KOMUNIKASI PERSUASIF DAN MINAT MENJADI

advertisement
KOMUNIKASI PERSUASIF DAN MINAT MENJADI CONSULTANT
(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Persuasif Upline Pride BN
Terhadap Minat Menjadi Consultant Pada Calon Consultant Oriflame di
Kota Medan )
DEBBY ARIESTA SIDABUTAR
100904033
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi
persuasif up-line terhadap minat menjadi consultant pada calon consultant
Oriflame di Kota Medan. Komunikasi persuasif yang berbentuk seminar motivasi
ini berfungsi agar calon consultant bergabung ke grup Pride BN Oriflame dalam
sistem penjualan langsung (Direct Selling) berbentuk MLM (Multi Level
Marketing). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
korelasional. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas,
yaitu komunikasi persuasif up-line Pride BN, dan variabel terikat, yaitu minat
menjadi consultant pada calon consultant Oriflame di Kota Medan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh calon consultant Oriflame yang mengikuti
seminar motivasi grup Pride BN, yaitu sebanyak 60 orang. Seluruh populasi
dijadikan sampel karena populasi tidak mencapai lebih dari 100 orang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan yang meliputi : observasi, kuesioner, dan wawancara. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal dan analisa tabel silang.
Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa yang menggunakan rumus Tata
Jenjang Spearman (Spearman’s Rho Rank-Order Correlation) dan uji signifikasi
menggunakan rumus “t”. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang tinggi; kuat, antara komunikasi persuasif up-line Pride BN and
minat menjadi consultant pada calon consultant Oriflame di Kota Medan.
Kata Kunci : Multi Level Marketing, Komunikasi Persuasif, Komunikasi
Pemasaran, Minat.
PENDAHULUAN
Dalam proses penjualan produk, perusahaan dapat menempuh cara melalui
jaringan konglomerasi yaitu jaringan bisnis milik kelompok usaha sendiri, yang
disebut dengan penjualan langsung (Direct selling). Direct selling dibagi menjadi
dua macam, yaitu: penjualan langsung satu jenjang atau single level marketing
dan penjualan langsung berjenjang atau multi level marketing (Purnomo, dkk.
2011).
Multi Level Marketing (MLM) merupakan merupakan sistem bisnis
bertingkat-tingkat dengan cara merekrut anggota sebanyak-banyaknya sehingga
membentuk piramid, yakni bentuknya mengerucut ke atas. Agar jaringan MLM
dapat semakin luas, setiap up-line merekrut sendiri para down-line baru melalui
teknik komunikasi yang persuasif.
1
Oriflame sebagai perusahaan produksi kosmetik yang didirikan pada tahun
1967 di Stockholm, Swedia oleh Af Jochnick bersaudara ini telah menjadi
perusahaan kecantikan internasional dengan sistem penjualan langsung (direct
selling) dan MLM di lebih dari 60 negara di seluruh dunia.
Di Indonesia, Oriflame sudah bertahan selama 28 tahun dan telah
memiliki 13 cabang di beberapa kota besar di Indonesia (id.oriflame.com).
Perekrutan consultant dilakukan Oriflame Medan melalui pertemuan
dengan konsep seminar motivasi yang dilakukan oleh manajemen Oriflame
sendiri dilakukan setiap 1 bulan sekali, namun setiap up-line grup juga kerap
melakukan pertemuan untuk merekrut down-line baru. Grup yang secara rutin
melakukan seminar motivasi untuk calon consultant adalah Pride BN.
Para komunikator atau up-line menyampaikan pesan dengan teknik
berbicara dan penampilan yang berbeda-beda. Namun, selalu ada hal yang sama
pada setiap up-line saat menyampaikan pesan di seminar motivasi, yaitu dengan
mengajak seluruh audiens untuk melakukan tepuk Oriflame dan meneriakkan yelyel sehingga membangkitkan semangat dan menarik perhatian audiens. Setiap
seminar motivasi selalu diawali dengan make-up demo kemudian presentasi bisnis
lalu testimoni dari leader yang sukses. Isi motivasi yang selalu ditekankan oleh
Pride BN adalah tips sukses yang sudah dirangkum untuk tiap seminar. Tips
tersebut adalah impian, bekerja secara sistematis, dan juga sikap.
Ketika komunikator berkomunikasi; atau dalam konteks penelitian saat ini
adalah berbicara di depan khalayak, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia
katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. He doesn’t communicate what he says, he
communicates what he is (Rakhmat, 2012:252).
