Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida 265 - E

advertisement
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
UJI EFEKTIFITAS INSEKTISIDA NABATI BUAH Crescentia cujete DAN BUNGA
Syzygium aromaticum TERHADAP MORTALITAS Spodoptera litura SECARA IN
VITRO SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI
Effectiveness Botanical Insecticides Crescentia cujete Fruit And Flowers Syzygium aromaticum
Mortality Against Spodoptera litura In Vitro as a Learning Resource Biology
1,2,3
Rahma Safirah1, Nur Widodo2, Mochammad Agus Krisno Budiyanto3
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246, 65114, Malang, Telp. 0341-464318
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu jenis hama terpenting yang menyerang tanaman
palawija dan sayuran di Indonesia. Sejauh ini kerugian yang dialami sektor pertanian Indonesia akibat
serangan hama menurunkan produktivitas pertanian. Penggunaan pestisida sintetis di lingkungan
pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis. Penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif
untuk mengendalikan serangga hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas buah
Crescentia cujete dan bunga syzygium aromaticum sebagai insektisida nabati pengendali Spodoptera
litura. Jenis penelitian ini adalah True Experiment Research. Penelitian dilakukan dengan dua perlakuan
yaitu jenis insektisida nabati dan jenis konsentrasi. Hasil penelitian menunjukkan perlakuanyang
palingefektif pada jenis insektisida adalah A3 (insektisida campuran) didapatkan hasil rerata mortalitas
Spodoptera litura sebesar 9,33, sedangkan pada jenis konsentrasi yakni perlakuan B5 (75%) dengan
hasil rerata sebesar 9,33. Namun tidak ada pengaruh interaksi anatara jenis insektisida dengan jenis
konsentrasi maka dilakukan anasilis tunggal pada masing – masing perlakuan. Penelitian ini manfaatkan
sebagai sumber belajar berupa liflet.
Kata Kunci: Spodoptera litura, insektisida nabati, Crescentia cujete, Syzygium aromaticum,leaflet
ABSTRACT
Grayak worm (Spodoptera litura) is one of the most important bugs that attack the palawija and the
vegetables in Indonesia. So far, the detriment of suffered indonesia’s agricultural sector due to bugs reduce
agricultural productivity. The use of synthetic pesticides in the agricultural environment be a problem that
makes dilemma. The use of insecticide plants is an alternative to control the insect bugs. This research aims
to determine the effectiveness of fruit and flowers Crescentia cujete Syzygium aromaticum as botanical
insecticide controlling Spodoptera litura. This type of research is True Experiment Research. The research
was conducted with two types of botanical insecticide treatment and type of concentration.The results show
that the effective treatment to the insecticide is A3 (the mixture of insecticid) showed the average mortality is
9.33, while on the types of the treatment of B5 (75%) with the average result is 9,33. But, there is no
interaction effect between the insecticide with the kind of concentration, accordingly do the single analysis
for each treatment. This research utilized as a learning resource in the form of leaflets.
Keywords: Spodoptera litura, Botanical Insecticides, Crescentia cujete, Syzygium aromaticum,leaflets
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan
salah satu jenis hama terpenting yang
menyerang tanaman palawija dan sayuran
di Indonesia. Hama ini bersifat polifag.
Hama ini sering mengakibatkan penurunan
produktivitas bahkan kegagalan panen
karena menyebabkan daun dan buah
sayuran menjadi sobek, terpotong-potong
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
dan berlubang. Hama tersebut bila tidak
segera diatasi maka daun atau buah
tanaman di areal pertanian akan habis.
Serangan hama pengganggu tanaman yang
tidak terkendali akan menyebabkan
kerugian yang cukup besar bagi para petani
(Samsudin, 2008).
265
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
Kerugian yang dialami sektor
pertanian Indonesia akibat serangan hama
dan penyakit mencapai miliyaran rupiah
dan menurunkan produktivitas pertanian.
Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh
Ulat grayak (Spodoptera litura)dapat
mencapai 57% (Halim et al., 2014).
Menghadapi seriusnya kendala tersebut,
sebagian
besar
petani
indonesia
menggunakan pestisida kimiawi. Upaya
tersebut memberikan hasil yang cepat dan
efektif, namun penggunaan pestisida
kimiawi yang berlebihan memberi dampak
negatif terhadap lingkungan dan manusia
(Djunaedy,2009).
Penggunaan pestisida sintetis di
lingkungan pertanian menjadi masalah yang
sangat dilematis, Penggunaan pestisida
sintetisakan mengakibatkan kehilangan
hasil
yang
diakibatkan
organisme
penggangu tumbuhan (OPT) dapat ditekan,
tetapi akan menimbulkan dampak negatif
terhadap
lingkungan
seperti
berkembangnya ras hama yang resisten
terhadap insektisida, resurjensi hama,
munculnya hama sekunder, terbunuhnya
musuh alami hama dan hewan bukan
sasaran
lainnya,
serta
terjadinya
pencemaran lingkungan (Prijono, 2008).
Sedangkan di lain pihak tanpa penggunaan
pestisida akan sulit menekan kehilangan
hasil yang diakibatkan OPT (Kardinan,
2002).
Pengendalian terhadap ulat grayak
pada tingkat petani pada umumnya masih
menggunakan insektisida yang berasal dari
senyawa kimia sintesis yang dapat merusak
organisme non target, resistensi hama,
resurgensi hama dan menimbulkan efek
residu pada tanaman dan lingkungan. Untuk
meminimalkan penggunaan insektisida
perlu dicari pengendalian pengganti yang
efektif dan aman terhadap lingkungan
(Laoh,
2003).
Karena
itu,
perlu
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
dikembangkan metode pengendalian yang
lebih
efektif
dan
ramah
lingkungan.Insektisida nabati merupakan
insektisida yang berbahan baku tumbuhan
yang mengandung senyawa aktif berupa
metabolit
sekunder
yang
mampu
memberikan satu atau lebih aktivitas
biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis
maupun tingkah laku dari hama tanaman
serta memenuhi syarat untuk digunakan
dalam pengendalian hama.
Tumbuhan Majapahit (Crescentia
cujete) merupakan famili dari Bignoniaceae
yang
memiliki
beberapa
potensi.
Kandungan kimia yang ada pada daun,
batang dan buah C. cujete L adalah
polifenol dan saponin. Menurut Ogbuagu
(2008), kandungan kimia yang ada dalam
daging buah majapahit (Crescentia cujete)
diantaranya adalah senyawa alkaloid,
flavonoid, dan tanin.Kandungan dalam
tanaman majapahit dapat bersifat racun bagi
beberapa hewan terutama hewan berdarah
dingin. Menurut Solichah (2013) penelitian
terdahulu
mengenai
“Efektivitas
Bioinsektisida
Tanaman
Majapahit
(Crescentia Cujete) Dalam Pengendalian
Hama
Helicoverpa
Armigera
Pada
Tanaman
Kedelai
(Glycine
Max)”
didapatkan hasil bahwa konsentrasi 70%
ekstrak buah majapahit dapat mengurangi
populasiHelicoverpa Armigera (Solichah,
2013).
Selain
buah
majapahitpahit,
pengendalian hama ulat grayak juga dapat
dilakukan dengan menggunakan pestisida
nabati dari cengkeh. Penggunaan pestisida
nabati atau senyawa bioaktif alamiah yang
berasal dari minyak atsiri tumbuhan, selain
menghasilkan senyawa primer (primary
metabolite) dalam proses metabolismenya,
tumbuhan juga menghasilkan senyawa
sekunder (secondary metabolite) misalnya
fenol, alkaloid, terpenoid, dan senyawa lain.
266
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
Senyawa
sekunder
ini
merupakan
pertahanan tumbuhan terhadap serangga
hama (Rukmana, 2002).Eugenol cengkeh
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pestisida nabati, mengingat beberapa hasil
penelitian menunjukkan senyawa eugenol
efektif mengendalikan nematoda, jamur
patogen, bakteri dan serangga hama.
Permasalahan
diatas
berkaitan
dengan konsep biologi yang diajarkan pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas
VII semester 2, Materi Interaksi Makhluk
Hidup dengan Lingkungannya, pada KD
3.9 “Mendeskripsikan pencemaran dan
dampaknya
bagi
makhluk
hidup”.
Pencapaian
materi
tersebut
dapat
dimanfaatkan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan memanfaatkan inovasi
pembelajaran berupa sumber belajar leaflet.
Berdasarkan latar belakang tersebut
perlu
kiranya
dilakukan
penelitian
mengenai “Uji Efektifitas Insektisida
Nabati Buah Crescentia cujete dan Bunga
Syzygium aromaticum Terhadap Mortalitas
Spodoptera litura Secara In Vitro”.
pada instar III. Teknik sampling yang
digunakan adalah simple random sampling.
Simple random sampling merupakan
pengambilan sampel secara sederhana
dengan syarat memiliki karakteristik yang
sama atau homogen.
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan selama
penelitian diantaranya adalah: kain saring,
botol kaca 250 ml, gelas ukur 100 ml,
enlemeyer, tabung ukur, timbangan analitik,
blender dan juicer, wadah ulat grayak,
kertas label, kuas/penyemprot, buah
majapahit, bunga cengkeh kering, ulat
grayak instar III, daun jarak, air/aquades.
Pembuatan Insektisida
Mempersiapakan bahan insektisida
nabati, menghancurkan bahan, menyaring
hasil pengahancuran bahan, mendiamkan
insektisida nabati selama 24 jam pada
wadah tertutup. Pada insektisida nabati
campuran dilakukan dengan melakukan
kombinasi antara buah majapahit dan bunga
cengkeh sesuai dengan konsentrasi tertentu.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium
Biologi
Universitas
Muhammadiyah Malang. Jenis penelitian
ini adalah True Experiment Reseach.
Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Penelitian ini menggunakan 2 faktor dan 2
ulangan. Dua faktor tersebut adalah a).
Faktor 1: faktor jenis insektisida nabati, dan
b). Faktor 2 : faktor jenis konsentrasi.
Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung jumlah mortalitas ulat grayak
selama kurang lebih 3 x 24 jam. Populasi
dalam penelitian ini adalah ulat grayak dari
BALITAS Karang Ploso Malang.Sampel
dari penelitian ini adalah 320 Ulat Garyak
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
Pembuatan Konsentrasi
Konsentrasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 15%, 30%, 45%, 60%,
75% dan kontrol. Pembuatan masingmasing kepekatan dilakukan dengan cara
pengenceran dari sediaan insektisida nabati
100%. Larutan konsentrasi insektisida
nabati buah majapahit, bunga cengkeh, dan
campuran yang dibuat adalah 100 ml pada
tiap–tiap konsentrasi. Rumus dalam
pembuatan konsentrasi adalah sebagai
berikut.
