“Manajemen Isu dan Manajemen Krisis” Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Pertemuan ke 3 Tgl. …. Sept 2015 Definisi dan karakter krisis, penyebab dan akibat dari krisis. Hubungan antara isu, opini publik dan krisis. Komitmen manajemen dalam penanganan krisis, tahapan krisis, pengenalan langkah-langkah pengendalian dan pengelolaan krisis. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Sasaran Mahasiswa diharapkan mampu memahami definisi dan karakter krisis, penyebab dan akibat dari krisis. Hubungan antara isu, opini publik dan krisis. Komitmen manajemen dalam penanganan krisis, tahapan krisis, mengenal langkah-langkah pengendalian dan pengelolaan krisis. 1. Pengantar “When written in Chinese, the word ‘crisis’ is composed of two characters-one represent danger, and the other represent opportunity.” John F. Kennedy dalam PRWAR (Firsan Nova; 2014). Kata krisis dalam aksara China diucapkan dengan wei-iji.justru mengandung makna; saat yang berbahaya dan saat peluang. Bilamana seseorang yang sakit dapat melewati masa krisis yang dihadapinya, niscaya orang tersebut akan bertahan hidup, menjadi lebih sehat. Dalam dunia usaha, bilamana suatu perusahaan dapat melewati krisis yang menerpanya, besar kemungkinan perusahaan tersebut akan tetap bertahan hidup. Kata krisis berasal dari bahasa Yunani; Krisis, yang berarti “keputusan”. Ketika krisis terjadi pada perusahaan, maka perusahaan harus segera memutuskan apa yang harus dilakukan. Dengan kata lain, krisis dapat dikatakan sebagai situasi puncak (turning point) dari suatu permasalahan, yang mengancam eksistensi individu, kelompok, organisasi, yang memerlukan keputusan segera. 2. Definisi Krisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian krisis adalah sebagai berikut: krisis/kri·sis/ a 1 keadaan yg berbahaya (dl menderita sakit); parah sekali; 2 keadaan yg genting; kemelut; 3 keadaan suram (tt ekonomi, moral, dsb); 4 Sas saat yg menentukan di dl cerita atau drama ketika situasi menjadi berbahaya dan keputusan harus diambil; 5 Pol konfrontasi yg intensif dan dahsyat yg terjadi dl waktu singkat dan merupakan ganti peperangan dl era nuklir; -- ekonomi kemerosotan dl kegiatan ekonomi yg dapat menimbulkan depresi, sbg akibat dr kepekaan konjungtur ekonomi bebas; -- iman lunturnya keimanan seseorang; -- kabinet kegentingan politik yg terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat sehingga kabinet meletakkan jabatan; -- kebudayaan keadaan suatu kebudayaan tidak mampu lagi mencari jalan keluar dr kesulitan yg melibatnya; -- kepercayaan hilangnya kepercayaan masyarakat pd suatu hal; -- moneter krisis yg berhubungan dng uang atau keuangan suatu negara; -- moral kemerosotan dl bidang moral; Holsti melihat krisis sebagai “situasi yang dikarakterisasikan oleh kejutan, ancaman besar terhadap nilai-nilai penting, serta waktu memutuskan yang sangat singkat”. Krisis membawa keterkejutan dan sekaligus mengancam nilai-nilai penting organisasi serta hanya ada waktu yang singkat untuk mengambil keputusan. Laurence Barton (1993:2), sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin cukup berarti merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan repuasi perusahaan. Dalam kamus Webster, krisis didefinisikan sebagai “suatu titik balik untuk menuju keadaan lebih baik atau lebih buruk”. Jadi dari suatu situasi ini, perusahaan dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk. Kesimpulannya; Krisis dalam perusahaan adalah turning point (titik balik) yang membawa perusahaan ke arah yang lebih baik atau lebih buruk. Dalam krisis selalu terdapat dua hal yang saling bertentangan, yaitu: Peluang dan Ancaman. 3. Karakter Krisis Seeger, Sellnow, dan Ulmer (Seeger, Sellnow, dan Ulmer, 1998) ke dalam empat hal yang meliputi: 1. Spesifik, 2. Tak terduga, 3. Peristiwa yang tidak rutin atau serangkaian peristiwa yang [menciptakan] tingginya tingkat ketidakpastian. 4. Ancaman atau dianggap ancaman terhadap tujuan utama organisasi. Hermann (1963) juga menemukan indikasi hampir sama dalam tiga (3) karakterisitik krisis yang membedakan krisis dengan suatu kondisi tidak menyenangkan lainnya, diantaranya adalah: 1. Surprise / kejutan Krisis terjadi tanpa diduga duga. Berlangsungnya krisis sendiri kadang sangat cepat. Kejadian demi kejadian saling susul menyusul demikian cepatnya, seolah menjadi sebuah kejutan. 