ISEI BANDUNG JAWA BARAT BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian 10 1.3 Tujuan dan Saran 11 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 11 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 12 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 12 2.2 Investasi 14 2.2.1 Proses Investasi 17 2.2.2 Daya Tarik Investasi 19 2.2.3 Pendekatan Investasi 21 2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah 26 2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output 27 Marginal (ICOR) 2.5 Penelitian Terdahulu 30 BAB III METODE PENELITIAN 32 3.1 Kerangka Penelitian 32 3.2 Objek Penelitian 34 3.3 Metode Penelitian 34 3.3.1 Metode Pengumpulan Data 34 3.3.2 Metode Analisis Data 35 3.4 Metode Perhitungan 37 3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output 37 Ratio) 3.5.1 ICOR (Incremental Capital Output Ratio) 37 3.5.2 Formula Menghitung Rencana Kebutuhan Investasi 38 i BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 39 4.1 Kondisi Fisik dan Geografis 39 4.2 Rencana Pengembangan wilayah Metropolitan 42 4.2.1 Isu Pengembangan Wilayah 47 4.2.2 Isu Investasi 50 4.3 Kondisi Sosial – Kependudukan 52 4.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk 52 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025 4.3.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bodebekkarpur 53 Tahun 2010 – 2015 4.3.3 Kondisi Perekonomian 54 4.3.4 Analisis SWOT Kabupaten/Kota di Metropolitan 58 Bodebekkarpur 4.4 Kajian Komparatif Metropolitan Mebidangro, 72 Gerbangkertosusilo, Dan Sarbagita 4.4.1 Metropolitan Mebidangro 72 4.4.2 Analisis SWOT Metropolitan Mebidangro 82 4.4.3 Metropolitan Gerbangkertasusilo 84 4.4.4 Analisis SWOT Metropolitan Gerbangkertosusilo 91 4.4.5 Metropolitan Sarbagita 95 4.4.6 Analisis SWOT Metropolitan Sarbagita 103 BAB V KEBUTUHAN INVESTASI DI WILAYAH 106 BODEBEKKARPUR 5.1 Analisis Investasi Jawa Barat dan Kawasan Metropolitan 106 5.1.1 Analisis Investasi Jawa Barat 106 5.1.2 Analisis Investasi Wilayah Bodebekkarpur 114 5.1.3 Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Jawa Barat 124 dengan Wilayah Bodebekkarpur 5.1.4 Analisis ICOR Kabupaten/Kota Metropolitan 127 Bodebekkarpur 5.2 Analisis SWOT Investasi Bodebekkarpur ii 133 5.2.1 Strengths (Kekuatan) 134 5.2.2 Weaknesses (Kelemahan) 136 5.2.3 Opportunities (Kesempatan) 137 5.2.4 Threats (Hambatan) 141 5.2.5 Matriks IFAS EFAS 142 5.3 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan 148 Bodebekkarpur BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 151 6.1 Kesimpulan 151 6.2 Rekomendasi Kebijakan 152 iii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1 Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah 6 2.1 Faktor Penarik Investasi 20 2.2 Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa 23 Barat 2.3 Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan) 24 3.1 Kerangka Pemikiran 33 3.2 Proses Penelitian Analisa Deskriptif 36 3.3 Analisa Data Deskriptif 36 4.1 Peta Metropolitan Bodebekkarpur 2010 41 4.2 Tiga Metropolitan di Jawa Barat 43 4.3 Potensi Bodebekkarpur 48 5.1 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2020 116 5.2 Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung 134 DKI Jakarta dan Metropolitan Bandung Raya 5.3 Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur 137 5.4 Jalur Kereta Cepat : Jakarta Sura Baya 138 5.5 Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodebekkarpur 140 ke Jakarta 5.6 Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke 140 DKI Jakarta (Tahun 2011) 5.7 Matrix SWOT Bodebekkarpur iv 146 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Halaman Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan 55 BodebekkarpurMenurut LapanganUsaha Tahun 2011 – 2015 4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur Menurut 56 LapanganUsaha Tahun 2011 (%) 5.1 Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 119 2011-2015 5.2 Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur 120 Tahun 2011-2015 5.3 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur 121 Tahun 2011 - 2015 5.4 Distribusi PMDN di Bodebekkarpur 122 5.5 Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur 123 5.6 Distribusi PMA di Bodebekkarpur 123 5.7 ICOR Bodebekkarpur 128 5.8 Distribusi Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur 130 v DAFTAR TABEL TABEL 1.1 Halaman Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DKI 4 Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015 1.3 Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terbesar di 8 Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016) 4.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk 52 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025 4.2 IPM Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 53 4.3 PDRB Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 54 5.1 Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 108 2015 (Dalam Juta Rupiah) 5.2 Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat 111 Periode Tahun 2011 – 2015 5.3 Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 112 2011 - 2015 5.4 Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah 119 Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015 5.5 Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah 120 BodebekkarpurSelama Periode Tahun 2011 – 2015 5.6 Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah 122 Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015 5.7 Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat 125 dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015 5.8 Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat 126 dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015 5.9 ICOR Kabupaten /Kota di Metropolitan Bodebekkarpur 127 Periode Tahun 2012-2015 5.10 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan vi 129 Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2020 5.11 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan 130 Bodebekkarpur Periode Tahun 2021-2025 5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) 143 5.13 External Factor Analysis Summary (EFAS) 144 5.14 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan 149 Bodebekkarpur vii 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatkan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir pembangunan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah pusat hingga daerah diarahkan untuk menggunakan semua sumberdaya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan tersebut yang diskenariokan dalam beragam bentuk serta bauran skenario kebijakan serta program pembangunan ekonomi. Dalam perkembangannya, skenario kebijakan serta program yang digagas oleh satu pemerintah daerah serta pemerintah daerah lainnya memungkinkan adanya perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi karena permasalahan satu daerah dengan daerah lainnya juga berbeda, selain adanya faktor inovasi atau kreativitas masingmasing daerah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunannya. Sebagai bentuk implementasi dari kreativitas kebijakan serta mencermati permasalahan yang ada, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Bappeda Provinsi Jawa Barat berusaha merancang strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi-inovasi dalam rencana-rencana teknis bidang perencanaan. Kesejahteraan penduduk dipengaruhi oleh berbagai indikator seperti pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi, dan indikator makro ekonomi lainnya. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama yang dapat merepresentasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu, tujuan dari pembangunan ekonomi di semua daerah berorientasi pada faktor- Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 1 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun pada kenyataannya dalam implementasi perencanaan pembangunan daerah dihadapkan pada sumber daya yang terbatas, baik itu anggaran pemerintah maupun ketersediaan sumber daya yang lain seperti: lahan, tenaga kerja, teknologi, wirausaha, dan modal. Dengan anggaran negara yang terbatas seharusnya mampu dioptimalkan guna mencapai laju pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan yang relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini diperlukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan, namun demikian hal tersebut tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus didukung oleh infrastruktur yang memadai serta kebijakan terkait yang dibuat daerah masing-masing, sedangkan salah satu syarat agar wilayah tersebut memiliki kondisi infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dengan adanya peningkatan jumlah investasi yang ditanamkan. Dalam konteks Jawa Barat ada tiga wilayah metropolitan (Bodebekkarpur, Cirebon Raya dan Bandung Raya) yang akan didisain dalam pengembangan investasi. Wilayah Metropolitan didefinisikan merupakan wilayah cepat tumbuh penuh persaingan yang mempunyai peran penting dalam membangun ekonomi wilayah, mensejahterakan masyarakat, modernisasi, dan keberlanjutan pembangunan, sehingga perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan sebagai penggerak percepatan pembangunan di daerah. Fenomena perkembangan metropolitan di Jawa Barat ditandai oleh aglomerasi ekonomi, aglomerasi penduduk, serta peningkatan intensitas lahan terbangun dan aktivitas sosial masyarakat. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat, dijelaskan bahwa wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta yang selanjutnya disebut Metropolitan Bodebekkarpur adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena aglomerasi kegiatan ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi lahan terbangun, dan aglomerasi penduduk mencapai 11,6 juta jiwa terletak di 82 kecamatan dalam 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, sebagian wilayah Kabupaten Bekasi, sebagian wilayah Kabupaten Bogor, sebagian wilayah Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta dengan total luas 314.840 Ha (Sumber: BPS Jawa Barat, 2011). Metropolitan Bodebekkarpur berlokasi tepat bersebelahan dengan Metropolitan DKI Jakarta. Kedudukan Bodebekkarpur saat ini cenderung lebih bersifat sebagai metropolitan level kedua (2nd tier) dan (hinterland) bagi DKI Jakarta. Bodebekkarpur saat ini juga cenderung sering dikonotasikan sebagai kota kediaman (dormitory town), sedangkan berbagai kegiatan yang memberikan nilai tambah berlokasi di DKI Jakarta. Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur dan DKI Jakarta yaitu mengembangkan Bodebekkarpur sebagai metropolitan tingkat pertama (1st tier) berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga berperan sebagai kota metropolitan tingkat pertama (1st tier). Kedepan wilayah Metropolitan Bodebekkarpur dikembangkan sebagai metropolitan mandiri dengan sektor Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 3 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta perdagangan, hotel, dan restoran. Berikut ini kita dapat melihat data laju pertumbuhan ekonomi dan IndeksPembangunan Manusia (IPM) antara DKI Jakarta dan Metropolitan Bodebekkarpur. Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Metropolitan Bodebekkarpur memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi di atas DKI Jakarta. Dimulai pada tahun 2013 sampai pada tahun 2015 Metropolitan Bodebekkarpur selalu tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Sementara kalau dilihat dari perbandingan IPM, DKI Jakarta masih lebih tinggi dibandingkan Metropolitan Bodebekkarpur. Angka IPM ini dapat mewakili kondisi sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Tabel 1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DKI Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015 IPM Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun DKI Jakarta Rata-rata Bodebekkarpur DKI Jakarta Rata-rata Bodebekkarpur 77,53 2012 6,53 6,49 78,08 2013 6,11 6,63 78,39 2014 5,95 5,98 78,99 2015 5,11 5,45 Sumber: BPS Tahun 2015 DKI Jakarta dan Jawa Barat (data diolah) 70,65 71,47 71,83 72,41 Konsep Twin Metropolitan antara DKI Jakarta dan Bodebekkarpur dapat direalisasikan salah satunya dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga tingkat kesejahteraan dan IPM di wilayah tersebut dapat meningkat. Salah satu penentu pertumbuhan ekonomi adalah investasi, maka agar target itu dapat ditentukan secara realistis diperlukan suatu indikator yang berkaitan dengan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 investasi. Indikator yang diperlukan itu adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara tambahan output dan tambahan modal. Jika sebuah daerah mempunyai angka ICOR, maka daerah tidak akan menemui kesulitan lagi menentukan berapa besarnya investasi yang diperlukan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Semakin kecil nilai ICOR semakin besar produktivitas dan efisiensi dari investasi yang ditanamkan. Dengan melihat ICOR suatu wilayah, lembaga yang melakukan perencanaan ekonomi dapat memperkirakan berapa kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Apabila dari APBD setempat tidak dapat menunjang besarnya investasi yang diperlukan, maka sektor swasta harus dipacu untuk melengkapi. Agar pelaksanaan pembangunan dapat lebih operasional, maka target pertumbuhan harus dibuat lebih dahulu, sebagai akibatnya maka koefisien ICOR tiap-tiap sektor harus ditentukan, sehingga kebutuhan investasi di tiap-tiap sektor dapat ditentukan. Selain dampak Invetasi terhadap ekonomi juga perlu dilihat bagaimana penyerapannya terhadap tenaga kerja di wilayah Bodebekkarpur. Dengan demikian, ICOR memberikan gambaran tentang efisiensi dalam penggunaan modal (capital), memberikan gambaran tentang efisiensi penggunaan model produksi (capital intensive atau labour intensive), dan merupakan alat perencanaan untuk memperkirakan kebutuhan investasi. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, yakni melalui investasi yang didukung oleh produktivitas yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja. Investasi akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dengan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 5 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR produksi. Oleh karena itu memperbaiki iklim investasi merupakan suatu tugas yang penting bagi pemerintah daerah mengingat investasi pemerintah hanya merupakan bagian kecil dari total investasi. Infrastruktur Daya Saing Wilayah Investasi X = Ekspor Lapangan Kerja Pendapatan Pemerintah C = Konsumsi G = Pembiayaan Pemerintah Pertumbuhan Wilayah PDRB = C + I + G + (X-M) Gambar 1.1 Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah Dari gambar 1.1 diatas kita dapat melihat bagaimana pengaruh investasi terhadap pertumbuhan wilayah dapat menyebabkan peningkatan lapangan kerja dan juga pendapatan pemerintah. Akan tetapi hal ini juga sangat ditentukan oleh kondisi infrastruktur dan juga daya saing wilayah itu sendiri. Oleh karena itulah kebijakan pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan berapa Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 6 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 besarnya investasi yang tertanam di wilayah tersebut. Perbaikan iklim investasi bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat, namun merupakan tanggung jawab seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat secara umum. Kebijakan desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2001 telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk turut berperan besar dalam upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif di daerahnya. Dengan kewenangan di bidang pemerintahan yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah untuk lebih leluasa dalam menciptakan iklim investasi di daerahnya masing-masing. Proses pengambilan kebijakan pembangunan yang sebelumnya lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah pusat, selanjutnya menjadi lebih dekat dengan masyarakat di daerah. Kesiapan dan kemampuan daerah dalam berkreasi, merupakan salah satu penentu keberhasilan pembangunan di daerah termasuk dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Untuk menjawab tantangan tersebut, langkah awal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah menghitung besarnya perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan yang akan ditetapkan. Investasi akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dengan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi. Oleh karena memperbaiki iklim investasi merupakan suatu tugas yang penting bagi setiap pemerintah, terutama negara-negara yang memiliki daya saing investasi yang rendah seperti Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi iklim investasi di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Beberapa hasil survei lembaga internasional, memperlihatkan bahwa posisi peringkat daya saing investasi Indonesia masih berada pada Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 7 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR kelompok peringkat bawah dan selalu berada di bawah negara-negara di sekitar kita, seperti Thailand dan Malaysia. Peringkat ini juga cenderung mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini menunjukkan seriusnya persoalan iklim investasi di Indonesia yang harus segera disikapi oleh semua pihak. Di era globalisasi yang bercirikan liberalisasi perdagangan dan persaingan antar bangsa yang semakin sengit, segenap sektor ekonomi harus mampu menghasilkan barang dan jasa berdaya saing tinggi. Wilayah Bodebekkarpur memiliki potensi pembangunan yang besar dan beragam. Pengelolaan yang baik terhadap sektor-sektor tersebut dapat mengembangkan produk-produk unggulan. Berdasarkan paparan diatas investasi merupakan salah satu prasyarat untuk mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di wilayah Bodebekarpur agar dapat meningkatkan produktivitasnya dan dapat menjadi metropolitan mandiri dan menjadi Twin Metropolitan dari DKI Jakarta. Tabel 1.2 Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terbesar di Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016) No. Kab./Kota Investasi Tenaga Kerja Jumlah (Rp Juta) Ratio (%) Jumlah (Orang) Ratio (%) 1 Kab Bekasi 18.615.241 52,41 28.485 38,00 2 Kab Karawang 4.470.202 12,59 7.803 10,41 3 Kab Bogor 3.184.189 8,97 7.567 10,10 Sumber: BPMPT Jawa Barat Berdasarkan data tabel 1.2 kita dapat melihat tingginya realisasi investasi yang ada di wilayah Bodebekkarpur. Peringkat pertama yang tertinggi adalah di Kabupaten Bekasi sebesar Rp.18,615 triliun dengan penyerapan tenaga kerja Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 8 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR sebesar 28.485 orang. Hal ini menandakan adanya korelasi antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja yang ada, karena dengan adanya tambahan investasi maka akan dapat menaikan produktivitas barang dan jasa di daerah tersebut yang ditandai dengan kenaikan PDRB di daerah tersebut. Berdasarkan hasil studi diperoleh bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat sebesar 1 % maka akan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.772 orang. Rencana teknis pengembangan metropolitan Bodebekkarpur sampai dengan tahap implementasinya, selain sudah dilengkapi dengan aturan hukum perundang-undangan dalam bentuk Perda, pada tahap selanjutnya diharapkan dapat didukung dengan adanya rencana kerja teknis maupun pentahapan implementasi kebijakan yang terstruktur dan terukur. Untuk itu, dalam kerangka tersebut salah satunya dibutuhkan desain perencanaan kebutuhan investasi di kawasan Bodebekkarpur. Perencanaan kebutuhan investasi di kawasan Bodebekkarpur diantaranya didasari pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan finansial dengan memperhatikan bahwa kawasan Bodebekkarpur merupakan bagian dari pusat penggerak perekonomian Jawa Barat, terutama dilihat dari indikator perkembangan investasi langsung (direct investment) di Jawa Barat. Dengan adanya fenomena dan latar belakang tersebut perlu kiranya penyusunan kebutuhan investasi yang ada di wilayah Bodebekkarpur untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernitas, peningkatan daya saing, dan keberlanjutan masyarakat melalui pengembangan metropolitan mandiri berbasis industri manufaktur, industri keuangan, jasa, perdagangan, hotel, Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 9 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 dan restauran di wilayah Bodebekkarpur dalam menghadapi dinamika regional dan global. 1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian Sebagai wilayah yang berkembang cepat dan menuju status metropolitan kembar bersama DKI Jakarta, Metropolitan Bodebekkarpur akan memerlukan investasi yang berfungsi untuk mendukung status tersebut. Kebutuhan investasi ini masih memerlukan kalkulasi seberapa besar dan upaya yang dilakukan agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Oleh karena itu kajian ini dilaksanakan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a) Bagaimana kondisi dan perkembangan investasi di Bodebekkarpur selama lima tahun terakhir dari tahun 2011 – 2015. . b) Bagaimana model penghitungan ekonomi khususnya besarnya kebutuhan investasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur. c) Bagaimana kesiapan Metropolitan Bodebekkarpur dan secara khusus strategi apa yang harus dilakukan untuk menarik investasi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 10 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 1.3 Tujuan dan Sasaran Secara umum tujuan kajian ini adalah memperkirakan kebutuhan investasi secara makro untuk wilayah Bodebekkarpur dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan. Adapun secara khusus sasaran penyusunan analisis kebutuhan investasi wilayah Bodebekkarpur adalah sebagai berikut: 1) Teridentifikasinya gambaran perkembangan investasi selama lima tahun terakhir dari tahun 2011 – 2015 di Bodebekkarpur. 2) Tersedianya model penghitungan ekonomi khususnya besarnya kebutuhan investasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur. 3) Teridentifikasinya kebijakan pemerintah terkait peran dan peluang Metropolitan Bodebekkarpur dalam posisinya sebagai Twin Metropolitan dengan DKI Jakarta. 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan a) Penyusunan dokumen berupa kajian Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur. b) Koordinasi dan sinergi antar stakeholders terkait perencanaan kebutuhan investasi Metropolitan Bodebekkarpur c) Melakukan pengumpulan data berupa data sekunder dan primer, serta menghimpun informasi dari berbagai stakeholder terkait kajian melalui survey lapangan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 11 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 12 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. 1) Pendekatan Produksi Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah). 2) Pendekatan Pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor). 3) Pendekatan Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 13 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). PDRB perkapita sebagai proxy dari pendapatan perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang dapat diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dan adanya aktivitas produksi. Sedangkan PDRN perkapita merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikut sertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator tersebut biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran. 2.2 Investasi Dalam konsep ekonomi investasi merupakan tambahan terhadap stok kapital. Pengertian kapital secara fisik adalah seluruh barang modal yang digunakan dalam proses produksi seperti mesin, bangunan, kendaraan dan peralatan serta lainnya. Dalam sistem pembukuan neraca perusahaan, yang dimaksud kapital adalah harta tetap (fixed assets) suatu badan usaha. Secara umum kapital sering disebut sebagai Gross Capital Stocks merupakan akumulasi/penumpukan pembentukan modal bruto dari tahun ke tahun yang digunakan untuk menghasilkan produk baru. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 14 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Menurut konsep ekonomi mikro, penambahan asset perusahaan untuk meningkatkan skala operasi diartikan sebagai investasi. Asset yang dimaksud mencakup asset seperti bangunan, mesin, peralatan, dan sejenisnya dan asset lancar seperti uang serta asset lain yang dapat segera diuangkan. Sedangkan dalam konsep ekonomi makro, investasi dapat diartikan sebagai penambahan fisik atas barang-barang modal tetap dan perubahan stok (sesuai konsep penghitungan produk Domestik Bruto/PDB atau PDRB Pengertian lain investasi sebagaimana dijelaskan dalam System ofNational Accounts (SNA) adalah bahwa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) identik dengan besarnya investasi fisik (real investment) yang direalisasikan di suatu Negara/wilayah pada suatu waktu tertentu (physical domestic investment). Disebut PMTB karena di dalamnya tidak termasuk perubahan stok (inventory). Sedangkan yang disebut sebagai pembentukan Modal Bruto (PMB) adalah bahwa apabila didalamnya termasuk perubahan stok. Selanjutnya dalam tulisan ini akan lebih difokuskan pada komponen PMTB. Pembentukan barang-barang modal atau sering disebut dengan istilah PMTB, meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam negeri/wilayah dan barang modal baru atau bekas dari luar negeri/wilayah. Untuk lebih jelasnya, cakupan pembentukan modal tetap secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat pengangkutan dan perlengkapan yang mempunyai umur satu tahun atau lebih; Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 15 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian; c. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras; d. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk untuk dipotong; e. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten,hak cipta dan barang-barang modal bekas. Sedangkan stok (inventory) dapat diartikan sebagai penjumlahan dari barang-barang jadi yang belum terjual, barang-barang setengah jadi serta bahanbahan yang belum terpakai/digunakan. Stok akhir tahun dikurangi stok awal tahun merupakan perubahan stok, yang merupakan bagian dari investasi sebagaimana dimaksud di atas. Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana yang digunakan untuk membei barang – barang modal dan perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang dan jasa saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Investasi pada financial assets, biasanya dilakukan di pasar uang, contohnya berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, commercial paper, dan sebagainya. Atau dapat juga dilalukan di pasar modal, seperti misalnya berupa obligasi, saham, waran, opsi, dan sebagainya. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 16 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 b. Investasi pada real assets, dilakukan dalam bentuk pendirian pabrik, pembelian assets produktif, pembukaan perkebunan dan pembukaan tambang. 2.2.1 Proses Investasi Proses investasi dilakukan melalui beberapa tahapan, proses ini menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi. Berikut tahapan proses investasi : a. Menentukan tujuan investasi Sebelum melakukan proses investasi, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini, yaitu : tingkat resiko (rate of risk), tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan jumlah dana yang diinvestasikan. Umumnya hubungan antara return dan risk bersifat linier, artinya semakin besar tingkat risiko (rate of risk), maka semakin besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). b. Melakukan Analisis Investor harus melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Penilaian ini bertujuan salah satunya adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), dengan kata lain apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena itu ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengetahuinya, yaitu: 1) Pendekatan Fundamental Pendekatan fundamental didasarkan pada informasi - informasi yang dikeluarkan oleh administrator bursa efek maupun oleh emiten. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 17 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 2) Pendekatan Teknikal Pendekatan teknikal didasari pada data perubahan harga saham yang terjadi di masa lalu untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan kata lain para analis akan memperkirakan pergeseran demand dan supply dalam jangka pendek, serta berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan earning dalam menetapkan barometer dari supply dan demand. c. Melakukan Pembentukan Portofolio Pada tahap ini akan dilakukan proses identifikasi terhadap efek – efek mana yang akan dipilih serta berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing – masing efek. Efek yang dipilih dalam pembentukan portofolio adalah efek yang memiliki koefisien korelasi negatif (hubungan berlawanan). Hal ini untuk memperkecil risiko. d. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio Setelah portofolio terbentuk, selanjutnya melakukan evaluasi atas kinerja portofolio, baik pada tingkat keuntungan yang diharapakan maupun pada risiko yang ditanggung. Sebagai tolok ukurnya dapat menggunakan du acara, yaitu : 1) Measurement Assets, yaitu penilaian kerja portofolio atas dasar aset yang telah ditanamkan dalam portofolio, contohnya dengan menggunakan rate of return. 2) Comparison, yaitu penilaian atas dasar pembandingan dua set portofolio yang memiliki risiko yang sama besar. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 18 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 e. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio Tahap revisi kinerja portofolio merupakan tindak lanjut dari sebelumnya yaitu tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi selanjutnya akan dilakukan revisi terhadap efek – efek yangmembnagun portofolio tersebut jika komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalkan rate of return-nya lebih rendah dari yang diinginkan. Revisi tersebut dapat dilakukan secara total maksdunya melakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian membentuk portofolio yang baru. Atau dapat dilakukan secara terbatas, yaitu melakukan perubahan atas komposisi dana yang dialokasikan pada masing – masing efek yang membentuk portofolio tersebut. 2.2.2 Daya Tarik Investasi Melihat bagaimana investasi itu ditanamkan, maka perlu adanya daya tarik investasi dalam suatu daerah guna meningkatkan nilai investasi itu sendiri. Berikut ini adalah daya tarik investasi bagi para investor : 1. Kelembagaan a. Kepastian hukum b. Aparatur dan pelayanan c. Kebijakan daerah d. Kepemimpinan lokal 2. Keamanan, Politik, Sosial Budaya a . Keamanan b. Politik dan Budaya Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 19 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 3. Ekonomi Daerah a. Potensi dan Ekonomi b. Struktur ekonomi 4. Tenaga Kerja a. Ketersediaan tenaga kerja b. Kualitas tenaga kerja c. Biaya tenaga kerja 5. Infrastruktur Fisik a. Ketersediaan infrastruktur fisik b. Kualitas infrastruktur fisik Gambar 2.1 Faktor penarik investasi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 20 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2.2.3 Pendekatan Investasi Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan aspek pemerataan adalah melalui percepatan investasi baik yang dilakukan oleh investor demestik maupun investor asing. Upaya untuk memberikan kepastian hukum terkandung di dalam undang-undang tersebut bertujuan untuk: 1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2) Menciptakan lapangan kerja; 3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; 4) Meningkatkan daya saing usaha; 5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; 6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan 7) Mengolah ekonomi potensial menjadi ekonomi riil; 8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam Undang-Undang tersebut juga memuat kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pembangunan di wilayah masing-masing yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Investasi dalam hal ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif, penguatan daya saing perekonomian baik secara lokal, nasional dan internasional. Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat empat hal pendekatan investasi, diantaranya: Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 21 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 A. Pendekatan Tata Ruang / Wilayah Berdasarkan RTRW Kota Bekasi, pengembangan kawasan dapat terbagi menjadi kawasan permukiman, industri, perdagangan dan jasa, ruang terbuka hijau dan gas – energi. Pembagian kawasan berdasarkan kondisi potensial demografis dan geografis akan menjadi daya dukung investasi atau penanaman modal. Pada akhirnya, akan lebih mudah mendeskripsikan fasilitas penanaman modal, ketenagakerjaan, serta kemudahan lainnya untuk melaksanakan kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta. B. Pendekatan Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Jawa Barat merupakan pedoman dari penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta bersifat indikatif. Selain dari itu, RPJMD berfungsi sebagai dokumen publik yang merangkum rencana pembangunan daerah lima tahunan dibidang pelayanan umum pemerintahan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 22 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat RPJP Nasional RPJM Nasional Acuan Acuan RPJPD Provinsi Jawa Barat RPJMD Provinsi Jawa Barat Pedo man Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat Gambar 2.2 Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat C. Pendekatan Publik-Private Partnership Kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dalam kerangka perbaikan kualitas pelayanan. Kerjasama telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari skala ekonomi (economies of scales). Dalam area praksis ekonomi, kerjasama dalam bentuk pembelanjaan atau pembeliaan, misalnya, telah membuktikan manfaat dimana pembelian dalam skala besar – melebihi “threshold points” akan lebih menguntungkan daripada dalam skala kecil. Dengan kerjasama tersebut biaya overhead ( overhead cost ) akan teratasi meskipun dalam skala yang kecil. Lebih lanjut, dalam konteks kerjasama, sharing dalam investasi, misalnya, akan memberikan hasil akhir yang lebih memuaskan seperti dalam penyediaan fasilitas dan peralatan, serta pengangkatan spesialis dan administrator. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 23 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Berkaitan dengan public service, kerjasama juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan, misalnya dalam pemberian atau pengadaan fasilitas dimana masing-masing pihat tidak dapat membelinya sendiri. Dengan kerjasama, fasilitas pelayanan yang mahal harganyadapat dibeli dan dinikmati bersama, seperti pusat rekreasi, pendidikan orang dewasa, transportasi, dan sebagainya. Keterbatasan SDM Keterbatasan Anggaran Keterbatasan Teknologi Kuantitas & Kualitas Pelayanan Pemda Kerjasama Swasta Masyarakat Consortia : sharing sumber daya Joint Purchasing Equipment Sharing Cooperative Construction Contract Service Efisiensi Perbaikan Kualitas Pelayanan Gambar 2.3 Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan) Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 24 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Bentuk pengaturan kerjasama (forms of cooperation arrangements) antara lain : 1) Consortia; yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing sumber daya, karena lebih mahal bila ditanggung sendiri – sendiri; misalnya pendirian perpustakaan dimana sumber daya seperti buku – buku, dan pelayanan lainnya dapat digunakan bersama – sama oleh mahasiswa, pelajar dan masyarakat public daripada masing – masing pihak mendirikan sendiri karena lebih mahal. 2) Joint Purchasing; yaitu pengaturan kerjasama dalam melakukan pembelian barang agar dapat menekan biaya karena skala pembelian lebih besar. 3) Equipment Sharing; yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing peralatan yang mahal, atau yang tidak setiap hari digunakan. 4) Cooperative Construction; yaitu pengaturan kerjasama dalam mendirikan bangunan, seperti pusat rekreasi, gedung perpusatakaan, lokasi parkir, gedung pertunjukan, dan sebagainya. 5) Joint Service; yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan publik, seperti pusat pelayanan satu atap yang dimiliki bersama, dimana setiap pihak mengirim aparatnya untuk bekerja dalam pusat pelayanan tersebut. 6) Contract Service; yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak yang satu mengontrak pihak yang lain untuk memberikan pelayanan tertentu, misalnya pelayanan air minum, persampahan, dan sebagainya. Jenis pengaturan ini lebih mudah dibuat dan dihentikan, atau ditransfer ke pihak lain. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 25 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 7) Pengaturan kerjasama lain dapat dilakukan selama dapat menekan biaya, misalnya membuat pusat pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), fasilitas pergudangan dan sebagainya. D. Pendekatan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dan kesejahteraan masyarakat karena usaha ini merupakan upaya strategis dalam rangka mewujudkan bagian terbesar dari aktivitas masyarakat Indonesia. UMKM memiliki peran sangat penting dalam menyerap tenaga kerja yang dimana tidak semua sektor formal dapat menampungnya. 2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah Output adalah hasil yang diperoleh baik berbentuk barang atau jasa dari pemanfaatan seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, kapital dan kewirausahaan. Output ini merupakan seluruh nilai tambah neto atas dasar biaya faktor produksi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan usaha, atau dari sudut produksi barang/jasa yang diminta disebut sebagai permintaan akhir. Dari segi ekonomi nasional, output merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam suatu periode tertentu. Output nasional ini biasa disebut Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada tingkat wilayah regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Yang dimaksud output dalam pengertian ICOR adalah tambahan (flow) produk dari hasil kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu. Dilihat dari sudut pandang Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 26 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 perusahaan, output mencakup nilai komoditi yang dihasilkan selama suatu periode dan nilai perubahan stok komoditi yang masih dalam proses. Output dinilai atas dasar harga produsen dan nilainya bersifat bruto karena masih mengandung nilai penyusutan. Konsep nilai tambah berkaitan erat dengan konsep penghitungan output. Keduanya merupakan konsep penghitungan neraca ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Nilai tambah adalah suatu tambahan nilai pada nilai input antara yang digunakan dalam proses menghasilkan barang dan jasa. Nilai input antara tersebut bertambah karena mengalami proses produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi. Sedangkan input antara mencakup seluruh komoditi yang habis atau dianggap habis dalam suatu proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, listrik dan lain sebagainya. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga pasar dari suatu unit produksi adalah output bruto atas dasar harga produsen dikurangi input antara atas dasar harga pasar. Nilai tambah bruto inilah yang dipakai dalam penghitungan ICOR. 2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output Marginal (ICOR) Pengertian ICOR sebenarnya didasarkan pada konsep rasio modal terhadap Output atau Capital Output Ratio (COR), dimana konsep yang sama dikenal sebagai koefisien nilai modal (pembentukan modal) dengan nilai output. Koefisien modal output menunjukkan jumlah modal yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output. Konsep ini mendasari pemikiran tentang tambahan modal (investasi) yang diperlukan untuk meningkatkan output sebanyak satu unit Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 27 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 atau satuan. Dalam ilmu ekonomi secara umum dikenal dua konsep rasio modal output, yaitu : a. Rasio modal-output atau Capital Output Ratio (COR). Rasio yang menunjukkan hubungan antara persediaan modal yang ada dengan output yang dihasilkan, yang sering dikenal dengan Average Capital Output Ratio(ACOR). Nilai COR diperoleh dengan cara membandingkan antara akumulasi modal yang digunakan dengan jumlah output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. b. Rasio Modal-Output Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Rasio yang menunjukkan besarnya tambahan kapasitas (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menambah satu unit output. Perbedaan antara rasio modal dan rasio marginal adalah rasio modal bersifat statis, sedangkan rasio marginal bersifat dinamis karena menunjukkan tambahan atau kenaikan. Maka konsep yang sering digunakan untuk melihat perilaku investasi (efisiensi) dan kebutuhan investasi yang akan datang adalah konsep ICOR. Rasio modal output marginal mengacu kepada teori HarrodDomard yaitu menunjukkan hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi dan kemampuan masyarakat untuk manghasilkan output. Semakin tinggi peningkatan stok kapasitas produksi (ΔK), semakin tinggi pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output atau tambahan output yang dihasilkan (ΔY). Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 28 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Memperkirakan koefisien COR atau ICOR untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan investasi pada masa yang akan datang, bukan merupakan suatu hal yang mudah karena keadaan koefisien tidak hanya ditentukan oleh investasi yang ditanamkan saja tetapi akan dipengaruhi oleh tingkat penerapan dan perkembangan teknologi dalam proses produksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam pencapaiannya ICOR hanya digunakan untuk mengestimasi kebutuhan investasi dalam jangka yang tidak terlalu panjang. Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio antara pertumbuhan modal (investasi) terhadap tambahan output, atau dinotasikan sebagai berikut : Keterangan : ICOR = ΔK / ΔY ΔK = Investasi atau penambahan kapasitas ΔY = Pertumbuhan atau penambahan Output Secara teoritis ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik atau nilai. Namun untuk memudahkan penghitungan ICOR selalu dilakukan dalam bentuk nilai. Sebenarnya ICOR dapat dibagi ke dalam Net ICOR (ICOR bersih) dan Adjusted ICOR (ICOR yang disesuaikan). Net ICOR menginterprestasikan ICOR telah bersih dari perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor lain, seperti tambahan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan lain sebagainya. Konsep ini mempertimbangkan ICOR dengan suatu asumsi Ceteris Paribus, yaitu bahwa pasokan faktor-faktor lain dianggap konstan. Sedangkan Adjusted ICOR mengasumsikan bahwa investasi diikuti oleh perubahan-perubahan dalam faktor – faktor lain. Yang digunakan dalam tulisan ini adalah konsep Net ICOR karena secara metodologis lebih mudah dan data dasar bagi penyusunan ICOR cukup Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 29 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR tersedia. Namun demikian, itu akan menyesatkan apabila kita menduga bahwa kenaikan output semata-mata disebabkan oleh akumulasi modal. 2.5 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Made Antara (2007) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Basis Dan Non Basis Dalam Perekonomian Regional Bali, Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa terindikasi 4 sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Dalam menentukan pertumbuhan ekonomi digunakan duaskenario yaitu berdasarkan trend linear dan target optimistik dimana semakintinggi pertumbuhan maka kebutuhan investasi semakin besar. 2. Nuhfil Hanani dan Iwan Nugroho (2004) dalam penelitiaanya yang berjudul Kebutuhan Investasi untuk Pengembangan Sektor Pertanian: Suatu pendekatan input-output, disimpulkan bahwa Nilai ICOR sub sektor tanaman pangan berkisar dari 1.309 hingga 0.57; sub sektor peternakan berkisar dari1.338 hingga 1.149; sub sektor perkebunan berkisar dari 1.59 hingga 1.405;dan sub sektor perikanan berkisar 4.798 hingga 3.98. Proyeksi kebutuhan investasi sektor pertanian selama 1999 hingga 2004 berkisar dari 2127 hingga 2386 triliun rupiah. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai ICOR maka kebutuhan investasi semakin besar. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho (2007) dengan penelitiannya yang berjudul Pengembangan Dan Kebutuhan Investasi SektorAir Bersih Di Provinsi Jawa Timur, Adapun kesimpulan dari penelitiantersebut bahwa Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 30 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 peningkatan investasi dari 1.286 triliun menjadi 1.582 triliunmeningkatkan kapasitas produksi dari 31.0 menjadi 43.7 m3. Partisipasiswasta dalam sektor Air Bersih adalah kunci penting untuk memperbaiki manajemen dan efisiensi, menurunkan tingkat kebocoran, meningkatkan pelayanan, menarik investasi dan untuk kepentingan pembangunan sektor air bersih dalam jangka panjang. 4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho dan Nuhfil Hanani (2007) yang berjudul Studi Investasi untuk Pengembangan Komoditi Pertanian di Provinsi Lampung: Pendekatan input-output, disimpulkan bahwa ICOR subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan di Lampung masing-masing sebesar 0.66, 0.25, 3.04, dan 0.16. Nilai ICOR tanaman pangan dan perkebunan kurang dari satu menunjukkan bahwa sector tersebut relatif efisien sehingga memungkinkan diusahakan oleh sebagian besar petani. ICOR rendah menunjukkan bahwa untuk menghasilkan output membutuhkan investasi yang relatif sedikit. 5. Putu Ayu (2009) dalam penelitiaanya yang berjudul Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli Dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor disimpulkan bahwa Sektor basis kesempatan kerja di Kabupaten Bangli pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sepuluh tahun kemudian sector basis bertambah menjadi tiga sektor yaitu masuknya sektor pertambangan dan penggalian. Sektor-sektor ini adalah sector yang mampu menyerap tenagakerja lebih dari cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal (Kabupaten Bangli) dan juga untuk daerah lain. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 31 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Analisis investasi di suatu daerah, sangat diperlukan untuk dapat menyusun strategi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Analisis investasi baik secara makro ataupun mikro harus dilakukan berdasarkan visi dan misi yang dimiliki oleh setiap kota/kabupaten. Hal ini diperlukan supaya analisis investasi dapat menjadi dasar yang tepat bagi penyusunan strategi investasi di kota/kabupaten untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi daerah. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara tambahan output dan tambahan modal akan menjadi alat untuk menentukan produktivitas dan efisiensi investasi disuatu daerah. Angka ini akan membantu pengambil keputusan di suatu daerah dalam membuat strategi investasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang diharapkan karena ICOR akan memberikan perkiraan mengenai kebutuhan investasi pada tingkat pertumbuhan tertentu. Dengan begitu, maka penyerapan tenaga kerja di tiap daerah akan dapat di perkirakan dan dapat digunakan dalam penyusunan strategi ketenagakerjaan. Analisis kebutuhan investasi harus diakukan baik dalam konteks makro maupun sektoral. Karena konteks sektoral akan mampu mendukung kebutuhan investasi dalam konteks yang lebh besar. Untuk dapat menyusun hal tersebut maka sangat diperlukan sekali pemahaman atas potensi wilayah metropolitan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 32 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Bodebekkarpur agar dapat diketahui kekuatan dan bahkan kelemahan apa yang dimilki daerah sehingga dapat disusun strategi investasi yang sesuai dengan peluang dan ancaman yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan pemahaman konsep dan teori yang kuat agar apa yang direncanakan lebih terarah dan terukur. Daerah juga harus membandingkan dengan apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan dilakukan di daerah lain, sehingga dapat mengambil hal-hal positif yang dapat mendukung strategi investasi yang lebih baik. Dengan begitu diharapkan analisis kebutuhan investasi yang dilakukan dapat lebih dapat menjadi dasar yang kuat bagi pelaksanaan strategi investasi guna mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi daerah. Gambar 3.1 menjelaskan mengenai rangkaian antara banyak hal tersebut. Konsep & Teori Konteks Makro Potensi wilayah Metropolitan Bodebekkarpur Referensi Komparasi Visi & Misi Konteks Mikro: Peluang dan Tantangan Analisis Kebutuhan Investasi : Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Makro 2. Strategi investasi SWOT Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 33 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 3.2 Objek Penelitian Dalam penelitian ini subjek penelitian-nya adalah wilayah Metropolitan Bodebekkarpur, sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah Investasi baik itu PMA maupun PMDN di Bodebekkarpur. 3.3 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian Deskriptif Kualitatif karena bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui kebutuhan investasi di Bodebekkarpur. Penelitian ini mencatat, menuturkan, mengklasifikasikan, dan menganalisis serta mendeskripsikan data dan informasi-informasi yang ada mengenai kenyataan yang terjadi mengenai kebutuhan investasi di Bodebekkarpur. Data utama yang digunakan adalah data sekunder, tentang investasi, Infrastruktur, dan PDRB. Disamping data sekunder juga dilakukan pengumpulan data melalui data primer dengan pendekatan observasi dan dengan menggunakan kuosioner. 3.3.1 Metode Pengumpulan Data Ada dua macam teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam pengkajian ini, yaitu: 1. Data Primer Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Metode pengumpulan data yang Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 34 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR dilakukan dengan menggunakan data primer ini ialah dengan cara surveike beberapa Provinsi yang juga memiliki kawasan metropolitan seperti Provinsi Sumatera Utara dengan Kawasan Medan, Binjai, dan Deli Serdang (Mebidangro) serta Provinsi Jawa Timur dengan Kawasan Gresik, Bangkalan, Kertosono, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbangkertosusilo), dan Sarbagita (Denapsar, Badung, Giayanyar, Tabanan) di Bali. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BPS, maupun instansi-instansi lainnya. 3.3.2 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif memaparkan semua data dan informasi berdasarkan data yang bersumber pada data sekunder, jurnal, artikel, studi literatur, hasil survei, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data kuantitatif investasi, data PDRB, serta data infrastruktur di Bodebekkarpur. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 35 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Proses Penelitian Analisa Deskriptif Pengumpulan Data Analisis Data Gambar 3.2 Proses Penelitian Analisa Deskriptif Analisis Data Deskriptif Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan Dikembangkan oleh Miles & Rubermas Gambar 3.3 Analisa Data Deskriptif Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 36 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 3.4 Metode Perhitungan 3.4.1 Metode Perhitungan Aspek Ekonomi a) Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) b) Analisis Pendapatan Perkapita 3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio)dan Rencana Kebutuhan Investasi 3.5.1 ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/ menambah satu unit output. ICOR juga digunakanuntuk mengukur berapa investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jenis Icor : a) Icor Tanpa Tenggat Waktu Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahun itu juga. I it 100 Y it 1 Rumus : ICORit g it Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 37 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 b) Icor Tenggat Waktu Satu Tahun Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahun berikutnya. Rumus : I it 1 100 Yit 1 ICORit g it c) Icor Tenggat Waktu Lebih Dari Satu Tahun Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih dari satu tahun misalkan tahun ke 2, ke 3, ke 4 dst. I it 2 100 Yit 1 Rumus : ICORit g it Keterangan : ICORit ICOR sektor i tahun t I Investasi i aktivitas i t tahun t g it Pertumbuha n PDRB sektor i tahun t 3.5.2 Formula Menghitung Rencana Kebutuhan Investasi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 38 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Fisik dan Geografis Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5̊ 50’ - 7̊ 50’ Lintang Selatan dan 104 ̊ 48’ – 108 ̊ 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ; Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ; Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ; Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten. Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th. Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 39 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa. Metropolitan adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena aglomerasi kegiatan ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi lahan terbangun dan aglomerasi penduduk minimal satu juta jiwa. Wilayah Metropolitan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan pinggiran perkotaan yang saling memiliki keterkaitan fungsional. Karakteristik kawasan Metropolitan kependudukan merupakan pusat konsentrasi penduduk (Goheen, 1971; Yeates dan Garner, 1980; Goodman, 1980) Standar Jumlah Penduduk a. Standard Metropolitan Statistical Area (SMSA) : satu kota berpenduduk min. 50.000 jiwa; ataudua kota atau lebih yang berintegrasi dengan jumlah penduduk kota induk min. 50.000 jiwa dan kota kecil min. 15.000 jiwa b. National Urban Development Strategy (NUDS) : satu kota berpenduduk min. 1 juta jiwa c. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan No.15 thn 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruangkawasan perkotaan terkait secara fungsional dan terintegrasi berpenduduk min. 1 juta jiwa . Karakteristik kawasan Metropolitan berdasarkan ekonomi merupakan pusat pertumbuhan wilayah, berperan menggerakan perekonomian, dan umumnya bersifat non pertanian ditandai dengan proporsi lahan terbangun yang lebih tinggi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 40 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Karakteristik kawasan Metropolitan berdasarkan mobilitas penduduk merupakan tingginya pergerakan antara kota inti dengan wilayah pendukung di sekitarnya. Struktur Kawasan, mempunyai satu pusat (monocentric) ataupun lebih dari satu (polycentric) dengan ketepaduan infrastruktur sehingga membentuk satu kesatuan fungsional Metropolitan Bodebekkarpur meliputi Bogor, Depok, Bekasi, Karawang dan Purwakarta adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena aglomerasi kegiatan ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi lahan terbangun, dan aglomerasi penduduk mencapai 11,6 juta jiwa terletak di 82 kecamatan dalam 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, sebagian wilayah Kabupaten Bekasi, sebagian wilayah Kabupaten Bogor, sebagian wilayah Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta dengan total luas 314.840 Ha (Sumber : BPS Jawa Barat, 2011). Gambar 4.1 Peta Metropolitan Bodebekkarpur 2010 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 41 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.2 Rencana Pengembangan Wilayah Metropolitan Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan. Pengembangan wilayah sangat berorientasi pada isu dan permasalahan pokok wilayah yang saling berkaitan. Wilayah Metropolitan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan pinggiran perkotaan yang saling memiliki keterkaitan fungsional.Maksud pengelolaan pembangunan dan pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Daerah adalah untuk mencapai pembangunan yang terintegrasi, efektif, efisien, dan berkesinambungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan untuk seluruh masyarakat Jawa Barat. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 42 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Gambar 4.2 Tiga Metropolitan di Jawa Barat Rencana pembangunan dan peningkatan infrastruktur wilayah strategis di Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur, terdiri atas: a) pembangunan dan peningkatan infrastruktur transportasi jalan, antara lain: 1. Jalan Tol Depok-Antasari; 2. Jalan Tol Cinere-Jagorawi; 3. Jalan Tol Tanjung Priok-Cikarang; 4. Jalan Tol Bogor Ring Road Tahap 2 dan Tahap 3; 5. Jalan Tol Bekasi-Cikarang-Kampung Melayu; 6. Jalan Tol Serpong-Cinere; 7. Jalan Tol Cimanggis-Cibitung; 8. Fly Over Cibitung, fly over Tegalgede, serta overpass Tegal Danasdi Kabupaten Bekasi; 9. Jalan Vertikal Bogor-Depok-Jakarta, yang merupakan bagian dari jalan vertikal Palabuhanratu-Jakarta; 10. Jalan Poros Timur Puncak-Sentul-Kota Bunga dan Simpang Sukamakmur- Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Cariu; 43 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 11. Jalan Sentul-Bojong Gede-Parung; 12. Jalan horizontal Poros Tengah Purwakarta (Jatiluhur)Jonggol (Cariu)-Simpang Sukamakmur; 13. Jalan lintas jalur pantai Utara Subang-Karawang-BekasiTanjung Priok; 14. Jalan lintas cepat Karawang; 15. Jalan lintas cepat Leuwiliang Kabupaten Bogor; dan 16. Pembangunan jalan strategis lainnya atas dasar kesepakatan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah dan/ atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur dengan Peraturan Gubernur. b. Pembangunan infrastruktur transportasi perhubungan, antara lain: Jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung-Kertajati– Cirebon; Jalur kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur-Padalarang; Elektrifikasi rel ganda KA antar kota Cikarang-Cikampek Rel ganda kereta api Perkotaan Manggarai-Cikarang (lintas Manggarai-JatinegaraBekasi); Rel ganda kereta api Perkotaan Parung Panjang-Tenjo, rel ganda parsial PurwakartaCiganea; Pelabuhan Laut Cilamaya di Kabupaten Karawang; Pelabuhan Muara Gembong dan Tarumajaya di Kabupaten Bekasi; dan Infrastruktur perhubungan strategis lainnya atas dasar kesepakatan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur dengan Peraturan Gubernur. c. Pembangunan infrastruktur permukiman, antara lain: TPPAS Regional Nambo di Kabupaten Bogor; Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional; Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 44 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Instalasi pengolahan/penampungan air limbah komunal; Sistem drainase metropolitan; Hunian vertikal; dan Pembangunan Infrastruktur permukiman strategis lainnya atas dasar kesepakatan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur dengan Peraturan Gubernur. Metropolitan Bodebekkarpur sebagai Metropolitan Mandiri, maka pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur memerlukan perhatian dan penanganan secara serius. Dalam prosesnya, perlu diupayakan untuk mendorong percepatan pertumbuhan Metropolitan Bodebekkarpur agar dapat menjadi metropolitan level 1, setara dengan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang juga merupakan metropolitan level 1. Pemerintah Daerah menamakan pendekatan tersebut sebagai pendekatan Metropolitan Kembar (Twin Metropolitan) Bodebekkarpur – DKI Jakarta. Sebagai Metropolitan berbasis industri manufaktur, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mendorong kegiatan industri manufaktur di Metropolitan Bodebekkarpur, salah satunya dengan mengembangkan kawasan industri yang terintegrasi dengan sistem angkutan barang (logistik) terutama untuk memenuhi kebutuhan distribusi dan produksi kegiatan industri manufaktur dalam skala besar. Dalam hal ini, perlu dilakukan pembangunan sistem perkeretaapian barang yang mengakses ke lokasi pelabuhanpelabuhan skala regional di wilayah ini. Selain itu, perlu dibangun pusat-pusat kegiatan riset dan inovasi teknologi yang dapat mengakselerasi pemanfaatan teknologi tinggi dalam kegiatan industri manufaktur di Metropolitan Bobebekkarpur. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 45 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Sebagai Metropolitan berbasis jasa dan keuangan, pembangunan cluster kantor pusat perusahaan, perdagangan, perbankan, jasa pelayanan, asuransi, hukum, penelitian dan pemerintahan perlu segera dikembangkan di Metropolitan Bodebekkarpur. Pembangunan ini tidak dapat terlepas dari pembangunan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) cepat yang terintegrasi menghubungkan pusatpusat kegiatan ekonomi (CBD dan pusat kegiatan lainnya), perumahan, serta simpul-simpul transportasi regional seperti Bandara Internasional. Hal ini penting karena kegiatan ekonomi berbagai perusahaan multinasional perlu ditunjang oleh kemudahan akses menuju Bandar Udara Internasional. Sebagai Metropolitan berbasis perdagangan, hotel, restoran serta pariwisata, berbagai kawasan komersil yang terintegrasi dengan pusatpusat kegiatan ekonomi (CBD, kawasan industri, dsb) perlu dikembangkan untuk menunjang kebutuhan penduduk Metropolitan Bodebekkarpur. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang berskala global harus ditunjang oleh ketersediaan fasilitas perdagangan, hotel, restoran, serta pariwisata yang berkelas metropolitan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 46 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.2.1 Isu Pengembangan Wilayah Metropolitan dan pusat pertumbuhan memiliki isu dan permasalahan serta potensi dan keunggulan berbeda-beda, apabila dikelola dan dikembangkan secara efektif dan efisien mampu menghela pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernitas, dan keberkelanjutannya bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. Potensi pengembangan wilayah yang dimiliki Metropolitan Bodebekkarpur antara lain 1. Merupakan kawasan industry terbesar dan kawasan cepat tumbuh (saat ini metropolitan Bodebekkarpur memilki klaster klaster industry manufakur yang berekembang pesat (terdapatnya tujuh klaster industry yang berada di Cikarang – bekasi ) 2. Memiliki letak yang strategis karena berada pada jalur strategis Jakarta – Bandung yang memiliki aksesibiltas tinggi dan kedekatan lokasi dengan DKI Jakarta sebagai pusat modal, potensi pasar dan outlet pelabuhan dan Bandara berskala Internasional 3. Ketersediaan lahan yang relatif luas dan ditunjang oleh kedaaan infrastruktur 4. Kawasan Bodebekkarpur memiliki beragam potensi investasi yang dapat diekembangkan antara lain disektor industry, sector perdagangan, sector pariwisata dan sector jasa 5. Kawasan Bodebekkarpur berkembang dengan dukungan pertumbuhan berbagai sector industry, perdagangan dan jasa Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 47 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 6. Kawasan Bodebekkarpur memiliki keanekaragaman objek wisata, baik wisata alam, wisata buatan dan wisata kuliner 7. Menjadi bagian dari kawasan global dan pintu gerbang penting dalam persaingan antar Negara. Gambar 4.3 Potensi Bodebekkarpur Selain potensi pengembangan wilayah yang dimiliki Bodebekkarpur terdapat juga permasalahan dalam pengembangan wilayah tersebut antara lain : 1. Kawasan Bodebekkarpur saat ini masih sebagai hinterland bagi DKI Jakarta sehingga cenderung sering di konotasikan sebagai dormitory town 2. Disparitas dan ketimpangan perkembangan Bodebekkarpur dengan DKI Jakarta dan ketimpangan perkembangan antar wilayah yang berada dalam lingkup kawasan Bodebekkarpur Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 48 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 3. Aglomerasi ekonomi dan aktivitas social (menumpuknya pertumbuhan kegiatan ekonomi disepanjang koridor jalan jalan utama kota dan pertumbuhan ekspansif suburbanisasi yang memuat sepanjang koridor jalan) 4. Ketersediaan perumahan, jaringan air bersih, jaringan pengelolaan persampahan, jaringan pengelolaan air limbah yang memadai dan tumbuhnya kawasan kumuh di Metropolitan Bodebekkarpur juga masih menjadi persoalan 5. Salah satu permasalahan transportasi di wilayah metropolitan Bodebek adalah kemacetan dan masih terbatas sarana transportasi massal 6. Kawasan Bodebekkarpur belum memiliki infrastruktur pendukung kegiatan jasa, keuangan serta perdagangan, hotel dan restoran yang berskala metropolitan 7. Adanya Alih Fungsi Lahan (Pergeseran pemanfaatan lahan pertanian menjadi non pertanian mengancam posisi Bodebekkarpur) Isu isu strategis Pengembangan infrastruktur nasional yang berdampak pada pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur, yaitu : 1. Rencana nasional system pendulum nusantara atau Tol laut berpotensi meningkatkan kapasitas pelabuhan Tanjung Priok sebagai Outlet utama Bodebekkarpur 2. Rencana dan Implementasi (Aerocity or AeroTropolis) BIJB Kertajati, Kualanamu dan SHIA sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi berskala Global 3. Pembangunan LRT di kawasan Bodebek Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 49 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4. 2016 Pembangunan jalan jalan Tol yang menghubungkan Bodebekkarpur dengan pusat pertumbuhan lain di Jawa Barat 5. Pembangunan Pelabuhan Laut Internasional di Kabupaten Subang 6. Reklamasi Pantura 7. Pembangunan Bandar Udara Di Karawang 8. Jalur Kereta Api Cepat Jakarta – Bandung – Kertajati – Cirebon 9. Jalur Kereta Api cepat DKI Jakarta –Surabaya 10. Pembangunan Tol Cikarang – Tanjung Priok 11. Pembangunan MRT 4.2.2 Isu Investasi Provinsi Jawa Barat masih merupakan lokasi yang paling diminati calon investor selain karena selain dukungan jarak tempuh ke Ibu Kota juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang kompeten didukung pula dengan kondisi infrastruktur yang baik. Sebagai tujuan investasi, Jawa Barat juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya kawasan industri Gobel yang terletak di Cibitung, Bekasi, Bekasi International Industrial Estate di Cikarang, East Jakarta Industrial Park di Lemahabang, Bekasi, dan Jababeka Industrial Estate-Cikarang di Cikarang, Bekasi, serta memiliki Pelabuhan Astanajayapura, Pelabuhan Pangandaran, Pelabuhan Gebang, Pelabuhan Astanajayapura, Pelabuhan Khusus Pertamina Balongan dan Pelabuhan Indramayu. Kekuatan investasi PMA dan PMDN ke Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 50 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Jawa Barat terus meningkat dan bahkan dapat melebihi DKI Jakarta dan Jawa Timur. Dibalik semua potensi dan prospek investasi yang dimiliki oleh Jawa Barat ada permasalahan utama yang dihadapi oleh investor di Jawa Barat yaitu : 1. Masalah pembebasan tanah 2. Kebijakan perizinan penanaman modal yang belum sejalan/sinergi antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota 3. Kebijakan yang berkaitan dengan masalah perburuhan yaitu belum adanya sinergi positif antara pengusaha dengan organisasi buruh atau pekerja terkait dengan persoalan upah, outsourcing, dan kebebasan berorganisasi. Hal itu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor untuk menanamkan modalnya atau paling tidak menunda realisasi dari rencana investasinya. . 4. Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja. Dengan produktivitas yang masih rendah, masalah kompetensi dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti serta ketidakpastian hubungan industrial antara perusahaan dan tenaga kerja, daya tarik investasi dari sisi ketenagakerjaan akan terus menurun. Semua masalah ini merupakan masalah yang paling dominan mempengaruhi investasi Jawa Barat terutama di Kawasan Industri Bekasi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 51 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.3 Kondisi Sosial-Kependudukan 4.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025 Tabel 4.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025 Kabupaten/ Kota Kota Bekasi Lingkup Kecamatan Luas Area Jumlah Penduduk (kecamatan) (Ha) (Jiwa) Hasil Proyeksi Hasil Proyeksi Hasil Proyeksi Sensus 2025 Sensus 2025 Sensus 2025 Penduduk Penduduk Penduduk 2010 2010 2010 12 12 21.565 21.565 2.336.489 4.061.625 Kabupaten Bekasi Kota Bogor 19 23 92.160 126.471 2.358.569 4.479.335 6 6 11.771 11.771 949,066 1.649.804 Kabupaten Bogor Kota Depok 17 25 88.004 138.488 2,704,623 5.933.750 11 11 20.309 20.308 1.736.565 3.018.750 Kabupaten 6 14 21.238 Purwakarta Kabupaten 11 20 45.799 Karawang Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2011 79.793 439.583 1.296.950 105.238 1.084.637 2.720.472 Berdasarkan tabel 4.1 kita dapat melihat jumlah penduduk di wilayah Metrpolitan Bodebekkarpur pada tahun 2010. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kabupaten Bogor dengan jumlah penduduk sebesar 2,704,623. Hal ini sebenarnya dapat menjadi masalah maupun keunggulan, tergantung bagaimana langkah pemerintah setempat mengatasinya. Jumlah penduduk yang banyak tetapi jika tidak dibarengi dengan produktivutas yang tinggi makan hal tersebut dapat menyebabkan masalah yakni jumlah pengangguran yang tinggi, akan tetapi jika jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dioptimalkan dengan baik maka hal tersebut dapat menjadi suatu keunggulan dan potensi. Jumlah penduduk yang Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 52 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR tinggi jika dibarengi dengan produktivitas yang tinggi maka hal tersebut dapat menyebabkan PDRB di wilayah tersebut juga tinggi, sehingga pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut dapat tumbuh. Akan tetapi hal tersebut tentunya jika harus didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti infrastruktur dan tambahan modal. 4.3.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bodebekkarpur Tahun 2010 – 2015 Tabel 4.2 IPM Bodebekkarpur Tahun 2010 – 2015 Kab/Kota IPM 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kab Bogor 64.35 64.78 65.66 66.74 67.36 67.77 Kab Purwakarta 64.93 65.51 66.30 67.09 67.32 67.84 Kab Karawang 64.58 65.21 65.97 66.61 67.08 67.66 Kab Bekasi 67.58 68.66 69.38 70.09 70.51 71.19 Kota Bogor 71.25 71.72 72.25 72.86 73.10 73.65 Kota Bekasi 76.77 77.48 77.71 78.63 78.84 79.63 Kota Depok 76.66 76.96 77.28 78.27 78.58 79.11 Sumber: BPS Jawa Barat 2016 Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator penting untuk mengetahui seberapa besar pembangunan manusia dalam suatu wilayah tersebut, semakin tinggi IPM di wilayah tersebut berarti menandakan bahwa di wilayah tersebut pembangunan manusianya semakin bagus. Adapun komponen dari IPM tersebut adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata – rata lama sekolah, dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Berdasarkan tabel 4.2 diatas kita dapat melihat ada beberapa kabupaten yang memiliki IPM terendah, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Karawang yang rata- Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 53 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR rata meiliki nilai 67. Sedangkan wilayah lainnya yaitu wilayah Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Bekasi memiliki IPM diatas 70. Hal ini menandakan bahwa pembangunan manusia di wilayah perkotaan jauh lebih baik di bandingkan dengan di wilayah kabupaten. Faktor – faktor penentunya ialah dari segi infrastruktur, pendanaan, dan pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Hal ini juga menjadi pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat, Provinsi, maupun pemerintah daerah. 4.3.3 Kondisi Perekonomian Tabel 4.3 PDRB Bodebekkarpur Tahun 2012 – 2015 PDRB atas Dasar Harga Konstan (Dalam Juta Rupiah) No. Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 1 Kota Bogor 21.203.570 22.474.658 23.815.329 25.295.565 2 Kab Bogor 104.286.980 110.607.295 117.259.360 124.642.378 3 Kota Depok 30.700.000 32.810.000 35.192.762 37.525.108 4 Kota Bekasi 46.907.333 49.739.926 52.532.660 55.462.727 5 Kab Bekasi 175.279.802 186.479.889 197.018.595 205.956.352 6 Kab Karawang 111.424.083 120.294.864 126.748.692 132.445.998 7 Kab Purwakarta 31.934.340 34.186.400 36.081.980 37.892.413 Bodebekkarpur 521.736.108 Sumber: BPS Kab/Kota di Jawa Barat 556.593.033 588.649.378 619.220.541 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 54 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Grafik 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 - 2015 9,00 8,00 7,00 6,49 6,46 6,63 5,98 5,45 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 2011 2012 2013 2014 2015 Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Bekasi Kota Depok Kab Purwakarta Kab Karawang Kab Bekasi Bodebekkarpur Sumber: BPS Jawa Barat (Data Diolah) Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 55 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Grafik 4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 (%) 90,00 78,02 80,00 70,00 60,00 59,59 53,27 50,00 44,27 42,23 40,00 35,30 36,23 27,51 36,08 30,00 27,64 20,00 19,34 17,33 10,00 3,74 19,49 18,62 18,99 9,10 8,61 37,68 31,14 25,82 2,33 10,05 9,56 0,17 0,80 25,86 1,96 Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Depok Kota Bekasi Kota Bogor Kab. Bekasi Kab. Karawang Kab. Purwakarta Kab. Bogor 0,00 Lainnya Sumber: BPS Jawa Barat (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.3 diatas kita dapat melihat PDRB di masing – masing wilayah Metropolitan Bodebekkarpur. PDRB terbesar di wilayah metropolitan ini dipegang oleh tiga daerah, yakni Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bogor. Sementara wilayah lainnya masih jauh dibandingkan pencapaian dari ketiga wilayah tersebut. Kabupaten Bekasi dan Karawang sangat unggul dikarenakan industri manufaktur yang ada di wilayah tersebut, tidak heran jika wilayah tersebut memiliki PDRB terbesar di Metropolitan Bodebekkarpur. Selain itu luas area untuk daerah – daerah tersebut juga memiliki area yang besar Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 56 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 dibandingkan wilayah lainnya, serta adanya dukungan infrastruktur yang memadai. Sementara itu berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun 2015 di dominasi oleh Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, yakni diatas 6 persen pertumbuhannya, sedangkan jika dilihat dari struktur ekonominya, sumbangan terbesar PDRB di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur sebagian besar di dominasi oleh industri pengolahan, terutama untuk wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta. Sementara untuk sumbangsih terkecil di wilayah metropolitan ini yaitu dari sektor pertanian. Diharapkan dengan terbentuknya wilayah Metropolian inidapat membuat wilayah – wilayah di metropolitan ini dapat cepat berkembang sehingga konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur dengan DKI Jakarta juga dapat terealisasi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 57 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.3.4 Analisis SWOT Kabupaten/Kota di Metropolitan Bodebekkarpur 1. Analisis SWOT Kota Depok Strengths (Kekuatan) Mempunyai lokasi yang strategis dengan Ibukota negara RI Infrastruktur yang memadai Weaknesses (Kelemahan) Semakin menyusutnya proporsi lahan Opportunities (Kesempatan) Menjadi wilayah yang bisa berdampingan dengan Jakarta Threats (Hambatan) Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi Wilayah yang Prospek investasi lemahnya tidak terlalu luas yang baik bagi pemantapan para investor kawasan lindung Pengangguran Kota Satelit dan Migrasi terbuka masih mempunyai penduduk yang fungsi sebagai cukup tinggi tinggi PKN (Pusat Kegiatan Nasional) bersama-sama dengan Kota Bogor Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Depok dalam 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang terus meningkat demikian halnya dengan nilai pendapatan perkapita penduduknya. Daerah tujuan Tingkat investasi kemiskinan cukup besar Sebagai simpul Melonjaknya utama jumlah transportasi skala kendaraan nasional atau bermotor melayani beberapa provinsi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 58 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Transportasi massal yang memadai IKM yang terkategori baik sarana kesehatan masyarakat belum proporsional dan memadai jika dibandingkan dengan jumlah dan kepadatan penduduk sarana pemukiman belum dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk pintu gerbang menuju kawasan internasional Masih rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi Memiliki IPM yang unggul Kota Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan ibu kota Jakarta dan menjadi kota pendukung Jakarta. Kota ini sangat berkembang dari berbagai aspek seperti bidang pendidikan, ekonomi dan penataan kota. Hal tersebut membuat kota Depok menghadapi banyaknya migrasi penduduk dari daerah lain sehingga membuat kota depok kewalahan dengan melonjaknya pertumbuhan penduduk. Selain itu, kesenjangan sosial yang cukup tinggi, polusi udara serta kemacetan masih menjadi hal yang perlu dibenahi. Selain itu sarana kesehatan masyarakat yang belum proporsional dan memadai jika dibandingkan dengan jumlah dan kepadatan penduduk juga menjadi kelemahan yang harus segera diselesaikan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 59 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2. Analisis SWOT Kota Bogor Strengths Weaknesses (Kekuatan) (Kelemahan) Posisi Keterbatasan lahan strategis Kota Bogor sebagai mitra Ibukota Jakarta Pusat orientasi pelayanan bagi wilayah belakang (hinterland) Keterbatasan pembiayaan pembangunan yang berasal dari PAD Relatif lengkapnya fasilitas umum Ketidakseimbangan antara pertumbuhan kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan Potensi Ketidaktersediaan penduduk infrastruktur produktif dan Tempat terdidik Pembuangan Akhir sampah Pusat pendidikan dan penelitian Struktur Birokrasi yang mapan Kondisi kemantapan jalan yang belum optimal Opportunities Threats (Kesempatan) (Hambatan) Daerah yang Ledakan menjadi salah satu penduduk yang tujuan investasi tidak terkendali baik dikarenakan faktor alamiah maupun migrasi Tujuan wisata Bencana alam belanja dan dan degradasi kuliner serta lingkungan tempat persinggahan Potensi Kebun Raya sebagai salah satu world heritage Meningkatnya jumlah penduduk miskin Pendanaan pusat melalui Programprogram yang selaras dengan program Kota Bogor Sister City dan Kerjasama antar daerah Perubahan Iklim dan Pemanasan Global Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor Menjadi salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam struktur tata -ruang Nasional dan Jawa Barat Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 60 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa barat yang menjadi mitra Ibu kota Jakarta. Walaupun kota ini tidak terlalu luas jika dibandingkan kota-kota lainnya, namun letaknya yang berada di dataran tinggi dan banyak terdapat pepohonan membuat kota ini menjadi potensial untuk menjadi kota wisata alam. Selain itu, kreativitas para penduduknya membuat industri kuliner menjadi semakin maju. Walaupun terbatasnya lahan, namun kota ini masih terus dapat dikembangkan. Selain itu, masih banyak aspek yang perlu dibenahi yaitu dari aspek transportasi antara lain kemacetan lalu lintas, infrastuktur yang belum memadai, integrasi angkutan umum massal. Dari aspek sosial yakni kesenjangan sosial yang cukup tinggi, mutu pendidikan, sanitasi, kesehatan masyarakat. Dari aspek lainnya yaitu kurangnya supply air bersih yang memadai, penataan ruang dan tempat pembuangan sampah serta tata kelola pemerintahan. 