PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA KORUPSI YANG SESUAI RASA KEADILAN MASYARAKAT PAROLE FOR PRISONERS OF CORRUPSION IS SUITABLE FOR SENSE OF JUSTICE SOCIETY Endang Yuliana S Tri Wahyu Widiastuti Fakultas Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK Pembebasan bersyarat merupakan hak setiap narapidana yang diatur dalam UndangUndang No 12 Th 1995 tentang Pemasyarakatan .Adapun mekanismenya diatur dalam PP No 32 Th 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, PP No 28 Th 2006 tentang Perubahan Pertama Atas PP No 32 Th 1999 , dan PP No 99 Th 2012 tentang Perubahan Kedua atas PP No 32 Th 1999 . Dalam PP No 99 Th 2012 inilah diatur syarat khusus bagi narapidana korupsi (dan tindak pidana lainnya) dalam memperoleh remisi dan pembebasan bersyarat.Mekanisme pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana korupsi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pada saat ini sudah cukup baik (dalam arti telah memenuhi kaedah secara normatif), khususnya yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No 99 Th 2012, hanya praktek pelaksanaannya masih terjadi inkonsistensi. Hal ini tentu mecederai atau tidak sesuai rasa keadilan masyarakat. Kata kunci : pembebasan bersyarat,narapidana korupsi ABSTRACT Parole is every prisoner’s right. It was regulated by correctional Act No 12 Th.1995. The mechanism wats regulated by Term and Modalities Prisoners Right No 32 Th 1999, Regulation No 28 Th. 2006 on first Amandement to Regulation No 32 Th 1999, Regulation No 99 Th. 2012 Concerning second Amandemen to Regulation No 32 Th 1999. In this regulation set Special Condition for in mates corruption ( and another crimes ) obtain remission and parole. Mechanism for corruption convicts parole in Indonesia better than before (normatively), although in fact is still in consistent, so that is not suitable for sense of justice society Keywords : Parole, inmates corruption Dasar 1945. Untuk mewujudkan masyarakat Pendahuluan Pembangunan Nasional bertujuan Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya tersebut, dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan adil, pemberantasan makmur, sejahtera dan tertib perlu secara tindak terus-menerus pidana pada berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 113 umumnya serta tindak pidana korupsi pada hak untuk khususnya. bersyarat. Di tengah upaya pembangunan diberbagai bidang, aspirasi memperoleh pembebasan Kebebasan merupakan sesuatu hal masyarakat yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan untuk memberantas korupsi dan bentuk orang yang menjalani hukuman pidana penyimpangan lainnya semakin meningkat, perampasan karena dalam kenyataaan adanya tindak penjara. Salah satu hak narapidana seperti pidana korupsi telah menimbulkan kerugian yang diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang negara No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang sangat besar yang pada kemerdekaan atau gilirannya dapat berdampak pada timbulnya adalah pembebasan bersyarat. krisis di berbagai bidang. Untuk itu upaya Pembebasan pidana bersyarat dapat narapidana telah pencegahan dan pemberantasan korupsi diberikan, apabila perlu memenuhi persyaratan-persyaratan semakin diintensifkan dengan ditingkatkan tetap dan menjunjung telah ditetapkan oleh tersebut yang undang-undang. tinggi hak asasi manusia dan kepentingan Persyaratan meliputi syarat masyarakat. substantif dan syarat administratif. Syarat Tindak pidana korupsi di Indonesia substantif yaitu telah menjalani 2/3 masa secara meluas, pidananya atau sekurang-kurangnya 9 bulan, sehingga tidak hanya merugikan keuangan sedang syarat administratif yaitu adanya negara tetapi juga telah melanggar hak-hak panjamin. Dengan diberikannya pembebasan sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, bersyarat sehingga pidana sepenuhnya berada korupsi perlu dilakukan dengan cara luar limgkungan sosial biasa. Dengan demikian, pemberantasan