Pengaruh Perdagangan Internasional, Distribusi Pasar, dan Daya

advertisement
PROCEEDINGS Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
ISSN- 2252-3936
Pengaruh Perdagangan Internasional,
Distribusi Pasar, dan Daya Saing
Terhadap Pertumbuhan Nilai Ekspor Kopi Indonesia 1992 – 2011
Arus Reka Prasetia
ABSTRACT
Indonesia, as one of country of coffee exporting in the world, has given influence and contribution that
reality in world trade. Now, Indonesia becomes one of biggest country of coffee exporting in the world.
Coffee, as one of important commodity in the world, gives also significant influence to Indonesia economics.
Influence is referring especially for trade sector and agriculture. Target in this research is to know that
international trade, market distribution, and competitive ability has an effect on in simultaneous and partial
to the growth of Indonesia’s coffee export value during in 1992-2011. Method as used in this research is the
method of regression analysis. Constant Market Share Analysis (CMSA) is a method of analysis to know
performance of exporting commodity from a country, where this analysis can see performance of exporting
commodity a country to performance of exporting for commodity in common from the other country it’s that
conduct exporting activity to countries of exporting target around the world. This analysis will select because
from the growth of export commodity value or increase of exporting commodity become four parts, that is
increase of world exporting commodity or world trade (international trade), composition of exporting
commodity from pertinent country, market distribution of exporting commodity, and competitive ability from
exporting commodity referred.
Keywords: CMSA, international trade, composition commodity, competitiveness.
PENDAHULUAN
Aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara, termasuk perdagangan internasional, merupakan salah satu
bentuk kegiatan ekonomi yang cukup penting dan signifikan dalam menentukan tingkat kemajuan ekonomi dari negara
tersebut. Perdagangan, dengan pelbagai aktivitasnya, akan menjadi salah satu kesempatan dalam meningkatkan
pendapatan serta memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat dan menanggulangi kesulitan ekonomi.
Indonesia, sebagai salah satu negara di dunia yang memiliki pelbagai sumber daya, saat ini sedang melaksanakan dan
melanjutkan pembangunan secara berkala, dimana dalam menjalankan pembangunannya membutuhkan pelbagai jenis
barang dan jasa. Barang dan jasa tersebut dapat diperoleh dari dalam negeri dan ada pula yang diimpor dari negara lain
dengan pelbagai jenis, sifat dan karakteristik produknya.
Aktivitas untuk melakukan kegiatan impor dari pelbagai barang dan jasa dari negara-negara pengimpor ini diperlukan
alat pembayaran yang berupa mata uang asing dalam setiap transaksinya. Ragam upaya untuk memperoleh mata uang
asing ini sangat banyak, salah satunya adalah dengan melakukan aktivitas ekspor, sehingga pembangunan di Indonesia
selayaknya tetap berjalan dengan lancar dan baik, dimana segala aktivitas ekspor dengan negara-negara tujuan ekspor
harus lebih ditingkatkan, baik volume maupun nilai ekspornya.
Ekspor merupakan berbagai komoditi yang terdiri dari beragam jenis produk, baik berupa barang ataupun jasa, dimana
beragam jenis produk tersebut bergerak ataupun berpindah meninggalkan suatu negara, yang menjadi asal-muasal produk
tersebut, menuju negara lain yang menjadi tujuannya ataupun berupa hasil transaksi yang diperdagangkan antar negara
(Kuntjoro, 1996:37). Ekspor merupakan suatu aktivitas ekonomi berupa transaksi berbagai produk, baik berupa barang
ataupun jasa, yang diproduksi ataupun dihasilkan di dalam negeri dan kemudian dijual ke luar negeri (Mankiw, 2000:67).
Struktur ataupun karakter ekspor di negara Indonesia terdiri dari dua macam karakter, yakni ekspor minyak dan gas bumi
(biasa dikenal dengan istilah ‘migas’) dan ekspor yang bukan dari minyak dan gas bumi (biasa disingkat dan dikenal
dengan istilah ‘non-migas’). Karakter migas dan non-migas ini mewarnai seluruh aktivitas ekspor Indonesia dari dekade
tujuh puluhan hingga dekade pada saat ini.
Ekspor migas, pada dekade tujuh-puluhan, menjadi bagian terbesar dalam struktur ekspor Indonesia hingga tahun 1984
sehingga sektor migas ini masih menjadi primadona dalam aktivitas ekspor, dimana hal ini dibuktikan pada tahun 1984,
ketika ekspor migas masih memberikan kontribusi perdagangan lebih dari 75 prosen komoditas ekspor Indonesia. Ekspor
melalui sektor migas ini akhirnya mengalami penurunan setelah tahun 1984, dan puncak penurunan ini terjadi ketika pada
tahun 1987 ekspor migas mengalami penurunan yang sangat signifikan dan akhirnya lebih rendah dari ekspor komoditas
non migas, yakni hanya sebesar 49 prosen dari seluruh transaksi ekspor Indonesia (Djiwandono, 1992:211).
Transaksi ekspor dari hasil pertanian merupakan salah satu bagian ekspor yang berasal dari sektor non-migas. Produk
yang berasal dari hasil pertanian penting bagi negara Indonesia dan masyarakatnya, karena produk dari hasil pertanian
merupakan dasar kehidupan ekonomi manusia (Sumaatmadja, 1988:166). Produk dari hasil pertanian, hingga saat ini dan
mungkin hingga beberapa waktu puluh tahun atau beberapa ratus tahun mendatang, akan tetap menjadi sumber daya bagi
bahan makanan untuk penduduk suatu negara, kawasan ataupun manusia. Manusia belum dapat mengembangkan suatu
sektor kehidupan ekonomi yang lain apabila belum mampu melaksanakan dan mengembangkan sektor pertanian secara
baik dan benar, karena sektor pertanian menjadi sektor utama yang akan menjamin kehidupan manusia. Hasil dari
berbagai produk pertanian yang menjadi sumber daya makanan atau pangan utama, juga memberikan dan
menyumbangkan potensinya yang lain, baik sebagai salah satu objek perdagangan maupun sebagai salah satu bahan
industri pendukung perdagangan.
