3.1. STARTING MOTOR SEBAGAI PENGGERAK MESIN

advertisement
3.1.
STARTING MOTOR SEBAGAI PENGGERAK MESIN-MESIN DI PG. REJO
AGUNG BARU MADIUN
Dalam proses produksi gula di PG Rejo Agung Baru Madiun di banyak
menggunakan motor-motor induksi 3 fasa dengan berbagai jenis tegangan yang
digunakan, mulai dari motor berukuran kecil sampai berukuran besar, maka dari itu setiap
kali ingin mengoperasikan motor-motor tersebut kita harus menggunakan sistem kontrol
agar lebih mudah dalam pengoperasian. Di PG REJO AGUNG BARU MADIUN
menggunakan beberaka rangkaian kontrol starting motor seperti, DOL (Direct On Line),
Star Delta, Autotranformator dan Soft Starter.
3.1.1.
MOTOR INDUKSI
Sebelum kita membahas tentang macam-macam starting sistem motor 3 fasa
terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang motor induksi.Motor induksi merupakan
motor arus bolak-balik (ac) yang paling Iuas digunakan. Penamaannya berasal dari
kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi
merupakan anus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran
rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
a.) Bentuk Fisik Motor
Induksi
b.) Bagian dalam
Motor
Gambar 3.11. Motor Induksi 3 fasa
Belitan stator yang dihubungkan dengan satu sumber tegangan tiga fasa akanmenghasilkan
medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns=120f/2p). Medan putar pada stator
tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus, dan sesuai
dengan hukum lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
putar relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban akan memperbesar kopel
motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip
antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban motor
bertambah, putaran rotor cendrung menurun. Dikenai dua tipe motor induksi yaitu motor induksi
dengan rotor belitan dan motor Induksi dengan rotor sangkar. Motor induksi adalah salah satu
jenis dari motor-motor listrik yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnet. Motor induksi
memiliki sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator, sedangkan sistem kelistrikan di sisi
rotornya di induksikan melalui celah udara dari stator dengan media elektromagnet. Hal inilah
yang menyebabkannya diberi nama motor induksi. Adapun penggunaan motor induksi di industri
ini adalah sebagai penggerak, seperti untuk blower, kompresor, pompa, penggerak utama proses
produksi atau mill, peralatan workshop seperti mesin-mesin bor, grinda, crane, dan sebagainya.
Gambar 3.12. Rotor dan Stator
3.1.2.
KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.3 sebagai berikut.
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor.
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari
kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.
a) Stator dan rotor
b) Rotor belitan
sangkar
Gambar 3.13. bentuk konstruksi dari motor induksi
3.1.3.
JENIS-JENIS MOTOR LISTRIK
Motor listrik terbagi dua yaitu :
1. Motor arus bolak balik (AC)
Motor arus bolak balik (AC) terbagi menjadi :
- Motor sinkron
- Motor Induksi terbagi lagi menjadi :
- Motor induksi 1 fasa
- Motor induksi 3 fasa
2. Motor arus searah (DC)
Motor arus searah (DC) terbagi menjadi :
- Motor DC shunt
- Motor DC seri
- Motor DC Compound
3.1.4.
MEDAN PUTAR
Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi
apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umurnnya tiga fasa.Hubungan
dapat berupa bintang atau delta.
Disini akan dijelaskan bagannana terjadinya medan putar itu. Perhatikan gambar 3.4
dibawah ini.
Gambar 3.14. Medan Putar
Misalnya kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa, dengan fasa rnasing-masing
120°(gambar 3.4a) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi ia, ib, is sebagai fungsi waktu
adalah seperti gambar 3.4b. pada keadaan tl, t2, t3, dan 14 fluks resultan yang ditimbulkan
oleh kumparan tersebut masing-masing adalab seperti gambar 3.4 c, d, e, dan f. Pada t1
fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan
a-a; sedangkan t2 fluks resultannya dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk t4, fluks
resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilkan pada saat tl. Dari
gambar 3.4 c, d, e, dan f tersebut terlihat bahwa fluks resultan ini akan berputar satu kali.
Oleh karena itu, untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat
diturunkan sebagai berikut
Ns=120.f/p
f
= frekuensi
p = jumlah kutub
3.1.5.
