KEBISINGAN A. Defenisi Kebisingan Bising Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif [ peningkatan ambang pendengaran ] maupun secara kwalitatif [ penyempitan spektrum pendengaran ], berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)". Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian. Gangguan Pendengaran Adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut: Gradasi Parameter Normal : Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m) Sedang : Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m Menengah : Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m Berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak >1,5 m Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak <1,5 m Tuli Total : Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Menurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut: Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 disebut tuli sangat berat Anatomi Telinga dan Mekanisme Mendengar Telinga terdir dari 3 bagian utama yaitu: 1. Telinga bagian luar Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu juga pula sebaliknya. 2. Telinga bagian tengah Terdiri atas osside yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus) Martillandasan-Sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea. 3. Telinga bagian dalam Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung cairan, di dalamnya terdapat membrane basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membrane basiler. Getaran ini merupakan impuls bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengar (nervus cochlearis). Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Mengukur Tingkat Kebisingan Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga. Nilai Ambang Batas Kebisingan Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk wwaktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut: 82 dB : 16 jam per hari 85 dB : 8 jam per hari 88 dB : 4 jam per hari 91 dB : 2 jam per hari 97 dB : 1 jam per hari 100 dB : ¼ jam per hari Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 B. Jenis Kebisingan Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas: 1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya mesin, kipas angina, dapur pijar. 2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada prekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas. 3. Bising terputus-putus (Intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang. 4. Bising Implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam. 5. Bising Implusif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa. Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia , bising dapat dibagi atas: 1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).Intetitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur. 2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. 3. Bising yang merusak (damaging / injurious noise). Adalah bunyi yang intesitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 C. Pengaruh Bising Terhadap Tenaga Kerja Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan ketulian,atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap ksehatan pekerja sebagai berikut: 1. Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. 2. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain. 3. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. 4. Gangguan keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian) Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tsb. Tabel 1-1 Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan Tipe Kehilangan Akibat-akibat pendengaran Uraian Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan. badaniah Akibat-akibat Rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan fisiologis darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan Akibat-akibat Gangguan gaya Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi psikologis hidup waktu bekerja, membaca dsb. Gangguan Merintangi kemampuan mendengarkann TV, radio, pendengaran percakapan, telpon dsb. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intesitas tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula dengar sempurna. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS) Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS di pengaruhi oleh faktor-faktor berikut: Tingginya level suara Lama pemaparan Spektrum suara Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar. Kepekaan individu Pengaruh obat-obatan. Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, kansmycin dsn beberapa obat lainnya. Keadaan kesehatan D. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjaan (occupational hearing loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh bukan karena kerja (non- occupational hearing loss). Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational hearing loss), adalah sebagai berikut: Intensitas suara yang terlalu tinggi. Usia karyawan. Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing impairment). Tekanan dan frekuensi bising tersebut. Lamanya bekerja. Jarak dari sumber suara. Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja. PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN (Hearing Conservation Program) 1. Tujuan Program Umum Meningkatkan produktifitas kerja melalui pencegahan ketulian akibat bisingdi tempat kerja dengan melaksanakan program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan. Khusus Mengetahui tingkat kebisingan pada lokasi kerja sesuai karakteristik kegiatanya. Meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui upaya mengurangi paparan terhadap pekerja, baik secara teknis maupun administratif. Deteksi dini adanya kasus Noise Induced Hearing Loss dan mencegah Temporary Threshold Shift (TTS) yang timbul menjadi permanen. Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kebisingan dan pengaruh terhadap kesehatan. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Meningkatkan disiplin dan kesadaran dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap kebisingan. Menumbuhkan perubahan perilaku karyawan dan semua unsur terkait kearah yang mendukung program di atas, melalui program promosi kesehatan di tempat kerja. 2. Mamfaat Bagi Perusahaan: Sesuai dengan perundangan yang berlaku (taat hukum). Meningkatkan kinerja (produktifitas) dan efisiensi. Meningkatkan moral dan kepuasan pekerja sehingga terbina hubungan baik. Mengurangi angka kecelakaan, kesakitan, hilangnya hari kerja, menurunkan turn over rate serta absenteeism (loss time). Menekan biaya kesehatan akibat preventable diseases serta klaim kompensasi. Menghindari terjadinya kehilangan tenaga kerja yang terampil dan skilled. Bagi Karyawan: Mencegah terjadinya ketulian akibat bising yang bersifat menetap dan irreversible. Bisa mengurangi stress. Mamfaat bersama: Membangun komitmen untuk selalu bersama-sama memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Meningkatkan Safety Awarness dikalangan karyawan. Perubahan perilaku yang tumbuh nantinya akan menjadi gaya hidup positif yang tidak hanya mendukung program konservasi pendengaran saja, namun juga akan membawa perubahan perilaku yang positif dalam permasalahan kesehatan lainnya, seperti mengurangi kebiasaan merokok serta gaya hidup sehat lainnya. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 3. Aktifitas yang Tercakup Program ini mencakup aktifitas berikut: a. Survey paparan kebisingan Identifikasi area dimana pekerja terexpose dengan level kebisingan yang berbahaya. Pada daerah kerja yang telah ditetapkan tadi, dilakukan penelitian tingkat kebisingan (analisis kebisingan). Untuk mengukur tingkat intesitas kebisingan digunakan Sound Level Meter, tetapi bila ingin pengukuran lebih detil, maka menggunakan Sound Level Meter yang dilengkapi Octave Band Analyzer atau engan menggunakan Noise Dose Meter. b. Test Pendengaran Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selam 16 jam. Dalam usaha memberikan perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan pemeriksaan audiometri sebagai berikut: Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah kerja yang bising. Secara berkala (periodik / tahunan) Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dBA selam 8 jam sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising. Secara khusus pada waktu tertentu Pada akhir masa kerja Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu: Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja bekerja dikebisingan. Monitor (Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari setahun setelah audiogram sebelumnya. Test Ulangan (Retest Audiogram) Test Konfirmasi (Confirmation Audiogram), dilakukan bagi pekerja yang retest audigramnya konsisten menunjukkan adanya perubahan tingkat pendengaran. Test Akhir (Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja berhenti bekerja. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 c. Pengendalian Kebisingan Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap: Terhadap Sumbernya dengan cara: Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya. Substitusi alat Mengubah proses kerja Terhadap Perjalanannya dengan cara: Jarak diperjauh Akustik ruangan Enclosure Terhadap penerimanya dengan cara: Alat pelindung telinga Enclosure (mis.dalam control room) Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja. Selain dari ketiga di atas, dapat juga dilakukan dengan melakukan: Pengendalian secara Teknis (Engineering control) dengan cara: Pemilihan equipment / process yang lebih sedikit menimbulkan bising. Dengan melakukan perawatan (Maintenance). Melakukan pemasangan penyerap bunyi. Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik). Menghindari kebisingan Pengendalian secara Administratif (Administartive control) dengan cara: Melakukan shift kerja Mengurangi waktu kerja Melakukan tranning Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Langkah terakhir dalm pengendalian kebisingan adalah dengan menggunakan alat pelindung pendengaran ( earplug, earmuff dan helmet). Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur. d. Alat Pelindung Pendengaran Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 3 jenis alat pelindung pendengaran yaitu : 1. Sumbat telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type, Costum-molded type, Premolded type. 2. Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB. 3. Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40-50 dB Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat pelindung telinga adalah: Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising yang berlebihan. Harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisien (ergonomik). Harus menarik dan harga yang tidak terlalu mahal. Tidak memberikan efek samping atau aman dipakai. Tidak mudah rusak e. Pendidikan dan Motivasi Semua pekerja yang berhak mengikuti program konservasi pendengaran, harus mendapatkan pendidikan dan training yang cukup setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya adalah perilaku pekerja. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Mengingat program pendidikan ini sangat penting, maka harus direncanakan dengan baik dan mencakup hal-hal yang relevan, yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasional dan jelas. Dampak kebisingan terhadap pendengaran. Policy perusahaan dengan pengontrolan yang baik yang telah dilaksanakan maupun rencana kedepan. Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan test itu sendiri, interprestasinya serta implikasi yang timbul dari hasil test. Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber kebisingan, bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya agar tidak mengganggu kesehatan dikemudian hari. f. Pencatatan dan Laporan Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan yaitu: Data hasil pengukuran kebisingan: Departemen dan lokasi yang di survey beserta hasilnya. Alat yang dipakai serta kalibrasinya. Daftar nama karyawan yang terpapar di atas 85 dBA. Daftar area kerja dengan kebisingan di atas 85 dBA. Data kontrol teknikal / administrative Data instalasi kontrol teknik secara lengkap beserta evaluasinya. Data perawatan mesin secara teratur. Data karyawan yang mendapatkan perilakuan secara administrative. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Data hasil Audiometri Data hasil pemeriksan audimetri dari masing-masing karyawan lengkap dengan nama, umur, job description, tanggal pelaksanaan audiometri dsb. Pre-employment atau pre-exposure audiogram. Termination atau exit audiogram Hasil review daari audiogram. Nama teknisi yang melaksanakan audiometri serta sertifikasi yang dimilikinya. Data Alat Pelindung Diri Tanggal mulai pemberian APD pada karyawan. Merk dan ukuran APD yang dipakai. Data pendidikan penggunaan dan perawatan APD. Data hasil inspeksi penggunaan APD. Kalkulasi efek penurunan level kebisingan dari APD yang dipakai, untuk melihat efektifitas alat. Data Pendidikan dan Pelatihan Isi program pendidikan dan pelatihan tahunan. Nama presenter serta metode pelatihan yang digunakan. Nama-nama peserta pelatihan. Hasil evaluasi pelatihan. Data Evaluasi Program Dokumentasi tahunan berkenaan pengukuran kebisingan, performance dari APD, serta review hasil audiometri. Data usulan perubahan atau tambahan dalam pedoman program konservasi pendengaran. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 g. Evaluasi Program Penting dilakukan disini adalah antara lain: o Mereview apakah program pemeliharaan pendengaran di atas sudah dilakukan secara menyeluruh dan juga kualitas pelaksanaan masing-masing komponennya. o Membandingkan baseline audiogram dengan audiogram lainnya untuk mengukur keberhasilan usaha pencegahan tersebut. o Identifikasikan apakah ada daerah yang dikontrol lebih lanjut. o Buat check list yang spesifik untuk masing-masing daerah kerja untuk meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai standart yang berlaku. (Daftar check list terlampir) Untuk pengembangan kedepan perlu dilihat adanya faktor-faktor baik yang menghambat maupun yang mendukung antara lain sebagai berikut: Faktor Pendukung Adanya visi dan misi perusahaan, jelas menggambarkan bahwa exspan ingin maju bersama dengan stakehodernya. Dukungan dana yang relatif lebih longgar. Faktror Penghambat Belum nampak adanya suatu komitmen bersama untuk mengatasi hal ini, menambah sebab kegagalannya program konservasi pendengaran ini Pihak karyawan yang terpapar, yaitu kurangnya pemahaman bahwa pajanan kebisingan untuk jangka waktu lama akan membawa dampak yang buruk terhadap kesehatan dan kurangnya kesadaran tentang penggunaan APD. Pihak pimpinan dan pengawasan kerja, adanya pemahaman yang kurang atau keliru serta sikap dan perilaku yang tidak mendukung. Kerjasama lintas departemen, semua pihak tidak bertanggung jawab serta kurang merasa terlibat dengan program ini. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 PENUTUP Modul kebisingan dan Program Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation Program) diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan bagi Pembina dalam pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjadikan pengetahuan dan pendidikan kesehatan kepada pekerja mengenai kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Selain itu, modul ini diharapkan menjadi bahan acuan bagi pengurus panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja di masing-masing perusahaan untuk menyebar luaskan arti dan mamfaat Program Konservasi Pendengaran dalam mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran. KESIMPULAN 1. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana dapat merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian. 2. Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya, perjalanannya dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan pengendalian secara teknis (Engineering control), pengendalian secara administratif (Administrative control) dan langkah terakhir adalah penggunaan alat pelindung pendengaran. 3. Pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dapat dilakukan dengan program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur perusahaan dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada karyawan mengenai kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan melakukan program promosi kesehatan di tempat kerja. 4. Gunakan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan pekerjaan yang terpapar langsung dengan kebisingan di tempat kerja dan APD yang digunakan harus memberikan perlindungan dan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pemakainya. Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan, RI. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Oleh Pusat Kesehatan Kerja. Jakarta. http://www.depkes.go.id/index/articles.html KCM (Kompas Cyber Media). Kesehatan. Kebisingan dan Getaran Bisa Akibatkan Kecelakaan Kerja. Jakarta. http://www.kompas.com/kesehatan/index.html KCM (Kompas Cyber Media). Iptek. Mengukur Kebisingan dan Getar di Tempat Kerja. Jakarta. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/05/iptek/index.html Nainggolan Bilman Ir. Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara: Medan. Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia. Kebisingan. Jakarta 12770 Top page. Kebisingan dan Getaran dan Pengertian Dasar Tentang Kebisingan . http://www.menlh.go.id/apec_vc/osaka/eastjava/noise_id/index/articles.html Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 STUDI KASUS Jakarta, Kompas - Pajanan bising dan getar terus- menerus bisa mengganggu pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu menerapkan peraturan perlindungan kerja dan pemantauan ketat, termasuk melindungi fungsi pendengaran dan keseimbangan untuk mencegah penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Masalahnya, kemudian timbul bising lingkungan kerja yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja. Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di sekitarnya. Masalah ini perlu lebih diperhatikan untuk menghindarkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Demikian antara lain isi di-sertasi dr Jenny Bashiruddin (44) dari Bagian Telinga Hidung Tenggorok (THT) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), yang memaparkan hasil penelitiannya terhadap 350 pengemudi bajaj di Jakarta, Rabu (14/8). Bunyi dan getaran bajaj diukur dengan Octave band analyzer dan vibrasimeter. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis THT, tinggi dan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Sedangkan fungsi keseimbangan dan pendengaran diukur dengan posturografi dan audiometri. Dari penelitian itu diketahui bahwa intensitas bising bajaj berkisar antara 64 dB (desibel) sampai 96 dB, atau rata-rata 91 dB. Sedang rata-rata akselerasi getar 4,2 m/dt2. "Semua nilai itu melebihi ambang batas keamanan yang direkomendasikan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan Organisasi Kesehatan Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007 Dunia (WHO), yaitu intensitas bising rata-rata tidak lebih dari 85 dB selama delapan jam per hari atau 40 jam per minggu, serta akselerasi getaran tidak lebih dari 4 m/dt2. Akibatnya, 72,28 persen pengemudi bajaj yang diteliti mengalami gangguan kesehatan," papar Jenny. Rinciannya, pengemudi yang mengalami gangguan keseimbangan dan pendengaran 27,43 persen, gangguan pendengaran 17,14 persen, dan gangguan keseimbangan 27,71 persen. Yang masih sehat hanya 27,72 persen. Gangguan keseimbangan dan pendengaran dipengaruhi faktor usia lebih dari 40 tahun, masa kerja lebih dari sembilan tahun, jam kerja per hari lebih dari delapan jam, bekas perokok berat dan kegemukan. Gangguan keseimbangan dipengaruhi hal yang sama, hanya masa kerjanya lima sampai sembilan tahun, sedangkan gangguan pendengaran hanya dipengaruhi oleh faktor usia lebih dari 40 tahun. Bising dan getaran bisa merusak koklea di telinga dalam sehingga mengganggu pendengaran. kerusakan yang ditimbulkan pada saraf vestibuler ditelinga dalam, menyebabkan gangguan keseimbangan. Berdasarkan faktor-faktor yang didapat pada penelitian, Jenny menyusun Skor Risiko Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan. Skor itu bisa dimanfaatkan untuk menskrining pekerja di pelbagai bidang lain yang berada di lingkungan bising dan getaran sebagai upaya mencegah gangguan pendengaran dan keseimbangan. Jenny meneliti gangguan pendengaran dan keseimbangan akibat kerja mengingat masalah ini belum mendapat perhatian penuh. Padahal, gangguan ini menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35 persen. Di pelbagai industri di Indonesia, angka ini berkisar antara 30-50 persen. Seiring dengan kebutuhan pembangunan, penggunaan peralatan industri yang menimbulkan bising dan getaran di negara berkembang, termasuk Indonesia, makin lama akan makin bertambah. Hal ini perlu diantisipasi untuk mencegah kerugian sumber daya manusia dengan melakukan pemeriksaan pekerja serta mengurangi gangguan dengan menyediakan alat pelindung pendengaran serta peredam getaran. (atk) Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Repository © 2007