𝑀1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
(1)
267
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian uji efektifitas
insektisida nabati buah majapahitpahit,
bunga cengkeh, dan campuran keduanya
dengan berbagai macam konsentrasi
(15%,30%,45%,60%,75%)
terhadap
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura)
mendapatkan hasil pengamatan dan
perhitungan
motalitas
ulat
grayak
(Spodoptera litura) instar III berbeda pada
setiap perlakuan. Data hasil keseluruhan
mortalitas
ulat
grayak
(Spodoptera
litura)selama 3 hari tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Data hasil keseluruhan mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura) setelah 3 hari pengamatan
Perlakuan
A0B0
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A1B5
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A2B5
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
A3B5
Ulangan
I
0
5
5
6
7
8
6
7
8
8
10
8
8
10
10
10
Jumlah
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
persentase hasil mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura). Pelakuan insektisida
nabati buah majapahitpahit, bunga cengkeh,
campuran dengan konsentrasi 75% setelah
3 x 24 jam aplikasi mempunyai rata-rata
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura)
tertinggi sebanyak 8 ekor, 10 ekor, dan 10
ekor. Sebaliknya rata-rata persentase
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura)
terendah adalah yakni 0 ekor pada
perlakuan kontrol.
Analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji anava dua jalan dengan 2
variabel bebas yaitu jenis insektisida buah
majapahitpahit, bunga cengkeh, dan
campuran
keduanya
serta
berbagai
konsentrasi yaitu 15%, 30%, 45%, 60%,
dan 75%., serta 1 variabel terikat yaitu
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura).
Data yang diperoleh dari penelitian ini
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
II
0
5
6
7
8
8
7
7
8
9
10
8
9
10
10
10
Jumlah
Rerata
0
10
11
13
15
16
13
14
16
17
20
16
17
20
20
20
238
0
5
6
7
8
8
7
7
8
9
10
8
9
10
10
10
7,4375
adalah efektifitas jenis insektisida dan
konsentrasi terhadap mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura). Selanjutnya data hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan
uji normalitas (liliefors), uji homogenitas
(barlett), uji varian dua faktor, dan uji
duncan’s 5%.
Berdasarkan
uji
normalitas
(liliefors) pada taraf 5% didapatkan hasil
bahwa perlakuan kontrol negatif (aquades),
insektisida buah majapahit, bunga cengkeh,
dan campuran keduanya, serta berbagai
konsentrasi insektisida 15%, 30%, 45%,
60%, 75% setelah 72 jam terdapat pada
lampiran
3. Sedangkan
rangkuman
keseluruhan hasil uji normalitas 72 jam atau
3 x 24 jam didapatkan hasil nilai Lhitung
(0.1515) < Ltabel (0,1566) maka H0 diterima,
artinya semua data berdistribusi normal.
Setelah data berdistribusi normal,
selanjutnya
dilakukan
analisis
uji
268
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
homogenitas (Barlett). Berdasarkan uji
homogenitas bahwa perlakuan kontrol
negatif
(aquades),
insektisida
buah
majapahit, bunga cengkeh, dan campuran
keduanya, serta berbagai konsentrasi
insektisida 15%, 30%, 45%, 60%, 75%
setelah 72 jam terdapat pada lampiran 4.
Sedangkan rangkuman keseluruhan hasil uji
homogenitas pada pengamatan 3 x 24 jam
diperoleh hasil X2 terkoreksi nilainya (14,78) < X2tabel, yaitu (25,0) maka Ho
diterima, artinya semua variasi data
homogen.
Hasil uji hasil anava dua faktor
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil analisis anava dua faktor mortalitas
ulat grayak (Spodoptera litura) setelah 3 x
24 jam
SK
Perlaku
an
DB
JK
KT
F-Tab
5%
1%
F-Hit
15
192,875 12,8583
68,578 **
2,35
3,41
A
2
39,267
19,6335 104,712
**
3,63
6,23
B
AB
4
8
32,867
2,733
8,2168
0,3417
43,823 **
1,822
ns
3,01
2,59
4,77
3,89
Galat
16
3,00
0,1875
2,33
3,37
Total 31
195,875
Keterangan:Angka yang diikuti tanda bintang (**)
menunjukkan pada taraf nyata 5%
Pada taraf nyata 5% nilai Ftabel pada
tabel 2 menunjukkan Fhitung > Ftabel berarti
Ho ditolak, artinya Ada pengaruh jenis
insektisida nabati dan jenis konsentrasi,
terhadapmortalitasulatgrayak(Spodopteralit
ura). Tetapi pada hasil uji anava interaksi
antara jenis insektisida nabati dengan jenis
konsentrasi tidak terjadi insteraksi yang
berbeda nyata.
Setelah diketahui hasil dari uji anava
2 jalan, maka selanjutnya dilakukan uji
statistik lanjutan yang digunakan untuk
melihat perbedaan nyata dari masingmasing faktor menggunakan uji Duncan’s
5%. Karena tidak terjadinya interaksi antara
jenis insektisida dengan jenis konsentrasi
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
maka perhitungan uji Duncan’s 5%
dilakukan dengan menguji faktor tunggal
yaitu faktor (A) yaitu jenis insektisida dan
faktor (B) yaitu jenis konsentrasi. Hasil dari
uji Duncan’s 5% diperoleh hasil uji lengkap
perhitungan pada lampiran 6. Sedangkan
ringkasan hasil uji setiap perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Notasi Uji Duncan’s 5% Faktor A
(jenis insektisida)
Perlakuan
A1
A2
A3
Rerata
6,5
8,0
9,3
MDRS 5%
0,92
0,96
0,99
Notasi
a
b
c
Tabel 4. Hasil Notasi Uji Duncan’s 5% Faktor B
(jenis konsentrasi)
Perlakuan Rerata
MDRS 5%
Notasi
B1
6,5
0,92
a
B2
7,0
0,96
a
B3
8,17
0,99
b
B4
8,67
1,01
b
B5
9,33
1,02
c
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
hasil yaitu perlakuan insektisida nabati
buah majapahitpahit, bunga cengkeh, dan
campuran keduanya memiliki perbedaan
nyata. Hal tersebut dilihat dari nilai notasi
pada setiap perlakuan yang berbeda. Untuk
menentukan perlakuan yang terbaik dilihat
dari tingginya rerata mortalitas ulat grayak.
Perlakuan jenis insektisida yang terbaik
adalah A3.
A3 (insektisida nabati campuran antara
insektisida nabati buah majapahitpahit
dengan insektisida nabati bunga cengkeh)
merupakan perlakuan yang memiliki rerata
mortalitas ulat grayak yang tertinggi yaitu
9,33. Notasi perlakuan tersebut adalah “c”.
Sedangkan berdasarkan tabel diatas
menunjukkan hasil yaitu perlakuan jenis
konsentrasi memiliki perbedaan nyata pada
salah satu perlakuannya. Hal tersebut dilihat
dari nilai notasi pada setiap perlakuan yang
berbeda pada salah satu perlakuannya.
perlakuan konsentrasi yang terbaik adalah
269
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
B5. B5 merupakan konsentrasi tertinggi
yaitu 75% dan memiliki rerata mortalitas
ulat grayak yang tertinggi yaitu 9,33. Notasi
perlakuan tersebut adalah “c”.
Pengaruh Pemberian Jenis Insektisida
Nabati Terhadap Mortalitas Ulat
Grayak (Spodoptera Litura)Secara In
Vitro.
Hasil uji analisis anava dua jalan
pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa Fhitung
perlakuan (68,578**) > (2,35), Fhitung
Varian A (Jenis Insektisida Nabati)
(104,712**)>(3,63), Fhitung Varian B
(Berbagai
jenis
konsentrasi)
(43,823**)>(3,01),Fhitung
Varian
AB
(Interaksi Jenis Insektisida Nabati dan
Berbagai konsentrasi) (1,822”ns”) < (2,59).
Pada taraf nyata 5% nilai Ftabel pada Tabel 2
menunjukkan Fhitung>Ftabel berarti Ho
ditolak. Ho ditolak artinya Hi diterima yaitu
ada pengaruh insektisida nabati, ada
pengaruh konsentrasi, tetapi tidak ada
pengaruh interaksi antara jenis insektisda
dan konsentrasi terhadap mortalitas ulat
grayak (Spodoptera litura).
Hasil rerata mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura) pada perlakuan kontrol
mortalitas sebesar 0 ekorsetelah 3 hari
pengaplikasian. Pada perlakuan jenis
insektisida nabati buah majapahitpahit
dengan konsentrasi 15% didapatkan rerata
mortalitas ulat grayak sebesar 5 ekor,
konsentrasi 30% sebesar 5,5 ekor,
konsentrasi 45% sebesar 6,5 ekor,
konsentrasi 60% sebesar 7,5 ekor, dan
konsentrasi 75% sebesar 8 ekor.
Pada perlakuan jenis insektisida
nabati bunga cengkeh dengan konsentrasi
15% didapatkan rerata mortalitas ulat
grayak sebesar 6,5 ekor, konsentrasi 30%
sebesar 7 ekor, konsentrasi 45% sebesar 8
ekor, konsentrasi 60% sebesar 8,5 ekor, dan
konsentrasi 75% sebesar 10 ekor. Pada
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
perlakuan jenis insektisida nabati campuran
insektisida buah majapahitdan insektisida
bunga cengkeh dengan konsentrasi 15%
didapatkan rerata mortalitas ulat grayak
sebesar 8 ekor, konsentrasi 30% sebesar 8,5
ekor, konsentrasi 45% sebesar 10 ekor,
konsentrasi 60% sebesar 10 ekor, dan
konsentrasi 75% sebesar 10 ekor.
Hasil penelitian rerata mortalitas
ulat grayak (Spodoptera litura) pada Tabel
1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
rerata mortalitas ulat grayak (Spodoptera
litura) pada setiap perlakuan jenis
insektisida nabati dan berbagai konsentrasi.
Hal ini berkaitan dengan konsentrasi yang
digunakan, semakin tinggi konsentrasi
maka peningkatan efek racun juga semakin
tinggi. Dengan kata lain semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan maka akan
semakin tinggimortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura) dan sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan Purba (2007) yang
menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi
berbanding lurus denganpeningkatan bahan
racun tersebut, sehinggadaya bunuh
semakin tinggi.
Perbedaan mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura) juga disebabkan oleh
perbedaan jenis insektisida yang masuk
kedalam tubuh ulat grayak (Spodoptera
litura). Syahputra dan Endarto (2012)
menyatakan bahwa berbagai faktor dapat
mempengaruhi
keberhasilan
suatu
insektisida dalam menyebabkan kematian
serangga sasaran, diantaranya jenis
insektisida, konsentrasi dan cara aplikasi
insektisida,
jenis
serangga,
fase
perkembangan dan umur serangga serta
faktor lingkungan. Hal ini dibuktikan oleh
hasil penelitian pada tabel 1 mortalitas ulat
grayak yaitu pada insektisida buah
majapahitpahit rerata mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura) mematikan larva uji
270
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
sebesar 8 ekor pada perlakuan A1B5 yakni
dengan konsentrasi 75%.
Pada insektisida nabati bunga
cengkeh mortalitas ulat grayak (Spodoptera
litura) mematikan larva uji sebesar 10 ekor
pada perlakuan A2B5 yakni dengan
konsentrasi
75%.
Sedangkan
pada
campuran
insektisida
nabati
buah
majapahitpahit dan insektisida nabati bunga
cengkeh mortalitas ulat grayak (Spodoptera
litura)rerata mematikan larva uji sebesar 10
ekor pada perlakuan A3B3 yakni dengan
konsentrasi 75%. Dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa kematian pada larva uji
disebabkan karena kandungan senyawa
kimia dalam insektisida nabati buah
majapahitpahit dan bunga cengkeh dan
jenis konsentrasi.
Senyawa yang terkandung dalam
tumbuhan dan berfungsi sebagai insektisida
diantaranya adalah golongan sianida,
saponin, tannin, flavanoid, alkaloid, steroid
dan minyak atsiri (Naria, 2005). Tanaman
majapahit (Crescentia cujete) merupakan
tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati. Kandungan fitokimia
yang terdapat pada buah majapahitpahit
yang terdiri dari tanin, flavonoid, saponin,
dan alkaloid. Penelitian tentang skrining
fitokimia kandungan buah majapahitpahit
oleh Ejelonu, et al., (2011) dan Ogbuagu
(2008), memperoleh hasil bahwa buah
majapahitpahit mengandung senyawafenol,
flavonoid,
tanin,
saponin, alkaloid.
Sedangkan tanaman cengkeh (Syzigium
aromaticum) juga dapat dimanfaatkan
sebagai insektisida nabati. Kandungan
fitokimia yang terdapat pada bunga
cengkeh yang terdiri dari minyak atsiri
10%-20% dan fenol (eugenol) mencapai
90% (Wiratno, 2010).
Campuran insektisida nabati buah
majapahitpahit
dan
bunga
cengkeh
dimaksudkan untuk bisa mengendalikan
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
hama ulat grayak. Heo et al. (2006)
menyebutkan kombinasiinsektisidanabati
digunakan
dengan
harapan
dapat
memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan dengan tanaman tunggalnya.
Terdapat berbagai macam interaksi
mungkin yang terjadi di dalam kombinasi
ekstrak yaitu efek sinergis, efek tidak
sinergis, dan efek aditif.
Efek sinergis terjadi apabila masingmasing komponen mempunyai efek tertentu
dan
kombinasi
komponen
dapat
memberikan efek yang lebih tinggi daripada
kalkulasi masing-masing efek komponen
tunggalnya (Shao dkk., 2004; Vattem dkk,
2005). Efek tidak sinergis terjadi apabila
kombinasi memberikan efek yang lebih
rendah dibandingkan dengan komponen
tunggalnya (Pinelo, 2004; Wang dkk.,
2000). Proses formulasi atau campuran
merupakan proses untuk memperbaiki sifatsifat bahan teknis agar sesuai untuk
keperluan
penyimpanan,
penanganan,
aplikasi, peningkatan efektifitas, atau
keamanan bagi manusia dan lingkungan
(Untung, 2006).
Kombinasi
antara
buah
majapahitpahit (kandungan fitokimia yaitu
tanin, flavonoid, saponin, alkaloid) dengan
bunga cengkeh (kandungan fitokimia yaitu
eugenol) terjadi efek sinergisme. Hal ini
dikarenakan cara kerja dari masing-masing
kandungan senyawa berbeda. Flavonoid
merupakan senyawa pertahanan tumbuhan
yang bersifat menghambat nafsu makan
serangga (Dinata, 2008). Saponin dapat
menghambat kerja enzim proteolitik yang
menyebabkan penurunan aktivitas enzim
percernaan dan penggunaan protein
(Suparjo, 2008). Tannin dapat menurunkan
kemampuan mencerna makanan pada
serangga dengan cara menurunkan aktivitas
enzim percernaan (Dinata, 2008). Eugenol
bertindak sebagai racun perut dan
271
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
menghambat reseptor perasa pada mulut
larva (Prasetya, 2006). Pada konsentrasi
tinggi minyak cengkeh juga dapat bersifat
membius dan toksis terhadap hama (Sutoyo
dan Wirioadmojo, 1997).
Dengan demikian, perbedaan rerata
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura)
dipengaruhi oleh jenis insektisida nabati
dan berbagai konsentrasi insektisida nabati.