1456
190| Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
PROCEEDINGS
ISSN- 2252-3936
Hasil dari sektor pertanian ini perlu diperhatikan dengan seksama karena sektor pertanian banyak menyerap tenaga kerja
dan mayoritas dari penduduk di Indonesia masih banyak yang tinggal di pedesaan atau berkonsentrasi pada industri
pertanian, sehingga saat ini masih banyak yang menitikberatkan mata pencahariannya pada sektor pertanian, sehingga
akhirnya Indonesia seringkali disebut sebagai negara agraris (Dumairy, 1997:204).
Sektor pertanian, pada prinsipnya memiliki berbagai sub-sektor didalamnya, dimana salah satu sub-sektornya adalah subsektor perkebunan, yang mana sub-sektor ini telah dikembangkan secara besar-besaran dan berkesinambungan di
nusantara, dimulai sejak zaman penjajahan dan tetap dipertahankan pengembangannya hingga saat ini.
Kopi, sebagai salah satu hasil dari sektor perkebunan, merupakan sub-sektor dari pertanian, adalah hasil komoditi
terpenting kedua di dunia setelah petroleum, dimana lebih dari 400 milyar cangkir kopi dikonsumsi setiap tahunnya. FAO
(Food and Agriculture Organization), salah satu lembaga dunia dalam naungan PBB yang berkonsentrasi pada pangan
dan industri pertanian memaparkan data, bahwasannya 25 juta produsen kopi skala kecil di dunia hidup dari usaha kopi.
Contoh nyata dari salah satu produsen kopi dunia adalah Brasil yang memproduksi hampir sepertiga kebutuhan kopi
dunia, lebih dari 5 juta orang diperkerjakan dalam penanaman dan pemanenan dari 3 milyar tanaman kopi. Fakta ini
melebihi jumlah buruh yang berkerja dalam penanaman hingga pemanenan kedelai, tebu, gandum, dan peternakan.
Kopi merupakan salah satu komoditas perdagangan strategis dan memegang peranan penting bagi perekonomian
nasional hingga akhir tahun 1990-an, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Fakta sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan kerja hingga lebih dari 2 juta
kepala keluarga petani dan memberikan pendapatan yang layak bagi mereka.
Fakta lain dari sektor kopi yang berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja yakni terciptanya lapangan kerja
bagi pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh industri pengolahan kopi. Sisi lain dari
ekspor komoditas kopi mampu menghasilkan devisa lebih dari US $ 500 juta/tahun pada periode 1994-1998.
Peranan dari komoditas kopi tersebut mulai memudar sejak tahun 2000, khususnya setelah perkopian dunia
dilanda krisis akibat membanjirnya produksi kopi dunia. Harga kopi dunia terus merosot hingga mencapai titik terendah
selama 37 tahun terakhir pada awal tahun 2002 dan belum menunjukkan perbaikan ataupun perubahan yang cukup
berarti. Kondisi tersebut berdampak langsung pada harga kopi di tingkat petani karena biji kopi Indonesia sangat
tergantung pada pasar internasional. Harga kopi di tingkat petani sangat rendah, sehingga berdampak negatif bagi
perekonomian nasional terutama di sentra-sentra produksi kopi seperti Lampung dan Sumatera Selatan.
Ragam upaya telah dilakukan secara optimal untuk memperbaiki harga kopi, baik ditingkat nasional, regional
maupun internasional, tetapi belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Harga kopi di tingkat petani belum
mampu untuk menutupi biaya produksinya dan petani terpaksa membiarkan kebun kopi tidak terpelihara, bahkan
sebagian tanaman kopi ada yang ditebang dan diganti dengan tanaman lain. Kondisi yang seperti ini, mengakibatkan kopi
Indonesia semakin kehilangan daya saing dan peranannya makin berkurang di kancah perdagangan kopi internasional.
Metode untuk mengukur pertumbuhan atau perubahan nilai komoditas ekspor dari suatu negara dapat
menggunakan model Constant Market Share Analysis (CMSA), dimana menurut model ini, ada empat faktor atupun
komponen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan nilai ekspor, yakni: kenaikan dalam ekspor dunia (perdagangan
internasional), komposisi komoditas ekspor dunia, distribusi negara tujuan ekspor (distribusi pasar), dan daya saing
(Santosa, 1999:21).
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivitas berbagai bentuk perdagangan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari saat ini. Aktivitas
ini diakibatkan oleh karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan demikian juga halnya
dengan suatu negara. Awal dari kreativitas perdagangan dilakukan hanya antar individu secara sederhana
dengan sistem barter, namun sejalan dengan semakin beragamnya kebutuhan yang diperlukan,
mengakibatkan terjadinya aktivitas perdagangan tidak hanya dilakukan antar individu lagi melainkan juga
antar negara. Perdagangan internasional itu sendiri merupakan suatu proses tukar menukar berbagai barang
dan berbagai jasa yang didasarkan atas kehendak atau keinginan sukarela dari masing-masing pihak hingga
terjadinya kesepakatan, atau dengan kata lain, unsur kebebasan untuk menentukan untung rugi dengan
adanya pertukaran yang terjadi dilihat dari sudut kepentingan nasional dari masing-masing negara. Perlu
untuk ditegaskan disini bahwa unsur kebebasan adalah amat penting dalam perdagangan internasional.
Perdagangan internasional merupakan salah satu topik yang dibahas dalam teori ekonomi internasional bila
didasarkan pada pendapat akan adanya gains from trade jika melakukan pertukaran, sehingga dengan kata
lain dapat diuraikan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena salah satu atau kedua negara yang
melakukan pertukaran melihat adanya manfaat atau keuntungan dari pertukaran itu.
Perdagangan internasional diperlukan pula untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi
produksi. Spesialisasi berarti setiap negara memproduksi barang tertentu lebih banyak daripada yang akan
dikonsumsi warganya dan barang lain lebih sedikit daripada yang dapat dikonsumsi warganya.
Studi mengenai perdagangan muncul pada abad keenam belas, dimana penganut aliran tersebut disebut
sebagai kaum merkantilisme. Kaum merkantilisme tersebut menyatakan bahwa suatu negara ingin menjadi
kaya dan berkuasa maka negara itu harus mengekspor lebih banyak dibandingkan dengan impornya. Selisih
dari aktivitas ekspor impor tersebut akan diselesaikan dengan pemasukan logam mulia.
Negara yang semakin banyak memiliki emas, maka semakin kaya dan berkuasa negara tersebut,
oleh karena itu kaum merkantilisme mendukung pemerintah untuk merangsang ekspor dan menghambat
aktivitas impor. Teori kaum merkantilis ini mendapat banyak sanggahan, salah satunya adalah dari Adam
Smith yang mengemukakan suatu teori, yaitu teori keunggulan absolut.
|190
1457
∑
j
ij
∑
jij
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
Teori keunggulan absolut mengutarakan bahwa suatu negara akan memproduksi dan mengekspor
suatu barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolut (keunggulan mutlak) atas negara lain,
kemudian David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolut dari Adam Smith. David Ricardo
mengutarakan bahwa perdagangan masih dapat dilakukan selama masing-masing negara masih mempunyai
keunggulan relatif dalam menghasilkan suatu barang, bahkan untuk negara yang memiliki kerugian absolut
pun masih dapat melakukan perdagangan, yaitu dengan melakukan spesialisasi pada komoditas yang
memiliki kerugian absolut terkecil dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut yang lebih
besar. Teori David Ricardo ini kemudian dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif.
Teori perdagangan internasional yang lain adalah teori perdagangan internasional dari HecksherOhlin. Hecksher dan Ohlin berpendapat bahwa perdagangan internasional ditentukan oleh adanya perbedaan
relatif dalam kekayaan alam sehingga terdapat perbedaan dalam harga faktor produksi antar negara, sehingga
suatu negara akan membuat dan mengekspor barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif
berlimpah sehingga biaya produksi menjadi relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.
Kaidah pokok atau teori cukup banyak dalam analisis ekonomi modern yang muncul dari abad keenam belas
tersebut dengan topik memperdebatkan kebijakan-kebijakan perdagangan dan moneter internasional, namun
sekarang ini, belum pernah terjadi sebelumnya, bidang studi ekonomi internasional menjadi begitu penting.
Benefit dari terselenggaranya perdagangan internasional, baik dalam barang-barang maupun jasa, serta terus
berkembangnya lalu lintas keuangan internasional, perekonomian setiap negara kini menjadi semakin terkait
secara erat satu sama lain dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Kini, dalam waktu yang bersamaan,
perekonomian dunia semakin sering bergejolak, suatu fenomena yang belum pernah terjadi pada dekadedekade yang lalu. Fakta baru ini masih ditambah lagi dengan adanya berbagai perubahan di lingkungan
internasional (international environment), sehingga ilmu ekonomi internasional semakin menjadi perhatian
utama, baik itu dalam perumusan strategi perusahaan maupun dalam penyusunan kebijakan ekonomi nasional
dari berbagai negara.
Pengaruh dari karakteristik setiap negara yang berbeda satu sama lain, mengakibatkan negara-negara tersebut
melakukan perdagangan karena mereka berbeda satu sama lain, dimana setiap negara dapat memperoleh
keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Alasan dari tujuan setiap negara yang ingin
mencapai skala ekonomi lebih baik, sehingga negara-negara tersebut melakukan perdagangan dengan tujuan
mencapai skala ekonomi dalam produksi.
Probabilitas dari perdagangan internasional tersebut yang menguntungkan kedua belah pihak itu ternyata
lebih luas dari yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, namun model pertama tentang perdagangan dapat
menunjukkan secara jelas bahwa dua negara tetap dapat berdagang dengan saling menguntungkan meskipun
salah satu negara lebih efisien dalam memproduksi segala jenis barang dan bahwa produsen di negara yang
kalah efisien dapat bersaing hanya dengan membayar upah lebih rendah.
Perdagangan menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang kepada setiap negara untuk mengekspor
berbagai macam barang yang produksinya menggunakan sebagian besar sumber daya yang melimpah di
negara bersangkutan serta mengimpor berbagai barang yang produksinya menggunakan sumber-sumber daya
yang tergolong cukup langka di negara tersebut. Perdagangan internasional juga memungkinkan setiap
negara untuk melakukan spesialisasi produksi pada barang-barang yang bisa dibuatnya secara efisien
sehingga bisa meningkatkan efisiensi dan skala produksinya.
Constant Market Share Analysis
Laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, sama, atau lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekspor
rata-rata dunia (pertumbuhan standar). Faisal Basri (1995) mengemukakan, bahwa pada intinya pendekatan
Constant Market Share Analysis, atau biasa disingkat dengan CMSA, akan memecah pertumbuhan ekspor ke
dalam beberapa faktor penyebab selain karena pertumbuhan ekspor dunia. Laju perubahan ekspor dapat
disebabkan oleh adanya perubahan pada 3 hal, yakni:
1. Komposisi komoditas (masalah komposisi ekspor),
2. Komposisi negara tujuan (masalah distribusi pasar dunia dari negara eksportir), dan
3. Daya saing atau memiliki daya saing (masalah daya saing dalam harga atau kualitas).
Hubungan atau kaitannya dalam perumusan Constant Market Share Analysis (CMSA) ini, maka terdapat
beberapa konsep perumusan sebagai berikut:
1458
190| i∑ jij
i∑ j∑ ji∑
⋅
⋅
ij
X
'∑ X
ij
− ijrX
=
+ X
('− −Xrij
ij
ji
∑
ij
ij
∑
ij
ij
i
i
ij
ij
∑
⋅
∑
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
PROCEEDINGS
ISSN- 2252-3936
Dimana, Xi. merupakan nilai ekspor komoditi i dari negara Z ke negara j pada periode pertama dan X’i.
merupakan nilai ekspor komoditi i dari negara Z ke negara i pada periode kedua. Rumus selanjutnya, nilai
ekspor total dari negara Z pada periode pertama dirumuskan sebagai berikut:
Langkah untuk memudahkan pemahaman, anggaplah hanya ada satu jenis barang atau komoditi dan satu
negara tujuan ekspor. Dengan demikian, jika negara Z ingin mempertahankan pangsa pasar ekspor
komoditinya, maka ekspor komoditi dari negara Z harus meningkat sebesar rX; dimana r adalah persentase
perubahan total ekspor dunia.
Rumus untuk menggambarkan peningkatan ekspor komoditi dari negara-negara dapat dituliskan sebagai
berikut:
Rumus umum tersebut, apabila digunakan hanya untuk setiap komoditas di setiap negara tujuan ekspor, maka
dapat dituliskan sebagai berikut:
Dengan demikian, proses agregasi terhadap persamaan rumus tersebut, maka dihasilkan persamaanpersamaan rumus sebagai berikut:
Dari model persamaan rumus tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan ekspor komoditas i ke negara j
dari negara Z disebabkan oleh empat faktor, yaitu:
1. Kenaikan ekspor dunia,
2. Komposisi komoditas ekspor dunia,
3. Distribusi negara tujuan ekspor, dan
4. Residual yang mencerminkan perbedaan antara pertumbuhan ekspor aktual dan pertumbuhan ekspor
yang akan terjadi jika negara Z mempertahankan pangsa ekspornya di pasar dunia/internasional untuk
setiap komoditas.
Dari keempat faktor penyebab kenaikan ekspor tersebut, maka penyebab yang keempat mencerminkan daya
saing setiap komoditas ekspor di pasar dunia/internasional.
Tyszynski (1951) adalah ahli ekonomi pertama yang menggunakan metode Constant Market Share Analysis
(CMSA) ini untuk meneliti pertumbuhan komoditas manufaktur pada perdagangan dunia. Tujuan dari
penelitian tersebut untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan permintaan dunia terhadap
ekspor negara-negara industri utama serta perubahan posisi persaingan.
Kemudian, untuk melakukan analisis perubahan komposisi komoditi manufaktur tersebut, Tyszynski
menggunakan data dalam kurun waktu tahun 1899, 1929, 1937, dan 1950 sebagai tahun-tahun analisisnya.
Tyszynski mengelompokkan berbagai komoditi ke dalam 16 kelompok dan menggunakan 11 negara sebagai
dasar dari penelitiannya. Persentase untuk komoditas manufaktur dirancang persentasenya, dimana tiap-tiap
kelompok komoditas perdagangan internasional dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu yang mengalami
peningkatan, yang mengalami nenurunan, dan yang tidak mengalami penurunan maupun peningkatan (tetap).
Tyszynski, dalam penelitiannya, mengenai komoditas manufaktur dalam perdagangan dunia ini, komoditas
yang mengalami peningkatan adalah besi, baja, dan kelompok mesin.
Komoditas yang mengalami penurunan adalah non-ferous metal, non-metalliferous, bahan-bahan kimia dan
hasil-hasilnya, tekstil, dan pakaian jadi. Tyszynski memaparkan bahwa penurunan pada perdagangan dunia
disebabkan karena banyaknya negara industri baru yang mulai beralih dari penggunaan kekayaan alam
negaranya sendiri untuk bahan-bahan bangunan.
Fakta sebaliknya terjadi, dimana peningkatan pada penggunaan alat-alat besi, baja, dan mesin-mesin seperti
kapal laut dan rel kereta api mungkin disebabkan oleh terjadinya kerusakan transportasi laut dan kereta api di
Eropa yang diakibatkan oleh terjadinya perang pada saat itu serta makin intensifnya proses industrialisasi di
Eropa. Negara yang mengalami stagnasi dalam penelitian Tyszynski adalah India. Tyszynski melihat bahwa
|190
1459
ji
∑
jij
∑
′
−
V
..
i
ij
∑
ij
⋅∑
ij
⋅∑
i.−
V
′ V
ri.+
≡ −
i(.
′V
i
∑
≡
i
.i
(−′
V
.i
i
∑
≡
.i
()rV
∑
+
i
)(r−
iV
(.∑
+
.i
(rV
≡
i
∑
..)+
.i
)(Vr−
(.i∑
+
′
−
V
.i
(r+−
)V+
r∑
.i
r)V
−
V
′
−
r−
V
PROCEEDINGS Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional ISSN- 2252-3936
Bandung, 27 Maret 2012
perubahan ekspor dalam suatu perdagangan dunia disebabkan oleh perubahan di dalam perdagangan dunia
dan perubahan daya saing negara tersebut.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif. Metode ini dalam menarik
kesimpulan didasarkan pada perhitungan statistik dan matematis.
Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini menggunakan dua buah variabel utama, yaitu variabel
independen atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel terikat. Variabel pertumbuhan nilai
komoditas ekspor Indonesia, dalam hal ini komoditas kopi, dinyatakan sebagai variabel dependen atau terikat
(Y). Variabel perdagangan dunia (perdagangan internasional), variabel distribusi pasar, dan variabel daya
saing merupakan variabel independen atau variabel bebas (X). Uraian variabel independen atau variabel
bebas dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 variabel X, dimana X1 adalah perdagangan dunia (perdagangan
internasional), X2 adalah distribusi pasar, dan X3 adalah daya saing.
Learner dan Stern (1970) dalam Juswanto dan Mulyanti (2003) mengembangkan dan menjelaskan metode
constant market share secara jelas, berikut ini notasi yang digunakan dalam mengembangkan metode ini:
:
Nilai ekspor komoditas i dari negara A dalam periode pertama.
Vi.
:
Nilai ekspor komoditas i dari negara A dalam periode kedua.
Vi.’
Nilai ekspor dari negara A menuju negara j dalam periode pertama.
:
V.j
:
Nilai ekspor dari negara A menuju negara j dalam periode kedua.
V’.j
:
Nilai ekspor komoditas i dari negara A menuju negara j dalam periode pertama.
Vij
:
Persentase pertumbuhan dalam total nilai ekspor dunia dari periode pertama menuju
r
periode kedua.
:
Persentase pertumbuhan dalam total nilai ekspor dunia untuk komoditas i dari periode
ri
pertama menuju periode kedua.
:
Persentase pertumbuhan dalam total nilai ekspor dunia untuk komoditas i ke negara j
rij
dari periode pertama menuju periode kedua.
