Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah

advertisement
Gambaran umum kondisi daerah
Bab II
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Gambaran umum kondisi daerah Kota Sungai Penuh memberikan gambaran awal tentang kondisi dan
capaian pembangunan Kota Sungai Penuh secara umum. Gambaran umum menjadi pijakan awal penyusunan
rencana pembangunan lima tahun kedepan melalui pemetaan secara obyektif kondisi daerah dari aspek geografi
dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
Aspek geografi dan demografi mengambarkan karateristik lokasi dan wilayah pengembangan
wilayah, kerentanan wilayah dan domografi Kota Sungai Penuh.
Keunikan suatu daerah salah satunya ditunjukkan oleh kondisi geomorfologi wilayah tersebut,
sehingga kondisi geomorfologi suatu daerah harus dijadikan sebagai salah satu dasar perencanaan
pembangunan untuk wilayah tersebut. Indikator geomorfologi yang dianggap berpengaruh dalam
perencanaan pembangunan daerah diantaranya adalah letak wilayah, topografi, geologi, hidrologi,
Klimatologi, dan Penggunaan Lahan.
a. Letak dan Kondisi Geografis
Secara astronomis, Kota Sungai Penuh terletak antara 1010 14' 32'' BT sampai dengan 1010
27' 31'' BT dan 020 01' 40'' LS sampai dengan 020 14' 54'' LS. Sedangkan secara geografis Kota
Sungai Penuh berada dalam lingkup Kabupaten Kerinci di bagian Barat Provinsi Jambi yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.
Kota Sungai Penuh merupakan wilayah hasil pemekaran Kabupaten Kerinci sesuai dengan UU
No. 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh yang diresmikan pada tanggal 08
November 2008. Secara administratif Kota Sungai Penuh berbatasan dengan :

Sebelah utara berbatasan dengan
: Kec. Siulak, Kec. Depati Tujuh dan
Kec. Air Hangat Timur Kab. Kerinci

Sebelah Selatan berbatasan dengan
: Kec. Keliling Danau Kab. Kerinci
Sebelah Barat berbatasan dengan
: Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumbar
Sebelah Timur berbatasan dengan
: Kec. Air Hangat Timur dan

13
Gambaran umum kondisi daerah
Kec. Sitinjau Laut Kab. Kerinci
Tabel. II-1
Luas Wilayah Kota Sungai Penuh
No.
1.
Kecamatan
Tanah Kampung
Luas (Ha)
1.100
%
2,81
2.
Sungai Penuh
20.525
52,43
3.
Hamparan Rawang
1.215
3,10
4.
Pesisir Bukit
2.110
5,39
5.
Kumun Debai
14.200
36,27
39.150
100,00
Jumlah
Kota Sungai Penuh terdiri dari 5 Kecamatan dengan 4 kelurahan dan 65 desa. Kecamatan
yang wilayahnya paling besar adalah Kecamatan Sungai penuh dengan luas 20.525 ha atau 52,43%
dari total luas Kota Sungai Penuh. Sementara kecamatan yang mempunyai wilayah paling kecil adalah
Kecamatan Tanah Kampung dengan luas 1.100 ha atau mencapai 2,81% dari luas wilyah keseluruhan.
Tabel. II-2
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Sungai Penuh
No.
1.
2.
3.
4.
5.
KECAMATAN
Jumlah
Desa
Kel.
Sungai Penuh
Hamparan Rawang
Pesisir Bukit
Kumun Debai
Tanah Kampung
15
13
15
9
13
4
-
20.525
1.215
2.110
14.200
1.100
Penggunaan Lahan (Ha)
TNKS
Hunian/
%
Budidaya
12.260,6
8.264,4
52,43
1.215
3,10
83,2
2.026,8
5,39
10.833,8
3.366,2
36,27
1.100
2,81
Jumlah Total
65
4
39.150
23.177,6
Wilayah
15.972,4
Sumber: BPS Kab. Kerinci Th. 2010.
b. Topografi
Dalam sistem fisiografis, Kota Sungai Penuh secara umum berada pada ketinggian antara 500 - 1000 mdpl
yakni mencapai 52, 59% dari luas wilayah, ketinggian lebih dari 1000 mdpl 46,90 %, sedangkan sisanya berada pada
ketinggian kurang dari 500 mdpl.
14
Gambaran umum kondisi daerah
Tabel. II-3
Ketinggian Kota Sungai Penuh
NO
Kecamatan
Ketinggian
100 -500
mdpl
(ha)
1
2
3
4
5
Sungai Penuh
Hamparan Rawang
Kumun Debai
Tanah Kampung
Pesisir Bukit
Total
0
0
200
0
0
200
%
0
0
1,4
0
0
0,5
> 500 -1000
mdpl
(ha)
16.025
1.215
1.050
1.100
1.200
20.590
Total
%
> 1000
mdpl
(ha)
78,08
100
7,394
100
56,87
52,59
4.500
0
12.950
0
910
18.360
%
Luas
21,92
0
91,2
0
43,13
46,9
20.525
1.215
14.200
1.100
2.110
39.150
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng wilayah Kota Sungai Penuh
sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal.
Wilayah yang terjal berada di bagian tengah Kecamatan Sungai Penuh dan Kumun Debai (24,3
%), sementara daerah perbukitan (28,2 %) berada di bagian barat Kecamatan Sungai Penuh
dan Kumun Debai dan dikasawan perbatasan Kota Sungai Penuh dengan Kabupaten Pesisir
Selatan. Lahan yang memiliki kemiringan relatif datar (12,3 %) terdapat sebagian besar di
Kecamatan Hamparan Rawang dan Tanah Kampung, serta di Kecamatan Pesisir Bukit, Sungai
Penuh dan Kumun bagian timur.
Tabel .II-4 Klasifikasi Lereng di Kota Sungai Penuh.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Klasifikasi Lereng
Datar
Bergelombang
Berbukit
Curam
Sangat Curam, Terjal
Luas Wilayah Kota
Lereng
Luas (Ha)
0-2%
> 2 – 15 %
>15 - 25%
>25 - 40%
> 40%
4.812
4.618
11.051
9.171
9.498
39.150
Persentase
Luas (%)
12,29
11,80
28,23
23,42
24,23
100.00
Sumber hasil Analisis, 2011.
15
Gambaran umum kondisi daerah
c. Iklim
Kota Sungai Penuh memiliki iklim yang sejuk dan nyaman, dengan curah hujan rata - rata 86
mm3 dan kelembaban rata – rata 80 %. Rata – rata kecepatan angin Kota Sungai Penuh sebesar 7
knot, sedangkan penyinaran matahari mencapai 42 %. Suhu udara maksimum rata – rata mencapai
28,8 oC sedangkan suhu udara minimum rata – rata mencapai 16,9 oC dengan rata –rata suhu udara
mencapai 22 oC.
d. Geologi
Bentang alam Kota Sungai Penuh sangat dipengaruhi oleh susunan batuan (litologi),
perkembangan struktur geologi, serta proses-proses geologi yang sedang berlangsung. Berdasarkan
hasil penyelidikan geologi lingkungan Kota Sungai Penuh oleh pusat lingkungan geologi Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral tahun 2010, Kota Sungai Penuh dibagi menjadi 5 (lima) satuan
bentang alam (landscape) sebagai berikut :
1. Dataran aluvium sungai dan rawa ;
2. Kaki lereng pegunungan dan Perbukitan ;
3. Perbukitan dan pegunungan batuan gunung api ;
4. Perbukitan dan pegunungan batuan terobosan ; dan
5. Perbukitan batuan sedimen.
Secara umum keadaan geologi wilayah Kota Sungai Penuh terletak pada penyebaran
beberapa formasi batuan geologi, yaitu : Formasi Asai, Formasi Peneta, Formasi Bandan, Formasi
Kumun, Formasi Pengasih, Granit Sungai Penuh, Ganodiorit langkup, batuan Gunung api RioAndesitan, Batuan gunung kuarter, Batuan Gunungapi Andesit-Basal, Batuan gunungapi Berksi,
Batuan guning api Tuf, dan Endapan aluvium.
Pada skala lokal 1:100.000, sesuai dengan struktur geologi di Kota Sungai Penuh terdapat
sesar berarah ke barat laut – tenggara, yaitu sesar Siulak (hasil studi Pusat Geologi yang bekerjasama
dengan Bappeda Kabupaten Kerinci Tahun 2003). Sesar ini terdiri atas dua sesar yang sejajar
melintasi Kota Sungai Penuh. Panjang sesar kurang lebih 37 km dan lebarnya 17 km. Sesar ini mulai
aktif sejak Miosen Tengah, yang berhubungan dengan pembentukan Formasi Kumun dan diaktifkan
lagi pada Pilio-Plitosen. Sesar ini merupakan sesar geser menganan dengan kemiringan hampir tegak.
16
Gambaran umum kondisi daerah
e. Perkembangan Kawasan Terbangun
Berdasarkan daerah terbangunnya, bentuk Kota
Sungai Penuh mencerminkan pola
konsentrik, hal tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kota yang berada di tepi Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS). Keberadaan TNKS membatasi perkembangan kota ke arah Barat.
Berbatasannya Kota Sungai Penuh dengan wilayah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Pesisir
Selatan dan Kabupaten Muko - Muko memberikan kecenderungan bahwa Kota Sungai Penuh
merupakan pusat pelayanan yang melayani wilayah sekitarnya, terutama wilayah perbatasan
Kabupaten Kerinci sebagai pusat kegiatan perumahan. Semakin berkembangnya kawasan terbangun
perkotaan ke arah timur wilayah kota semakin membentuk citra Kota Sungai Penuh sebagai kota tujuan
perjalanan (destinasi) sementara pada wilayah sekitarnya (wilayah Kabupaten Kerinci) merupakan
pusat domisili penduduk yang sehari-hari memiliki destinasi perjalanan ke Kota Sungai Penuh.
Penggunaan lahan di wiliyah Kota Sungai Penuh saat ini pada dasarnya terbentuk dari
percampuran kegiatan-kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan
berupa lahan-lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai
jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, fasilitas transportasi regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan.
Komponen ruang kota yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan
sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota dengan hasil produksi
yang dipasarkan ke Propinsi Jambi, dan wilayah Sumatera Barat, Secara umum gambaran penggunaan
lahan di Kota Sungai Penuh dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan, pemerintahan dan
perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup pelayanan regional wilayah
kota dan daerah pinggiran. Kegiatan ini berada di Kelurahan Pasar Sungai Penuh, Pondok Tinggi,
Sungai Penuh, Desa Gedang, Permanti, Koto Tinggi, serta Aur Duri.
(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Bukit Sentiong, Bukit Kayangan
dan kawasan Taman Bunga di Talang Lindung serta kawasan Bukit Tapan.
(a) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat kota.
Bagian barat dan tenggara serta utara kota merupakan daerah perkembangan perumahan yang
antara lain di Kecamatan Sungai Penuh bagian barat, dan Pesisir Bukit.
(b) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara kota yang besaran lahannya semakin
menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan.
17
Gambaran umum kondisi daerah
Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang berawal dari
lingkungan pusat kota. Perkembangan mengikuti rencana pola jaringan jalan lingkar yaitu poros jalan
Desa Gedang – Jembatan I Tanah Kampung. Struktur Kota Sungai Penuh yang bersifat konsentrik
cenderung mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu
jelas batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan,
perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi
pada pusat kota.
Tabel II.5. Penggunaan Lahan Kota Sungai Penuh Tahun 2010
NO
PENGGUNAAN
LAHAN
NAMA KECAMATAN
Hamparan
Rawang
1
Hutan Primer (TNKS)
2
3
Hutan Sekunder
Kebun Campuran
4
Pemukiman
5
Kumun
Debai
Pesisir
Bukit
JUMLAH
Sungai
Penuh
Tanah
Kampung
11.032
379
11.767
23.177
666
1.218
837
6.384
695
38
7.887
1.951
150
128
144
346
147
915
287
3
53
51
395
576
3
1.043
7
Pertanian Lahan
Basah
Pertanian Lahan
Kering
Rawa
3
130
8
Sawah
651
858
2.984
9
10
6
70
394
127
505
350
619
Semak/Belukar
568
5
83
657
Tanah Terbuka
9
1
2
11
14.200
2.110
20.525
LUAS
1.215
1.100
39.150
f. Rawan Bencana
Wilayah Kota Sungai Penuh dapat dibagi kedalam 4 (empat) wilayah potensi gerakkan tanah,
yaitu potensi gerakan tanah sangat rendah, potensi gerakan tanah rendah, potensi gerakkan tanah
sedang, dan potensi gerakkan tanah tinggi.
18
Gambaran umum kondisi daerah
 Potensi Gerakan Tanah Sangat Rendah, wilayah ini umumnya menempati bentang alam yang
disusun oleh endapan allivium pantai dan rawa. Gerakkan tanah di wilayah ini tidak pernah terjadi,
sehingga cukup stabil.
 Potensi Gerakkan Tanah Rendah, wilayah ini menempati bentang alam perbukitan dan
pengunungann batuan sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan dengan kemiringan
lereng sangat terjal. Gerakkan tanah di wilayah ini, umumnya pada zona lapukan batuan yang
cukup tebal dengan tutupan lahan (vegetasi) yang jarang.
 Potensi Gerakkan Tanah Tinggi, wilayah ini menempati bentang alam perbukitan dan
pengunungan batuan sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan dengan kemiringan
lereng sangat terjal lebih dari 30%. Wilayah ini nampak sebagai gerakkan tanah lama atau tempat
berakumulasinya material tanah pelapukan, yang bilamana terjadi perubahan terhadap kondisi
eksisting medan dapat memicu terjadinya gerakan tanah baru.