keluarganya. Namun demikian pembebasan tindak pidana korupsi harus dilakukan bersyarat yang diberikan tersebut dapat dengan cara yang khusus, antara lain sistem dicabut, pembuktian terbalik, yaitu pembuktian yang kemudian melakukan tindak pidana kembali dibebankan kepada terdakwa. Dan perlakuan selama terhadap pelakunya untuk memperoleh hak- bersyarat. terjadi sistematis pemberantasan dan tindak haknya juga diatur secara khusus, termasuk maka narapidana apabila tengah-tengah masyarakat narapidana menjalani Kabar di sudah masa tentang dan tersebut pembebasan permohonan pembebasan bersyarat yang diajukan oleh EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 114 narapidana kasus korupsi atas nama diartikan sebagai perbuatan curang, tindak Anggodo Widjojo beberapa waktu yang lalu pidana telah menghebohkan kembali negara.(Subekti dan Tjitrosoedibio 1973 : dunia hukum kita. Pegiat anti korupsi sampai turun ke jalan menuntut merugikan keuangan 76) kepada Tindak pidana korupsi sebagai menkumham agar menolak permohonan tindak pidana (kejahatan) yang luar biasa tersebut,dan bahkan juga meminta agar atau extra ordinary crime mempunyai ciri- mencabut pembebasan bersyarat yang telah ciri khusus yaitu : dikabulkan untuk yang terhadap koruptor Hartati 1. Melibatkan lebih dari satu orang. Murdaya. Alasan dari ICW salah satu pegiat 2. Dilakukan secara rahasia. anti di 3. Melibatkan elemen kewajiban dan kementrian menkumham tersebut adalah keuntungan timbal balik, bahwa pembebasan bersyarat yang diberikan kewajiban dan keuntungan tersebut kepada narapidana kasus korupsi telah tidak selalu berupa uang. korupsi mencederai yang rasa masyarakat ikut atau berdemo nilai disamping keadilan pemberian pembebasan bersyarat bagi koruptor tersebut diatas dinilai cacat hukum. (Solopos,23 4. Biasanya berusaha dimana menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum. 5. Biasanya menginginkan keputusan September 2014) yang tegas dan mampu mempengaruhi Tindak Pidana Korupsi keputusan-keputusan itu. Korupsi secara harfiah merupakan 6. Setiap tindak pidana korupsi sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. mengandung Secara dilakukan oleh badan publik atau umum harfiah pengertian yang korupsi mempunyai luas, pertama, penyelewengan atau penggelapan (uang penipuan, (masyarakat). 7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu negara atau perusahaan) untuk kepentingan pengkianatan pribadi dan orang lain. Kedua, memakai Hartanti, 2009 : 10). barang atau kepadanya, uang dapat yang dipercayakan disogok (melalui biasanya kepercayaan. (Evi Tindak pidana korupsi yang merajalela di negara Indonesia kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). menimbulkan dampak atau akibat yang Tindak pidana korupsi dalam Kamus Hukum sangat luas yaitu : EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 115 1. Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah. Tindak pidana korupsi selama ini terjadi 2. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat. secara Akibatnya sistemik sungguh menakutkan, bukan dan miris meluas. dan hanya sangat merugikan 3. Menyusutnya pendapatan negara keuangan negara, tetapi telah mengganggu 4. Rapuhnya keamanan dan ketahanan stabilitas negara. dan keamanan masyarakat, melemahkan nilai-nilai demokrasi, etika, 5. Perusakan mental pribadi keadilan 6. Hukum tidak lagi dihormati. (Eggi melanggar hak-hak sosial dan ekonomi Sudjana, 2008 : 137) dan kepastian hukum, juga msyarakat secara luas. Dengan persepsi Korupsi telah menjadi musuh besar inilah maka tindak pidana korupsi sangat negara dan pemerintahan di seluruh dunia. layak dikategorikan sebagai kejahatan luar Ibarat penyakit , ia sudah kronis atau pada biasa yang pemberantasannya juga harus stadium lanjut. Korupsi sudah menyebar dan dilakukan secara luar biasa. menggerogoti sendi-sendi kehidupan dan Mantan menteri kehakiman RI , organ – organ vital kehidupan masyarakat , Muladi bahkan lebih