Penulisan Reportase Pembangunan Jenis tulisan di media massa: 1. Tulisan Jurnalistik : a. Fakta : • Berita (straigt news) • Reportease b. Opini : • Tajuk • Kolom c. Fakta + Opini : • Artikel • Ilmiah Populer Yang akan kita bahas adalah tulisan reportase. Apa itu reportase? • Reportase adalah pemberitaan, pelaporan, tehnik pelaporan kejadian berdasarkan pengamatan atau sumber tulisan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal 744, 1990) Beberapa definisi : Jakob Oetama : • Reportase Faktual adalah mengisyaratkan terjadinya suatu peristiwa dengan berita-berita akan menjadi lengkap apabila berita itu menggunakan kebenaran, yaitu fakta selengkapnya. • Reportase Interpretatif adalah pengungkapan peristiwa disertai usaha memberikan arti pada peristiwa tersebut, menyajikan interpretasi. • Reportase Komprehensif adalah bentuk liputan peristiwa yang menjelaskan permasalahan dari berbagai segi dan dalam konteks selengkap mungkin. (Proyek Pembinaan dan Pengembangan Pers Departemen Penerangan RI, Drs. Jakob Oetama, Ujung Pandang, hal. 10, 1975) Bambang Sadono : • Reportase adalah sebuah karya jurnalistik dalam bentuk ragam pengembangan berita. (Citra Almamater, Buku Pintar Seorang Penulis Berdasarkan Pengalaman Praktis. Jadi reportasi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah berita yang telah dikembangkan dan diperdalam secara komprehensif dengan mengungkap sesuatu yang belum jelas sehingga bisa memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada pembaca. Pertama izinkan saya mencoba memosisikan ibu-ibu dan bapak-bapak sebagai Koordinator Liputan sekaligus Redaktur di sebuah media cetak. Misalnya nama media cetak disesuaikan dengan tempat mahasiswa KKN atau sesuai nama Koordinator Desa (Kordes). Misal Tegalrejo Pos, Ngabul Pos, Suara Ngadirego, Warta Randusari dan lainnya. Koordinator liputan adalah orang yang bertugas mengoordinasikan peliputan sekaligus memimpin rapat/meeting redaksi, memberikan atau menerima usulan program/tema-tema yang akan diangkat, dan selanjutnya memberikan tugas kepada reporter/wartawan untuk melakukan reportase sesuai bidang masing-masing. Langkah melakukan reportase : 1. Rapat redaksi : membahas tema-tema yang akan diangkat/diberitakan 2. Penugasan kepada reporter sesuai bidangnya 3. Tema-tema dalam rapat redaksi tersebut dijadikan pedoman oleh wartawan (mahasiswa KKN) untuk peliputan di lapangan. 4. Setelah melakukan reportase, wartawan menulis berita 5. Berita diedit/dikoreksi oleh redaktur 6. Berita siap disajikan Alur Penulisan reportase : • • • • • • Ada ide, wacana, peristiwa Tentukan Tema Buat Judul yang menarik Membuat lead Uraikan tubuh/substansi/pokok berita Penutup berita Rumus Berita : 5 W + 1 H 1. What : apa peristiwa/pernyataannya 2. Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa/pernyataan 3. Where : dimana peristiwa/pernyataannya 4. When : kapan peristiwa/pernyataanya 5. Why : mengapa peristiwa/pernyataan itu terjadi/muncul 6. How : bagaimana peristiwa/pernyataannya Unsur/nilai Berita : • Menurut Ashadi Siregar dan kawan-kawan (Bagimana Menulis di Media Massa, Unipress, Jakarta 1982) unsur-unsur berita meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Signifikan (sesuatu yang sangat penting), informasi itu sangat penting untuk diketahui oleh pembaca. Magnitude (sesuatu yang besar/luar biasa), informasi yang luar biasa. Misalnya prestasi besar para atlet, karya besar seniman, karya besar ilmuwan dll Timelines (waktu/aktual), informasi itu aktual, up to date, terkekinian, kejadian paling akhir. Proximity (memiliki kedekatan dengan pembaca), informasi tersebut dekat secara emosional dengan pembaca. Makanya sekarang media cenderung melokal. Prominance (ketenaran), informasi itu menampilkan sosok yang tenar/terkenal di kalangan pembaca. Misal kamu selebriti, atlet ternama, pesulap kondang dll Human Interest (manusiawi), informasi yang menyentuh perasaan, emosi hati nurani. Misal penderitaan TKI, penderita penyaktit berat, kemiskinan, dan lainnya Conflict (konflik), informasi tentang permusuhan, bentrokan, peperangan. Impact (Dampak), sesuatu peristiwa/pernyataan memiliki dampak besar bagi masyarakat atau pihak tertentu. Contoh, pernyataan tentang akan adanya gempa tsunami. Keanehan/keajaiban, munculnya medan magnet, bayi kembar siam, dan lainnya Langkah-langkah melakukan reportase : 1. Melakukan wawancara/melihat kejadian - sebagai data awal (straight news yang harus dikembangkan) 2. Melakukan pengamatan lapangan - melihat langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas 3. Melakukan penelitian/ridet dokumentasi memperkuat data-data kuantitatif dan kualitatif melalui dokumen-dokumen 4. Melakukan trik-trik penyamaran jika kesulitan dalam menembus sumber berita 5. Menggalang jaringan yang luas untuk memudahkan mencarai informasi Kebijakan umum dalam penulisan reportase: 1. Faktual, tulisan harus berdasarkan fakta, bukan spekulasi, dugaan, opini, prasangka, atau imajinasi. 2. Akurasi, penulisan reportase harus akurat, misalnya tempat kejadian, nama pelaku/korban, usia, jumlah, ukuran, dan sebagainya harus akurat. Kalau ada kekeliruan harus diralat 3. Fairness (adil), tulisan harus adil dalam space maupun porsi yang lainnya. 4. Balance dan Cover Both Side, dalam penulisan reportase seimbang (balance) secara kualitatif. Harus memuat informasi dari kedua belah pihak (cover both side). 5. Imparsial (tidak memihak), tulisan harus seimbang jika menyangkut dua belah pihak yang bersengketa/berselisih atau yang terlibat dalam persoalan. 6. Proporsional (Tidak lepas dari konteks), tulisan jangan sampai membesarkanbesarkan sesuatu yang kecil, dan jangan mengabaikan sesuatu yang besar/penting. Semua fakta diungkapkan sesuai konteksnya secara proporsional. 7. Objektivitas (apa adanya, jangan ditambah atau dikurangi fakta yang ada). Tulisan jangan sampai mengandung unsur kebencian, diskriminatif, dan merendahkan satu pihak. 8. Chek and Recheck (cecking terakhir/mengecek kebenaran), tulisan harus benarbenar dicek kebenarannya sehingga tidak simpang siur. Teknik Penulisan Reportase/Berita: 1. Pola piramida : dimulai dari unsur yang terpenting dari peristiwa/pernyataan. Jadi detail kejadian yang peling penting diletakkan di bagian paling awal/atas tulisan. Baru selanjutnya diikuti informasi-informasi pendukung atau kronologi peristiwa. 2. Pola piramida terbalik : dimulai dari informasi/unsur berita yang tidak penting. Kronologi peristiwa bisa diletakkan di bagian paling awal tulisan, baru kemudian bagian paling akhir berisi informasi paling penting/dramatis. Contoh Pola 1 : Banjir Lumpur Ancam Semarang Pakar lingkungan Undip Prof Dr Sudharto P Hadi MES, kemarin di ruang kerjanya mengatakan, pengeprasan bukit di Semarang yang marak untuk dijadikan alih fungsi lahan menjadi permukiman, harus dihentikan oleh Pemkot Semarang. Kalau tetap didiamkan, akan mengakibatkan banjir lumpur. Lebih lanjut dia mengatakan, pada intinya pengeprasan bukit yang terjadi di sejumlah wilayah di Kota Semarang, sudah terjadi lama. Dan puncaknya berlangsung sekitar tahun 2003/2004, dan terus berlangsung sampai saat ini. ''Bahkan waktu itu, Lurah Mangunharjo pernah mengeluhkan hal itu. Dan sejumlah pihak terkait, yakni walikota, Dinas Pertambangan, dan lainnya pernah membahasnya,'' jelasnya. Kondisi ini menurutnya, akan membahayakan masyarakat, lingkungan di kawasan yang dikepras bukitnya, dan kawasan Semarang bawah yang