Dampak Sertifikasi Guru terhadap Peningkatan Mutu Proses

advertisement
Dampak Sertifikasi Guru terhadap
Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran:
Studi Kasus di MAN Model Jambi
Alfian, Eli Suraya, & Yusraini
Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak:
Program sertifikasi guru telah berjalan setidaknya lima tahun di
Indonesia. Program ini diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar profesional. Selain dibutuhkan syarat-syarat
tertentu untuk mendapatkannya, bagi guru yang telah lulus
sertifikasi mendapatkan insentif tambahan. Dengan demikian,
guru dirangsang untuk menjadi profesional yang berujung pada
meningkatnya kualitas pembelajaran. Artikel ini melihat
pelaksanaan sertifikasi guru di MAN Model Jambi, apakah
program tersebut benar-benar berdampak pada mutu proses
pembelajaran. Berdasarkan wawancara terhadap guru, kepala
sekolah, siswa, dan pengawas, observasi di MAN Model Jambi,
serta studi dokumentasi, didapat bahwa para guru telah
memahami apa sesungguhnya program sertifikasi, bagaimana
semestinya mereka bekerja setelah sertifikasi, dll. Kenyataannya,
mereka belum sepenuhnya melaksanakan sesuai tuntutan
sertifikasi. Walhasil, dampak sertifikasi terhadap peningkatan
mutu proses pembejaran tidak terlalu signifikan.
Kata Kunci: MAN Model Jambi, sertifikasi guru, mutu proses
pembelajaran.
A. Pendahuluan
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
278 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
standar profesional guru. Guru yang profesional merupakan syarat
mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang
bermutu, karena guru adalah ujung tombak dalam peningkatan
kualitas layanan dan hasil pendidikan, khususnya dalam membangun
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui
pendidikan formal. Guru sebagai sebuah profesi yang sangat strategis
dalam pembentukan dan pemberdayaan anak-anak penerus bangsa.
Oleh karena itu, pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru sebagai
tenaga pendidik merupakan keharusan yang memerlukan
penanganan serius.
Sertifikasi diberikan berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), UU RI Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi.
Pendidikan merupakan salah satu pilar kebijakan di Indonesia
saat ini. Dilihat dari sistem pendidikan, mutu pendidikan dapat
dicapai manakala terjadi proses kegiatan belajar-mengajar yang
bermutu. Dalam hal ini, program sertifikasi guru adalah program yang
didesain untuk melihat kelayakan guru dalam berperan sebagai agen
pembelajaran yang profesional yang akan turut menjamin mutu
pendidikan.1 Hal senada juga dikemukan oleh Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan bahwa tujuan
utama dari sertifikasi guru bukan untuk mendapat tunjangan profesi
melainkan untuk menunjukkan bahwa guru telah memiliki
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi guru. Berdasarkan hal
tersebut, sertifikasi guru akan membawa dampak positif, yaitu
meningkatkan kualitas guru.2
Sayangnya, sertifikat pendidik yang telah diterima guru baik dari
penilaian portofolio maupun yang telah lulus pendidikan dan
pelatihan, tidak sepenuh dijadikan acuan oleh guru untuk
meningkatkan kualitas. Padahal kebijakan sertifikasi guru adalah
upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru dengan tujuan
guru dapat melaksanakan tugas dengan profesional. Artinya, dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik, guru harus dapat memenuhi
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 279
keinginan atau harapan karena sertifikasi itu adalah sarana menuju
kualitas dan proses ilmiah yang memerlukan pertanggungjawaban
moral dan akademis, sehingga apapun yang dilakukan guru semata
untuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Program sertifikasi sudah berlangsung selama empat tahun
(2007–2011), namun belum diketahui dampaknya terhadap mutu
pembelajaran, apakah program sertifikasi ini sudah tepat, kurang
tepat, atau bahkan tidak tepat, merupakan bagian yang harus dicari
informasinya melalui penelitian.
Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar kebijakan
pendidikan di Indonesia saat ini. Dilihat dari sistem pendidikan, mutu
pendidikan dapat dicapai manakala terjadi proses pembelajaran yang
bermutu. Proses yang bermutu akan terwujud ketika inputnya
bermutu.
UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah RI Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, guru dinyatakan sebagai tenaga profesional. Dalam
rangka itulah, program sertifikasi guru dilakukan supaya guru
memiliki kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen. Walaupun perdebatan dan kritik
banyak muncul ketika program sertifikasi ini diimplementasikan,
yakni ujian kompetensi guru dilakukan melalui fortifolio, program
ini terus berjalan sampai saat ini. Intinya, ada ketidaksepahaman
mengenai mekanisme sertifikasi untuk mencapai tujuan sertifikasi
itu sendiri.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Jambi yang terletak di
Kota Jambi merupakan satu dari tiga madrasah aliyah negeri yang
ada di Kota Jambi. MAN Model merupakan MAN percontohan
dengan jumlah guru sebanyak 80 orang, terdiri atas 54 guru PNS
dan 26 guru non-PNS. Guru MAN Model Jambi yang telah lulus
sertifikasi dan menerima tunjangan sertifikasi sebanyak 32 orang,
dan 12 guru telah lulus sertifikasi namun belum menerima tunjangan
sertifikasi, serta 1 guru dalam proses sertifikasi. Sementara itu, 9 orang
guru PNS belum sertifikasi. Dari data tersebut, tergambar bahwa 75%
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
280 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
guru MAN Model Jambi telah lulus sertifikasi.
Artikel ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bagaimana pemahaman sertifikasi bagi guru-guru MAN Model
Jambi, bagaimana mutu pembelajaran pada kelas-kelas yang dibina
oleh guru MAN Model yang telah lulus sertifikasi, dan bagaimana
dampak sertifikasi terhadap peningkatan mutu pembelajaran di MAN
Model Jambi?
Artikel ini didasarkan pada studi lapangan yang kami lakukan
di MAN Model Jambi pada 2010. Kami melakukan wawancara dengan
segenap stakeholder pendidikan di MAN Model Jambi, antara lain
pengawas, kepala sekolah, para guru, serta para siswa. Kami juga
melihat langsung proses pembelajaran di MAN Model Jambi, di
samping mengumpulkan dan memeriksa dokumentasi-dokumentasi
terkait.
Secara umum artikel ini terdiri atas empat bagian. Pertama,
pendahuluan, menjelaskan arah artikel ini. Batasan dan istilah-istilah
juga dijelaskan dalam bagian ini. Selanjutnya dikemukakan tentang
pemahaman guru terhadap program sertifikasi, sebelum masuk
kepada pelaksanaannya. Di akhir, dilihat dampak sertifikasi terhadap
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru besertifikasi di MAN Model Jambi.
B. Sertifikasi Guru dan Mutu Proses Pembelajaran
Sertifikasi guru adalah pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
standar profesional guru. Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat
yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.3
Tujuan sertifikasi guru adalah menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil
pendidikan, meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan
profesionalitas guru.4
Adapun manfaat sertifikasi guru adalah melindungi profesi guru
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 281
dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra
profesi guru, melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan
yang tidak berkulitas dan tidak profesional, dan meningkatkan
kesejahteraan guru.5
Sedangkan kriteria guru yang dapat mengikuti sertifikasi adalah
guru yang telah memenuhi persyaratan utama, yaitu memiliki ijazah
akademik atau kualifikasi akademik minimal S-1 atau D-4. Adapun
mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru ada dua macam: melalui
penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan melalui pendidikan
profesi calon guru.6
Dari pembahasan di atas, diketahui bahwa sertifikasi
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pendidikan
yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu
pendidikan. Oleh karena itu, untuk memperoleh mutu pendidikan
yang baik, diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas pula.7
Pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan.
Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah
menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses
pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil
pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung
oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.8
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran
mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu
bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik
dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai
sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang
membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung
hingga membuahkan hasil.9
Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, bahwa konsep
mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu kesesuaian,
daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pembelajaran.10
Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
282 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat
maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai
dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan
sesuai dengan teori, prinsip, dan/atau nilai baru dalam pendidikan.
Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya
tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang
tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan
yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa,
kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap
saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang
tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan
lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang
dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan
dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan
suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan
kepribadian peserta didik.11
Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan
tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam
mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Efisiensi
pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu,
biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau
dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Inti dari
efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun
eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan
kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.
Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang
memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak.
Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan
proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis
dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran
(dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan
intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau
gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga
menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 283
yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh
masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.
Konsep tentang mutu juga diartikan berbeda-beda, tergantung
pada situasi, kondisi dan sudut pandang. Ada yang berpendapat
bahwa mutu ditandai dengan kesesuain dengan kondisi dan
kebutuhan, daya tarik, pendidikan yang besar, efektivitas program
serta efisiensi dan produktivitas kegiatan. Sementara masyarakat
umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarnya
lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi. Terkadang masyarakat juga
berpendapat bahwa mutu selalu dberkaitan dengan biaya yang tinggi.
Padahal biaya yang tinggi tidak selalu menjamin mutu yang baik,
apalagi sekarang ini sering terjadi gejala komersialisasi pendidikan
yang berorientasi pada sekolah yang menjual citra atau ijazah.
Pendidikan yang berkualitas secara keseluruhan berkaitan
dengan kualitas guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam
upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan, untuk itu
seorang guru harus memenuhi persyaratan sebagai guru profesional.
Guru yang profesional merupakan kunci keberhasilan bagi
pembelajaran, ciri-ciri guru yang melakukan pembelajaran secara
efektif ada empat. Pertama, memiliki kemampuan yang berhubungan
dengan iklim belajar di kelas. Kemampuan ini termasuk kemampuan
interpersonal guru. Kedua, memiliki kemampuan strategi manajemen
pembelajaran, meliputi kemampuan menghadapi dan menangani
siswa yang tidak memiliki perhatian dan suka mencela.
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan umpan balik
(feed back) dan penguatan (reinforcement). Ini meliputi kemampuan
memberikan umpan balik yang positif, kemampuan mampu
memberikan respons terhadap siswa yang sifatnnya tidak baik, dan
kemampuan membantu siswa yang lamban belajar. Keempat,
memiliki kemampuan yang berhubungan dengan peningkatan diri,
meliputi: kemampuan menerapkan kurikulum dan metode mengajar
secara inovatif dan kemampuan memperluas pengetahuan mengenai
metode-metode.12
Sedangkan kompetensi profesional seorang guru adalah
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
284 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar
ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdiri dari tiga
hal, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional mengajar.
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran,
guru harus memiliki kemampuan merencanakan sistem
pembelajaran, melaksanakan sistem pembelajaran, mengevaluasi
sistem pembelajaran, dan mengembangkan sistem pembelajaran.13
C. Sejarah Singkat MAN Model Jambi
Latar belakang sejarah MAN Model Jambi yang berada di komplek
Perguruan Jl. Adityawarman The Hok adalah berasal dari komplek
PGAN Jambi yang luasnya mencapai 4,3 ha yang dibeli dari dana
anggaran melalui DIP tahun 1969 oleh Asy’ari Thoha, BA (Kepala
PGAN 6 Tahun Jambi/PGAN Jambi periode III, 1967-1983). Pada
1973 komplek PGAN ini mulai dibangun secara bertahap sebanyak
enam lokal dan pada 1974 aktivitas belajar-mengajar PGAN Jambi
yang waktu itu masih enam tahun mulai dilaksanakan. Pada 1975
PGAN Jambi yang semula berlokasi di Jl. Hayam Wuruk Simpang
Jelutung Jambi secara keseluruhannya pindah ke komplek perguruan
ini.14 PGAN 6 Tahun Jambi semula berada di Komplek Sekolah di
Jelutung bersama SMP Negeri 4 Jambi sejak 1967 sampai 1975.
Adapun sejarah awal keberadaan PGAN Jambi adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1959-1960 PGAN 4 tahun mulai didirikan yang
berlokasi di Pakuan Baru dipimpin oleh H. Nurdin Yusuf mulai
periode awal hingga 1965.
2. Pada 1963-1964 PGAN 4 Tahun Jambi kemudian dikembangkan
menjadi PGAN 6 tahun berlokasi di Pakuan Baru kemudian
pindah ke Komplek Sekolah bekas Sekolah Cina Jelutung Jl.
Hayam Wuruk.15
Pada 1978 PGAN 6 Tahun Jambi beralih fungsi atau berubah
menjadi PGAN Jambi selama 3 tahun setingkat SMA dan menjadi
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 285
MTs Negeri Jambi selam 3 tahun setingkat SMP yang saat itu masih
dibawah kepemimpinan Asy’ari Toha, BA (periode III). Kemudian
pada 1983 PGAN Jambi dipimpin oleh Drs. Razzak Hazzul hingga
1989 (periode IV).
Madrasah Aliyah Negeri Jambi selanjutnya mengalami
perubahan di bawah kepemimpinan Drs. Arfah Hap (bertugas 9
September 1994-2002 dan merupakan masa bakti periode II kepala
MAN Jambi). Pada 1998/1999 MAN Jambi mengalami perubahan
status menjadi MAN Model Jambi berdasarkan Keputusan Dirjen
Bimbaga Islam Departemen Agama RI NO. E.IV/PP.00.6/Kep/17.A/
1998 tanggal 20 Februari 1998. Perubahan status dari MAN Jambi
ke MAN Model Jambi dimaksudkan agar MAN Jambi dipacu menjadi
sebagai pusat pembelajaran, pembinaa dan dan dapat dijadikan
contoh bagi madrasah aliyah lain dalam Provinsi Jambi.
Mulai tahun pelajaran 2009/2010 MAN Model Jambi akan
mengembangkan model pembelajaran berbasis IT. Dalam rangka
program tersebut pada tanggal 16 Mei 2009 telah diresmikan website
MAN Model Jambi oleh Bapak Kakanwil Departemen Agama Provinsi
Jambi.
D. Pemahaman Sertifikasi
bagi Guru-guru MAN Model Jambi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Herbon Kosasih,
guru MAN Model Jambi, mengenai program sertifikasi dalam
kaitannya dengan pemahaman guru MAN Model Jambi, pada
dasarnya guru menyadari bahwa program ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kompetensi
dan profesionalisme guru. Menurut guru MAN Model Jambi, kualitas
sistem pendidikan secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas
guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan. Dan
pemerintah secara resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru
disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional.
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
286 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan
dengan sebuah sertifikat profesi pendidik yang diperoleh melalui
sertifikasi. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan sebagai guru profesional. Hakikat dari
sertifikasi guru, maka di dalam asal 15 ayat (1) UUGD dinyatakan
bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang
telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang
disahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya
adalah Pasal 8: guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal
lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat
pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang
telah memenuhi persyaratan.
Suatu kenyataan yang kami temukan di lapangan berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru MAN Model Jambi,
ternyata guru yang sudah sertifikasi tidak memperlihatkan
kompetensinya dalam melaksanakan tugas, di antaranya kompetensi
paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, serta
kompetensi sosial.
Program sertifikasi merupakan program spektakuler bagi profesi
guru yang menyita banyak perhatian guru, terutama dengan
kesejahteraan yang akan diterima guru manakala lulus sertifikasi.
Sedangkan untuk pengalaman guru dalam mengikuti proses
sertifikasi cukup baik ini ditunjukkan bahwa guru melakukan semua
tahapan yang diprasyaratkan dalam program sertifikasi guru.