tegas lagi menyatakan berbangsa dan bernegara. Korupsi bukan bahwa tindak pidana korupsi tidak boleh hanya birokrasi dilihat secara konservatif yaitu sebagai pemerintahan , melainkan telah menjalar perbuatan seseorang atau korporasi,baik by kedalam system peradilan di Indonesia . neemaupun by greed suatu kondisi yang sangat mengerikan karna diri sendiri atau orang lain atau suatu badan justru terjadi di era reformasi. yang merugikan keuangan negara. Tipikor terjadi di wilayah untuk memperkaya Prihatin dan gemas dengan kondisi harus dilihat sebagai tindakan yang luar yang ada, Susilo Bambang Yudhoyono biasa (extra ordinary) dan tidak bertanggung presiden pertama hasil pilihan langsng jawab yang bersifat sistemik, endemik, dan rakyat Indonesia menyatakan berperang flagrant melawan korupsi dengan start resmi dimulai sangat luas . (Aziz Syamsuddin , 2011:176) pada tanggal 9 Desember 2004 , dan karena Oleh cenderung karena itu berdampak Muladi mencanangkan 9 Des sebagai hari anti mengatakan bahwa pemerintah tidak perlu korupsi . Namun apa kenyataannya yang ragu untuk mengatur dan menerapkan terjadi ? perangkat-perangkat hukum yang memadai EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 116 (proporsioanl) dan bersifat luar biasa. Lembaga Pemasyarakatan dimana seorang Langkah yang tegas sangat diperlukan agar narapidana menjalani pidananya.(Loebby tidak Loqman 2002 : 76) ada tuduhan dari masyarakat internasional bahwa korupsi yang terjadi di Pembinaan narapidana Indonesia tidak hanya sekedar sebagai white dilaksanakan dengan beberapa tahapan collar crime. tetapi sudah berkembang dan pembinaan, yaitu tahap awal, tahap lanjutan menjurus dan tahap akhir. Pembinaan tahap awal dan sebagai statecrime. (Aziz Syamsuddin, 2011 : 177) Karena kejahatan luar tahap lanjutan dilaksanakan di Lembaga tipikor biasa, merupakan maka untuk Pemasyarakatan, sedang pembinaan tahap akhir dilaksanakan di luar Lapas oleh Bapas. memberantasnya juga harus dengan cara Pembinaan narapidana di luar Lapas luar biasa. Satjipto Rahardjo menyatakan meliputi pidana bersyarat, pembebasan bahwa memberantas korupsi harus dengan bersyarat, pembebasan bersyarat bagi anak berani berfikir dan bertindak secara luar negara dan cuti menjelang bebas. biasa pula. Artinya kita akan melakukan Salah satu hak narapidana seperti cara cara yang berseberangan dengan cara yang telah dijelaskan pada Pasal 14 Undang- yang biasanya dilakukan. Kita harus berani undang melakukan pembebasan Pemasyarakatan lama, bersyarat, hak tersebut dapat diberikan jika terhadap pembelotan, konvensi-konvensi dan No. 12 tahun 1995 yaitu tentang pembebasan menegaskan kehadiran suatu “aturan” baru. narapidana “(Satjipto Rahardjo, 2008 ; 126-127) pembinaan selama 2/3 (dua pertiga) dari Pembebasan Bersyarat. masa Kebebasan merupakan suatu hal telah pidana yang menjalani proses sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 (Sembilan) bulan. yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan Pembebasan bersyarat diatur dalam orang yang sedang menjalani Pasal 15 sampai 17 KUHP, sedangkan hukuman/pidana penjara. Selama menjalani mekanismenya hukuman/pidana penjara di Lembaga Pemerintah No. 32 tahun 1999 tentang Pemasyarakatan, narapidana diharuskan Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Warga mengikuti kegiatan pembinaan. Pembinaan Binaan narapidana di dalam Lembaga mengalami perubahan sebanyak 2 kali, yaitu Pemasyarakatan sepenuhnya dijalankan oleh pertama diubah menjadi PP No. 28 tahun EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 diatur dalam Pemasyarakatan Peraturan yang telah 117 2006 dimana syarat dan tata caranya memberikan data yang seteliti mungkin diperketat tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala dengan tujuan untuk menyesuaikan perkembangan hukum dan lainnya. (Soerjono Soekanto, 1986 : 10). rasa keadilan dalam masyarakat, terutama Penelitian data ini menggunakan terkait dengan narapidana yang melakukan sumber sekunder atau tindak pidana yang mengakibatkan kerugian kepustakaan,Data yang besar bagi negara atau masyarakat atau melalui studi kepustakaan atau metode korban yang banyak atau menimbulkan dokumentasi, yaitu mencari hal-hal tertentu kepanikan, kecemasan atau ketakutan yang yang berupa catatan, transkrip, buku, surat luar biasa pada masyarakat. kabar, majalah, notulen rapat dan lain-lain. sekunder bahan dikumpulkan Kedua, diubah menjadi PP No. 99 (Suharsini Arikunto, 1997 : 234). Dalam tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas penelitian ini meliputi bahan hukum primer PP No. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan berupa Undang-Undang No. 12 tahun 1995 Tata Cara Pelaksanaan Warga Binaan tentang Pemasyarakatan, dimana perubahan pertama Pemerintah No. 32 tahun 1999 tentang dirasa seutuhnya Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak kepentingan keamanan, ketertiban umum Warga Binaan Pemasyarakatan, Peraturan dan rasa keadilan yang dirasakan oleh Pemerintah masyarakat dewasa ini. Peraturan Pemerintah No. 99 tahun 2012 Metode Penelitian tentang Perubahan terhadap PP No. 32 tahun belum mencerminkan Pemasyarakatan, No. 28 tahun Peraturan 2006 dan Penelitian yang dilakukan adalah 1999. Sedang bahan hukum sekunder yang jenis penelitian yuridis normatif, yang dipergunakan meliputi hasil penelitian dan merupakan yang karya ilmiah, literatur, serta bahan hukum dilakukan dengan cara meneliti bahan tersier yang berupa koran, majalah dan lain- pustaka atau data sekunder semata. Data lain. penelitian hukum sekunder tersebut meliputi baik data yang Data yang terkumpul kemudian bersifat pribadi maupun data sekunder yang diolah dan dianalisa menggunakan teknik bersifat publik. (Soerjono Soekanto dan Sri analisis Mamudji, 2011 : 13, 14 dan 24).Sedangkan mengungkapkan sifat penelitian adalah deskriptif, yaitu tentang aturan serta pelaksanaan pemberian penelitian yang dimaksudkan kualitatif, dan yaitu hendak menggambarkan untuk EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 118 pembebasan bersyarat bagi narapidana korupsi. Hak Warga Binaan dan Pemasyarakatan . PP ini diterbitkan sebagai upaya melakukan Data yang telah diseleksi, disusun pengetatan pemberian remisi, asimilasi dan bentuk dapat pembebasan bersyarat kepada terpidana dalam kasus-kasus kejahatan luar biasa , antara lain bentuk kata-kata yang sistematis. Kemudian korupsi , kejahatan HAM , terorisme, sebagai kegiatan terakhir akan dilakukan kejahatan transnasional, dan narkotika. dalam digabungkan ringkasan sehingga untuk tersusun pemeriksaan ulang untuk dapat melakukan penyimpulan-penyimpulan penuturan deskripsi melalui tentang apa Dalam PP ini ditetapkan sejumlah suatu syarat yang harus dipenuhi terpidana korupsi yang untuk berhasil dimengerti dari masalah penelitian. dapat memperoleh pembebasan bersyarat . (Sanapiah Faisal, 1990 : 90) Pasal 43 ayat (2) a. yaitu telah Hasil Penelitian dan Pembahasan menjalani 2/3 masa pidana paling sedikit 9 Mekanisme Pemberian Pembebasan bulan ; b.berkelakuan baik selama menjalani Bersyarat bagi Narapidana Korupsi di pidana paling singkat Sembilan bulan Indonesia terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 masa Berdasarkan penelusuran pidana;c. telah mengikuti dengan baik, program Indonesia Corrupion Watch (ICW) sejak pembinaan tekun, dan pemerintahan presiden RI Susilo Bambang bersemangat; dan d. masyarakat dapat Yudhoyono (SBY) periode 2004-2014 , menerima program kegiatan pembinaan sedikitnya ada 38 terpidana korupsi telah narapidana. menikmati pembebasan bersyarat. Dari 38 Pasal 43A ayat (1) a. bersedia terpidana tersebut , 31 terpidana korupsi bekerja sama dengan penegak hokum untuk ditangani KPK dan 7 terpidana lainnya membantu membongkar perkara ditangani oleh kejaksaan (Solopos,23 Sept pidana 2014) menjalani sekurangkurangnya 2/3 masa Pembebasan dilakukannya; b. telah yang pidana, dengan ketentuan 2/3 masa pidana diberikan kepada terpidana korupsi selama tersebutpaling sedikit 9 bulan; c. telah ini dalam menjalani asimilasi paling sedikit ½ dari sisa peraturan pemerintah No 99 Th 2012 masa pidana yang wajib dijalani; dan d. Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan telah telah diatur bersyarat yang tindak mekanismenya EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 menunjukkan kesadaran dan 119 penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana. menganggap syarat tersebut bersifat alternatif, dan hanya menekankan pada Pasal 43B ayat (1) pembebasan aspek kelakuan baik dan telah menjalani 2/3 bersyarat diberikan oleh Menteri setelah masa hukuman (Solo Pos, 23 September mendapatkan 2014). Hal ini tidak boleh dibiarkan karena pertimbangandari dirjen pemasyarakatan; (2) dirjen pemasyarakatan tindakan dalam kontraproduktif memberi memperhatikan ketertiban pertimbangan kepentingan umum, dan wajib keamanan, rasa menkumham semangat dan tersebut sangat inkosisten dengan pemberantasan korupsi. Di keadilan samping itu perlu diingat lagi bahwa PP No masyarakat. (3) dirjen pemasyarakatan wajib 99 Th 2012 dibuat dengan pertimbangan meminta rekomendasi dari instansi terkait, bahwa kejahatan korupsi merupakan salah yakni: c. Polri, kejaksaan agung, dan atau satu bentuk kejahata luar biasa yang KPK dalam hal narapidana korupsi. mengakibatkan kerugian yang besar bagi Sedangkan tata cara pemberian pembebasan bersyarat Negara atau masyarakat , sehingga sebagaimana pemberian pembebasan bersayarat (juga dimaksud pada pasal 43 B ayat (3) diatur remisi ) bagi pelakunya perlu diperketat dengan peraturan MenteriPasal 11 Peraturan syarat dan tata caranya untuk memenuhi rasa Menteri keadilan masyarakat. Hukum dan HAM RI No. M.2.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat Tahun 2015 era pemerintahan dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, berganti dengan presiden baru Joko Widodo Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang yang mencanangkan semangat anti korupsi Bebas dan Cuti Bersyarat dengan Permasalahan Yang muncul Dalam NAWACITA nya .Namun menkumham kabinet kerja, Yasonna H laoly pada tanggal 12 Maret 2015 di Kampus Praktek Pelaksanaannya. Keseluruhan Syarat tersebut Universitas Kristen Indonesia, Jakarta mestinya harus dipenuhi oleh narapidana mewacanakan akan merevisi PP No 99 Th untuk memperoleh pembebasan bersyarat. 2012 dengan menyatakan bahwa setiap Namun Emerson narapidana memiliki hak yang sama untuk Yuntho ( anggota badan pekerja ICW) mendapat remisi dan pembebasan bersyarat selama sayangnya menurut ini dalam prakteknya termasuk terpidana kasus korupsi. Dengan Kemenkumham Amir Syamsudin kata lain, tidak boleh ada diskriminasi bagi EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 120 narapidana korupsi. mewacanakan korupsi yang secara resmi dicanangkan di remisi dan tahun 2004 oleh presiden SBY dengan pembebasan bersyarat bagi terpidana kasus menetapkan tanggal 9 Desember sebagai korupsi hari anti korupsi. kemudahan Dia pemberian Lain lagi persoalan yang muncul Pembahasan Pemberian remisi dan pembebasan bersyarat bagi menunjukkan narapidana bahwa terjadi saat ini di mana menkumham Yasona H korupsi Laoly yang mempermasalahkan pentingnya ketidak rekomendasi atau pertimbangan instansi atau konsistenan antara aturan yang berlaku lembaga dengan prakteknya . Tidak konsistennya pembebasan bersyarat maupun remisi yang antara aturan dan praktek terjadi karena diatur dalam pasal 43 B PP No 99 Th 2012. salah persepsi atau salah penafsiran atas Menkumham menganggap hal ini kurang ketentuan suatu aturan oleh aparat pelaksana tepat aturan tersebut, dalam hal ini menkumham bersyarat maupun remisi bagi narapidana dan jajarannya pada era menkumham Amir korupsi Syamsudin. pembebasan menkumham , sedangkan instansi lain telah bersyarat yang mestinya bersifat kumulatif memiliki tugas dan wewenang sendiri- namun dalam praktek pelaksanaannya justru sendiri