Gambaran umum kondisi daerah Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Gambaran umum kondisi daerah Kota Sungai Penuh memberikan gambaran awal tentang kondisi dan capaian pembangunan Kota Sungai Penuh secara umum. Gambaran umum menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan lima tahun kedepan melalui pemetaan secara obyektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi mengambarkan karateristik lokasi dan wilayah pengembangan wilayah, kerentanan wilayah dan domografi Kota Sungai Penuh. Keunikan suatu daerah salah satunya ditunjukkan oleh kondisi geomorfologi wilayah tersebut, sehingga kondisi geomorfologi suatu daerah harus dijadikan sebagai salah satu dasar perencanaan pembangunan untuk wilayah tersebut. Indikator geomorfologi yang dianggap berpengaruh dalam perencanaan pembangunan daerah diantaranya adalah letak wilayah, topografi, geologi, hidrologi, Klimatologi, dan Penggunaan Lahan. a. Letak dan Kondisi Geografis Secara astronomis, Kota Sungai Penuh terletak antara 1010 14' 32'' BT sampai dengan 1010 27' 31'' BT dan 020 01' 40'' LS sampai dengan 020 14' 54'' LS. Sedangkan secara geografis Kota Sungai Penuh berada dalam lingkup Kabupaten Kerinci di bagian Barat Provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kota Sungai Penuh merupakan wilayah hasil pemekaran Kabupaten Kerinci sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh yang diresmikan pada tanggal 08 November 2008. Secara administratif Kota Sungai Penuh berbatasan dengan : Sebelah utara berbatasan dengan : Kec. Siulak, Kec. Depati Tujuh dan Kec. Air Hangat Timur Kab. Kerinci Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kec. Keliling Danau Kab. Kerinci Sebelah Barat berbatasan dengan : Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumbar Sebelah Timur berbatasan dengan : Kec. Air Hangat Timur dan 13 Gambaran umum kondisi daerah Kec. Sitinjau Laut Kab. Kerinci Tabel. II-1 Luas Wilayah Kota Sungai Penuh No. 1. Kecamatan Tanah Kampung Luas (Ha) 1.100 % 2,81 2. Sungai Penuh 20.525 52,43 3. Hamparan Rawang 1.215 3,10 4. Pesisir Bukit 2.110 5,39 5. Kumun Debai 14.200 36,27 39.150 100,00 Jumlah Kota Sungai Penuh terdiri dari 5 Kecamatan dengan 4 kelurahan dan 65 desa. Kecamatan yang wilayahnya paling besar adalah Kecamatan Sungai penuh dengan luas 20.525 ha atau 52,43% dari total luas Kota Sungai Penuh. Sementara kecamatan yang mempunyai wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tanah Kampung dengan luas 1.100 ha atau mencapai 2,81% dari luas wilyah keseluruhan. Tabel. II-2 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Sungai Penuh No. 1. 2. 3. 4. 5. KECAMATAN Jumlah Desa Kel. Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Kumun Debai Tanah Kampung 15 13 15 9 13 4 - 20.525 1.215 2.110 14.200 1.100 Penggunaan Lahan (Ha) TNKS Hunian/ % Budidaya 12.260,6 8.264,4 52,43 1.215 3,10 83,2 2.026,8 5,39 10.833,8 3.366,2 36,27 1.100 2,81 Jumlah Total 65 4 39.150 23.177,6 Wilayah 15.972,4 Sumber: BPS Kab. Kerinci Th. 2010. b. Topografi Dalam sistem fisiografis, Kota Sungai Penuh secara umum berada pada ketinggian antara 500 - 1000 mdpl yakni mencapai 52, 59% dari luas wilayah, ketinggian lebih dari 1000 mdpl 46,90 %, sedangkan sisanya berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl. 14 Gambaran umum kondisi daerah Tabel. II-3 Ketinggian Kota Sungai Penuh NO Kecamatan Ketinggian 100 -500 mdpl (ha) 1 2 3 4 5 Sungai Penuh Hamparan Rawang Kumun Debai Tanah Kampung Pesisir Bukit Total 0 0 200 0 0 200 % 0 0 1,4 0 0 0,5 > 500 -1000 mdpl (ha) 16.025 1.215 1.050 1.100 1.200 20.590 Total % > 1000 mdpl (ha) 78,08 100 7,394 100 56,87 52,59 4.500 0 12.950 0 910 18.360 % Luas 21,92 0 91,2 0 43,13 46,9 20.525 1.215 14.200 1.100 2.110 39.150 Sumber : Hasil Analisis, 2010 Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng wilayah Kota Sungai Penuh sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal. Wilayah yang terjal berada di bagian tengah Kecamatan Sungai Penuh dan Kumun Debai (24,3 %), sementara daerah perbukitan (28,2 %) berada di bagian barat Kecamatan Sungai Penuh dan Kumun Debai dan dikasawan perbatasan Kota Sungai Penuh dengan Kabupaten Pesisir Selatan. Lahan yang memiliki kemiringan relatif datar (12,3 %) terdapat sebagian besar di Kecamatan Hamparan Rawang dan Tanah Kampung, serta di Kecamatan Pesisir Bukit, Sungai Penuh dan Kumun bagian timur. Tabel .II-4 Klasifikasi Lereng di Kota Sungai Penuh. No. 1. 2. 3. 4. 5. Klasifikasi Lereng Datar Bergelombang Berbukit Curam Sangat Curam, Terjal Luas Wilayah Kota Lereng Luas (Ha) 0-2% > 2 – 15 % >15 - 25% >25 - 40% > 40% 4.812 4.618 11.051 9.171 9.498 39.150 Persentase Luas (%) 12,29 11,80 28,23 23,42 24,23 100.00 Sumber hasil Analisis, 2011. 15 Gambaran umum kondisi daerah c. Iklim Kota Sungai Penuh memiliki iklim yang sejuk dan nyaman, dengan curah hujan rata - rata 86 mm3 dan kelembaban rata – rata 80 %. Rata – rata kecepatan angin Kota Sungai Penuh sebesar 7 knot, sedangkan penyinaran matahari mencapai 42 %. Suhu udara maksimum rata – rata mencapai 28,8 oC sedangkan suhu udara minimum rata – rata mencapai 16,9 oC dengan rata –rata suhu udara mencapai 22 oC. d. Geologi Bentang alam Kota Sungai Penuh sangat dipengaruhi oleh susunan batuan (litologi), perkembangan struktur geologi, serta proses-proses geologi yang sedang berlangsung. Berdasarkan hasil penyelidikan geologi lingkungan Kota Sungai Penuh oleh pusat lingkungan geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral tahun 2010, Kota Sungai Penuh dibagi menjadi 5 (lima) satuan bentang alam (landscape) sebagai berikut : 1. Dataran aluvium sungai dan rawa ; 2. Kaki lereng pegunungan dan Perbukitan ; 3. Perbukitan dan pegunungan batuan gunung api ; 4. Perbukitan dan pegunungan batuan terobosan ; dan 5. Perbukitan batuan sedimen. Secara umum keadaan geologi wilayah Kota Sungai Penuh terletak pada penyebaran beberapa formasi batuan geologi, yaitu : Formasi Asai, Formasi Peneta, Formasi Bandan, Formasi Kumun, Formasi Pengasih, Granit Sungai Penuh, Ganodiorit langkup, batuan Gunung api RioAndesitan, Batuan gunung kuarter, Batuan Gunungapi Andesit-Basal, Batuan gunungapi Berksi, Batuan guning api Tuf, dan Endapan aluvium. Pada skala lokal 1:100.000, sesuai dengan struktur geologi di Kota Sungai Penuh terdapat sesar berarah ke barat laut – tenggara, yaitu sesar Siulak (hasil studi Pusat Geologi yang bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Kerinci Tahun 2003). Sesar ini terdiri atas dua sesar yang sejajar melintasi Kota Sungai Penuh. Panjang sesar kurang lebih 37 km dan lebarnya 17 km. Sesar ini mulai aktif sejak Miosen Tengah, yang berhubungan dengan pembentukan Formasi Kumun dan diaktifkan lagi pada Pilio-Plitosen. Sesar ini merupakan sesar geser menganan dengan kemiringan hampir tegak. 16 Gambaran umum kondisi daerah e. Perkembangan Kawasan Terbangun Berdasarkan daerah terbangunnya, bentuk Kota Sungai Penuh mencerminkan pola konsentrik, hal tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kota yang berada di tepi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Keberadaan TNKS membatasi perkembangan kota ke arah Barat. Berbatasannya Kota Sungai Penuh dengan wilayah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Muko - Muko memberikan kecenderungan bahwa Kota Sungai Penuh merupakan pusat pelayanan yang melayani wilayah sekitarnya, terutama wilayah perbatasan Kabupaten Kerinci sebagai pusat kegiatan perumahan. Semakin berkembangnya kawasan terbangun perkotaan ke arah timur wilayah kota semakin membentuk citra Kota Sungai Penuh sebagai kota tujuan perjalanan (destinasi) sementara pada wilayah sekitarnya (wilayah Kabupaten Kerinci) merupakan pusat domisili penduduk yang sehari-hari memiliki destinasi perjalanan ke Kota Sungai Penuh. Penggunaan lahan di wiliyah Kota Sungai Penuh saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Komponen ruang kota yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota dengan hasil produksi yang dipasarkan ke Propinsi Jambi, dan wilayah Sumatera Barat, Secara umum gambaran penggunaan lahan di Kota Sungai Penuh dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan, pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup pelayanan regional wilayah kota dan daerah pinggiran. Kegiatan ini berada di Kelurahan Pasar Sungai Penuh, Pondok Tinggi, Sungai Penuh, Desa Gedang, Permanti, Koto Tinggi, serta Aur Duri. (b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Bukit Sentiong, Bukit Kayangan dan kawasan Taman Bunga di Talang Lindung serta kawasan Bukit Tapan. (a) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat kota. Bagian barat dan tenggara serta utara kota merupakan daerah perkembangan perumahan yang antara lain di Kecamatan Sungai Penuh bagian barat, dan Pesisir Bukit. (b) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara kota yang besaran lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan. 17 Gambaran umum kondisi daerah Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang berawal dari lingkungan pusat kota. Perkembangan mengikuti rencana pola jaringan jalan lingkar yaitu poros jalan Desa Gedang – Jembatan I Tanah Kampung. Struktur Kota Sungai Penuh yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu jelas batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat kota. Tabel II.5. Penggunaan Lahan Kota Sungai Penuh Tahun 2010 NO PENGGUNAAN LAHAN NAMA KECAMATAN Hamparan Rawang 1 Hutan Primer (TNKS) 2 3 Hutan Sekunder Kebun Campuran 4 Pemukiman 5 Kumun Debai Pesisir Bukit JUMLAH Sungai Penuh Tanah Kampung 11.032 379 11.767 23.177 666 1.218 837 6.384 695 38 7.887 1.951 150 128 144 346 147 915 287 3 53 51 395 576 3 1.043 7 Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Rawa 3 130 8 Sawah 651 858 2.984 9 10 6 70 394 127 505 350 619 Semak/Belukar 568 5 83 657 Tanah Terbuka 9 1 2 11 14.200 2.110 20.525 LUAS 1.215 1.100 39.150 f. Rawan Bencana Wilayah Kota Sungai Penuh dapat dibagi kedalam 4 (empat) wilayah potensi gerakkan tanah, yaitu potensi gerakan tanah sangat rendah, potensi gerakan tanah rendah, potensi gerakkan tanah sedang, dan potensi gerakkan tanah tinggi. 18 Gambaran umum kondisi daerah Potensi Gerakan Tanah Sangat Rendah, wilayah ini umumnya menempati bentang alam yang disusun oleh endapan allivium pantai dan rawa. Gerakkan tanah di wilayah ini tidak pernah terjadi, sehingga cukup stabil. Potensi Gerakkan Tanah Rendah, wilayah ini menempati bentang alam perbukitan dan pengunungann batuan sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan dengan kemiringan lereng sangat terjal. Gerakkan tanah di wilayah ini, umumnya pada zona lapukan batuan yang cukup tebal dengan tutupan lahan (vegetasi) yang jarang. Potensi Gerakkan Tanah Tinggi, wilayah ini menempati bentang alam perbukitan dan pengunungan batuan sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan dengan kemiringan lereng sangat terjal lebih dari 30%. Wilayah ini nampak sebagai gerakkan tanah lama atau tempat berakumulasinya material tanah pelapukan, yang bilamana terjadi perubahan terhadap kondisi eksisting medan dapat memicu terjadinya gerakan tanah baru. Banjir musiman Curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama di bagian hulu daerah aliran Sungai Batang Bungkal dan Sungai Ampuh mengakibat terjadinya banjir di bagian hilir aliran sungai akibat kurangnya resapan dan kurang baiknya aliran sungai ke danau kerinci serta kondisi permukiman masyarakat di sekitar daerah aliran sungai yang lebih rendah dari batas normal debit air hal ini terjadi setiap adanya musim hujan. Banjir Bandang Banjir bandang berpotensi terjadi di wilayah Kota Sungai Penuh. Banjir ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama di bagian hulu daerah aliran Sungai Batang Bungkal dan Sungai Ampuh yang bersatu masuk ke dalam badan air Sungai Batang Bungkal. Peresapan air hujan di bagian hulu tersebut kurang baik sehingga air langsung mengalir ke bagian daerah aliran sungai sekitarnya yang langsung mengalir ke Sungai Batang Bangkal yang melintasi Sungai Penuh. Hal ini berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan fisik, jembatan, bangunan rumah yang berada di sekitar tepian Sungai Batang Bungkal. Kegempaan Berdasarkan peta seimotektonik, daerah Sungai Penuh dan sekitarnya termasuk zona gempa berskala IV, V, VI, dan VII MMI. Wilayah yang dibentuk oleh bentangan alam perbukitan dan pengunungan mempunyai intensitas gempa maksimum V sakla MMI, percepatan horizontal 60-70 19 Gambaran umum kondisi daerah gal (permukaan/100 tahun), pergeseran tanah pemukiman 0,5 sampai 1 meter dengan periode predominan 0,5 hingga 1 detik. Wilayah yang disusun dengan tanah residu yang membentuk kolovial dan endapan allivium sungai dan rawa mempunyai intensitas gempa maksimum VI hingga VII skala MMI, percepatan horizontal 100 gal (permukaan/100 tahun) dengan periode predominan 0,2 hingga 0,5 detik. g. Demografi Penduduk merupakan salah satu modal dasar suatu pembangunan. Selain itu, penduduk juga menjadi objek dari pembangunan. Namun, seperti yang kita ketahui, masalah kependudukan yang tidak pernah ada habisnya, masih menjadi perhatian pemerintah dan bangsa ini. Salah satu masalah yang masih menjadi fokus utama pemerintah dalam beberapa tahun belakangan selain jumlah, komposisi dan distribusi penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat tanpa diimbangi dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia itu sendiri, justru hanya akan menjadi permasalahan yang merupakan awal bagi masalah-masalah berikutnya. Masalah-masalah yang mungkin akan timbul dengan tidak sejalannya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah menambah jumlah pengangguran karena terkadang kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan tidak terpenuhi yang berdampak makin meningkatnya tingkat kriminalitas di masyarakat dsb. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tabel .II-6 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010 Tahun Jumlah Penduduk Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (Persen) Proporsi Jumlah Penduduk terhadap Total Penduduk Provinsi Jambi (Persen) 2009 81.162 - 2,76 2010 82.293 1,04 2,66 Sumber : SP 2010, Proyeksi SUPAS 2005 Dari tabel.II-5 terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 sebesar 1,04 persen. Laju pertumbuhan penduduk ini lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk provinsi Jambi yang mencapai 1,52 persen. Disamping itu, apabila dilihat berdasarkan proporsi penduduk Kota Sungai Penuh terhadap total penduduk provinsi jambi, diketahui terjadi penurunan, proporsi pada tahun 2009 sebesar 2,76 20 Gambaran umum kondisi daerah persen, turun menjadi 2,66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa petumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh masih lebih kecil apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Jambi. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran penduduk yang merata merupakan suatu indikator keberhasilan suatu pembangunan. Hal ini dikarenakan jika persebaran penduduk tidak merata berarti pembangunan juga tidak merata. Untuk itu, masalah penyebaran penduduk yang tidak merata dirasa perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang antar wilayah. Rata-rata penduduk per kecamatan sangat berbeda-beda, hal ini disebabkan karena luas wilayah dan letak wilayah kecamatan. Pada tahun 2009, rata-rata penduduk per kecamatan 15.620 dan pada tahun 2010 menjadi 16.459 orang. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk saja karena tidak ada pemekaran wilayah kecamatan pada periode tersebut. Luas wilayah Kota Sungai Penuh yang pada tahun 2010 tercatat 391,5 km2, kepadatan penduduknya sebesar 210 penduduk per km2. Hali ini berarti lebih tinggi dari kepadatan penduduk provinsi jambi yang hanya 62 penduduk per km2. Kemudian, jika dilihat pada kolom 3, rata-rata penduduk per desanmengalami kenaikan dalam periode 2009-2010, tetapi kenaikan tersebut lebih disebabkan karena meningkatnya jumlah penduduk dibandingkan dengan wilayah, karena pada periode tersebut tidak ada pemekaran wilayah desa. Pada tahun 2009 rata-rata tiap wilayah perdesaan di Kota Sungai Penuh dihuni oleh 1.132 penduduk yang terus meningkat hingga akhir tahun 2010 yang mencapai 1.193 penduduk. Tabel. II-7 Rata-rata penduduk per Kecamatan, Desa dan serta Kepadatan Penduduk, 2010 Kecamatan Jumlah Rata-rata Penduduk per Penduduk Desa Km2 Tanah Kampung 8 396 646 763 Kumun Debai 8 421 936 41 Sungai Penuh 35 067 1 846 2 886 Hamparan 12 726 979 603 Rawang Pesisir Bukit 17 683 1 179 125 Kota Sungai 82 293 1 193 210 Penuh Sumber : Sensus Penduduk 2010 21 Gambaran umum kondisi daerah Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Pada tabel II-7 di bawah ini, terlihat bahwa rasio ketergantungan (dependency ratio) pada tahun 2010 sebesar 53,13 atau yang berarti tiap 100 orang produktif menanggung 53 orang tidak produktif pada tahun tersebut. Tabel.II-8 Jumlah Penduduk dan Rasio Ketergantungan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Kelompok Umur Kecamatan Tanah Kampung Kumun Debai Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh 0-14 2 177 2 143 10 676 3 684 5 470 24 150 15-64 5 595 5 668 22 815 8 254 11 407 53 739 65+ 624 610 1 576 788 806 4 404 Rasio Ketergantungan 50,06 48,57 53,70 54,18 55,02 53,13 Sumber : Sensus Penduduk 2010 Dari table diatas juga dapat diketahui rasio ketergantungan anak (child dependency ratio,RKA) dan rasio ketergantungan lanjut usia (old dependency ratio,RKLU). RKA dan RKLU sering digunakan sebagai indikator tingkat pembangunan suatu daerah, daerah yang sedang berkembang biasanya mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, dan cenderung mempunyai rasio ketergantungan anak yang tinggi karena prensentase anak dalam struktur penduduk masih sangat tinggi. Sebaliknya, daerah yang sudah maju cenderung mempunyai rasio ketergantungan anak yang rendah. Dari tabel tersebut dapat dihitung bahwa rasio ketergantungan anak sebesar 44,94, hal ini artinya tiap 100 orang produktif menanggung 44 anak. Sedangkan rasio ketergantungan lanjut usia sebesar 8,20 atau tiap 100 orang produktif menanggung 8 orang lanjut usia. 22 Gambaran umum kondisi daerah Penggambaran komposisi penduduk menurut jenis kelamin, yang biasanya digunakan sex ratio (rasio jenis kelamin) antara lain berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Sex ratio (rasio jenis kelamin) merupakan perbandingan jumlah pria dengan 100 wanita. Jika angka sex ratio (SR) > 100, berarti jumlah pria lebih banyak dibanding wanita, sebaliknya jika SR < 100 berarti jumlah pria lebih sedikit dibanding wanita. Berikut pada tabel di bawah ini digambarkan Sex ratio Kota Sungai Penuh tahun 2010. Tabel. II-9 Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Kota Sungai Penuh, 2010 Penduduk Kecamatan Laki-laki Perempuan L+P Sex Ratio (SR) Tanah Kampung 4 146 4 250 8 396 97,55 Kumun Debai 4 174 4 247 8 421 98,28 Sungai Penuh 17 547 17 520 35 067 100,15 Hamparan Rawang 6 264 6 462 12 726 96,94 Pesisir Bukit 8 701 8 982 17 683 96,87 40 832 41 461 82 293 98,48 Kota Sungai Penuh Sumber : Sensus Penduduk 2010 Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan di Kota Sungai Penuh masih berada di bawah 100. Yang berarti masih lebih banyak jumlah penduduk perempuan dibanding laki-laki. Begitupun di tiap kecamatan, pada tahun 2010, kecuali Kecamatan Sungai Penuh, Sex Ratio masih lebih besar dari 100. Secara keseluruhan di Kota Sungai Penuh, SR sebesar 98,48, yang berarti dari 100 perempuan, terdapat 98 laki-laki. 23 Gambaran umum kondisi daerah 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kota Sungai Penuh, ditinjau dari sisi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Untuk melihat kondisi eksisting kesejahteraan dan pemerataan ekonomi data PDRB merupakan basis data yang terukur terjamin akurasinya untuk digunakan sebagai alat analisis utama. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku (berdasar harga saat ini / current prices) atau atas dasar harga konstan (berdasar harga tahun dasar / constant prices). PDRB merupakan jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha (sektor ekonomi) di suatu daerah tertentu dalam kegiatan ekonominya. Adapun manfaat dari PDRB atas dasar harga berlaku ini dapat digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu wilayah dan mengetahui kontribusi (share) dari setiap sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi (riil) dari tahun ke tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu region. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh sebab itu besaran PDRB sangat tergantung kepada sumber daya alam dan faktor produksi di daerah tersebut. Tabel II.10 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sungai Penuh dan Perkembangannya ADHB ADHK Tahun PDRB (Milyar Rp) Indeks Perkembangan PDRB (Milyar Rp) Indeks Perkembangan (1) (2) (3) (4) (5) 2008 1.162,09 341,84 485,75 142,89 2009 1.289,34 379,27 516,34 151,89 2010 1.518.42 446,66 549,71 161,70 24 Gambaran umum kondisi daerah PDRB Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 1.162,09 Milyar, naik menjadi 1.289,34 Milyar tahun 2009, dan Rp.1.518.42 Milyar tahun 2010. Sedangkan PDRB Kota Sungai Penuh berdasarkan atas harga konstan pada tahun 2008 sebesar Rp.485,75 Milyar, naik menjadi Rp.516,34 Milyar, dan Rp.549,71 Milyar. Struktur Perekonomian Daerah Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang ataupun jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Suatu perencanaan yang matang sangat diperlukan dalam menentukan prioritas pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB di suatu daerah. Penurunan produksi dari sektor-sektor yang dominan akan mempengaruhi sektorsektor terkait lainnya yang bisa berakibat pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Struktur perekonomian Kota Sungai Penuh dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor ekonomi seperti pada tabel berikut ini : Tabel II.11 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan masing-masing Sektor Ekonomi Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Sektor Kontribusi Pertumbuhan (1) Pertanian (2) 11,33 (3) 1,25 Pertambangan dan Penggalian 0,14 3,54 Industri Pengolahan 5,44 5,84 Listrik dan Air Minum 0,79 5,21 4,80 12,30 30,41 7,87 Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 19,37 6,55 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11,18 5,88 Jasa-jasa 16,54 6,90 100,00 6,46 25 Gambaran umum kondisi daerah Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa struktur ekonomi Kota Sungai Penuh didominasi oleh lima sektor utama yaitu sektor Perdagangan, hotel dan Restoran sebesar 30,41 persen, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,37 persen, sektor Jasa-jasa sebesar 16,54 persen, sektor Pertanian sebeasar 11,33 persen, dan sektor Keuangan sebesar 11,18 persen. Peranan dari kelima sektor ini mencapai 88,83 persen dalam pembentukan PDRB Kota Sungai Penuh. Kontribusi terendah disumbangkan oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 0,14 persen, disusul sektor Listrik, Gas dan Air sebesar 0,79 persen, dan sektor Bangunan sebesar 4,80 persen. Laju Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi, yang dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan ini dari tahun ke tahun akan mengahsilkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 6,46 persen. Angka ini menunjukkan bahwa perkembangan perekonomian di Kota Sungai Penuh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,06 persen pada tahun 2008 dan 6,30 pada tahun 2009. Sebagai daerah otonom yang masih baru, pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh dapat dikatakan cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari beberapa daerah tingkat II lainnya di Propinsi Jambi, yaitu menduduki peringkat ke 7 dari 11 Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi. Pada tahun 2010, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,25 persen. Meskipun pertumbuhan sektor pertanian ini tidak begitu tinggi, namun masih menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat. Hal ini karena Kota Sungai Penuh masih mempunyai banyak lahan pertanian yang produktif seperti lahan sawah dengan irigasi yang bagus. Rendahnya pertumbuhan di sektor pertanian ini dikarenakan sektor ini hanya mengandalkan subsektor tanaman bahan makanan terutama padi, dan sub sektor peternakan. Sedangkan sub sektor lainnya tidak begitu menunjang. Sektor pertambangan dan penggalian meskipun merupakan sektor yang sumbangannya paling kecil terhadap pembentukan PDRB Kota Sungai Penuh, namun masih dapat membantu perekonomian, sehingga sektor ini masih dapat tumbuh positif yaitu sebesar 3,54 persen. 