3. Analisis SWOT Kota Bekasi Strengths (Kekuatan) Posisi strategis Kota Bekasi sebagai mitra Ibukota Jakarta Tingkat pendidikan yang tinggi Relatif lengkapnya fasilitas umum Weaknesses Opportunities (Kelemahan) (Kesempatan) Angka Pasar bebas pengangguran ASEAN dan kemiskinan yang relatif tinggi Kekuatan Hegemoni pasar ekonomi rakyat lokal dan belum regional berkembang Daya beli Daerah dengan masyarakat PAD yang besar masih rendah Threats (Hambatan) Kualitas lingkungan perairan sungai yang tercemar Kerjasama regional belum berkembang secara optimal Angka migrasi penduduk yang tidak terampil Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 61 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Sumberdaya finansial yang memadai Pusat orientasi pelayanan bagi wilayah belakang (hinterland) Migrasi jumlah Letak yang penduduk yang strategis dengan tinggi Ibukota negara Manajemen pemerintahan belum optimal Wilayah tetangga lebih kompetitif Kota bekasi merupakan kota yang berkembang karena dekat dengan Ibu kota Jakarta. Kota ini tidak terlalu luas namun pembangunan kota sangat agresif seperti pembangunan apartemen, pemukiman, pusat perbelanjaan serta gedunggedung tinggi. Kota ini strategis karena dilalui oleh jalan tol jakarta-cikampek dan rel kereta api menuju Surabaya. Kemacetan dan kepadatan penduduk menjadi hal yang perlu diberikan perhatian lebih. Dari aspek geografis, Ruang terbuka hijau masih kurang dari 30% yakni hanya 24%. Kota Bekasi juga sering dilanda bencana banjir. Dari aspek demografis, Laju pertumbuhan penduduk sangat tinggi sehingga menuntut penyediaan fasilitas dasar yang semakin besar. Dari aspek sosial kemasyarakatan, angka IPM yang masih dibawah angka 80 belum dapat membuat kualitas sumber daya manusia Kota Bekasi dapat bersaing di tingkat global, jumlah penduduk miskin dan pengangguran masih tinggi, serta jumlah penyandang masalah penyakit sosial masih relatif tinggi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 62 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 4. Analisis SWOT Kabupaten Bekasi Strengths (Kekuatan) Lokasi yang strategis dekat dengan Ibu kota Weaknesses (Kelemahan) Sumberdaya air yang rentan Opportunities (Kesempatan) Menjadi pusat industri di Provinsi Jawa Barat Masih banyak lahan yang dapat dikembangkan Dampak lingkungan dari pabrik yang ada di sekitar Menjadi area terdepan untuk perkembangan industri di Provinsi Jawa Barat Dilihat dari karakteristik topografinya, sebagian besar Kabupaten Bekasi masih memungkinkan untuk dikembangkan untuk kegiatan budidaya,Teruta ma untuk budidaya ikan di tambak ataupun untuk budidaya hewan domestik seperti ayam dan kambing Hanya terhubung dengan jalur darat sebagai jalur keluar masuk barang ( Jalan tol dan jalur kereta api) Banyak investor asing yang mencari lahan investasi Threats (Hambatan) Kerusakan Kritis pada kapasitas sumber daya air dan krisis pasokan air pada kegiatan pertanian, industri dan aktivitas perkotaan Pertumbuhan penduduk yang baik dikarenakan faktor alamiah maupun migrasi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 63 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Ketersediaan SDM yang teredukasi dan tenaga kerja yang terampil Secara keseluruhan, air tanah terdegradasi dikarenakan kurangnya sistem pembuangan limbah Kemacetan dan kesenjangan pembanguna n di wilayah kota dengan wilayah desa 2016 Pembangunan jaringan rel kereta api lintas cabang menghubungkan Cikarang Timur– Cikarang Pusat– Serang Baru– Cibarusah– Kabupaten Bogor Dilintasi ruas jalan tol JakartaCikampek dan jalur kereta api Jakarta-Surabaya Keunggulan lokasi yang strategis terhadap pusat pertumbuhan, sehingga memberikan peluang terjadinya keterkaitan ekonomi (backward, forward, and regional linkage) dengan pusat pertumbuhan. Aksesibilitas yang cukup baik dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai baik untuk mendatangkan bahan baku, maupun untuk memasarkan hasilnya ke pasar domestik dan nternasional, terutama dengan berkembangnya jaringan jalan Tol Jakarta Cikampek, sehingga produk wilayah Kabupaten Bekasi memiliki daya saing cukup kuat. Selain itu, tersedianya lahan pertanian 82.552.Ha dan lahan pesisir yang luas sebagai basis perkembangan agribisnis membuat kabupaten Bekasi masih dapat terus berkembang ditambah lagi dengan ketersediaan SDM yang teredukasi dan tenaga kerja yang terampil. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 64 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Sumber daya air yang layak, baik untuk air bersih, pertanian dan industri semakin terbatas, yang disebabkan meningkatnya penggunaan, menurunnya kualitas air permukaan dan debit yang tidak merata sepanjang tahun, terutama untuk kawasan Utara. Dari sisi aksesibilitas, hanya terhubung dengan jalur darat sebagai jalur keluar masuk barang ( Jalan tol dan jalur kereta api). Dari aspek penggunaan teknologi informasi belum optimal untuk melayani masyarakat dan aktivitas lainnya. 5. Analisis SWOT Kabupaten Bogor Strengths (Kekuatan) Pertumbuhan ekonomi yang baik Weaknesses (Kelemahan) Jumlah penduduk yang tinggi Tersedianya sarana dan prasarana publik Kurangnya konsistensi dan ketegasan dalam penegakan hukum/aturan Belum optimalnya sosialisasi terkait mendapatkan akses modal usaha bagi masyarakat Keterbatasan pembiayaan pembangunan yang berasal Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan Tersedianya perangkat aparatur pemerintah Opportunities Threats (Kesempatan) (Hambatan) Tersedianya Migrasi dan lembaga dan laju aparatur yang pertumbuhan dapat menjaga penduduk yang keberlangsungan tinggi stabilitas keamanan Dukungan Bencana alam wilayah yang dan degradasi sangat luas lingkungan Daerah dengan tujuan investasi yang tinggi Meningkatnya jumlah penduduk miskin Sumberdaya manusia yang tinggi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 65 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR daerah yang berkompetensi Tersedianya dokumen perencanaan Hubungan bilateral yang harmonis dengan tetangga wilayah (Kota Bogor) Suasana politik yang damai dan kedewasaan demokrasi masyarakat dari PAD Kurangnya kesadaran dan partispasi masyarakat dalam pengelolaan sampah Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi di pemerintahan dan UMKM Terdapat kesenjangan pembangunan antar kawasan kota dengan wilayah pedesaan Infiltrasi budaya asing yang negatif Kurangnya minat generasi muda untuk menjadi petani Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Metropolitan Bodebekkarpur yang memiliki lokasi yang sangat luas dibandingkan wilayah lainnya. Hal ini juga didukung dengan hubungan bilateral yang harmonis dengan tetangga wilayah (Kota Bogor). Aspek positif lain yang bisa menjadi kekuatan di Kabupaten Bogor yaitu pertumbuhan ekonomi yang baik, sumberdaya manusia yang tinggi, dan sebagai salah satu daerah dengan tujuan investasi. Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang sering muncul di wilayah ini. Kelemahan di Kabupaten Bogor diantaranya ialah pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, kurangnya konsistensi dan ketegasan dalam penegakan hukum/aturan, kurangnya konsistensi dan ketegasan dalam penegakan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 66 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR hukum/aturan, keterbatasan pembiayaan pembangunan yang berasal dari PAD, serta terdapatnya kesenjangan pembangunan antar kawasan kota dengan wilayah pedesaan. Sementara itu untuk hambatan yang terjadi ialah adanya bencana alam dan degradasi lingkungan, migrasi yang besar, menigkatnya jumlah penduduk miskin, serta infiltrasi budaya asing yang negatif. 6. Analisis SWOT Kabupaten Karawang Strengths (Kekuatan) Kondisi keamanan yang kondusif Letak geografis yang strategis Memiliki potensi basis dalam perekonomian Weaknesses (Kelemahan) Persentase penduduk miskin di Kabupaten Karawang pada tahun 2014 sebesar 10,15% Persentase kemandirian fiskal daerah di Kabupaten Karawang pada tahun 2015 sebesar 29,23% Persentase pengangguran di Kabupaten Karawang pada tahun 2015 sebesar 11,88% dari jumlah angkatan kerja Opportunities (Kesempatan) Potensi ekonomi daerah sebagai daerah industri dapat mendukung perekonomian daerah Threats (Hambatan) Masuk dalam kategori rawan bencana banjir, longsor, dan puting beliung Perpres Nomor Kerusakan 32 Tahun 2011 lingkungan tentang MP3EI hidup dan Peraturan Presiden nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Adanya Kerjasama permintaan yang ekonomi dan cukup tinggi dari kawasan pasar domestik perdagangan dan internasional bebas terhadap hasil Masyarakat pertanian, Ekonomi perikanan dan ASEAN dan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 67 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Memiliki potensi sumberdaya alam Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi di pemerintahan dan UMKM Memiliki faktor produksi unggulan (tenaga kerja, SDA) Belum tersedianya sarana/moda transportasi publik yang memadai; Tersedianya lahan budidaya (pertanian dan industri) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara fasilitas pelayanan publik; peternakan untuk ASEAN-China dapat dipenuhi Free Trade oleh para pelaku Area (ACFTA) ekonomi lokal Tersedianya Persaingan sumberdaya lembaga dan manusia secara aparatur yang global dapat menjaga keberlangsungan stabilitas keamanan. Kompetensi lulusan pendidikan tidak memenuhi kebutuhan tuntutan dunia kerja Di dominasi penduduk usia produktif Pertumbuhan ekonomi yang baik Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 68 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Kabupaten Karawang memiliki lokasi yang strategis yang didukung oleh Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang MP3EI dan Peraturan Presiden nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Selain itu wilayah ini juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, didominasi penduduk usia produktif, dan memiliki potensi basis dalam perekonomian. Potensi lain yang bisa dikembangkan ialah sebagai daerah industri yang bisa mendukung perekonomian daerah, serta adanya permintaan yang cukup tinggi dari pasar domestik dan internasional terhadap hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Akan tetapi seperti daerah-daerah lainnya, Kabupaten Karawang juga tidak luput dari beberapa kelemahan dan hambatan yang terjadi. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Karawang yang mencapai 10,15% pada tahun 2014 juga salah satu kelemahannya, selain itu persentase pengangguran di Kabupaten Karawang juga pada tahun 2015 sebesar 11,88% dari jumlah angkatan kerja. Hal ini mengindikasikan betapa seriusnya permasalahan yang terjadi di Kabupaten Karawang. Disamping itu kurang kompetitifnya persaingan sumberdaya manusia di tingkat global dan kompetensi lulusan pendidikan yang tidak memenuhi kebutuhan tuntutan dunia kerja juga menjadi beberapa penghambat. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 69 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 7. Analisis SWOT Kabupaten Purwakarta Strengths (Kekuatan) Menjadi daerah sebagai salah satu tujuan investasi terbesar di Jawa Barat Weaknesses (Kelemahan) Kurangnya SDM dalam bidang SI/TI Opportunities Threats (Kesempatan) (Hambatan) Letak geografis Ancaman Kabupaten datang dari Purwakarta sesama yang pemerintah merupakan daerah untuk gerbang menarik menuju investor asing Ibukota Negara dan investor RI dan Ibukota dalam negeri Provinsi Jawa masuk Barat kedaerahnya Tupoksi SKPD yang selaras dengan visi dan misi serta tujuan pemerintah daerah Koordinasi SKPD kurang intensif Kondisi politik daerah yang kadang tidak stabil Penggunaan SI/TI pada tingkat operasional disetiap SKPD Masalah sosial ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan. Kurangnya infrastruktur yang memadai bagi para investor Peluang investasi dibidang industri, peternakan dan perikanan, pertanian, dan pariwisata Bargaining power substitute produk yang rendah Daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonpmi yang tinggi Kondisi sosial daerah yang masih rentan Legalisasi pemerintah daerah Sumber daya lokal yang berlimpah Kondisi ekonomi daerah yang masih belum kuat Bargaining power pendatang baru yang tinggi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 70 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat dengan sumberdaya lokal yang melimpah yang disertai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Letak geografis Kabupaten Purwakarta juga sangat strategis karena dilalui oleh jalan menuju Ibukota Negara RI dan Ibukota Provinsi Jawa Barat. Selain itu Kabupaten ini juga menjadi salah satu daerah tujuan investasi terbesar di Jawa Barat. Peluang investasi dibidang industri, peternakan dan perikanan, pertanian, dan pariwisata juga sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Purwakarta. Masalah kesenjangan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan merupakan pekerjaan rumah yang harus dituntaskan di wilayah ini. Selain itu kurangnya infrastruktur yang memadai bagi para investor juga bisa menghambat pembangunan ekonomi yang ada. Terdapat beberapa hambatan lain seperti ancaman dari sesama pemerintah daerah untuk menarik investor asing dan investor dalam negeri untuk masuk kedaerahnya, bargaining power pendatang baru yang tinggi, serta kondisi ekonomi daerah yang masih belum kuat merupakan sesuatu yang harus diatasi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 71 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 4.4 Kajian Komparatif Metropolitan Mebidangro, Gerbangkertosusilo, Dan Sarbagita 4.4.1 Metropolitan Mebidangro Berdasarkan studi banding yang dilakukan ke Provinsi Sumatera Utara terkait dengan pengembangan Kawasan Metropolitan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro), maka dapat diperoleh beberapa informasi antara lain: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki landasan aturan berupa Peraturan Presiden yang menaungi keberadaan Kawasan Mebidangro dimana penguatan dari sisi regulasi ini bersifat strategis mengingat proses pembangunan sebaiknya melibatkan seluruh pihak dimana salah satunya adalah peran serta Pemerintah Pusat. Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Pusat adalah berupan Peraturan Presiden yang akan mengikat lebih dalam ke seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kawasan metropolitan. Perlunya keterlibatan pusat mengingat kondisi di beberapa daerah strategis yang ada di Kawasan Mebidangro telah diatur juga oleh Peraturan Pemerintah Pusat seperti halnya keberadaan Bandara Udara Polonia yang merupakan bandar udara militer. Keberadaan bandar udara militer ini juga sebenarnya telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Pusat. Sehingga jika pengaturan Kawasan Metropolitan yang beririsan dengan kawasan lain yang telah diatur oleh pusat, maka diperlukan juga Peraturan dari Pemerintah Pusat yang paling tidak memiliki kesamaan level atau lebih tinggi agar dapat diberlakukan secara efektif. Selain itu permasalahan yang masih ada adalah terkait dengan keberadaan hutan lindung yang melingkupi Kawasan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 72 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Metropolitan. Sekali daya dorong yang dibutuhkan dalam penentuan lokasi adalah melalui keberadaan Peraturan Pemerintah Pusat yang dalam hal ini adalah Peraturan Presiden. Peraturan Pemerintah Pusat yang menaungi Kawasan Mebidangro ini adalah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahin 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo. Adapun ruang lingkup dari Peraturan Presiden ini antara lain: a. Peran dan fungsi rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perkotaan Mebidangro; b. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro; c. Rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro; d. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan e. Peran masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan Perkotaan Mebidangro. Adapun Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro ini berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro. Selain itu, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro berfungsi sebagai pedoman untuk: a. Penyusunan rencanan pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro; b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Mebidangro; Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 73 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antar sekotr di Kawasan Perkotaan Mebidangro; d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan Perkotaan Mebidangro; e. Penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kawasan Perkotaan Mebidangro; f. Pengelolaaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan g. Perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perkotaan Mebidangro dengan kawasan sekitarnya. Lebih lanjut lagi, kebijakan penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi: a. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand; b. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagao pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara; c. Peningkatan keterpaduan dan jangkauan pelayanan Jaringan prasarana transportasi, energy, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional, nasional, dan regional; Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 74 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR d. 2016 Peningkatan keterpaduan antar kegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan pedesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkunngan; e. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di Kawasan Permotaan Mebidangro; f. Peningkatan funsgi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di Kawasan Perkotaan Mebidangro; g. Peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro melalui kerja sama antar daerah, kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran masyarakat. Adapun strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi sub regional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand antara lain: a. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal yang memadai dan mudah terjangkai dari kawasan permukiman; b. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara terpadu pada pusatpuast kegiatan, simpul-simpul transportasi, serta koridor-koridor jalan arteri; c. Mengembangkan kawasan industry yang tersebar di sepanjang Jaringan jalan Lintas Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan serta bandar udara sebagai bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup serta fungsi ekosistem; Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 75 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR d. Mengembangkan sebagian Kawasan Perkotaan Mebidangro yang menyelenggarakan fungsi pereknomian bersifat khusus yang terdiri atas satu atau beberapa zona pengolahan eksporm logistik, industry, pengembangan teknologi, pariwisata, energy, dan/atau ekonomi lainnya; dan e. Mengarahkan pengembangan perkotaan pada arah timur dan barat, dan mengendalikan pengembangan di kawasan pesisir dan perbukitan di bagian selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro. Selain itu, strategi peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai pemebnetuk strukutr ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara terdiri antara lain: a. Menetapkan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang di Kawasan Perkotaan Mebidangro; b. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal yang memadai dan didukung oleh Jaringan prasarana yang terpadu; c. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas internal yang memadai dari pemukiman; d. Mengembangkan lokasi kegiatan sektor informal terpadu dengan pusat-puat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan lingkungan; e. Memingkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan Mebidangro dengan kawasan perkotaan dan pedesaaan di sekitanrnya; dan f. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan pedesaan yang memiliki aksesibilitas internal. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 76 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Dari aspek peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan Jaringan parsarana transportasi, energy, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasaran perkotaan Kawasan Perkoitaan Mebidangro yang merata secara internasional, nasional, dan regional terdapat beberapa strategi antara lain: a. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan Jaringan transportasi perkotaan yang seimbang dan terpadu antara Jaringan jalan, jalur pedestrian, jalur sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan massal yang berbasis moda jalan, Jaringan jalur kereta api, transportasi laut, dan transportasu udara yang tidak mengganggu keutuhan kawasan lindung dan ekosistem yang bersifat unik atau bernilai konservasi tinggi; b. Meningkatkanm kualitas dan jangkauan pelayanan jarimgan energy listrik, minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro; c. Meningkatkan kuailtas dan jangkauan pelayanan Jaringan telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat kegiatan dan pemukiman di kawasan Perkotaan Mebidangro; d. Meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengolelolaan wilayah sungai secara terpadu; dan e. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 77 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Strategi peningkatan keterpaduan antar kegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan pedesaan sesuain dengan daya dukukng dan daya tampupng lingkungan terdiri dari: a. Menetapkan lokasi dan kegiatan budi daya yang meliputi pemukiman, pertanian, kelautan dan perikanan, transportasi,sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan negara, pariwisata, pertambangan, industry, dan hutan produksi dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungna; b. Mengembangkan kegiatan perkotaan yang meliputi pemukiman, perdagangan dan jasa, serta industry secara terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan; c. Menyeimbangkan pengembangan kegiatan dengan penyediaan pemukiman serta prasarana dan sarana, untuk mewujudkan pelayanan optimal serta lingkungan yang bersif dan sehat; d. Mengembnagkan kegiatan perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional dan local secara merata; e. Mengembangkan kegiatan industry yang memiliki keterkaitan dengan sumber bahan baku di kawasan sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar internasional, nasional, dan regional; f. Mempertahankan kegiatan pertanian produktif dan spesifik di pedesaan dengan memperhatikan dampak perkembangan kota dan konservasi air dan tanah; g. Menwajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan; Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 78 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan sesuai daya dukung lingkungan secara berkelanjutan dan mengutamakan masyarakat lokal; i. Mengendalikan pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk menjaga fungsi hidrogeologis daerah tangkapan air; j. Memanfaatkan wilayah pesisir serta perairan pantai untuk kegiatan transportasi, pariwisatam perikanan, dan pertambangan secara terpadu; k. Mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang berbasis mitigasi bencana dan adaptasi perubahan ilkim global; dan l. Mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko kingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai dengan keterntuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, strategi peningkatan fungsi, kualitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainhya di Kawasan Perkotaaan Mebidangro antara lain: a. Mewujudkan RTH paling sedikit 30% dari kawasan fungsional perkotaan dan mewujudkan hutan paling sedikit 30% dari setiap DAS dengan sebaran yang proporsional yang berada di Kawasan Perkotaan Mebidangro; b. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup berbasis wilayah sungai dan DAS; dan c. Merehabilitasi dan merevitalisasi kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan fungsi lindung. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 79 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Strategi peningkatan fungsi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di Kawasan Perkotaan Mebidangro antara lain: a. Menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara; b. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan c. Mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan pertahanana dan keamanan negrara dan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya. Lebih kanjut lagi, strategi peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro melalui kerjasama antar daerah, kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran masyarakat antara lain: a. Mengembangkan lembaga kerja sama antar daerah yang berfungsi untuk melakukan koordinasi, fasilitasi kerja sama, dan kemitraan dalama pemanfaatan ruang dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro; b. Meningkatkan integrasi dan sinkronisasi pembangunan antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota di Kawasan Perkotaaan Mebidangro; c. Meningkatkan promosi investasi di dalam dan luar negeri serta memanfaatkan kerja sama ekonomi sub regional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-MalaysiaThailand; dan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 80 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR d. Mendorong penguatan peran masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro melalui berbagai forum dan lembaga pendukung pengembangan Kawasan Perkotaan Mebidangro. Berdasarkan pada apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, maka dapat diambil kesimpulan yang relevan dengan rencana pengembangan Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur adalah berupa penguatan regulasi yang tidak saja terbatas pada Peraturan Daerah, namun juga hingga Peraturan Presiden yang memiliki hierarki lebih tinggi. Selain itu, strategi yang diharapkan muncul dari rencana pengembangan Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur seperti halnya apa yang telah tercakup, namun tidak menutup kemungkinan lebih dari apa yang telah ditetapkan di Kawasan Perkotaan Mebidangro yang meliputi penetapan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang, pengembangan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal yang memadai dan didukung oleh jaringan prasarana yang terpadu, pengembangan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas internal yang memadai dari pemukiman, pengembangan lokasi kegiatan sektor informal terpadu dengan pusatpusat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan lingkungan, peningkatan keterkaitan antar pusat kegiatan antara kawasan perkotaan dan pedesaaan di sekitanrnya, dan pengembangan pusat-pusat pelayanan yang memiliki aksesibilitas internal. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 81 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.4.2 Analisis SWOT Metropolitan Mebidangro Strengths (Kekuatan) Menjadi kawasan strategis dalam perekonomian nasional Weaknesses (Kelemahan) Terdapatnya kesenjangan pembangunan antar daerah Kawasan Pertumbuhan Strategis penduduk yang Nasional (KSN) tinggi Mebidangro telah ditetapkan melalui PERPRES No 62 Tahun 2011 Laju Banyaknya pertumbuhan kantungekonomi yang kantung baik kemiskinan, terutama di wilayah pesisir Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang memadai Opportunities (Kesempatan) Menjadi kawasan ekonomi terpadu yang komplit Threats (Hambatan) Bisa menyebabkan Perubahan fungsi lahan yang cepat Tersedianya kekayaan sumberdaya alam dan ketersediaan lahan Migrasi yang besar dapat terjadi ke Metropolitan Mebidangro Menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan Menjadi kawasan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Kurang optimalnya penggunaan sumberdaya yang ada Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 82 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Infrastruktur yang memadai 2016 menjadi pusat pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT Metropolitan Mebidangro merupakan salah satu metropolitan yang menjadi kawasan strategis dalam perekonomian nasional, hal ini diperkuat dengan PERPRES No 62 Tahun 2011. Kawasan ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur yang baik, serta sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang memadai. Kedepan wilayah metropolitan ini memiliki kesempatan untuk menjadi kawasan ekonomi terpadu yang komplit, menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan, menjadi kawasan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, serta menjadi pusat pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT. Namun dengan semua kelebihan yang ada di Metropolitan Mebidangro tersebut masih terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang ada. Kelemahan ini diantaranya ialah terdapatnya kesenjangan pembangunan antar daerah, banyaknya kantung-kantung kemiskinan, terutama di wilayah pesisir, serta pertumbuhan penduduk yang tinggi. Sementara itu untuk hambatan yang mungkin Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 83 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 akan terjadi ialah adanya perubahan fungsi lahan yang cepat, migrasi yang besar, serta kurang optimalnya penggunaan sumberdaya yang ada. 4.4.3 Metropolitan Gerbangkertasusilo Metropolitan Gerbang Kertosusilo merupakan Metropolitan yang patut dikaji karena perkembangannya sudah mulai dilakukan dan sudah meulai terlihat dampak pengembangan metropolitannya tersebut sehingga dapat ditarik beberapa pelajaran untuk pengembangan 3 Metropolitan di Jawa Barat ini. Jawa Timur memiliki Luas Wilayah 47.154 Km2 dengan kepadatan penduduk 807 jiwa/km2, Memiliki 38 Kab/Kota, 664 Kecamatan, 8.501 Desa/Kel. Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi yang terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 38.847.561, Laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,610%. Jawa Timur merupakan Center of Gravity Indonesia dengan posisi yang strategis karena berada di tengah-tengah nusantara, hal ini merupakan keuntungan bagi Jawa Timur. Tanjung Perak sebagai akses kapal-kapal petikemas untuk pendistribusian barang atau sebagai jalur dagang ke Pulau Sulawesi maupun Papua. Konektivitas antar wilayah yang baik juga cluster-cluster yang terbagi atas cluster industri pengeolahan gelang utara, cluster industri pengolahan Moker, cluster industri gempol dan cluster industri kalibaru. Perluasan Pusat Pertumbuhan di Jawa Timur adalah Segitiga Pertumbuhan Bonjonegoro Tuban Lamongan yang fokus pertumbuhannya berbasis kegiatan non pertanian, Perluasan Pertumbuhan maduraa sebagai pusat pertumbuan yang berbasis Agribisnis dan Minabisnis, kemudian terdapat 3 Perluasan pertumbuhan yaitu Perluasan pertumbuhan bagian barat, Perluasan pertumbuhan bagian tengah, dan perluasan pertumbuhan wilayah Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 84 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR bagian timur yang ketiga perluasan tersebut terfokus pada pertumbuhan berbasis Agribisnis. Makro Ekonomi Jawa Timur dilihat dari segi LPE tahun terakhir sebesar 5,44 % berada di atas LPE nasional dan LPE Jawa Barat. Dengan nilai ekspor yang didominasi oleh ekspor antar daerah sebesar 452,954 triliun rupiah dan 249,078 triliun rupiah. Gerbang Kertosusila adalah akronim dari Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan. Pembentukan Suatu wilayah Pembangunan (SWP) Gerbangkertosusila sendiri, menurut Perda Provinsi Jawa Timur No. 4/1996 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No. 47/1996 tentang RTRW nasional, bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar daerah. Wilayah Gerbang Kertosusila merupakan metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Gerbangkertosusilo juga mempunyai penduduk paling banyak kedua setelah Jabodetabek. Secara nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah memang sudah ditetapkan Megapolitan Gerbangkertasusila, namun untuk Rencana Tata Wilayah Jawa Timur, Gerbangkertasusila yang ditambah hingga ke Malang, Probolinggo dan Tuban. Akses dan aktifitas Gerbangkertasusilaa terbagi ke dalam beberapa macam Pusat Urban Metropolitan dan GKS. Pusat Urban Metropolitan Utara dengan industri, pertdagangan dan pendidikan, kesehatan dan pariwisata, dengan hubungan yang kuat kawasan ekonomi Surabaya, Lamongan, dan Pacitan/Brondong. Pusat Urban Metropolitan dari Pulau Madura untuk mengakomodasi kegiatan ekonominya, dengan aktivitas utama untuk agroindustri, Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 85 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 perdagangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata dan pemerintahan berada di Bangkalan. Surabaya sebagai Pusat Urban Utama, Pintu gerbang dan citgra kawasan untuk luar GKS. Pusat Regional untuk kegiatan politik, administratif, ekonomi dan sosial, dengan fungsi utama untuk bisnis, jasa, pendidikan, kesehatan, perdagangan, administrasi dan wisata-budaya. Lamongan sebagai Pusat Urban GKS untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi berbasis agrikultur, dengan hubungan kuat dengan Surabaya Pacitan/Brondong, Babat, Bonjonegoro, dengan dukungan kegiatan untuk perdagangan dan jasa, industri, kesehatan dan pariwisata. Mojokerto sebagai Pusat Urban GKS. Untuk mengakomodasi kawasan Mojokerto dan Jombang dengan hubungan kuat dengan Jombang dan Surabaya melalui jalan arteri, dengan kegiatan industri dan perdagangan yang didukung kegiatan pendidikan, pariwisata dan kesehatan. Terakhir, Gempol sebagai Pusat Metropolitan Urban dengan fungsi utama untuk industri dan perdagangan jasa, pendidkan, kesehatan dan pariwisata, dengan hubungan kuat dengan Surabaya dan Pasuruan untuk meningkatkan Ekonomi. Perkotaan Metropolitan Gerbangkertasusila merupakan kawasan perkotaan yang terdiri dari dua/lebih daerah otonom, terdiri dari 1 kota otonom (inti) dan kawasan perkotaan sekitarnya yang membentuk sistem fungsional dan kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk agregat melebihi 1 juta jiwa. Visi Pengembangan GKS adalah mewujudkan GKS sebagai Pusat Perkembangan Berkelanjutan bertaraf Global melalui pengembangan Gerbang Ekonomi dan Logistik Dunia, serta menciptakan kawasan metropolitan yang Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 86 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Pintar dan Hijau. Skenario Perkembangan Ekonomi (GRDP/PDRB) dibagi menjadi 2 sekenario yakni : - Skenario A: Tidak ada perubahan posisi ekonomis GKS dalam negeri - Skenario B: Pertumbuhan ekonomis GKS akan meningkat sehingga menjadi ekonomi unggulan dalam negeri dengan dasar GKS akan menuju perkembangan nasional yang lebih adil dan merata dan GKS dilengkapi potensi pertumbuhan yang memadai serta sumber daya yang dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi. Skenario dan Strategi Urbanisasi salah satunya Compact Eco-City merupakan salah satu konsep yang harus diterapkan karena tidak hanya megapolitan yang padat tapi juga mempertimbangkan hal-hal ekologis dan ekonomisnya, sehingga pada konten yang seperti itu ruang tata kota masih terasa nyaman, mobilitas juga masih tinggi kemudian industri yang ada di sekitarnya yang mendukung pusat industri sekarang masih ada perkembangannya. Ada beberapa upaya dalam menciptakan Compact Eco-City yakni dengan : - Urbanisasi Intensif dalam radius 20 km area metropolitan serta pusat-pusat pemukiman yang potensial. - Pengembangan Sub-Pusat dengan Sistem Transportasi Berbasis Rel: Sub-pusat perkotaan yang multi-fungsi dengan sistem kereta komuter metropolitan (akan dikembangkan) - Sistem Transit Umum: Jaringan Transportasi perkotaan yang komprehensif (Rail,MRT dan BRT) Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 87 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Faktor-faktor yang dianalisis dalam evaluasi tata guna lahan dengan mengurangi faktor penghambat dengan faktor potensial dimana yang termasuk sebagai faktor penghambat adalah area konservasi, area tangkap air, hutan lindung, hutan produksi, stabilitas lahan, dan perairan/rawa/kolam ikan sedangkan yang termasuk sebagai faktor potensial adalah akses terhadap transportasi berbasis rel, akses terhadap pusat-pusat perkotaan, akses terhadap jalan, akses terhadap bus, akses terhadap pelabuhan/lapangan udara dan proyek proyek. Dasar rancangan penggunaan lahan yakni : a. Hutan lindung : Hendaknya tetap dilindungi dengan penegakan hukum b. Area Rawan Lingkungan (ESAs) akan diidentifikasi dan dikelola dengan kebijakan-kebijakan khusus. c. Area Konservasi: termasuk wilayah-wilayah rawa, rawan-banjir, pesisir, tambang garam dan wilayah semburan lumpur Lapindo, harus dilindungi dari kegiatan-kegiatan pembangunan kota. d. Konversi lahan dari Area Irigasi : menjadi laha utnuk keperluan kota harus diminimalisir untuk mengurangi desakan urbanisasi. e. Lahan Agrikultur: Untuk kegiatan-kegiatan yang lebih variatif dan multi-guna, termasuk peternakan di daerah bangkalan dan mojokerto. f. Pola Penggunaan Lahan yang akan dihijaukan : hendaknya lebih digalakan dibanding pola urbanisasi. Strategi dalam Pengembangan ekonomi adalah dengan pemasaran yang efektif, salah satunya dengan mengoptimalkan pasar domestik dengan menggunakan Kantor Perwakilan Dagang sebagai fasilitatior. Dengan harapan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 88 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 menambang para wirausaha untuk memiliki akses ke luar pasar Jawa Timur, ketika ekspor harga perjalanan dapat di bagi dua dengan Pewakilan Dagang. Disamping melalui hubungan bilateral, lingkage hubungan perdagangan komoditas jatim yang terdistribusi ke KPD Papua dan KPD NTT diekspor ke Australia seperti palm oil, australia dapat pula mengekspor langsung ke jatim seperti Sapi. Pengembangan kawasan metropolitan berbasis Ekologi : kawasan hutan lindung di Jawa Timur ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha. Hutan lindung di Gerbangkertasusila beada di bangkalan, lamongan dan mojokerto, Tahura R. Soerjo dengan luas total sekurang-kurangnya 27.868 Ha. Selain itu Tahura R. Soerjo merupakan kawasan rawan bencana kebaran hutan. Kawasan sekitar Gunung arjuno-welirang. Selain itu Gunung Arjuna merupakan kawasan Rawan Bencana kebakaran Hutan. Pengawalan terhadap penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan RTH perkotaan. Rencana LP2B terhutang dalam Perda RTRW Kab/Kota Pemerintah Kab/Kota memiliki wewenan dalam menetapkan LP2B dengan menetapkan lokasi pada Rencana Rinci Tata Ruang. Keriteria lahan yang ditetapkan sebagai LP2B yaitu seluruh hamparan lahan penghasil tanaman pangan (tidak hanya sawah padi) Ladang, Sawah Pasang Surut, Sawah Lahan Basah/Kering. Upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu fasilitasi dan koordinasi penetapan LP2B dalam Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi, Penyusunan SOP Penyelenggaraan LP2B di Jawa Timur, Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 89 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Fasilitasi Penyediaan Peta dasar 1 : 5.000 sebagai basis penetapan LP2B dan dukungan kebijakan insentif pendukung LP2B. Pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa skala nasional dan internasional dengan pemantapan kawasan perdagangan dan jasa yang telah secara terintegratif dan upaya percepatan pengembangan kawasan kaki jembatan suramadu sisi madura sebagai titik pertumbuhan perekonomian pulau madura khususnya dan jawa timur pada umumnya melalui pengembangan kawasan perdagangan dan jasa serta industri. Konsep Pengembangan Struktur Ruang di Gerbangkertasusila dengan rancangan konsep pendekatan pemerataan pertumbuhan melalui penyebaran pusat kegiatan guna mengurangi kepadatan di satu wilayah, maka perlu dilakukan penyebaran pusat kegiatan dilokasi lain. Pendekatan penyebaran pusat kegiatan selanjutnya dapat menghubungkan diaplikasikan pusat kegiatan di wilayah antar Gerbangkertasusila kabupaten/kota di dengan wilayah Gerbangkertasusila. Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila adalah pengembangan kawasan permukiman dan kegiatan perkotaan pada koridor transportasi serta pengendalian kawasan hijau)zona pertanian/perkebunan/sawah irigasi/hutan) dan pembangunan koridor hijau pendukung infrastruktur perkotaan. Jatim sedang mengoptimalkan modal sosial sama seperti Jawa Barat dengan penduduk yang sangat banyak yaitu bagaimana mengendalikan arus – arus migrasi. Dan Jawa Barat baru dalam pengembangan Metropolitannya sementara Jawa Timur sudah secara rinci dalam perhitungannya hingga tahun 2030. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 90 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Dalam investasi Industri-Industri Besar Kepala Daerah memiliki 4 jaminan yakni adalah ketersediaan lahan disana tersediaa kepastian rencana tata ruangnya, Buruh yang demokratis, perizinan yang cepat/mudah. singapura sebagai tolak ukur bagaimana kemudahan perizinan investasi itu ditindak lanjut dan tidak boleh ada pungutan biaya dalam perizinannya, Jawa Timur memiliki unit reaksi cepat dalam melayani perizinan. terakhir merupakan jaminan ketersediaan jaringan listrik karena faktor ini merupakan faktor kendala yang paling besar.Jawa Timur memiliki peta produk sehingga jika ada investor yang masuk sudah tau dimana daerah yang tepat melakukan investasi tersebut. Dalam perizinan mimiliki standar paling lama 3 hari dan dari luar negeri maximal 1 minggu, tidak untuk menutup akses bila mana investor hanya mengirimkan blangko-blangko. 4.4.4 Analisis SWOT Metropolitan Gerbangkertosusilo Strengths (Kekuatan) Aglomerasi ekonomi terbesar ke-dua di Indonesia Weaknesses (Kelemahan) Sumberdaya air yang rentan Memiliki Masalah potensi yang kekurangan air tinggi di bidang yang cukup agrikultur dan kronis pada perikanan musim kemarau dengan irigasi yang luas Opportunities (Kesempatan) Menjadi pusat perdagangan, industri dan logistik yang dikenal dunia dan menarik investor baik dalam maupun luar negeri Menjadi area terdepan untuk industry supply makanan, agribisnis, dan pengolahan produk Threats (Hambatan) Konversi lahan illegal dari hutan dan lahan agrikultur menjadi perumahan dan penggunaan lahan perkotaan Kerusakan Kritis pada kapasitas sumber daya air dan krisis pasokan air pada kegiatan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 91 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR pertanian. pertanian, industri dan aktivitas perkotaan Memiliki pelabuhan dan bandara yang terhubung dengan pasar dunia Kemacetan di Surabaya dan sekitarnya, sehingga menyebabkan kerugian ekonomi setiap hari yang cukup besar Menjadi pusat SDM untuk mendukung nilai tambah ekonomi melalui layanan perdagangan, keuangan, dan pariwisata Laju urbanisasi yang cepat, menyebabkan ketidakmerataan distribusi penduduk, perumahan kumuh, dan kekurangan fasilitas pelyanan publik Terdapat jembatan Suramadu sebagai gerbang utama menuju Pulau Madura Fungsi pelabuhan logistik sebagai penunjang ekonomi Surabaya telah mencapai kapasitas maksimum dan pasokan listrik yang tidak stabil Menjadi salah satu pelabuhan Asia, sebagai pelabuhan laut dalam yang berfungsi dengan baik untuk terminal peti kemas. Meningkatnya disekonomis "aglomerasi", karena kemacetan dan kerusakan lingkungan, dengan demikian menyebabkan kehilangan kesempatan pertumbuhan. Ketersediaan SDM yang teredukasi dan tenaga kerja yang terampil pada industri cottage Terdapat banyak daerah rawan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 92 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Kebijakan khusus dari pemerintah untuk ketentuan infrastruktur Secara keseluruhan, air tanah terdegradasi dikarenakan kurangnya sistem pembuangan limbah Lemahnya peran pemerintah dalam penegakan hukum dan administrasi investasi Sebagai metropolitan dengan aglomerasi ekonomi terbesar ke-dua di Indonesia, Metropolitan Gerbangkertosusilo merupakan wilayah yang memiliki kekuatan yang tinggi di bidang agrikultur dan perikanan dengan irigasi yang luas. Faktor lain yang menjadikan kekuatan dari metropolitan ini adalah ketersediaan SDM yang ter-edukasi dan tenaga kerja yang terampil pada industri cottage, dan adanya kebijakan khusus dari pemerintah untuk ketentuan infrastruktur. Potensi lain yang bisa dikembangkan dari Metropolitan Gerbangkertosusilo ini adalah menjadi pusat perdagangan, industri dan logistik yang dikenal dunia dan menarik investor baik dalam maupun luar negeri, menjadi area terdepan untuk industry supply makanan, agrobisnis, dan pengolahan produk pertanian, menjadi pusat SDM untuk mendukung nilai tambah ekonomi melalui layanan perdagangan, keuangan, dan pariwisata, serta menjadi salah satu Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 93 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR pelabuhan Asia, sebagai pelabuhan laut dalam yang berfungsi dengan baik untuk terminal peti kemas. Akan tetapi dengan besarnya kekuatan dan potensi yang ada di Metropolitan Gerbangkertosusilo, tidak semata-mata menjadikan mertopolitan ini tanpa kelemahan dan hambatan. Kelemahan yang terdapat di wilayah ini diantaranya ialah sumberdaya air yang rentan, banyak daerah rawan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, kemacetan di Surabaya dan sekitarnya yang menyebabkan kerugian ekonomi setiap hari yang cukup besar, fungsi pelabuhan logistik sebagai penunjang ekonomi Surabaya telah mencapai kapasitas maksimum dan pasokan listrik yang tidak stabil, serta lemahnya peran pemerintah dalam penegakan hukum dan administrasi investasi. Sementara itu untuk hambatan yang terdapat di Metropolitan Gerbangkertosusilo ini diantaranya ialah terjadinya kerusakan kritis pada kapasitas sumber daya air dan krisis pasokan air pada kegiatan pertanian, industri dan aktivitas perkotaan, konversi lahan illegal dari hutan dan lahan agrikultur menjadi perumahan dan penggunaan lahan perkotaan, laju urbanisasi yang cepat sehingga menyebabkan ketidakmerataan distribusi penduduk, perumahan kumuh, dan kekurangan fasilitas pelyanan publik, serta meningkatnya disekonomis "aglomerasi". Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 94 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.4.5 Metropolitan Sarbagita Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Metropolitan Sarbagita, tulang punggung perekonomian Provinsi Bali adalah Sarbagita. Selain itu Sarbagita juga merupakan salah satu pusat perkembangan nasional dengan 3 sektor utama yaitu pariwisata, pertanian, dan industri pendukung pariwisata. Struktur sosial budaya masyarakat yang dipengaruhi tata kehidupan agama Hindu (Tri Hita Kirana) telah membentuk Sarbagita menjadi metropolitan dengan karakteristik tersendiri. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Menetapkan Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dalam kaitannya dengan fungsi kawasan sebagai PKN, maka berdasarkan pasal 14 PP RTRWN, terkait dengan penetapan kriteria PKN, maka kawasan berpotensi sebagai pintu gerbang internasional kepariwisataan. Dengan demikian, simpul utama skala transportasi nasional menjadi aspek yang mendukung penetapan tersebut. Metropolitan yang kini disandang oleh Sarbagita (Denpasar, Badung,Gianyar, Tabanan) masih menjadi polemik. Namun perkembangan saat ini yang terjadi di ProvinsiBali telah menunjukkan gejala terbentuknya metropolitan. Perkembangan kota-kota yang menyatu dengan jumlah penduduk mencapai 1 juta jiwa, merupakan gejala yang paling signifikan terjadi Dalam mengembangkan Metropolitan Sarbagita Pemerintah Provinsi Bali masih mempertahankan sektor pertanian sebesar 60 persen, yang dimobilasasi oleh subak yaitu organisasi kemasyarakatan yang secara khusus mengatur sistem perairan sawah. Selain itu, sektor perekonomian Kawasan Sarbagita lebih Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 95 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 kompetitif dibandingkan dengan Provinsi Bali, yaitu tercatat sekitar 38,69 persen lebih tinggi atau sekitar Rp788 miliar. Sarbagita sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), tidak secara otomatis membuat masingmasing kota yang ada di dalamnya menjadi PKN, Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bali, terdapat aturan yang menyebutkan bahwa bangunan yang terdapat di Bali tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa, yang dalam hal ini diasumsikan menjadi 15 meter. Peningkatan pelaksanaan penataan ruang kawasan metropolitan Sarbagita, mempertimbangkan adanya aspek-aspek lokal yang terdapat di Provinsi Bali. Seperti kawasan perlindungan setempat, kawasan tempat suci yaitu mencakup danau, gunung, dan sungai, dan tempat suci yang mencakup tempat ibadah agama Hindu. Selain itu harus ada strategi yang tegas dalam peningkatan pelaksanaan penataan ruang kawasan metropolitan Sarbagita khususnya aspek budaya yang sangat kental di Bali.Role Sharing swasta dan masyarakat dalam mengisi ruang sangat dipertimbangkan oleh pemerintah, karena Kawasan Sarbagita merupakan KSN. Terbentuknya wujud fisik Kawasan Perkotaan Sarbagita disebabkan oleh adanya kegiatan perkotaan yang secara fisik menyatu akibat kedekatan pusatpusat perkotaan di Denpasar, Gianyar dengan pusat perkotaan Gianyar dan Ubud, Badung dengan kawasan Kuta dan Kota Semarapura yang akan dikembangkan, juga Tabanan dengan pusat perkotaan Kediri. Tampilan fisik dan aktivitas perkotaan sangat menyatu, terutama pada jalan-jalan utama yang menghubungkan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 96 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 pusat-pusat kegiatan tersebut. Hubungan ini ditandai dengan makin maraknya perkembangan kegiatan pemukiman, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan pariwisata dan penunjangnya, serta kegiatan penunjang kegiatan perkotaan lainnya.Kedekatan antar pusat kegiatan tersebut menyebabkan kecenderungan pola penglaju (commuter) antara Kota Denpasar dengan kawasan sekitarnya (Kuta, Nusa Dua, Tabanan, Gianyar, Ubud). Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita adalah mewujudkan kawasan yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan, sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata bertaraf internasional, yang berjati diri budaya Bali dan berlandaskan Tri Hita Karana. Terdapat empat kebijakan utama dalam penataan ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita, yaitu: satu, Pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat kegiatan yang mendukung fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf internasional; dua, Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana; tiga, Peningkatan fungsi dan perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan Negara; empat, Pelestarian alam dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata bertaraf internasional yang berjati diri budaya Bali. Mengingat karakteristik budaya Bali yang yang sangat kuat, maka ada halhal non-teknis yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan ini. Karena itu, diperlukan dibentuknya arahan peraturan zonasi, yang merupakan ketentuan umum untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan berjati diri budaya Bali. Arahan peraturan zonasi ini meliputi: Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 97 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR a. Penerapan konsep cathus patha, hulu – teben, tri mandala, sebagai dasar penetapan struktur ruang utama dan arah orientasi ruang kota. b. Perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan suci dan kawasan tempat suci. c. Penerapan konsep karang bengang atau ruang terbuka berupa lahan pertanian yang dikelola subak sebagai mpenyangga. d. Pengintegrasian dan harmonisasi pemanfaatan jalur-jalur jalan utama kawasan perkotaan untuk kegiatan prosesi ritual keagamaan dan budaya. e. Penerapan ketentuan umum ketinggian bangunan setinggi-tingginya 15 meter. f. Penerapan wujud lansekap dan tata bangunan yang bercirikan arsitektur tradisional Bali. Indikasi Program Utama Tahunan : a. Jalan Bebas Hambatan Benoa – Bandar Udara Ngurah Rai b. Pelabuhan Internasional Benoa – Pengembangan, peningkatan, dan pemantapan Pelabuhan c. Banda Udara International Ngurah Rai – Pengembangan, Peningkatan, Bandar Udara International Ngurah Rai. d. Bandar Udara International Ngurah Rai – Pengembangan, Peningkatan, dan Pemantapan Pembangkit Tenaga Listrik Terwujudnya rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita tentu saja tak luput dari pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita itu sendiri. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati atau Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 98 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Sarbagita oleh Menteri dapat dilaksanakan oleh Gubernur melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan. Dalam rangka pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita, Gubernur dapat membentuk suatu badan dan/atau lembaga pengelola, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang disetujui oleh Menteri. Pembentukan tugas, susunan organisasi, dan tata kerja, serta pembiayaan badan pengelola diatur oleh Gubernur. Arahan Perizinan Arahan Insentif dan Disinsentif Arahan Sanksi Arahan Perizinan merupakan acuan dalam pemberian Izin pemanfaatan ruang Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruang dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten atau kota sesuai peraturan zonasinya yang didasarkan pada rencana tata ruang kawasan perkotaan Serbagita sebagaimana diatur dalam peraturan Presiden Ini. Setiap pemanfaatan lahan atau ruang di wilayah metropolitan harus mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan masing-masing sector/bidang yang mengatur jenis kegiatan pemanfaatan ruang yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan sector/bidang terkait. Arahan insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah dan pemerintah daerah sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang kawasan perkotaan Serbagita. Insentif dan disinsentif di wilayah sarbagita dapat diberikan oleh: e. Pemerintah kepada pemerintah daerah; f. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya g. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 99 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Bentuk, nilai, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif ditetapkan berdasarkan keputusan bersama dalam kerangka kerjasama antar daerah Arahan sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.Pengenaan sanksi diberikan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota beserta rinci tata ruang dan peraturan zonasinya yang didasarkan pada RTR Kawasan Sarbagita. Pesatnya pembangunan pariwisata di Bali tidak hanya menimbulkan dampak positif seperti peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejasteraan tetapi juga menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan dan pengalihan fungsilahan terutama lahan pertanian yang dijadikan sebagai tempat pengembanganfasilitas dan sarana pariwisata seperti hotel, restoran, objek wisata dan lain-lain. Pengembangan pariwisata di Bali telah berkontribusi banyak terhadap kerusakandan keseimbangan lingkungan khususnya pembangunan pariwisata yangmemanfaatkan lahan pertanian baik lahan basah maupun kering. Di KawasanSeminyak-Kabupaten Badung, banyak lahan pertanian sawah telah dialihkanfungsinya untuk pembangunan fasilitas pariwisata seperti hotel, villa, bungalowart shop dan lain-lain. Pembangunan sarana-sarana di wilayah metropolitan serbagita secara otomatis meningkatkan sistem penyaluran atau distribusi air terhalangi oleh Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 100 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR beton-beton yang melintang dengan kokoh di wilayah tersebut yang mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan baik ke seluruh areal persawahan. terhambatnya saluran air di daerah tersebut juga telah mengakibatkan masalah baru banjir khususnya pada musim hujan. Pemanfaatan lahan pertanian untuk kepentingan pariwisata juga telah mengakibatkan kesenjangan antara industri pariwisata dengan pertanian.Permasalahan ini dilatarbelakangi oleh tidak seimbangnya pembagian hasil pemanfaatan pertanian untuk kepentingan pariwisata. Kasus pemasangan sengagar nampak berkilau di areal persawahan warga yang terjadi di (ekingKabupaten gianyar merupakan bukti nyata yang menggambarkan ketidakharmonisan hubungan antara petani dan industri pariwisata. Sawah wargayang elok dan indah dijadikan pemandangan bagi sejumlah restoran, cafe danhotel, tetapi petani yang memiliki sawah yang indah tersebut tidak mendapatkankeuntungan sehubungan dengan pemanfaatan sawah dan aktivitas pertaniannyasebagai atraksi wisata. Kekesalan petani pemilik sawah tersebut berujung pada pemasangan seng di sawahnya yang mengakibatkan wisatawan mengeluh karenatidak dapat melihat pemandangan yang indah sebagaimana yang dijanjikan. World Tourism Organisation telah menggariskan kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menitik beratkan pada tiga hal yaitukeberlanjutan alam, sosial dan budaya, dan ekonomi. Konsep ini secara jelasmenjabarkan bahwa pengembangan pariwisata tidak boleh merusak Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 101 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 alam,lingkungan, dan lahan terutama lahan pertanian. agrotourism merupakan mode yang akan di kembangkan. Dalam mengembangkan bali tahun 2016 kami juga akan merencanakan untuk melaksanakan pembangunan stadion internasional di bali yang akan di biaya oleh investor dari jepang, yang akan mengahbiskan biaya sekitar 2-3 triliun, dalam mekanisme nya pemerintah harus memberikan jaminan dari APBN, setadion ini nantinya akan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar stadion. Untuk meningkatkan ekonomi dan untuk mengurangi aglomerasi penduduk di kawasan metropolitan pemerintah bali berencana akan melaksanakan reklamasi teluk benoa, Project Nusa Benoa berlokasi di sisi selatan Bali, yang berada pada posisi strategis di zona pemanfaatan dengan dikelilingi hutan mangrove dan salah satu pusat wisata bahari terpopuler di Bali menjadikan Reklamasi di Teluk Benoa seluas 700 ha dari luas wilayah keseluruhan Revitalisasi 2800 ha menjadi suatu terobosan bagi kemajuan di Bali. Dalam mendukung kemudahan aksesibiltas dikawasan metropolitan sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) pemerintah provinsi bali membuat saranan transportasi bus trans sarbagita selain itu akan membuat akses kereta api yang menghubungkan kawasan metropolitan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 102 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 4.4.6 Analisis SWOT Metropolitan Sarbagita Strengths Weaknesses (Kekuatan) (Kelemahan) Sektor Belum adanya perekonomian transportasi Kawasan massal yang Sarbagita lebih memadai dan kompetitif modern dibandingkan dengan Provinsi Bali Metropolitan Sering Sarbagita terjadinya merupakan kemacetan di salah satu pusat wilayah perkembangan Kabupaten nasional dengan Badung dan 3 sektor utama Kota Denpasar yaitu pariwisata, pertanian, dan industri pendukung pariwisata Potensi industri Melonjaknya pariwisata dan jumlah investasi yang penduduk berkembang dengan pesat Bertambah majunya tingkat sosial ekonomi masyarakat setempat Opportunities (Kesempatan) Jaringan transportasi umum terluas di Propinsi Bali dan juga menjadi kawasan yang jauh lebih berkembang dari pada wilayah lainnya Metropolitan Sarbagita sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) Threats (Hambatan) Pertumbuhan penduduk yang tinggi Menjadi kota satelit untuk Kota Denpasar dan kota lainnya Dapat meningkatkan jumlah migrasi yang besar ke Metropolitan Sarbagita Perubahan fungsi lahan yang cepat Menjadi metropolitan dengan karakteristik tersendiri sesuai kondisi sosial budaya Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 103 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 masyarakat setempat Kegiatan pariwisata bertaraf internasional dan pertanian yang berjati diri Budaya Bali Metropolitan Sarbagita terletak di wilayah kepulauan Bali, hal ini merupakan sisi positif yang bisa dimanfaatkan dari Metropolitan Sarbagita. Selain itu sektor perekonomian di Kawasan Sarbagita lebih kompetitif dibandingkan dengan Provinsi Bali. Metropolitan Sarbagita juga menjadi salah satu pusat perkembangan nasional di tiga sektor utama yaitu pariwisata, pertanian, dan industri pendukung pariwisata. Potensi industri pariwisata dan investasi di wilayah metropolitan ini berkembang dengan pesat sehingga berdampak terhadap majunya tingkat sosial ekonomi masyarakat setempat. Kegiatan pariwisata bertaraf internasional dan pertanian yang berjati diri budaya Bali juga merupakan salah satu kekuatan yang ada di wilayah metropolitan ini. Selain itu potensi lain yang dapat mendukung juga adalah sebagai kota satelit untuk Kota Denpasar dan kota lainnya. Kelemahan yang terdapat di Metropolitan Sarbagita diantaranya ialah belum adanya transportasi massal yang memadai dan modern, sering terjadinya kemacetan di wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, serta melonjaknya jumlah penduduk di metropolitan ini. Sebagai wilayah metropolitan tentunya sarana transportasi massal merupakan hal yang pokok yang harus ada. Sementara itu untuk hambatan yang mungkin akan terjadi di Metropolitan Sarbagita ialah Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 104 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 terjadinya perubahan fungsi lahan yang cepat, serta dapat meningkatkan jumlah migrasi yang besar ke Metropolitan Sarbagita. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 105 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR BAB V KEBUTUHAN INVESTASI DI WILAYAH BODEBEKKARPUR 5.1 Analisis Investasi Jawa Barat dan Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur 5.1.1 Analisis Investasi Jawa Barat Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan suatu daerah. Dengan adanya kegiatan investasi di suatu daerah memungkinkan kegiatan masyarakat dalam perekonomian akan terus meningkat. Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru, yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian, Investasi merupakan bagian terpenting dalam pembentukan modal daerah. Investasi domestik akan menentukan optimal tidaknya pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah. Oleh sebab itu, setiap daerah harus selalu mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ekonomi yang dimilikinya. Pengembangan investasi daerah merupakan kebijakan yang membawa dampak ekonomi cukup luas, yaitu terjadinya peningkatan jumlah barang dan jasa, penciptaan nilai tambah, peggunaan tenaga kerja, dan sumber daya ekonomi lainnya, peningkatan pendapatan masyarakat, serta sebagai sumber pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi daerah. Peningkatan investasi di daerah, selain untuk meningkatkan kapasitas ekonomi daerah secara langsung Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR akan 106 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum, juga akan berdampak positif bagi peningkatan kapasitas fiskal daerah. Provinsi Jawa Barat masih merupakan lokasi yang paling diminati calon investor asing maupun domestik, selain karena dukungan jarak tempuh ke Ibu Kota juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang kompeten didukung pula dengan kondisi infrastruktur yang cukup baik. Kontribusi investasi di Jawa Barat sangat besar terhadap perkembangan investasi nasional, hal ini dapat dilihat dari besarnya rasio perkembangan investasi di Jawa Barat baik dilihat dari besarnya PMA maupun PMDN terhadap total PMA dan PMDN Indonesia. Bila dilihat dari Tabel 5.1, nilai komulatif realisasi investasi selama periode 2011 – 2015 yang bersumber dari PMDN dan PMA yang direalisasikan oleh para investor di 27 Kabupaten/Kota dengan jumlah investasi sebesar 425.361.573 juta rupiah yang terdiri dari realisasi PMDN sebesar 137.038.167 juta rupiah dan realisasi PMA sebesar 288.323.406 juta rupiah. Dilihat dari ratarata porsi pertahun, porsi PMA terhadap total investasi sebesar 66,5% sementara porsi PMDN hanya 33,5%. Besarnya porsi PMA terhadap total investasi di Jawa Barat memposisikan minat investasi PMA Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 107 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Peringkat 5 besar Kapupaten/Kota, yang paling diminati oleh para investor PMA/PMDN dalam merealisasikan kegiatan usaha atau proyeknya adalah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kota bandung, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta. Lokasi yang paling besar jumlah investasi PMA dan PMDN di Jawa Barat selama 5 tahun terakhir terpusat di Kabupaten Bekasi dengan realisasi PMA sebesar 96.076.061 juta rupiah dan PMDN sebesar 24.505.671 juta rupiah. Struktur perkembangan nilai realisasi investasi di Jawa Barat selama periode 2011 – 2015 mengalami perekembangan yang berpluaktuatif. Dalam periode tersebut pertumbuhan realisasi investasi terbesar terjadi pada tahun 2013 dengan total investasi 67.500.904 juta rupiah atau meningkat sebesar 77,52% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi tersebut di dorong oleh pertumbuhan PMA sebesar 84, 14% dan pertumbuhan PMDN 62,37%. Sementara pertumbuhan investasi terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu hanya sebesar 8,06%. Rendahnya pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh turunnya pertumbuhan PMA sebesar 11,56%. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 108 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Tabel 5.1 Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 2015 (Dalam Juta Rupiah) Pertumbuhan Total Investasi PMDN 2011 48.751.177 7.305.546 41.445.631 2012 52.680.541 16.023.987 36.656.554 8,06 119,34 2013 93.518.910 26.018.005 67.500.905 77,52 2014 108.893.993 37.907.605 70.986.388 2015 121.516.953 49.783.024 71.733.929 Total 425.361.573 137.038.167 288.323.406 Ratarata 85.072.315 27.407.633 57.664.681 Tahun (%) PMDN PMA 100,00 14,99 85,01 11,56 100,00 30,42 69,58 62,37 84,14 100,00 27,82 72,18 16,44 45,70 5,16 100,00 34,81 65,19 11,59 31,33 1,05 100,00 40,97 59,03 28,40 64,68 19,70 100,00 33,50 66,50 PMA Total Investasi (%) PMDN Proporsi PMA Total Investasi Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah) Meskipun sebagian besar nilai investasi dalam bentuk PMA, namun dilihat dari jumlah proyek investasi di Jawa Barat lebih banyak pada proyek PMDN dibandingkan dengan PMA. Seperti dilihat pada tabel 5.2, selama periode tahun 2011 – 2015 jumlah proyek investasi dan tenaga kerja pada investasi PMDN sebanyak 85.046 proyek dan 491.584 tenaga kerja sedangkan jumlah proyek investasi dan tenaga kerja pada investasi PMA sebanyak 10.449 proyek dan 1.477.702 tenaga kerja. Artinya nilai investasi dari setiap proyek PMDN lebih kecil dari nilai investasi dari setiap proyek PMA. Oleh karena rata-rata nilai Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 109 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR investasi proyek PMA lebih besar dari rata-rata nilai investasi proyek PMDN maka jumlah tenaga kerja yang terserap di proyek PMA lebih besar dari tenaga kerja yang terserap di proyek PMDN. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan investasi adalah meningkatkan kegiatan perekonomian diantaranya meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Bila dilihat dari korelasi atau hubungan antara besarnya perkembangan nilai investasi dengan dengan jumlah proyek yang tercipta mempunyai hubungan yang linier, tetapi bila dilihat dari perkembangan nilai investasi dengan penyerapan tenaga kerja tidak memiliki hubungan yang linier. Sebagai ilustrasi dapat dilihat dari fakta yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2012 pertumbuhan investasi hanya 8,06% dengan nilai total investasi sebesar 52.680.540 juta rupiah dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 448.619 orang, sementara pada tahun 2013 pertumbuhan investasi tertinggi yaitu 77,52% dengan total investasi 93.518.909 juta rupiah hanya hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 379.130 orang. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 110 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Tabel 5.2 Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 2015 Total Investasi Tahun PMDN PMA Proyek Tenaga Kerja Proyek Tenaga Kerja Proyek Tenaga Kerja 2011 767 396.710 150 115.997 617 280.713 2012 1.018 448.619 227 93.238 791 355.381 2013 31.709 379.130 30.169 88.223 1.540 290.907 2014 24.788 395.450 22.395 84.797 2.393 310.653 2015 37.213 349.377 32.105 109.329 5.108 240.048 Total 95.495 1.969.286 85.046 491.584 10.449 1.477.702 Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah) Jenis usaha yang paling diminati investor baik PMA maupun PMDN di Jawa Barat adalah sektor sekunder. Dari tabel 5.3 menunjukkan pada tahun 2015 saja porsi investasi sektor sekunder mencapai 53,75%, sektor tersier 44,42% dan sektor primer hanya 1,83%. Investasi terbesar pada sektor sekunder adalah investasi pada jenis sektor atau lapangan usaha industri kertas dan percetakan serta industri makanan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 111 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Tabel 5.3 Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 - 2015 Sektor (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Primer 0.39 0.63 0.34 0.97 1.83 Sekunder 52.46 84.88 77.48 55.20 53.75 Tersier 47.15 14.49 22.17 43.83 44.42 Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah) Jumlah PMA dan PMDN terbesar pada sektor sekunder setiap tahunnya terjadi perubahan. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah realisasi investasi terbesar dan jumlah tenaga kerja terbanyak berada pada sektor industri logam, mesin dan elektronik, selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 jumlah realisasi investasi terbesar dan jumlah tenaga yang terserap paling banyak pada sektor industri kendaraan bermotor dan industri logam, mesin dan elektronik. Pada tahun 2015 terjadi perubahan komposisi besarnya investasi, yang biasanya didominasi oleh sektor industri logam, mesin, elektronik dan sektor industri kendaraan bermotor, investasi dan jumlah tenaga kerja terbesar pada tahun 2015 terjadi pada sektor industri makanan dan dan industri kertas. Banyak faktor internal dan eksternal yang mengakibatkan rendahnya atau tidak menentukan pertumbuhan PMA. Faktor yang bersifat eksternal biasanya pemerintah sering kesulitan untuk mengendalikannya, berbeda dengan pengendalian faktor internal pemerintah akan lebih mudah untuk memaksimalkan peran dan posisinya sebagai penentu kemana arah pembangunan ekonomi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 112 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 diarahkan dengan kewenangan regulatorynya dan fasilitasinya. Iklim usaha dan investasi yang kondusif merupakan faktor terpenting dalam menyelenggarakan kegiatan usaha. Pola optimum investasi sebagian besar tergantung pada iklim investasi yang tersedia di daerah tersebut dan pada produktivitas marginal sosial dari berbagai jenis investasi, sehingga jenis investasi apapun yang masuk harus mengacu kepada perencanaan dan kebijakan yang sudah dibuat, dan sedapat mungkin diarahkan kepada penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan sarana produksi. Ada sejumlah faktor yang sangat berpengaruh pada baik-tidaknya iklim berinvestasi di Jawa Barat. Faktor-faktor tersebut tidak hanya menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu perburuhan), regulasi dan perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good governance termasuk korupsi, konsistensi dan kepastian dalam kebijakan pemerintah yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keuntungan neto atas biaya resiko jangka panjang dari kegiatan investasi. Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD, 2005) terdapat lima indikator yang menentukan daya tarik investor untuk masuk ke dalam suatu daerah, diantaranya sebagai berikut ; Kelembagaan, Keamanan Politik Sosial Budaya, Ekonomi Daerah, Tenaga Kerja, dan Infrastruktur Fisik. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 113 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Selain indikator-indikator menurut KPPOD yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat pula pandangan mengenai kemudahan berbisnis di Indonesia menurut World Bank yang terbagi dalam sepuluh kriteria, yaitu sebagai berikut ; Kemudahan memulai usaha, Izin Pembangunan, Kemudahan mendapat Energi Listrik, Pendaftaran Properti, Kemudahan Mendapatkan Pinjaman Bank, Perlindungan bagi Para Investor, Membayar Pajak, Perdagangan Lintas Negara, Pemenuhan Kontrak, dan Penyelesaian Kepailitan. Kesepuluh kategori tersebut merupakan salah satu tolok ukur para pengusaha khususnya pengusaha dunia dalam memutuskan untuk berinvestasi di suatu negara atau suatu daerah. 5.1.2 Analisis Investasi Wilayah Bodebekkarpur Sebagaimana yang tercantum dalam RPJMD Jawa Barat, Kawasan Strategis Nasional (KSN) Metropolitan Bodebekkarpur akan dikembangkan sebagai Metropolitan Mandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta perdagangan, hotel dan restoran. Secara spesifik, upaya pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur sebagai Metropolitan Mandiri ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Twin Metropolitan Bodebekkarpur – DKI Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan Twin Metropolitan ini, Wilayah Bodebekkarpur akan dikembangkan sebagai 1st tier metropolitan, berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga merupakan 1st tier metropolitan. Sebagai mitra pembangunan yang sejajar dengan DKI Jakarta, di Wilayah Bodebekkarpur nantinya juga akan dikembangkan cluster-cluster untuk kantor pusat perusahaan, perdagangan, perbankan, jasa pelayanan, asuransi, hukum, penelitian dan pemerintahan. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 114 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Kota metropolitan biasanya menggabungkan sebuah aglomerasi (daerah pemukiman lanjutan) dengan zona lingkaran urban dan memang dekat dengan pusat perkantoran atau perdagangan. Zona-zona ini juga dikenal sebagai lingkaran komuter, dan dapat meluas melewati lingkaran urban tergantung definisi yang digunakan. Hal itu dapat dilakukan antara lain dengan memperkuat kawasan kerjasama antara daerah kabupaten dan kota yang berbatasan di wilayah metropolitan tersebut. Metropolitan Bodebekkarpur yang berlokasi persis bersebelahan dengan dengan metropolitan DKI Jakarta diperkirakan akan berekembang sangat cepat dan tentunya akan diikuti oleh perkembangan aktivitas ekonomi, luas lahan dan infrastruktur yang terbangun serta jumlah penduduk yang semakin meningkat. Menurut hasil analisis tim West Java Province Metropolitan Development Manajemen (WJPMDM), diperkirakan hingga tahun 2020 luas kawasan Metropolitan Bodebekkarpur akan berkembang menjadi 450.924 hektar dan jumlah penduduk diproyeksikan sekitar 18,36 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut maka beberapa daerah di wilayah metropolitan Bodebekkarpur akan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 115 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Gambar 5.1 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2020 Dimasa yang akan datang perkembangan Metropolitan Bodebekkarpur tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan DKI Jakarta, tetapi juga sangat ditentukan oleh berbagai kebijakan sektoral yang terdapat di wilayah metropolitan itu sendiri. Berbagai isu dan persoalan Metropolitan Bodebekkarpur yang terkait dengan perkembangan ekonomi wilayah, sosial kependudukan, transportasi, perumahan, infrastruktur prasarana wilayah, dan lingkungan, tentunya harus diantisipasi sejak dini. Untuk antisipasi isu-isu tersebut diperlukan perencanaan dan kebijakan serta anggaran yang memadai oleh para provider baik dari swasta maupun pemerintah. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 116 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Meskipun pengembangan menghadapi wilayah berbagai metropolitan isu dan permasalahan, Bodebekkarpur memiliki tetapi berbagai keunggulan, diantaranya keunggulan dalam hal lokasi geografis yang memiliki area yang sangat luas dengan kontur yang relative datar serta berdekatan dengan daerah khusus ibu kota, serta memiliki lokasi yang relative dekat pelabuhan uadara maupun laut. Posisi ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi kegiatan ekonomi wilayah Bodebekkarpur. Dengan adanya berbagai keunggulan yang dimiliki Metropolitan Bodebekkarpur yang dapat memacu tumbuh kembangnya kegiatan perdagangan, keuangan dan jasa. Oleh karena itu untuk mendukung terwujudnya konsep pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur, maka kawasan ini perlu ditunjang oleh investasi untuk membangun infrastruktur pendukung kegiatan jasa, keuangan serta perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki skala metropolitan. Secara internal untuk mewujudkan kota metropolitan wilayah Bodebekkarpur relative akan lebih mudah, karena secara umum infrastruktur di setiap daerah kabupaten/kota yang ada di wilayah Bodebekkarpur sudah memadai. Infrastruktruk yang baik merupakan salah satu factor penentu minat investor untuk menanamkan modalnya baik PMDN maupun PMA di wilayah Bodebekkarpur. Melalui investasi tersebut akan membuka lapangan pekerjaan dan peluang-peluang ekonomi lainnya bagi masyarakat di wilayah Bodebekkarpur pada khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Dengan semakin terbukanya investasi pada akhirnya akan dapat menekan jumlah pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 117 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Pembahasana mengenai investasi di wilayah Bodebekkarpur, pola dan dinamikanya akan sama seperti membahas perkembangan investasi Jawa barat serta kontribusinya terhadap investasi nasional, karena realisasi investasi di Jawa Barat sebagian besar berada di wilayah Bodebekkarpur. Seperti yang telah diuraikan di atas, pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi Kawasan Bodebekkarpur salah satunya adalah investasi yang bersumber dari dunia usaha, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Seperti yang disajikan dalam tabel 5.4, total realisasi investasi selama lima tahun dalam periode waktu tahun 2011 - 2015, total investasi di wilayah Bodebekkarpur sebesar Rp 326,100 trilyun, yang terdiri dari PMDN sebesar 87,117 trilyun dan PMA sebesar 238,983 trilyun. Total investasi terbesar, ditanamkan di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang masing-masing sebesar Rp 120,581 trilyun dan Rp 111,823 trilyun. Bila dilihat dari besaran distribusi investasi, sebesar 36,98% ditanamkan di Kabupaten Bekasi dan 34,29% ditanamkan Kabupaten Karawang. Dilihat dari perkembangannya tampak bahwa realisasi investasi di wilayah Bodebekkarpur, baik PMA maupun PMDN menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif dan tren yang menurun, walaupun dari sisi nilai investasi menunjukkan peningkatan. Dalam periode tersebut pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 75,58% sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,78%. Rendahnya pertumbuhan investasi pada tahun 2015 diakibatkan oleh turunnya pertumbuhan PMA yakni sebesar -14,95%. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 118 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Dampak positif dari besarnya investasi di wilayah Bodebekkarpur selama periode tersebut dapat menciptakan proyek investasi sebanyak 42.764 proyek dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.282.267 orang. Konsisten dengan besaran investasi disetiap kaputen dan kota, jumlah tenaga kerja yang terserap paling tinggi di kabupaten Bekasi dan kabupaten Karawang masing-masing sebanyak 542.356 dan 281.907 orang. Tabel 5.4 Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015 No. 1 2 3 4 5 6 7 Kabupaten/Kota Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Depok Kota Bekasi Kabupaten Bekasi Kabupaten Karawang Kabupaten Purwakarta Total Pertumbuhan (%) 2011 304.319 4.113.607 4.647.097 869.555 13.205.148 5.332.613 1.267.366 29.739.705 Investasi (dalam juta Rp) 2012 2013 2014 832.230 110.531 152.087 1.995.887 2.660.938 7.037.162 1.948.374 1.698.926 4.296.777 2.365.780 2.392.114 5.353.083 18.695.748 22.198.438 31.356.360 14.253.793 41.073.102 25.710.487 3.692.093 6.739.910 13.605.011 43.783.905 76.873.959 87.510.968 47,22% 75,58% 13,84% 2015 3.104.314 9.782.250 2.552.310 6.703.612 35.126.038 25.453.641 5.470.279 88.192.445 0,78% Total Distribusi 4.503.481 25.589.844 15.143.485 17.684.145 120.581.732 111.823.636 30.774.659 326.100.982 269,76% 1,38% 7,85% 4,64% 5,42% 36,98% 34,29% 9,44% 100,00% Sumber: BPMPT Jawa Barat Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 - 2015 100,00% Persentase 75,58% 47,22% 50,00% 13,84% 0,78% 0,00% 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Investasi per Tahun 2015 Tahun Sumber: BPMPT Jawa Barat Grafik 5.1 Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 2011 - 2015 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 119 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011-2015 9,44% 1,38% 7,85% 4,64% 5,42% Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Depok Kota Bekasi 34,29% 36,98% Kabupaten Bekasi Kabupaten Karawang Kabupaten Purwakarta Sumber: BPMPT Jawa Barat Grafik 5.2 Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015 Ada perbedaan antara pola pertumbuhan investasi PMDN dengan pertumbuhan investasi total di wilayah Bodebekkarpur. Dalam investasi total pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 75,58%, sementara pertumbuhan investasi PMDN terbesar terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 110,5%. Sedangkan bila dilihat dari pola distribusinya anatara total investasi dengan PMDN tidak ada perbedaan, dimana distribusi terbesar didominasi oleh Kabupaten Bekasi. Sedangkan distribusi atau share PMDN terendah terhadap total investasi wilayah Bodebekkarpur terjadi di Kabupaten Purwakarta dan Kota Bogor, dimana distribusinya masing-masing hanya sebesar 1,80% dan 3,30%. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 120 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Tabel 5.5 Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015 PMDN (dalam juta Rp) No. Total Distribusi Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kota Bogor - 7.895 27.500 - 2.839.435 2.874.829 3,30% 2 Kabupaten Bogor 2.082.001 434.754 1.034.268 3.709.660 7.725.341 14.986.024 17,20% 3 Kota Depok - 174 1.253.694 1.881.009 2.001.782 5.136.659 5,90% 4 Kota Bekasi 784.984 1.913.342 627.002 4.964.019 5.882.396 14.171.744 16,27% 5 Kabupaten Bekasi 2.578.158 3.454.709 4.416.639 6.969.566 7.086.600 24.505.671 28,13% 6 Kabupaten Karawang 94.909 5.845.096 4.800.649 5.496.955 7.639.803 23.877.413 27,41% 7 Kabupaten Purwakarta 5.580 603.262 425.737 531.004 1.565.584 1,80% 11.661.551 12.763.014 23.446.947 33.706.361 87.117.924 100,00% 110,50% 9,45% 83,71% 43,76% 269,76% Total 5.540.051 Pertumbuhan (%) Sumber: BPMPT Jawa Barat Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 - 2015 120,00% 110,50% Persentase 100,00% 83,71% 80,00% 60,00% 43,76% 40,00% 9,45% 20,00% 0,00% 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Pertumbuhan PMDN per Tahun Sumber: BPMPT Jawa Barat Grafik 5.3 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur Tahun 2011 - 2015 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 121 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Distribusi PMDN Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011-2015 1,80% 3,30% Kota Bogor Kabupaten Bogor 17,20% 27,41% Kota Depok 5,90% Kota Bekasi Kabupaten Bekasi 16,27% Kabupaten Karawang 28,13% Kabupaten Purwakarta Sumber: BPMPT Jawa Barat Grafik 5.4 Distribusi PMDN di Bodebekkarpur Tabel 5.6 Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015 PMA (dalam juta Rp) No. Total Distribusi Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kota Bogor 304.319 824.335 83.032 152.087 264.879 1.628.652 0,68% 2 Kabupaten Bogor 2.031.606 1.561.133 1.626.670 3.327.502 2.056.909 10.603.820 4,44% 3 Kota Depok 4.647.097 1.948.200 445.232 2.415.768 550.529 10.006.826 4,19% 4 Kota Bekasi 84.571 452.439 1.765.112 389.064 821.216 3.512.402 1,47% 5 Kabupaten Bekasi 10.626.990 15.241.039 17.781.799 24.386.795 28.039.439 96.076.061 40,20% 6 Kabupaten Karawang 5.237.704 8.408.696 36.272.454 20.213.531 17.813.838 87.946.223 36,80% 7 Kabupaten Purwakarta 1.267.366 3.686.513 6.136.648 13.179.274 4.939.275 29.209.075 12,22% 24.199.654 32.122.355 64.110.946 64.064.021 54.486.084 238.983.058 100,00% 32,74% 99,58% -0,07% -14,95% 269,76% Total Pertumbuhan (%) Sumber: BPMPT Jawa Barat Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 122 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Pertumbuhan PMA di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 - 2015 120,00% 99,58% 100,00% Persentase 80,00% 60,00% 32,74% 40,00% 20,00% -0,07% 0,00% -20,00%2011 2012 2013 -40,00% 2014 -14,95% 2015 Tahun Pertumbuhan PMA per Tahun Sumber: BPMPT Jawa Barat Grafik 5.5 Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur Distribusi PMA Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011-2015 0,68% 4,44% 4,19% 1,47% 12,22% Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Depok Kota Bekasi 36,80% 40,20% Kabupaten Bekasi Kabupaten Karawang Kabupaten Purwakarta Sumber: BPMPT Jawa Barat Grafik 5.6 Distribusi PMA di Bodebekkarpur Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 123 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 5.1.3 Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Jawa Barat dengan Wilayah Bodebekkarpur Secara umum pertumbuhan realisasi investasi selama periode 2011 – 2015 wilayah Bodebekkarpur lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan realisasi ivestasi Jawa Barat. Tingginya pertumbuhan investasi wilayah Bodebekkarpur dikarenakan hampir seluruh Kabupaten dan Kota di wilayah Bodebekkarpur merupakan daerah yang diminati para investor domestic (PMDN) maupun asing (PMA) di Provinsi Jawa Barat. Artinya pertumbuhan investasi Bodebekkarpur merupakan pusat pertumbuhan investasi Jawa Barat. Selama peride 2011 – 2015 rata-rata pertumbuhan Investasi per tahun di Wilayah Bodebekkarpur sebesar 34,36%, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 75,58%, dan pertumbuhan terrendah terjadi pada tahun 2015 yaitu hanya sebesar 0,78%. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat mengalami rata-rata pertumbuhan Investasi per tahun sebesar 28,40%, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 77,52%, dan pertumbuhan terrendah terjadi pada tahun 2015 yaitu hanya sebesar 11,59%. Dengan demikian pola atau fluktuasi pertumbuhan investasi Jawa Barat sama dengan pola atau fluktuasi pertumbuhan investasi Bodebekkarpur, artinya pertumbuhan investasi wilyah Bodebekkarpur merupakan representasi pertumbuhan investasi Jawa Barat. Bila dilihat dari rata-rata porsinya, nilai investasi Bodebekkarpur terhadap investasi Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 72,58%. Porsi terbesar terjadi pada tahun 2013 dengan besaran kontribusinya sebesar 83,11%. Sedangkan ratarata porsi investasi Jawa Barat terhadap nasional hanya sebesar 21,58%. Porsi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 124 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 terbesar terjadi pada tahun 2014 yakni sebesar 23,53%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 5.7 Tabel 5.7 Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015 Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Investasi Jabar Pertumbuhan Share thd (%) Investasi Indonesia (%) 19,38 8,06 16,85 77,52 23,47 16,44 23,53 11,59 22,27 28,40 21,58 Investasi Bodebekkarpur Pertumbuhan Share thd (%) Investasi Jabar (%) 47,22 61,00 75,58 83,11 13,84 82,20 0,78 80,36 34,36 72,58 Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah) Bila dilihat dari besarnya total investasi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 total investasi PMDN Jawa Barat sebesar 137.038 milyar rupiah, dari jumlah tersebut sebesar 87.117 milyar rupiah di investasikan di wilayah Bodebekkarpur. Jumlah tenaga kerja yang terserap 491.584 orang, dari jumlah tersebut tenaga kerja yang terserap di wilayah Bodebekkarpur sebanyak 208.893 orang. Dilihat secara sektoral, bidang usaha yang paling diminati oleh investor PMDN baik di wilayah Provinsi maupun Bodebekkarpur sama yaitu bidang perdagangan dan reparasi. Total investasi PMA Jawa Barat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 jauh lebih besar total investasi PMDN yaitu sebesar 288.323milyar rupiah, dari total PMA tersebut sebesar 238.983 milyar rupiah di investasikan di wilayah Bodebekkarpur. Adapun Jumlah tenaga kerja yang terserap 1.477.702orang, dari Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 125 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR jumlah tersebut tenaga kerja yang terserap di wilayah Bodebekkarpur sebanyak 1.073.374 orang. Dilihat secara sektoral, bidang usaha yang paling diminati oleh investor asing (PMA) baik di wilayah Provinsi maupun Bodebekkarpur tidak berbeda yaitu sub sektor industri logam, mesin dan elektronik. Berdasarkan data empirik yang sudah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa total realisasi investasi maupun jumlah proyek dan tenaga yang terserap, wilayah Bodebekkarpur menempati porsi yang sangat besar di bandingkan wilayah lain baik dalam ruang lingkup Provinsi maupun nasional. Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan nilai investasi, jumlah proyek dan tenaga kerja yang terserap di wilayah Jawa Barat dan wilayah Bodebekkarpur dapat dilihat dalam tabel 5.8 dibawah ini. Tabel 5.8 Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015 No Uraian 1 2 3 PMDN PMA Sektor Usaha yang paling diminati PMDN Sektor usaha Lain yang diminati PMA 4 Jawa Barat Proyek Nilai (dalam juta rupiah) 137.038.167 288.323.406 Perdagangan &Reparasi Tenaga Kerja 85.046 10.449 Perdagangan &Reparasi 491.584 1.477.702 Perdagangan &Reparasi Nilai (dalam juta rupiah) 87.117.923 238.983.058 Perdagangan &Reparasi Industri Logam, Mesin & Elektronik Industri Logam, Mesin & Elektronik Industri Logam, Mesin & Elektronik Industri Logam, Mesin & Elektronik Bodebekkarpur Proyek Tenaga kerja 34.059 8.705 Perdagangan &Reparasi 208.893 1.073.374 Perdagangan & Reparasi Industri Logam, Mesin & Elektronik Industri Logam, Mesin & Elektronik Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah) Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 126 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 5.1.4 Analisis ICOR Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur Investasi merupakan komponen yang sangat penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu daerah. Untuk melihat berapa besarnya investasi yang harus ditanamkan dalam rangka mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu di Metropolitan Bodebekkarpur maka dibutuhkan perhitungan ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Besaran ICOR ini menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan PDRB (∆Y) yang disebabkan oleh penambahan investasi (∆K). Dengan kata lain, nilai ICOR menunjukkan seberapa besar ekonomi daerah dapat tumbuh dengan penambahan investasi yang telah dan akan ditanamkan. Berikut ini adalah nilai ICOR di Metropolitan Bodebekkarpur pada tahun 2012-2015. Tabel 5.9 ICOR Kabupaten/Kota di Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2012-2015 ICOR No. Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata 1 Kota Bogor 0,66 0,09 0,11 2,10 0,74 2 Kabupaten Bogor 0,34 0,42 1,06 1,32 0,79 3 Kota Bekasi 0,80 0,84 1,92 2,29 1,46 4 Kota Depok 0,85 0,81 1,80 1,09 1,14 5 Kab Purwakarta 1,81 2,99 7,18 3,02 3,75 6 Kab Karawang 2,72 4,63 3,98 4,47 3,95 7 Kab Bekasi 1,74 1,98 2,98 3,93 2,66 8 Bodebekkarpur 1,44 2,21 2,73 2,88 2,31 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 127 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR ICOR Bodebekkarpur Tahun 2012-2015 3,5 2,73 3 2,21 2,5 2 2,88 1,44 1,5 1 0,5 0 2012 2013 2014 2015 ICOR Sumber: hasil pengolahan data Grafik 5.7 ICOR Bodebekkarpur Nilai ICOR di Metropolitan Bodebekkarpur selalu mengalami peningkatan sejak tahun 2012 sampai tahun 2015. Pada tahun 2012 nilai ICOR di Bodebekkarpur adalah sebesar 1,44. Angka ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan tambahan output sebesar 1 unit diperlukan tambahan modal (investasi) sebesar 1,44 unit atau untuk meningkatkan tambahan output sebesar Rp 1.000,- diperlukan tambahan modal sebesar Rp. 1.400,-. Pada tahun 2013 nilai ICOR di Bodebekkarpur meningkat sebanyak 0,77 persen menjadi 2,21 dibandingkan tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2014 dan 2015 nilai ICOR kembali naik menjadi 2,73 dan 2,88. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 128 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Perkembangan nilai ICOR di Metropolitan Bodebekkarpur sejak tahun 2012 - 2015 diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,31. Nilai ICOR Metropolitan Bodebekkarpur yang relatif rendah ini menunjukkan bahwa penggunaan investasi yang ditanamkan di Metropolitan Bodebekkarpur cukup efisien. Secara umum, nilai ICOR yang menunjukkan produktivitas investasi yang baik antara 3–4, semakin tinggi ICOR memberikan Indikasi kemungkinan terjadinya inefisiensi dalam penggunaan investasi (Widodo, 1990:28). Jadi berdasarkan nilai ICOR Metropolitan Bodebekkarpur yang sebesar 2,31 dapat kita simpulkan bahwa secara keseluruhan produktivitas investasi di metropolitan ini sudah cukup baik. Tabel 5.10 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2020 Kebutuhan Investasi (Juta Rupiah) No. Kabupaten/Kota 1 Kota Bogor 2 Kabupaten Bogor 3 Kota Bekasi 4 Kota Depok 5 Kab Purwakarta 6 Kab Karawang 7 Kab Bekasi 8 BODEBEKKARPUR 2016 2017 2018 2019 2020 Total 1.189.862 1.261.253 1.336.928 1.417.144 1.502.173 6.707.360 6.226.232 6.599.806 6.995.795 7.415.543 7.860.475 35.097.851 5.157.162 5.466.592 5.794.588 6.142.263 6.510.799 29.071.404 2.716.892 2.879.905 3.052.699 3.235.861 3.430.013 15.315.370 9.037.464 9.579.711 10.154.494 10.763.764 11.409.590 50.945.023 33.266.535 35.262.527 37.378.279 39.620.975 41.998.234 187.526.550 34.803.628 36.891.845 39.105.356 41.451.677 43.938.778 196.191.284 91.150.788 96.619.835 102.417.025 108.562.046 115.075.769 513.825.463 Sumber: hasil pengolahan data Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 129 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Tabel 5.11 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2021-2025 Kebutuhan Investasi (Juta Rupiah) No. Kabupaten/Kota 1 Kota Bogor 2 Kabupaten Bogor 3 Kota Bekasi 4 Kota Depok 5 Kab Purwakarta 6 Kab Karawang 7 Kab Bekasi 8 BODEBEKKARPUR 2021 2022 2023 2024 2025 Total 1.592.303 1.687.841 1.789.112 1.896.459 2.010.246 8.975.961 8.332.104 8.832.030 9.361.952 9.923.669 10.519.089 46.968.844 6.901.446 7.315.533 7.754.465 8.219.733 8.712.917 38.904.094 3.635.814 3.853.963 4.085.200 4.330.312 4.590.131 20.495.420 12.094.165 12.819.815 13.589.004 14.404.344 15.268.605 68.175.933 44.518.128 47.189.216 50.020.569 53.021.803 56.203.111 250.952.827 46.575.105 49.369.611 52.331.787 55.471.695 58.799.996 262.548.194 121.980.315 129.299.134 137.057.082 145.280.507 153.997.338 687.614.376 Sumber: hasil pengolahan data Distribusi Kebutuhan Investasi Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2025 1% 7% 6% 3% 38% 10% Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Bekasi Kota Depok 36% Kab Purwakarta Kab Karawang Kab Bekasi Sumber: hasil pengolahan data Grafik 5.8 Distribusi Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 130 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Nilai ICOR dan indikator PDRB merupakan salah satu data dan informasi penting dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Bagi para pengambil keputusan di pemerintahan, indikator-indikator ini bermanfaat untuk memperkirakan kebutuhan riil investasi di suatu wilayah dalam mencapai target tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Dengan menetapkan target tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi dengan besaran tertentu, maka dengan dasar nilai rata-rata ICOR yang ada, kebutuhan investasi pada tahun-tahun mendatang dapat ditentukan. Berdasarkan data tabel 5.10 dan 5.11 diatas kita dapat melihat kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur untuk tahun 2016 – 2025. Sebagai upaya untuk memacu pembangunan di Metropolitan Bodebekkarpur di masa-masa mendatang, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus memiliki target atau sasaran tingkat pertumbuhan ekonomi dengan suatu besaran tertentu. Mengingat pertumbuhan ekonomi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur pada tahun 2015 sebesar 5,45 persen, maka jika target rata-rata pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 – 2025 ditetapkan 6 persen setiap tahun dan dengan asumsi inflasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur sebesar 4 persen dan nilai ICOR konstan, maka pada tahun 2016 kebutuhan riil investasi di Metropolitan Bodebekkarpur mencapai Rp. 91,150 triliun. Selanjutnya dengan asumsi–asumsi yang sama, maka pada tahun 2017 investasi yang dibutuhkan mencapai Rp. 96,619 triliun. Hingga pada tahun 2020 nanti, tingkat kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur harus mencapai Rp. 115,075 triliun dengan asumsi pertumbuhan 6 persen dan tingkat inflasi 4 persen. Dengan asumsi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 131 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan nilai ICOR yang sama kita juga dapat mengetahui kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur pada tahun 2025 yaitu sebesar Rp 153,997 triliun rupiah. Dengan demikian jika kita jumlahkan total kebutuhan investasi dari tahun 2016 sampai tahun 2025 dengan asumsi yang sama, maka dibutuhkan investasi sebesar Rp 1.201,439 triliun rupiah. Berdasarkan tabel 5.10 dan 5.11 diatas kita juga dapat melihat bahwa rencana kebutuhan investasi di metropolitan Bodebekkarpur dari tahun 2016-2025 selalu mengalami peningkatan. hal ini juga mengindikasikan bahwa wilayah Bodebekkarpur merupakan wilayah yang potensial yang sangat disukai oleh investor untuk menanamkan modalnya di wilayah ini. Sementara untuk kabupaten/kota yang nilai investasinya mengalami penurunan dari 2015 ke 2016, itu dikarenakan adanya perbedaan asumsi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota tersebut. Sebagai contoh investasi di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 sebesar Rp 9,782 triliun, dan pada tahun 2016 sebesar Rp 6,226 triliun. Dimana pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor sebesar 6,09 persen dan tingkat inflasi sebesar 2,70. Sementara asumsi pertumbuhan ekonomi yang dipakai di Kabupaten Bogor pada tahun 2016 sebesar 6 persen, dan tingkat inflasi sebesar 4 persen. Jadi wajar seandainya nilai investasinya mengalami penurunan dibanding pada tahun 2015. Sementara itu untuk wilayah yang kebutuhan investasinya mengalami kenaikan dari tahun 2015 ke tahun 2016 yaitu Kota Depok, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 132 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Berkaca dari konsep Metropolitan Bodebekkarpur yang ingin menjadi twin Metropolitan dari DKI Jakarta, maka rencana kebutuhan investasi merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji agar konsep metropolitan mandiri yang berbasis pada industri manufaktur, jasa keuangan, perdagangan, hotel, restoran serta pariwisata dapat terealisasi. 5.2 Analisis SWOT Investasi Bodebekkarpur Analisis strategi investasi berdasarkan Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) Analysis, meliputi dua bentuk matriks, yaitu Internal Factor Analysis Summary (IFAS) untuk mengetahui faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan; dan External Factor Analysis Summary (EFAS)untuk menganalisis faktor eksternal yang menyangkut aspek makro ekonomi, kondisi sosial budaya, kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi, hingga perkembangan industri, situasi pasar dan tingkat kompetisi. Berdasarkan data yang dikumpulkan berikut disajikan hasil identifikasi analisis SWOT untuk investasi Bodebekkarpur. Secara umum investasi di Bodebekkarpur terfokus kepada infrastruktur transportasi dan infrastruktur pendukungnya. Berikut disajikan faktor internal dan ekstrnal dari Bodebekkarpur. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 133 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 5.2.1 Strengths (Kekuatan) 1. Posisi Metropolitan Bodebekkarpur yang strategis Metropolitan Bodebekkarpur berada pada jalur strategis Jakarta – Bandung yang memiliki aksesibiltas tinggi dan kedekatan lokasi dengan DKI Jakarta sebagai pusat modal, potensi pasar dan outlet pelabuhan dan Bandara berskala Internasional. Gambar 5.2 Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung DKI Jakarta dan Metropolitan Bandung Raya 2. Sumberdaya produksi yang lebih banyak dibandingkan yang dimiliki wilayah lain Bodebekkarpur merupakan lokasi konsentrasi kegiatan industri manufaktur terbesar di Indonesia. Hal ini didukung keberadaan Waduk sebagai sumberdaya PLTA yang mampu menghasilkan energi untuk pasokan energi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 134 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR wilayah Pulau Jawa dan Bali. Selain itu, Bodebekkarpur memiliki Keanekaragaman obyek wisata, mulai dari wisata alam sampai wisata kuliner dan belanja 3. Kualitas sumberdaya produksi yang kompetitif Daya tarik Bodebek karpur sebagai berbagai kegiatan investasi: industri, perdagangan, pariwisata, perumahan dsb. Dari segi SDM keberadaan Universitas kelas dunia seperti UI dan IPB menghasilkan SDM unggul di bidang IPTEK. Di samping itu metropolitan Bodebekkarpur adalah lumbung padi nasional yang mempunyai produktivitas tinggi. 4. Kualitas sumber daya yang lebih baik Memiliki jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumberdaya manusia yang relatif lebih baik dibandingkan kawasan metropolitan lainnya di Jawa Barat 5. Masyarakat kota-kota Bodebekkarpur yang sudah berkarakter perkotaan Metropolitan Bodebekkarpur sudah berkarakter perkotaan, dimana orangorangnya itu hidup di Jakarta, lalu bermalam di wilayahnya masing-masing dan sehingga secara tidak langsung wilayah ini sudah berkarakter kota. Hal ini menjadikan kota-kota Bodebekkarpur bukan lagi sebagai tempat transit dan tempat tinggal tetapi mampu untuk memiliki pusat pertumbuhan ekonomi sendiri Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 135 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 5.2.2 2016 Weaknesses (Kelemahan) 1. Ketimpangan perkembangan Bodebek Karpur dengan DKI Jakarta dan ketimpangan perkembangan antar wilayah yang berada dalam lingkup kawasan Bodebek Karpur PDRB di masing – masing wilayah Metropolitan BODEBEK KARPUR. PDRB terbesar di wilayah metropolitan ini dipegang oleh tiga daerah, yakni Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bogor. Sementara wilayah lainnya masih jauh dibandingkan pencapaian dari ketiga wilayah tersebut. Ketimpangan pendapatan tercermin dalamIndeks Gini (IG) selama periode tahun 2012-2013. Pada tahun 2012 dan 2013 Indeks Gini mencapai 0,41. Kondisi secara umum distribusi pendapatan semakin tidak merata dalam lima tahun terakhir. Fakta ketimpangan pendapatan yang memburuk terkait erat dengan akses masyarakat marjinal terhadap sumberdaya ekonomi produktif yang masih terbatas. 2. Ekonomi Biaya Tinggi Pemasaran hasil industri sangat bergantung kepada DKI Jakarta karena tidak memiliki outlet (pelabuhan dan Bandara) sendiri. 3. Industri yang ada relatif bersifat footloose Industri yang ada di Bodebekkarpur tidak memiliki keterkaitan yang erat dengan usaha yang dikerjakan oleh masyarakat setempat. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 136 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 5.2.3 Opportunities (Kesempatan) 1. Konsep twin metropolitan Bodebek karpur – DKI Jakarta Bodebek Karpur sebagai 1st tier berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga 1st tier. Metropolitan Bodebek Karpur dikembangkan sebagai metropolitan mandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta perdagangan, hotel, dan restoran st DKI Jakarta sebagai 1 tier Wilayah BODETABEK nd sebagai 2 tier st Bodebek Karpur sebagai 1 tier Berdampingan dengan DKI st Jakarta yang juga 1 tier Gambar 5.3 Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur 2. Rencana dan Implementasi Pendulum Nusantara dan Tol Laut Pengembangan Hub dan Spoke nasional melalui program Pendulum Nusantara guna menurunkan biaya logistik nasional yang relatif mahal terutama pada negara-negara ASEAN. Peningkatan kapasitas sea-ports (perluasan pelabuhan dan pengerukan -12m). Rencana nasional system Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 137 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR pendulum nusantara atau Tol laut berpotensi meningkatkan kapasitas pelabuhan Tanjung Priok sebagai Outlet utama Bodebek Karpur. 