menerima imbasnya, yakni banjir. Sebab, pengeprasan bukit pada intinya tidak berwawasan lingkungan. Sehingga menyebabkan kondisi lingkungan berubah. ''Dampaknya juga sudah jelas, dan semua kegiatan itu harus dilihat dan dikaji dari aspek lingkungan,'' jelasnya. Kegiatan pengeprasan bukit, harus dikaji dari sisi lingkungan, ini terkait dengan izin yang harus dilakukan para pengembang permukiman di kawasan perbukitan. Izin meliputi UKL (upaya kegiatan lingkungan) dan UPL (upaya pemantauan lingkungan). Contoh Pola 2: Banjir Lumpur Ancam Semarang Kegiatan pengeprasan bukit, harus dikaji dari sisi lingkungan, ini terkait dengan izin yang harus dilakukan para pengembang permukiman di kawasan perbukitan. Izin meliputi UKL (upaya kegiatan lingkungan) dan UPL (upaya pemantauan lingkungan). Kondisi ini menurutnya, akan membahayakan masyarakat, lingkungan di kawasan yang dikepras bukitnya, dan kawasan Semarang bawah yang menerima imbasnya, yakni banjir. Sebab, pengeprasan bukit pada intinya tidak berwawasan lingkungan. Sehingga menyebabkan kondisi lingkungan berubah. ''Dampaknya juga sudah jelas, dan semua kegiatan itu harus dilihat dan dikaji dari aspek lingkungan,'' jelas pakar lingkungan Undip Prof Dr Sudharto PH MES di ruang kerjanya kemarin. Dia menegaskan, pengeprasan bukit di Semarang yang marak untuk dijadikan alih fungsi lahan menjadi permukiman, harus dihentikan oleh Pemkot Semarang. Kalau tetap didiamkan, akan mengakibatkan banjir lumpur. Catatan : • Untuk menjadikan tulisan di atas menjadi tulisan reportase yang berbobot maka harus dikembangkan dari berbagai aspek yang terkait dengan tema pengeprasan bukit. Misalnya dari pengembang, dari LSM lingkungan, dari masyarakat, pemerintah, dan dokumentasi-dokumentasi tentang bahaya dampak pengeprasan bukit (banjir lumpur di Mangkang, Purwoyoso dan sebagainya). Juga harus dilihat aturan-aturan hukum yang terkait dengan pengeprasan bukit atau pembukaan lahan untuk perumahan entah itu Perda, Keputusan Menteri, atau bahkan Undang-undang. Pembuatan Judul : • • 1. 2. 3. 4. 5. Judul tulisan reportase harus dibuat semenarik mungkin bagi pembaca. Calon pembaca harus dibuat penasaran dan ingin tahu melalui penampilan judul. Syarat judul : Singkat, lugas, dan padat - jangan bertele-tele Provokatif - judul harus bisa membangkitkan emosi orang Bombastis - judul harus membuat orang tercengang Relevan - judul harus sesuai dengan konteks isi berita Menggunakan bahasa baku, bahkan lebih diutamakan menggunakan kata-kata dasar Contoh : • Dikalahkan diganti dengan Digulung, Dilibas (bombastis) • Mengalahkan diganti dengan Kalahkan (singkat) • Tantang diganti dengan Ganyang, Lumat (provokatif) • Ditangkap bukan di dikeler (Perampok Ditangkap Polisi bukan Perampok Dikeler Polisi) Bahasa Tulisan Reportase: Menurut Syarifudin Yunus (Jurnalistik Terapan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010), ada beberapa ciri bahasa jurnalistik : • Sederhana : dipilih kalimat/kata-kata yang paling banyak diketahui oleh pembaca • Singkat : bahasa yang digunakan langsung ke pokok masalah, tidak boros kata • Padat : bahasanya mengandung informasi yang padat dan menarik • Lugas: tidak ambigu, tegas, sesuai dengan makna yang dituju • Jelas : mudah dipahami maknanya, tidak bias • Jernih : bahasa yang digunakan trnasparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang negatif, sesuai fakta • Menarik : bahasanya harus mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca • Demokratis : bahasa yang digunakan bersifat universal tidak mengenal tingkatan sosial, golongan, dan kedudukan. Tema-tema Reportase Mahasiswa KKN: 1. Kabupaten Temanggung : • Obral sertifikat, lahan sawah menyusut cepat TEMANGGUNG- Bupati