Nilai ekspor dari negara A dalam periode pertama, diwujudkan dalam persamaan (3.1) adalah:
dan selanjutnya dapat digambarkan pula nilai ekspor dari negara A dalam periode pertama, melalui
persamaan (3.2) berikut:
Pada tingkat pertama dari analisis ini, maka dapat digambarkan nilai ekspor hanya dari satu komoditas
kepada satu pasar saja. Pada tingkatan ini argumentasi dari metode tersebut mensyaratkan jika negara A
memelihara atau menjaga nilai pangsa ekspornya dalam pasar dunia maka nilai ekspor tersebut akan
mengalami pertumbuhan yang diwujudkan oleh rV.., dan formulasi dari pertumbuhan tersebut dapat dilihat
dalam persamaan (3.3) berikut:
Persamaan (3.3) di atas, menggambarkan tingkat pertama dari analisis ini, artinya pertumbuhan nilai ekspor
dari periode pertama menuju periode kedua (V’.. – V..) merupakan bagian yang dihubungkan dengan
pertumbuhan secara umum dari nilai ekspor dunia (rV..) dan tanpa menjelaskan residu (sisa), tetapi pada sisi
daya saing ekspor dari negara tersebut (V’.. – V.. – rV..).
Tahap berikutnya dari analisis ini, analisis pada tingkatan kedua, metode atau analisis memperluas
argumentasinya dimana nilai ekspor sesungguhnya merupakan suatu komoditas dan pasar yang sama untuk
komoditas tertentu. Persamaan untuk komoditas i digambarkan serta dianalogikan dalam persamaan (3.4)
berikut:
Dan semua persamaan di atas diaggregasikan dalam persamaan (3.5):
1460
190| ′
−
..V
∑
i(
V
−
rV
.i
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
PROCEEDINGS
ISSN- 2252-3936
(1)
(2)
(3)
Persamaan (3.5) merepresentasikan analisis tingkat kedua dimana laju pertumbuhan nilai ekspor dari negara
A (V’.. – V..), merupakan variabel dependen atau variabel terikat Y, yang mana dipengaruhi oleh 3 atribut
atau faktor, yakni:
(1) Pertumbuhan atau kenaikan nilai ekspor dunia (perdagangan dunia/perdagangan internasional);
menjadi variabel independen atau variabel bebas X1.
(2) Komposisi komoditas dari negara A pada periode pertama (distribusi pasar ke negara tujuan ekspor);
menjadi variabel independen atau variabel bebas X2.
(3) Daya saing ekspor dari negara A menuju negara tujuan ekspor; menjadi variabel independen atau
variabel bebas X3.
Operasionalisasi dan formulasi variabel berdasarkan pemaparan dari persamaan-persamaan di atas dalam
analisis constan market share, ditabulasikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
VARIABEL
Operasionalisasi dan Formulasi Variabel
KONSEP
FORMULA
SKALA
Pertumbuhan Nilai
Ekspor
(Dependen: Y)
Kenaikan nilai ekspor
dari satu atau beberapa
komoditas ekspor
suatu negara
Ratio
Perdagangan Dunia
(Independen: X1)
Pertumbuhan ekspor
dunia secara umum ke
negara-negara tujuan
utama atau pasar
tujuan utama
Ratio
Distribusi Pasar
(Independen: X2)
Diversifikasi ekspor
Ratio
Daya Saing
(Independen: X3)
Kemampuan bersaing
ekspor suatu negara
yang disebabkan oleh
pertumbuhan
produktivitas yang
lebih tinggi
Ratio
Sumber: Juswanto., Wawan; Mulyanti., Puji. 2003. Indonesia’s Manufactured Exports: A
Constant Market Shares Analysis. Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 6 Nomor 2:
97-106.
HASIL
Constant Market Share Analysis (CMSA) adalah suatu metode analisis untuk mengetahui kinerja komoditas
ekspor dari suatu negara, dimana analisis ini mampu melihat kinerja komoditas ekspor suatu negara. Analisis
ini akan memilah penyebab pertumbuhan nilai komoditas ekspor atau kenaikan komoditas ekspor menjadi
empat bagian, yaitu:
|190
1461
V
..
−
≡
..V
+
rV
()
..
−
ri∑
(
+
ri)
.V
−
i(∑
.V
i−
rV
.
PROCEEDINGS Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
ISSN- 2252-3936
1. Kenaikan komoditas ekspor dunia atau perdagangan dunia (perdagangan internasional),
2. Komposisi komoditas ekspor dari negara yang bersangkutan,
3. Distribusi negara tujuan komoditas ekspor, dan terakhir adalah
4. Daya saing dari komoditas ekspor tersebut.
Penelitian ini, yang membahas tentang pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia dalam
perdagangan dunia, dimana variabel komposisi komoditas akan diabaikan, karena dalam penelitian yang
dilakukan ini hanya terdiri dari satu jenis komoditas ekspor saja, yaitu komoditas kopi.
Uji hipotesis akan menggunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan persamaan
matematika yang pernah digunakan dalam penelitian Mohammad Haji Alias, Fatimah Mohd. Ashad, dan
Abdul Aziz Abdul Rahman (1992), dimana persamaan matematika tersebut telah dimodifikasi untuk
kebutuhan dan kepentingan penelitian penulis.
Kemudian, akan dilakukan uji statistik terhadap hasil dari persamaan matematika yang telah
digunakan dengan memakai uji t-statistik untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari ketiga variabel di
atas (perdagangan dunia/internasional, distribusi pasar, dan daya saing) terhadap pertumbuhan nilai
komoditas ekspor kopi Indonesia, akhirnya akan dilakukan uji F-statistik untuk mengetahui apakah ketiga
variabel tersebut berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
PEMBAHASAN
Persamaan matematika dari model pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia yang digunakan
dalam penelitian ini tersaji sebagai berikut:
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
Persamaan untuk pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia; merupakan variabel dependen
atau variabel terikat Y.
(2) Persamaan untuk pertumbuhan atau kenaikan nilai komoditas ekspor kopi dunia (perdagangan
dunia/perdagangan internasional); merupakan variabel independen atau variabel bebas X1.
(3) Persamaan untuk komposisi komoditas ekspor kopi Indonesia (distribusi pasar ke negara tujuan
ekspor); merupakan variabel independen atau variabel bebas X2.
(4) Persamaan untuk daya saing komoditas ekspor kopi Indonesia menuju negara tujuan ekspor;
merupakan variabel independen atau variabel bebas X3.
dimana:
:
Total nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
V
:
Nilai komoditas ekspor kopi Indonesia kepada 10 negara tujuan utama ekspor. (Amerika
Vi.
Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Perancis, Belanda, Aljazair, Denmark, Maroko, dan Singapura)
:
Angka pertumbuhan dalam total nilai komoditas ekspor kopi dunia.
r
:
Angka pertumbuhan dalam total nilai komoditas ekspor kopi dunia kepada 10 negara tujuan
ri
utama ekspor. (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Perancis, Belanda, Aljazair, Denmark,
Maroko, dan Singapura), sedangkan notasi ‘ menunjukkan inisial dari periode kedua.
Hasil perhitungan dari persamaan matematika di atas, kemudian dapat dibuat tabel hasil perhitungan analisis
dengan regresi linear berganda sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan
Analisis dengan Regresi Linear Berganda
1462
n
Periode
1
1992 – 1993
1,1
-1,4
7,0
-4,5
2
1994 – 1995
4,0
-1,0
30,2
-25,2
3
1996 – 1997
23,9
10,6
22,7
-9,4
4
1998 – 1999
-2,0
9,7
-18,6
6,7
5
2000 – 2001
14,6
-7,4
5,3
16,7
6
2002 – 2003
29,2
-12,4
149,7
-108,1
7
2004 – 2005
8,6
-8,6
71,9
-63,3
190| Y
X1
X2
X3
PROCEEDINGS
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
ISSN- 2252-3936
8
2006 – 2007
47,4
13,2
244,9
-210,7
9
2008 – 2009
38,4
76,4
-86,1
48,1
10
2010 – 2011
86,0
45,6
-177,3
217,7
251,2
124,7
249,7
-132
Total
Berdasarkan tabel perhitungan di atas, maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = 4,326 + 0,893X1 + 0,926X2 + 0,934X3
Dimana, Y adalah pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia yang merupakan variabel dependen
(variabel terikat) yang dipengaruhi oleh 3 (tiga) variabel independen (variabel bebas), yakni variabel X1 atau
variabel perdagangan dunia/perdagangan internasional, variabel X2 atau variabel distribusi pasar, dan
variabel X3 atau variabel daya saing. Uji hipotesis akan dilakukan selanjutnya setelah menghitung analisis
regresi linear berganda, untuk menguji F-statistik (F-test) dan t-statistik (t-test). Uji ini akan dilakukan
dengan menggunakan bantuan program komputer (software) yakni Program SPSS 17.0 for Windows.
Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama akan menguji apakah perdagangan komoditas kopi dunia, distribusi pasar komoditas
kopi Indonesia, dan daya saing komoditas kopi Indonesia memiliki pengaruh secara simultan terhadap
pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, sejak tahun
1992 sampai dengan tahun 2011.
H0 = Perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi pasar, dan daya saing tidak memiliki
pengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
Hi = Perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi pasar, dan daya saing memiliki pengaruh
secara simultan terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
Hasil dari uji F-statistik dengan menggunakan Program SPSS 17.0 for Windows diperoleh data bahwa Fhitung
adalah 101,626 dengan tingkat signifikansi (α ) sebesar 0,001. Tingkat signifikansi (α ) yang bernilai 0,001
menjadikan nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,005, maka perdagangan dunia (perdagangan
internasional), distribusi pasar, dan daya saing memiliki pengaruh secara bersamaan terhadap pertumbuhan
nilai komoditas ekspor kopi Indonesia dengan tingkat kepercayaan 99%. Perbandingan antara statistik hitung
dengan statistik tabel memiliki syarat:
1. Jika statistik Fhitung < statistik ttabel, maka H0 diterima.
2. Jika statistik Fhitung > statistik ttabel, maka H0 ditolak.
Hasil dari uji F-statistik diperoleh nilai Ftabel sebesar 4,760. Nilai sebesar 4,760 menjadikan Fhitung lebih
besar dibandingkan dengan Ftabel (101,626 > 4,760), maka H0 ditolak. Arti dari hasil perhitungan ini bahwa
perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi pasar, dan daya saing memiliki pengaruh secara
simultan terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
Uji Hipotesis Kedua
Uji hipotesis kedua akan menguji apakah perdagangan komoditas kopi dunia, distribusi pasar komoditas kopi
Indonesia, dan daya saing komoditas kopi Indonesia memiliki pengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan
nilai komoditas ekspor kopi Indonesia selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, sejak tahun 1992 sampai
dengan tahun 2011.
H0 = Perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi pasar, dan daya saing tidak memiliki
pengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
Hi = Perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi pasar, dan daya saing memiliki pengaruh
secara parsial terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
Hasil dari uji t-statistik dengan menggunakan Program SPSS 17.0 for Windows diperoleh data bahwa nilai
statistik hitung dari perdagangan dunia (perdagangan internasional) adalah sebesar 13,455; nilai statistik
hitung dari distribusi pasar adalah sebesar 13,559; dan nilai statistik hitung dari daya saing adalah sebesar
13,535, dengan tingkat signifikansi (α ) sebesar 5%, derajat kebebasan (df) = 8 yang diperoleh dari jumlah
data dikurangi dengan dua (n – 2), serta uji yang dilakukan dua sisi. Nilai untuk ttabel dua sisi diperoleh angka
2,306. Perbandingan antara statistik hitung dengan statistik tabel memiliki syarat:
1. Jika statistik thitung < statistik ttabel, maka H0 diterima.
2. Jika statistik thitung > statistik ttabel, maka H0 ditolak.
|190
1463
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
Uraian dari hasil uji t-statistik di atas, secara lebih rinci untuk mengetahui apakah perdagangan komoditas
kopi dunia, distribusi pasar komoditas kopi Indonesia, dan daya saing komoditas kopi Indonesia memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia akan dipaparkan sebagai berikut:
A. Perdagangan Dunia (Perdagangan Internasional)
Nilai statistik thitung (13,455) > statistik ttabel (2,306), maka H0 ditolak, berarti koefisien regresi signifikan,
dengan kata lain bahwa perdagangan dunia (perdagangan internasional) memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
B. Distribusi Pasar
Nilai statistik thitung (13,559) > statistik ttabel (2,306), maka H0 ditolak, berarti koefisien regresi signifikan,
dengan kata lain distribusi pasar memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan nilai komoditas
ekspor kopi Indonesia.