Komunikasi persuasif yang di teliti adalah meliputi : kredibilitas, atraksi
dan kemampuan berbicara up-line.Minat dalam penelitian ini meliputi : perhatian,
minat, hasrat dan tindakan. Objek Penelitian adalah calon consultant Oriflame
yang mengikuti seminar motivasi grup Pride BN yang hanya pada hari Minggu
dan sebelumnya sudah direkrut oleh grup-grup kecil Pride BN. Penelitian ini
dilakukan pada Maret-April 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berhasilkah komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh up-line dari grup Pride BN Oriflame, mengetahui
minat menjadi consultant pada calon consultant Oriflame, serta untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh komunikasi persuasif up-line dari grup Pride BN terhadap
minat menjadi consultant pada calon consultant Oriflame di kota Medan.
KAJIAN LITERATUR
Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, komunikasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan
dan menerima pesan yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu
konteks yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik (Effendy, 2006:
5). Komunikasi persuasif merupakan bagian dari ruang lingkup komunikasi
berdasarkan konteks teknik (Effendy, 2003: 52).
2
Menurut Kotler dan Keller (2007: 204) Komunikasi Pemasaran adalah
sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan,
membujuk, dan mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung tentang
produk dan merek yang mereka jual.
Penjualan Langsung/Direct Selling, Merupakan pemasaran yang dilakukan
melalui media. Media yang digunakan antara lain lewat sms, telepon, fax, email
dan lain sebagainya. Biasanya dalam pemasaran langsung ini terjadi dialog
langsung untuk meminta tanggapan (Morrisan, 2010).
Defenisi penjualan langsung (direct selling) dalam PERMENDAG
32/2008 ini tergolong luas karena di dalamnya termasuk penjualan satu jenjang
(single level marketing) dan penjualan berjenjang (multi level marketing) atas alas
an inilah penjualan berjenjang (Multi Level Marketing) menjadi bagian dari
penjualan langsung (direct selling) (Purnomo, dkk. 2011: 18).
Multi Level Marketing atau network marketing merupakan pemasaran
produk atau jasa yang dilakukan oleh individu independen yang membentuk
jaringan kerjasama bertingkat yang dijual secara langsung. Sekelompok individu
independen ini adalah orang-orang yang tidak terikat kontrak kerja dengan
perusahaan pengelola bisnisnya. Individu ini lalu membentuk sebuah jaringan
kerja untuk memasarkan produk atau jasa. Dari hasil penjualan pribadi dan
jaringannya setiap bulan perusahaan akan memperhitungkan bonus atau komisi
sebagai hasil usahanya (Harefa, 1998a).
Semua orang dalam satu grup MLM saling berkaitan dan dinaungi oleh
satu orang up-line utama atau leader, meskipun leader tersebut juga menjadi
bagian dari grup leader diatasnya, dari sinilah muncul istilah penjualan
berjenjang.
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan
atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan keinginan komunikator (Barata,
2003). Berikut beberapa faktor yang menentukan efektivitas dari komunikasi
persuasif (Baron & Byrne, 2005: 139):
a. Karakteristik Komunikator, berkaitan dengan komunikator yang kredibel,
daya tarik komunikator, serta kemampuan berbicara komunikator itu sendiri.
b. Karakteristik Pesan, pesan yang dapat merangsang emosi yang kuat pada
pendengar .
c. Karakteristik Komunikan, yaitu komunikan yang lebih mudah dipersuasi jika
mendapat dukungan dari orang sekitar mengenai penerimaan pesan yang
disampaikan.
Retorika persuasif adalah bagian dari komunikasi retorika yang
menyampaikan pesan kepada sekelompok khalayak oleh seorang pembicara yang
hadir untuk mempengaruhi pilihan khalayak melalui pengondisian, penguatan,
atau pengubahan tanggapan (respons) mereka terhadap gagasan, isu, konsep atau
produk (Malik & Iriantara, 1994: 147).
Retorika persuasif menggunakan ide dari sebuah UNDANGAN, kita
berusaha untuk mengajak orang lain untuk mengenali perspektif kita tetapi tetap
memberikan kebebasan kepada audiens untuk mengikuti atau tidak sehingga
terjadi klarifikasi ide-ide dari semua partisipan (Littlejohn & Foss, 2009:265)..
3
Dalam retorika ada beberapa persepsi audiens terhadap pembicara publik.