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 287
E. Mutu Pembelajaran pada Kelas-kelas
yang Dibina oleh Guru yang Telah Lulus Sertifikasi
Perencanaan Proses Pembelajaran
Mulai tahun pelajaran 2010 MAN Model Jambi mulai melaksanakan
secara utuh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk
semua tingkatan kelas. Agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik maka seorang guru diwajibkan untuk membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada Ambok Fera Afrizal, S.Ag.,
M.Ag., beliau mengatakan:
Guru-guru di MAN Model ini diwajibkan membuat RPP sebelum mereka
melaksanakan proses pembelajaran, begitu juga saya yang merupakan
salah satu dari guru MAN Model Jambi yang mengajar di bidang studi
bahasa Arab, walaupun saya saya sudah mengajar disini sudah hampir
13 tahun namun saya tetap membuat RPP setiap kali akan
menyampaikan materi. RPP itu penting sekali bagi guru agar proses
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan RPP merupakan
kesiapan guru ketika akan mengajar di kelas.16
RPP merupakan acuan guru dalam proses pembelajaran karena
dalam RPP telah dicantumkan materi, metode, sumber atau media
pembelajaran dan berakhir pada penilaian guru terhadap anak didik.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis dengan para
guru, kepala MAN Model Jambi, dan pengawas dapat ditarik
kesimpulan bahwa seorang guru ketika akan memulai proses
pembelajaran di awal semester maka guru harus membuat
perencanaan pelaksanaan pembelajaran baik itu bagi guru yang telah
memperoleh sertifikat pendidik maupun para guru yang belum
memperoleh sertifikat pendidik.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a. Guru menguasai materi pelajaran dan iptek
Materi merupakan seperangkat informasi yang harus
diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan.
Peserta didik harus benar-benar merasakan manfaat bahan ajar
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
288 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
atau materi setelah mempelajarinya.
Menurut penjelasan Juslina Ernawati, materi secara umum,
sifat bahan ajar dapat dibedakan kedalam beberapa katergori,
yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Atau wujudnya
dapat dilihat atau dirasakan oleh indera. Fakta dapat dipelajari
memalui informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau
kalimat, istilah maupun pernyataan.
Ketika hal ini ditanyakan kepada guru Bahasa Arab, beliau
mengatakan:
MAN Model memang telah menerapkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dengan diterapkan KTSP ini saya dapat berkreatifitas
dalam menyusun materi yang sesuai dengan karakteristik siswa,
metode yang sesuai dengan materi yang telah ditetapkan, dan
media. MAN Model Jambi sejak tahun 2009 telah mencanangkan
penggunaan teknologi informasi sehingga setiap guru harus
menguasai teknologi ini dan saya memberi tugas yang harus dicari
di internet ini salah satu upaya untuk memotivasi siswa agar
terlatih menggunakan internet dan tugas pun dapat dikerjakan
dengan baik.17
b.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan kepala MAN
Model serta dari dokumentasi, guru-guru MAN yang telah lulus
sertifikasi mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
masa kerja yang di atas lima tahun ini menunjukkan bahwa
mereka memang memahami materi yang diajarkan.
Media pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi di MAN Model Jambi, MAN
Model merupakan salah satu MAN yang ada di Kota Jambi dan
merupakan MAN percontohan dan memiliki media pendidikan
yang lengkap. Kelengkapan media itu diharapkan guru dapat
memanfaatkannya dalam proses pembelajaran agar siswa dapat
dengan mudah memahami materi yang disampaikan dan
membantu guru dalam menyampaikan materi.
Darma Putra menjelaskan, agar siswa dapat memahami
materi kimia yang dia sampaikan, dia menggunakan
laboratorium IPA sebagai media pembelajaran kimia. Dia juga
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 289
c.
menggunakan sarana multimedia dalam menyampaikan materi.
Sarana itu sangat membantu siswa untuk memahami materi
dengan baik.
Guru menguasai berbagai metode dan strategi pembelajaran
Metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu
faktor yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan guru
dalam proses pembelajaran di dalam kelas, karena dengan kreasi
atau beragam metode dan strategi digunakan dalam
pembelajaran tentu akan melahirkan suasana yang
menyenangkan dan memotivasi belajar anak.
Guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak ada yang
sama karena harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
karakteristik anak didik, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ambok Fera Afrizal, guru bahasa Arab, sebagai berikut:
Siswa diberi kesempatan untuk dapat membaca dan
menerjemahkan teks bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Setelah
siswa membaca dan menerjemah, maka saya akan mengoreksi
bacaan dan terjemahan sambil menjelaskan struktur bahasa Arab
dan menghubungkan bacaan dengan contoh-contoh yang ada di
sekitar mereka, sehingga siswa akan mudah memahami materi
pelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
bervariasi sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik
siswa.18
Kepala Perpustakaan mengungkapkan, ada beberapa guru
menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Ini salah
satu upaya agar siswa mencintai perpustakaan dan rajin
membaca.
Dari pernyataan-pernyataan yang dikemukan di atas,
tampak bahwa metode dan strategi guru dalam proses
pembelajaran di MAN Model Jambi menggunakan metode yang
bervariasi sesuai dengan materi, tujuan dan karakteristik anak
didik.
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
290 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
menentukan nilai dari hasil pembelajaran. Dalam penilaian
setidaknya ada dua jenis kegiatan, yaitu mengukur dan menilai.
Penilaian yang pertama merupakan kegiatan yang bersifat kuantitatif.
Penilaian yang kedua yang dilakukan dengan pendekatan yang
berbeda.
Tujuan penilaian selama proses pembelajaran digunakan untuk
mengetahui dan memperbaiki masalah pembelajaran dan
kesulitannya, baik dalam penyampaian materi maupun strategi
pendekatan yang digunakan. Feedback atau umpan balik diberikan
melalui tes formatif. Tes formatif bersifat diagnotis yang serentak
menunjukkan kemajuan dan keterampilan anak. Tes formatif
memiliki fungsi yang beragam dapat diadakan setiap saat, yaitu pada
saat penyajian pelajaran, pengajar dapat berhenti sebentar untuk
mengaiukan pertanyaan yang menyangkut bahan yang baru disajikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, di lapangan
penilaian terhadap peserta didik dilakukan denngan baik secara lisan
maupun tulisan. Penilaian tulisan atau penilaian formatif juga
dilakukan di MAN Model Jambi untuk mendapatkan informasi
kemampuan peserta didik dan memperbaiki hasil suatu proses
pembelajaran.
Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran adalah upaya yang penjaminan
mutu bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
kearah tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pengawasan perlu
didasarkan pada prinsip prinsip tanggung jawab dan kewenangan,
dilakukan secara periodik, demokratis terbuka, dan berkelanjutan.
Ketika hal ini ditanyakan kepada kepala MAN model Jambi selaku
pengawas, dikatakan bahwa pengawasan proses pembelajaran
memang harus dilakukan untuk melihat kompetensi yang telah
diperoleh guru-guru MAN Model Jambi dan pengawasan adalah salah
satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu pembelajaran yang
sudah ada dan salah satu tindak lanjut untuk meningkatkan mutu
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 291
pembelajaran.
Pengawasan dilakukan secara periodik dan berkelanjutan
sehingga mutu pembelajaran benar-benar dapat diawasi dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di MAN Model Jambi,
pengawasan yang ada memang dilakukan dengan baik dan
dilaksanakan secara periodik dan berkelanjutan.
F. Dampak Sertifikasi terhadapPeningkatan
Mutu Pembelajaran di MAN Model Jambi
Berdasarkan analisis data yang diperoleh melalui dokumentasi,
observasi, serta wawancara dengan para guru yang telah lulus
sertifikasi, kepala MAN, siswa, dan pengawas tingkat satuan
pendidikan, muncul beberapa kasus yang tidak diharapkan, yakni
guru menjadi:
1. Lebih tidak disiplin pasca sertifikasi. Guru hanya datang ketika
jam mengajar. Walaupun berdasarkan dokumentasi guru-guru
MAN Model absensi guru terisi dengan baik, berdasarkan
observasi tidak sesuai dengan hasil yang tertulis di dokumentasi.
2. Guru kurang bertanggung jawab terhadap peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa,
didapat kenyataan: guru memberi buku catatan kepada siswa.
Setelah memberikan materi yang harus dicatat, guru
meninggalkan kelas dan datang kembali ketika jam pelajaran
akan berakhir.
3. Guru menggunakan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar.
Hal ini merupakan salah satu strategi guru dalam mengajar dan
merupakan bagian dari kompetensi profesional. Namun strategi
ini disalahgunakan oleh guru.
Berdasarkan hasil penelitian kami, sertifikasi kurang berdampak
terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Hanya sebagian kecil dari
guru MAN Model Jambi yang melaksanakan pembelajaran sesuai
tuntutan sertifikasi. Kebanyakan beranggapan bahwa sertifikasi guru
adalah kondisi final dari profesi guru, sehingga apa yang mereka
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
292 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
lakukan setelah itu tidak banyak berubah menjadi lebih baik bahkan
menurun.
G. Penutup
Sertifikasi terhadap guru MAN telah dimulai sejak 2007. Guru-guru
memahami tujuan dan manfaat program sertifikasi bagi profesi
keguruan, pola seperti yang diikuti untuk sampai dinyatakan lulus
program sertifikasi, seperti pemahaman dan pengalaman guru dalam
menjalani prosedur atau tahap demi tahap pelaksanaan program
sertifikasi. Sedangkan untuk pengalaman guru dalam mengikuti
proses sertifikasi cukup baik ini ditunjukkan bahwa guru melakukan
semua tahapan yang diprasyaratkan dalam program sertifikasi guru.
Mutu proses pembelajaran dapat disimpulkan baik dilihat dari
RPP, penguasaan materi, media pendidikan yang digunakan guru,
menguasai berbagai strategi pembelajaran dan teknik penilaian.
Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, penjagaan mutu
merupakan upaya penjamin mutu pendidikan merupakan tanggung
jawab kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Namun demikian, sertifikasi belum memberi dampak terhadap
peningkataan mutu pembelajaran secara signifikan. Bahkan muncul
beberapa kasus yang tidak diharapkan, seperti guru tidak disiplin
mengajar dan hanya memberi tugas kepada murid pascasertifikasi
dan guru berasumsi bahwa sertifikasi adalah suatu kondisi final dari
profesi keguruan. Apabila dibandingkan guru-guru sebelum
sertifikasi sering mengikuti pengembangan kemampuan melalui
berbagai pelatihan, workshop, dan seminar. Namun setelah sertfikasi
dan dinyatakan lulus, mereka cenderung tidak mengikuti kegiatankegiatan tersebut.
Catatan:
1. Bedjo Sujanto, Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2009), hlm. 6.
2. Sujanto, Cara Efektif, hlm. 3.
3. Sujanto, Cara Efektif, hlm. 1.
4. Sujanto, Cara Efektif.
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 293
5. Sujanto, Cara Efektif.
6. Sujanto, Cara Efektif.
7. Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta:
Quantum Teaching, 2005), hlm. 41.
8. Nana Syaodih S., dkk., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen, (Bandung: Rafika Aditama,
hlm. 7.
9. Syaodih S., dkk., Pengendalian Mutu.
10. Syaodih S., dkk., Pengendalian Mutu
11. Nana Sudjana, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bandar Maju, 1989),
hlm. 31.
12. Ahmad Sanusi, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan, (Bandung: IKIP Bandung, 1991).
13. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problem, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 18-19.
14. Dokumentasi MAN Model Jambi, 2010.
15. Dokumentasi MAN Model Jambi, 2010.
16. Wawancara, 8 November 2010.
17. Wawancara, 8 November 2010.
18. Wawancara, 8 November 2010.
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
294 ALFIAN, ELI SURAYA, & YUSRAINI
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar
Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 2002).
Anonim, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo,
1995).
Depag RI., Manajemen Madrasah, (Jakarta: Bagian Proyek Depag
RI, 2001).
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Tanya Jawab tentang Sertifikasi Guru, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Direktorat P2TK dan KPT Dirjen Dikti, Depdiknas RI., Standar
Kompetensi Guru Pemula, (Jakarta: PGSMK, 2004).
Hasibuan, Lias, Melejitkan Mutu Pendidikan Refleksi: Relevansi dan
Konstruksi Kurikulum, (Jambi: Sapa Project, 2004).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1997).
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1998).
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:
Gajah Mada Universitas Press, 1993).
Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, (London:
Kogan Page Limited, 1993).
Sanusi, Achmad, et.al., Studi Pengembangan Model Pendidikan
Profesional Tenaga Kependidikan, (Bandung: IKIP Bandung,
1991).
Soebagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004).
Sudjana, Nana, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bandar Maju,
1989).
Sujanto, Bedjo, Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raih
Asa Sukses, 2009).
Syaodih S., Nana, dkk., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah: Konsep, Prinsip dan Instrumen, (Bandung: Rafika
Aditama, 2006).
Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
DAMPAK SERTIFIKASI GURU 295
Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007).
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
Download