3. Pengembangan pembangunan KA super-cepat: Jakarta-Surabaya Pembangunan kereta api super cepat Jakarta-Surabaya \masuk dalam Rencana Induk Perkeretapian Nasional (Ripnas). Pembangunan sarana dan prasarananya rencananya akan dimulai pada tahun 2020 dengan masa pengerjaan sekitar 7 tahun. Proyek kereta cepat didesain hingga Surabaya dalam tiga tahap yaitu Jakarta-Bandung, Bandung-Semarang, dan SemarangSurabaya. Gambar 5.4. Jalur Kereta Cepat : Jakarta-Surabaya Untuk tahap pertama, rencana jalur Jakarta-Bandung telah dilkeluarkan Peraturan Presiden No. 107/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung.Kereta Api Cepat Jakarta Bandung akan melewati beberapa kawasan industri : - Kawasan Industri MM2100 - Bekasi International Industrial Estate - East Jakarta Industrial Estate - Greenland International Industrial Center Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 138 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR - Karawang International Industrial City - Kota Industri Suryacipta - Kawasan Industri Bukit Indah 2016 4. Perkiraan peningkatan comuter traffic menuju Jakarta dari Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang Sejalan dengan antisipasi pertumbuhan penduduk dan kepemilikan kendaraan dalam dua puluh tahun mendatang, total perjalanan diperkirakan akan tumbuh secara lebih cepat. Total perjalanan yang akan dilakukan di Jabodetabek pada tahun 2020 akan meningkat 40 persen dibanding tahun 2002. Kinerja sistem transportasi akan sangat memburuk di masa datang bila tidak dilakukan investasi dalam waktu 20 tahun ke depan. Rata-rata kecepatan perjalanan di seluruh wilayah Jabodetabek akan turun dari 34,8 km per jam pada tahun 2002 menjadi 24,6 km per jam pada tahun 2020. Berdasarkan data JAPTraPIS Study Team pada tahun 2011 jumlah perjalanan dari Bodetabek ke DKI Jakarta mencapai 6.962.000 perjalan per hari dengan jumlah comuter mencapai 3.674.433 orang hari. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 139 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Gambar 5.5 Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodetabek ke Jakarta Tahun 2011 Gambar 5.6 Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke DKI Jakarta (Tahun 2011) (sumber: JAPtraPIS study team) Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 140 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 5.2.4 2016 Threat (Hambatan) 1. Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja Dengan produktivitas yang masih rendah, masalah kompetensi dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti serta ketidakpastian hubungan industrial antara perusahaan dan tenaga kerja, daya tarik investasi dari sisi ketenagakerjaan akan terus menurun. Permasalahan yang mendasar adalah masih tingginya angka pengangguran yang disebabkan antara lain tidak sebandingnya jumlah pertumbuhan angkatan kerja dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja, serta rendahnya kompetensi tenaga kerja dan tingkat pendidikan tenaga kerja. Hambatan bagi investasi PMA/PMDN ditandai dengan sering munculnya aspirasi buruh dengan menggelar aksi/demo buruh 2. Ketergantungan yang kuat dari Kegiatan Sosial Ekonomi Kawasan Metropolitan pada DKI Jakarta Ketergantungan pada Pekerjaan, Sarana Prasarana Sosial, Sarana Prasarana Ekonomi yang berakibat pada terjadinya hambatan pergerakan barang manusia 3. Luas lahan pertanian yang berkurang Lahan pertanian sawah di Jawa Barat terus menurun. ada 2015 luasan lahan sawah sekitar 23,49 persen, menurun dari 26 persen pada 2010 dari total luasan Jawa Barat. Pada 2010, dari olahan data berbagai sumber, lahan sawah masih 961.833,48 hekktare. Pada 2015 menjadi 868 ribu hektare lebih. Penurunan luas lahan sawah itu seiring dengan berkurangnya produksi padi Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 141 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR juga disebabkan alih fungsi lahan untuk perindustrian dan perumahan. Hal ini akan menjadi hambatan bagi Bodebekkarpur sebagai metropolitan mandiri. 5.2.5 Matriks IFAS EFAS Analisis data faktor lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki Metropolitan Bodebekkarpur dilakukan melalui beberapa tahapan kerja berikut: - Menuliskan daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai faktor internal dan eksternal pada masing-masing matriks (IFAS dan EFAS). - Memberikan bobot tingkat urgensitas atributatribut kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman tersebut dengan interval nilai 0,0 hingga 1,0 (tidak penting hingga sangat penting) pada kolom kedua, masingmasing total bobot yang diberikan harus sama dengan satu - Memberikan rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 masing-masing atribut kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman tersebut pada kolom ketiga. Rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 tersebut ditentukan dengan cara membandingkan fakta yang ada (kondisi obyektif) dengan kinerja ideal maupun kondisi ideal yang diharapkan. - Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh skor terbobot. Skor yang diperoleh selanjutnya dijumlahkan untuk menggambarkan total skor terbobot di masing-masing matriks (IFAS dan EFAS). Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 142 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Hasil dari perhitungan analisa faktor internal dan eksternal dari kajian investasi Metropolitan Bodebekkarpur dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) IFAS Internal Factors S1 S2 Weight Strengths Letak yang strategis 0.22 Sumberdaya produksi yang lebih banyak dibandingkan yang dimiliki wilayah lain 0.19 0.14 S4 Kualitas sumber daya yang lebih baik 0.11 S5 Masyarakat kota-kota Bodebekkarpur yang sudah berkarakter perkotaan 0.278 2 0.03 W2 Ekonomi Biaya Tinggi 0.17 W3 Industri yang footloose relatif 0.778 0.083 2 bersifat 0.111 3 0.500 2 0.08 Total 0.222 3 0.06 ada 0.889 2 Weakness Ketimpangan perkembangan Bodebek Karpur dengan DKI Jakarta dan ketimpangan perkembangan antar wilayah yang berada dalam lingkup kawasan Bodebek Karpur W1 4 Value 4 Kualitas sumberdaya produksi yang kompetitif S3 Rating 1.000 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 0.167 3.028 143 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Faktor Eksternal Tabel 5.13 External Factor Analysis Summary (EFAS) EFAS External Factors O1 O2 O4 O5 T1 T2 T3 Weight Opportunity Konsep twin metropolitan bodebek karpur – dki jakarta Rencana dan Implementasi Pendulum Nusantara dan Tol Laut Pengembangan pembangunan KA super-cepat: Jakarta-Surabaya Perkiraan peningkatan comuter traffic menuju Jakarta dari Bodebekkarpur tahun 2020 Threat Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja Ketergantungan yang kuat dari Kegiatan Sosial Ekonomi Kawasan Metropolitan pada DKI Jakarta Luas lahan berkurang pertanian Rating 4 0.25 1.000 4 0.07 0.286 2 0.14 0.286 3 0.21 0.643 4 0.04 0.143 4 0.18 yang 0.714 3 0.11 Total Value 1.0 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 0.321 3.393 144 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Analisis berdasarkan Matrik Internal Eksternal (IE) Hasil gabungan total skor terbobot dari faktor-faktor internal dan eksternal menggambarkan 9 kuadran alternatif bentuk pengembangan strategi atas tiga bentuk strategi dasar, yaitu: 1. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy). Kuadran ini merupakan kondisi pertumbuhan perusahaan (kuadran 1, 2, 3, dan 5) atau upaya melakukan diversifikasi (kuadran 7 dan 8). 2. Strategi Stabilitas (Stability Strategy) adalah suatu bentuk strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sedang berjalan atau sedang diterapkan (kuadran 4 dan 5). 3. Strategi Penciutan (retrenchment strategy) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (kuadran 3, 6 dan 9). Nilai yang diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor strategi internal dan faktor eksternal dalam kajian investasi Bodebekkarpur, akan dianalisis menggunakan matrik internal eksternal (IE) sebagai berikut, nilai IFAS yang diperoleh adalah 3,028 dan nilai EFAS 3,393, sehingga strategi investasi Metropolitan Bodebekkarpur berada pada kuadran 1. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 145 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR Gambar 5.7 Matrix SWOT Bodebekkarpur Kebijakan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur masuk pada strategi Growth yang konsentrasi melalui integrasi investasi vertikal. Berdasarkan analisis SWOT, percepatan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur dapat dicapai dengan cara Backward Integration (mengambil alih fungsi supplier) dan Forward Integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama untuk daerah yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam industri yang berdaya tarik tinggi. Metropolitan Bodebekkarpur dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya atau posisi kompetitifnya melalui integrasi vertikal yang dapat dicapai dengan dukungan sumber daya internal maupun eksternal melalui dua cara yaitu dengan: Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 146 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR No 1 Keputusan Investasi Investasi infrastruktur Keterangan jalur Meminimalkan biaya dan operasi yang transportasi perhubungan untuk tidak efisien untuk mengontrol kualitas menekan biaya distribusi 2 serta distribusi produk Investasi infrastruktur pendukung Investasi yang dilakukan dapat kegiatan jasa, keuangan serta menggunakan sumber daya internal perdagangan, hotel, dan restoran untuk yang memiliki skala metropolitan membangun pendukung di infrastruktur luar daerah, mengintegrasikan proses manufaktur, mulai dari input (masukan) sampai kepada produk jadi (output). Beberapa keuntungan dari integrasi vertikal ini adalah turunnya biaya serta meningkatnya koordinasi dan kontrol. Hal ini merupakan cara terbaik bagi Metropolitan Bodebekkarpur dalam rangka meningkatkan competitive advantage. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 147 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 5.3 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitin Bodebekkarpur Pengembangan investasi kawasan Bodebekkarpur ke depan diupayakan dapat mengkolaborasikan peran investasi yang dikelola pemerintah melalui belanja modal APBD bidang infrastruktur serta melalui kekayaan negara yang dipisahkan (penempatan modal pemerintah di BUMD) dengan investasi yang dikembangkan oleh swasta (private investment). Oleh karena itu, pengembangan investasi yang dikelola oleh pemerintah daerah diharapkan dapat sejalan dengan pengembangan investasi yang dikelola oleh swasta atau bentuk-bentuk kerjasama investasi yang dikolaborasikan secara berasama-sama antara BUMD dengan investor swasta. Untuk mencapai ke arah tujuan strategis tersebut dibutuhkan serangkaian proses dalam bentuk kegiatan dan program perencanaan pengembangan investasi kawasan metropolitan Bodebekkarpur. Prakondisi investasi kawasan Metropolitan Bodebekkarpur dalam hal ini dituangkan dalam program dan kegiatan yang termuat dalam peta jalan (road map) kebutuhan investasi kawasan metropolitan Bodebekkarpur. Peta jalan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 5.14). Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 148 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 Tabel 5.14 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur NO 1 SASARAN Perencanaan Pengembangan Investasi di Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur (2016 – 2020) INDIKATOR KINERJA SASARAN Terpetakannya Detail Kawasan (Lokasi) Pengembangan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur ARAH KEBIJAKAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGAM KEGIATAN Menyediakan Rencana Kawasan atau Lokasi Pengembangan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur Program Pengembangan Kawasan Investasi Bodebekkarpur Tersedianya Lahan Untuk Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur Pembangunan Infrastruktur Kawasan dan Pendukung Transportasi Kawasan Investasi Terpetakannya Insentif Kemudahan Perijinan Kawasan Investasi Bodebekkarpur Menyediakan SOP Proses Pengurusan Ijin Investasi Kawasan Metropolitan Program Promosi Kemudahan Investasi Bodebekkarpur Meningkatnya Jumlah dan Nilai Investasi Kawasan Bodebekkarpur Penyederhanaan Ijin dan Percepatan Proses Perijinan Meningkatnya Kerjasama Investasi Swasta, Antar Pelaku Investasi Maupun Dengan Investor Swasta Dengan BUMD Mempertemukan Calon Investor Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur Program Bodebekkarpur Investment Expo Meningkatnyanya Jumlah Investor di Kawasan Bodebekkarpur Workshop dan Pameran Peluang Investasi Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 149 DESKRIPSI OUTPUT KEGIATAN Tersedianya Kawasan Pengembangan Investasi dan Meningkatnya Kualitas Jalan dan Infrastruktur Pendukung Transportasi Kawasan Investasi Kejelasan SOP Perijinan serta Insentif Yang Diberikan Pemerintah Daerah dan Pusat Adanya Kerjasma Antar Investor di Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2 Pengembangan Infrastruktur Mobilitas dan Eksesibilitas Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur (2016 – 2025) 3 Monitoring Percepatan Investasi Kawasan Bodebekkarpur (2020 – 2030) Tercapainya Parameter Infrastruktur Pendukung Investasi Metropolitan Bodebekkarpur Terpetakannya Indiator Kinerja Perkembangan Investasi Bodebekkarpur 2016 Menyediakan Sarana Infrastruktur Bongkar Muat dan Logistik Kawasan Bodebekkarpur Program Pembangunan Infrastruktur Bongkar Muat dan Logistik Bodebekkarpur Tersedianya Kawasan Bongkar Muat dan Infrastruktur Logistik Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur Terbangunnya Kawasan Bongkar Muat dan Logistik Bodebekkarpur Meningkatnya Kecepatan Bongkar Muat Barang serta Logistik Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur Menyediakan Indikator Monitoring Perkembangan Investasi Bodebekkarpur Program Kajian Monitoring Perkembangan Investasi Bodebekkarpur Tersedianya Laporan Perkembangan Investasi Kawasan Bodebekkarpur Dimilikinya Hasil Kajian Monitoring Perkembangan Investasi Bodebekkarpur Adanya Informasi Mengenai Perkembangan Kinerja Investasi di Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur Sumber: Hasil FGD Tim Analisis Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur (2016) Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 150 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis di Bab V ternyata wilayah Jawa Barat menyumbang 21,58 persen dari total investasi di Indonesia, sedangkan wilayah Bodebekkarpur menyumbangkan 72,58 persen dari total investasi di Jawa Barat. 2. Icor Rata-rata di Metropolitan Bodebekkarpur dari tahun 2012-2015 sebesar 2,31, dengan nilai ICOR terkecil pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,44. 3. Rencana Kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur di tahun 2016 sebesar RP 91,150 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp 88,192 triliun. 4. Rencana kebutuhan investasi Metropolitan Bodebekkarpur pada tahun 2020 sebesar RP 115.075.769 dan pada tahun 2025 sebesar Rp 115,075 triliun dengan asumsi tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen dan tingkat inflasi sebesar 4 persen pertahun. 5. Secara keseluruhan rencana kebutuhan investasi dari tahun 2016- 2025 di Metropolitan Bodebekkarpur sebesar Rp 1.201,439 triliun rupiah. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 151 2016 Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 6. Rencana kebutuhan investasi terbesar di Metropolitan Bodebekkarpur berada di Kabupaten Bekasi sebesar 38 persen, dan Kabupaten Karawang sebesar 36 persen. 7. Berdasarkan analisis SWOT, percepatan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur dapat dicapai dengan cara Backward Integration (mengambil alih fungsi supplier) dan Forward Integration (mengambil alih fungsi distributor). 6.2 Rekomendasi Kebijakan 1. Sebagai wilayah penarik investasi terbesar di Jawa Barat metropolitan Bodebekkarpur perlu dijaga agar momentum investasi tetap terjaga di wilayah ini. 2. Denganr rata-rata ICOR mendekati 2,5 masih mengindikasikan perlunya upaya efisiensi sehingga angaka ICOR dapat ditekan lebih rendah. 3. Kebutuhan investasi yang besar membutuhkan upaya khusus agar dapat terpenuhi secara konsisten per-periode. Konstelasi dan momen pertumbuhan ekonomi perlu dicermati pada setiap rentang waktu dalam rangka menjaga momentum investasi. 4. Upaya menjaga momentum investasi antara lain perlu diupayakan dengan perbaikan dari aspek institusi dan regulasi yang memadai dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan sehingga dapat disususn strategi yang tepat dalam menarik dan mempertahankan investasi. Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 152 DAFTAR PUSTAKA ----------, Perda No. 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat. RPJMD Jawa Barat. RPJMD Kota Bogor. RPJMD Kota Depok. RPJMD Kota Bekasi. RPJMD Kabupaten Bogor. RPJMD Kabupaten Bekasi. RPJMD Kabupaten Karawang. RPJMD Kabupaten Purwakarta. BPS. Provinsi Jawa Barat 2011 BPS. Provinsi Jawa Barat 2016 BPS. Kota Bogor 2016 BPS. Kota Bekasi 2016 BPS. Kota Depok 2016 BPS. Kabupaten Bogor 2016 BPS. Kabupaten Bekasi 2016 BPS. Kabupaten Karawang 2016 BPS. Kabupaten Purwakarta 2016 BPS. Provinsi Jawa Barat 2016. PDRB menurut lapangan usaha Provinsi Jawa Barat. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. BPMPT Jawa Barat Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan edisi ke-4. Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Antara, Made. 2007. “Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Basis Dan Non Basis Dalam Perekonomian Regional Bali”. Ayu, Putu. 2007. “Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli Dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor”. Hanani Nuhfil dan Nugroho Iwan. 2004. “Kebutuhan Investasi untuk Pengembangan Sektor Pertanian: Suatu pendekatan input-output”. Hanani Nuhfil dan Nugroho Iwan. 2007. “Studi Investasi untuk Pengembangan Komoditi Pertanian di Provinsi Lampung: Pendekatan input-output”. Nugroho, Iwan. 2007. “Pengembangan Dan Kebutuhan Investasi SektorAir Bersih Di Provinsi Jawa Timur”. Harry W. Richardson, Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan oleh Paul Sitohang, Lembaga Penerbit FE UI, 1991. Jhingan M.L. 2004. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Divisi buku perguruan tinggi PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Kuncoro, Mudrajad, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan, UPPAMPYKPN, Yogyakarta. Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi. Ed.4, Jakarta: Penerbit Erlangga. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga Edisi Kedelapan. PPSK – BI, Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, BPFE Yogyakarta, 2002 Tarigan, R. 2012. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. LAMPIRAN Perhitungan ICOR Perhitungan ICOR Bodebekkarpur 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Investasi (Juta Rp.) 29.739.705 43.783.905 76.873.959 87.510.968 88.192.445 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 491.285.504 521.736.108 556.593.032 588.649.378 619.220.541 ∆ Investasi (Juta Rp.) 14.044.200 33.090.054 10.637.009 681.477 ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 30.450.604 34.856.924 32.056.346 30.571.163 ICOR 1,44 2,21 2,73 2,88 2,31 2014 2015 Rata-Rata Perhitungan ICOR Kota Bogor 2011 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2012 2013 304.318 832.230 110.531 152.087 3.104.313 19.944.167 21.203.569 22.474.658 23.815.328 25.295.564 527.912 -721.699 41.556 2.952.226 ∆ Investasi (Juta Rp.) ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 1.259.402 0,66 ICOR 1.271.089 0,09 1.340.670 1.480.236 0,11 2,10 0,74 Perhitungan ICOR Kabupaten Bogor 2011 2012 2013 2014 2015 4.113.606 1.995.887 2.660.937 7.037.161 9.782.249 98.378.723 104.286.980 110.607.295 117.259.360 124.642.378 ∆ Investasi (Juta Rp.) -2.117.719 665.050 4.376.224 2.745.088 ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 5.908.257 6.652.065 7.383.018 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR 0,34 6.320.315 0,42 1,06 1,32 Rata-Rata 0,79 Perhitungan ICOR Kota Depok 2011 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata 4.647.097 1.948.374 1.698.926 4.296.777 2.552.310 28.410.000 30.700.000 32.810.000 35.192.761 37.525.108 -249.448 2.597.851 -1.744.467 2.382.761 2.332.347 ∆ Investasi (Juta Rp.) -2.698.723 ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2.290.000 2.110.000 0,85 ICOR 0,81 1,80 1,09 1,14 Perhitungan ICOR Kota Bekasi 2011 2012 2013 869.554 2.365.780 2.392.114 5.353.083 6.703.612 43.946.084 46.907.332 49.739.925 52.532.659 55.462.726 ∆ Investasi (Juta Rp.) 1.496.226 26.334 2.960.969 1.350.529 ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2.961.248 2.792.734 2.930.067 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 0,80 ICOR 2014 2.832.593 0,84 2015 1,92 Rata-Rata 2,29 1,46 Perhitungan ICOR Kabupaten Bekasi 2011 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2012 2013 2014 2015 13.205.148 18.695.747 22.198.437 31.356.360 35.126.038 164.538.842 175.279.801 186.479.889 197.018.595 205.956.352 5.490.599 3.502.690 9.157.923 3.769.678 10.740.959 11.200.088 10.538.706 1,74 1,98 2,98 ∆ Investasi (Juta Rp.) ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Rata-Rata 8.937.757 3,93 2,66 Perhitungan ICOR Kabupaten Karawang 2011 2012 2013 5.332.612 14.253.792 41.073.102 25.710.486 25.453.640 106.174.675 111.424.083 120.294.863 126.748.692 132.445.998 ∆ Investasi (Juta Rp.) 8.921.180 26.819.310 -15.362.616 -256.846 ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 5.249.408 8.870.780 6.453.829 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR 2,72 4,63 2014 2015 3,98 Rata-Rata 5.697.306 4,47 3,95 Perhitungan ICOR Kabupaten Purwakarta 2011 2012 2013 2014 1.267.366 3.692.093 6.739.909 13.605.010 5.470.279 29.893.010 31.934.340 34.186.400 36.081.980 37.892.413 ∆ Investasi (Juta Rp.) 2.424.727 3.047.816 6.865.101 -8.134.731 ∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2.041.330 2.252.060 1.895.580 1.810.433 Investasi (Juta Rp.) PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR 1,81 2,99 7,18 2015 3,02 Rata-Rata 3,75 Perhitungan Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2016 - 2025 Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 656.373.773 695.756.200 737.501.572 781.751.666 828.656.766 2,31 2,31 2,31 2,31 2,31 91.150.788 96.619.835 102.417.025 108.562.046 115.075.769 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 878.376.172 931.078.742 986.943.467 1.046.160.075 1.108.929.680 2,31 2,31 2,31 2,31 2,31 121.980.315 129.299.134 137.057.082 145.280.507 153.997.338 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kota Bogor Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 30.127.421 31.935.067 33.851.171 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 26.813.298 28.422.096 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 1.189.862 1.261.253 1.336.928 1.417.144 1.502.173 Kebutuhan Investasi di Kota Bogor Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 35.882.241 38.035.175 40.317.286 42.736.323 45.300.503 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74 1.592.303 1.687.841 1.789.112 1.896.459 2.010.246 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bogor Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 132.120.921 140.048.176 148.451.066 157.358.130 166.799.618 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 6.226.232 6.599.806 6.995.795 7.415.543 7.860.475 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bogor Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 176.807.595 187.416.051 198.661.014 210.580.675 223.215.516 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 8.332.104 8.832.030 9.361.952 9.923.669 10.519.089 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kota Depok Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 39.776.614 42.163.211 44.693.004 47.374.584 50.217.059 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14 2.716.892 2.879.905 3.052.699 3.235.861 3.430.013 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kota Depok Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 53.230.083 56.423.888 59.809.321 63.397.880 67.201.753 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14 3.635.814 3.853.963 4.085.200 4.330.312 4.590.131 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kota Bekasi Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 58.790.490 62.317.919 66.056.994 70.020.414 74.221.639 1,46 1,46 1,46 1,46 1,46 5.157.162 5.466.592 5.794.588 6.142.263 6.510.799 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kota Bekasi Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 78.674.937 83.395.433 88.399.159 93.703.109 99.325.295 1,46 1,46 1,46 1,46 1,46 6.901.446 7.315.533 7.754.465 8.219.733 8.712.917 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bekasi Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 218.313.733 231.412.557 245.297.311 260.015.149 275.616.058 2,66 2,66 2,66 2,66 2,66 34.803.628 36.891.845 39.105.356 41.451.677 43.938.778 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bekasi Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 292.153.022 309.682.203 328.263.135 347.958.923 368.836.459 2,66 2,66 2,66 2,66 2,66 46.575.105 49.369.611 52.331.787 55.471.695 58.799.996 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Karawang Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 140.392.758 148.816.323 157.745.303 167.210.021 177.242.622 3,95 3,95 3,95 3,95 3,95 33.266.535 35.262.527 37.378.279 39.620.975 41.998.234 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Karawang Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 187.877.180 199.149.810 211.098.799 223.764.727 237.190.610 3,95 3,95 3,95 3,95 3,95 44.518.128 47.189.216 50.020.569 53.021.803 56.203.111 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) Kebutuhan Investasi di Kabupaten Purwakarta Tahun 2016-2020 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 42.575.915 45.130.470 47.838.298 50.708.596 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75 9.037.464 9.579.711 10.154.494 10.763.764 11.409.590 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 40.165.958 Kebutuhan Investasi di Kabupaten Purwakarta Tahun 2021-2025 (Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6 Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4 56.976.179 60.394.749 64.018.434 67.859.541 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75 12.094.165 12.819.815 13.589.004 14.404.344 15.268.605 PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) ICOR Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 53.751.112 LAMPIRAN FOTO BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT