Oleh : Solehuddin 20100720063 A. Pengertian Akhlak Secara etimoogi (lughatan) akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata akhlak berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluk yang berarti yang diciptakan dan kata khalq yang berarti penciptaan. Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Tuhan (Khaliq) dengan perilaku manusia (Makhluk). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang sebenarnya bilamana tindakan atau perilaku tersebut didasarkan pada kehendak Khaliq (Tuhan). Sedangkan secara terminologis telah dikemukakan oleh para ulama : 1. Imam Ghazali “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 2. Ibrahim Anis “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” B. Sumber Akhlak Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah Al-Quran dan AsSunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan Mu’tazilah. C. Fungsi Dan Kedudukan Akhlak Dalam Islam Akhlak dalam ajaran Islam memiliki keduduka yang sangat penting. Ahmad Syauqi Beik, salah seorang penyair klasik dalam salah satu syairnya melukiskan betapa besarnya fungsi dan peranan akhlak bagi kehidupan manusia secara individu maupun masyarakat D. Madzhab-madzhab Akhlak Sejak zaman dahulu hingga sekarang manusia berbeda-beda pendapat tentang asas yang mendasari akhlak. Ada beberapa aliran : 1. Madzhab Al’Urf (Adat kebiasaan) Setiap kelompok mempunyai adat kebiasaan dan peraturan, yang dianggap baik untuk dilaksanakan, mereka mendidika anakanak mereka supaya tunduk kepadanya dan mereka mencela danmenghukum siapa saja yang melanggarnya. 2. Madzhab Materialisme (Manfaat kebendaan) Kelompok ini berpendapat bahwa yang menjadi azas akhlak adalah setiap benda atau materi yang bisa memberi manfaat, oleh karena itu menurut mereka semua amal perbuatan yang dapat mendatangkan manfaat untuk memenuhi kebutuhan orang banyak baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang, semua itu dianggap sebagai akhlak yang baik. 3. Madzhab Kebahagiaan Indiividu. Madzhab ini berpendirian bahwa yang disebut bahagia adalah mendapat kesenangan atau kenikmatan dan terhindar dari sesuatu yang menyakitkan. 4. Madzhab Kebahagiaan Umum Madzhab ini berpendirian bahwa kewajiban manusia pokok ialah memberikan kebahagiaan untuk manusia. 5. Madzhab Hati Nurani (Dlamir) Madzhab ini berpandangan bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan fitrah yang menjadikan setiap manusia dapat me 6. Madzhab Pertengahan Madzhab ini telah berkembang pesat dan banyak berpengaruh di masyarakat, yaitu sejak Aristoteles (348-322 SM) meletakkan norma dan dasar bagi akhlak dan sifat-sifat yang utama yaitu pertengahan antara dua ujung dan pertengahan antara dua sifat yang rendah. membedakan antara yang baik dan buruk. E. Ciri-ciri Akhlak Dalam Islam Akhlak dalam islam berbeda dengan akhlak wad’iyah (yang diciptakan manusia) dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kebajikan yang mutlak 2. Kebaikan Yang Menyeluruh 3. Merupakan Norma yang Mantap/Tetap. 4. Kewajiban yang dipatuhi. 5. Pengawasan yang menyeluruh A. Taqwa kepada Allah SWT Taqwa adalah “memelihara diri dari siksaan Allah SWT dan mengikuti perintah-Nya da mejauhi laragan-Nya.” Atau lebih rigkas lagi : mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya semaksimal mungkin sesuai kemampuannya B. Hakikat Taqwa Berdasarkan penjelasan beberapa ayat dalam Al-Quran dapat dipahami bahwa taqwa pada hakikatnya adalah intregalisasi antara ketiga dimensi ajaran islam yaitu iman, islam dan ikhsan. Hal ini bisa dilihat dalam Al-Quran surat AlBaqarah 177, 2-4 dan Ali-Imran 133-135. C. Buah dari ketakwaan 1. Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara yang haq dan batil, benar dan salah, halal dan haram serta terpuji dan tercela. 2. Mendapatkan limpahan dari langit dan bumi, Al-Quran surat Al-A’raaf 96 3. Mendapat jalan keluar dari kesulitan, Al-Quran surat AtThalaq 2 4. Mendapatkan rizqi tanpa diduga-duga, Al-Quran surat AtThalaq 3 5. Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan, Al-Quran surat At-Thalaq 4 6. Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar, Al-Quran surat Al-Anfal 29 D. Cinta Kepada Allah SWT Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan kasih sayang. Kecintaan kepada segala hal yang di sekitar dirinya yang bersifat keduniaan yang dalam ajaran islam di sebut dengan hiasan jidup yang menipu dan melalaikan (mata’ul ghurur). E. Takut kepada Allah Rasa takut (khauf) adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang dicintainya. Dalam ajaran islam semua rasa takut harus bersumber dari rasa takut kepda Allah SWT Menurut Sayyid Sabiq, ada dua hal yang menyebabkan seseorang merasa takut kepda Allah SWT: 1. Karena dia mengenal Allah SWT. Takut seperti ini disebut dengan khauf al-‘Arifin. Semakin sempurna pengenalannya kepada Allah SWT semakin bertambah takutnya. 2. Karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dia takut kepada Allah SWT karena dia mengetahui bahwa azab Allah itu sangat pedih. F. Berharap kepada Allah SWT (al Raja’) Berharap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Berharap harus didahului dengan usaha yang sungguh-sungguh, karena harapan yang tidak disertai dengan usaha namanya bukan harapan tapi hanyalah angan-angan kosong. Seorang mukmin haruslah memiliki sikap raja’. Bila beribadah dan beramal, ia penuh harap ibadah dan semua amalannya akan diterima dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. G. Muraqabah Muraqabah secara etimo;ogis berasal dari kata raqaba yang berarti menjaga, menanti, mengawal dan mengamati. Semua pengertian kata tersebut dapat disimpulkan dalam satu pengertian yaitu pengawasan, karena apabila seseorang mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menantikan, menjaga dan mengawalnya. A. Mencintai dan Memuliakan Rasulullah SAW 1. Mencintai Rasulullah SAW Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT, sudah pastilah ia harus beriman bawha Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, penutup semua para Nabi dan Rasul, tidak ada lagi Nabi dan Rasul sesudahnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab 4. 2. Urgensi dan hakikat cinta kepada Rasulullah SAW Para ulama sedikit berbeda pendapat dalam mengemukakan pengertian hakikat cinta kepada Rasulullah SAW. Ada ulama yang mengatakan, “Cinta terhadap Rasulullah SAW adalah mengikuti beliau”. 3. Hal-hal yang mendorong cinta kepada Rasulullah SAW Ada tiga unsur pendorong cinta yang akan diuraikan disini, yaitu keindahan, kesempurnaan dan kebajikan (kebaikan yang bertumpuk tumpuk). Untuk lebih jelasnya tiga usnsur tersebut secara singkat ialah : a. Kita cinta kepda Rasulullah karena cinta pada keindahan dan keagungan beliau. b. Kita cinta Rasulullah karena cinta kesempurnaan akhlak beliau c. Kita mencintai Rasulullah karena cinta kebajikan beliau B. Menghormati dan Memuliakan Rasulullah SAW Sesudah mencintai Rasulullah SAW, kita juga berkewajiban menghormati dan memuliakan beliau, lebih dari menghormati dan memuliakan tokoh manapun dalam sejarah umat manusia. Adapaun bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap beliau disini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut: 1. Menghormati dan memuliakan SAW ketika beliau masih hidup. 2. Menghormati dan memuliakan Rasulullah SAW setelah beliau wafat. 3. Menghormati dan memuliakan terhadap semua Nabawiyah yang suci 4. Yang terakhir, sebagai sikap menghormati Rasulullah SAW adalah menghormati para ulama, ahli agama dan orang terhormat.