Pada perlakuan berbagai konsentrasi
menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi
terdapat pada konsentrasi tertinggi yaitu
75%, Sedangkan pada jenis insektisida
nabati yang tertinggi mematikan ulat grayak
(Spodoptera litura) adalah insektisida A3
yaitu campuran buah majapahitpahit dan
bunga cengkeh. Hal tersebut dikarenakan
kandungan senyawa aktif pada insektisida
campuran lebih banyak. Sehingga lebih
cepat menghambat proses metabolisme
tubuh ulat grayak (Spodoptera litura).
Perlakuan Jenis Insektisida Nabati Yang
Efektif Mempengaruhi Mortalitas Ulat
Grayak (Spodoptera Litura)Secara In
Vitro
Berdasarkan perlakuan insektisida
nabati buah majapahitpahit, bunga cengkeh,
campuran
kedua
dengan
berbagai
konsentrasi yang berbeda didapatkan
perlakuan yang paling efektif terdapat pada
perlakuan faktor A jenis insektisida adalah
insektisida A3 yaitu perlakuan insektisida
nabati campuran dengan konsentrasi. Hasil
tersebut dapat dilihat dari hasil uji
Duncan’s 5% pada tabel 4.3, dimana
perlakuan A3 memliki rerata mortalitas ulat
grayak sebesar 9,33 dengan MDRS 5%
sebesar 0,99. Perlakuan jenis insektisida A3
dikatakan paling efektif karena memiliki
pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan
A1, dan A2. Sedangkan pada perlakuan
faktor B jenis konsentrasi adalah
konsentrasi B5 (75%). Hasil tersebut dapat
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
dilihat dari hasil uji Duncan’s 5% pada
tabel 4.4, dimana perlakuan B5 memliki
rerata mortalitas ulat grayak sebesar 9,33
dengan MDRS 5% sebesar 1,02. Hal ini
sesuai dengan Fitmaya (2006) yang
menyatakan
bahwa
semakin
tinggi
konsentrasi insektisida yang diberikan
maka semakin tinggi pula kandungan
aktifnya sehingga dapat meningkatkan
gangguan metabolisme dalam hewan uji
dan menyebabkan rerata kematian semakin
meningkat.
Cara kerja insektisida dalam tubuh
serangga dikenal sebagai mode of action
dan cara masuk atau mode of entry. Mode
of action adalah cara insektisida
memberikan pengaruh melalui titik tangkap
didalam tubuh serangga. Titik tangkap pada
serangga biasanya berupa enzim atau
protein. Cara kerja insektisida yang
digunakan dalam pengedalian hama terbagi
lima kelompok yaitu mempengaruhi sistem
saraf, menghambat produksi energi,
mempengaruhi
sistem
endokrin,
menghambat produksi kutikula, dan
menghambat keseimbangan air. Mode of
entry adalah cara insektisida masuk
kedalam tubuh serangga, dapat melalui
kutikula (racun kontak), alat perncernaan
(racun perut), atau lubang pernafasan (racun
pernafasan) (Kementrian Kesehatan RI,
2012).
Pada pengujian insektisida nabati
dapat menggunakan metode ilmiah atau
metode sederhana. Pada dasarnya pengujian
insektisida nabati dengan metode sederhana
dapat dikelompokkan menjadi (1) metode
residu daun (2) pengujian efek kontak (3)
metode
pencampuran
makanan
(4)
pengujian efek sistemik (Sudarmo, 2005).
Pada penelitian ini menggunakan metode
residu pada daun yaitu metode pencelupan
daun. Dalam metode ini membuat residu
insektisida menempel pada daun. Daun
272
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
yang telah mengandung residu insektisida
nabati akan diberikan ke serangga uji
sebagai makanan.
Pengujian toksisitas insektisida
sudah ditentukan dengan toksisitas relatif
insektisida yaitu dengan menggunakan
konsentrasi Letal concentration LC50. Nilai
LC50 adalah konsentrasi insektisida yang
diperlukan untuk membunuh 50% dari
individu-individu spesies uji dalam kondisi
percobaan yang ditetapkan. Hasil penelitian
mendapatkan hasil keseluruhan perlakuan
memiliki hasil mortalitas lebih dari 50%.
Perhitungan mortalitas biasanya dilakukan
24 jam dan 48 jam setelah pengaplikasian
insektisida. Menurut Untung (2006),
Pengujian tingkat toksisitas terhadap larva
uji dilakukan dengan memberikan melalui
makanan (oral), aplikasi kulit (dermal),
melalui pernafasan (respiratori,inhalasi).
Semakin rendah nilai LC50 maka semakin
tinggi toksisitas insektisida tersebut.
Efek toksisitas biasanya tercapai
bila suatu rangsangan mencapai suatu nilai
tertentu sehingga timbul mekenisme
biologis yang nyata. Toksisitas adalah salah
satu kemampuan yang melekat pada suatu
bahan untuk menimbulkan keracunan.
Pengujian senyawa toksisitas suatu
senyawa dibagi menjadi dua golongan yaitu
uji toksisitas umum, dan uji toksisitas
khusus. Pengujian toksisitas umum meliputi
berbagai pengujian yang dirancang untuk
mengevaluasi keseluruhan efek umum
suatu senyawa pada hewan uji.
Pada pengamatan, hama ulat grayak
yang mati dengan perlakuan insektisida
nabati mengalami perubahan pada gerakan
tubuh, dan warna tubuh. Terjadinya
perubahan warna pada tubuh hama menjadi
gelap serta gerakan tubuh hama yang sangat
lambat apabila disentuh dan selalu
membengkokkan tubuhnya diakibatkan
oleh senyawa aktif insektisida nabati. Hal
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
tersebut dapat dilihat pada hasil foto
pengamatan gambar 1, pada bagian (a)
gambar ulat grayak pada keadaan awal
sebelum
aplikasi
insektisida,
(b)
menunjukkan tidak adanya gerakan tubuh
hama ulat grayak, (c) terjadi perubahan
warna menjadi gelap.
a
b
c
Gambar 1. Hasil Mortalitas Ulat Grayak. (a) gambar
ulat grayak pada keadaan awal sebelum
aplikasi insektisida, (b) menunjukkan
tidak adanya gerakan tubuh hama ulat
grayak, (c) terjadi perubahan warna
menjadi gelap.
Cara kerja insektisida nabati
tanaman majapahit dalam meracuni
serangga adalah terlihat gangguan fisik
pada tubuh serangga bagian luar (kutikula),
yakni mencuci lapisan lilin yang
melindungi
tubuh
serangga
yang
menyebabkan kematian kerena serangga
akan kehilangan banyak cairan tubuh
(Sholichah, 2013). Kasumbogo (2006)
menambahkan bahwa cara masuknya
insektisida ke dalam tubuh serangga
diantaranya sebagai racun perut yang
masuk melalui saluran pencernaan makanan
atau perut. Senyawa toksik serangga akan
menembus dinding usus yang selanjutnya
akan mengganggu metabolisme serangga
akan menyebabkan kekurangan energi yang
diperlukan untuk aktivitas hidupnya, kejang
dan lambat laun akan menyebabkan
kematian.
Posisi tubuh larva yang berubah dari
keadaan normal ini disebabkan oleh
senyawa
flavonoid.
Dinata
(2009)
menyebutkan bahwa senyawa flavonoid
menimbulkan
kelayuan
pada
saraf
273
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
akibatnya larva tidak bisa bernafas dan
akhirnya mati. Ukuran tubuh larva yang
mati setelah aplikasi, hal ini disebabkan
terjadinya peregangan dan mengalami
perpanjangan. Hal ini disesuaikan dengan
teori yang dikemukakan oleh Aminah
(2001) bahwa saponin yang masuk kedalam
larva
dapat
menurunkan
tegangan
permukaan selaput mukosa. Tannin dapat
menurunkan
kemampuan
mencerna
makanan pada serangga dengan cara
menurunkan aktivitas enzim percernaan
(Dinata, 2008). Senyawa alkaloid masuk ke
tubuh larva dengaan merusak struktur
protein. Eugenol bertindak sebagai racun
perut dan menghambat reseptor perasa pada
mulut larva (Prasetya, 2006).
Menurut penelitian Asthuti Mega
(2012) cara kerja insektisida nabati tanaman
cengkeh dilakukan dengan racun kontak
langsung. Insektisida nabati langsung
disemprotkan pada tubuh larva uji. Racun
kontak ada insektisida yang bekerja lewat
saluran pernapasan. Serangga kan mati bila
menghirup insektisida dalam jumlah yang
cukup. Dengan adanya zat bioaktif yang
berfungsi sebagai insektisida nabati yang
dikandung oleh tanaman cengkeh akan
menyebabkan aktifitas larva uji terhambat,
yang ditandai dengan gerakan ulat yang
lamban, tidak memberikan respon gerak,
nafsu makan berkurang dan akhirnya mati.
Hasil penelitian diatas dapat
digunakan sebagai acuan bahwa insektisida
nabati buah majapahitpahit dan bunga
cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati terutama terhadap ulat
grayak (Spodoptera litura). Selain itu
insektisida nabati buah majapahitpahit dan
bunga cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai
acuan insektisida nabati yang ramah
lingkungan.
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
Bentuk Sumber Belajar Berupa Brosur
Leaflet ialah bahan cetak tertulis
berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dijahit, agar terlihat menarik leaflet didesain
secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi
dan
menggunakan
bahasa
yang
sederhana,singkat, dan mudah dipahami.
Leafletsebagai sumber belajar juga harus
memuat materi yang dapat menggiring
siswa untuk menguasai satu atau lebih KD
(Murni, 2010). Hal ini sesuai dengan yang
diajarkan di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) kelas VII semester 2, Materi
Interaksi
Makhluk
Hidup
dengan
Lingkungannya, pada Kompetensi Dasar
(KD) 3.9 “Mendeskripsikan pencemaran
dan dampaknya bagi makhluk hidup”.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
uji efektifitas insektisda nabati buah
majapahitpahit (Crescentia cujete) dan
bunga cengkeh (Syzigium aromaticum)
terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera
litura) secara in vitro diperoleh kesimpulan
sebagai berikut. (a) Ada pengaruh
pemberian jenis insektisida nabati terhadap
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura)
yakni perlakuan A3 (insektisida nabati
campuran buah majapahitpahit dan bunga
cengkeh) dengan hasil rerata sebesar 9,33.
(b) Ada pengaruh pemberian berbagai
konsentrasi terhadap mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura) yakni perlakuan B5
(Konsentrasi 75%) dengan hasil rerata
sebesar 9,33. (c) Tidak ada pengaruh
pemberian interaksi jenis insektisida nabati
dan
berbagai
konsentrasi
terhadap
mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura).
(d) Pemberian Insektisida campuran
insektisida buah majapahitpahit dan bunga
cengkeh yang paling efektif adalah
274
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
perlakuan A3dan konsentrasi yang terbaik
adalah B5 konsentrasi 75%.
DAFTAR RUJUKAN
Aminah. (2001). Datura meel dan E.
prostata sebagai Larvasida Aedes
aegypti. Cermin Dunia Kedokteran,
7(131).
Asthuti. (2012). Efikasi minyak atsiri
tanaman
cengkeh
(Syzygium
aromaticum (L.) Meer. & Perry),
pala (Myristica fragrans Houtt), dan
jahe (Zingiber officinale Rosc.)
terhadap mortalitas ulat bulu
gempinis dari famili Lymantriidae.
J. Agric. Sci. and Biotechnol, 1(1),
12-23. Retrieved from http://ojs
.unud.ac.id/index.php/JASB/article/
view/2159/1346.
Dinata. (2008). Basmi lalat dengan jeruk
manis. Semarang. Retrieved from
http://arda.studentsblog.undip.ac.id/
2008.
Djunaedy. (2009). Biopestisida sebagai
pengendali organisme penganggu
tanaman (OPT) yang ramah
lingkungan. Madura: Universitas
Unijoyo Samsudin. Retrieved from
http://www.pertaniansehat.or.id
Kardinan. (2002). Pestisida nabati ramuan
dan aplikasi. Cetakan ke 3.Jakarta:
PT Penebar Swadaya.
Kasumbogo,
U.
(2006).
Konsep
pengendalian
hama
terpadu.
Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Kementrian
Kesehatan
RI,
(2012).
Pedoman penggunaan insektisida
(pestisida) dalam pengendalian
vektor. Jakarta: Kementerian RI.
Laoh. (2003). Kerentanan larva spodoptera
litura terhadap nuclear plyhedrosis
virus. J. Natur Indon, 5(2): 145-151.
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
Naria, (2005). Insektisida nabati untuk
rumah
tangga.
Departemen
Kesehatan Lingkungan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, 28-32. Retrieved
from http://repository.usu.ac.id/bitst
ream/123456789/15315/1/ikmjun2005-%20(5).pdf.
Sholichah.
(2013).
membuat
dan
memanfaatkan pestisida ramah
lingkungan. Depok: Agromedia
Pustaka.
Ogbuagu, M., N. 2008. The nutritive and
anti nutritive compositions of
calabash (Crescentia cujete) fruit
pulp. Journal of Animal and
Veterinary Advances, 7(9), 10691072.
Ambarningrum,
T.,
B.
(2013).
Pengendalian
serangga
hama
menggunakan insektisida nabati.
Makalah
dipresentasikan
pada
penyuuhan terhadap kelompok tani
Berkah Makmur Dusun Gunung
Malang Desa Serang RT.03/RW.07,
Kabupaten Purbalingga, 18 Mei.
Purba. (2007). Uji efektifitas ekstrak daun
mengkudu
(Morinda citrifiola)
terhadap Plutella xylostella L. di
Laboratorium
(Skripsi
tidak
dipublikasikan). Medan: Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera
Utara.
Rukmana, R., & Oesman, Y. Y. (2002).
Nimba tanaman penghasil pestisida
alami. Yogyakarta: Kanisius.
Solichah, A., R. (2013). Efektivitas
bioinsektisida tanaman majapahit
(Crescentia
cujete)
dalam
pengendalian hama helicoverpa
armigera pada tanaman kedelai
(Glycine max). (Skripsi tidak
dipublikasikan). Malang: Program
Studi Pendidikan Biologi, FKIP,
275
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)
VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016
(Halaman 265-276)
Disubmit: Oktober 2016
Direvisi: Oktober 2016
Disetujui: November 2016
Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Sudarmo,
S.
(2005).
Pengendalian
serangga hama dan penyakit kapas.
Yogyakarta: Kanisius.
Sutoyo & B., Wiroadmojo. (1997). Uji
insektisida botani daun nimba
(Azadirachta indica), daun pahitan
(Eupatorium inulifolium) dan daun
kenikir (Tagetes spp.) terhadap
kematian larva Spodoptera litura
(F.) (Lepidoptera: Noctuidae) pada
tanaman
tembakau.
Makalah
dipresentasikan
pada
Kongres
Perhimpunan Entomologi Indonesia
V dan Simposium Entomologi,
Universitas Padjadjaran Bandung,
24-26 Juni.
Rahma Safirah etal., Uji Efektifitas Insektisida
Syahputra & Endarto. (2012). Aktivitas
Insektisida
ekstrak
tumbuhan
terhadap Diaphorina citri dan
Toxoptera
citricidus
serta
pengaruhnya terhadap tanaman dan
predator. Bionatura-Jurnal IlmuIlmu Hayati Dan Fisik, 14(3), 207–
214.
Untung. (2006). Pengantar pengolahan
hama
terpadu
edisi
ke-2.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
Univerdity Press.
Wiratno. (2010). Efektifitas pestisida nabati
berbasis minyak jarak pagar,
cengkeh, dan serai wangi terhadap
mortalitas Nilaparvata lugens stahl.
Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.
276
Download