sebelum koruptor yang bersangkutan ditafsirkan ditetapkan sebagai narapidana. Pernyataan dimana Persyaratan menjadi hanya bersifat alternatif, ditekankan pada lain karena dalam hal pemberian merupakan hak pemberian pembebasan (kewenangan) syarat menkumham ini justru membuat para ahli tertentu saja , bukan pemenuhan seluruh hukum dan pegiat anti korupsi bertanya- persyaratan sebagaimana diatur dalam PP tanya apa maksud dan tujuan dibalik No 99 Th 2012, dimana syarat untuk dapat kebijakan menkumham ini , apalagi bila diberikan bagi dikaitkan dengan slogan NAWACITA yang narapidana korupsi mengacu pada ketentuan diusung presiden Jokowi yang salah satunya pasal 43 (2) a,b,c,d , ayat (4) + pasal 43 A adalah semangat anti korups, hal tersebut (1) a,b,c,d (3) dan pasal 43 B. Jadilah kesan tentunya sangat bertolak belakang. pembebasan bersyarat obral pemberian remisi dan pembebasan bersyarat terjadi diera Hampir semua ahli hukum dan pemerintahan pegiat anti korupsi yang diwawancara oleh presiden SBY, yang tentu saja sangat media (harian solopos dan kompas yang bertolak belakang dengan komitmen anti penulis jadikan sumber data) berpendapat EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 121 bahwa pengaturan syarat dan tata cara Mungkin lebih pas untuk mengurangi pembebasan bersyarat yang diatur dalam PP kelebihan kapasitas dengan cara menetapkan No 99 Th 2012 sudah cukup baik, tetapi aturan bagi pelaku pencurian yang dipidana justru dalam praktek pelaksanaanya yang hanya mereka yang mencuri seharga atau selama ini terkesan mengobral dan kurang nilai minimalnya tertentu yang ditetapkan, menjalankan atau narapidana tindak pidana biasa yang secara ketat sebagaimana tujuan pembuatan PP tersebut. Pembuatan dipermudah PP tersebut bertujuan ingin memperketat hukumannya baik dalam bentuk pemberian syarat dan tata cara pemberian remisi, remisi asimiliasi dan pembebasan bersyarat bagi Bukan kepada narapidana korupsi yang pelaku pidana selama ini terbukti dimanjakan hingga terorisme,narkotika,dan precursor narkotika menikmati kemudahan dan kemewahan , psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap karena mampu membayar , seperti Artalyta keamanan Negara dan kejahatan HAM yang Suryani yang sel tahanannya seperti hotel berat berbintang atau, Anggodo Widjojo yang tindak , serta terorganisasi kejahatan lainnya yang transnasional merupakan kejahatan luar biasa. pemberian maupun remisinya bila keringanan pembebasan ditotal bersyarat. menurut ICW berjumlah 29 bulan 10 hari. Kalaupun ada satu orang yang Dengan tetap mengetatkan mendukung kebijakan yang diusulkan oleh pemberian pembebasan bersyarat kepada menkumham dengan alasan praktis karena narapidana korupsi, dan juga dalam hal lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan pemberian di kota-kota besar telah kelebihan kapasitas, peringanan hukuman , hal ini sejalan dengan namun hal ini juga kurang pas jika dijadikan semangat anti korupsi yang dicanangkan alasan untuk oleh remisi maupun melonggarkan pemberian pemberian pembebasan remisi pemerintahan yang merupakan presiden Jokowi. Sebaliknya bila kebijakan yang diambil bersyarat bagi koruptor . Mengapa harus kontraproduktif dengan narapidana korupsi yang merupakan pelaku pemberantasan tindak pidana khusus yang diuntungkan salahkan bila krisis kepercayaan publik dengan kebijakan diberikan remisi ataupun makin membesar dan menjadi bola liar yang pembebasan bersyarat untuk mengurangi tidak bisa dikendalikan,yang menggelinding korupsi maka agenda jangan kelebihan kapasitas LP ataupun Rutan? EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 122 dan mungkin melindas serta menghancurkan KESIMPULAN segala yang pernah dibangun. Mekanisme Buat jera para koruptor dengan pembebasan pemberian bersyarat – korupsi bersyarat dan juga pemberian remisinya, undangan yang berlaku saat ini jangan malah memanjakannya. Koruptor Indonesia, memang harus tetap diperlakukan secara Pemerintah Republik