26 Gambaran umum kondisi daerah Sektor Industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 5,84 persen, nanmun pertumbuhan ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 6,08 persen. Pertumbuhan sektor ini ditopang oleh pertumbuhan subsektor-subsektor yang ada, terutama subsektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,16 persen, Industri barang dari kayu sebesar 6,15 persen, Industri kertas dan barang cetakan sebesar 5,81 persen dan Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 5,33 persen. Sektor Listrik dan Air bersih pada tahun 2010 tumbuh cukup besar yaitu 5,21 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 3,36 persen. Hal ini dapat diartikan dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan listrik dan air bersih. Sektor bangunan pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,83 persen, namun pertumbuhan ini lebih kecil dari tahun sebelumnya yaitu 8,21 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini menggambarkan bahwa Kota Sungai Penuh sedang giat-giatnya membangun, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan andalan yang paling utama Kota Sungai Penuh tumbuh cukup tinggi yaitu 7,87 persen pada tahun 2010. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu 7,80 persen. Subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada sektor ini adalah pada subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 8,24 persen, diikuti subsektor restoran sebesar 5,98 perseen, dan subsektor hotel 5,18 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,55 persen dan lebih tinggi dari tahun 2009. Pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh subsektror Pos dan Telekomunikasi 8,52 persen dan diikuti subsektor pengangkutan 6,46 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini menunjukkan bahwa mobilitas penduduk baik di dalam Kota Sungai Penuh, antar daerah ataupun yang melalui Kota Sungai Penuh cukup tinggi. Begitu juga dengan komunikasi, dimana kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan komonikasi melalui alat telekomonikasi sangat tinggi. Untuk sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 5,88 persen pada tahun 2010, dan lebih tinggi dari tahun 2008 yaitu sebesar 5,10 persen dan 5,41 pada tahun 2009. Tingginya pertumbuhan sektor ini didominasi oleh tingginya subsektor Bank yaitu sebesar 8,18 persen. Sektor jasa-jasa pada tahun 2010 tumbuh sebesar 6,90 persen. Pertumbuhan ini cukup tinggi, namun lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,03 persen. Laju pertumbuhan subsektor swasta tumbuh lebih tinggi yauitu 7,35 persen, dan subsektor pemerintah dan pertahanan sebesar 6,67 persen. 27 Gambaran umum kondisi daerah PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat ekonomi suatu daerah adalah pendpatan perkapita. PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu periode (satu tahun) dan ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran /kesejahteraan masyarakat. Besarnya PDRB perkapita tergantung pada kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah dan juga besarnya jumlah penduduk di daerah tersebut. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di suatu wilayah. PDRB perkapita Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku tahun 2010 sebesar Rp.18.451.352,- , angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 15.739.556,-Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp.6.679.911,-pada tahun 2010, naik dari Rp. 6.303.235,- pada tahun 2009. Sedangkan Pendapatan regional perkapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRN atas dasar biaya faktor dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2009, pendapatan regional perkapita Kota Sungai Penuh atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 13.895.185,-, dan naik menjadi Rp. 16.454.915,- pada tahun 2010. Sedangkan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp. 5.585.269,- pada tahun 2009, naik menjadi Rp. 5.957.144,- pada tahun 2010. b. Kesejahteraan Sosial Fokus kesejahteraan sosial Kota Sungai Penuh diukur dengan sejumlah indikator terkait urusan pendidikan, kesehatan dan sosial. Pendidikan Pada tahun 2009 diketahui persentase penduduk yang bisa membaca dan menulis di Kota Sungai Penuh adalah sebesar 97.23 persen, atau lebih rendah dari angka melek huruf provinsi jambi yang sebesar 96,66 persen. 28 Gambaran umum kondisi daerah Tabel. II-12 Persentase Angka Melek Huruf Kota Sungai Penuh dan Provinsi Jambimenurut Jenis Kelamin,2009 Angka Melek Huruf (Persen) Jenis Kelamin Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi Laki-laki 97,93 97,67 Perempuan 94,34 94,95 L+P 97.23 96,66 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009 Pada tahun 2010, persentase laki-laki yang bisa membaca dan menulis (97,93%) mengungguli persentase perempuan yang bisa membaca dan menulis yaitu sebesar 94,34 persen. Hal ini berarti selilsih 3,57 persen yang mengindikasikan masih adanya kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Rendahnya angka melek huruf penduduk perempuan ini diperkirakan berkaitan dengan beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi dan faktor budaya. Keadaan ekonomi yang berkekurangan seringkali membuat masyarakat kurang mempedulikan pendidikan anak-anaknya. Budaya yang berkembang dalam masyarakat seperti adanya anggapan bahwa wanita cukup memiliki kepandaian untuk bekal hidup sebagai ibu rumah tangga (memasak, mencuci, dll) juga membuat pendidikan untuk anak perempuan menjadi terabaikan. Tabel. II-13 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat PendidikanTertinggi yang Ditamatkan di Kota Sungai Penuh, 2010 Jenis Kelamin Jenjang Pendidikan L P L+P SD 20,92 20,67 20,80 SLTP 18,50 19,62 19,07 SMA 32,40 25,65 28,95 Dipl. I/II/III 4,08 5,53 4,83 DIV/S1/S2/S3 6,65 4,45 5,52 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 29 Gambaran umum kondisi daerah Dari tabel di atas, terlihat untuk jenjang pendidikan dasar lebih banyak penduduk perempuan yang menamatkan pendidikan dasar 9 tahun dibandingkan penduduk laki-laki, meskipun hanya berbeda 1,87 persen. Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMA dan DIV/Sarjana lebih banyak penduduk laki-laki yang menamatkan dibanding perempuan. Yang menarik, untuk jenjang pendidikan Diploma I/II/III justru lebih banyak perempuan yang menamatkan dibanding laki-laki, yaitu 5,53 persen untuk perempuan dan 4,08 persen untuk laki-laki. Hal ini diduga terjadi karena masih banyak lowongan pekerjaan yang memerlukan tamatan Diploma I/II/III untuk pelamar perempuan, seperti sekretaris, guru, dan pekerjaan administrasi lainnya. Banyaknya penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada, dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka partisipasi sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Tabel. II-14 Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Umur 7-24 tahun diKota Sungai Penuh Tahun 2010 Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Laki-laki Perempuaan 7 – 12 97,07 98,33 97,77 13 – 15 94,35 96,31 95,23 16 – 18 70,32 57,82 63,22 19 - 24 32,62 34,15 33,33 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi berada pada kelompok usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yaitu sebesar 97,77. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 100 anak usia 7-12 tahun,97 anak diantaranya sedang bersekolah. Semakin tinggi jenjang pendidikan, angka partisipasi sekolah semakin menurun. Hal ini digambarkan oleh hasil Susenas 2010 dimana APS untuk kelompok usia 13-15 tahun sebesar 95,23, APS untuk kelompok usia 16-18 tahun sebesar 63,22, dan APS untuk kelompok usia 19-24 tahun sebesar 33,33. Apabila angka partisipasi sekolah tersebut dibandingkan berdasarkan gender, maka ada hal menarik, yaitu untuk umur 7-15 tahun, angka partisipasi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Akan 30 Gambaran umum kondisi daerah tetapi untuk kelompok umur 16-18 tahun terdapat perbedaan mencolok antara laki-laki dan perempuan, yaitu laki-laki (70,32) dan perempuan (57,82). Hal ini harus menjadi perhatian khusus dalam pembangunan pendidikan, karena adanya ketimpangan partisipasi sekolah usia 16-18 tahun atau setingkat sekolah menengah atas (SMA). Perkembangan angka rata-rata lama sekolah di Kota Sungai Penuh selama periode 2008 sampai 2009 menunjukkan kenaikan. Angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2008 sebesar 9,10 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 9,18. Angka-angka tersebut menempatkan Kota Sungai Penuh berada di atas angka rata-rata lama sekolah Provinsi Jambi yang bernilai 7,63 pada tahun 2008 dan 7,68 pada tahun 2009. Tantangan pembangunan bidang pendidikan Kota Sungai Penuh kedepan adalah meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan penguatan tata kelola pendidikan dalam upaya mengembalikan Kota Sungai Penuh sebagai tujuan pendidikan bagi daerah sekitar (regional Puncak Andalas). Kesehatan Prospek kedepan, pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan kualitas SDM yang ditandai dengan meningkatnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2009 yaitu 76.52%. Pembangunan Kesehatan merupakan investasi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan bagian daripada Indek Pembangunan Manusia (IPM). Perkembangan angka harapan hidup penduduk juga menunjukkan perkembangan berarti, dimana terlihat pada tabel di bawah ini, angka harapan hidup penduduk Kota Sungai Penuh dari tahun 2008-2010 terus menunjukkan peningkatan, yang semula pada tahun 2008, angka harapan hidup sebesar 70,84 tahun meningkat menjadi 70,90 tahun. Tabel T.II-15 Angka Harapan Hidup di Kota Sungai Penuh, 2008-2009 Tahun Indikator Kesehatan Angka Harapan Hidup 2008 2009 70,84 70,90 Sumber :Komponen IPM,BPS 31 Gambaran umum kondisi daerah Derajat Kesehatan Masyarakat telah menunjukan perbaikan seperti dapat dilihat dari penurunan angka kematian bayi, Ibu melahirkan, meningkatnya umur harapan hidup serta menurunnya angka status gizi kurang/buruk, walaupun angka-angka tersebut relatif cukup tinggi. Kondisi pembangunan kesehatan di Kota Sungai Penuh saat ini masih, sebagai berikut: 1) Derajat Kesehatan masyarakat relatif rendah. Pada tahun 2005 pada saat masih tergabung di Kabupaten Kerinci, kondisi angka kematian bayi sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 dari Surkesda tercatat angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 tercatat secara absolut Angka kematian Bayi sebanyak 4 orang. Angka kematian Ibu melahirkan pada tahun 2005 sebesar 225 per 100.000 Ibu melahirkan sedangkan Surkesda pada tahun 2008 sebesar 178 per 100.000 Ibu melahirkan. secara absolut angka kematian Ibu melahirkan sebanyak 8 ibu melahirkan. Angka harapan hidup di Kota Sungai Penuh menunjukkan angka yang cukup tinggi. Kondisi pada tahun 2005 sebesar 66,8 tahun dan pada tahun 2010 sebesar 70,90 tahun. Status gizi masyarakat Kota Sungai Penuh masih perlu terus ditingkatkan. Kondisi gizi kurang pada tahun 2005 sebesar 12% sedangkan pada tahun 2008 sebesar 10 %. Walaupun menunjukkan angka penurunan, namun masih harus terus diupayakan agar gizi kurang dari tahun ketahun semakin menurun. 2) Angka kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi atau menular masih tinggi. Angka kesakitan penyakit degeneratif mulai meningkat seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup. Oleh karena itu kita menghadapi beban ganda atau double burden bahkan “multiple burden” dalam pembangunan kesehatan . Penyakit Diare masih merupakan penyebab kematian terbesar, demikian juga dengan penyakit TB Paru, disamping penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke. 3) Perilaku hidup Bersih masyarakat yang masih rendah Partisipasi yang masih rendah serta kualitas kesehatan lingkungan yang masih rendah untuk itu diperrlukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kemandirian hidup sehat dalam rangka menjadikan Desa/Kelurahan Siaga. 