Banjir musiman
Curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama di bagian hulu daerah aliran Sungai Batang
Bungkal dan Sungai Ampuh mengakibat terjadinya banjir di bagian hilir aliran sungai akibat
kurangnya resapan dan kurang baiknya aliran sungai ke danau kerinci serta kondisi permukiman
masyarakat di sekitar daerah aliran sungai yang lebih rendah dari batas normal debit air hal ini
terjadi setiap adanya musim hujan.
Banjir Bandang
Banjir bandang berpotensi terjadi di wilayah Kota Sungai Penuh. Banjir ini diakibatkan oleh curah
hujan yang tinggi dan berlangsung lama di bagian hulu daerah aliran Sungai Batang Bungkal dan
Sungai Ampuh yang bersatu masuk ke dalam badan air Sungai Batang Bungkal. Peresapan air
hujan di bagian hulu tersebut kurang baik sehingga air langsung mengalir ke bagian daerah aliran
sungai sekitarnya yang langsung mengalir ke Sungai Batang Bangkal yang melintasi Sungai
Penuh. Hal ini berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan fisik, jembatan,
bangunan rumah yang berada di sekitar tepian Sungai Batang Bungkal.
Kegempaan
Berdasarkan peta seimotektonik, daerah Sungai Penuh dan sekitarnya termasuk zona gempa
berskala IV, V, VI, dan VII MMI. Wilayah yang dibentuk oleh bentangan alam perbukitan dan
pengunungan mempunyai intensitas gempa maksimum V sakla MMI, percepatan horizontal 60-70
19
Gambaran umum kondisi daerah
gal (permukaan/100 tahun), pergeseran tanah pemukiman 0,5 sampai 1 meter dengan periode
predominan 0,5 hingga 1 detik.
Wilayah yang disusun dengan tanah residu yang membentuk kolovial dan endapan allivium sungai
dan rawa mempunyai intensitas gempa maksimum VI hingga VII skala MMI, percepatan horizontal
100 gal (permukaan/100 tahun) dengan periode predominan 0,2 hingga 0,5 detik.
g. Demografi
Penduduk merupakan salah satu modal dasar suatu pembangunan. Selain itu, penduduk juga
menjadi objek dari pembangunan. Namun, seperti yang kita ketahui, masalah kependudukan yang
tidak pernah ada habisnya, masih menjadi perhatian pemerintah dan bangsa ini. Salah satu masalah
yang masih menjadi fokus utama pemerintah dalam beberapa tahun belakangan selain jumlah,
komposisi dan distribusi penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat tanpa diimbangi dengan meningkatnya
kualitas sumber daya manusia itu sendiri, justru hanya akan menjadi permasalahan yang merupakan
awal bagi masalah-masalah berikutnya. Masalah-masalah yang mungkin akan timbul dengan tidak
sejalannya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah
menambah jumlah pengangguran karena terkadang kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan tidak
terpenuhi yang berdampak makin meningkatnya tingkat kriminalitas di masyarakat dsb.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Tabel .II-6 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Sungai Penuh
Tahun 2009-2010
Tahun
Jumlah
Penduduk
Rata-Rata Laju
Pertumbuhan Penduduk
Per Tahun (Persen)
Proporsi Jumlah Penduduk
terhadap Total Penduduk
Provinsi Jambi (Persen)
2009
81.162
-
2,76
2010
82.293
1,04
2,66
Sumber : SP 2010, Proyeksi SUPAS 2005
Dari tabel.II-5 terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh pada
tahun 2010 sebesar 1,04 persen. Laju pertumbuhan penduduk ini lebih rendah dari laju
pertumbuhan penduduk provinsi Jambi yang mencapai 1,52 persen.
Disamping itu, apabila dilihat berdasarkan proporsi penduduk Kota Sungai Penuh terhadap total
penduduk provinsi jambi, diketahui terjadi penurunan, proporsi pada tahun 2009 sebesar 2,76
20
Gambaran umum kondisi daerah
persen, turun menjadi 2,66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa petumbuhan penduduk Kota
Sungai Penuh masih lebih kecil apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi.
Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk yang merata merupakan suatu indikator keberhasilan suatu
pembangunan. Hal ini dikarenakan jika persebaran penduduk tidak merata berarti pembangunan
juga tidak merata. Untuk itu, masalah penyebaran penduduk yang tidak merata dirasa perlu
mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang antar
wilayah.
Rata-rata penduduk per kecamatan sangat berbeda-beda, hal ini disebabkan karena luas
wilayah dan letak wilayah kecamatan. Pada tahun 2009, rata-rata penduduk per kecamatan 15.620
dan pada tahun 2010 menjadi 16.459 orang. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk saja karena
tidak ada pemekaran wilayah kecamatan pada periode tersebut. Luas wilayah Kota Sungai Penuh
yang pada tahun 2010 tercatat 391,5 km2, kepadatan penduduknya sebesar 210 penduduk per km2.
Hali ini berarti lebih tinggi dari kepadatan penduduk provinsi jambi yang hanya 62 penduduk per
km2. Kemudian, jika dilihat pada kolom 3, rata-rata penduduk per desanmengalami kenaikan dalam
periode 2009-2010, tetapi kenaikan tersebut lebih disebabkan karena meningkatnya jumlah
penduduk dibandingkan dengan wilayah, karena pada periode tersebut tidak ada pemekaran
wilayah desa. Pada tahun 2009 rata-rata tiap wilayah perdesaan di Kota Sungai Penuh dihuni oleh
1.132 penduduk yang terus meningkat hingga akhir tahun 2010 yang mencapai 1.193 penduduk.
Tabel. II-7 Rata-rata penduduk per Kecamatan, Desa
dan serta Kepadatan Penduduk, 2010
Kecamatan
Jumlah
Rata-rata Penduduk per
Penduduk
Desa
Km2
Tanah Kampung
8 396
646
763
Kumun Debai
8 421
936
41
Sungai Penuh
35 067
1 846
2 886
Hamparan
12 726
979
603
Rawang
Pesisir Bukit
17 683
1 179
125
Kota Sungai
82 293
1 193
210
Penuh
Sumber : Sensus Penduduk 2010
21
Gambaran umum kondisi daerah
Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau
negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi
yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Pada tabel II-7 di bawah ini, terlihat bahwa rasio ketergantungan (dependency ratio) pada
tahun 2010 sebesar 53,13 atau yang berarti tiap 100 orang produktif menanggung 53 orang tidak
produktif pada tahun tersebut.
Tabel.II-8 Jumlah Penduduk dan Rasio Ketergantungan
di Kota Sungai Penuh Tahun 2010
Kelompok Umur
Kecamatan
Tanah Kampung
Kumun Debai
Sungai Penuh
Hamparan Rawang
Pesisir Bukit
Kota Sungai Penuh
0-14
2 177
2 143
10 676
3 684
5 470
24 150
15-64
5 595
5 668
22 815
8 254
11 407
53 739
65+
624
610
1 576
788
806
4 404
Rasio
Ketergantungan
50,06
48,57
53,70
54,18
55,02
53,13
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Dari table diatas juga dapat diketahui rasio ketergantungan anak (child dependency ratio,RKA)
dan rasio ketergantungan lanjut usia (old dependency ratio,RKLU). RKA dan RKLU sering
digunakan sebagai indikator tingkat pembangunan suatu daerah, daerah yang sedang berkembang
biasanya mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, dan cenderung mempunyai rasio ketergantungan
anak yang tinggi karena prensentase anak dalam struktur penduduk masih sangat tinggi.
Sebaliknya, daerah yang sudah maju cenderung mempunyai rasio ketergantungan anak yang
rendah. Dari tabel tersebut dapat dihitung bahwa rasio ketergantungan anak sebesar 44,94, hal ini
artinya tiap 100 orang produktif menanggung 44 anak. Sedangkan rasio ketergantungan lanjut usia
sebesar 8,20 atau tiap 100 orang produktif menanggung 8 orang lanjut usia.
22
Gambaran umum kondisi daerah
Penggambaran komposisi penduduk menurut jenis kelamin, yang biasanya digunakan sex ratio
(rasio jenis kelamin) antara lain berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang
berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan
perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih
mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan
berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa
banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin
juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan
dalam parlemen.
Sex ratio (rasio jenis kelamin) merupakan perbandingan jumlah pria dengan 100 wanita. Jika
angka sex ratio (SR) > 100, berarti jumlah pria lebih banyak dibanding wanita, sebaliknya jika SR <
100 berarti jumlah pria lebih sedikit dibanding wanita. Berikut pada tabel di bawah ini digambarkan
Sex ratio Kota Sungai Penuh tahun 2010.
Tabel. II-9 Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Kota Sungai Penuh, 2010
Penduduk
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
L+P
Sex Ratio
(SR)
Tanah Kampung
4 146
4 250
8 396
97,55
Kumun Debai
4 174
4 247
8 421
98,28
Sungai Penuh
17 547
17 520
35 067
100,15
Hamparan Rawang
6 264
6 462
12 726
96,94
Pesisir Bukit
8 701
8 982
17 683
96,87
40 832
41 461
82 293
98,48
Kota Sungai Penuh
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan di Kota Sungai Penuh masih berada di
bawah 100. Yang berarti masih lebih banyak jumlah penduduk perempuan dibanding laki-laki.
Begitupun di tiap kecamatan, pada tahun 2010, kecuali Kecamatan Sungai Penuh, Sex Ratio masih
lebih besar dari 100. Secara keseluruhan di Kota Sungai Penuh, SR sebesar 98,48, yang berarti
dari 100 perempuan, terdapat 98 laki-laki.
23
Gambaran umum kondisi daerah
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kota
Sungai Penuh, ditinjau dari sisi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta
seni budaya dan olahraga.
a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Untuk melihat kondisi eksisting kesejahteraan dan pemerataan ekonomi data PDRB
merupakan basis data yang terukur terjamin akurasinya untuk digunakan sebagai alat analisis utama.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui
kondisi perekonomian suatu wilayah dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku
(berdasar harga saat ini / current prices) atau atas dasar harga konstan (berdasar harga tahun dasar /
constant prices). PDRB merupakan jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha (sektor ekonomi) di suatu daerah tertentu dalam kegiatan ekonominya.
Adapun manfaat dari PDRB atas dasar harga berlaku ini dapat digunakan untuk melihat
struktur ekonomi suatu wilayah dan mengetahui kontribusi (share) dari setiap sektor ekonomi dalam
pembentukan PDRB. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi (riil) dari tahun ke tahun.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul
akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu region. Data PDRB tersebut menggambarkan
kemampuan region mengelola sumber daya alam yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh
sebab itu besaran PDRB sangat tergantung kepada sumber daya alam dan faktor produksi di daerah
tersebut.
Tabel II.10 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sungai Penuh
dan Perkembangannya
ADHB
ADHK
Tahun
PDRB
(Milyar Rp)
Indeks
Perkembangan
PDRB
(Milyar Rp)
Indeks
Perkembangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2008
1.162,09
341,84
485,75
142,89
2009
1.289,34
379,27
516,34
151,89
2010
1.518.42
446,66
549,71
161,70
24
Gambaran umum kondisi daerah
PDRB Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp.
1.162,09 Milyar, naik menjadi 1.289,34 Milyar tahun 2009, dan Rp.1.518.42 Milyar tahun 2010.
Sedangkan PDRB Kota Sungai Penuh berdasarkan atas harga konstan pada tahun 2008 sebesar
Rp.485,75 Milyar, naik menjadi Rp.516,34 Milyar, dan Rp.549,71 Milyar.
Struktur Perekonomian Daerah
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang
diciptakan oleh masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang ataupun jasa. Struktur
yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan tersebut menggambarkan ketergantungan suatu
daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor.
Suatu perencanaan yang matang sangat diperlukan dalam menentukan prioritas
pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB
di suatu daerah. Penurunan produksi dari sektor-sektor yang dominan akan mempengaruhi sektorsektor terkait lainnya yang bisa berakibat pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Struktur perekonomian Kota Sungai Penuh dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor
ekonomi seperti pada tabel berikut ini :
Tabel II.11 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan masing-masing Sektor Ekonomi
Kota Sungai Penuh Tahun 2010
Sektor
Kontribusi
Pertumbuhan
(1)
Pertanian
(2)
11,33
(3)
1,25
Pertambangan dan Penggalian
0,14
3,54
Industri Pengolahan
5,44
5,84
Listrik dan Air Minum
0,79
5,21
4,80
12,30
30,41
7,87
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
19,37
6,55
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
11,18
5,88
Jasa-jasa
16,54
6,90
100,00
6,46
25
Gambaran umum kondisi daerah
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa struktur ekonomi Kota Sungai Penuh didominasi oleh
lima sektor utama yaitu sektor Perdagangan, hotel dan Restoran sebesar 30,41 persen, sektor
Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,37 persen, sektor Jasa-jasa sebesar 16,54 persen, sektor
Pertanian sebeasar 11,33 persen, dan sektor Keuangan sebesar 11,18 persen. Peranan dari kelima
sektor ini mencapai 88,83 persen dalam pembentukan PDRB Kota Sungai Penuh.
Kontribusi terendah disumbangkan oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 0,14
persen, disusul sektor Listrik, Gas dan Air sebesar 0,79 persen, dan sektor Bangunan sebesar 4,80
persen.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga menggambarkan laju pertumbuhan
ekonomi, yang dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Dari perkembangan PDRB
atas dasar harga konstan ini dari tahun ke tahun akan mengahsilkan laju pertumbuhan ekonomi suatu
daerah.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 6,46 persen. Angka ini
menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian di Kota Sungai Penuh lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,06 persen pada tahun 2008 dan 6,30 pada tahun
2009.