Menurut Albert Mehrabian, seorang profesor di University of California,
menemukan hasil penelitian yang menyatakan bahwa audiens membentuk
persepsinya terhadap seorang pembicara melalui tiga aspek, antara lain (Sirait,
2010:102) :
a. Verbal : Apa pesan yang dikatakan (7%)
b. Vokal : Bagaimana pesan itu dibunyikan (38%)
c. Visual : Bagaimana penampilan pembicara (55%)
Kemampuan komunikator dalam mengolah vokal dibahas dalam
komunikasi verbal yang penyampaian pesan melalui kata-kata. Aspek-aspek
komunikasi verbal antara lain : Vocabulary, Racing, Intonasi suara, Humor,
Singkat
dan
jelas
serta
Timing
(http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012201651DSBab2001
/page10.html).
Selain itu, aspek visual memiliki kontribusi terbesar bagi kesuksesan
pembicara, yaitu sebesar 58% (Sirait, 2010:2). Hal ini dikarenakan komunikator
tidak dapat menyuruh komunikan-nya untuk mendengar apa yang ia katakan,
sebab komunikan juga memperhatikan siapa yang mengatakan. Aristoteles
menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous. Ethous terdiri atas pikiran
baik, akhlak yang baik dan maksud yang baik (Rakhmat, 2012:252), yaitu :
Kredibilitas dan Atraksi
Menurut Hafied Cangara (2002 : 65) minat berarti perhatian, rasa suka/
senang, rasa tertarik atau hasrat terhadap suatu keinginan. Effendi (2005 : 10)
mengungkapkan minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik
tolak kelanjutan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan.
Lebih lanjut Effendy mengemukakan bahwa minat muncul karena adanya
stimulus motif yang menimbulkan motivasi.
Oleh karena minat berarti perhatian, rasa suka/ senang, rasa tertarik atau
hasrat terhadap suatu keinginan, maka pesan yang efektif haruslah mengandung
konsep AIDA didalamnya.
AIDA adalah singkatan sederhana yang telah dibuat lama sebagai
pengingat dari empat tahapan proses penjualan, AIDA singkatan dari Attention
(Perhatian), Interest (Minat), Desire (Hasrat), dan Action (Tindakan) ini
merupakan model yang cukup sederhana dan dapat digunakan sebagai pedoman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di tempat diadakannya seminar motivasi, yaitu
Ballroom Kantor Oriflame Cabang Medan, Komp. A Trend Trade Center &
Residence No 14 – 18 Jl. A. H. Nasution, Medan
Pendekatan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah bentuk
pendekatan kuantitatif, dimana Sugiyono menyebutkan bahwa:
“metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan secara random,
4
pengumpulan data menggunakan instumen penelitian, analisa
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan” (Sugiyono, 2010: 13).
Masalah penelitian yang berhasil diidentifikasi dan yang menjadi titik
tolak penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh komunikasi persuasif up-line
terhadap minat menjadi consultant terhadap calon consultant Oriflame di kota
Medan.
Objek dalam penelitian ini adalah komunikasi persuasif up-line sebagai
pemberi motivasi. Subjek dalam penelitian ini adalah calon consultant yang hadir
pada saat seminar. Hal inilah yang menjadi landasan peneliti menggunakan
metode kuantitatif yang mempunyai prinsip objectivist sehingga terdapat jarak
antara peneliti dengan objek yang diteliti (Wimmer & Dominick, 2000).
Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang
bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi
pada faktor lain (Rakhmat, 2002: 27). Metode korelasional digunakan untuk
meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Dalam penelitian ini, metode
korelasional digunakan untuk meneliti hubungan komunikasi persuasif up-line
Oriflame terhadap minat menjadi consultant pada calon consultant Oriflame di
kota Medan.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh calon
consultant Oriflame yang mengikuti seminar motivasi yang diberikan grup Pride
BN pada setiap hari Minggu, sebanyak 60 orang. Menurut Arikunto (2002: 112),
apabila jumlah anggota populasi kurang dari 100, lebih baik seluruhnya diambil
sebagai sampel. Dengan demikian, sampel penelitian ini sebanyak 60 orang.
Adapun tenik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah : Pertama, Penelitian Kepustakaan (Library Research), dilakukan dengan
cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dengan membaca dan
mempelajari buku-buku serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung
penelitian. Kedua, Penelitian Lapangan (Field Research), Penelitian ini dilakukan
dengan pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian, yang meliputi
kegiatan survei melalui Observasi, Kuesioner, dan Wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan adalah :
a. Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal adalah analisis yang dilakukan dengna membagi
variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentase setiap
kategori (Singarimbun, 1995).
b. Analisis Tabel Silang
Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan
mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya. Sehingga
dapat diketahui apakah variabel tersebut berperan positif atau bernilai negatif
(Singarimbun, 1995).
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yaitu pengujian data dan statistik untuk mengetahui data
hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini variabelvariabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal. Sesuai dengan pedoman
5
penggunaan test statistik yang berlaku, pengujian hipotesis yang berskala ordinal
dapat dilakukan dengan test statistik “Spearman’s Rho Rank Order Correlations”,
yaitu sebagai berikut (Bungin, 2001: 242).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap jawaban responden penelitian,
maka dapat diperoleh nilai skor dan ranking dari masing-masing responden yang
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.41 Rangking Komunikasi Persuasif Dan Minat Menjadi Consultant
No
Tabel Ranking Skor
Responden
Komunikasi Persuasif Up-line dan Minat Menjadi Consultant
ΣX
ΣY
Rx
Ry
di
di2
11
121
-12
144
8
64
0
1
71
44
12
0
2
75
41
4
1
16
0
3
60
35
35
27
0
4
57
28
46
53
-7
49
0
5
51
31
55
44
11
121
0
6
73
33
8
35
-27
729
0
7
64
35
26
27
-1
1
0
8
58
33
43
35
8
64
0
9
63
35
28
27
1
1
1
0
61
39
32
22
10
100
1
1
58
33
43
35
8
64
1
2
56
31
50
44
6
36
1
3
55
30
53
49
4
16
1
4
65
44
23
1
22
484
1
5
67
29
20
50
-30
900
1
6
71
43
12
8
4
16
1
7
68
42
19
12
7
49
1
8
79
41
2
16
-14
196
1
9
57
34
46
33
13
169
2
0
46
28
59
53
6
36
2
1
72
36
11
24
-13
169
2
2
41
25
60
58
2
4
2
3
65
44
23
1
22
484
2
4
58
31
43
44
-1
1
2
5
74
43
7
8
-1
1
2
6
73
33
8
35
-27
729
2
7
79
44
2
1
1
1
2
8
59
33
39
35
4
16
2
9
70
40
15
19
-4
16
6
3
0
63
34
28
33
3
1
80
44
1
1
0
0
3
2
67
36
20
24
-4
16
3
3
59
33
39
35
4
16
3
4
59
36
39
24
15
225
3
5
56
33
50
35
15
225
3
6
56
27
50
57
-7
49
3
7
66
42
22
12
10
100
3
8
71
42
12
12
0
0
3
9
75
43
4
8
-4
16
4
0
75
44
4
1
3
9
4
1
73
42
8
12
-4
16
4
2
63
39
28
22
6
36
4
3
63
33
28
35
-7
49
4
4
64
43
26
8
18
324
4
5
49
29
57
50
7
49
4
6
60
28
35
53
-18
324
4
7
57
32
46
43
3
9
4
8
49
24
57
59
-2
4
4
9
70
40
15
19
-4
16
5
0
65
41
23
16
7
49
5
1
57
40
46
19
27
729
5
2
61
24
32
59
-27
729
5
3
60
35
35
27
8
64
5
4
70
44
15
1
14
196
5
5
69
35
18
27
-9
81
5
6
51
29
55
50
5
25
5
7
61
28
32
53
-21
441
5
8
60
31
35
44
-9
81
5
9
59
35
39
27
12
144
6
0
53
31
54
44
10
100
2
Total (Σ d )
-5
25
8928
Pengujian hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data
yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesa,
terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang
dikorelasikan, dengan menggunakan rumus korelasi tata jenjang Spearman
(Spearman’s Rho Rank-Order Correlation):
6 𝑑2
π‘Ÿs = 1 −
𝑁 𝑁2 − 1
6 8928
π‘Ÿs = 1 −
60 602 − 1
7
53.568
60(3599)
53.568
π‘Ÿs = 1 −
215.940
π‘Ÿs = 1 − 0,248
π‘Ÿs = 0,752 = 0,75
π‘Ÿs = 1 −
Dengan hasil rs > 0, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis
nol (Ho) ditolak. Berdasarkan skala Guilford, maka dengan hasil rs = 0,75 dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang tinggi atau kuat antara komunikasi persuasif
up-line Pride BN dengan minat menjadi consultant pada calon consultant
Oriflame di kota Medan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil uji hipotesis tersebut, maka
dapat digunakan rumus thitung berikut dengan tingkat signifikansi 0,05, yaitu:
thitung = rs
𝑁−2
1 − rs 2
thitung = 0,75
60 − 2
1 − 0,75
thitung = 0,75
58
1 − 0,5625
2
thitung = 0,75 132,571
thitung = 8,63546 = 8,635
Tahap selanjutnya adalah membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.