PRINSIP KERJA MOTOR INDUKSI
Prinsip kerja motor induksi adalah berdasarkan induksi elektromagnet, dimana
tegangan sumber diberikan pada kumparan stator, sehingga inti besi di stator menjadi
magnet, kemudian menginduksikan magnet tersebut ke rotor. Dengan demikian, di
kumparan rotor akan terinduksi tegangan karena kumparan rotor merupakan loop tertutup,
maka akan mengalir arus di kumparan rotor tersebut yang berinteraksi dengan medan magnet
di stator, sehingga timbullah gaya putar pada rotor yang mendorong rotor untuk berputar
dengan kecepatan sinkron dan akan mengikuti persamaan
Dengan :
N = Kecepatan putar dari medan putar stator dalam rpm
F = Frekuensi arus dan tegangan stator
P = Banyaknya kutub
Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong panghantarpanghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul Gaya Gerak Listrik
(GGL) atau tegangan induksi.
Berhubung kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup maka pada kumparan
tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang berada dalam
medan magnet berputar dari stator, maka pada penghantar rotor tersebut timbul gayagaya yang berpasangan dan berlawanan arah, gaya tersebut menimbulkan torsi
yang cenderung memutar rotornya, rotor akan berputar dengan kecepatan (Nr) mengikuti
putaran medan putar stator (Ns).
3.1.6.
MEMILIH MOTOR LISTRIK
Setiap motor listrik sebagai alat penggerak sudah mempunyai klasifikasi tertentu
sesuai dengan maksud penggunaannya menurut kebutuhan yang diinginkan. Klasifikasi
tiap motor listrik bisa dibaca pada papan nama (name plate) yang dipasang padanya
sehingga untuk berbagai keperluan bisa dipilih motor yang sesuai.
Di dalam pemakaian sederhana, klasifikasi motor hanya dikenal menurut :
1. Tenaga output motor (HP).
2. Sistem tegangan (searah, bolak-balik, ukurannya, fasenya).
3. Kecepatan motor (rendah, sedang, tinggi).
Dalam pemakaian yang sederhana ini belum dicapai hal-hal lain yang sangat
penting dalam memilih motor yang sesuai. Jadi dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
motor ini sangatlah luas mencakup dalam :
1. Hal-hal yang dibutuhkan oleh mesin-mesin yang digerakkan (driven machines) yang
sesuai dengan tenaga dan torsi yang dibutuhkan
2. Karakteristik beban dan macam-macam kerja yang diperlukan
3. Konstruksi mesin-mesin yang digerakkan Hal-hal yang demikian akan memberikan pula
macam-macam variasi bentuk dari motor termasuk alat-alat perlengkapannya (alat-alat
pengusutan dan pengaturan).
3.1.7.
MENINGKATKAN PERAWATAN
Hampir semua inti motor dibuat dari baja silikon atau baja gulung dingin yang
dihilangkan karbonnya, sifat sifat listriknya tidak berubah dengan usia. Walau begitu,
perawatan yang buruk dapat memperburuk efisiensi motor karena umur motor dan
operasi yang tidak handal. Sebagai contoh, pelumasan yang tidak benar dapat
menyebabkan meningkatnya gesekan pada motor dan penggerak transmisi peralatan.
Kehilangan resistansi pada motor, yang meningkat dengan kenaikan suhu.
Kondisi ambien dapat juga memiliki pengaruh yang merusak pada kinerja motor.
Sebagai contoh, suhu ekstrim, kadar debu yang tinggi, atmosfir yang korosif, dan
kelembaban dapat merusak sifat-sifat bahan isolasi; tekanan mekanis karena siklus
pembebanan dapat mengakibatkan kesalahan penggabungan. Perawatan yang tepat
diperlukan untuk menjaga kinerja motor. Sebuah daftar periksa praktek perawatan yang
baik akan meliputi sebagai berikut.
1. Pemeriksaan motor secara teratur untuk pemakaian bearings dan rumahnya (untuk
mengurangi kehilangan karena gesekan) dan untuk kotoran/debu pada saluran ventilasi
motor (untuk menjamin pendinginan motor)
2. Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan bahwa motor tidak kelebihan atau
kekurangan beban. Perubahan pada beban motor dari pengujian terakhir mengindikasikan
suatu perubahan pada beban yang digerakkan, penyebabnya yang harus diketahui.
3. Pemberian pelumas secara teratur. Pihak pembuat biasanya memberi rekomendasi untuk
cara dan waktu pelumasan motor. Pelumasan yang tidak cukup dapat menimbulkan
masalah, seperti yang telah diterangkan diatas. Pelumasan yang berlebihan dapat juga
menimbulkan masalah, misalnya minyak atau gemuk yang berlebihan dari bearing motor
dapat masuk ke motor dan menjenuhkan bahan isolasi motor, menyebabkan kegagalan
dini atau mengakibatkan resiko kebakaran.