Temanggung Hasyim Afandi gerah, lantaran maraknya penjaulan kavling sawah menjadi lahan hunian. Penyusutan lahan sawah ini sangat parah dan ironisnya di Temanggung semakin marak pula penawaran lahan sawah yang dijual. Bupati sempat menyinggung masalah ini harus dicari solusinya. "Kabupaten Temanggung berencana akan melindungi sawah lestari dengan aturan pasti untuk mendukung program ketahanan pangan di Jateng dan nasional. Saya sering melihat marak sekali penawaran jual kavling sawah di jalan-jalan. Tolong itu, dinas terkait dicek," tandas Hasyim, kemarin. Ditengarai, maraknya alih fungsi sawah menjadi kavling ini karena adanya aksi obral sertifikat. Sehingga sawah dengan mudah diubah statusnya mulai dari pengeringan hingga menjadi lahan huni. Sawah seluas 25,69 ha di wilayah Kabupaten Temanggung selama kurun waktu enam tahun, yakni dari tahun 2004 hingga 2010, telah dialihfungsikan menjadi lahan nonpertanian, terutama perumahan atau pemukiman. Selain itu, terdapat pula, sejumlah rumah atau pemukiman yang didirikan di atas lahan sebelumnya merupakan lahan persawahan, namun pemiliknya belum pernah mengajukan izin alih fungsi. Bupati Temanggung sendiri menanyakan kepada Sriyono, apakah soal jjual kavling itu menyalahi aturan 1. Kabupaten Temanggung : Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Temanggung, Sriyono, yang dikonfirmasi perihal maraknya alih funsi swah ini, membantah pihaknya obral sertifikat. "Soal jual beli kavling, saya sudah perintahkan staf untuk mengecek dan hasilnya memang penjualan kavling itu tidak ada ijinnya," kata Sriyono. Menurut data di kantor Sriyono, alih fungsi sawah 25,60 ha tersebut, meliputi sawah irigasi dua kali panen padi per tahun seluas 9,55 ha, dan sawah sekali panen padi per tahun seluas 16,14 ha. Untuk sawah irigasi dua kali panen, pada 2004, luasnya 13.278,94 ha, kemudian 2010 berkurang menjadi 13.269,39 ha, atau rata-rata berkurang 3,04 ha setiap tahunnya. Pengurangan itu terutama terjadi di Kecamatan Kedu dan Parakan. Sawah irigasi sekali panen dari luasan 7.761,89 ha pada 2004, menjadi 7.745,75 ha pada 2010. Atau, jika dirata-rata, setiap tahun mengalami pengurangan seluas 3,23 ha. Pengurangan tersebut paling dominan terjadi di Kecamatan Temanggung dan Kranggan. ▫ ▫ ▫ ▫ ▫ Perambahan petani ke arah lerang Gunung Sindoro-Sumbing Potensi pengrajin genteng di Temanggung Dampak konflik SARA Kebiasaan petani tembakau yang tidak interpreneurship. Saat panen raya menghamburkan uang untuk beli barang-barang mewah. Saat panen buruk semua barang mewah dijual murah. Peternak sapi dll 2. Kebupaten Semarang: • Dampak pembuatan jalan tol. Banyak warga yang lahannya digusur mendapat ganti untung sehingga kaya raya mendadak. • Bila kurang hati-hati dalam membelanjakan bisa jatuh miskin. • Pengembangan sektor wisata Bandungan. • Dampak prostitusi di Bandungan • Dampak lingkungan pabrik • Pembinaan Petani/peternak • Wisata Rawapening • Perikanan Rawapening • Pemanfaatan eceng gondok Rawapening 3. Kabupaten Kudus : • Kaya akan benda-benda arkeologi • Banyak industri rokok kecil yang liar perlu dikembangkan • Potensi wisata religi • Keruaskan alam Gunung Muria • Bordir dan pakaian jadi • Makanan Jenang Kudus • Kerajinan logam yang memproduksi miniatur becak, sepeda, kereta dan lain-lain, serta kerajinan kayu dan fiber yang memproduksi gebyok ukir, kaligrafi dengan bahan kayu dan fiber. 4. Kabupaten Jepara : • Potensi wisata sangat besar terutama di Karimunjawa • Potensi industri mebel surut • Banyak gudang-gudang mebel di pedesaan yang mengkrak • Potensi petani buah durian petruk • Potensi pengrajin batik troso • Situasi politik menjelang Pilkada Bupati • Yunan Hidayat : 08122828709 • [email protected]