Indonesia No 99 Th manusiawi, tetapi masyarakat yang menjadi 2012 korbannya para koruptor haruslah lebih Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun diperhatikan 1999 keadilannya. Setuju dan dengan rasa pendapat aturan narapidana tetap memperketat pemberian pembebasan kepentingan menurut bagi khususnya tentang dalam Perubahan Tentang Syarat Pelaksanaan perundang Hak Peraturan Kedua dan di Tata Warga atas Cara Binaan prof.Muladi dan prof.Satjipto Raharjo yang Pemasyarakatan,sudah cukup baik (dalam menyatakan bahwa tindak pidana korupsi arti tidak boleh dilihat secara konservatif , tetapi normatif), hanya perlu konsistensi dalam harus dilihat sebagai tindak pidana luar biasa praktek pelaksanaannya, agar tidak terjadi , sehingga pemberantasannya juga harus obral remisi dan pembebasan bersyarat bagi dengan cara luar biasa pula, dimana praktek koruptor, yang tentu saja sangat mencederai hukum harus berani membebaskan diri dari rasa keadilan masyarakat konsep, doktrin serta asas yang berlaku. Para telah memenuhi Menkumham kaedah harus secara tetap praktisi hukum harus berani berpikir dan memperketat syarat pemberian pembebasan bertindak bebas dan kreatif, tidak submisif bersyarat bagi narapidana korupsi agar melainkan harus kritis. Sedangkan bagi memenuhi rasa keadilan masyarakat dan kaum sesuai dengan semangat anti korupsi yang akademisi diharapkan bergiat mensuplai para praktisi dengan gagasan, dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. konsep, teori dan doktrinasi baru demi mendukung para praktisi yang berlaga di garda terdepan pemberantasan korupsi, demi untuk menyelamatkan bangsa dari keambrukan karena korupsi. EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 123 Soerjono DAFTAR PUSTAKA Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Buku Press. Aziz Syamsuddin, 2011, Tindak Pidana Khusus, Jakarta : Sinar Grafika. Eggi Sudjana, 2008, Republik Tanpa KPK Koruptor Harus Mati, Surabaya : Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada Suharsini JP Books. Arikunto,1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Evi Hartanti, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Peraturan Perundang - Undangan Jakarta : Sinar grafika. Kitab Loebby Loqman, 2002, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : Data Com. Sanapiah Faisal,1990, Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang : Yayasan A3. ___________, 2003, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Satjipto Rahardjo, 2008, Membedah Hukum Undang-Undang (KUHP). Hukum Pidana Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. PP No. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. PP No. 28 tahun 2006 tentang Perubahan Pertama Atas PP No. 32 tahun 1999. PP No. 99 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 32 tahun 1999. Progresif, Jakarta : Kompas. Setiono, Subekti 2002, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Surakarta : Program Pasca Sarjana UNS. Tjitrosoedibio, Hukum, Jakarta 1973, : Kamus Pradnya Paramita. EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 Artikel dari Koran atau Majalah Taufiequrachman Ruki,2008 , Hukum Sebagai Pengawal Reformasi ,Buletin Komisi Yudisial , 5 April : hal.45-46 Janedjri M.Ghaffar,2012 , Korupsi : Memudarnya Nasionalisme ,Majalah Konstitusi,Oktober : hal.75-76 124 Sholahuddin Al Ayyubi , 2014,Pembebasan Bersyarat Cederai Pemberantasan Korupsi, Solopos 23 September : hal 3 Antara,2015,Busyro : Hukuman Koruptor Perlu Diskriminatif,Solopos 14 Maret : hal 2 Arif Fajar S, 2015 , Hukuman Koruptor “Jangan Obral Remisi” , Solopos,15 Maret : hal 2 Tajuk,2015 , Tolak Remisi Bagi Koruptor,Solopos 16 Maret : hal 4 ONG,BIL,WHY dkk,2015,Remisi Bagi Koruptor Tak Adil,Kompas 15 Maret : hal 1+15 Saldi Isra , 2015 , Memudarnya Imaji Anti Korupsi,Kompas 19 Maret : hal 6 BIL,NTA , NDY, dkk,2015 , PP 99 / 2012 Tak Perlu Direvisi,Kompas 19 Maret : hal 1+15 EKSPLORASI Volume : XVIII No. 1 – Agustus 2015 125