4. Pemeriksaan secara berkala untuk sambungan motor yang benar dan peralatan yang
digerakkan. Sambungan yang tidak benar dapat mengakibatkan sumbu as dan bearings
lebih cepat aus, mengakibatkan kerusakan terhadap motor dan peralatan yang digerakkan.
5. Dipastikan bahwa kawat pemasok dan ukuran kotak terminal dan pemasangannya benar.
Sambungan sambungan pada motor dan starter harus diperiksa untuk meyakinkan
kebersihan dan kekencangnya.
6. Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga agar saluran pendingin motor bersih untuk
membantu penghilangan panas untuk mengurangi kehilangan yang berlebihan. Umur
isolasi pada motor akan lebih lama: untuk setiap kenaikan suhu operasi motor 100C diatas
suhu puncak yang direkomendasikan, waktu pegulungan ulang akan lebih cepat,
diperkirakan separuhnya.
3.1.8.
STARTING SISTEM MENGOPERASIKAN MOTOR
Masalah pada saat starting motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah
pada motor-motor induksi tiga fasa yang memiliki kapasitas yang besar. Selama periode
waktu starting, motor pada sistem akan dianggap sebagai sebuah impedansi kecil yang
terhubung dengan sebuah bus/jarigan. Motor akan mengambil arus yang besar dari
sistem, sekitar enam kali arus ratingnya, dan bisa menyebabkan voltage drop pada sistem
serta menyebabkan gangguan pada operasi beban yang lain. Hal ini dikarenakan pada
motor, khususnya motor induksi, akan terjadi lonjakan arus pada saat starting. Lonjakan
arus ini disebabkan oleh kondisi motor yang masih diam saat akan distart. Karena rotor
belum bergerak, kecepatan relatif rotor terhadap medan magnet putar saat start akan
maksimal sehingga tegangan yang diinduksikannya akan maksimal pula dan
mengakibatkan nilai arus yang mengalir akan sangat besar.
Hal lain yang menyebabkan lonjakan arus tersebut adalah adanya inrush current,
yang disebabkan oleh sifat motor yang dianalogikan sebagai suatu induktor besar.
Resistansi motor sangat kecil bila dibandingkan dengan induktansinya, sehingga saat
starting, di mana induktansi motor masih bisa diabaikan, impedansinya hanya berasal dari
resistansi yang bernilai kecil, dan menyebabkan arus yang mengalir akan sangat tinggi
nilainya.
Walaupun arus start yang besar tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang
cukup singkat, namun hal tersebut juga menyebabkan jatuh tegangan (voltage drop)
sesaat yang disebut dengan voltage dip. Voltage Dip adalah penurunan tegangan antara
(10 – 90) % dari tegangan nominal yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat (0,5
cycle – beberapa detik). Efek yang merugikan akibat voltage dip ini meliputi :
1. Torsi yang bersifat transient yang dapat menyebabkan stress (tekanan) yang berlebih
pada sistem mekanisnya.
2. Menghambat akselerasi (percepatan) putaran motor menuju kecepatan normal.
3. Kegagalan kerja dari peralatan – peralatan lainnya seperti relay, contactor dan
menyebabkan flicker cahaya yang cukup mengganggu.
Demi menjaga gar motor tetap beroperasi dan mencegah kegagalan kerja motor
untuk mencapai kecepatan nominalnya, maka sebaiknya voltage dip tidak sampai di
bawah 70% dari tegangan nominal. Ini dengan menganggap bahwa flicker cahaya
bukanlah suatu hal yang mengganggu. Namun, jika faktor kualitas operasional dan
pelayanan adalah hal yang utama, maka batasan voltage dip yang diizinkan adalah
10%.Untuk menanggualangi lonjakan arus ini, dapat digunakan beberapa cara starting
motor induksi, antara lain:
a. Direct On Line starter
Direct On Line starter merupakan starting langsung. Penggunaan metoda ini
sering dilakukan untuk motor-motor ac yang mempunyai kapasitas daya yang kecil.
Pengertian penyambungan langsung disini, motor yang akan dijalankan langsung di
switch on ke sumber tegangan jala-jala sesuai dengan besar tegangan nominal motor.
Artinya tidak perlu mengatur atau menurunkan tegangan pada saat starting (lihat
gambar).