Sebagai daerah otonom yang masih baru, pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh dapat dikatakan
cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari beberapa daerah tingkat II lainnya di Propinsi Jambi, yaitu
menduduki peringkat ke 7 dari 11 Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi.
Pada tahun 2010, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,25 persen. Meskipun
pertumbuhan sektor pertanian ini tidak begitu tinggi, namun masih menjadi salah satu sumber
perekonomian masyarakat. Hal ini karena Kota Sungai Penuh masih mempunyai banyak lahan
pertanian yang produktif seperti lahan sawah dengan irigasi yang bagus. Rendahnya pertumbuhan di
sektor pertanian ini dikarenakan sektor ini hanya mengandalkan subsektor tanaman bahan makanan
terutama padi, dan sub sektor peternakan. Sedangkan sub sektor lainnya tidak begitu menunjang.
Sektor pertambangan dan penggalian meskipun merupakan sektor yang sumbangannya paling kecil
terhadap pembentukan PDRB Kota Sungai Penuh, namun masih dapat membantu perekonomian,
sehingga sektor ini masih dapat tumbuh positif yaitu sebesar 3,54 persen.
26
Gambaran umum kondisi daerah
Sektor Industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 5,84 persen, nanmun
pertumbuhan ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 6,08 persen. Pertumbuhan sektor ini
ditopang oleh pertumbuhan subsektor-subsektor yang ada, terutama subsektor industri makanan,
minuman dan tembakau sebesar 7,16 persen, Industri barang dari kayu sebesar 6,15 persen, Industri
kertas dan barang cetakan sebesar 5,81 persen dan Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki
sebesar 5,33 persen.
Sektor Listrik dan Air bersih pada tahun 2010 tumbuh cukup besar yaitu 5,21 persen.
Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 3,36 persen. Hal ini dapat diartikan
dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan listrik dan air bersih.
Sektor bangunan pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar
7,83 persen, namun pertumbuhan ini lebih kecil dari tahun sebelumnya yaitu 8,21 persen. Tingginya
pertumbuhan sektor ini menggambarkan bahwa Kota Sungai Penuh sedang giat-giatnya membangun,
baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan andalan yang paling utama Kota
Sungai Penuh tumbuh cukup tinggi yaitu 7,87 persen pada tahun 2010. Angka ini naik dari tahun
sebelumnya yaitu 7,80 persen. Subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada sektor ini
adalah pada subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 8,24 persen, diikuti subsektor restoran
sebesar 5,98 perseen, dan subsektor hotel 5,18 persen.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,55 persen dan lebih
tinggi dari tahun 2009. Pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh subsektror Pos dan Telekomunikasi
8,52 persen dan diikuti subsektor pengangkutan 6,46 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini
menunjukkan bahwa mobilitas penduduk baik di dalam Kota Sungai Penuh, antar daerah ataupun yang
melalui Kota Sungai Penuh cukup tinggi. Begitu juga dengan komunikasi, dimana kebutuhan
masyarakat terhadap informasi dan komonikasi melalui alat telekomonikasi sangat tinggi.
Untuk sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 5,88 persen pada tahun
2010, dan lebih tinggi dari tahun 2008 yaitu sebesar 5,10 persen dan 5,41 pada tahun 2009. Tingginya
pertumbuhan sektor ini didominasi oleh tingginya subsektor Bank yaitu sebesar 8,18 persen.
Sektor jasa-jasa pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,90 persen. Pertumbuhan ini cukup tinggi, namun
lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,03 persen. Laju pertumbuhan subsektor swasta
tumbuh lebih tinggi yauitu 7,35 persen, dan subsektor pemerintah dan pertahanan sebesar 6,67
persen.
27
Gambaran umum kondisi daerah
PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat ekonomi suatu daerah
adalah pendpatan perkapita. PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang
diterima oleh setiap penduduk selama satu periode (satu tahun) dan ini dapat digunakan sebagai salah
satu indikator tingkat kemakmuran /kesejahteraan masyarakat. Besarnya PDRB perkapita tergantung
pada kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah dan juga besarnya jumlah penduduk
di daerah tersebut.
PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun di suatu wilayah. PDRB perkapita Kota Sungai Penuh atas dasar harga
berlaku tahun 2010 sebesar Rp.18.451.352,- , angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.
15.739.556,-Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp.6.679.911,-pada tahun
2010, naik dari Rp. 6.303.235,- pada tahun 2009.
Sedangkan Pendapatan regional perkapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRN atas
dasar biaya faktor dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2009, pendapatan
regional perkapita Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 13.895.185,-, dan naik
menjadi Rp. 16.454.915,- pada tahun 2010. Sedangkan pendapatan regional perkapita atas dasar
harga konstan sebesar Rp. 5.585.269,- pada tahun 2009, naik menjadi Rp. 5.957.144,- pada tahun
2010.
b. Kesejahteraan Sosial
Fokus kesejahteraan sosial Kota Sungai Penuh diukur dengan sejumlah indikator terkait
urusan pendidikan, kesehatan dan sosial.
Pendidikan
Pada tahun 2009 diketahui persentase penduduk yang bisa membaca dan menulis di Kota
Sungai Penuh adalah sebesar 97.23 persen, atau lebih rendah dari angka melek huruf provinsi jambi
yang sebesar 96,66 persen.
28
Gambaran umum kondisi daerah
Tabel. II-12
Persentase Angka Melek Huruf Kota Sungai Penuh
dan Provinsi Jambimenurut Jenis Kelamin,2009
Angka Melek Huruf (Persen)
Jenis Kelamin
Kota Sungai
Penuh
Provinsi Jambi
Laki-laki
97,93
97,67
Perempuan
94,34
94,95
L+P
97.23
96,66
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009
Pada tahun 2010, persentase laki-laki yang bisa membaca dan menulis (97,93%) mengungguli
persentase perempuan yang bisa membaca dan menulis yaitu sebesar 94,34 persen. Hal ini berarti
selilsih 3,57 persen yang mengindikasikan masih adanya kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan
perempuan. Rendahnya angka melek huruf penduduk perempuan ini diperkirakan berkaitan dengan
beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi dan faktor budaya. Keadaan ekonomi yang berkekurangan
seringkali membuat masyarakat kurang mempedulikan pendidikan anak-anaknya. Budaya yang
berkembang dalam masyarakat seperti adanya anggapan bahwa wanita cukup memiliki kepandaian
untuk bekal hidup sebagai ibu rumah tangga (memasak, mencuci, dll) juga membuat pendidikan untuk
anak perempuan menjadi terabaikan.
Tabel. II-13 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas
menurut Tingkat PendidikanTertinggi yang Ditamatkan
di Kota Sungai Penuh, 2010
Jenis Kelamin
Jenjang Pendidikan
L
P
L+P
SD
20,92
20,67
20,80
SLTP
18,50
19,62
19,07
SMA
32,40
25,65
28,95
Dipl. I/II/III
4,08
5,53
4,83
DIV/S1/S2/S3
6,65
4,45
5,52
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010
29
Gambaran umum kondisi daerah
Dari tabel di atas, terlihat untuk jenjang pendidikan dasar lebih banyak penduduk perempuan
yang menamatkan pendidikan dasar 9 tahun dibandingkan penduduk laki-laki, meskipun hanya
berbeda 1,87 persen.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMA dan DIV/Sarjana lebih banyak penduduk laki-laki
yang menamatkan dibanding perempuan. Yang menarik, untuk jenjang pendidikan Diploma I/II/III justru
lebih banyak perempuan yang menamatkan dibanding laki-laki, yaitu 5,53 persen untuk perempuan
dan 4,08 persen untuk laki-laki. Hal ini diduga terjadi karena masih banyak lowongan pekerjaan yang
memerlukan tamatan Diploma I/II/III untuk pelamar perempuan, seperti sekretaris, guru, dan pekerjaan
administrasi lainnya.
Banyaknya penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang
ada, dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka
partisipasi sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan
di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan.
Tabel. II-14
Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur 7-24 tahun
diKota Sungai Penuh Tahun 2010
Jenis Kelamin
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah
Laki-laki
Perempuaan
7 – 12
97,07
98,33
97,77
13 – 15
94,35
96,31
95,23
16 – 18
70,32
57,82
63,22
19 - 24
32,62
34,15
33,33
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010
Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi berada pada kelompok usia Sekolah Dasar (7-12
tahun) yaitu sebesar 97,77. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 100 anak usia 7-12 tahun,97 anak
diantaranya sedang bersekolah. Semakin tinggi jenjang pendidikan, angka partisipasi sekolah semakin
menurun. Hal ini digambarkan oleh hasil Susenas 2010 dimana APS untuk kelompok usia 13-15 tahun
sebesar 95,23, APS untuk kelompok usia 16-18 tahun sebesar 63,22, dan APS untuk kelompok usia
19-24 tahun sebesar 33,33.
Apabila angka partisipasi sekolah tersebut dibandingkan berdasarkan gender, maka ada hal
menarik, yaitu untuk umur 7-15 tahun, angka partisipasi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Akan
30
Gambaran umum kondisi daerah
tetapi untuk kelompok umur 16-18 tahun terdapat perbedaan mencolok antara laki-laki dan
perempuan, yaitu laki-laki (70,32) dan perempuan (57,82). Hal ini harus menjadi perhatian khusus
dalam pembangunan pendidikan, karena adanya ketimpangan partisipasi sekolah usia 16-18 tahun
atau setingkat sekolah menengah atas (SMA).
Perkembangan angka rata-rata lama sekolah di Kota Sungai Penuh selama periode 2008
sampai 2009 menunjukkan kenaikan. Angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2008 sebesar 9,10 dan
meningkat pada tahun 2009 menjadi 9,18. Angka-angka tersebut menempatkan Kota Sungai Penuh
berada di atas angka rata-rata lama sekolah Provinsi Jambi yang bernilai 7,63 pada tahun 2008 dan
7,68 pada tahun 2009.
Tantangan pembangunan bidang pendidikan Kota Sungai Penuh kedepan
adalah
meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan
penguatan tata kelola pendidikan dalam upaya mengembalikan Kota Sungai Penuh sebagai tujuan pendidikan
bagi daerah sekitar (regional Puncak Andalas).
Kesehatan
Prospek kedepan, pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan kualitas SDM yang
ditandai dengan meningkatnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2009 yaitu 76.52%.
Pembangunan Kesehatan merupakan investasi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang merupakan bagian daripada Indek Pembangunan Manusia (IPM).
Perkembangan angka harapan hidup penduduk juga menunjukkan perkembangan berarti,
dimana terlihat pada tabel di bawah ini, angka harapan hidup penduduk Kota Sungai Penuh dari tahun
2008-2010 terus menunjukkan peningkatan, yang semula pada tahun 2008, angka harapan hidup
sebesar 70,84 tahun meningkat menjadi 70,90 tahun.
Tabel T.II-15
Angka Harapan Hidup di Kota Sungai Penuh, 2008-2009
Tahun
Indikator Kesehatan
Angka Harapan Hidup
2008
2009
70,84
70,90
Sumber :Komponen IPM,BPS
31
Gambaran umum kondisi daerah
Derajat Kesehatan Masyarakat telah menunjukan perbaikan seperti dapat dilihat dari
penurunan angka kematian bayi, Ibu melahirkan, meningkatnya umur harapan hidup serta menurunnya
angka status gizi kurang/buruk, walaupun angka-angka tersebut relatif cukup tinggi.
Kondisi pembangunan kesehatan di Kota Sungai Penuh saat ini masih, sebagai berikut:
1) Derajat Kesehatan masyarakat relatif rendah.
Pada tahun 2005 pada saat masih tergabung di Kabupaten Kerinci, kondisi angka kematian bayi
sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 dari Surkesda tercatat angka
kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 tercatat secara absolut
Angka kematian Bayi sebanyak 4 orang.
Angka kematian Ibu melahirkan pada tahun 2005 sebesar 225 per 100.000 Ibu melahirkan
sedangkan Surkesda pada tahun 2008 sebesar 178 per 100.000 Ibu melahirkan. secara absolut
angka kematian Ibu melahirkan sebanyak 8 ibu melahirkan.
Angka harapan hidup di Kota Sungai Penuh menunjukkan angka yang cukup tinggi. Kondisi pada
tahun 2005 sebesar 66,8 tahun dan pada tahun 2010 sebesar 70,90 tahun.
Status gizi masyarakat Kota Sungai Penuh masih perlu terus ditingkatkan. Kondisi gizi kurang pada
tahun 2005 sebesar 12% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 10 %. Walaupun menunjukkan
angka penurunan, namun masih harus terus diupayakan agar gizi kurang dari tahun ketahun
semakin menurun.
2) Angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi atau menular masih tinggi.
Angka kesakitan penyakit degeneratif mulai meningkat seiring dengan meningkatnya umur harapan
hidup. Oleh karena itu kita menghadapi beban ganda atau double burden bahkan “multiple
burden” dalam pembangunan kesehatan .
Penyakit Diare masih merupakan penyebab kematian terbesar, demikian juga dengan penyakit TB
Paru, disamping penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke.
3) Perilaku hidup Bersih masyarakat yang masih rendah
Partisipasi yang masih rendah serta kualitas kesehatan lingkungan yang masih rendah untuk itu
diperrlukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian hidup sehat dalam
rangka menjadikan Desa/Kelurahan Siaga.