2. Threat / ancaman Krisis dapat mengancam individu, organisasi mulai dari yang kecil hingga yang terbesar. Krisis yang terjadi dalam lingkup perusahaan misalnya dapat mengakibatkan ancaman bagi stabilitas keuangan perusahaan, dan masih banyak lagi. 3. Short response time /waktu tanggap yang singkat Ketika krisis muncul, bahkan ketika masih dalam tahap warning, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali segera melakukan tanggap darurat untuk mengatasi krisis tersebut agar tidak semakin meluas dan mengakibatkan krisis yang makin besar 4. Penyebab dan Akibat dari Krisis Krisis bisa terjadi karena disebabkan oleh berbagai faktor. Begitu pula krisis yang melanda perusahaan dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya; faktor situasi politik, ekonomi, sossial budaya, bencana alam dan lain sebagainya. Firsan Nova (2014), menyebutkan faktor-faktor penyebab krisis meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Krisis karena bencana alam Krisis karena kecelakaan industri Krisis karena produk yang kurang sempurna Krisis karena persepsi publik Krisis karena hubungan kerja yang buruk Krisis karena kesalahan strategi bisnis Krisis karena terkait masalah kriminal Krisis karena pergantian manajemen Krisis karena persaingan bisnis 5. Akibat Krisis: Setiap peristiwa pasti ada akibat yang ditimbulkannya. Ada dampak positif, ada dampak negatif. Seperti telah dijelaskan dimuka, bahwa krisis selalu memiliki sisi positif dan ada sisi negatif. Sisi positif tidak menjadi persoalan. Tapi sisi negatif, itulah sisi akibat krisis yang dikhawatirkan oleh banyak pihak. Berikut dampak negatif dan positif yang ditimbulkan akibat krisis: Dampak Positif: Dampak Negatif: a.Intensitas masalah meningkat b.Mengganggu operasional perusahaan c.Mengganggu kinerja karyawan d.Mengganggu citra perusahaan atau produk yang dihasilkannya e.Menjadi perhatian publik f.Mempengaruhi kepercayaan konsumen dan atau masyarakat g.Membuat perusahaan hancur a.Perusahaan atau produknya lebih dikenal b.Publikasi yang murah c.Kepercayaan konsumen dan atau masyarakat akan semakin kuat, bila berhasil melewati krisis. d.Akan muncul tokoh atau pahlawan yang dianggap sebagai penyelamat e.Bila berhasil melewati masa kriris ini, perusahaan dan atau produknya akan menjadi lebih survive. f.Bila berhasil melewati masa kriris ini, perusahaan dan atau produknya akan lebih mudah mengembangkan pasar. Rosady Ruslan (1999:73), menyebutkan situasi krisis pada suatu perusahaan atau organisasi akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Meningkatkan intensitas masalah 2. Menjadi sorotan publik, baik melalui liputan media massa, informasi yang disebarkan melalui mulut ke mulut. 3. Mengganggu kelancaran kegiatan dan aktivitas bisnis sehari-hari serta mengganggu nama baik serta citra perusahaan. 4. Merusak sistem kerja, etos kerja dan mengacaukan sendi-sendi perusahaan secara total yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan. 5. Membuat masyarakat ikut-ikutan panik. 6. Mengundang campur tangan pemerintah, yang mau tidak mau harus turut mengatasi masalah yang timbul. 7. Dampak atau efek dari krisis tersebut, tidak saja merugikan perusahaan yang bersangkutan, tetapi juga masyarakat tertentu atau lainnya ikut merasakan akibatnya. 6. Hubungan antara Isu, Opini dan Krisis Isu yang tidak segera dikelola dan ditangani dengan baik, akan terus berkembang lantaran gencarnya pemberitaan media massa. Gencarnya pemberitaan media massa tentang suatu hal, yang dilakukan secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu, akan mengarahkan pada pembentukan opini publik. Bila opini publik tentang suatu isu telah terbentuk, tekanan media semakin kuat dengan pemberitaan, dan pada saat tertentu akan mencapai puncaknya, menjadi sebuah krisis bagi perusahaan tersebut. Isu bisa diibaratkan api. Api yang kecil, masih bisa dikendalikan, akan bermanfaat. Api yang dibiarkan menyala hingga besar, akan menjadi musibah. 7. Komitmen Manajemen dalam Penanganan Krisis Krisis yang masih pada tahap dini/awal lebih mudah dikelola dan dikendalikan, sebelum menjadi krisis yang sangat besar. Pendapat para ahli; sebelum memasuki fase krisis, gejala-gejalan akan terjadinya krisis sudah dapat dideteksi, bila perusahaan mempunyai tim khusus yang menangani krisis, dan telah menyiapkan opsiopsi antsipasi. Krisis yang sudah mencapai tahap akut, merupakan turning point (titik balik) bagi perusahaan. Apakah perusahaan akan terus hidup, ataukah perusahaan akan hancur. Pada saat terjadinya krisis, manajemen tidak dapat hanya menuntut devisi PR untuk menghadapi, mengelola dan menangani krisis yang terjadi. dibutuhkan komitmen dari seluruh pihak termasuk manajemen untuk bersama-sama menghadapi, mengelola dan menangani krisis tersebut. 8. Tahapan Krisis Menurut Firsan Nova (2014), ada 5 (lima) tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pre-Crisis (Sebelum krisis) 2. Tahap Warning (Peringatan) 3. Tahap Acute Crisis (akut) 4. Tahap Clean-up (Pembersihan) 5. Tahap Post-Crisis (Sesudah Krisis) 9. Pengenalan Langkah-langkah Pengendalian dan Pengelolaan Krisis Pada saat krisis melanda perusahaan atau organisasi, sebagai tindakan korektif ada beberapa langkah strategis atau kiat penanggulangan krisis (Rosady Ruslan, 1999:76-78), yaitu: 1. Mengidentifikasi krisis 2. Menganalisis krisis 3. Mengatasi krisis 4. Mengevaluasi krisis Terima Kasih Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM