Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL KOMUNIKASI KESEHATAN 2015 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN Jatinangor, 16 September 2015 - ISBN 978-602-70603-4-0 “Komunikasi Kesehatan di Indonesia: Prospek, Tantangan, dan Hambatan” Copyright © LP3 Fikom Unpad, 2015 Hak Cipta dilindungi undang-undang Reviewer Dr. Eni Maryani, M.Si Dr. Herlina Agustin, M.T. Dr. Hanny Hafiar, M.Si Dr. Suwandi Sumartias, M.Si Dr. Antar Venus, M.A.Comm Dr. Pawit M.Yusuf., M.Si Editor dan Tata letak Ira Mirawati, M.Si Efi Fadilah, M.Pd Maimon Herawati, M.Litt Andriyanto, M.I.Kom Desain Sampul Syauqi Lukman Diterbitkan oleh LP3 Fikom Unpad, Gedung 1 Lt. 1, Jalan Raya Sumedang-Bandung Km. 21, Kampus Fikom, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. 45363. Telepon (022) 7796954. Faks (022) 7794122. Laman web: http://www.fikom.unpad.ac.id | e-mail: [email protected] ISBN: 978-602-70603-4-0 Dicetak oleh Percetakan & Penerbitan LP3 Fikom Unpad Isi di luar tanggung jawab percetakan 1 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Komunikasi kesehatan mengalami perkembangan yang signifikan sebagai sebuah kajian keilmuan. Hal ini tidak terlepas dari besarnya perhatian, baik dunia akademis bidang komunikasi dan bidang kesehatan dengan para praktisi kesehatan yang menyadari akan besarnya peran komunikasi kesehatan dalam meningkatkan kesehatan manusia. Bidang komunikasi kesehatan merupakan salah satu kajian yang kompleks, memiliki area riset dan praktik yang signifikan dalam masyarakat kontemporer. Bahkan riset komunikasi kesehatan bersifat multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin. Risetnya dapat dilakukan berdasarkan paradigma objektif, konstruktif atau kritis. Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat seperti internet berimplikasi pada hadirnya layanan e-health, sehingga masyarakat di berbagai belahan dunia dapat berbagi informasi dalam waktu yang bersamaan melalui berbagai macam sumber informasi. Melalui e-health setiap orang yang memiliki akses internet baik di kantor, rumah, atau mobile menjadi sedemikian mudah mengakses informasi kesehatan. Diperlukan kecerdasan untuk memanfaatkannya, sehingga setiap orang perlu mengasah kemampuannya untuk lebih melek media dan melek informasi. Hal lain yang berkaitan dengan komunikasi kesehatan adalah mengenai isu-isu atau wacana di seputarnya, misalnya bagaimana masalah kesehatan berkaitan dengan kebijakan pemerintah, membangkitkan kesadaran masyarakat, cara hidup dan cara berpikir masyarakat kalangan tertentu mengenai kesehatan. Pendeknya, ini berkaitan erat dengan aspek sosio kultural masyarakat, bahkan politik di suatu negara. Tidak kalah menarik mengupas aspek etika, hukum dan budaya dalam komunikasi kesehatan:bagaimana pasien, dokter, perawat memiliki pengalaman yang beragam dalam komunikasi kesehatan. Atas fenomena sebagaimana tersebut di atas menjadi sangat signifikan bila kami menyelenggarakan Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan dengan mengambil tema “Komunikasi Kesehatan di Indonesia : Prospek, Tantangan dan Hambatan”,dengan subtema yang ditawarkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Teknologi, Media dan e-health Faktor Sosio Kultural dan Komunikasi Kesehatan Isu Hukum dan Etika dalam Komunikasi Kesehatan Komunikasi Kesehatan dalam Konteks Interpersonal Gaya Hidup dan Komunikasi Kesehatan Komunikasi Krisis dalam Bidang Kesehatan Kebijakan Pemerintah mengenai Kesehatan Masyarakat Komunikasi Terapeutik dalam Perspektif (Antar) Budaya Isu Metodologis dalam Komunikasi Kesehatan Teori-Teori Mutakhir Tentang Komunikasi Kesehatan Berdasarkan data sesuai dengan jadwal deadline, peserta yang telah mengirimkan makalahnya berjumlah 97 orang yang terdiri dari 42 Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dan satu Lembaga Swadaya Masyarakat. Mereka mewakili dua puluh kota Besar di Indonesia. Semoga kegiatan Simposium Komunikasi Kesehatan ini bermanfaat dan permasalahan serta tantangan bidang kesehatan di Indonesia. menjawab 2 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr.Nila F.Moeloek, Sp.M (K) yang telah menjadi keynote speaker. Terima kasih pula kami ucapkan kepada para pembicara pada sesi Pleno, yakni : 1. 2. 3. 4. Prof. Dr.med. Tri Hanggono Achmad, dr. (Rektor Universitas Padjadjaran) Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.(Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD) dr. Alma Luciyati, M.Kes., M.Si., MH.Kes.(Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat) dr. Ahyani Raksanagara.(Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan dan mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalam. Jatinangor, 16 September 2015 Ketua Pelaksana, Siti Karlinah 3 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad SAMBUTAN Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Komunikasi menjadi faktor penting dalam setiap sendi kehidupan, termasuk bagi karier professional medis dan kesuksesan layanan dalam dunia kesehatan. Para profesional medis, seperti dokter, perawat, bidan, apoteker, dll. membutuhkan komunikasi untuk mendukung kesuksesan kerja mereka. Berhasil atau gagalnya karier seseorang salah satunya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berkomunikasi. Selama ini, komunikasi sering dianggap remeh, karena kita merasa sudah melakukannya sejak lahir. Padahal jika dipelajari dengan serius, komunikasi akan mampu menjadi kunci sukses seseorang. Kesuksesan kebijakan kesehatan dari pemerintah bagi masyarakat juga sangat bergantung kepada komunikasi, seperti kebijakan BPJS yang belakangan ini menuai kontroversi. Dalam komunikasi terapeutik, cara dokter melayani pasien di meja saja mampu membuat 55 % pasien stres. Dalam penelitian jika dokter tidak menggunakan meja saat menerima pasien, tingkat stres tinggal 10%, maka konsep egaliter menjadi penting dipraktikkan dalam dunia medis tanah air, mengingat saat ini profesional medis cenderung menjaga jarak dengan pasien, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, hingga bagaimana cara memperlakukan pasien. Dokter harus lebih egaliter, menerapkan model bersama yang mengasumsikan pasien sebagai mitra berdasarkan empati. Sebagai profesional medis, misalnya, jika bahasa Sundanya, ia bisa menggunakan bahasa sundasaat berkomunikasi dengan pasien. Dalam keseharian sering ditemui budaya paternalistik, yaitu ketika dokter mendominasi dan memotong pembicaraan dengan pasien. Padahal dokter harusnya membuat pasien nyaman untuk bisa "curhat" tentang penyakitnya. Penelitian menunjukkan bahwa kesembuhan pasien tidak hanya dipengaruhi oleh faktor medis ilmiah (biomedis), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor social budaya lainnya, bahkan juga doa. Maka factor-faktor social budaya yang dianut pasien ini perlu dipertimbangkan oleh para professional medis dan oleh pemerintah yang akan mensosialisasikan kebijakan kesehatan. Hubungan antara doa dan 4 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad kesehatan juga ternyata penting. Hal ini bahkan sering diseminarkan di universitasuniversitas kelas dunia di berbagai negara. Khusus di Indonesia, kita perlu prihatin bahwa dunia kesehatan di Indonesia masih sering menghadapi permasalahan komunikasi yang membuat proses medis tidak efektif. Kasus terbaru soal kisruh BPJS Kesehatan, juga disebabkan adanya masalah komunikasi yang terjadi antara penyelenggara BPJS Kesehatan dengan pihak rumah sakit, klinik, dokter, perawat, serta masyarakat indonesia secara umum. Jika masalah komunikasi ini dapat diselesaikan, layanan BPJS Kesehatan akan jauh lebih baik dibandingkan saat ini. Saya berharap, lewat Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-55 Fikom Unpad ini, Komunikasi Kesehatan dapat diajarkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, secara umum di fakultas atau program studi ilmu komunikasi, dan secara khusus untuk fakultas-fakultas Kedokteran. Lewat Simposium ini pula saya berharap kita dapat bekerjasama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, lewat berbagai penelitian, seminar, dan lokakarya lokakarya, baik secara kuratif dan terlebih lagi secara preventif. Semoga layanan kesehatan akan semakin baik atas campur tangan ilmu komunikasi di dalamnya. Jatinangor, 16 September 2015 Dekan Fikom Unpad, Prof. Deddy Mulyana., M.A., Ph.D. 5 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad DAFTAR ISI KATA PENGANTAR SAMBUTAN DEKAN FIKOM UNPAD DAFTAR ISI 2 4 6 I. ISU METODOLOGIS DALAM KOMUNIKASI KESEHATAN The Role of Integrated Model of Behavior Prediction (IMBP) Theory to Design Healtly Behavior Messages In School-Based Nutrition Education Intervention Ratri Ciptaningtyas 15 Kesehatan dalam Perspektif Antropologi, Sosiologi, dan Komunikasi Atwar Bajari, Sri Susilawati 30 Aksesibilitas Informasi Kesehatan Keluarga Bagi wanita di Desa Ancol Mekar Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Elnovani Lusiana, Rully Khairul 40 Edukasi Komunikasi Terapeutik dalam Program Family Phychoeducation Theory Frieza Patriani, Purwanti Hadisiwi, Hanny Haviar 46 Kajian Metodologi Etnografi Komunikasi Dalam Pengembangan Komunikasi Terapeutik Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Iwan Koswara 65 Model Komunikasi Terapeutik Sebagai Pelayanan Prima di Puskesmas Depok 1 Sleman Yogyakarta Ida Wiendijarti, Edwi Arief, Isbandi 80 Pemetaan Perilaku Pencarian Informasi Perempuan Terdiagnosis Kanker Payudara di Prov. Jawa Barat Siti Karlinah, Purwanti Hadisiwi, Slamet Mulyana, Meria Octavianti 90 II. FAKTOR SOSIO KULTURAL DAN KOMUNIKASI KESEHATAN Mengungkap Pengalaman Keluarga Miskin Pedesaan di Jawa Barat dalam Menggunakan Informasi dan Sumber-Sumber Informasi Kesehatan Pawit M. Yusuf, Neneng Komariah, Rohanda, Priyo Subekti 109 Pemanfaatan Taman Bacaan Taman Bacaan Masyarakat Al Hidayah Desa Citimun Kecamatan Cimalaka Sumedang dalam Menumbuhkan Minat Baca masyarakat tentang Kesehatan Sukaesih, Agung Budiono 129 Peranan Tokoh Adat dalam Menyampaikan Pesan Tentang Bahaya Air raksa Pada Pengolahan Emas (Gulundung) di Kasepuhan Cisungsang Yoki Yusanto 143 6 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Peranan Kyai dalam Komunikasi Kesehatan Islami di Pesantren Uud Wahyudin 154 Kampung Manusia Kepiting Sulaeman 130 Pola Pencairan Informasi Kesehatan Reproduksi oleh Perempuan Pedesaan di Jawa Barat Susanne Dida, Trie Damayanti 177 Komunikasi Kesehatan Implementasi Kebijakan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan di Kab. Flores Timur Tine Silvana, Nindi Aristi, Efi Rostiantika, Rohanda 186 Promosi Squalene dan Ancaman Kelestarian Hiu Herlina Agustin 199 Pola Komunikasi Kesehatan Warga Kampung Aceh Merry Fridha Tri Palupi 207 Memahami Makna Simbolisasi Kultural dan Sosial Perilaku Merokok Yun Fitrahyati, Fitri, Sinta 220 Pengembangan Media Kesehatan dan Persepsi Masyarakat Pedesaan Jawa Timur Tatag Handaka, Dessy T, Hetty 237 Peta Pencarian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja Kota Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin, Latar Belakang Pendidikan, Status Sosial dan Ekonomi Nuning Kurniasih, Neneng Komariah 251 III. KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM KONTEKS INTERPERSONAL Kebahagiaan Karyawan Purnabakti Perspektif Komunikasi Kesehatan dalam Konteks Interpersonal Maylanni Christin 269 Studi Kasus Tentang Komunikasi Kesehatan Pada Hubungan Interpersonal Therapist dan Pasien di Pusat Pengobatan Alternatif ATFG Arcamanik Bandung Lucy Pujasari Supratman 287 Pendekatan Human Relations dalam Relasi Dokter Keluarga dan Pasien Marfuah Sri S, Humaera Tyas 293 Pendekatan Komunikasi Antarpribadi dalam Menghadapi Penderita Schizoprenia Nur Idaman, Erna Mariana 308 Persepsi Pasien terhadap Komunikasi Person Centered Approach Imam Nuraryo 323 Komunikasi Antarpribadi Penyandang Epilepsi dengan Masyarakat Sekitar Konsep Diri Penyandang Epilepsi Dasrun Hidayat, Sri Dewi 339 7 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Persepsi Masyarakat Terhadap Bidan dan Dukun Bayi Terlatih dalam memberikan Pertolongan Persalinan di Kab. Indramayu Priyo Subekti, Yanti Setianti 352 Ketika Bidan Menjelma Menjadi Dokter : Kajian Struktur Diri Pasien Bidan Desa dengan Pendekatan Sosio Kultur Dasrun Hidayat 364 Komunikasi Terapeutik Dalam Pengobatan Akupunktur di Klinik Paksi DPD Jawa Barat Henny Sri Mulyani 383 Komunikasi Terapeutik Orangtua dengan Anak Fobia Spesipik di Bandung Jenny Ratna Suminar, Rachamaniar 394 Pengalaman Komunikasi Terapeutik Petugas Rehabilitasi Medik Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang Retna Mahriani 408 Pola Komunikasi Antarpersona Antara Terapis dengan Anak Penderita Autis dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi dengan Lingkungan Sekitar Meilani Dhamayanti 424 Studi Fenomenologi Komunikasi Interpersonal Guru dan Anak Autis Tipe Nonverbal di Sekolah Lensa Dinda Rakhma Fitriani 435 IV. GAYA HIDUP DAN KOMUNIKASI KESEHATAN Gaya Hidup Masyarakat Sumenep Madura Melalui Media Pasir Dalam Kajian Komunikasi Kesehatan Teguh Rachmad, Surochim 453 Menguji Keampuhan Komunikasi Dalam Mengatasi Teror HIV/AIDS di Masyarakat High Metropolis Lifestyle Agus Naryoso 469 Pemaknaan Diri dan Keluarga Bagi Ibu Rumah Tangga Pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur Syubanuddin Murom 486 Memahami Speech Codes Komunitas dan Komunikasi Interpersonal PSK yang Sudah Mengadopsi Perilaku Pemakaian Kondom Hapsari Dwiningtyas 500 Konstruksi Makna Komunitas Gay Sumedang Evie Adriane 513 Pengetahuan, Pemahaman, dan Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pencegahan HIV-AIDS Sri Widowati 535 8 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Gaya Hidup dan Dampak Psikologis Komunikasi Kesehatan Psikologis Pelaku Seks Komersial Mahasiswi di Kota Padang Elva Ronaning 546 Konsep Perencanaan Program Komunikasi Model “P” Proses dalam Gerakan Konsumsi Jajanan Pangan Sehat di Sekolah Wenny Widowati, Hadi Suprapto Arifin 559 Food Combining Sebagai Pasien Efektif dalam Menghasilkan Perilaku Hidup Sehat Nofha Rina 575 V. KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI KESEHATAN MASYARAKAT Dilematis Kebijakan Pelarangan Prostitusi di Kab.Jember sebagai Potensi Peningkatan Dakocan dan Persebaran HIV-AIDS di Kab.Jember Prov.Jawa Timur Murry Ririanty, Iken Navikadini, Thohirun 589 Kebijakan Promosi Kesehatan Puskesmas dengan Tempat Perawatan (DTP) di Tarogong Kab. Garut Andri Yanto, Saleha Rodiah, Efi Rostiantika 599 Komunikasi Kesehatan pada Program Revitalisasi Posyandu di Jawa Barat Funny Mustikasari 617 Model Pengembangan Komunikasi Kesehatan pada Rumah Tangga Sangat Miskin di Kabupaten Sumedang Asep Suryana 634 VI. KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PERSPEKTIF (ANTAR)BUDAYA Perspektif Antar Budaya dalam Komunikasi Terapeutik Lisa Adhrianti 650 Fenomena Pengobatan Minyak Bintang Efek Minimnya Kepercayaan Pasien terhadap Pengobatan Biomedis Wahyu Gani 658 Bentuk Komunikasi Interpersonal Peramu kepada Pengguna Jamu sebagai Upaya Menjaga Tradisi dan Pesan Kesehatan pada Masyarakat Kota Bangkalan Madura Ekna Satriyati 669 Viralitas Pengobatan Alternatif Devi Rachmawati 684 Pelet Kandung sebagai Ritual Menjaga Kesehatan Ibu Hamil Masyarakat Madura Syamsul Arifin 696 Komunikasi Terapeutik dalam Terapi Pengobatan Ayurveda di Ubud Bali I Dewa Ayu Hendrawathy 705 9 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Komunikasi Terapeutik melalui Musik Campusari pada Pengobatan Alternatif Eyang Agung Ciputat Rahmi Setiawati, Nia Kurniati Syam 722 VII. TEKNOLOGI, MEDIA DAN E-HEALTH Karya Seni sebagai Media Komunikasi bagi Penyandang Autisme Prihandari, Satvikadewi 741 Strategi Pemberdayaan SDM Televisi Lokal sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Program Siaran Televisi Lokal di Jawa Barat Feliza Zubair, Evi Novianti, Trie Damayanti 754 Fast Food Punishment or reward (Fenomena Gaya Hidup dan Peran Komunikasi Kesehatan Orang Tua di Makasar) Citra Rosalyn Anwar 768 Komodifikasi Program Kesehatan Di Televisi Indonesia Rahmat Edi Irawan 788 Dimensi Etis Iklan Layanan Masyarakat Antirokok Versi Perokok Pasif Nia Ashton Destrity 799 Wacana Media Massa tentang Penyakit -penyakit yang Membahayakan Kehidupan Warga Triyono Lukmantoro 813 Revitalisasi Jurnalis dalam Era TIK Bidang Kesehatan Pandan Yudhapramesti 829 Intensitas Penggunaan Smartphone sebagai Gaya Hidup terhadap Kesehatan Sri Budi Lestari 843 Penyebaran Informasi Kesehatan dan Penggunaan Media Digital di Kalangan Remaja Eni Maryani 859 VIII. KOMUNIKASI KESEHATAN DAN MEDIA SOSIAL Grup Facebook sebagai Platform Berbagi Informasi Kesehatan Studi pada Grup GESAMUN (Gerakan Sadar Imunisasi) Fariza Yuniar 867 Informasi Kesehatan dalam Media Sosial Aceng Abdullah 882 Jejaring Komunikasi Pengguna Akun Media Sosial Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Nunik Maharani Hartoyo 891 10 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Media Online Komunikasi Kesehatan Upaya Penguatan Perilaku Preventif Seksual Remaja 908 Melalui Media Internet di Indonesia Agoeng Nugroho Pemanfaatan Jejaring Media Komunikasi dan Informasi dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil dan Anak di Jawa Barat Suwandi Sumartias, Evie Adriane, Aat Nugraha 916 Propaganda Kesehatan Lewat Sosial Media Indiwan Seto, Yoyoh Hereyah 929 Twitter sebagai Media Promosi Kesehatan yang Efektif Yani Triwijayanti, Aiz Bachtiar 936 IX. KOMUNIKASI PETUGAS MEDIS, PASIEN DAN KELUARGA Relasi Dokter Anak dengan Pasien Gracia Rahmi Adiarsi, Citra Mega Sari 950 Komunikasi Orang Tua terhadap Anak Penyandang Disleksia Leili Kurnia Gustini 960 Perilaku Komunikasi Survivor Kanker dalam Mempertahankan Usia Harapan Hidup Amalia Djuwita 974 Fenomenologi Perawat Pasien Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Mental Psikotik atau Eks Psikotik Terlantar di Panti Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung Jakarta Timur dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik Wiratri Anindhita 986 Kenyamanan Pasien Melalui Layanan Kesehatan Poli Santun Lansia Puskesmas Puter Bandung Kartika Singarimbun 1003 Kompetensi Budaya Bidang Komunikasi Kesehatan sebagai Preferensi untuk Membangun Keharmonisan Interaksi antara Penyedia Layanan Kesehatan dan Pasien Bertha Sri Eko, Nasrullah, E. Nugrahaeni P. 1013 Komunikasi antara Dokter dan Pasien Uthe Nugroho, Edwin Rizal 1028 Komunikasi Non Verbal Dokter pada Pasien Anak-Anak di Poliklinik Anak Rumah Sakit Adam Malik Medan Nadra Ideyani 1041 X. KOMUNIKASI KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA Komunikasi Kependudukan dan Keluarga Berencana Pasca Reformasi Wawan Setiawan 1052 11 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Strategi Komunikasi Pemasaran Sosial Metode Vasektomi/Mop dalam Upaya Peningkatan Akseptor KB Pria Lestari Basuki, Panji Dwi Ashrianto 1068 Kegiatan Diseminasi Informasi tentang Penanggulangan Angka Kematian Ibu terhadap Persepsi Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan di Desa Kali Cacing Sidomukti Salatiga Ninis Agustini Damayani, Agus Rusmana, Ute Lies Siti Khadijah 1082 XI. TEORI-TEORI MUTAKHIR TENTANG KOMUNIKASI KESEHATAN Model Komunikasi Efektif untuk Peningkatan Kesadaran Ibu Rumah Tangga Muda dalam Mengkonsumsi Makanan Pokok Sehat Non Beras Widya Pujarama, Nilam Wardasari, Nia Ashton D 1100 Dialektika Komunikasi Keluarga dengan Penyandang Gangguan Jiwa Purwanti Hadisiwi 1117 Telaah Teori dan Paradigma Penelitian dalam Kajian Komunikasi Kesehatan Nuriah Asri Sjafirah 1128 Biblioterapi untuk Remaja di Rumah Belajar Ulul Azmi Cimahi - Jawa Barat Saleha Rodiah 1139 Evaluasi Model Komunikasi Kesehatan Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Kabupaten Lebak Provinsi Banten Ilham Gemiharto 1154 12 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad BAGIAN IV GAYA HIDUP DAN KOMUNIKASI KESEHATAN 451 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad GAYA HIDUP MASYARAKAT SUMENEP MADURA MELALUI MEDIA PASIR DALAM KAJIAN KOMUNIKASI KESEHATAN Teguh Hidayatul Rachmad 88, Surokim89 ABSTRAK Plurasime menjadikan masyarakat mempunyai identitas yang beragam didalam struktur yang dilegalkan oleh budaya dan negara. Agen di dalam struktur akan mencari identitas komunal masing-masing sehingga menjadi gaya hidup di masyarakat tersebut. Keunikan dan keberagaman akan gaya hidup di dalam struktur masyarakat, khususnya masyarakat pasir di sumenep Madura menjadi nilai penting untuk dikaji dan dibahas dalam tema komunikasi kesehatan. Peran masyarakat pasir sumenep madura sebagai masyarakat subordinat telah dilegitimasi menjadi struktur budaya lokal melalui gaya hidup dan komunikasi interpersonal. Wacana kesehatan di masyarakat mayoritas Madura dengan masyarakat pasir sumenep sebagai media kontestasi yang dapat menjadi saran dan masukan untuk tantangan kajian komunikasi kesehatan, khususnya di masyarakat Madura. Metode penelitian yang digunakan adalah etnografi sebagai teknik analisis data untuk mecari, dan mengumpulkan informasi dari narasumber yang kemudian dikorelasikan dengan kerangka konseptual. Hasil dari penelitian ini memaparkan bentuk kontestasi komunikasi kesehatan masyarakat madura antara dominan dan subordinat dengan kebijakan yang sudah dilegalkan dan peraturan tidak tertulis. Dari pembahasan bentuk kontestasi kesehatan, dapat digambarkan melalui bagan dualitas komunikasi kesehatan antara mayoritas masyarakat Madura dan minoritas masyarakat pasir yang saling mendukung, sehingga terdapat mutual understanding tentang komunikasi kesehatan masyarakat pasir di Sumenep. Kata Kunci: Gaya Hidup, Komunikasi Interpersonal, Dualitas ABSTRACT Plurasime making the community have diverse identities within the structure and culture of legalized by the state. Agents will be looking at the structure of communal identity of each so that it becomes a lifestyle in the community. The uniqueness and diversity of lifestyles within the structure of society, especially the sand in Sumenep Madura are important values to be studied and discussed the theme of health communication. Sumenep Madura sand public role as a subordinate society has legitimized into the structure of the local culture through lifestyle and interpersonal communication. Discourse in the public health community the majority of Madura with sand Sumenep as media contestation can be advice and input to the challenges of health communication studies, particularly in the Madurese community. The method used is ethnography as data analysis techniques to look for, and collect information from a resource that is then correlated with the conceptual framework. Results from this study describes the forms of contestation Madura public health communication between dominant and subordinate to the policies that have been legalized 88 Staf Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura. [email protected] 89 Staf Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura. [email protected] 452 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad and unwritten rules. From the discussion of health contestation form, can be illustrated by the chart duality health communication between the majority community and the minority community Madura sand mutual support, so that there is mutual understanding of public health communication sand in Sumenep. Keywords: Lifestyle, Interpersonal Communication, Duality PENDAHULUAN Masyarakat dalam era modernisasi mempunyai beragam karakter dan identitas yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, salah satunya di pulau Madura. Karakteristik akan persepsi masyarakat terhadap fenomena yang terjadi di Madura sungguh menarik untuk diteliti dan dibahas lebih dalam. Mulai dari keberagaman kebudayaan, identitas ke-maduraan, bahkan wacana tentang kesehatan di salah satu kabupaten di Madura, yaitu di Sumenep tepatnya di kecamatan Batu Putih. Masyarakat Batu Putih Sumenep mayoritas penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, karena letak geografisnya berada di tepi pantai Lombang-Sumenep Madura. Desa Pasir itu sebutan masyarakat Sumenep bagi warga Batu Putih, yang mempunyai keunikan sendiri dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari. Dikenal dengan desa pasir karena sebagian besar aktivitas yang dilakukan warga Batu Putih berhubungan dengan pasir. Yang dimaksud pasir disini adalah pasir pantai yang berwarna putih dan menjadi ciri khas pantai lombeng Sumenep Madura. Kenyamanan beristirahat bagi warga desa pasir adalah sewaktu mereka tidur diatas pasir putih yang diletakkan di rumahnya. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa semuanya bermain di atas pasir, tidur, hingga menikmati waktu luang berkumpul dengan keluarga. Bercengkerama, berkomunikasi dan bersosialisasi sesama warga Batu Putih dilakukan di atas pasir yang ada di kampung tersebut. Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana mengutip pengertian komunikasi menurut Everett M. Rogers “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2010: 69). Komunikasi interpersonal antar penduduk Batu Putih Sumenep merupakan bagian terpenting dari pemahaman dan legitimasi akan kesehatan dalam suatu masyarakat. Wacana kesehatan dalam mayoritas masyarakat Sumenep berbeda dengan masyarakat desa pasir yang sudah menjadi gaya hidup. Perbedaan gaya hidup mayoritas masyarakat sumenep dengan desa pasir menjadi sangat menarik jika dikorelasikan kedalam kajian komunikasi kesehatan. Masyarakat dominan secara tidak langsung memunculkan masyarakat marginal. Perbedaan pemahaman antara masyarakat dominan dan marginal akan sebuah konsep yang berkembang di masyarakat menjadi nilai tambah keilmuan bagi masyarakt itu sendiri, khususnya konsep tentang gaya hidup sebagai dampak komunikasi kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan 453 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad bagaimana gaya hidup masyarakat Sumenep menggunakan media pasir dalam kajian komunikasi kesehatan. Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing untuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut (Calvin S. & Gardner. 1985: 79). Menurut Giddens gaya hidup (lifestyles) menata sesuatu menjadi suatu kesatuan, menjadi sebuah pola yang kurang lebih punya keteraturan. Bagi Giddens identitas diri adalah suatu proyek yang diwujudkan, dipahami oleh para individu dengan cara-cara pendirian mereka sendiri dan cara-cara menceritakan, mengenai identitas personal dan biografi mereka. Kedua pemikiran Giddens ini arahnya adalah berbicara mengenai pencitraan. Citra menyangkut bagaimana seseorang merasa puas, bangga ataupun senang. Pada saat keberadaan dirinya diakui oleh orang lain disekitarnya. Karena inti dari citra diri adalah bagaimana dampak perlakuan dan pengakuan yang diterima oleh seseorang, sebagai akibat dan proses bergaya tertentu. Giddens ingin menunjukkan gaya hidup ini tidak lagi masuk pada wilayah kelompok tertentu saja, tapi hampir semua lini kehidupan (Giddens, 1991: 202). Gaya hidup masyarakat dapat membuat pola hidup individu menjadi sehat atau malah sebaliknya. Kebiasaan untuk melakukan aktivitas tertentu menjadi media komunikasi interpersonal dalam masyarakat. Komunikasi kesehatan mempunyai fokus kajian terhadap proses komunikasi dan isi pesan terhadap wacana kesehatan. Richard K. Thomas dalam bukunya Health Communication mengatakan,” Health Communication encompasses the study and use of communication strategies to inform and influence individual community knowledge, attitudes and practices (KAP) with regard to health and healthcare”. Individu dan komunitas membutuhkan informasi dan promosi tentang pengetahuan, tingkah laku, dan praktek sehat sekaligus menjaga kesehatan melalui penggunaan strategi komunikasi yang efektif. Komunikasi memegang peranan penting dalam kegiatan promosi masalah kesehatan, karena memiliki peran dalam hal : 1. Membangun dialog dengan komunitas, termasuk didalamnya kelompok minoritas, atau kelompok yang memiliki keterbatasan. 454 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad 2. Mempengaruhi pemerintah dan jajarannya untuk membuat kebijakan dan/atau undang-undang mengenai promosi kesehatan 3. Meningkatkan kepedulian pemerintah dan jajarannya mengenai masalah kemiskinan, hak asasi manusia, pemerataan, dan isu lingkungan 4. Mendorong dukungan masyarakat/public terhadap kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah serta jajarannya; 5. Menginformasikan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah kepada masyarakat luas 6. Meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai isu kesehatan, agar turut berpartisipasi secara aktif; dan 7. Mendorong perilaku masyarakat mengenai isu kesehatan (Firdaus dan Achmad, 2013: 53-54). Komunikasi mempunyai peran yang sangat central dalam mengelola pesan, baik verbal maupun non verbal dalam ilmu kesehatan. Efektivitas komunikasi dalam mengelola dan menyebarkan pesan juga tergantung dari komunikan dan suasana lingkungannya. Ditinjau dari suasana atau lingkungan berlangsungnya komunikasi terdapat dua bentuk komunikasi, yaitu : 1. Komunikasi formal, merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suasana resmi. 2. Komunikasi informal, merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suasana tidak resmi (Taufik dan Juliane, 2010: 20). Bentuk komunikasi formal dan informal mempunyai media yang berbeda sesuai dengan tujuan komunikasi, khususnya pengetahuan tentang kesehatan. Semakin berkembangnya media komunikasi menuntut masyarakat agar terus mengikuti kemajuan teknologi dan komunikasi. Media yang semakin canggih berdampak pada peningkatan penggunaan alat-alat kesehatan yang serba digital untuk menanggulangi segala jenis penyakit. Jenis-jenis penyakit menjadi sangat beragam dan harus disesuaikan dengan cara pencegahannya. Ada pula cara mengobati penyakit melalui aspek psikis maupun sosial dengan menggunakan metode pengobatan non-medis atau dikenal dengan istilah Complementary and Alternative Medicine (CAM). Inilah yang akan menjadi topik pembahasan cukup menarik dengan pengembangan penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmah Hadiati Salisah dengan judul penelitiannya yaitu Komunikasi Kesehatan : Perlunya Multidisipliner Dalam Ilmu Komunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Nikmah Hadiati Salisah dan diterbitkan dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1. No. 2, Oktober 2011 yang mempunyai kesimpulan bahwa ilmu komunikasi bersifat omnipresent, dapat ditemukan di segala bidang kehidupan. meski dimasukkan dalam kelompok ilmu sosial, ternyata juga menunjukkan diri sebagai ilmu yang 455 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad bisa ditemukan bahkan dalam ilmu eksakta sekalipun, seperti bidang kesehatan individu. denga demikian menjadi sebuah keniscayaan bagi ilmu komunikasi untuk terus dikembangkan dengan menggunakan perspektif multidisipliner. Kekurangan dari peneilitan yang dilakukan oleh Nikmah Hadiati Salisah adalah kurang beragamnya metode penelitian yang ditawarkan dan dijelaskan dalam jurnal tersebut. Penjelasan yang cukup komprehensif hanya dilakukan dalam penjabaran dan pemaparan metode penelitian fenomenologis, tanpa ada metode penelitian yang lainnya. Misalnya saja metode penlitian etnografi yang menggunakan data informan bukan hanya pada satu subjek, tetapi bisa dua atau lebih informan sesuai dengan topic penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk keberagaman penelitian komunikasi khususnya komunikasi kesehatan yang merupakan disiplin ilmu baru, maka peneilitan ini menggunakan metode penelitian etnografi yang khusus untuk penelitian kesehatan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan oleh jenis-jenis penelitian kesehatan terdapat dua kelompok besar, yakni ; metode penelitian survey dan eksperimen. Metode penelitian survey adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Dalam survey, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut. Penelitian survey dibagi menjadi dua golongan, yaitu deskriptif dan analitik. Metode penelitian eksperimen adalah melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada dependen variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2012: 25-31) . Korelasi metode penelitian kesehatan denga ilmu sosial khususnya komunikasi akan digunakan metode yang mendekati metode penelitian kesehatan yaitu metode survey, namun dalam penelitian sosial ada perbedaan yang cukup signifikan. Penelitian survey dalam ilmu sosial termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan membuat subjek penelitian sebagai numerik atau angka. Pendekatan metode penelitian kesehatan dengan ilmu-ilmu sosial yang paling tepat dengan topik penelitian gaya hidup masyarakat sumenep dengan media pasir dalam kajian komunikasi kesehatan adalah metode penelitian etnografi kesehatan, yaitu metode penelitian yang mengkorelasikan antara informan yang berprofesi di bidang kesehatan dan budayawan serta subjek penelitian itu sendiri, yaitu masyarakat desa pasir Sumenep di kecamatan Batu Putih. Penelitian ini bersifat kualitatif diakrenakan mengambil informan bukan sebagai data numerik, namun sebagai data wawancara yang bersifat deskriptif. Pendekatan etnografi untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena yang teramati 456 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad dalam kehidupan sehari-hari. Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Selain itu juga sebagai proses belajar yang digunakan untuk megintepretasikan dunia sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk menghadapinya. Dalam pandangannya ini, Spradley tidak lagi menganggap etnografi sebagai metode untuk meneliti “Other culture”, masyarakat kecil yang terisolasi, namun juga masyarakat kita sendiri, masyarakat multikultural di seluruh dunia (Spradley, 2007: 3). Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Sumenep, tepatnya di desa pasir. Memilih lokasi tersebut dikarenakan daerah itu merupakan tempat masyarakat Sumenep yang dekat dengan pantai lombang dan kebiasaan sehari-hari menggunakan media pasir. Subyek penelitian ini adalah salah satu masyarakat desa pasir yang telah lama tinggal di kecamatan batu putih Sumenep. Informan yang kedua adalah ahli kesehatan dan sekaligus warga sumenep yang mengetahui kebudayaan mayoritas sumenep yaitu budaya keraton. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan penggalian data primer. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan wawancara mendalam. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam obyek penelitian. Peneliti melakukan observatory participant secara langsung terhadap berbagai realitas yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh fenomena di lapangan. Langkah-langkah untuk melakukan indepth interview menggunakan proses adaptasi dengan subyek penelitian agar tercipta trust, setelah trust terbentuk peneliti menjaga perilaku dan penampilan yang sama dengan subjek penelitian. Ada beberapa konsep yang menjadi fondasi bagi metode penelitian etnografi ini. Pertama, Spradley mengungkapkan pentingnya membahas konsep bahasa, baik dalam melakukan proses penelitian maupun saat menuliskan hasilnya dalam bentuk verbal. Sesungguhnya adalah penting bagi peneliti untuk mempelajari bahasa setempat, namun, Spradley telah menawarkan sebuah cara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan etnografis. Konsep kedua adalah informan. Etnografer bekerja sama 457 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad dengan informan untuk menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. Informan merupakan sumber informasi; secara harafiah, mereka menjadi guru bagi etnografer (Spradley, 1997: 35). Sebagai sebuah model, tentu saja etnografi memiliki karakteristik dan teknik analisis data tersendiri dengan langkah-langkah yang terstruktur dan teruji. Langkah yang dimaksud adalah seperti dikemukakan Spradley (1997) dalam buku Metode Etnografi menetapkan informan. Penentuan informan kunci juga penting dalam penelitian etnografi. Informan kunci dapat ditentukan menurut konsep (Benard, 1994: 166), yaitu orang yang dapat bercerita secara mudah, paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan sukarela memberikan informasi kepada peneliti. Melakukan wawancara kepada informan. Pada saat awal wawancara perlu menginformasikan tujuan, penjelasan etnografis (meliputi perekaman, model wawancara, waktu dan dalam suasana bahasa asli), penjelasan pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras). Membuat catatan etnografis. Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas atau buku ini itu, melainkan cukup sederhana. Mengajukan pertanyaan deskriptif. Melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna yang disampaikan informan. Membuat analisis domain. Peneliti membuat istilah mencakup dari apa yang dinyatakan informan. Istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas. Mengajukan pertanyaan struktural. Yakni, pertanyaan untuk melengkapi pertanyaan deskriptif. Membuat analisis taksonomik. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang telah diajukan. Mengajukan pertanyaan kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda. Membuat analisis komponen. Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Menemukan tema-tema budaya dan langkah terakhir adalah menulis etnografi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari lapangan menemukan fenomena yang menarik untuk dibahas, diantaranya adalah aktifitas sehari-hari masyarakat desa pasir sering dilakukan diatas pasir. Bukan berarti melakukannya di tepi pantai yang terdapat banyak pasir, melainkan membawa pasir itu ke rumahnya masing-masing. Masyarakat desa pasir mempunyai tempat tinggal yang layak di tempati, namun bagi mereka mengaku masih tetap merasa lebih nyaman jika melakukan aktifitasnya diatas pasir. Kegiatan seehari-hari seperti; tidur dengan beralaskan pasir, berkumpul dengan keluarga diatas pasir dan sebagainya. Alasannya selain karena meneruskan budaya nenek moyang, hal tersebut juga sudah menjadi kebiasaan dan menjadi 458 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad obat tersendiri untuk beberapa penyakit bagi masyarakat Batu Putih yang menggunakan media pasir. Keunikan lainnya juga terjadi di desa pasir adalah sebagian yang sudah merasa nyaman dengan tidur diatas pasir, jika tidur menggunakan layaknya alas tidur seperti kasur maupun yang lainnya akan terasa aneh hingga membuat susah tidur. Setiap warga desa pasir, jika ingin pergi keluar kota atau desa yang mengharuskan untuk tidur tanpa beralaskan pasir, akan membawa pasir itu dari desa untuk mengusapkannya ke kaki maupun tangan agar dapat tidur dengan nyenyak. Seperti halnya yang dikatakan oleh salah satu warga desa pasir : ” Manabi abdinah sareng keluarga meosseh ka luar kota otabe ka disah, makah abdinah abektaah sabegian pasir kaangguy obet asaren abdinah abedih carah eosapagi ka tanang ben sokoh90”. (wawancara dilakukan tanggal 5 Februari 2015). Bagi sebagian orang pasir adalah sesuatu yang di anggap di anggap kotor. Namun masyarakat desa pasir menganggap bahwa pasir yang digunakan untuk tidur dan bersantai adalah pasir yang sangat bersih. Apabila pasir yang dimiliki basah dan kotor, maka pasir tersebut akan langsung dibakar di atas bara api agar menjadi kering dan bersih kembali dan disebarkan ke halaman belakang atau depan rumah. Masyarakat desa pasir memiliki kebiasaan sehari-hari yang sangat unik yaitu saat panas matahari sangat terik maka saat itu langsung menguburkan sebagian dirinya kedalam pasir agar tubuhnya merasakan dingin, sebaliknya saat malam hari datang dan udara sangat dingin mereka merasa hangat bila masuk ke dalam pasir. Kebiasaan ini sangat unik, tidur di atas pasir yang diambil dari pasir-pasir pantai di sekitar desa Batu Putih. Masyarkat desa pasir menggunakan pasir sebagai alas untuk tidur dan menjadi tempat untuk bersantai di setiap harinya. Pasir yang mereka ambil telah melalui proses penyaringan hingga menjadikan pasir yang sangat halus dan bagi masyarakat Batu Putih telah bersih dan bagus untuk di jadikan alas tidur. Seperti yang terlihat pada gambar yang di bawah ini : 90 Apabila saya dan keluarga hendak pergi ke luar kota atau desa, maka kami akan membawa sebagian pasir untuk obat tidur kami dengan cara diusapkan ke tangan dan kaki. 459 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Gambar I.1. Aktifitas masyarakat desa pasir Lapangan pekerjaan masyarakat desa pasir mayoritas bekerja sebagai seorang nelayan. Pekerjaan sebagai nelayan telah dijalani mulai dari nenek moyang yang secara turun-temurun hingga sampai sekarang. Kaum laki-laki di desa pasir sebagaian besar menjadi nelayan sesuai dengan letak geografis desa batu Putih yang berada di pesisir pantai utara Pulau Madura. Perempuan di desa pasir sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga yang hanya melakukan akiftas sehari-hari dirumah dan kebiasaannya menyaring pasir-pasir yang akan di jadikan alas tidur buat keluarga dan sanak saudara. Pemahaman di lapangan telah dibahas diatas kemudian dianalisis dengan beberapa alat penelitian. Analisis peneilitan yang akan dikorelasikan dari temuan data di lapangan dengan teori dan metode akan dijelaskan secara terperinci dalam paragraf berikutnya. Alat-alat penelitian bukan hanya metode dan teori, namun juga hasil wawancara dari narasumber masarakat desa pasir dan ahli kesehatan. Hasil participant observation yang dilakukan di desa Batu Putih juga menjadi data tambahan untuk memperkuat analisis penelitian. Gaya hidup berinteraksi langsung antara agensi manusia dan struktur sosial dalam satu cara, dimana struktur merupakan dasar bagi segala tindakan individu, dan tindakantindakan individu mereproduksi struktur. Penyeimbangan ini disebut dengan dualitas struktur. Dalam konsep komunikasi kesehatan khususnya di masyarakat pasir Sumenep Madura, terdapat dua struktur berbeda yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat sumenep, yaitu mayoritas dan minoritas. Perbedaan gaya hidup yang signifikan bukan hanya bertentangan, namun adanya saling berkaitan antara mayoritas dan minoritas yang dihubungkan oleh interaksi sosial antara kedua masyarakat di Sumenep. Masyarakat mayoritas sumenep membuat interaksi sosial kepada minoritas masyarakat sumenep, yaitu masyarakat desa pasir Batu Putih melalui kunjungan dan silaturahmi untuk melihat gaya hidup yang berdampak kepada kesehatan masyarakat desa pasir. Interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto dasar 460 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad dari proses sosial yang terjadi akibat adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis, dalam hal ini mencakup hubungan antar individu, antar kelompok maupun yang terjadi antara individu dan kelompok. Masyarakat mayoritas sumenep melakukan interaksi sosial terhadap masyarkat desa pasir bukan hanya antar individu, namun juga antar kelompok, seperti halnya yang dilakukan oleh mahasiswa program studi ilmu kebidanan di salah satu universitas sumenep yang melihat proses melahirkan di atas kamar tidur yang beralaskan pasir. Masyarakat Batu Putih menggunakan media pasir untuk gaya hidup sehari-hari sesuai dengan epistemologi kebudayaan yang dianut secara turun-temurun sejak desa pasir berdiri. Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, stukture, methods and validity of knowledge91. Oleh karena itu sering disebut dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994). Berbanding terbalik dengan masyarakat mayoritas sumenep, yang menggunakan epistemologi kesehatan sebagai gaya hidup. Istilah tentang kesehatan sangat sering di gunakan dan didengar oleh masyarakat mayoritas Sumenep. Himbauan atau pemberitahuan gaya hidup sehat menurut ilmu-ilmu kesehatan sangat diperhatikan dan dilaksanakan di masyarakat mayoritas Sumenep. Epistemologi yang digunakan oleh masyarakat mayoritas sumenep adalah ilmu kesehatan. Hal ini sangat bertentangan dengan masyarakat desa pasir yang menggunakan pengetahuan gaya hidup yang berdasarkan kebudyaan. Kontestasi epistemologi antara kesehatan dan kebudayaan di mediasi oleh proses komunikasi antara mayoritas dan minoritas masyarakat Sumenep. Pemahaman akan proses komunikasi sangat penting sebagai mediasi antara mayoritas masyarakat Sumenep dan minoritas masyarakat pasir desa Batu Putih. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kontestasi agar menjadi dualitas yang saling mendukung, bukan menjadi dualisme yang saling bertentangan. Bagan gaya hidup masyarakat Sumenep secara keseluruhan dapat dilihat di bawah ini : 91 Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal , stukture , metode dan validitas pengetahuan 461 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Gaya Hidup Masyarakat Sumenep dalam perspektif komunikasi kesehatan Mayoritas (Masyarakat Sumenep) Interaksi Sosial Minoritas (Masyarakat Desa Pasir) Epistemologi Kesehatan Proses Komunikasi Epistemologi Kebudayaan Legitimasi Bentuk Komunikasi Modal Bagan I.1 Dualitas Gaya Hidup Masyarakat Sumenep Proses komunikasi merupakan lanjutan dari interaksi sosial yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat Sumenep. Komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat desa pasir dengan masyarakat mayoritas Sumenep menjadi kegiatan yang terjadi berulang-ulang, sehingga terdapat proses komunikasi antara minoritas dengan mayoritas atau di dalam minoritas dan mayoritas masyarkat Sumenep. Menurut Harold Lasswell proses komunikasi meliputi lima unsur, yaitu : 1. Komunikator (siapa yang mengatakan ?) 2. Pesan (mengatakan apa ?) 3. Media (melalui channel/saluran/media apa ?) 4. Komunikan (kepada siapa ?) 5. Efek (dengan dampak/efek apa ?) Menurut Lasswell bahwa proses komunikasi adalah komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang 462 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad menimbulkan efek tertentu. Dalam konsep ilmu kesehatan bahwa media pasir dapat mengurangi nyeri otot dan sendi karena kandungan mineral yang dimiiliki oleh pasir itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan dosen di bidang kesehatan di salah satu universitas di Sumenep yang mengatakan bahwa : ” Budaya tidur di pasir secara teori bisa mengurangi nyeri otot / sendi. Karena kandungan mineral dan suhu hangat nya. Namun efektifitasnya perlu diteliti lebih lanjut. Namun beresiko penularan penyakit (seperti penyakit kulit scabies dan lainnya) jika pasir yg digunakan tidak bersih”. (wawancara dilakukan tanggal 15 Januari 2015) Komunikator dalam hal ini adalah para aktivis atau lembaga kesehatan di Sumenep dapat membuat encoding atau membentuk pesan bahwa media pasir dalam ilmu kesehatan juga dapat mengurangi nyeri otot, namun harus diteliti lebih dalam lagi karena dapat beresiko terkena penyakit kulit semacam scabies dan lainnya. Masyarakat pasir sebagai komunikain atau receiver yang masih belum megetahui informasi bahaya pasir yang belum bersih dapat menyebabkan penyakit kulit yang menular harus segera di informasikan. Perspektif sehat dan sakit menurut masyarakat desa pasir sebagian besar menganut paham kebudayaan, sehingga meskipun pasir tersebut terkena kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan penyakit kulit tidak berdampak yang cukup signifikan bagi masyarakat Batu Putih. Body movement dimana seseorang masih bisa menggerakkan anggota tubuhnya, walaupun dalam keadaan sakit, mobility dimana seseorang mampu melakukan kegiatan kemana saja (mobilitas), major role activity dimana seseorang masih mampu melakukan kegiatan utamanya (Wolansky92, 1980). Masyarakat desa pasir masih berpendapat bahwa sakit dan sehat dalam kerangka konseptual aktvitas sehari-hari dan sangat berhubungan dengan sosial dan kebudayaan masyaraat setempat. Hal inilah yang harus dimediasi oleh saluran komunikasi selanjutnya yaitu bentuk komunikasi. Epistemologi kesehatan secara tidak langsung telah dilegitimasi oleh negara dan menjadi kebutuhan mutlak bagi masyarakat mayoritas sumenep. Segala jenis penyakit mempunyai diagnosa dan obat yang berbeda sesuai dengan penyakit yang diderita oleh si pasien. Bentuk legitimasi dari negara adalah perizinan pendirian perusahaan yang membuat obat-obatan untuk segala jenis penyakit yang ada di masyarakat seta penyebaran obat-obatan ke seluruh wilayah, khususnya di Sumenep. Hal inilah yang mendorong masyarakat minoritas Sumenep untuk tetap bertahan dalam konsep epistemologi kebudayaan yang menjadi modal kultural dan kearifan lokal masyarakat desa pasir. Obat bukanlah satu-satunya penawar yang 92 Seorang ahli sosiologi kesehatan yang mengkategorisasikan sakit dan sehat menjadi tiga golongan. 463 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad dapat menyembuhkan segala jenis penyakit, namun alam pun juga bisa melawan penyakit, terutama pasir pantai. Disitulah masyarakat desa pasir melakukan resistensi terhadap ilmuilmu kesehatan dalam mengatasi atau mencegah penyakit. Modal kultural dan legitimasi ilmu kesehatan dapat dijadikan perpaduan keilmuan yang dapat melawan penyakit di desa Batu Putih tanpa harus ada keberpihakan intelektualitas. inilah yang disebut sebagai dualitas dengan mediasi bentuk-bentuk komunikasi yang dapat memberikan masukan dan saran ke dalam aspek kultural dan ilmu kesehatan. Kasuistik yang seperti ini hampir sama dengan yang ada di negara barat, yaitu : “Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa norma-norma budaya dalam masyarakat Barat berkontribusi terhadap gaya hidup dan perilaku-perilaku yang dapat menimbulkan resiko penyakit kronis (misalnya, diabetes dan penyakit kardiovaskular). Ini adalah konteks dimana penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik, dan regulasi makanan adalah target utama untk intervensi” (Thomas, Stephen B., Michael J. Fine, and Said A. Ibrahim. “Health Disparities: The Importance of Culture and Health Communication”). Problematis yang ada di negara barat mempunyai persamaan dengan gaya hidup di sumenep, yaitu sama-sama mengalami kontestasi antara aspek kultural dengan ilmu kesehatan. Adapun perbedaan yang cukup signifikan antara gaya hidup masyarakat desa pasir dengan negara barat yaitu pada letak intervensi dan pencegahan terhadap makanan tertentu yang memicu penyakit kronis. Hal ini lah yang membuat aspek kultural mengalami represif oleh ilmu kesehatan. Berbeda dengan gaya hidup masyarakat desa pasir sumenep yang dapat terjaga dengan baik, meskipun ada intervensi ilmu kesehatan yang masuk dalam struktur masyarakat Batu Putih. Hal ini dapat berjalan dengan baik karena di mediasi oleh bentuk-bentuk komunikasi, yang mempunyai pesan untuk hidup sehat dengan media pasir dalam perspektif ilmu kesehatan tanpa mengurangi nilai kultural. Dosen kesehatan di universitas Sumenep, mengatakan bahwa : “Terutama dalam personal hygene. Pemilihan pasir yang baik. Sterilisasi pasir berkala (bisa menggunakan sinar UV dengan lampu atau dijemur, dan mengganti pasir secara berkala), sehingga dapat dicegah penularan penyakit melalui pasir” Dengan begitu masyarakat desa pasir sumenep dapat hidup dengan sehat (dalam aspek ilmu kesehatan) tanpa mengurangi nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat Batu Putih. Penyebaran pesan yang dilakukan untuk komunikasi kesehatan harus sesuai dengan bentukbentuk komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal (personal communication), komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), mass communication (communication through the mass media), dan komunikasi organisasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2012: 69-71). 464 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Pemanfaatan bentuk-bentuk komunikasi dalam bidang komunikasi kesehatan sangat penting untuk penyebaran di masing-masing media yang ada di masyarakat desa pasir, sehingga kebiasaan tidur, makan, dan bersosialisasi di atas pasir tetap ada dengan tidak menganggap skeptis gaya hidup sehat menurut ilmu kesehatan. Dualitas antara mayoritas dan minoritas di masyarakat Sumenep bukan hanya menjadi pertentangan dan perdebatan ilmiah saja, tetapi juga dapat memberikan masukan dan saran untuk kemajuan keilmuan komunikasi kesehatan. KESIMPULAN Gaya hidup individu atau kelompok sangat berdampak kepada kesehatan di suatu masyarakat, khususnya di masyarakat Sumenep yang membedakan menjadi dua kelompok yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Dua kelompok tersebut adalah mayoritas masyarakat sumenep dan minoritas masyarakat desa pasir kecamatan Batu Putih. Perbedaan epistemologi antara kebudayaan dan ilmu kesehatan menjadi dialektis intelektualitas yang dapat di mediasi oleh saluran komunikasi yang bertujuan untuk menjadi dualitas bukan dualisme. Dualitas komunikasi kesehatan antara aspek cultural dan ilmu kesehatan menjadi masukan dan saran yang membangun untuk perkembangan komunikasi kesehatan dalam menghadapai era globalisasi yang semakin modern. Problematisasi yang terjadi di masyarakat Batu Putih yang menggunakan media pasir dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus di reduksi oleh ilmu kesehatan tentang kebersihan dan keteraturan gaya hidup sehat. Ilmu kesehatan pun dapat menjadi masukan dan saran yang cukup berharga untuk perkembangan aspek kultural di masyarakat desa pasir, tanpa harus mengurangi bahkan menghilangkan gaya hidup desa pasir. Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah membuat kebijakan-kebijakan tentang komunikasi kesehatan di dalam masyarakat yang minoritas (bukan hanya di Sumenep) tanpa harus mereduksi, bahkan meniadakan aspek kultural dengan kearifan lokalnya. Dualitas sangat berperan penting dan menjadi masukan untuk perkembangan komunikasi kesehatan, bahwa pertentangan tidak selamanya berdampak pada reduksi dan represif, namun juga dapat menjadi kosntruktivis. Saran untuk penelitian yang bertemakan komunikasi kesehatan, harus disertai dengan promosi pesan kesehatan masyarakat. Dengan begitu komunikasi kesehatan bukan hanya pada aspek pencerahan, namun juga pada perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih baik dan sehat tanpa mengurangi aspek sosio-kultural. DAFTAR PUSTAKA 465 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Bernard, H. Russell. 1994. Research Methods in Anthropology. Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage Publications. Giddens, Anthony. 1984. The Constitution of Society-Outline of The Theory of Structuration. Cambridge : Polity Press. _____________. 1991. Modernity and Self Identity: Self and Society in The Late Modern Age. Cambridge : Polity Press. H. Putri, Trikaloka dan Achmad, Fanani. 2013. Komunikasi Kesehatan, Komunikasi Efektif untuk Perubahan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Merkid. Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. 1985. Introduction To Theories Personality. New York: John Wiley and Sons Inc. J. Kunoli, Firdaus dan Achmad Herman. Pengantar Komunikasi Kesehatan. Jakarta: In Media K. Thomas, Richard. 2006. Health Communication. New York: Springer. Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ___________________.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Terj. Mizbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta : Tiara Wacana Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taufik, M. dan Juliane. 2010. Komunikasi Terapeutik dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Wolansky. 1980. The Sociology of Health. Boston, Toronto: Little Brown and Company Jurnal dan website : Nikmah Hadiati Salisah. 2011. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1. No. 2, Oktober. Komunikasi Kesehatan : Perlunya Multidisipliner Dalam Ilmu Komunikasi. Surabaya: Universitas Sunan Ampel Surabaya. Thomas, Stephen B., Michael J. Fine, and Said A. Ibrahim. “Health Disparities: The Importance of Culture and Health Communication”-www.pubmedcentral.nih.gov BIOGRAFI Teguh Hidayatul Rachmad, S.I.Kom.,M.Si.,M.A. Staf Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura. Aktif dalam pusat kajian komunikasi (Puskakom) UTM. Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi saya dapatkan di Universitas Trunojoyo Madura pada tahun 2009, dan di tahun yang sama mendaftar ke Universitas Dr. Soetomo Surabaya pada program studi ilmu komunikasi dengan konsentrasi public relations. Lulus tahun 2011 dengan gelar M.Si dan di tahun yang sama pula berkesempatan mendapatkan Beasiswa Unggulan DIKTI dan memilih Universitas Gadjah Mada Yogyakarta program studi kajian budaya dan media. Tepat awal tahun 2014 lulus dengan gelar Master of Art dan ditempatkan di Universitas Trunojoyo Madura. Pengalaman organisasi di Perhumas Muda Jawa Timur, Anggota Bakohumas dan Surabaya Survey Center. SUROKIM, S.Sos, SH., M.Si., Lahir di Lamongan, pada tanggal 22 Juni 1974 Dosen dan Peneliti di Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB), Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Menamatkan pendidikan S-1 di FISIP Unair (1997) dan Magister Komunikasi di Univ. DR Soetomo (2006). Alumni Ponpes Darul Ulum Langitan ini juga pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia Jawa Timur (2007-2010). Buku yang sudah terbit Ekonomi Politik Media Penyiaran (2012), Televisi Lokal: Strategi Memenangkan Persaingan dan Merebut Pemirsa TV (2013), Kuasa TV Lokal (2014), 466 Prosiding Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Fikom Unpad Eksistensi Televisi Lokal Melalui Pengembangan Stasiun Jaringan Regional (2015). Saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Menempuh Pendidikan di S-1 Administrasi Publik Fisip Universitas Airlangga, S-1 Hukum, Univ. Hang Tuah Surabaya, dan S-2 Magister Komunikasi Univ. DR. Soetomo Surabaya. Pengalaman Organisasi di ISKI dan Aropi Jawa Timur. 467