C. Daya Saing
Nilai statistik thitung (l3,535) > statistik ttabel (2,306), maka H0 ditolak, berarti koefisien regresi signifikan,
dengan kata lain daya saing memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan nilai komoditas
ekspor kopi Indonesia.
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil perhitungan dan analisis penelitian yang telah diuraikan pada bagian di atas, akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa nilai statistik Fhitung dari perdagangan dunia/perdagangan
inernasional (101,626) lebih besar dari nilai statistik Ftabel (4,760). Perbandingan antara statistik hitung
dengan statistik tabel memiliki syarat:
a. Jika statistik Fhitung < statistik ttabel, maka H0 diterima.
b. Jika statistik Fhitung > statistik ttabel, maka H0 ditolak.
Nilai yang lebih besar dari statistik Fhitung (101,626) dibandingkan dengan statistik Ftabel (4,760), maka H0
ditolak. Arti dari nilai-nilai ini bahwa perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi pasar, dan
daya saing memiliki pengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi Indonesia.
2. Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa nilai statistik thitung dari perdagangan dunia/perdagangan
internasional (13,455) lebih besar dari nilai statistik ttabel (2,306), nilai statistik thitung dari distribusi pasar
(13,559) lebih besar dari nilai statistik ttabel (2,306), dan nilai statistik thitung dari daya saing (13,535)
lebih besar dari nilai statistik ttabel (2,306). Perbandingan antara statistik hitung dengan statistik tabel
memiliki syarat:
a. Jika statistik thitung < statistik ttabel, maka H0 diterima.
b. Jika statistik thitung > statistik ttabel, maka H0 ditolak.
Nilai yang lebih besar dari statistik thitung dari perdagangan dunia/perdagangan internasional (13,455)
dibandingkan dengan statistik ttabel (2,306), statistik thitung dari distribusi pasar (13,559) dibandingkan dengan
statistik ttabel (2,306), dan statistik thitung dari daya saing (13,535) dibandingkan dengan statistik ttabel (2,306),
maka H0 ditolak. Arti dari nilai-nilai ini bahwa perdagangan dunia (perdagangan internasional), distribusi
pasar, dan daya saing memiliki pengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan nilai komoditas ekspor kopi
Indonesia.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlunya diadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat-alat ukur
kineria ekspor yang lainnya selain Constant Market Share Analysis (CMSA), sehingga diharapkan hasil dari
penelitian lanjutan tersebut dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga diperoleh hasil
yang komprehensif.
REFERENSI
Alias., Mohammad Haji; Arshad., Fatimah Mohd.; Rahman., Abdul Aziz Abdul. 1992. Market Share
Analysis of Malaysia’s Palm Oil Exports: Implication on It’s Competitiveness. Jurnal Ekonomi Malaysia 26:
3-20. Ampang Press Sdn. BHD.. Kuala Lumpur. Malaysia.
Alias., Mohammad Haji; Suleiman., Habibah. 1993. The Constant Market Share Analysis: an Application
to NR Export of Major Producing Countries. Journal of Natural Rubber Research. Volume 8 Number 1: 6879.
1464
190| PROCEEDINGS
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
ISSN- 2252-3936
Arifin., Sjamsul; Rae., Dian Ediana; Joseph., Charles P.R.. (ed.). 2007. Kerjasama Perdagangan
Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. Cetakan Pertama. PT. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Arshad., Fatimah Mohd.; Ghaffar., Roslan A.. 1989. Malaysia’s Primary Commodities: Constant Market
Shares Analysis. Malaysian Agricultural Policy: Issues and Directions. Serdang: Centre for Agricultural
Policy Studies. Universiti Pertanian Malaysia.
Arshad., Fatimah Mohd.; Shamsudin., Mad Nasir; Mohayidin., Mohd. Ghazali. 1995. Palm Oil
Industry: Some Measures of Competitiveness. Business and Economic Globalisation: It’s Implications on
Malaysian Economy. Serdang: Faculty of Economics and Management. Universiti Pertanian Malaysia.
Djiwandono., Sudradjad. 1992. Perdagangan dan Pembangunan. Cetakan Pertama. Penerbit Gramedia.
Jakarta.
Dumairy.. 1997. Perekonomian Indonesia. Cetakan Pertama. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Fagerberg., J.; Sollie., G.. 1987. The Method of Constant Market Shares Analysis Reconsidered. Applied
Economics. Volume 19: 1571-1583.
FAO.. 1990-2009. Annual Trade Statistics. FAO.
Griffin., Ricky; Pustay., Michael. 1996. International Business: A Managerial Perspectives. First Edition.
Addison-Wesley Publishing Company. New Orleans. USA.
Hadi., Prajogo U.; Mardianto., Sudi. 2004. Analisis Komparasi Daya Saing Produk Ekspor Pertanian
Antar Negara ASEAN dalam Era Perdagangan Bebas AFTA. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 22 No. 1. Mei
2004: 46-73. Bogor.
Halwani., R. Hendra; Tjiptoherijanto., Prijono. 1993. Perdagangan Internasional: Pendekatan Ekonomi
Mikro & Makro. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hill., Charles W. L.. 1994. International Business: Competing in The Global Marketplace. First Edition.
McGraw-Hill. New York. USA.
ICO.. 1990-2009. Annual Coffee Trade Statistics. ICO. London. England.
Jepma., Catrinus; Rhoen., Andre. (eds.). 1996. International Trade: a Business Perspective. First
Published. Addison Wesley Longman Limited. Harlow. Essex. London. England.
Juswanto., Wawan; Mulyanti., Puji. 2003. Indonesia’s Manufactured Exports: a Constant Market Share
Analysis. Jurnal Keuangan dan Moneter. Volume 6 Nomor 2. Desember 2003: 97-106. Jakarta.
Krugman., Paul R.; Obstfeld., Maurice; Basri., Faisal H. (Penerjemah). 2005. Ekonomi Internasional:
Teori dan Kebijakan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. PT. Indeks. Jakarta.
Kuntjoro., Mudradjad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional. Cetakan Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Levin., Richard I.; Rubin., David S.. 1991. Statistics for Management. Fifth Edition. Prentice-Hall
International, Inc.. London. England.