4) Masih terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan 32 Gambaran umum kondisi daerah Kondisi saran prasarana kesehatan yang masih belum memadai sehingga akses dan mutu pelayanan kesehatan masih tergolong rendah. Selain itu, kondisi yang dihadapi adalah masih kurangnya kompetensi tenaga-tenaga kesehatan. 5) Manajemen kesehatan belum optimal Sistim Informasi Kesehatan (SIK) belum sepenuhnya dapat mendukung dalam pengelolaan program kesehatan. Disamping itu pembiayaan kesehatan masih relatif rendah. Tantangan pembangunan bidang kesehatan pada masa yang akan datang adalah masalah akses dan mutu pelayanan kesehatan; kompetensi dan penyebaran tenaga kesehatan; dan beban ganda penyakit di satu sisi dengan meningkatnya umur harapan hidup, maka penyakit tidak menular mempunyai kecenderungan meningkat. Selain itu, penyakit infeksi seperti TB Paru, Diare, ISPA yang belum dapat dituntaskan dan perlu diwaspadai pula penyebaran penyakit disebabkan oleh virus seperti HIV/AIDS, flu burung dan penyakit baru yang disebabkan oleh virus. Tantangan lainnya dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yaitu masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat yang ditandai masih relatif tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Angka kematian Bayi serta proporsi anak balita dengan gizi kurang. Perilaku hidup bersih dan kualitas lingkungan belumlah sepenuhnya dapat mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan. Tantangan global seperti eradikasi polio, bebas malaria dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan beberapa target yang harus dicapai di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan menuju masyarakat Kota Sungai Penuh Mandiri Hidup Sehat 2025 diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat diwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Makna dari Masyarakat Kota Sungai Penuh mandiri hidup sehat yaitu masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat, baik jasmani, rohani dan sosial dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan. Hal ii membutuhkan dukungan dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang kondisi eksisting saat sekarang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu meningkatnya umur harapan yang saat sekarang adalah 71 th, menurunkan Angka kematian Bayi dari 32 per 1000 Kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 178, serta menurunkan prevalinsi Gizi kurang dari 10%. 33 Gambaran umum kondisi daerah Pembangunan kesehatan diutamakan kepada penduduk rentan yakni ibu, bayi, anak, dan usia lanjut. Hal ini dilaksanakan melalui upaya kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, termasuk ketersediaan obat esensial, pengawasan farmasi dan makanan, manajemen kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Sosial Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat ekonomi penduduk suatu daerah. PDRB kalau dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan merupakan PDRB per kapita. PDRB per kapita Kota Sungai Penuh tahun 2009 sebesar Rp. 18.451,35 ribu, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 15.885,97 ribu. Jumlah rumah tangga miskin berdasarkan alasan ekonomi di Kota Sungai Penuh sebanyak 5.558 RT, dengan perincian keluarga pra sejahtera 926, keluarga sejahtera I 4.999, keluarga sejahtera II 8.821, keluarga sejahtera III 7.510, keluarga sejahtera III plus 1.723. dengan tingkat pengangguran sebesar 13,07%. Tabel. II-16 Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Kota Sungai Penuh Keadaan Akhir Tahun 2009 Kecamatan District 1. 2. 3. 4. 5. Penduduk Miskin Keluarga Miskin Alasan Ekonomi (2) - (3) 1090 819 1018 1335 1296 5558 (1) Tanah Kampung Kumun Debai Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Jumlah / Total Sumber: Dinas KSPM & KB Kota Sungai Penuh Tabel. II-17 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus di Kota Sungai Penuh Desember 2009 Kecamatan District Keluarga Pra Sejahtera KS I KS II KS III III Plus Total Total 34 Gambaran umum kondisi daerah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Tanah Kampung 332 840 1293 502, 140 3107 2. Kumun Debai 215 747 1086 660, 89 2797 3. Sungai Penuh 36 1432 2958 3081, 1349 8856 4. Hamparan Rawang 195 1153 1572 874, 94 3888 5. Pesisir Bukit 148 827 1912 2393, 51 5331 926 4999 8821 7510, 1723 23979 Jumlah / Total Sumber: Dinas KSPM & KB Kota Sungai Penuh Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Oleh karena upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Untuk memberikan gambaran mengenai ketenagakerjaan di Kota Sungai Penuh, akan disajikan beberapa indikator yang dianggap penting dalam mewakili indikator ketenagakerjaan ini. Indikator tersebut diantaranya adalah penduduk usia kerja, lapangan pekerjaan dan sebagainya. TPAK dan Kesempatan Kerja Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja yaitu penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja. 35 Gambaran umum kondisi daerah Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Tabel. II-18 TPAK, TPT dan TKK Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi, 2010 Kabupaten/Kota TPAK TKK TPT Kerinci 71,03 95,42 4,58 Merangin 67,98 92,62 7,38 Sarolangun 68,74 95,89 4,11 Batanghari 67,98 95,45 4,55 Muaro Jambi 62,09 93,24 6,76 Tanjab Timur 66,49 97,02 2,98 Tanjab Barat 71,09 97,20 2,80 Tebo 69,85 95,20 4,80 Bungo 65,83 97,00 3,00 Kota Jambi 57,54 92,18 7,82 Kota Sungai Penuh 62,20 86,73 13,27 Provinsi Jambi 65,78 94,61 5,39 Sumber : Sakernas 2010 Salah satu penyebab tingginya pengangguran adalah rendahnya kesempatan kerja, dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat kesempatan kerja (TKK) di Kota Sungai Penuh terendah se-Provinsi Jambi yang hanya sebesar 86,73 persen. Kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja pun tidak begitu tinggi, hanya 62,20 persen. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan kesempatan kerja dengan terbukanya lapangan pekerjaan. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, atau dapat pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, atau kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. 36 Gambaran umum kondisi daerah Gambar.II-1 TPAK, TKK dan TPT Kota Sungai Penuh Tahun 2010 86,73 100 62,2 50 13,27 0 TKK TPT TPAK Pada tahun 2010, TPT di Kota Sungai Penuh merupakan TPT tertinggi se-Provinsi Jambi, yaitu sebesar 13,27 persen, yang berarti dari 100 penduduk di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010, yang termasuk angkatan kerja, 13 orang diantaranya adalah pengangguran (pencari kerja). Perhatian yang sering diarahkan pada saat ini tidak hanya terfokus pada besarnya angka pengangguran terbuka tapi juga pada produktivitas tenaga kerja yang rendah. Penyebab dari produktivitas yang rendah antara lain adalah kualitas sumber daya manusia yang rendah, upah rendah dan ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dan atau keterampilan dengan pekerjaan yang dilakoni. Tabel. II-19 TPAK, TPT, dan TKK Kota Sungai Penuh menurut Jenis Kelamin tahun 2010 Jenis Kelamin TPT TPAK TKK Laki-laki 10,14 80,96 89,86 Perempuan 18,83 44,03 81,17 L+P 13,27 62,20 86,73 Sumber : Sakernas 2010 37 Gambaran umum kondisi daerah Pada tabel diatas, terlihat dari 100 penduduk usia kerja perempuan, 18 diantaranya adalah penduduk perempuan yang menganggur atau yang mencari kerja, atau dari 100 penduduk usia kerja laki-laki, 10 diantaranya yang merupakan pengangguran. Sedangkan angkatan kerja terbesar adalah laki-laki, terlihat pada besarnya TPAK pada kolom tiga, sebesar 80,96 persen, yang berarti dari 100 penduduk usia kerja laki-laki 80 orang diantaranya adalah angkatan kerja. Dan Tingkat Kesempatan Kerja terkecil adalah penduduk usia kerja berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 81,17 persen. Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan Proporsi pekerja dilihat dari lapangan pekerjaan merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, disamping itu juga mencerminkan struktur perekonomian dari suatu wilayah. Jika dilihat dari jenis lapangan pekerjaan utama maka sektor pertanian tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja selama periode 1997-2010 yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa. Sedangkan penyerapan tenaga kerja terkecil di sektor listrik, gas, dan air minum. Tabel. II-20 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Sektor Perekonomian di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Lapangan Jenis Kelamin Jumlah Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Pertanian 38,97 48,22 42,08 Industri 7,43 2,46 5,76 Perdagangan 23,74 25,11 24,20 Jasa-jasa 18,62 23,66 20,32 Lainnya 11,23 0,55 7,64 Jumlah 100 100 100 Sumber : Sakernas 2010 Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona di Kota Sungai Penuh dari tahun 2010. Terbukti dari angka pada tabel diatas yang memperlihatkan bahwa sebagian besar (42,08 persen) 38 Gambaran umum kondisi daerah penduduk di Kota Sungai Penuh masih banyak yang bekerja di sektor pertanian. Meskipun cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun, masih tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, yaitu industri, perdagangan, dan jasa. Penyerapan tenaga kerja di sektor Industri masih sangat kecil, hanya 5,76 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor lapangan pekerjaan di Kota Sungai Penuh masih berfokus pada sektor pertanian, padahal kalau bisa didukung dengan sektor perdagangan, industri, dan jasa maka akan terbentuk banyak kesempatan kerja, karena biasanya sektor ini merupakan sektor yang memberi nilai tambah yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Indikator lain untuk menggambarkan kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Tabel. II-21 Komposisi Penduduk menurut Status Pekerjaan di Kota Sungai Penuh, 2010 Jenis Kelamin Status Pekerjaan Jumlah Laki-laki Perempuan Berusaha Sendiri 35,70 25,97 33,25 Berusaha dibantu buruh tak tetap 16,32 17,56 16,63 Berusaha dengan buruh tetap 3,94 1,48 3,32 Buruh/Karyawan/ dan Pekerja bebas 22,81 21,15 22,39 Pekerja Bebas Di Pertanian 9,72 8,99 9,54 Pekerja Bebas Di Non Pertanian 1,66 1,04 1,50 Pekerja Tak Dibayar 9,86 23,82 13,37 Jumlah 100 100 100 Sumber : Sakernas 2010 Sebagian besar status pekerjaan penduduk di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 adalah berusaha sendiri, yaitu 33,25 persen. Diikuti oleh penduduk dengan status pekerjaan terbanyak kedua yaitu penduduk yang buruh/karyawan, sebanyak 22,89. Ironisnya adalah sangat kecilnya status pekerjaan 39 Gambaran umum kondisi daerah berusaha dengan buruh tetap, yaitu hanya sebanyak 3,32 persen. Hal ini artinya, masih rendahnya minat wirausaha penduduk, padahal salah satu indikator majunya suatu daerah adalah tingginya minat wirausaha yang pada ujungnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan pada akhirnya akan mengurangi pengangguran. c. Seni, Budaya dan Olahraga Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama merupakan aspek yang fundamental dan berperan sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan manusia yang dijawantahkan dalam wujud peningkatan kesejahteraan dan kualitas taraf hidup masyarakat. Pada titik ini, nilai-nilai budaya bangsa yang mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 perlu direvitalisasi ke dalam suatu pranata-pranata yang aplikatif sehingga secara substansial mampu menaungi sekaligus menjadi pijakan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan daerah. Dalam prakteknya selama ini, ternyata nilai-nilai ideologis bangsa ini masih belum terimplementasikan secara utuh dan nyata. Lebih dari itu, sejalan dengan penyelenggaraan pembangunan yang mengacu kepada karakteristik dan spesifikasi daerah, serta dalam kerangka memperkuat kohesi dan ketahanan sosial yang menyangkut interaksi antar individu atau kelompok masyarakat dapat dirasakan adanya kecenderungan terabaikannya budaya daerah yang memuat nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan (custom), tradisi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya. Penduduk (masyarakat) Kota Sungai Penuh adalah penduduk asli, artinya masyarakat Kota Sungai Penuh sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial masyarakat Kerinci dicirikan oleh adanya suku Kerinci, yaitu merupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (bahasa Kerinci) dengan tulisan Rencong Srik. Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius yang mayoritas Islam serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, ninik mamak, kaum kerabat) alim ulama, cerdik pandai, masyarakat biasa, dan golongan orang-orang tua, serta golongan orang muda. Tantangan pembangunan di bidang kepemudaan adalah mengoptimalkan partisipasi pemuda dalam pembangunan, menstabilkan kondisi perkembangan psikologis pemuda, melemahnya sandaran nilai dan norma, banyaknya kompetisi yang diakibatkan karena arus globalisasi, serta pelestarian 40 Gambaran umum kondisi daerah karakter, idealisme dan budaya bangsa. Tantangan pembangunan di bidang olah raga adalah belum bisa dirasakannya pembinaan keolahragaan yang komperehensif dan berkesinambungan agar seluruh potensi olah raga dapat dikembangkan secara baik, penguatan peran dan tanggung jawab masyarakat beserta pemangku pembangunan untuk mengembangkan sarana dan prasarana keolahragaan misalnya dengan melalui pembangunan Gelanggang Olah Raga yang terpadu dan komprehensif dengan standar internasional disamping itu harus ditumbuhkembangkan manajemen peningkatan kualitas atlit secara komperehensif, terpadu dan standar internasional. Pembangunan di bidang seni dan budaya sudah mengalami kemajuan yakni ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, pentingnya toleransi dan pentingnya sosialisasi penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan serta mulai berkembangnya interaksi antar budaya. Pentingnya pembangunan kebudayaan di Kota Sungai Penuh ditujukkan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan kaidah kebudayaan daerah itu sendiri dan yang lebih penting adalah melestarikan jati diri dan nilai budaya ditengah semakin derasnya informasi dan pengaruh negatif budaya asing yang sudah masuk ke Indonesia. 2.3. Aspek Pelayanan Publik Otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah untuk mempercepat terwujudnya tata pemerintahan yang baik. Pemerintah Kabupaten dan Kota mempunyai kewenangan besar untuk mendorong proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, responsif, dan akuntabel karena kendali dari proses kebijakan dan alokasi anggaran sepenuhnya ada di tangan pemerintah daerah. Untuk itu salah satu isu kebijakan umum yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah bagaimana menciptakan pemerintahan yang bersifat good governance. Fungsi pemerintah sebagai dinamisator pembangunan, maka bagian aspek pelayanan umum berikut ini menjelaskan kondisi eksisting pemerintah daerah Kota Sungai Penuh, baik pada urusan wajib maupun urusan pilihan. Gambaran mengenai potensi PNS menurut kelembagaan dan kepangkatan Kota Sungai Penuh adalah seperti tabel berikut : 41 Gambaran umum kondisi daerah Tabel. II. 22 Jumlah PNS Otonom Pemda Kota Sungai Penuh Menurut Dinas/Instansi Tahun 2011 No Uraian Struktural 1 I. 2 3 Fungsional Jumlah 4 5 Sekretarian/Badan 1 sekretarian Daerah 98 98 2 Sekretarian DPRD 30 30 3 Sekretaian KPU 11 11 4 Inspektorat 38 38 5 Bappeda 41 41 6 Badan pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Pe,mberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana Desa, 7 Badan kepegawaian Daerah 8 Badan Pelaksanaan Penyuluh kehutanan dan Ketahanan Pangan 23 20 43 Pertanian, Perikanan, 9 Badan Lingkungan Hidup 15 43 43 44 59 25 25 10 Badan penenggulamngan Bencana 21 21 11 Sekretariat KORPRI 6 6 JUMLAH II. 351 64 415 1 Dinas Pendidikan 54 34 88 2 Dinas kesehatan 41 1 42 3 Dinas Perhubungan,Komunikasi dan Informatika 24 24 4 Dinas Pekerjaan Umum 61 61 5 Dinas Sosial, tenaga Kerja dan pencatatan Sipil 25 25 6 Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Tenaga Kerja 23 23 7 Dinas Perindustrian, perdagangan, Koperasi dan UMKM 30 30 8 Dinas Kebersihan, pertamanan dan pemadam kebakaran 30 30 9 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 30 Dinas 6 36 10 Dinas Perikanan dan peternakan 32 32 11 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset 50 50 12 Pemuda, Olaharaga, Kebudayaan dan parawisata 26 26 III. JUMLAH 426 41 467 1 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 13 13 2 kantor Perizinan Terpadu 7 7 3 Kantor Satuan Polisi pamong Praja 13 13 Kantor JUMLAH 33 0 33 42 Gambaran umum kondisi daerah IV. Kecamatan 1 Kecamatan Sungai Penuh 15 15 2 Kecamatan pesisir Bukit 13 13 3 Kecamatan Hamparan Rawang 18 18 4 Kecamatan Tanah Kampung 22 22 5 Kecamatan Kumun Debai 17 17 85 V. 0 85 Kelurahan 1 kelurahan Sungai Penuh 5 5 2 Kelurahan Pasar Sungai Penuh 3 3 3 Kelurahan Pondok Tinggi 7 7 4 Kelurahan Dusun Baru 5 5 JUMLAH 20 0 20 VI Puskesmas dan UPTD 119 82 201 VII Sekolah dan UPTD Pendidikan 102 1721 1823 Total 1136 1908 3044 Sumber: Bagian Kepegawaian Kota Sungai Penuh a. Pelayanan publik Penempatan pegawai dan pejabat struktural dalam tugasnya masih dijumpai adanya ketidaksesuaian dengan kompetensi yang dibutuhkan baik latar belakang pendidikan, manajerial, dan kompetensi individu dengan jabatan yang dipangkunya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pegawai yang ada dengan latar belakang pendidikan yang beragam. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat guna meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik masih banyak persoalan yang harus dihadapi Kota Sungai Penuh seperti masih belum adanya gedung perkantoran yang memadai bagi SKPD serta masih belum terselesainya asset daerah dengan kabupaten induk (kabupaten Kerinci) sehingga untuk mendapatkan penilaian daerah otonomi baru dengan predikat baik memerlukan kerja keras dan bagi pemerintah Kota Sungai Penuh. Pelayanan publik dalam rangka pelayanan administrasi seperti KTP, Catatan sipil dan perizinan belum sepenuhnya sesuai dengan standar pelayanan yang memadai, sebagaimana arahan dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) 43 Gambaran umum kondisi daerah b. Urusan Pelayanan Wajib Urusan pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselengarakan oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Secara umum, penyelenggaraan pelayanan dasar Kota Sungai Penuh masih perlu ditingkatkan, sebagaimana kondisi eksisting sebagai berikut :. Pendidikan Kelengkapan fasilitas pendidikan di Kota Sungai Penuh ditunjukan dengan keberadaan sarana pendidikan yang ada, mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah pendidikan tinggi setingkat universitas, distribusi masing-masing jenis pendidikan disetiap kecamatan pada umumnya cukup merata, Adapun kondisi kegiatan pendidikan yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan kecamatan Kota Sungai Penuh dapat dapat dilihat pada tabel II.24 Tabel. T-II.23 Sarana Pendidikan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 No Kecamatan TK 1 2 3 4 5 Tanah Kampung 2 Sungai Penuh 18 Hamparan Rawang 9 Pesisir Bukit 7 Kumun Debai 3 Jumlah 39 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010 SD 10 30 11 12 10 73 Jenis Fasilitas Pendidikan (Unit) SLTP SLTA Perguruan Tinggi 1 1 6 6 5 1 1 2 3 2 1 2 1 11 13 8 MIS/MTS/MAN/MAS 2 5 4 3 2 16 a). Taman Kanak-Kanak (TK) Untuk tingkat pendidikan taman kanak-kanak dilihat dari jumlah distribusinya di setiap kecamatan di Kota Sungai Penuh cukup banyak dan merata. Adapun jumlah keseluruhan taman kanak-kanak adalah 39 unit, dengan rasio Guru terhadap Murid 1 : 9. Sekolah Taman Kanak-kanak diperuntukan untuk anak-anak usia antara 4 - 5 tahun, dimana dalam penyediaan Sekolah Taman Kanak-kanak diasumsikan terdiri dari 2 kelas, yang masing-masing untuk 20 murid. Jumlah penduduk pendukung dari setiap fasilitas TK ini adalah 1.250 jiwa untuk luas tanah 500 m². Berdasarkan analisis setiap pembangunan lima tahun akan terjadi peningkatan kebutuhan Taman Kanak-Kanak (TK) sebesar 0,75 % seiring dengan terjadinya peningkatan angka pertumbuhan penduduk. 44 Gambaran umum kondisi daerah b). Sekolah Dasar (SD) Untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar dilihat dari distribusinya pada setiap kecamatan di Kota Sungai Penuh, jumlahnya cukup banyak dan merata. Adapun jumlah keseluruhan Sekolah Dasar baik yang disediakan pemerintah (SD Negeri) maupun swasta (SD Swasta) adalah 72 unit, dengan rasio guru terhadap murid 1 : 14. Sekolah Dasar diperuntukkan untuk anak-anak usia antara 6 -12 tahun, dimana dalam penyediaan Sekolah Dasar diasumsikan terdiri dari 6 kelas masing-masing untuk 40 murid. Jumlah penduduk pendukung dari setiap fasilitas SD ini adalah 1.600 jiwa untuk luas tanah 3.600 m² atau 0,36 Ha. Berdasarkan standar penduduk pendukung minimum, kebutuhan pengembangan sarana SD dan lahan masih perlu disiapkan. c). Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah Sekolah Menengah Pertama baik negeri (SMP Negeri) maupun swasta adalah 11 unit dengan tenaga pengajar berjumlah 406 guru. Total banyaknya murid yang ditampung adalah 4.278 siswa, sehingga rasio guru terhadap murid adalah 1 : 12. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama merupakan sekolah lanjutan dari tingkat Sekolah Dasar. Skala pelayanan dari SLTP ini lebih luas dari tingkat SD. Adapun asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan masing-masing jumlah dan ruang SLTP ini yaitu minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 4.800 jiwa, sehingga luas lahan yang dibutuhkan adalah 6.000 m2 atau 0,6 Ha. Berdasarkan kebutuhan pengembangan sarana SLTP setiap rencana pembangunan jangka menengah masih perlu mendapat perhatian untuk pengembangannya. d). Sekolah Menengah Atas (SMA) Adapun jumlah keseluruhan Sekolah Menengah Atas baik yang ada di Kota Sungai Penuh adalah 13 unit dengan tenaga pengajar berjumlah 376 guru. Total banyaknya murid yang ditampung adalah 5.073 siswa, sehingga rasio guru terhadap murid 1 : 14. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) merupakan sekolah lanjutan dari tingkat SLTP, dimana besaran ruang yang dibutuhkan harus disesuaikan pula dengan besarnya daya tampung ruang untuk SLTP. Skala pelayanan dari jenis fasilitas ini memiliki skala pelayanan yang lebih luas dari tingkat SLTP. Asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan masing-masing jumlah dan ruang SMU ini sama dengan SLTP yaitu; minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 4.800 jiwa, luas lahan yang 45 Gambaran umum kondisi daerah dibutuhkan adalah 6.000 m2 atau 0,6 Ha. Berdasarkan kebutuhan pengembangan Sarana SLTA juga mendapat perhatian seiring dengan kebutuhan jumlah lulusan dari SLTP setiap tahunnya. f). Perguruan Tinggi (PT) Pendidikan Tinggi / Sekolah Tinggi yang telah dimiliki oleh Kota Sungai Penuh terdapat di Kecamatan Sungai Penuh, Kumun Debai, dan Pesisir Bukit, yang jumlahnya 8 unit. Adapun asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan jumlah dan ruang Perguruan Tinggi yaitu minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 81.162 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2009 sebesar 81.162 jiwa, maka kebutuhan sarana Perguruan Tinggi adalah 1 (satu) unit. Satu unit Perguruan Tinggi ini merupakan penggabungan dari 8 unit Sekolah Tinggi yang telah dimiliki oleh Kota Sungai Penuh. Sementara itu, jumlah rasio seluruh dosen terhadap mahasiswa di 8 (delapan) Sekolah Tinggi di Sungai Penuh saat ini adalah 1 : 18. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah dosen sudah sangat mencukupi. g). Ibtidaiyah/Tsanawiyah/Aliyah dan Pesantren Untuk tingkat pendidikan madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah dilihat dari distribusinya di setiap kecamatan di Kota Sungai Penuh, dapat dikatakan jumlahnya telah cukup banyak dan merata. Adapun jumlah keseluruhannya adalah 16 unit dengan total tenaga pengajar 293 orang guru dan peserta didik berjumlah sebanyak 2.385 orang murid, Kesehatan Peranan sumber daya manusia yang berkualitas memegang peranan penting bagi suksesnya kegiatan pembangunan di suatu wilayah atau daerah. Salah satu kunci dalam menentukan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dilihat dari tingkat kesehatannya. Oleh karena itu untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka ketersediaan sarana kesehatan untuk melayani kesehatan penduduk sangatlah penting. Pelayanan kesehatan penduduk di Kota Sungai Penuh dilayani oleh adanya sarana kesehatan berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, Klinik KB, Dokter, Bidan, serta perawat. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan didukung dengan ketersediaan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 2009 fasilitas kesehatan yang ada berupa Puskesmas 5 unit dengan perhitungan bahwa 1 Puskesmas melayani lebih dari 20.000 penduduk. Selain itu terdapat juga Puskesmas pembantu 7 unit, Posyandu 70 unit, Poskesdes 8 unit, apotik 12 unit, klinik bersalin 4 unit, 46 Gambaran umum kondisi daerah dan Rumah Sakit 2 unit terdiri dari Rumah Sakit Umum Daerah 1 unit yang saat ini statusnya masih milik Kabupaten Kerinci dan Rumah Sakit DKT 1 unit. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan penyebaran jenis sarana kesehatan di Kota Sungai Penuh dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel. II.24 Jumlah dan Sebaran Fasilitas Kesehatan Kota Sungai Penuh No Kecamatan Rumah Sakit 1 Tanah Kampung Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Kumun Debai Jumlah 2 3 4 5 Jenis Fasilitas Kesehatan (Unit) Puskesmas Pustu Posyand Poskesd Apotik u es 1 12 1 - 2 2 Klinik Bersalin - 2 1 3 3 21 13 2 12 - 4 - 1 5 1 7 11 13 70 4 1 8 12 4 Untuk dapat melayani kesehatan penduduk Kota Sungai Penuh secara optimal, maka jumlah sarana kesehatan yang dibutuhkan perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitas pelayanannya, penambahan prasarana itu diantaranya meliputi Rumah Sakit (RS) Khusus berjumlah 1 unit, Puskesmas 1 Unit, Pustu/Balai Pengobatan 3, Klinik Bersalin 3 unit, Posyandu berjumlah 3 unit. Secara keseluruhan tingkat pelayanan sarana kesehatan di wilayah Kota Sungai Penuh berupa ketersediaan pelayanan sarana RS, puskesmas dan puskesmas pembantu sudah mencukupi kebutuhan standar minimum. Gambaran cakupan pelayanan kesehatan, terutama indikator - indikator proxi terhadap pencapaian derajat Kesehatan masyarakat di Kota Sungai Penuh, sampai dengan tahun 2010, sebagai berikut: 1. Upaya Kesehatan Dalam Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB telah dilaksanakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Cakupan Pelayanan Kesehatan Esensial pada tahun 2010 berupa kunjungan K 4 sebesar 94,50%, pertolongan persalinan Nakes 85%, kunjungan Neonatus yang tertangani sebesar 5,86%, kunjungan Bayi sebesar 85% dan pelayanan nifas sebesar 85%. 47 Gambaran umum kondisi daerah Faktor penyebab dari masih tingginya angka kematian bayi antara lain disebabkan oleh Asphyxia, Indeksi Saluran Pernafasan bagian Atas (ISPA) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan penyebab masih relatif tingginya Angka Kematian Ibu melahirkan adalah eklamsi berat, reputra uteri dan pendarahan. Indikator lain yang memberikan gambaran upaya kesehatan di wilayah tersebut yaitu: Capaian Universal Child Imunizazion (UCI) sebesar 85%, Angka kesembuhan TB Paru sebesar 55,15%, KLB yang ditangani 100% Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat pada tahun 2009 telah dilaksanakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah Kota Sungai Penuh yang memberikan pelayanan Gratis di pelayanan dasar. Pada Tahun 2010 memberikan Jaminan secara paripurna terhadap masyarakat Kota Sungai Penuh, yang tidak dijamin pada Jaminan Kesehatan Masyarakat, Askes dan Asuransi kesehatan lainnya. Persentase masyarakat yang menggunakan air bersih pada tahun 2008 sebesar 85% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 76%. Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2008 baru mencapai 70% dan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat baru mencapai 72%. 2. Pemberdayaan Masyarakat Gambaran Upaya Pemberdayaan Masyarakat Perilku Hidup Bersih sehat baru mencapai 40%, sedangkan Desa Siaga Aktif sebesar 17%, Cakupan partisipasi masyarakat D/S penimbangan Balita di Posyandu baru mencapai 65%, sedangkan balita yang naik timbangannnya (N/D) sebesar 80%. Posyandu yang ada berjumlah 72 unit dengan kader 360 orang, Rasio 1 Posyandu : 60-70 balita, rata-rata Posyandu memiliki 5 orang kader. 3. SDM Kesehatan Tenaga Kesehatan di Puskesmas tahun 2010 sebanyak 242 orang, rasio dokter terhadap penduduk adalah 1 : 8.000, rasio perawat terhadap jumlah penduduk 1 : 1.500 dan rasio bidan terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 1.800, rasio tenaga kesehatan masyarakat terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 3.800, Tenaga kesehatan dengan kualifikasi pendidikan tertentu dan kompetensinya masih dirasakan kurang. 48 Gambaran umum kondisi daerah Tabel. T-II.25 Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010 No Indikator Tahun 2009 Tahun 2010 1 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 89% 94,50% 2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditanggani 5% 13,70% 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 79% 85,00% 4 Cakupan pelayanan nifas 79% 85,00% 5 Cakupan pelayanan Neonatus dengan komplikasi yang ditanggani 5% 5,86% 6 Cakupan kunjungan bayi 79% 85,00% 7 Cakupan Desa UCI 79% 85,00% 8 Cakupan pelayanan anak belita 82% 84,00% 9 Cakupan pemberian makanan pendamping asi 6-24 BI bagi gakin 100% 100% 10 Cakupan belita gizi buruk yang ditangani 100% 100% 11 Cakupan penjaringan pelayanan siswa SD/sederajat 70% 100% 12 Cakupan peserta KB aktif 70% 75% 13 Cakupan dan penangan penderita penyakit yang ditangani a. Acute falcid paralysis rate per 100.000 pend<15 th 100% 100% b. Penemuan penderita pneumonia balita 100% 100% c. Penemuan pasien baru TB BTA positif 50% d. Penderita DBD yang tertangani 100% 100% e. Penemuan penderita diare 100% 100% 55,15% 14 Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin 100% 100% 15 Cakupan pelayanan rujukan Gakin 100% 100% 16 Penyelidikan Epidemiologi 100% 100% 17 Cakupan desa siaga aktif 15% 17% Sumber Data : Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Pekerjaan Umum Aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang sangat dominan di Kota Sungai Penuh adalah sarana dan prasarana transportasi darat. Hal ini dikarenakan kondisi geografis dari Kota Sungai Penuh yang tidak memiliki pantai serta sungai yang besar, serta kongtur tanah yang berbukit-bukit. Untuk pergerakan internal di wilayah Kota Sungai Penuh dilayani oleh transportasi jalan dan jembatan. Transportasi jalan dan jembatan ini memegang peranan yang sangat penting dalam 49 Gambaran umum kondisi daerah menunjang mobilitas orang dan barang, terutama dilihat dari kapasitas angkutnya dibandingkan dengan transportasi lainnya. Dalam pengelolaan jalan dan jembatan di Kota Sungai Penuh dapat dibedakan menjadi tiga yaitu ; jalan kelas II dikelola oleh APBD Provinsi, jalan kelas IIIA dikelola oleh Pemerintah Kota dan jalan kelas IIIC dikelola oleh Pemerintah Kota dan swadaya masyarakat. Dari data hasil survey lapangan yang dilakukan diketahui bahwa panjang jalan di Kota Sungai Penuh secara keseluruhan yaitu 156,42 Km. Sedangkan Jembatan yang ada di Kota Sungai Penuh tersebar pada masing-masing kecamatan sebanyak 64 buah jembatan, sebagian besar jembatan-jembatan ini sudah berupa beton, kondisi jembatan pada umumnya dalam keadaan baik dan beberapa dalam kondisi rusak sehingga perlu penanganan segera. Menurut hasil survey lapangan masih terdapat dibeberapa titik ruas jalan, jembatan tidak atau belum dapat menahan berat kendaraan roda empat atau lebih. Untuk ketersediaan prasarana jalan raya dan jembatan yang menghubungkan Kota Sungai Penuh dengan wilayah diluarnya, tersedia jaringan jalan Arteri Primer (jalan Provinsi) sebagai berikut: Ruas Sungai Penuh - batas Provinsi Sumbar (Tapan) Ruas Sungai penuh - arah Lempur Ruas Sungai Penuh - arah Bangko Ruas Sungai Penuh - batas Propinsi ke arah Padang, melalui Muara Labuh Panjang jalan di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 dapat dilihat pada dibawah ini Tabel.T-II.26 Panjang jalan menurut jenis permukaan Kota Sungai Penuh Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Uraian Jalan Tanah Jalan Kerikil Jalan Batu Jalan Lapen Jalan ATB Jalan Hotmix Panjang (km) 22,84 16,24 45,37 37,67 34,30 Sumber : Dinas Pu Kota Sungai Penuh, Tahun 2010. Sedangkan jumlah dan jenis Jembatan di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel II.27 50 Gambaran umum kondisi daerah Tabel. T-II.27 Jumlah dan Jenis Jembatan Kota Sungai Penuh Tahun 2009 No Uraian 1. 2. 3. Jumlah Panjang (km) 37 6 21 64 379,7 279 189 847,7 Jembatan permanen Jembatan semi permanen Jembatan Gantung Total Sumber : Dinas Pu Kota Sungai Penuh, Tahun 2010. Irigasi Sistem drainase di daerah permukiman umumnya befungsi hanya sebagai buangan kelebihan air hujan atau buangan dari limbah rumah tangga. Sistem jaringan drainase mengikuti pola permukiman dan kontur wilayah dan mengalir ke anak-anak sungai yang ada. Rutinitas pemeliharaan (maintenance) jaringan drainase di Kota Sungai Penuh perlu dilakukan untuk mencegah luapan alirannya. Tabel. II.28 Klasifikasi dan Luas Drainase di Kota Sungai Penuh. No. 1. 2. 3. Klasifikasi Drainase Luas (Ha) 36.010 2.990 0 39.150 Baik Sedang Jelek Luas Wilayah Kota Persentase Luas (%) 92,36 7,64 0,00 100,00 Sumber : Dinas Pu Kota Sungai Penuh, Tahun 2010. Tipe-tipe irigasi yang ada di Kota Sungai Penuh disediakan oleh beberapa tipe bendung, yaitu: Bendung Permanen dan Bronjong. Kondisi pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. II.29 Kondisi Bendung di Kota Sungai Penuh Tahun 2009 No Kecamatan Bendung Panjang Saluran Permanen Bronjong Induk Bangunan Air Sekunder 1. Sungai Penuh 6 - 5,177 - 75 2. Hamparan Rawang 4 - 5,677 - 28 Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010 51 Gambaran umum kondisi daerah Perumahan Pengembangan perumahan di Kota Sungai Penuh dilakukan dengan mengacu kepada Standar Cipta Karya dan Kepmendagri 26/1999. Standar tersebut mengasumsikan bahwa penyediaan 1 unit rumah untuk 1 unit KK, dengan asumsi 1 KK beranggotakan 5 penduduk. Adapun asumsi luas 1 unit rumah ialah 0,009 Ha. Pada tahun 2011 perumahan penduduk terdata lebih kurang 16.576 rumah dengan kebutuhan lahan perumahan keseluruhan diperkirakan 149,18 Ha. Arahan pengembangan kawasan perumahan di Kota Sungai Penuh akan terdiri atas perumahan dengan kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang, dan perumahan berkepadatan rendah. Kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi dan rendah dibatasi pada lahan yang telah diidentifikasi sebagai kawasan perumahan di Kecamatan Sungai Penuh, Tanah Kampung, Hamparan Rawang, Pesisir Bukit, dan Kumun Debai. Pembangunan perumahan tetap dilakukan di kelima kecamatan tersebut dan perlu diarahkan dalam bentuk pembangunan perumahan vertikal. Adapun kawasan perumahan berkepadatan rendah diarahkan untuk dikembangkan di Kecamatan Kumun Debai dan Pesisir Bukit. Perhubungan Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional dan mempererat hubungan antar wilayah. Transportasi darat tidak dapat dipisahkan dari transportasi laut dan udara. Ketiga jenis transportasi ini ditata dalam sistem transportasi lokal yang dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan dimasa depan, mempunyai karakteristik yang mampu menjangkau seluruh wilayah daratan dan memadukan moda transportasi lainnya. Oleh karena itu perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah untuk menunjang, mendorong dan menggerakkan pembangunan daerah demi peningkatan kesejahteraan rakyat. Tabel. T-II.30 Pembangunan Sarana Pendukung Keselamatan Lalu Lintas di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 No Jenis Sarana Pendukung Tahun 2010 1 Rambu Lalu lintas 40 bh 2 APILL 4 unit 3 RPPJ 4h 4 Traffic Cone - bh 52 Gambaran umum kondisi daerah 5 ZOSS (zona selamat sekolah) - bh 6 Paku Jalan - bh 7 Rambu Suar - bh 8 Pagar pengaman jalan - meter Sumber : Dinas Perhubungan Kota Sungai Penuh Dalam mendukung kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan, maka disediakan berbagai sarana pendukung antara lain rambu-rambu lalu lintas, APILL, RPPJ dan sebagainya. Namun penyediaan sarana pendukung ini masih perlu ditingkatkan, khususnya pada ruas-ruas jalan utama, pada daerah yang ramai aktivitasnya dan pada daerah yang rawan kecelakaan lalu lintas. Ketersediaan sarana pendukung lalu lintas sangat diperlukan dengan semakin tingginya arus lalu lintas yang ada di ruas-ruas jalan di Kota Sungai Penuh. Tabel. II.31 Jumlah Kendaraan Yang di Uji Kota Sungai Penuh Tahun 2010 No Tahun Jenis Kendaraan 2010 1 Mobil Penumpang 4843 unit 2 Mobil Bus 3 Mobil Barang 4 Kereta Gandeng 0 unit 5 Kereta Tempel 0 unit 6 Kendaraan Khusus 0 unit 8 unit 295 unit Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Sungai Penuh Tabel II.32 Pembangunan Sarana Pendukung Keselamatan Lalu Lintas, Komunikasi dan Informasi di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 No 1 Jenis Rambu Lalu lintas Uraian Jumlah Lokasi Uk. 70 x 70 cm 40 buah Dalam Kota Sungai Penuh RPPJ 160 x 120cam 4 buah Dalam Kota Sungai Penuh Portal - - 4 unit Dalam Kota Sungai Penuh 2 APILL Traffic Light 3 Marka jalan Marka Jalan 22350meter Dalam Kota Sungai Penuh Chevron - Dalam Kota Sungai Penuh 24 lokasi 53 Gambaran umum kondisi daerah Zebra cross Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Sungai Penuh c. Urusan Pilihan Urusan pilihan pemerintah adalah urusan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan Kota Sungai Penuh. Pertanian Luas lahan sawah di Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 3.833 hektar dengan luas sawah terbesar yakni jenis pengairan desa/PU sebesar 1.354 hektar (35,32 persen dari total lahan sawah). Sedangkan luas sawah terkecil yakni dengan jenis pengairan teknis dengan luas lahan hanya 99 hektar (2,58 persen). Luas lahan sawah dengan jenis pengairan setengah teknis sebesar 715 hektar, tadah hujan sebesar 577 hektar, dan pengairan sederhana sebesar 488 hektar. Pada tahun 2010, total produksi padi sawah di Kota Sungai Penuh mencapai 36.466 ton dengan luas panen sebesar 6.297 hektar, sehingga produktivitasnya sebesar 5,79 ton/hektar (meningkat 9,66 persen dibandingkan tahun lalu). Hal serupa juga terjadi peningkatan produktivitas jagung sebesar 3,63 ton/hektar dan ubi kayu sebesar 17,90 ton/hektar, sedangkan tanaman kacang tanah dan ubi jalar mengalami penurunan produktivitas dibandingkan tahun sebelumnya namun relatif kecil masing-masing sebesar 0,94 ton/hektar dan 11 ton/hektar. Produksi tanaman sayur-sayuran terbesar di Kota Sungai Penuh tahun 2010 yakni tanaman kentang dengan total produksi sebesar 1.830 ton, diikuti oleh tanaman petsai sebesar 701 ton, serta tanaman cabe dan bawang merah dengan produksi masing-masing sebesar 448 ton dan 132 ton. Produktivitas terbesar tanaman sayur-sayuran masih didominasi oleh tanaman kentang dengan produktivitas sebesar 130,71 ton/hektar, diikuti oleh tanaman petsai dengan produktivitas sebesar 116,83 ton/hektar. Sedangkan produktivitas bawang merah dan cabe masing-masing sebesar 33 ton/hektar dan 22,40 ton/hektar. Total produksi buah-buahan di Kota Sungai Penuh tahun 2010 mencapai 2.634 ton, dengan produksi terbesar yakni buah pisang sebesar 819 ton, diikuti oleh jeruk sebesar 595 ton dan papaya sebesar 462 ton. Sedangkan buah nanas merupakan buah dengan total produksi paling sedikit yakni 5 ton. 54 Gambaran umum kondisi daerah Gambar II.2 Produktivitas Tanaman Pangan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 20 15 10 5 0 Padi Sawah Jagung Kacang Tanah 2009 Ubi Kayu Ubi Jalar 2010 Tahun 2010, hasil perkebunan di Kota Sungai Penuh yaitu kemiri dengan produktivitas sebesar 3.400 kg/hektar, diikuti oleh pinang sebesar 700 kg/hektar, kopi sebesar 497,27 kg/hektar, cassivera sebesar 437,26 kg/hektar. Sedangkan produktivitas tanaman perkebunan terendah yaitu cengkeh sebesar 153,85 kg/hektar. Peluang investasi pertanian di Kota Sungai Penuh masih sangat terbuka. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional untuk menciptakan pertanian yang maju, tangguh, berkebudayaan industri, berorientasi agribisnis, dan berbasis ekonomi kerakyatan yang makmur. Hampir semua kecamatan yang ada di Kota Sungai Penuh yang merupakan sentra produksi tanaman pangan mempunyai komoditi unggulan yang menjanjikan untuk dilakukan investasi. Peluang investasi tersebut meliputi: 1. Teknologi Pertanian; 2. Pembibitan Padi unggulan; 3. Percetakan sawah baru. 4. Pengembangan Kentang 5. Pengembangan Jeruk 6. Pengembangan Cabe 55 Gambaran umum kondisi daerah 7. Pengembangan Tomat 8. Pengembangan Jagung Salah satu lokasi potensial yang layak dikembangkan adalah Desa Renah Kayu Embun yang letaknya di atas Bukit Barisan dan merupakan daerah pertanian dan perkebunan. Dengan keadaan tanah yang masih subur dan masih alami yang belum disentuh teknologi canggih, lokasi ini cocok dijadikan daerah pertanian dan perkebunan yang berskala besar. Sektor pertanian Kota Sungai Penuh masih didominasi oleh padi sawah dengan nilai produksi 30.468 ton, kemudian ubi kayu sebesar 1.142 ton, ubi jalar 475 ton, jagung 97 ton, dan kacang tanah 53 ton. Peternakan dan Perikanan Banyaknya populasi hewan ternak di Kota Sungai Penuh tahun 2010 mencapai 14.115 ekor yang tersebar di 5 kecamatan, atau meningkat 22,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah populasi sapi sebanyak 4.601 ekor, kerbau sebanyak 1.457 ekor, kambing 5.551 ekor, domba 2.444 ekor dan kuda 62 ekor. Peningkatan ternak terbanyak yakni kambing yang tumbuh sebesar 35,99 persen, diikuti domba sebesar 32,04 persen. Produksi daging ternak terbesar yakni daging sapi yang mencapai 554.961,52 kg, meningkat 88,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun produksi daging ternak yang lain mengalami penurunan dari tahun lalu yaitu daging kerbau turun 71,65 persen; daging kuda turun 77,78 persen; daging kambing turun 68,61 persen dan daging domba turun 15,15 persen. Penurunan ini diakibatkan karena pada tahun 2010 terjadi penurunan pemotongan hewan ternak. Gambar II.3 Perkembangan Populasi Hewan Ternak di Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010 6.000 4.000 2.000 0 Sapi Kerbau Kambing 2009 Kuda Domba 2010 Kebutuhan daging di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 mencapai 814.821,12 kg; telor sebesar 514.531,44 kg dan ikan sebesar 2.897.532 kg. Kecamatan Sungai Penuh merupakan kecamatan dengan kebutuhan akan daging, ikan dan telur terbanyak. Hal ini disebabkan karena jumlah 56 Gambaran umum kondisi daerah penduduknya paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya sehingga kebutuhan akan daging juga semakin besar pula. Jumlah populasi ternak unggas di Kota Sungai Penuh tahun 2010 mencapai 552.707 ekor atau naik 62,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Populasi unggas terbesar yakni ayam kampung sebanyak 228.521 ekor dengan pertumbuhan sebesar 124,56 persen diikuti oleh ternak ayam pedaging sebesar 142.848 ekor. Produksi daging ternak unggas tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu ternak itik dan ayam kampung masing-masing sebesar -42,28 persen dan -45,72 persen. Namun peningkatan produksi daging terjadi pada ayam petelur yang naik sebesar 163,53 persen diikuti oleh ayam pedaging naik sebesar 36,34 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumsi masyarakat di Kota Sungai Penuh yakni ayam petelur dan ayam pedaging. Gambar II.4 Perkembangan Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Sungai Penuh Tahun 2009-2010 70.000 60.000 50.000 40.000 2009 30.000 2010 20.000 10.000 0 Itik Ayam Kampung Ayam Pedaging Ayam Petelur Total produksi telur tahun 2010 meningkat 20,45 persen dibandingkan tahun lalu, produksinya mencapai 745.481,02 kg. Produksi telur terbanyak yaitu ayam petelur sebanyak 466.315,92 kg diikuti oleh itik sebanyak 230.155,56 kg. Namun pertumbuhan produksi telur terbesar yaitu ayam kampung sebesar 116,00 persen. Sedangkan pertumbukan produksi telur itik dan ayam petelur masing-masing sebesar 12,41 persen dan 19,13 persen. Total produksi ikan di Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebesar 67.977,10 ton dengan nilai produksi sebesar 27.815.520 ribu rupiah, dimana hampir 100 persen merupakan produksi ikan di tambak sebesar 67.837,30 ton dengan nilai produksi 25.693.920 ribu rupiah. Sedangkan produksi ikan di kolam dan ikan di keramba masing-masing sebesar 116,7 ton dan 23,1 ton dengan nilai produksi masing-masing sebesar 1.762.500 ribu rupiah dan 359.100 ribu rupiah. 57 Gambaran umum kondisi daerah Kehutanan Kota Sungai Penuh memiliki luas 39.150 Ha yang terdiri dari lahan non sawah, persawahan dan hutan. Penggunaan lahan terbesar yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan hutan lindung seluas 23.177,60 Ha (59,20 %) dan lahan budidaya seluas 15.967 Ha (40,80 %). Tabel. II.33 Luas TNKS dan Luas Budidaya di Kota Sungai Penuh Luas Wilayah (Ha) % 1. Tanah Kampung 1.100,00 2,81 2. Sungai Penuh 20.525,00 52,43 3. Hamparan Rawang 1.215,00 3,10 4. Pesisir Bukit 2.110,,00 5,39 5. Kumun Debai 14.200,00 36,27 Jumlah 39.150,00 100 (%) 100 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010. No. Kecamatan Luas TNKS (Ha) % 12.260,60 52,90 83,20 0,36 10.833,80 46,74 23.177,60 100 59,20 Luas Budidaya (Ha) % 1.100,00 6,89 8.264,40 51,67 1.215,00 7,61 2.026,80 12,69 3.361,20 21,05 15.967 100 40,80 Pariwisata Sektor Pariwisata di Kota Sungai Penuh merupakan potensi yang masih sangat mungkin untuk dikembangkan baik berupa wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan karena kondisi geografisnya di daerah pegunungan yang memiliki panorama indah dan udaranya yang sejuk. Dari total 125 objek wisata alam di Provinsi Jambi, 5 (lima) diantaranya terdapat di Kota Sungai Penuh. Sedangkan objek wisata buatan baru terdapat 1 (satu) objek dan wisata sejarah/buatan sebanyak 13 objek dari 83 objek wisata budaya/sejarah di Provinsi Jambi. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak objek wisata budaya/sejarah yang menjadi bukti pusat sejarah/kebudayaan melayu atau peninggalan melayu kuno mengenai budaya sejarah. Jumlah hotel di Kota Sungai Penuh kondisi tahun 2010 sebanyak 8 hotel dengan klasifikasi 1 (satu) hotel bintang 2 dan sisanya 7 (tujuh) hotel melati. Jumlah kamar yang tersedia sebanyak 181 kamar dan 387 tempat tidur dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 70 orang. Perdagangan 58 Gambaran umum kondisi daerah Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang sangat berperan penting dalam perekonomian di Kota Sungai Penuh. Selama dua tahun berturut-turut sektor ini merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian daerah Kota Sungai Penuh. Tercatat pada tahun 2010, sektor ini mampu berperan dalam pembentukan PDRB sebesar 30,41 persen. Jumlah perusahaan yang sudah terbit tanda daftar perusahaan di Kota Sungai Penuh tahun 2010 sebanyak 180 perusahaan yang terdiri dari 113 unit usaha berupa perusahaan perorangan (PO), 60 unit usaha berbentuk CV, 5 unit usaha koperasi, dan sisanya 2 unit usaha berbentuk perseroan terbatas (PT). Selama tahun 2010, sektor ini didukung oleh 21 unit kelompok pertokoan, 4 unit pasar (terdiri dari 3 pasar tradisional dan 1 pasar modern) serta 4 unit swalayan. Sehingga pantaslah sektor ini mampu menjadi motor penggerak perekonomian daerah. Adapun jumlah restoran dan rumah makan di Kota Sungai Penuh masing-masing sebanyak 2 unit dan 18 unit. Tabel II.34 Jumlah Pasar Menurut Kecamatan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010 Kecamatan Pasar Modern Pasar Tradisional (2) - (3) - Kumun Debai - - Sungai Penuh 1 2 Hamparan Rawang - 1 Pesisir Bukit - - 1 3 (1) Tanah Kampung Jumlah Sumber : BPS Kota Sungai Penuh Perindustrian Dengan semakin meningkatnya jumlah usaha industri kecil dan menengah, maka telah memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi daerah, sehingga dapat memberikan konstribusi bagi Kota Sungai Penuh. Jumlah industri kecil dan menengah di Kota Sungai Penuh didominasi oleh industri batu bata sejumlah 200 unit, industri kerupuk 120, dan industri kue basah 75 unit. 59 Gambaran umum kondisi daerah Sedangkan bila dilihat secara komposisi keseluruhan jenis industri di Kota Sungai Penuh terdiri dari industri rumah tangga 602 unit, industri kecil 982 unit dan industri anyaman 54 unit. Jumlah usaha dan tenaga kerja industri di Kota Sungai Penuh tahun 2009 dapat dilihat pada tabel Tabel II. 35 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kota Sungai Penuh No Kecamatan Industri Kecil 1 2 3 4 5 Tanah Kampung Sungai Penuh Hamparan Rawang Pesisir Bukit Kumun Debai Jumlah 176 556 79 39 132 982 Jenis Industri (Unit) Produk Tenaga Industri Kerja Industri 8 692 94 1910 7 258 8 102 16 312 133 3274 Produk Pertanian 8 21 1 27 26 83 Sumber : Sungai Penuh dalam angka, 2011. Sebagai wilayah pusat perdagangan dan jasa serta sebagai pusat pengembangan wilayah, maka Kota Sungai Penuh memiliki peluang untuk pengembangan industri, diantaranya berupa : 1. Pengolahan Cassiavera; 2. Pengolahan Kopi Bubuk; 3. Pengolahan Minyak Atsiri; 4. Pengolahan Gula Ravinasi; 5. Pengolahan Produk Air Tawar; 6. Pengolahan Produk Kehutanan; 7. Pengolahan Air Minum dalam Kemasan; 8. Industri Kerajinan Batik Sungaipenuh; 9. Industri Rumah Tangga berupa Kerajinan; 10. Industri Makanan Khas Daerah. Jumlah industri kecil 982 unit dan industri anyaman 54 unit serta jumlah usaha dan tenaga kerja industri di Kota Sungai Penuh tahun 2009 dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel. II.36 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Industri di Kota Sungai Penuh Tahun 2009 No 1 Kecamatan Tanah Kampung Industri Kecil 176 Jenis Industri (Unit) Produk Tenaga Kerja Industri Industri 8 692 Produk Pertanian 8 60 Gambaran umum kondisi daerah 2 3 4 5 Sungai Penuh 556 Hamparan Rawang 79 Pesisir Bukit 39 Kumun Debai 132 Jumlah 982 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, Tahun 2010. 94 7 8 16 133 1910 258 102 312 3274 21 1 27 26 83 Pengembangan industri berskala nasional merupakan kebutuhan penciptaan unsur utama kegiatan ekonomi Kota Sungai Penuh dan sekaligus merupakan substansi peran dan fungsi kota sebagai PKN. Hal ini mencakup pengembangan kawasan industri terpadu, pergudangan, serta pengembangan terhadap industri kecil maupun rumah tangga. Arahan ruang untuk kompleks industri diarahkan untuk berkedudukan di Kecamatan Kumun Debai, dalam bentuk kawasan terpadu seluas 473,41 Ha. Di samping itu dimungkinkan pula dalam bentuk aglomerasi industri/pergudangan yang terintegrasi dengan Pusat Pemadu Moda (terminal) yang terdapat pada kawasan tersebut. Adapun untuk kawasan industri kecil maupun industri rumah tangga tersebar di Kecamatan Pesisir Bukit, dan Kecamatan Hamparan Rawang. Kondisi eksisting pada dua kecamatan ini sudah banyak terdapat industri kecil/rumah tangga. Pemerintah Kota Sungai Penuh hanya perlu menata kembali kawasan ini, penataan kawasan ini diatur untuk berkedudukan di Kecamatan Pesisir Bukit dan Kecamatan Hamparan Rawang serta terintegrasi dengan kawasan pariwisata budaya. Pengaturan kelompok industri kecil/rumah tangga ini dapat diarahkan agar berjalan kompak dengan penggunaannya sebagai permukiman, namun demikian adanya suatu sistem informasi antara rumah tangga yang juga melakukan kegiatan industri dan yang tidak juga perlu dilakukan agar ada suatu mekanisme pengendalian yang berkelanjutan. Sementara itu ragam industri yang diarahkan untuk dikembangkan di Kota Sungai Penuh ialah industri makanan, kayu manis, Kopi bubuk, industri kerajinan dan sebagainya. 2.4. Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah merupakan kemampuan perekonomian Kota Sungai Penuh dalam mencapai tingkat kesejahteraan tinggi yang berkelanjutan dengan tetap terbuka dengan persaingan dalam kontek regional. Daya saing daerah di Kota Sungai Penuh dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. 1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan banyak membawa tingkat 61 Gambaran umum kondisi daerah kesejahteran masyarakat manakala pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB Kota Sungai Penuh. Produktivitas sektor PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan riil sebesar dari 6,30 % tahun 2009 menjadi 6,46 % tahun 2010. Tabel II.37Aspek Daya Saing bidang Kemampuan Ekonomi Daerah Lapangan Usaha 2009* 2010** (1) (2) (3) 63.222,24 64.009,79 795,91 824,11 3. Industri Pengolahan 35.059,26 37.105,63 4. Listrik, Gas dan Air 4.283,85 4.507,09 24.757,18 27.801,68 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 147.183,92 158.768,70 7. Pengangkutan dan Komunikasi 111.582,46 118.889,94 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 57.355,51 60.725,70 9. Jasa-jasa 72.101,77 77.077,25 516.342,12 549.709,89 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 5. Bangunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumber : BPS Provinsi Jambi Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota Semarang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Pengankutan dan Komunikasi serta sektor jasajasa. Pada tahun 2009 kontribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 30,41 %, Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,37 %, dan sektor jasa-jasa sebesar 16,54%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Kota Sungai Penuh didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan jasa-jasa. Sektor perdagangan dan jasa inilah yang akan kembangkan sebagai aktivitas utama warga masyarakat. 2. Fasilitasi Wilayah/Infrastruktur 62 Gambaran umum kondisi daerah Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan barang antar daerah dan antara kabupaten/kota, yang meliputi fasilitas transportasi (jalan, jembatan, terminal), fasilitas kelistrikan, fasilitas komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan pembangunan suatu kota. a. Aksesbilitas Daerah Sesuai dengan kondisi geografis Kota Sungai Penuh yang terletak pada posisi sentral antara Provinsi Sumatera Barat (Tapan) Provinsi Jambi serta Provinsi Bengkulu (Muko-muko). Kota Sungai Penuh selain merupakan merupakan jalur perlintasan dari lintas tengah dengan Lintas Barat Sumatera, Kota Sungai Penuh juga merupakan penopang distribusi perekonomian wilayah sekitarnya. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu mendapatkan perhatian agar dapat berfungsi dengan optimal.Dalam mendukung aksesibilitas, Kota Sungai Penuh memiliki kualitas panjang jalan yang semakin meningkat dalam 3 tahun terakhir ini. b. Penataan wilayah Sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh, penataan wilayah Kota Sungai Penuh terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah. Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah sebagai berikut :Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman, perdagangan dan Jasa, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran, Kawasan olahraga, Kawasan Wisata /Rekreasi, Kawasan perumahan dan permukiman, Kawasan pemakaman Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota terdapat kompensasi yang tak bisa dihindari dalam tata 63 Gambaran umum kondisi daerah guna lahan, yaitu tingginya ratio perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan perdagangan/jasa dan tumbuhnya kawasankawasan permukiman daerah pinggiran kota. c. Ketersediaan air bersih Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Sungai Penuh pada saat ini terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Sungai Penuh, kecuali hanya beberapa desa saja yang belum. Pemanfaatan air tanah (non perpipaan) masih menjadi pilihan bagi masyarakat yang belum terjaring air bersih. Sistem jaringan perpipaan di Kota Sungai Penuh ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM. Daya saing ketersediaan air besih akan semakin membaik dengan selesainya penambahan kapasitas. Di Kota Sungai Penuh persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas air minum sendiri pada awalnya mengalami penurunan selama periode 2002, yaitu dari 60,95 persen pada tahun 2000 menjadi 51,99 persen di tahun 2002. Dan untuk tahun berikutnya terus mengalami kenaikan hingga mencapai 61,88 persen pada tahun 2007, dan menurun pada tahun 2008 menjadi 60,05 persen, namun terus naik kembali hingga mencapai 70,14 persen rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri pada tahun 2010. d. Fasilitas listrik dan telepon Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat memungkinkan bagi pengembangan investasi. e. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 64 Gambaran umum kondisi daerah Tersedianya fasilitas hotel dan restoran merupakan capaian kinerja daya saing bidang perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Hotel dan Restoran baru yang terjadi selama ini merupakan salah satu bahwa pertanda bahwa potensi ekonomi masyarakat masih akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat. 3. Fasilitas Iklim Berinvestasi Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antar lain fasilitas keamanan dan ketertiban wilayah, kemudahan proses perjinan, dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. a. Keamanan dan Ketertiban Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai dengan tahun 2010 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitass, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh apratur pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya. b. Kemudahan Perijinan Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One Stop Services), melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Sungai Penuh. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan merupakan kinerja utama pelayanan investasi. Dengan kemudahan perijinan berinvestasi diharapkan akan menarik minat investor dalam negeri maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya. c. Pengenaan Pajak Daerah 65 Gambaran umum kondisi daerah Penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya mendasarkan pada Peraturan perundang-udangan yang berlaku. Upaya penyesuaian terhadap regulasi yang baru telah mulai dilaksanakan, dan ini dilakukan agar daya saing di bidang pajak dan retribusi mampu segera diakomodasi. 4. Sumber Daya Manusia Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB-dalam konteks nasional dan PDRBdalam konteks regional, hanya mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mampu menangkap tidak saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi, karena itu pula Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari dimensi dasar pembangunan manusia dengan melihat perkembangannya. Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). IPM merupakan suatu ukuran komposit sederhana yang memuat tiga aspek yang dianggap esensial dan operasional untuk merefleksikan upaya pembangunan manusia secara menyeluruh yaitu peluang hidup, pengetahuan, dan standar hidup layak. Dari tabel dibawah ini, terlihat bahwa Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kota Sungai Penuh tahun 2009 adalah 76,52. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka Propinsi Jambi yang hanya mencapai 72,45, bahkan tertinggi se Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM di Kota Sungai Penuh sudah lebih baik dibandingkan SDM di Propinsi Jambi secara umum. Tabel II.38 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi 2009 Angka harapan hidup (tahun) Angka melek huruf (persen) Rata-rata lama sekolah (tahun) Pengeluaran per kapita disesuaikan (Rp.000) IPM JAMBI 68,95 96,06 7,68 632,60 72,45 Kerinci 70,70 97,23 8,11 631,88 73,94 Merangin 68,17 97,39 7,47 625,72 71,63 Sarolangun 69,27 93,82 7,04 637,05 72,00 Batanghari 68,95 97,57 7,52 631,51 72,59 Muara Jambi 69,19 95,90 7,55 629,04 72,18 Provinsi/ Kabupaten/Kota 66 Gambaran umum kondisi daerah Tanjung Jabung Timur 70,06 92,42 6,25 632,17 71,17 Tanjung Jabung Barat 69,50 97,91 7,52 625,21 72,47 Tebo 68,98 94,91 6,88 628,97 71,34 Bungo 66,97 96,15 7,78 631,31 71,34 Kota Jambi 69,82 98,77 10,11 638,51 75,79 Kota Sungai Penuh 70,90 97,23 9,18 653,61 76,52 67