Gambar 3.15. Rangkaian DOL Starter
Besar arus startnya dari 4 sampai 7 dari arus beban penuhnya (bila tidak diketahui
biasanya dipakai 6x arus beban penuhnya). Starter ini terdiri dari Breaker sebagai
proteksi hubung singkat, Magnetik Contactor, Over Currrent Relay dan komponen
control seperti push button, MCB dan pilot lamp. Kontrol Start dan Stop dilakukan
dengan push button yang mengontrol tegangan pada coil contactor. Sementara itu output
OCR terangkai secara serrie sehingga jika OCR trip, maka output OCR akan melepas
tegangan ke coil contaktor. Komponen penyusun starter ini harus mempunyai ampacity
yang cukup besar. Perlu diperhitungkan juga arus saat start motor, demikian juga ukuran
range overloadnya.
b. Star Delta starter
Starter ini mengurangi lonjakan arus dan torsi pada saat start. Tersusun atas 3
buah contaktor yaitu Main Contactor, Star Contactor dan Delta Contactor, Timer untuk
pengalihan dari Star ke Delta serta sebuah overload relay. Pada saat start, starter
terhubung secara Star. Gulungan stator hanya menerima tegangan sekitar 0,578 (seper
akar tiga) dari tegangan line. Jadi arus dan torsi yang dihasilkan akan lebih kecil dari
pada DOL Starter. Setelah mendekati speed normal starter akan berpindah menjadi
terkoneksi secara Delta. Starter ini akan bekerja dengan baik jika saat start motor tidak
terbebani dengan berat.
Gambar 3.16. Star-Delta Starter
Pada star delta starter, arus yang mengalir adalah
dimana,
IDOL= Arus start langsung
c. Autotransformer starter
Starting dengan cara ini adalah dengan menghubungkan motor pada tap tegangan
sekunder autotransformer terendah. Setelah beberapa saat motor dipercepat tap
autotransformer diputuskan dari rangkaian dan motor terhubung langsung pada tegangan
penuh.
a.gambar panel rangkaian starting auto transformator
b.komponen fisik autotransformator
Gambar 3.17. Rangkaian Autotransformer Starter
Pada autotransformer starter, arus yang mengalir adalah
dmana :
Vm
= Tegangan sekunder dari Auto-Transformer
V1
= Tegangan supply
IDOL
= Arus start langsung
d. Soft starter
Soft starter dipergunakan untuk mengatur/ memperhalus start dari elektrik motor.
Prisip kerjanya adalah dengan mengatur tegangan yang masuk ke motor. Pertama-tama motor
hanya diberikan tegangan yang rendah sehingga arus dan torsipun juga rendah. Pada level ini
motor hanya sekedar bergerak perlahan dan tidak menimbulkan kejutan. Selanjutnya
tegangan akan dinaikan secara bertahap sampai ke nominal tegangannya dan motor akan
berputar dengan dengan kondisi RPM yang nominal.
Gambar 3.18. Diagram Soft Starter
Komponen utama softstarter adalah thyristor dan rangkaian yang mengatur
trigger thyristor. Seperti diketahui, output thyristor dapat di atur via pin gate nya.
Rangkaian tersebut akan mengontrol level tegangan yang akan dikeluarkan oleh thyristor.
Thyristor yang terpasang bisa pada 2 phase atau 3 phase.
Gambar 3.19. Pengaturan tegangan tyristor
Selain untuk starting motor, Softstarter juga dilengkapi fitur soft stop. Jadi saat
stop, tegangan juga dikurangi secara perlahan atau tidak dilepaskan begitu saja seperti
pada starter yang menggunakan contactor.
Gambar 3.20. Rangkaian Softstarter
e. Frequency drive (Starting Sistem dengan Inverter)
Frequency Drive sering disebut juga dengan VSD (Variable Speed Drive), VFD
(Variable frequency Drive) atau Inverter.VSD terdiri dari 2 bagian utama yaitu penyearah
tegangan AC (50 atau 60 HZ) ke DC dan bagian kedua adalah membalikan dari DC ke
tegangan AC dengan frequency yang diinginkan. VSD memanfaatkan sifat motor sesuai
dengan rumus sbb:
di mana :
RPM = kecepatan merupakan putaran dalam motor
f = frekuensi
p = jumlah kutub motor
Dengan demikian jika frekuensi motor ditingkatkan maka akan meningkatkan
kecepatan motor, sebaliknya dengan memperkecil frekuensi akan memperlambat
kecepatan motor.
Pengendalian frekuensi motor menggunakan rangkaian inverter, seperti pada
gambar:
Gambar 3.21. Rangkaian kendali dan panel kontrol Inverter
Prinsip kerja inverter yang sedehana adalah :

Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/ penyearah
DC, dan ditampung ke bank kapasitor. Jadi dari AC di jadikan DC.

Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali
dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya
adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor). Dengan
menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan
dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.
Pengontrolan start, stop, jogging dll bisa dilakukan dengan dua cara yaitu via
local dan remote. Local maksudnya adalah dengan menekan tombol pada keypad di
inverternya. Sedangkan remote dengan menghubungkan terminal di board control
dengan tombol external seperti push button atau switch. Masing masing option
tersebut mempunyai kelemahan dan keunggulan sendiri sendiri.
Frekuensi dikontrol dengan berbagai macam cara yaitu : melalui keypad
(local), dengan external potensiometer, Input 0 ~ 10 VDC , 4 ~ 20 mA atau dengan
preset memori. Semua itu bisa dilakukan dengan mengisi parameter program yang
sesuai.
Pada tabel berikut diberikan perbandingan performa dari aneka metode yang
umum digunakan sebagai metode soft starting pada motor induksi, khususnya motor
induksi tiga fasa.
Tabel 3.2. Tabel start setiap rangkaian
3.1.9.
PENGAMAN RANGKAIAN STARTING SISTEM
Setiap rangkaian komponen dan alat-alat listrik yang akan digunakan untuk
kebutuhan industri dan produksi harus diberi sistem proteksi untuk menghindari bergabai
macam gangguan, misalnya hubung singkat, beban lebih, dan lain sebagainya, terutama
untuk rangkaian starting sistem motor di PG Rejo Agung Baru Madiun, ada beberapa
komponen yang umum digunakan sebagai pengaman motor, seperti EOCR,TOR, dan
fuse
a. Electronic Over Current Relay
Electronic Over Current Relay adalah komponen elektrik yang berfungsi untuk
membatasi arus yang mengalir pada motor. Terdapat beberapa istilah yang berhubungan
dengan EOCR.
-
D-Time
Pada setiap motor selalu ada lonjakan arus di awal penyalaannya (Starting
Current). D-time digunakan untuk mengatur EOCR agar tidak trip saat motor baru
dinyalakan. Setelah waktu yang diatur di D-time habis, maka EOCR akan menyensor
arus normal motor.
-
O-Time
O-Time digunakan untuk mengatur waktu trip saat terjadi arus lebih.Misalkan O-
time diatur 1 detik dan arus pada EOCR diatur 1 Ampere. Saat terjadi kenaikan arus
menjadi 1,5 A maka EOCR akan trip saat arus 1,5A tersebut telah melebihi 1 detik. Jika
kenaikan tersebut hanya sesaat (kurang dari setting O-time) maka EOCR tidak akan trip.
-
Locked Rotor
Locked Rotor dapat terjadi pada semua motor. Rotor yang seharusnya berputar
dapat terkunci dengan berbagai sebab misalkan terjadi beban lebih yang membuat motor
tersebut tidak kuat berputar. Dengan tidak berputarnya rotor maka arus yang mengalir ke
motor akan semakin besar dan dapat menyebabkan gulungan motor terbakar.
-
Phase Loss Protector
EOCR akan trip juga ketika terjadi hilang fasa. Di dalam EOCR terdapat 2 atau 3
transformer yang mendeteksi keberadaan masing-masing fasa. Jika ada salah satu fasa
yang hilang maka EOCR akan trip.
Gambar berikut menunjukkan bentuk dari EOCR Schneider
Gambar 3.22. EOCR Schneider
b. Thermal Overload Relay
Thermal Overload Relay (TOR) adalah komponen yang fungsinya hampir sama
dengan EOCR. TOR juga dipasang untuk melindungi motor dari beban lebih. Perbedaan
TOR dengan EOCR adalah cara kerja TOR berdasarkan panas yang menggerakkan
bimetal. Gambar
Gambar 3.24. Thermal Overload Relay
mengilustrasikan kerja dari TOR.
Gambar 3.25. Ilustrasi Cara Kerja TOR
Sumber: listrikpemakaian.wordpress.com
Terdapat bagian yang akan putus jika suhu yang melewati TOR tersebut lebih dari
nilai yang diset.
c. Perbandingan TOR dengan EOCR
Tabel dibawah ini menunjukkan perbandingan antara TOR dengan EOCR
Tabel 3.3. perbandingan TOR dan EOCR
Berdasarkan tabel diatas, pemilihan penggunaan TOR dan EOCR tergantung pada
urgensi motor yang akan diamankan. Jika motor yang akan diproteksi adalah motor
dengan beban kerja yang tinggi, misalkan motor pengangkut pasir yang ada kemungkinan
terjadi locked rotor karena tidak kuat mengangkut pasir, lebih baik menggunakan EOCR.
Jika motor yang akan diproteksi adalah motor dengan beban kerja ringan maka TOR
adalah pilihan yang baik juga.
Download