M. S.., Amir. 1996. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri – Suatu Penuntun Impor &
Ekspor. Cetakan Kedelapan. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
M. S.., Amir. 1999. Ekspor Impor: Teori & Penerapannya. Cetakan Keenam.
Pressindo. Jakarta.
PT. Pustaka Binaman
M. S.., Amir. 2000. Strategi Pemasaran Ekspor. Cetakan Pertama. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Mankiw., Gregory; Munandar., Haris (Penerjemah). 2003. Pengantar Ekonomi. Edisi Kedua. Cetakan
Pertama. Penerbit Erlangga. Jakarta.
|190
1465
PROCEEDINGS Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional ISSN- 2252-3936
Bandung, 27 Maret 2012
Markusen., James R.; Melvin., James R.; Kaempfer., William H.; Maskus., Keith E.. 1995.
International Trade: Theory and Evidence. International Editions. McGraw-Hill Book Co.. Singapore.
Milana., C.. 1988. Constant Market Shares Analysis and Index Number Theory. European Journal of
Political Economy. Volume 4 Number 4: 453-478.
Nazir., Moh.. 1988. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nelson., Carl A.. 1995. Import/Export: How to Get Started in International Trade. 2nd Edition. McGrawHill, Inc.. New York. USA.
Nicholson., Robert H.. 1986. Mathematics for Business and Economics. International Edition. McGraw-Hill
Book Co.. Singapore.
Noh., Kusairi Mohd.; Arshad., Fatimah Mohd.. 1998. Analisis Syer Pasaran Malar Eksport Komoditi
Pertanian: Penganggaran Semula. The Malaysian Journal of Agricultural Economics. Volume 12: 59-74.
Nopirin.. 1996. Ekonomi Internasional. BPFE. Yogyakarta.
Ramdhani., Arifin. 1998. Analisis Keunggulan Komparatif Teh Indonesia ke Amerika Serikat Periode 1983
– 1994. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran. Bandung.
Richardson., J. D.. 1971. Constant Market Shares Analysis of Export Growth. Journal of International
Economics. Volume 1: 227-239.
Richardson., J. D.. 1971. Some Sensitivity Test for a Constant Market Shares Analysis of Export Growth.
Review of Economics and Statistics. Volume 53: 300-304.
Rosenberg., Jerry M.. 1994. Dictionary of International Trade. Business Dictionary Series. John Wiley &
Sons, Inc.. Toronto. Canada.
Rugman., Alan M.; Lecraw., Donald J.; Booth., Laurence D.; Reksodijoyo., Sedyana (Penerjemah).
1993. Bisnis Internasional. Cetakan Pertama. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Salvatore., Dominick; Sitompul., Rudy (Penerjemah). 1990. Ekonomi Internasional. Cetakan Kedua.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Salvatore., Dominick. 2004. Managerial Economics in a Global Economy. Fifth Edition. Thomson SouthWestern. Mason. Ohio. USA.
Salvatore., Dominick; Munandar., Haris (Penerjemah). 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima.
Cetakan Pertama. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Samuelson., Paul A.; Nordhaus., William D., Khalid., A. Q. (Penerjemah). 1986. Ekonomi. Jilid Dua.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Santosa., Siswoyo Hadi. 1999. Analisis Keunggulan Komparatif Ekspor Komoditi Tembakau. Tesis. Pasca
Sarjana. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Shamsudin., Mad Nasir; Mohayidin., Mohd. Ghazali; Arshad., Fatimah Mohd.. 1995. Competitiveness
of Cocoa Export. Business and Economic Globalisation: It’s Implication on Malaysian Economy. Serdang:
Faculty of Economics and Management. Universiti Pertanian Malaysia.
Sicat., Geraldo; Arndt., P.; Nirwomo. (Penerjemah). 1991. Ilmu Ekonomi untuk Konteks Indonesia.
Cetakan Pertama. LP3ES. Jakarta.
Simonis., Dominique. 2000. Export Performance in Eastern Europe. Proceedings of 40th Congress of the
European Regional Science Association & 26th Meetings of Regional Studies of the Spanish Association of
Regional Science European Monetary Union and Regional Policy. 26th August-1st September 2000.
Barcelona. Spain.
1466
190| Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
PROCEEDINGS
ISSN- 2252-3936
Simonis., Dominique. 2000. Belgium’s Export Performance: a Constant Market Shares Analysis. Working
Paper Number 2. Federal Planning Bureau. Brussels. Belgium.
Siswoputranto., P. S.. 1993. Kopi Internasional dan Domestik. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Sjahminan., Muchlis. 2006. Market Brief Produk Kopi di Pasar Hongaria. Indonesian Trade Promotion
Center. Budapest. Hongaria.
Soekartawi.. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Edisi Satu. Cetakan Kedua, PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sudjana.. 1996. Metoda Statistika. Edisi Keenam. Penerbit Tarsito. Bandung.
Sulistyo.. 1989. Ekonomi Internasional. Buku Satu (Teori Perdagangan Internasional). Edisi Kedua.
Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Sumaatmadja., Nursid. 1988. Studi Geografi, Suatu Pendekatan dan Analisa Keuangan. Cetakan Kedua.
PT. Alumni. Bandung.
Supranto., J.. 1994. Statistik – Teori dan Aplikasi. Cetakan Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Trihendradi., Cornelius. 2005. SPSS 13: Step by Step Analisis Data Statistik. Edisi Pertama. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Tyres., R.; Phillips., P.; In Lim, D.. 1985. ASEAN-Australia Trade in Manufactures: a Constant
Market Share Analysis, 1970-1979. In Lim, D.. (ed.). ASEAN-Australia Trade in Manufactures. Longman
Chesire, Melborne. Australia.
Walpole., Ronald E.; Sumantri., Bambang (Penerjemah). 1990. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Cetakan
Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widodo., Hg. Suseno Triyanto. 1995. Ekonomi Indonesia Fakta dan Tantangan dalam Era Globalisasi.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Yoffie., David B.. 1990. International Trade and Competition: Cases and Notes in Strategy and
Management. International Edition. McGraw-Hill Book Co.. Singapore.
|190
1467
Download