4) Masih terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan
32
Gambaran umum kondisi daerah
Kondisi saran prasarana kesehatan yang masih belum memadai sehingga akses dan mutu
pelayanan kesehatan masih tergolong rendah. Selain itu, kondisi yang dihadapi adalah masih
kurangnya kompetensi tenaga-tenaga kesehatan.
5) Manajemen kesehatan belum optimal
Sistim Informasi Kesehatan (SIK) belum sepenuhnya dapat mendukung dalam pengelolaan
program kesehatan. Disamping itu pembiayaan kesehatan masih relatif rendah.
Tantangan pembangunan bidang kesehatan pada masa yang akan datang adalah masalah akses
dan mutu pelayanan kesehatan; kompetensi dan penyebaran tenaga kesehatan; dan beban ganda
penyakit di satu sisi dengan meningkatnya umur harapan hidup, maka penyakit tidak menular
mempunyai kecenderungan meningkat. Selain itu, penyakit infeksi seperti TB Paru, Diare, ISPA yang
belum dapat dituntaskan dan perlu diwaspadai pula penyebaran penyakit disebabkan oleh virus seperti
HIV/AIDS, flu burung dan penyakit baru yang disebabkan oleh virus.
Tantangan lainnya dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yaitu masih
rendahnya kualitas kesehatan masyarakat yang ditandai masih relatif tingginya Angka Kematian Ibu
Melahirkan dan Angka kematian Bayi serta proporsi anak balita dengan gizi kurang.
Perilaku hidup bersih dan kualitas lingkungan belumlah sepenuhnya dapat mendukung
terselenggaranya pembangunan kesehatan. Tantangan global seperti eradikasi polio, bebas malaria
dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan beberapa target yang
harus dicapai di bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan menuju masyarakat Kota Sungai Penuh Mandiri Hidup Sehat 2025
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat diwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Makna dari Masyarakat
Kota Sungai Penuh mandiri hidup sehat yaitu masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat, baik jasmani, rohani dan sosial dan memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan. Hal ii membutuhkan
dukungan dari pemerintah, swasta dan masyarakat.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai dalam pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang kondisi eksisting saat sekarang ditunjukkan oleh
indikator dampak yaitu meningkatnya umur harapan yang saat sekarang adalah 71 th, menurunkan
Angka kematian Bayi dari 32 per 1000 Kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu melahirkan
dari 178, serta menurunkan prevalinsi Gizi kurang dari 10%.
33
Gambaran umum kondisi daerah
Pembangunan kesehatan diutamakan kepada penduduk rentan yakni ibu, bayi, anak, dan usia lanjut.
Hal ini dilaksanakan melalui upaya kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan, pemberdayaan
masyarakat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, termasuk ketersediaan obat esensial,
pengawasan farmasi dan makanan, manajemen kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
Sosial
Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat ekonomi
penduduk suatu daerah. PDRB kalau dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang
bersangkutan merupakan PDRB per kapita. PDRB per kapita Kota Sungai Penuh tahun 2009 sebesar
Rp. 18.451,35 ribu, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 15.885,97 ribu. Jumlah rumah tangga
miskin berdasarkan alasan ekonomi di Kota Sungai Penuh sebanyak 5.558 RT, dengan perincian
keluarga pra sejahtera 926, keluarga sejahtera I 4.999, keluarga sejahtera II 8.821, keluarga sejahtera
III 7.510, keluarga sejahtera III plus 1.723. dengan tingkat pengangguran sebesar 13,07%.
Tabel. II-16
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Kota Sungai Penuh
Keadaan Akhir Tahun 2009
Kecamatan
District
1.
2.
3.
4.
5.
Penduduk Miskin
Keluarga Miskin
Alasan Ekonomi
(2)
-
(3)
1090
819
1018
1335
1296
5558
(1)
Tanah Kampung
Kumun Debai
Sungai Penuh
Hamparan Rawang
Pesisir Bukit
Jumlah / Total
Sumber: Dinas KSPM & KB Kota Sungai Penuh
Tabel. II-17
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III
dan Keluarga Sejahtera III Plus di Kota Sungai Penuh Desember 2009
Kecamatan
District
Keluarga
Pra
Sejahtera
KS I
KS II
KS III
III Plus
Total
Total
34
Gambaran umum kondisi daerah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Tanah Kampung
332
840
1293
502,
140
3107
2. Kumun Debai
215
747
1086
660,
89
2797
3. Sungai Penuh
36
1432
2958
3081,
1349
8856
4. Hamparan Rawang
195
1153
1572
874,
94
3888
5. Pesisir Bukit
148
827
1912
2393,
51
5331
926
4999
8821
7510,
1723
23979
Jumlah / Total
Sumber: Dinas KSPM & KB Kota Sungai Penuh
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena
mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan
pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari
pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Salah satu
sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang
memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun.
Oleh karena upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha,
penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Untuk memberikan gambaran mengenai ketenagakerjaan di Kota Sungai Penuh, akan
disajikan beberapa indikator yang dianggap penting dalam mewakili indikator ketenagakerjaan ini.
Indikator tersebut diantaranya adalah penduduk usia kerja, lapangan pekerjaan dan sebagainya.
TPAK dan Kesempatan Kerja
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, terdiri dari angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja yaitu penduduk yang bekerja
dan mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah sekolah, mengurus
rumah tangga dan lainnya.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja (15
tahun ke atas) yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai
persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja.
35
Gambaran umum kondisi daerah
Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Tabel. II-18 TPAK, TPT dan TKK Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi, 2010
Kabupaten/Kota
TPAK
TKK
TPT
Kerinci
71,03
95,42
4,58
Merangin
67,98
92,62
7,38
Sarolangun
68,74
95,89
4,11
Batanghari
67,98
95,45
4,55
Muaro Jambi
62,09
93,24
6,76
Tanjab Timur
66,49
97,02
2,98
Tanjab Barat
71,09
97,20
2,80
Tebo
69,85
95,20
4,80
Bungo
65,83
97,00
3,00
Kota Jambi
57,54
92,18
7,82
Kota Sungai Penuh
62,20
86,73
13,27
Provinsi Jambi
65,78
94,61
5,39
Sumber : Sakernas 2010
Salah satu penyebab tingginya pengangguran adalah rendahnya kesempatan kerja, dari tabel
di atas diketahui bahwa tingkat kesempatan kerja (TKK) di Kota Sungai Penuh terendah se-Provinsi
Jambi yang hanya sebesar 86,73 persen. Kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja pun tidak begitu
tinggi, hanya 62,20 persen. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dengan terbukanya lapangan pekerjaan.
Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencakup penduduk yang aktif mencari
pekerjaan, atau dapat pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru,
atau kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah
mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
36
Gambaran umum kondisi daerah
Gambar.II-1
TPAK, TKK dan TPT Kota Sungai Penuh Tahun 2010
86,73
100
62,2
50
13,27
0
TKK
TPT
TPAK
Pada tahun 2010, TPT di Kota Sungai Penuh merupakan TPT tertinggi se-Provinsi Jambi, yaitu
sebesar 13,27 persen, yang berarti dari 100 penduduk di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010, yang
termasuk angkatan kerja, 13 orang diantaranya adalah pengangguran (pencari kerja).
Perhatian yang sering diarahkan pada saat ini tidak hanya terfokus pada besarnya angka
pengangguran terbuka tapi juga pada produktivitas tenaga kerja yang rendah. Penyebab dari
produktivitas yang rendah antara lain adalah kualitas sumber daya manusia yang rendah, upah rendah
dan ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dan atau keterampilan dengan pekerjaan yang
dilakoni.
Tabel. II-19 TPAK, TPT, dan TKK Kota Sungai Penuh
menurut Jenis Kelamin tahun 2010
Jenis Kelamin
TPT
TPAK
TKK
Laki-laki
10,14
80,96
89,86
Perempuan
18,83
44,03
81,17
L+P
13,27
62,20
86,73
Sumber : Sakernas 2010
37
Gambaran umum kondisi daerah
Pada tabel diatas, terlihat dari 100 penduduk usia kerja perempuan, 18 diantaranya adalah penduduk
perempuan yang menganggur atau yang mencari kerja, atau dari 100 penduduk usia kerja laki-laki, 10
diantaranya yang merupakan pengangguran. Sedangkan angkatan kerja terbesar adalah laki-laki,
terlihat pada besarnya TPAK pada kolom tiga, sebesar 80,96 persen, yang berarti dari 100 penduduk
usia kerja laki-laki 80 orang diantaranya adalah angkatan kerja. Dan Tingkat Kesempatan Kerja terkecil
adalah penduduk usia kerja berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 81,17 persen.
Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan
Proporsi pekerja dilihat dari lapangan pekerjaan merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi
sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping itu juga mencerminkan struktur
perekonomian dari suatu wilayah.
Jika dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama maka sektor pertanian tetap merupakan sektor yang
paling banyak menyerap tenaga kerja selama periode 1997-2010 yang kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terkecil di
sektor listrik, gas, dan air minum.
Tabel. II-20 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Sektor Perekonomian
di Kota Sungai Penuh Tahun 2010
Lapangan
Jenis Kelamin
Jumlah
Pekerjaan
Utama
Laki-laki
Perempuan
Pertanian
38,97
48,22
42,08
Industri
7,43
2,46
5,76
Perdagangan
23,74
25,11
24,20
Jasa-jasa
18,62
23,66
20,32
Lainnya
11,23
0,55
7,64
Jumlah
100
100
100
Sumber : Sakernas 2010
Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona di Kota Sungai Penuh dari tahun 2010.
Terbukti dari angka pada tabel diatas yang memperlihatkan bahwa sebagian besar (42,08 persen)
38
Gambaran umum kondisi daerah
penduduk di Kota Sungai Penuh masih banyak yang bekerja di sektor pertanian. Meskipun cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun, masih tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya,
yaitu industri, perdagangan, dan jasa.
Penyerapan tenaga kerja di sektor Industri masih sangat kecil, hanya 5,76 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor lapangan pekerjaan di Kota Sungai Penuh masih berfokus pada sektor
pertanian, padahal kalau bisa didukung dengan sektor perdagangan, industri, dan jasa maka akan
terbentuk banyak kesempatan kerja, karena biasanya sektor ini merupakan sektor yang memberi nilai
tambah yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Indikator lain untuk menggambarkan
kedudukan pekerja adalah status pekerjaan.
Tabel. II-21 Komposisi Penduduk menurut Status Pekerjaan
di Kota Sungai Penuh, 2010
Jenis Kelamin
Status Pekerjaan
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Berusaha Sendiri
35,70
25,97
33,25
Berusaha dibantu buruh tak
tetap
16,32
17,56
16,63
Berusaha dengan buruh tetap
3,94
1,48
3,32
Buruh/Karyawan/ dan Pekerja
bebas
22,81
21,15
22,39
Pekerja Bebas Di Pertanian
9,72
8,99
9,54
Pekerja Bebas Di Non Pertanian
1,66
1,04
1,50
Pekerja Tak Dibayar
9,86
23,82
13,37
Jumlah
100
100
100
Sumber : Sakernas 2010
Sebagian besar status pekerjaan penduduk di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 adalah berusaha
sendiri, yaitu 33,25 persen. Diikuti oleh penduduk dengan status pekerjaan terbanyak kedua yaitu
penduduk yang buruh/karyawan, sebanyak 22,89. Ironisnya adalah sangat kecilnya status pekerjaan
39
Gambaran umum kondisi daerah
berusaha dengan buruh tetap, yaitu hanya sebanyak 3,32 persen. Hal ini artinya, masih rendahnya
minat wirausaha penduduk, padahal salah satu indikator majunya suatu daerah adalah tingginya minat
wirausaha yang pada ujungnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan pada akhirnya akan
mengurangi pengangguran.
c. Seni, Budaya dan Olahraga
Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama merupakan aspek yang fundamental dan
berperan sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan manusia yang dijawantahkan dalam wujud
peningkatan kesejahteraan dan kualitas taraf hidup masyarakat. Pada titik ini, nilai-nilai budaya bangsa
yang mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 perlu direvitalisasi ke dalam suatu pranata-pranata
yang aplikatif sehingga secara substansial mampu menaungi sekaligus menjadi pijakan dasar dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah. Dalam prakteknya selama ini, ternyata nilai-nilai ideologis
bangsa ini masih belum terimplementasikan secara utuh dan nyata. Lebih dari itu, sejalan dengan
penyelenggaraan pembangunan yang mengacu kepada karakteristik dan spesifikasi daerah, serta
dalam kerangka memperkuat kohesi dan ketahanan sosial yang menyangkut interaksi antar individu
atau kelompok masyarakat dapat dirasakan adanya kecenderungan terabaikannya budaya daerah
yang memuat nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan (custom), tradisi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk
kearifan lokal lainnya.
Penduduk (masyarakat) Kota Sungai Penuh adalah penduduk asli, artinya masyarakat Kota
Sungai Penuh sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial masyarakat
Kerinci dicirikan oleh adanya suku Kerinci, yaitu merupakan turunan suku Melayu Tua yang telah
menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (bahasa Kerinci)
dengan tulisan Rencong Srik.
Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam kawasan TNKS dan merupakan
daerah yang subur dan relatif terisolir. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih
menonjolkan sifat religius yang mayoritas Islam serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang.
Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata
masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, ninik mamak, kaum kerabat) alim ulama, cerdik
pandai, masyarakat biasa, dan golongan orang-orang tua, serta golongan orang muda.
Tantangan pembangunan di bidang kepemudaan adalah mengoptimalkan partisipasi pemuda
dalam pembangunan, menstabilkan kondisi perkembangan psikologis pemuda, melemahnya sandaran
nilai dan norma, banyaknya kompetisi yang diakibatkan karena arus globalisasi, serta pelestarian
40
Gambaran umum kondisi daerah
karakter, idealisme dan budaya bangsa. Tantangan pembangunan di bidang olah raga adalah belum
bisa dirasakannya pembinaan keolahragaan yang komperehensif dan berkesinambungan agar seluruh
potensi olah raga dapat dikembangkan secara baik, penguatan peran dan tanggung jawab masyarakat
beserta pemangku pembangunan untuk mengembangkan sarana dan prasarana keolahragaan
misalnya dengan melalui pembangunan Gelanggang Olah Raga yang terpadu dan komprehensif
dengan standar internasional disamping itu harus ditumbuhkembangkan manajemen peningkatan
kualitas atlit secara komperehensif, terpadu dan standar internasional.
Pembangunan di bidang seni dan budaya sudah mengalami kemajuan yakni ditandai dengan
meningkatnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, pentingnya toleransi dan pentingnya
sosialisasi penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan serta mulai berkembangnya interaksi antar
budaya. Pentingnya pembangunan kebudayaan di Kota Sungai Penuh ditujukkan dalam rangka
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan kaidah kebudayaan daerah itu sendiri dan yang lebih
penting adalah melestarikan jati diri dan nilai budaya ditengah semakin derasnya informasi dan
pengaruh negatif budaya asing yang sudah masuk ke Indonesia.
2.3. Aspek Pelayanan Publik
Otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah untuk mempercepat terwujudnya tata
pemerintahan yang baik. Pemerintah Kabupaten dan Kota mempunyai kewenangan besar untuk
mendorong proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, responsif, dan akuntabel karena kendali dari
proses kebijakan dan alokasi anggaran sepenuhnya ada di tangan pemerintah daerah. Untuk itu salah
satu isu kebijakan umum yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah bagaimana
menciptakan pemerintahan yang bersifat good governance.
Fungsi pemerintah sebagai dinamisator pembangunan, maka bagian aspek pelayanan umum
berikut ini menjelaskan kondisi eksisting pemerintah daerah Kota Sungai Penuh, baik pada urusan
wajib maupun urusan pilihan.
Gambaran mengenai potensi PNS menurut kelembagaan dan kepangkatan Kota Sungai
Penuh adalah seperti tabel berikut :
41
Gambaran umum kondisi daerah
Tabel. II. 22
Jumlah PNS Otonom Pemda Kota Sungai Penuh
Menurut Dinas/Instansi Tahun 2011
No
Uraian
Struktural
1
I.
2
3
Fungsional Jumlah
4
5
Sekretarian/Badan
1 sekretarian Daerah
98
98
2 Sekretarian DPRD
30
30
3 Sekretaian KPU
11
11
4 Inspektorat
38
38
5 Bappeda
41
41
6 Badan pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah
Pe,mberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana
Desa,
7 Badan kepegawaian Daerah
8 Badan Pelaksanaan Penyuluh
kehutanan dan Ketahanan Pangan
23
20
43
Pertanian,
Perikanan,
9 Badan Lingkungan Hidup
15
43
43
44
59
25
25
10 Badan penenggulamngan Bencana
21
21
11 Sekretariat KORPRI
6
6
JUMLAH
II.
351
64
415
1 Dinas Pendidikan
54
34
88
2 Dinas kesehatan
41
1
42
3 Dinas Perhubungan,Komunikasi dan Informatika
24
24
4 Dinas Pekerjaan Umum
61
61
5 Dinas Sosial, tenaga Kerja dan pencatatan Sipil
25
25
6 Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Tenaga Kerja
23
23
7 Dinas Perindustrian, perdagangan, Koperasi dan UMKM
30
30
8 Dinas Kebersihan, pertamanan dan pemadam kebakaran
30
30
9 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
30
Dinas
6
36
10 Dinas Perikanan dan peternakan
32
32
11 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
50
50
12 Pemuda, Olaharaga, Kebudayaan dan parawisata
26
26
III.
JUMLAH
426
41
467
1 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
13
13
2 kantor Perizinan Terpadu
7
7
3 Kantor Satuan Polisi pamong Praja
13
13
Kantor
JUMLAH
33
0
33
42
Gambaran umum kondisi daerah
IV.
Kecamatan
1 Kecamatan Sungai Penuh
15
15
2 Kecamatan pesisir Bukit
13
13
3 Kecamatan Hamparan Rawang
18
18
4 Kecamatan Tanah Kampung
22
22
5 Kecamatan Kumun Debai
17
17
85
V.
0
85
Kelurahan
1 kelurahan Sungai Penuh
5
5
2 Kelurahan Pasar Sungai Penuh
3
3
3 Kelurahan Pondok Tinggi
7
7
4 Kelurahan Dusun Baru
5
5
JUMLAH
20
0
20
VI
Puskesmas dan UPTD
119
82
201
VII
Sekolah dan UPTD Pendidikan
102
1721
1823
Total
1136
1908
3044
Sumber: Bagian Kepegawaian Kota Sungai Penuh
a. Pelayanan publik
Penempatan pegawai dan pejabat struktural dalam tugasnya masih dijumpai adanya
ketidaksesuaian dengan kompetensi yang dibutuhkan baik latar belakang pendidikan, manajerial, dan
kompetensi individu dengan jabatan yang dipangkunya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pegawai yang ada dengan latar belakang pendidikan yang beragam.
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat guna meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang baik masih banyak persoalan yang harus dihadapi Kota Sungai Penuh seperti
masih belum adanya gedung perkantoran yang memadai bagi SKPD serta masih belum terselesainya
asset daerah dengan kabupaten induk (kabupaten Kerinci) sehingga untuk mendapatkan penilaian
daerah otonomi baru dengan predikat baik memerlukan kerja keras dan bagi pemerintah Kota Sungai
Penuh.
Pelayanan publik dalam rangka pelayanan administrasi seperti KTP, Catatan sipil dan
perizinan belum sepenuhnya sesuai dengan standar pelayanan yang memadai, sebagaimana arahan
dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
43
Gambaran umum kondisi daerah
b. Urusan Pelayanan Wajib
Urusan pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselengarakan oleh
pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Secara umum, penyelenggaraan
pelayanan dasar Kota Sungai Penuh masih perlu ditingkatkan, sebagaimana kondisi eksisting sebagai
berikut :.
Pendidikan
Kelengkapan fasilitas pendidikan di Kota Sungai Penuh ditunjukan dengan keberadaan sarana
pendidikan yang ada, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah pendidikan tinggi
setingkat universitas, distribusi masing-masing jenis pendidikan disetiap kecamatan pada umumnya
cukup merata, Adapun kondisi kegiatan pendidikan yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan
kecamatan Kota Sungai Penuh dapat dapat dilihat pada tabel II.24
Tabel. T-II.23
Sarana Pendidikan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010
No
Kecamatan
TK
1
2
3
4
5
Tanah Kampung
2
Sungai Penuh
18
Hamparan Rawang
9
Pesisir Bukit
7
Kumun Debai
3
Jumlah
39
Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010
SD
10
30
11
12
10
73
Jenis Fasilitas Pendidikan (Unit)
SLTP
SLTA
Perguruan
Tinggi
1
1
6
6
5
1
1
2
3
2
1
2
1
11
13
8
MIS/MTS/MAN/MAS
2
5
4
3
2
16
a). Taman Kanak-Kanak (TK)
Untuk tingkat pendidikan taman kanak-kanak dilihat dari jumlah distribusinya di setiap kecamatan
di Kota Sungai Penuh cukup banyak dan merata. Adapun jumlah keseluruhan taman kanak-kanak
adalah 39 unit, dengan rasio Guru terhadap Murid 1 : 9. Sekolah Taman Kanak-kanak
diperuntukan untuk anak-anak usia antara 4 - 5 tahun, dimana dalam penyediaan Sekolah Taman
Kanak-kanak diasumsikan terdiri dari 2 kelas, yang masing-masing untuk 20 murid. Jumlah
penduduk pendukung dari setiap fasilitas TK ini adalah 1.250 jiwa untuk luas tanah 500 m².
Berdasarkan analisis setiap pembangunan lima tahun akan terjadi peningkatan kebutuhan Taman
Kanak-Kanak (TK) sebesar 0,75 % seiring dengan terjadinya peningkatan angka pertumbuhan
penduduk.
44
Gambaran umum kondisi daerah
b). Sekolah Dasar (SD)
Untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar dilihat dari distribusinya pada setiap kecamatan di Kota
Sungai Penuh, jumlahnya cukup banyak dan merata. Adapun jumlah keseluruhan Sekolah Dasar
baik yang disediakan pemerintah (SD Negeri) maupun swasta (SD Swasta) adalah 72 unit,
dengan rasio guru terhadap murid 1 : 14. Sekolah Dasar diperuntukkan untuk anak-anak usia
antara 6 -12 tahun, dimana dalam penyediaan Sekolah Dasar diasumsikan terdiri dari 6 kelas
masing-masing untuk 40 murid. Jumlah penduduk pendukung dari setiap fasilitas SD ini adalah
1.600 jiwa untuk luas tanah 3.600 m² atau 0,36 Ha. Berdasarkan standar penduduk pendukung
minimum, kebutuhan pengembangan sarana SD dan lahan masih perlu disiapkan.
c). Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Jumlah Sekolah Menengah Pertama baik negeri (SMP Negeri) maupun swasta adalah 11 unit
dengan tenaga pengajar berjumlah 406 guru. Total banyaknya murid yang ditampung adalah
4.278 siswa, sehingga rasio guru terhadap murid adalah 1 : 12. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
merupakan sekolah lanjutan dari tingkat Sekolah Dasar. Skala pelayanan dari SLTP ini lebih luas
dari tingkat SD. Adapun asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan masing-masing
jumlah dan ruang SLTP ini yaitu minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 4.800 jiwa,
sehingga luas lahan yang dibutuhkan adalah 6.000 m2 atau 0,6 Ha. Berdasarkan kebutuhan
pengembangan sarana SLTP setiap rencana pembangunan jangka menengah masih perlu
mendapat perhatian untuk pengembangannya.
d). Sekolah Menengah Atas (SMA)
Adapun jumlah keseluruhan Sekolah Menengah Atas baik yang ada di Kota Sungai Penuh adalah
13 unit dengan tenaga pengajar berjumlah 376 guru. Total banyaknya murid yang ditampung
adalah 5.073 siswa, sehingga rasio guru terhadap murid 1 : 14. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) merupakan sekolah lanjutan dari tingkat SLTP, dimana besaran ruang yang dibutuhkan
harus disesuaikan pula dengan besarnya daya tampung ruang untuk SLTP. Skala pelayanan dari
jenis fasilitas ini memiliki skala pelayanan yang lebih luas dari tingkat SLTP. Asumsi yang
digunakan dalam menghitung kebutuhan masing-masing jumlah dan ruang SMU ini sama dengan
SLTP yaitu; minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 4.800 jiwa, luas lahan yang
45
Gambaran umum kondisi daerah
dibutuhkan adalah 6.000 m2 atau 0,6 Ha. Berdasarkan kebutuhan pengembangan Sarana SLTA
juga mendapat perhatian seiring dengan kebutuhan jumlah lulusan dari SLTP setiap tahunnya.
f).
Perguruan Tinggi (PT)
Pendidikan Tinggi / Sekolah Tinggi yang telah dimiliki oleh Kota Sungai Penuh terdapat di
Kecamatan Sungai Penuh, Kumun Debai, dan Pesisir Bukit, yang jumlahnya 8 unit. Adapun
asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan jumlah dan ruang Perguruan Tinggi yaitu
minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 81.162 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2009 sebesar 81.162 jiwa, maka kebutuhan sarana Perguruan Tinggi adalah 1
(satu) unit. Satu unit Perguruan Tinggi ini merupakan penggabungan dari 8 unit Sekolah Tinggi
yang telah dimiliki oleh Kota Sungai Penuh. Sementara itu, jumlah rasio seluruh dosen terhadap
mahasiswa di 8 (delapan) Sekolah Tinggi di Sungai Penuh saat ini adalah 1 : 18. Hal ini
mengindikasikan bahwa jumlah dosen sudah sangat mencukupi.
g). Ibtidaiyah/Tsanawiyah/Aliyah dan Pesantren
Untuk tingkat pendidikan madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah dilihat dari distribusinya di
setiap kecamatan di Kota Sungai Penuh, dapat dikatakan jumlahnya telah cukup banyak dan
merata. Adapun jumlah keseluruhannya adalah 16 unit dengan total tenaga pengajar 293 orang
guru dan peserta didik berjumlah sebanyak 2.385 orang murid,
Kesehatan
Peranan sumber daya manusia yang berkualitas memegang peranan penting bagi suksesnya
kegiatan pembangunan di suatu wilayah atau daerah. Salah satu kunci dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia tersebut dapat dilihat dari tingkat kesehatannya. Oleh karena itu untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka ketersediaan sarana kesehatan untuk
melayani kesehatan penduduk sangatlah penting. Pelayanan kesehatan penduduk di Kota Sungai
Penuh dilayani oleh adanya sarana kesehatan berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, Klinik
KB, Dokter, Bidan, serta perawat.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan didukung dengan ketersediaan berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan. Pada tahun 2009 fasilitas kesehatan yang ada berupa Puskesmas 5 unit dengan
perhitungan bahwa 1 Puskesmas melayani lebih dari 20.000 penduduk. Selain itu terdapat juga
Puskesmas pembantu 7 unit, Posyandu 70 unit, Poskesdes 8 unit, apotik 12 unit, klinik bersalin 4 unit,
46
Gambaran umum kondisi daerah
dan Rumah Sakit 2 unit terdiri dari Rumah Sakit Umum Daerah 1 unit yang saat ini statusnya masih
milik Kabupaten Kerinci dan Rumah Sakit DKT 1 unit.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan penyebaran jenis sarana kesehatan di Kota Sungai
Penuh dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel. II.24 Jumlah dan Sebaran Fasilitas Kesehatan Kota Sungai Penuh
No
Kecamatan
Rumah
Sakit
1
Tanah
Kampung
Sungai Penuh
Hamparan
Rawang
Pesisir Bukit
Kumun Debai
Jumlah
2
3
4
5
Jenis Fasilitas Kesehatan (Unit)
Puskesmas Pustu Posyand Poskesd Apotik
u
es
1
12
1
-
2
2
Klinik
Bersalin
-
2
1
3
3
21
13
2
12
-
4
-
1
5
1
7
11
13
70
4
1
8
12
4
Untuk dapat melayani kesehatan penduduk Kota Sungai Penuh secara optimal, maka jumlah
sarana kesehatan yang dibutuhkan perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitas pelayanannya,
penambahan prasarana itu diantaranya meliputi Rumah Sakit (RS) Khusus berjumlah 1 unit,
Puskesmas 1 Unit, Pustu/Balai Pengobatan 3, Klinik Bersalin 3 unit, Posyandu berjumlah 3 unit. Secara
keseluruhan tingkat pelayanan sarana kesehatan di wilayah Kota Sungai Penuh berupa ketersediaan
pelayanan sarana RS, puskesmas dan puskesmas pembantu sudah mencukupi kebutuhan standar
minimum.
Gambaran cakupan pelayanan kesehatan, terutama indikator - indikator proxi terhadap
pencapaian derajat Kesehatan masyarakat di Kota Sungai Penuh, sampai dengan tahun 2010, sebagai
berikut:
1.
Upaya Kesehatan
Dalam Upaya percepatan
penurunan
AKI dan AKB
telah dilaksanakan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Cakupan Pelayanan Kesehatan
Esensial pada tahun 2010 berupa kunjungan K 4 sebesar 94,50%, pertolongan persalinan Nakes
85%, kunjungan Neonatus yang tertangani sebesar 5,86%, kunjungan Bayi sebesar 85% dan
pelayanan nifas sebesar 85%.
47
Gambaran umum kondisi daerah
Faktor penyebab dari masih tingginya angka kematian bayi antara lain disebabkan oleh
Asphyxia, Indeksi Saluran Pernafasan bagian Atas (ISPA) dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Sedangkan penyebab masih relatif tingginya Angka Kematian Ibu melahirkan adalah
eklamsi berat, reputra uteri dan pendarahan.
Indikator lain yang memberikan gambaran upaya kesehatan di wilayah tersebut yaitu: Capaian
Universal Child Imunizazion (UCI) sebesar 85%, Angka kesembuhan TB Paru sebesar 55,15%,
KLB yang ditangani 100%
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat pada tahun 2009 telah dilaksanakan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah Kota Sungai Penuh yang memberikan
pelayanan Gratis di pelayanan dasar. Pada Tahun 2010 memberikan Jaminan secara paripurna
terhadap masyarakat Kota Sungai Penuh, yang tidak dijamin pada Jaminan Kesehatan
Masyarakat, Askes dan Asuransi kesehatan lainnya.
Persentase masyarakat yang menggunakan air bersih pada tahun 2008 sebesar 85% dan
akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 76%. Tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2008 baru mencapai 70% dan tempat pengolahan
makanan yang memenuhi syarat baru mencapai 72%.
2.
Pemberdayaan Masyarakat
Gambaran Upaya Pemberdayaan Masyarakat Perilku Hidup Bersih sehat baru mencapai 40%,
sedangkan Desa Siaga Aktif sebesar 17%, Cakupan partisipasi masyarakat D/S penimbangan
Balita di Posyandu baru mencapai 65%, sedangkan balita yang naik timbangannnya (N/D)
sebesar 80%. Posyandu yang ada berjumlah 72 unit dengan kader 360 orang, Rasio 1 Posyandu
: 60-70 balita, rata-rata Posyandu memiliki 5 orang kader.
3.
SDM Kesehatan
Tenaga Kesehatan di Puskesmas tahun 2010 sebanyak 242 orang, rasio dokter terhadap
penduduk adalah 1 : 8.000, rasio perawat terhadap jumlah penduduk 1 : 1.500 dan rasio bidan
terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 1.800, rasio tenaga kesehatan masyarakat terhadap jumlah
penduduk adalah 1 : 3.800, Tenaga kesehatan dengan kualifikasi pendidikan tertentu dan
kompetensinya masih dirasakan kurang.
48
Gambaran umum kondisi daerah
Tabel. T-II.25
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010
No
Indikator
Tahun 2009
Tahun 2010
1
Cakupan kunjungan ibu hamil K4
89%
94,50%
2
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditanggani
5%
13,70%
3
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
79%
85,00%
4
Cakupan pelayanan nifas
79%
85,00%
5
Cakupan pelayanan Neonatus dengan komplikasi yang ditanggani
5%
5,86%
6
Cakupan kunjungan bayi
79%
85,00%
7
Cakupan Desa UCI
79%
85,00%
8
Cakupan pelayanan anak belita
82%
84,00%
9
Cakupan pemberian makanan pendamping asi 6-24 BI bagi gakin
100%
100%
10
Cakupan belita gizi buruk yang ditangani
100%
100%
11
Cakupan penjaringan pelayanan siswa SD/sederajat
70%
100%
12
Cakupan peserta KB aktif
70%
75%
13
Cakupan dan penangan penderita penyakit yang ditangani
a.
Acute falcid paralysis rate per 100.000 pend<15 th
100%
100%
b.
Penemuan penderita pneumonia balita
100%
100%
c.
Penemuan pasien baru TB BTA positif
50%
d.
Penderita DBD yang tertangani
100%
100%
e.
Penemuan penderita diare
100%
100%
55,15%
14
Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin
100%
100%
15
Cakupan pelayanan rujukan Gakin
100%
100%
16
Penyelidikan Epidemiologi
100%
100%
17
Cakupan desa siaga aktif
15%
17%
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh Tahun 2010
Pekerjaan Umum
Aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang sangat dominan di Kota Sungai Penuh adalah
sarana dan prasarana transportasi darat. Hal ini dikarenakan kondisi geografis dari Kota Sungai Penuh
yang tidak memiliki pantai serta sungai yang besar, serta kongtur tanah yang berbukit-bukit.
Untuk pergerakan internal di wilayah Kota Sungai Penuh dilayani oleh transportasi jalan dan
jembatan. Transportasi jalan dan jembatan ini memegang peranan yang sangat penting dalam
49
Gambaran umum kondisi daerah
menunjang mobilitas orang dan barang, terutama dilihat dari kapasitas angkutnya dibandingkan
dengan transportasi lainnya.
Dalam pengelolaan jalan dan jembatan di Kota Sungai Penuh dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu ; jalan kelas II dikelola oleh APBD Provinsi, jalan kelas IIIA dikelola oleh Pemerintah Kota dan
jalan kelas IIIC dikelola oleh Pemerintah Kota dan swadaya masyarakat. Dari data hasil survey
lapangan yang dilakukan diketahui bahwa panjang jalan di Kota Sungai Penuh secara keseluruhan
yaitu 156,42 Km.
Sedangkan Jembatan yang ada di Kota Sungai Penuh tersebar pada masing-masing
kecamatan sebanyak 64 buah jembatan, sebagian besar jembatan-jembatan ini sudah berupa beton,
kondisi jembatan pada umumnya dalam keadaan baik dan beberapa dalam kondisi rusak sehingga
perlu penanganan segera. Menurut hasil survey lapangan masih terdapat dibeberapa titik ruas jalan,
jembatan tidak atau belum dapat menahan berat kendaraan roda empat atau lebih.
Untuk ketersediaan prasarana jalan raya dan jembatan yang menghubungkan Kota Sungai
Penuh dengan wilayah diluarnya, tersedia jaringan jalan Arteri Primer (jalan Provinsi) sebagai berikut:

Ruas Sungai Penuh - batas Provinsi Sumbar (Tapan)

Ruas Sungai penuh - arah Lempur

Ruas Sungai Penuh - arah Bangko

Ruas Sungai Penuh - batas Propinsi ke arah Padang, melalui Muara Labuh
Panjang jalan di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 dapat dilihat pada dibawah ini
Tabel.T-II.26
Panjang jalan menurut jenis permukaan
Kota Sungai Penuh Tahun 2010
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Uraian
Jalan Tanah
Jalan Kerikil
Jalan Batu
Jalan Lapen
Jalan ATB
Jalan Hotmix
Panjang (km)
22,84
16,24
45,37
37,67
34,30
Sumber : Dinas Pu Kota Sungai Penuh, Tahun 2010.
Sedangkan jumlah dan jenis Jembatan di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 dapat dilihat
pada tabel II.27
50
Gambaran umum kondisi daerah
Tabel. T-II.27
Jumlah dan Jenis Jembatan
Kota Sungai Penuh Tahun 2009
No
Uraian
1.
2.
3.
Jumlah
Panjang (km)
37
6
21
64
379,7
279
189
847,7
Jembatan permanen
Jembatan semi permanen
Jembatan Gantung
Total
Sumber : Dinas Pu Kota Sungai Penuh, Tahun 2010.
Irigasi
Sistem drainase di daerah permukiman umumnya befungsi hanya sebagai buangan kelebihan
air hujan atau buangan dari limbah rumah tangga. Sistem jaringan drainase mengikuti pola
permukiman dan kontur wilayah dan mengalir ke anak-anak sungai yang ada. Rutinitas pemeliharaan
(maintenance) jaringan drainase di Kota Sungai Penuh perlu dilakukan untuk mencegah luapan
alirannya.
Tabel. II.28
Klasifikasi dan Luas Drainase di Kota Sungai Penuh.
No.
1.
2.
3.
Klasifikasi Drainase
Luas (Ha)
36.010
2.990
0
39.150
Baik
Sedang
Jelek
Luas Wilayah Kota
Persentase Luas (%)
92,36
7,64
0,00
100,00
Sumber : Dinas Pu Kota Sungai Penuh, Tahun 2010.
Tipe-tipe irigasi yang ada di Kota Sungai Penuh disediakan oleh beberapa tipe bendung, yaitu:
Bendung Permanen dan Bronjong. Kondisi pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. II.29
Kondisi Bendung di Kota Sungai Penuh
Tahun 2009
No
Kecamatan
Bendung
Panjang Saluran
Permanen
Bronjong
Induk
Bangunan Air
Sekunder
1.
Sungai Penuh
6
-
5,177
-
75
2.
Hamparan Rawang
4
-
5,677
-
28
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010
51
Gambaran umum kondisi daerah
Perumahan
Pengembangan perumahan di Kota Sungai Penuh dilakukan dengan mengacu kepada Standar
Cipta Karya dan Kepmendagri 26/1999. Standar tersebut mengasumsikan bahwa penyediaan 1 unit
rumah untuk 1 unit KK, dengan asumsi 1 KK beranggotakan 5 penduduk. Adapun asumsi luas 1 unit
rumah ialah 0,009 Ha. Pada tahun 2011 perumahan penduduk terdata lebih kurang 16.576 rumah
dengan kebutuhan lahan perumahan keseluruhan diperkirakan 149,18 Ha. Arahan pengembangan
kawasan perumahan di Kota Sungai Penuh akan terdiri atas perumahan dengan kepadatan tinggi,
perumahan dengan kepadatan sedang, dan perumahan berkepadatan rendah. Kawasan perumahan
dengan kepadatan tinggi dan rendah dibatasi pada lahan yang telah diidentifikasi sebagai kawasan
perumahan di Kecamatan Sungai Penuh, Tanah Kampung, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit, dan
Kumun Debai. Pembangunan perumahan tetap dilakukan di kelima kecamatan tersebut dan perlu
diarahkan dalam bentuk pembangunan perumahan vertikal. Adapun kawasan perumahan
berkepadatan rendah diarahkan untuk dikembangkan di Kecamatan Kumun Debai dan Pesisir Bukit.
Perhubungan
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan
wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional dan mempererat hubungan antar wilayah.
Transportasi darat tidak dapat dipisahkan dari transportasi laut dan udara. Ketiga jenis transportasi ini
ditata dalam sistem transportasi lokal yang dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan dimasa
depan, mempunyai karakteristik yang mampu menjangkau seluruh wilayah daratan dan memadukan
moda transportasi lainnya. Oleh karena itu perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan
peranannya sebagai penghubung wilayah untuk menunjang, mendorong dan menggerakkan
pembangunan daerah demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Tabel. T-II.30
Pembangunan Sarana Pendukung Keselamatan Lalu Lintas
di Kota Sungai Penuh Tahun 2010
No
Jenis Sarana Pendukung
Tahun
2010
1
Rambu Lalu lintas
40 bh
2
APILL
4 unit
3
RPPJ
4h
4
Traffic Cone
- bh
52
Gambaran umum kondisi daerah
5
ZOSS (zona selamat sekolah)
- bh
6
Paku Jalan
- bh
7
Rambu Suar
- bh
8
Pagar pengaman jalan
- meter
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Sungai Penuh
Dalam mendukung kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan, maka disediakan
berbagai sarana pendukung antara lain rambu-rambu lalu lintas, APILL, RPPJ dan sebagainya. Namun
penyediaan sarana pendukung ini masih perlu ditingkatkan, khususnya pada ruas-ruas jalan utama,
pada daerah yang ramai aktivitasnya dan pada daerah yang rawan kecelakaan lalu lintas.
Ketersediaan sarana pendukung lalu lintas sangat diperlukan dengan semakin tingginya arus lalu lintas
yang ada di ruas-ruas jalan di Kota Sungai Penuh.
Tabel. II.31
Jumlah Kendaraan Yang di Uji Kota Sungai Penuh Tahun 2010
No
Tahun
Jenis Kendaraan
2010
1
Mobil Penumpang
4843 unit
2
Mobil Bus
3
Mobil Barang
4
Kereta Gandeng
0 unit
5
Kereta Tempel
0 unit
6
Kendaraan Khusus
0 unit
8 unit
295 unit
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Sungai Penuh
Tabel II.32
Pembangunan Sarana Pendukung Keselamatan Lalu Lintas, Komunikasi dan Informasi
di Kota Sungai Penuh Tahun 2010
No
1
Jenis
Rambu Lalu lintas
Uraian
Jumlah
Lokasi
Uk. 70 x 70 cm
40 buah
Dalam Kota Sungai Penuh
RPPJ 160 x 120cam
4 buah
Dalam Kota Sungai Penuh
Portal
-
-
4 unit
Dalam Kota Sungai Penuh
2
APILL
Traffic Light
3
Marka jalan

Marka Jalan
22350meter
Dalam Kota Sungai Penuh

Chevron
-
Dalam Kota Sungai Penuh
24 lokasi
53
Gambaran umum kondisi daerah

Zebra cross
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Sungai Penuh
c. Urusan Pilihan
Urusan pilihan pemerintah adalah urusan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan Kota
Sungai Penuh.
Pertanian
Luas lahan sawah di Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 3.833 hektar dengan luas
sawah terbesar yakni jenis pengairan desa/PU sebesar 1.354 hektar (35,32 persen dari total lahan
sawah). Sedangkan luas sawah terkecil yakni dengan jenis pengairan teknis dengan luas lahan hanya
99 hektar (2,58 persen). Luas lahan sawah dengan jenis pengairan setengah teknis sebesar 715
hektar, tadah hujan sebesar 577 hektar, dan pengairan sederhana sebesar 488 hektar.
Pada tahun 2010, total produksi padi sawah di Kota Sungai Penuh mencapai 36.466 ton
dengan luas panen sebesar 6.297 hektar, sehingga produktivitasnya sebesar 5,79 ton/hektar
(meningkat 9,66 persen dibandingkan tahun lalu). Hal serupa juga terjadi peningkatan produktivitas
jagung sebesar 3,63 ton/hektar dan ubi kayu sebesar 17,90 ton/hektar, sedangkan tanaman kacang
tanah dan ubi jalar mengalami penurunan produktivitas dibandingkan tahun sebelumnya namun relatif
kecil masing-masing sebesar 0,94 ton/hektar dan 11 ton/hektar.
Produksi tanaman sayur-sayuran terbesar di Kota Sungai Penuh tahun 2010 yakni tanaman
kentang dengan total produksi sebesar 1.830 ton, diikuti oleh tanaman petsai sebesar 701 ton, serta
tanaman cabe dan bawang merah dengan produksi masing-masing sebesar 448 ton dan 132 ton.
Produktivitas terbesar tanaman sayur-sayuran masih didominasi oleh tanaman kentang dengan
produktivitas sebesar 130,71 ton/hektar, diikuti oleh tanaman petsai dengan produktivitas sebesar
116,83 ton/hektar. Sedangkan produktivitas bawang merah dan cabe masing-masing sebesar 33
ton/hektar dan 22,40 ton/hektar.
Total produksi buah-buahan di Kota Sungai Penuh tahun 2010 mencapai 2.634 ton, dengan
produksi terbesar yakni buah pisang sebesar 819 ton, diikuti oleh jeruk sebesar 595 ton dan papaya
sebesar 462 ton. Sedangkan buah nanas merupakan buah dengan total produksi paling sedikit yakni 5
ton.
54
Gambaran umum kondisi daerah
Gambar II.2
Produktivitas Tanaman Pangan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010
20
15
10
5
0
Padi Sawah
Jagung
Kacang
Tanah
2009
Ubi Kayu
Ubi Jalar
2010
Tahun 2010, hasil perkebunan di Kota Sungai Penuh yaitu kemiri dengan produktivitas sebesar
3.400 kg/hektar, diikuti oleh pinang sebesar 700 kg/hektar, kopi sebesar 497,27 kg/hektar, cassivera
sebesar 437,26 kg/hektar. Sedangkan produktivitas tanaman perkebunan terendah yaitu cengkeh
sebesar 153,85 kg/hektar.
Peluang investasi pertanian di Kota Sungai Penuh masih sangat terbuka. Hal ini sejalan
dengan kebijakan nasional untuk menciptakan pertanian yang maju, tangguh, berkebudayaan industri,
berorientasi agribisnis, dan berbasis ekonomi kerakyatan yang makmur. Hampir semua kecamatan
yang ada di Kota Sungai Penuh yang merupakan sentra produksi tanaman pangan mempunyai
komoditi unggulan yang menjanjikan untuk dilakukan investasi. Peluang investasi tersebut meliputi:
1. Teknologi Pertanian;
2. Pembibitan Padi unggulan;
3. Percetakan sawah baru.
4. Pengembangan Kentang
5. Pengembangan Jeruk
6. Pengembangan Cabe
55
Gambaran umum kondisi daerah
7. Pengembangan Tomat
8. Pengembangan Jagung
Salah satu lokasi potensial yang layak dikembangkan adalah Desa Renah Kayu Embun yang
letaknya di atas Bukit Barisan dan merupakan daerah pertanian dan perkebunan. Dengan keadaan
tanah yang masih subur dan masih alami yang belum disentuh teknologi canggih, lokasi ini cocok
dijadikan daerah pertanian dan perkebunan yang berskala besar. Sektor pertanian Kota Sungai Penuh
masih didominasi oleh padi sawah dengan nilai produksi 30.468 ton, kemudian ubi kayu sebesar 1.142
ton, ubi jalar 475 ton, jagung 97 ton, dan kacang tanah 53 ton.
Peternakan dan Perikanan
Banyaknya populasi hewan ternak di Kota Sungai Penuh tahun 2010 mencapai 14.115 ekor
yang tersebar di 5 kecamatan, atau meningkat 22,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah
populasi sapi sebanyak 4.601 ekor, kerbau sebanyak 1.457 ekor, kambing 5.551 ekor, domba 2.444
ekor dan kuda 62 ekor. Peningkatan ternak terbanyak yakni kambing yang tumbuh sebesar 35,99
persen, diikuti domba sebesar 32,04 persen.
Produksi daging ternak terbesar yakni daging sapi yang mencapai 554.961,52 kg, meningkat
88,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun produksi daging ternak yang lain mengalami
penurunan dari tahun lalu yaitu daging kerbau turun 71,65 persen; daging kuda turun 77,78 persen;
daging kambing turun 68,61 persen dan daging domba turun 15,15 persen. Penurunan ini diakibatkan
karena pada tahun 2010 terjadi penurunan pemotongan hewan ternak.
Gambar II.3 Perkembangan Populasi Hewan Ternak di Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010
6.000
4.000
2.000
0
Sapi
Kerbau Kambing
2009
Kuda
Domba
2010
Kebutuhan daging di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 mencapai 814.821,12 kg; telor
sebesar 514.531,44 kg dan ikan sebesar 2.897.532 kg. Kecamatan Sungai Penuh merupakan
kecamatan dengan kebutuhan akan daging, ikan dan telur terbanyak. Hal ini disebabkan karena jumlah
56
Gambaran umum kondisi daerah
penduduknya paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya sehingga kebutuhan akan daging juga
semakin besar pula.
Jumlah populasi ternak unggas di Kota Sungai Penuh tahun 2010 mencapai 552.707 ekor atau
naik 62,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Populasi unggas terbesar yakni ayam kampung
sebanyak 228.521 ekor dengan pertumbuhan sebesar 124,56 persen diikuti oleh ternak ayam
pedaging sebesar 142.848 ekor.
Produksi daging ternak unggas tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu ternak itik dan ayam kampung masing-masing sebesar -42,28 persen dan -45,72
persen. Namun peningkatan produksi daging terjadi pada ayam petelur yang naik sebesar 163,53
persen diikuti oleh ayam pedaging naik sebesar 36,34 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar konsumsi masyarakat di Kota Sungai Penuh yakni ayam petelur dan ayam pedaging.
Gambar II.4 Perkembangan Produksi Daging Ternak Unggas
di Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010
70.000
60.000
50.000
40.000
2009
30.000
2010
20.000
10.000
0
Itik
Ayam
Kampung
Ayam
Pedaging
Ayam
Petelur
Total produksi telur tahun 2010 meningkat 20,45 persen dibandingkan tahun lalu, produksinya
mencapai 745.481,02 kg. Produksi telur terbanyak yaitu ayam petelur sebanyak 466.315,92 kg diikuti
oleh itik sebanyak 230.155,56 kg. Namun pertumbuhan produksi telur terbesar yaitu ayam kampung
sebesar 116,00 persen. Sedangkan pertumbukan produksi telur itik dan ayam petelur masing-masing
sebesar 12,41 persen dan 19,13 persen.
Total produksi ikan di Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 67.977,10 ton dengan nilai
produksi sebesar 27.815.520 ribu rupiah, dimana hampir 100 persen merupakan produksi ikan di
tambak sebesar 67.837,30 ton dengan nilai produksi 25.693.920 ribu rupiah. Sedangkan produksi ikan
di kolam dan ikan di keramba masing-masing sebesar 116,7 ton dan 23,1 ton dengan nilai produksi
masing-masing sebesar 1.762.500 ribu rupiah dan 359.100 ribu rupiah.
57
Gambaran umum kondisi daerah
Kehutanan
Kota Sungai Penuh memiliki luas 39.150 Ha yang terdiri dari lahan non sawah, persawahan
dan hutan. Penggunaan lahan terbesar yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan
hutan lindung seluas 23.177,60 Ha (59,20 %) dan lahan budidaya seluas 15.967 Ha (40,80 %).
Tabel. II.33
Luas TNKS dan Luas Budidaya di Kota Sungai Penuh
Luas Wilayah
(Ha)
%
1.
Tanah Kampung
1.100,00
2,81
2.
Sungai Penuh
20.525,00
52,43
3.
Hamparan Rawang
1.215,00
3,10
4.
Pesisir Bukit
2.110,,00
5,39
5.
Kumun Debai
14.200,00
36,27
Jumlah
39.150,00
100
(%)
100
Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010.
No.
Kecamatan
Luas TNKS
(Ha)
%
12.260,60
52,90
83,20
0,36
10.833,80
46,74
23.177,60
100
59,20
Luas Budidaya
(Ha)
%
1.100,00
6,89
8.264,40
51,67
1.215,00
7,61
2.026,80
12,69
3.361,20
21,05
15.967
100
40,80
Pariwisata
Sektor Pariwisata di Kota Sungai Penuh merupakan potensi yang masih sangat mungkin untuk
dikembangkan baik berupa wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan karena kondisi geografisnya
di daerah pegunungan yang memiliki panorama indah dan udaranya yang sejuk.
Dari total 125 objek wisata alam di Provinsi Jambi, 5 (lima) diantaranya terdapat di Kota Sungai
Penuh. Sedangkan objek wisata buatan baru terdapat 1 (satu) objek dan wisata sejarah/buatan
sebanyak 13 objek dari 83 objek wisata budaya/sejarah di Provinsi Jambi. Hal ini mengindikasikan
bahwa masih banyak objek wisata budaya/sejarah yang menjadi bukti pusat sejarah/kebudayaan
melayu atau peninggalan melayu kuno mengenai budaya sejarah.
Jumlah hotel di Kota Sungai Penuh kondisi tahun 2010 sebanyak 8 hotel dengan klasifikasi 1
(satu) hotel bintang 2 dan sisanya 7 (tujuh) hotel melati. Jumlah kamar yang tersedia sebanyak 181
kamar dan 387 tempat tidur dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 70 orang.
Perdagangan
58
Gambaran umum kondisi daerah
Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang sangat berperan penting
dalam perekonomian di Kota Sungai Penuh. Selama dua tahun berturut-turut sektor ini merupakan
kontributor terbesar dalam perekonomian daerah Kota Sungai Penuh. Tercatat pada tahun 2010, sektor
ini mampu berperan dalam pembentukan PDRB sebesar 30,41 persen.
Jumlah perusahaan yang sudah terbit tanda daftar perusahaan di Kota Sungai Penuh tahun
2010 sebanyak 180 perusahaan yang terdiri dari 113 unit usaha berupa perusahaan perorangan (PO),
60 unit usaha berbentuk CV, 5 unit usaha koperasi, dan sisanya 2 unit usaha berbentuk perseroan
terbatas (PT).
Selama tahun 2010, sektor ini didukung oleh 21 unit kelompok pertokoan, 4 unit pasar (terdiri
dari 3 pasar tradisional dan 1 pasar modern) serta 4 unit swalayan. Sehingga pantaslah sektor ini
mampu menjadi motor penggerak perekonomian daerah. Adapun jumlah restoran dan rumah makan di
Kota Sungai Penuh masing-masing sebanyak 2 unit dan 18 unit.