Karena jumlah N (responden) dalam penelitian ini terdapat dalam lampiran, maka
dapat diketahui bahwa nilai ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 2,000.
Dalam penelitian ini nilai ttabel < nilai thitung, dimana nilai ttabel adalah 2,000
sedangkan nilai thitung adalah 8,635. Dengan demikian berarti Ha atau hipotesis
yang menyatakan adanya hubungan yang tinggi antara komunikasi persuasif upline Pride BN dengan minat menjadi consultant pada calon consultant Oriflame di
kota Medan.
Selanjutnya berdasarkan nilai rs yang diperoleh maka dapat dilakukan Uji
Determinan Korelasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi
persuasif up-line dalam membentuk minat calon consultant untuk bergabung
dalam bisnis Oriflame :
𝐾𝑝 = π‘Ÿs 2 π‘₯ 100%
𝐾𝑝 = 0,75 2 π‘₯ 100%
𝐾𝑝 = 0,5625 π‘₯ 100%
𝐾𝑝 = 56,25%
Dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh komunikasi persuasif up-line
dalam membentuk minat calon consultant untuk bergabung dalam bisnis Oriflame
8
adalah sebesar 56,25%, sedangkan 43,75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
diluar komunikasi persuasif up-line seperti pengetahuan, pengalaman, maupun
lingkungan pergaulan calon consultant yang dijadikan subjek penelitian.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Komunikasi persuasif up-line Pride BN Oriflame Kota Medan; yang
berbentuk seminar motivasi; berhasil membujuk para calon consultant
menjadi consultant Oriflame dibawah jaringan Pride BN. Up-line
membentuk kesan ahli dalam menyampaikan topik di mata calon
consultant, terkesan jujur, tidak monoton, terkesan ramah, ada jiwa
pemimpin atau bahkan terkesan mirip dengan seseorang /kelompok yang
disukai oleh calon consultant tersebut. Pertunjukkan yang ditampilkan
oleh up-line juga terkesan menarik oleh calon consultant. Olah vokal upline, seperti: tempo, artikulasi, kejelasan kata-kata dan sebagainya juga
dikatakan baik oleh calon consultant.
2. Seminar motivasi Pride BN Oriflame telah menarik perhatian calon
consultant. Calon consultant setuju bahwa isi seminar Pride BN bermakna,
dapat dipercaya bahkan penyajiannya lebih baik daripada perusahaan lain
sehingga menimbulkan minat pada calon consultant untuk menghasilkan
uang di Oriflame, bersenang-senang bersama Oriflame dan menjadi tampil
menarik dengan Oriflame. Selain itu, calon consultant percaya bahwa
Oriflame dapat memberikan keuntungan finansial bagi mereka, dapat
memberikan kesenangan dan dapat membuat mereka menjadi tampil
menarik sehingga calon consultant bersedia membeli serta memakai
produk Oriflame dan bergabung ke bisnis Oriflame.
3. Terdapat hubungan yang tinggi; kuat, antara komunikasi persuasif up-line
Pride BN dengan minat menjadi consultant Oriflame pada calon
consultant Oriflame di Kota Medan. Berdasarkan hasil uji hipotesis,
hubungan yang tinggi; kuat menyiratkan bahwa komunikasi persuasif upline Pride BN berpengaruh kuat terhadap minat menjadi consultant
Oriflame pada calon consultant Oriflame di Kota Medan.
DAFTAR REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian : Pendekatan Praktek,
Edisi Revisi Kelima. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga
University Press.
Cangara, Hafied. 2002. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Surabaya : Erlangga
University Press
Effendy, Onong Uchajana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti.
9
_____________________. 2006. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Kotler, P. & Keller, K.L. 2007. Manajemen Pemasaran, Ed1, Jilid 2. Jakarta : PT
Indeks.
Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta :
Penerbit Salemba Humanika.
Malik, Dedy Djamaluddin & Iriantara, Yosal. 1994. Komunikasi Persuasif.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Morrisan. 2010. Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Kencana.
Purnomo, Serfianto dkk. 2011. Multi Level Marketing : Money Game & Skema
Piramid. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
_______________. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta :
PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Sirait, Charles Bonar. 2010. The Power of Public Speaking. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Umum.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Wimmer, Roger D. & Dominick, Joseph R. 2000. Mass Media Research : An
Introduction, 6th edition. Belmont, CA : Wadsworth Pub.
Internet
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012201651DSBab2001/
page10.html diakses 20 Februari 2014 pukul 00.15 WIB
10
Download