, diantaranya bersumber dari buku, dokumen privat perusahaan,
jurnal, internet, atau literatur lainnya yang didapatkan dari berbagai sumber, yang
dianggap relevan dengan topik penelitian.
Analisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menganalisis data dari hasil catatan
lapangan, atau dari sumber informasi yang diperoleh. Analisis semiotika pada
peneltian ini berupaya menerjemahkan makna metafora yang mungkin
tersembunyi, sehingga dalam analisis datanya digunakan analisis semiotika Metz
yang akan memilah dan menyusun kembali film Suncatchers. Secara lebih rinci,
uraian ringkas mengenai langkah-langkah analisisnya diolah dari analisis
semiotik, sebagai berikut : (1) Inventarisasi data, yaitu dengan cara
mengumpulkan data sebanyak- banyaknya melalui dokumentasi. (2) Kategorisasi
model semiotiknya, menentukan model semiotik yang digunakan, yakni model
semiotika Christian Metz. (3) Klasifikasi data, identifikasi teks (tanda), alasanalasan tanda tersebut dipilih, menentukan pola semiosis dan kekhasan wacana
dengan mempertimbangkan elemen semiotika dalam scene yang dianggap
mewakili makna metafora matahari. (4) Penentuan scene tersebut menentukan
tanda maupun sintagma dari makna metafora matahari. (5)Analisis data yang
membahas mengenai makna konotasi. (6) Penarikan kesimpulan, penilaian
terhadap data-data yang telah ditemukan, dibahas dan dianalisis selama penelitian.
(7) Selanjutnya analisa data kemudian dipaparkan secara objektif sehingga dapat
menjaga keutuhan dan keorisinilan konsep objek penelitian (Kriyantono, 2006:
270).
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Film Suncatchers merupakan film yang tergolong dalam klasifikasi drama.
Drama merupakan film yang banyak bercerita mengenai kehidupan. Film ini
bertujuan untuk membawa penonton pada alur ceritanya sehingga penonton
mampu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita. Drama juga
menggambarkan
realita
kehidupan
manusia,
dan
Suncatchers
mampu
menghadirkan kesan realita yang kuat dan dapat memberi kita gambaran
mengenai kehidupan nyata, yaitu tentang pentingnya matahari bagi kehidupan
manusia. Suncatchers merupakan film pendek yang diusung oleh sebuah
perusahaan asuransi, Sun Life Financial.
Metafora Matahari dalam Kehidupan
Matahari telah menjadi simbol penting di banyak kebudayaan sepanjang
peradaban manusia. Dalam mitologi dimiliki oleh berbagai bangsa di dunia,
Selain memiliki peran yang sangat penting, matahari juga memiliki nilai metafora
dalam kehidupan masyarakatnya . Matahari dikenal dengan nama yang berbedabeda pada tiap kebudayaan dan seringkali disembah sebagai dewa.
Nilai-nilai metafora yang terdapat dalam kehidupan masyarakat tersebut,
memperkuat peran matahari, bukan hanya sebagai sumber energi bagi kehidupan,
namun matahari memiliki makna yang lebih dalam (agung) pada beberapa
kebudayaan,
dan
menumbuhkan
rasa
hormat
bagi
masyarakat
yang
mempercayainya.
Suncatchers sebagai Penyatuan Makna Metafora Matahari dengan Nilai
Perusahaan Sun Life Financial
Suncatchers menghubungkan peran/ kekuatan dari matahari dengan
dengan nilai- nilai yang terdapat dalam perusahaan Sun Life Financial.
perusahaan ini berupaya untuk melayani orang- orang sekitarnya, seperti
kehadiran matahari di dalam kehidupan. Walaupun terkadang tidak menunjukkan
sinarnya, namun matahari pasti ada di sekitar kita. Begitu juga dengan Sun Life
Financial, yang akan selalu hadir bagi orang-orang sekitarnya. Walaupun
8
terkadang auransi ini tidak dapat memberikan pelayanan terbaiknya, namun ada
kepastian yang dijanjikan pada kita di masa mendatang.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pemaknaan
metafora dalam film Suncathers, maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai
berikut:
1. Penyatuan antara metafora dan matahari memiki keunikan makna, di mana
makna matahari yang selama ini hanya dianggap sebagai “benda”, dapat di
interpretasikan dengan fungsi metafora sebagai makna kias, sehingga
menghasilkan makna yang lebih mendalam.
2. Pemaknaan metafora matahari dapat dirasakan oleh sebagian orang, baik dalam
budaya ataupun kepercayaan. Hal inilah yang menginspirasi sebuah perusahaan
asuransi, Sun Life Financial untuk mengangkat makna matahari lebih dalam
dan menyebarkannya kepada orang- orang.
3. Seiring perkembangan perusahaan Sun Life Financial, asuransi ini semakin
menunjukkan keseriusannya dalam mengkampanyekan kekuatan matahari di
dalam kehidupan. Keseriusan tersebut direalisasikan melalui peluncuran
sebuah film yang bertemakan “penangkap matahari”, yang berjudul
Suncatchers. Lewat film ini, Sun Life Financial juga berupaya mengajak
orang-orang untuk lebih menghargai kehadiran matahari dalam kehidupan.
SARAN
1.
Semakin bertambahnya penelitian mengenai semiotika film yang
dilakukan oleh mahasiswa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi.
2.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi bagi
mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi
3.
Bagi sutradara diharapkan dapat mempertahankan, bahkan dapat
menciptakan karya-karya film yang lebih baik lagi.
9
4.
Bagi para penikmat film diharapkan dapat memilah- milah film yang
patut untuk ditonton, setidaknya dapat memilah pesan- pesan yang
disampaikan. Di samping itu, para penikmat film diharapkan mencoba
memperbanyak menonton film pendek karya anak bangsa, yang tidak
kalah saing di dunia perfilman internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto& Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Cateora, Philip R & Graham, John. (2007). Pemasaran Internasional. Jakarta:
Salemba Empat
Endraswara, Suwardi (2003). Metodologi penelitian sastra: epistemologi, model,
teori, dan aplikasi. Jakarta: Pustaka Widyatama
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Jakarta:
Erlangga
Hoed, Benny. (2008). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas
Bambu
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Lechte, John. (2001). 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai
Postmodernitas. Yogyakarta: Kanisius. hal. 130-137
Sobur. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Stokes, Jane. (2003). How to do Media and Cultural Studies. London: Sage
Publications
Tim FIP- UPI. (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
10
Download