Tabel II.34
Jumlah Pasar Menurut Kecamatan di Kota Sungai Penuh
Tahun 2010
Kecamatan
Pasar Modern
Pasar Tradisional
(2)
-
(3)
-
Kumun Debai
-
-
Sungai Penuh
1
2
Hamparan Rawang
-
1
Pesisir Bukit
-
-
1
3
(1)
Tanah Kampung
Jumlah
Sumber : BPS Kota Sungai Penuh
Perindustrian
Dengan semakin meningkatnya jumlah usaha industri kecil dan menengah, maka telah
memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi daerah, sehingga dapat memberikan
konstribusi bagi Kota Sungai Penuh. Jumlah industri kecil dan menengah di Kota Sungai Penuh
didominasi oleh industri batu bata sejumlah 200 unit, industri kerupuk 120, dan industri kue basah 75
unit.
59
Gambaran umum kondisi daerah
Sedangkan bila dilihat secara komposisi keseluruhan jenis industri di Kota Sungai Penuh terdiri
dari industri rumah tangga 602 unit, industri kecil 982 unit dan industri anyaman 54 unit. Jumlah usaha
dan tenaga kerja industri di Kota Sungai Penuh tahun 2009 dapat dilihat pada tabel
Tabel II. 35
Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Industri
Kota Sungai Penuh
No
Kecamatan
Industri
Kecil
1
2
3
4
5
Tanah Kampung
Sungai Penuh
Hamparan Rawang
Pesisir Bukit
Kumun Debai
Jumlah
176
556
79
39
132
982
Jenis Industri (Unit)
Produk
Tenaga
Industri
Kerja
Industri
8
692
94
1910
7
258
8
102
16
312
133
3274
Produk
Pertanian
8
21
1
27
26
83
Sumber : Sungai Penuh dalam angka, 2011.
Sebagai wilayah pusat perdagangan dan jasa serta sebagai pusat pengembangan wilayah, maka Kota
Sungai Penuh memiliki peluang untuk pengembangan industri, diantaranya berupa :
1.
Pengolahan Cassiavera;
2.
Pengolahan Kopi Bubuk;
3.
Pengolahan Minyak Atsiri;
4.
Pengolahan Gula Ravinasi;
5.
Pengolahan Produk Air Tawar;
6.
Pengolahan Produk Kehutanan;
7.
Pengolahan Air Minum dalam Kemasan;
8.
Industri Kerajinan Batik Sungaipenuh;
9.
Industri Rumah Tangga berupa Kerajinan;
10. Industri Makanan Khas Daerah.
Jumlah industri kecil 982 unit dan industri anyaman 54 unit serta jumlah usaha dan tenaga
kerja industri di Kota Sungai Penuh tahun 2009 dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel. II.36
Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Industri di Kota Sungai Penuh Tahun 2009
No
1
Kecamatan
Tanah Kampung
Industri
Kecil
176
Jenis Industri (Unit)
Produk
Tenaga Kerja Industri
Industri
8
692
Produk
Pertanian
8
60
Gambaran umum kondisi daerah
2
3
4
5
Sungai Penuh
556
Hamparan Rawang
79
Pesisir Bukit
39
Kumun Debai
132
Jumlah
982
Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010.
94
7
8
16
133
1910
258
102
312
3274
21
1
27
26
83
Pengembangan industri berskala nasional merupakan kebutuhan penciptaan unsur utama
kegiatan ekonomi Kota Sungai Penuh dan sekaligus merupakan substansi peran dan fungsi kota
sebagai PKN. Hal ini mencakup pengembangan kawasan industri terpadu, pergudangan, serta
pengembangan terhadap industri kecil maupun rumah tangga. Arahan ruang untuk kompleks industri
diarahkan untuk berkedudukan di Kecamatan Kumun Debai, dalam bentuk kawasan terpadu seluas
473,41 Ha. Di samping itu dimungkinkan pula dalam bentuk aglomerasi industri/pergudangan yang
terintegrasi dengan Pusat Pemadu Moda (terminal) yang terdapat pada kawasan tersebut.
Adapun untuk kawasan industri kecil maupun industri rumah tangga tersebar di Kecamatan
Pesisir Bukit, dan Kecamatan Hamparan Rawang. Kondisi eksisting pada dua kecamatan ini sudah
banyak terdapat industri kecil/rumah tangga. Pemerintah Kota Sungai Penuh hanya perlu menata
kembali kawasan ini, penataan kawasan ini diatur untuk berkedudukan di Kecamatan Pesisir Bukit dan
Kecamatan Hamparan Rawang serta terintegrasi dengan kawasan pariwisata budaya. Pengaturan
kelompok industri kecil/rumah tangga ini dapat diarahkan agar berjalan kompak dengan
penggunaannya sebagai permukiman, namun demikian adanya suatu sistem informasi antara rumah
tangga yang juga melakukan kegiatan industri dan yang tidak juga perlu dilakukan agar ada suatu
mekanisme pengendalian yang berkelanjutan. Sementara itu ragam industri yang diarahkan untuk
dikembangkan di Kota Sungai Penuh ialah industri makanan, kayu manis, Kopi bubuk, industri
kerajinan dan sebagainya.
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan kemampuan perekonomian Kota Sungai Penuh dalam
mencapai tingkat kesejahteraan tinggi yang berkelanjutan dengan tetap terbuka dengan persaingan
dalam kontek regional. Daya saing daerah di Kota Sungai Penuh dapat dilihat dari aspek kemampuan
ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.
1.
Kemampuan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang adil
dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan banyak membawa tingkat
61
Gambaran umum kondisi daerah
kesejahteran masyarakat manakala pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil
masyarakat sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat dilihat
dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB Kota Sungai Penuh.
Produktivitas sektor PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan riil sebesar dari 6,30 %
tahun 2009 menjadi 6,46 % tahun 2010.
Tabel II.37Aspek Daya Saing
bidang Kemampuan Ekonomi Daerah
Lapangan Usaha
2009*
2010**
(1)
(2)
(3)
63.222,24
64.009,79
795,91
824,11
3. Industri Pengolahan
35.059,26
37.105,63
4. Listrik, Gas dan Air
4.283,85
4.507,09
24.757,18
27.801,68
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
147.183,92
158.768,70
7. Pengangkutan dan Komunikasi
111.582,46
118.889,94
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
57.355,51
60.725,70
9. Jasa-jasa
72.101,77
77.077,25
516.342,12
549.709,89
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
5. Bangunan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sumber : BPS Provinsi Jambi
Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota Semarang adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Pengankutan dan Komunikasi serta sektor jasajasa. Pada tahun 2009 kontribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut :
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 30,41 %, Pengangkutan dan Komunikasi sebesar
19,37 %, dan sektor jasa-jasa sebesar 16,54%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas
ekonomi masyarakat Kota Sungai Penuh didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan jasa-jasa. Sektor perdagangan dan jasa inilah yang akan
kembangkan sebagai aktivitas utama warga masyarakat.
2. Fasilitasi Wilayah/Infrastruktur
62
Gambaran umum kondisi daerah
Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan barang antar
daerah dan antara kabupaten/kota,
yang meliputi fasilitas transportasi (jalan, jembatan,
terminal), fasilitas kelistrikan, fasilitas komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih.
Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan
pembangunan suatu kota.
a.
Aksesbilitas Daerah
Sesuai dengan kondisi geografis Kota Sungai Penuh yang terletak pada posisi sentral antara
Provinsi Sumatera Barat (Tapan) Provinsi Jambi serta Provinsi Bengkulu (Muko-muko). Kota
Sungai Penuh selain merupakan merupakan jalur perlintasan dari lintas tengah dengan Lintas
Barat Sumatera, Kota Sungai Penuh juga merupakan penopang distribusi perekonomian wilayah
sekitarnya. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu mendapatkan perhatian
agar dapat berfungsi dengan optimal.Dalam mendukung aksesibilitas, Kota Sungai Penuh
memiliki kualitas panjang jalan yang semakin meningkat dalam 3 tahun terakhir ini.
b. Penataan wilayah
Sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh, penataan wilayah Kota
Sungai Penuh terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi
budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan
lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di
bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian
Selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan sungai, sempadan waduk, dan
sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan yang mempunyai
kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah. Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang
secara karakteristik wilayah
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah.
Kawasan yang dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah sebagai
berikut :Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman, perdagangan dan Jasa,
Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran, Kawasan olahraga, Kawasan
Wisata /Rekreasi, Kawasan perumahan dan permukiman, Kawasan pemakaman Umum,
Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring dengan pesatnya
perkembangan pembangunan Kota terdapat kompensasi yang tak bisa dihindari dalam tata
63
Gambaran umum kondisi daerah
guna lahan, yaitu tingginya ratio perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya
pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan perdagangan/jasa dan tumbuhnya kawasankawasan permukiman daerah pinggiran kota.
c.
Ketersediaan air bersih
Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Sungai Penuh pada saat ini terbagi
ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem
non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem
perpipaan meliputi seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Sungai Penuh, kecuali hanya
beberapa desa saja yang belum. Pemanfaatan air tanah (non perpipaan) masih menjadi pilihan
bagi masyarakat yang belum terjaring air bersih. Sistem jaringan perpipaan di Kota Sungai
Penuh ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM. Daya saing ketersediaan air
besih akan semakin membaik dengan selesainya penambahan kapasitas. Di Kota Sungai
Penuh persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas air minum sendiri pada awalnya
mengalami penurunan selama periode 2002, yaitu dari 60,95 persen pada tahun 2000 menjadi
51,99 persen di tahun 2002. Dan untuk tahun berikutnya terus mengalami kenaikan hingga
mencapai 61,88 persen pada tahun 2007, dan menurun pada tahun 2008 menjadi 60,05 persen,
namun terus naik kembali hingga mencapai 70,14 persen rumah tangga yang memiliki fasilitas
air minum sendiri pada tahun 2010.
d. Fasilitas listrik dan telepon
Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan,
terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat
dari sebaran tiap kecamatan yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh
kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat memungkinkan bagi pengembangan investasi.
e. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa
64
Gambaran umum kondisi daerah
Tersedianya fasilitas hotel dan restoran merupakan capaian kinerja daya saing bidang
perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Hotel dan Restoran baru yang terjadi selama ini
merupakan salah satu bahwa pertanda bahwa potensi ekonomi masyarakat masih akan terus
meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
3.
Fasilitas Iklim Berinvestasi
Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti
tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar
yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antar lain fasilitas keamanan dan
ketertiban wilayah, kemudahan proses perjinan, dan ketersediaan sumberdaya manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing.
a. Keamanan dan Ketertiban
Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai dengan tahun 2010 relatif kondusif bagi
berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan
kriminalitass, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh apratur pemerintah. Situasi
tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan
melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.
b. Kemudahan Perijinan
Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan investasi adalah prosedur dan
tata cara perolehan ijin atau pengurusan ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam
berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One Stop Services), melalui
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Sungai Penuh. Kepastian prosedur, waktu dan
keamanan perijinan merupakan kinerja utama pelayanan investasi. Dengan kemudahan perijinan
berinvestasi diharapkan akan menarik minat investor dalam negeri maupun luar negeri untuk
menanamkan modalnya.
c. Pengenaan Pajak Daerah
65
Gambaran umum kondisi daerah
Penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang pelaksanaannya mendasarkan pada Peraturan perundang-udangan
yang berlaku. Upaya penyesuaian terhadap regulasi yang baru telah mulai dilaksanakan, dan ini
dilakukan agar daya saing di bidang pajak dan retribusi mampu segera diakomodasi.
4. Sumber Daya Manusia
Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB-dalam konteks nasional dan PDRBdalam konteks regional, hanya mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Untuk itu
dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mampu menangkap tidak
saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan
manusia. Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi, karena itu pula Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari dimensi dasar pembangunan manusia dengan
melihat perkembangannya.
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
keberhasilan pembangunan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). IPM merupakan suatu
ukuran komposit sederhana yang memuat tiga aspek yang dianggap esensial dan operasional
untuk merefleksikan upaya pembangunan manusia secara menyeluruh yaitu peluang hidup,
pengetahuan, dan standar hidup layak.
Dari tabel dibawah ini, terlihat bahwa Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kota Sungai Penuh
tahun 2009 adalah 76,52. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka Propinsi Jambi
yang hanya mencapai 72,45, bahkan tertinggi se Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas SDM di Kota Sungai Penuh sudah lebih baik dibandingkan SDM di
Propinsi Jambi secara umum.
Tabel II.38
Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi 2009
Angka harapan
hidup (tahun)
Angka melek huruf
(persen)
Rata-rata lama
sekolah (tahun)
Pengeluaran per
kapita disesuaikan
(Rp.000)
IPM
JAMBI
68,95
96,06
7,68
632,60
72,45
Kerinci
70,70
97,23
8,11
631,88
73,94
Merangin
68,17
97,39
7,47
625,72
71,63
Sarolangun
69,27
93,82
7,04
637,05
72,00
Batanghari
68,95
97,57
7,52
631,51
72,59
Muara Jambi
69,19
95,90
7,55
629,04
72,18
Provinsi/ Kabupaten/Kota
66
Gambaran umum kondisi daerah
Tanjung Jabung Timur
70,06
92,42
6,25
632,17
71,17
Tanjung Jabung Barat
69,50
97,91
7,52
625,21
72,47
Tebo
68,98
94,91
6,88
628,97
71,34
Bungo
66,97
96,15
7,78
631,31
71,34
Kota Jambi
69,82
98,77
10,11
638,51
75,79
Kota Sungai Penuh
70,90
97,23
9,18
653,61
76,52
67
Download